Gangguan Pengendalian Impuls

20
Ganguan kebiasaan pada anak Seorang anak sangat peka terhadap kasih sayang, mereka mengetahui dan lekas merasa dicintai atau tidak. Jika merasa tidak dicintai dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman lalu timbul ketegangan yang dapat mengakibatkan gejala berupa timbulnya kebiasaan-kebiasaan jelek yang disebut gangguan kebiasaan. Gangguan kebiasaan pada anak ini merupakan suatu penyaluran dari suatu ketegangan emosional (tensional outlet) bagi seorang anak. Gangguan kebiasaan pada anak dapat berupa : kebiasaan mengisap jari, mengisap lidah, menggigit kuku, mengguling-gulingkan kepala, mencabut rambut, gagap, menangis dan merengek-rengek. Berikut ini akan diuraikan secara terperinci beberapa gangguan kebiasaan pada anak-anak : 1. Enuresis (Ngompol) Ngompol adalah keadaan dimana anak tidak dapat menahan kencing sesudah umur 5 tahun. Enuresis nokturna adalah ngompol pada malam hari dan enuresis diurnal terjadi pada siang hari. Ngompol merupakan gangguan kebiasaan yang sering dijumpai pada anak-anak. Sekitar 1-5 % anak menderita gangguan kebiasaan ini, dan terjadi lebih sering pada anak laki-laki daripada anak perempuan. o Gejala yang Timbul Ngompol bisa bersifat menetap (primer), dimana pada malam hari anak selalu ngompol, dan tipe regresif (sekunder) dimana anak yang sudah tidak ngompol sekurang-kurangnya dalam 1 tahun mulai ngompol lagi. Sekitar 75% dari semua

description

Gangguan Pengendalian Impuls

Transcript of Gangguan Pengendalian Impuls

Page 1: Gangguan Pengendalian Impuls

Ganguan kebiasaan pada anak

Seorang anak sangat peka terhadap kasih sayang, mereka mengetahui dan lekas merasa

dicintai atau tidak. Jika merasa tidak dicintai dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan

merasa tidak aman lalu timbul ketegangan yang dapat mengakibatkan gejala berupa

timbulnya kebiasaan-kebiasaan jelek yang disebut gangguan kebiasaan. Gangguan kebiasaan

pada anak ini merupakan suatu penyaluran dari suatu ketegangan emosional (tensional outlet)

bagi seorang anak. Gangguan kebiasaan pada anak dapat berupa : kebiasaan mengisap jari,

mengisap lidah, menggigit kuku, mengguling-gulingkan kepala, mencabut rambut, gagap,

menangis dan merengek-rengek.

Berikut ini akan diuraikan secara terperinci beberapa gangguan kebiasaan pada anak-

anak :

1. Enuresis (Ngompol)

Ngompol adalah keadaan dimana anak tidak dapat menahan kencing sesudah

umur 5 tahun. Enuresis nokturna adalah ngompol pada malam hari dan enuresis diurnal

terjadi pada siang hari. Ngompol merupakan gangguan kebiasaan yang sering dijumpai

pada anak-anak. Sekitar 1-5 % anak menderita gangguan kebiasaan ini, dan terjadi lebih

sering pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

o Gejala yang Timbul

Ngompol bisa bersifat menetap (primer), dimana pada malam hari anak selalu

ngompol, dan tipe regresif (sekunder) dimana anak yang sudah tidak ngompol sekurang-

kurangnya dalam 1 tahun mulai ngompol lagi. Sekitar 75% dari semua anak yang

ngompol merupakan tipe primer. Tetapi pada anak usia akhir SD biasanya menderita

ngompol tipe regresif.

Ngompol yang bersifat menetap biasanya sering karena pelatihan untuk buang air

kecil yang tidak tepat atau tidak memadai. Orang tua yang menuntut secara paksa anak

untuk segera bisa buang air kecil sendiri dapat menimbukan respon marah, anak secara

tidak sadar menentangnya dengan mengompol. Sebaliknya orang tua yang tidak cukup

memberi dukungan dan latihan buang air kecil dapat mengurangi upaya anak untuk

menahan kencing. Stress psikologis yang lama yang terjadi selama periode anak belajar

berjalan walaupun  tidak terkait dengan pengalaman pelatihan buang air keci  juga dapat

menganggu kemampuan anak untuk mengontrol kencing.

Ngompol tipe regresif biasanya dipengaruhi peristiwa-peristiwa lingkungan yang

penuh tekanan, seperti pindah rumah baru, konfik pernikahan orang tua, kelahiran saudara

Page 2: Gangguan Pengendalian Impuls

kandung atau kematian dalam keluarga. Ngompol ini bersifat sementara dan terjadi cuma

sebentar. Biasanya tipe ini cepat sembuh.

o Penanganan

Penanganan ngompol pada anak tergantung pada faktor penyebabnya. Penanganan

harus memperhatikan faktor psikis, sosial dan lingkungan anak. Beberapa hal berikut dapat

dilakukan jika anak kita masih ngompol:

Pemberian hadiah atau pujian. Jika pada suatu malam anak kita sudah tidak ngompol

berikan suatu hadiah/pujian. Berikan hadiah yang lebih besar atau lebih anak sukai jika

ternyata dia sudah tidak ngompol pada lebih banyak malam.

Setelah makan malam, jangan berikan minuman atau makanan cair pada anak.

Sebelum tidur, anak disuruh buang air kecil terlebih dahulu.

Membangunkan anak secara berulang-ulang untuk mengantarkannya ke kamar mandi,

hal ini berguna bagi beberapa anak. Tapi dapat menimbulkan dan membangkitkan

amarah pada beberapa anak yang lain.

Pada anak yang sudah besar diminta mencuci sprei dan celananya sendiri yang kena

ompol.

Jalinlah komunikasi yang baik dengan anak, bantu anak mengatasi masalahnya.

Hindari pemberian hukuman atau penghinaan pada anak yang masih ngompol.

Penggunaan aat-alat pembantu (mialnya alarm yang berbunyi) sebaiknya dihindari, jika

sangat diperukan sebaiknya harus dengan persetujuan anak.

Konsutasilah dengan dokter anak atau dokter syaraf untuk mengetahui apakah terdapat

kelainan pada organ saluran kencing atau tidak.

2. Enkopresis

Anak-anak yang berumur 2-3 tahun biasanya sudah tidak berak di celana lagi.

Bila hal ini sekali-kali terjadi, tidak usah dikhawatirkan, sebab mungkin anak baru sakit

atau karena rangsangan emosional yang hebat. Akan tetapi jika sesudah umur 3-4 tahun

seorang anak masih buang air besar di celana, maka hal tersebut harus di”khawatirkan”.

Gangguan ini terutama pada anak aki-laki dan biasanya pada anak dengan sosial

ekonomi yang rendah. Enkopresis menunjukkan gangguan emosi yang lebih serius

daripada ngompol dan sering terkait dengan amarah. 

o Faktor Penyebab Enkopresis Antara Lain :

Kelainan saluran pencernaan dan feces. Misalnya konstipasi kronis, tinja keras, dan

mencret terus menerus pada anak.

Page 3: Gangguan Pengendalian Impuls

Retardasi mental.

Latihan yang salah : ibu yang tergesa-gesa melatih anaknya sebelum waktunya (sebelum

umur 1 tahun seorang anak belum dapat mengontrol BAB nya), sehingga anak menjadi

bingung dan takut. Atau anak kurang mendapat perhatian orang tua sehingga kurang

latihan.

Adanya gangguan emosional, misalnya rasa iri pada adik yang baru lahir, merasa tidak

diperhatikan dll.

o Penanganan

Tindakan seperti pada kasus ngompol bisa digunakan pada kasus ini. Tapi ada beberapa

hal yang memerlukan penanganan yang berbeda.

Jika disebabkan konstipasi kronis, maka sebaiknya orang tua lebih memperhatikan

makanan anak, beri banyak buah-buahan dan makanan berserat tinggi.

Latih anak untuk duduk di toilet sekitar 10-15 menit selesai makan.

Beri anak hadiah jika sudah tidak BAB di celana lagi.

3. Menghisap Jari

Untuk bayi menghisap jari merupakan hal yang normal. Akan tetapi bia seorang

anak masih menghisap jari setelah umur 3-4 tahun, maka biasanya ada ketegangan

emosional padanya. Orangtua sering menjadi gelisah bia melihat anaknya menghisap

jari. Yang dari kalangan intelektual khawatir timbulnya kelainan pada rahang atau anak

mendapat radang saluran cerna. Oleh karena itu anak yang menghisap jari sering

dimarahi, diancam hukuman atau dibuat malu oeh orang tuanya. Padahal  hal tersebut

bisa menimbukan rasa salah dan rendah diri pada anak dan justru menambah ketegangan

emosional yang sudah ada. Bagaimanakah sebaiknya sikap orang tua terhadap anak yang

menghisap jari dan bagaimanakah pencegahannya? Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

Pada masa bayi diberikan cukup waktu untuk menghisap. Menurut banyak peneliti,

kebiasaan menghisap jari lebih sering terjadi pada anak – anak yang kurang diberi

kesempatan menghisap, misalnya pada bayi-bayi yang cepat disapih.

Diselidiki keadaan emosional anak. Bagaimanakah hubungan orang tua denagn anak?

Bila ada ketegangan emosional, maka hal ini peru diperbaiki. Berikan lebih banyak

perhatian pada anak.

Page 4: Gangguan Pengendalian Impuls

Bila anak masih tetap menghisap, biarkanlah hingga anak berumur kira-kira 5 tahun.

Biasanya setelah umur 5 tahun anak lebih koperatif, dan lebih mudah diajak

komunikasi, sehingga bisa diberitahu bahwa hal tersebut adaah kebiasaan yang tidak

baik.

Berikan anak permainan atau minat yang anak sukai sehingga dengan begitu anak

akan merasa puas dan lebih ceria.Sehingga kemungkinan meluapkan emosi dengan

menghisap jari lebih rendah.

Jika anak sudah mulai mencoba dengan aktif mengendalikan kebiasaan menghisap

jari berikan pujian dan dorongan. Sehingga dengan begitu anak akan lebih termotivasi

menghiangkan kebiasaan tersebut.

Page 5: Gangguan Pengendalian Impuls

Gangguan Pengendalian Impuls

Individu dengan pengendalian implus memiliki ciri-ciri berikut: pertama, individu

tidak dapat menahan suatu implus, dorongan, atau godaan untuk melakukan suatu tindakan

yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Individu mungkin secara disadari

atau tidak disadari menentang implus dan mungkin merencanakan atau tidak merencanakan

tindakan tersebut. kedua, sebelum melakukan tindakan, mereka merasakan ketegangan atau

rangsangan yang meningkat. Ketiga, saat melakukan tindakan, individu dengan gangguan ini

merasakan kesenangan, kegembiraan, atau pelepasan. Tindakan adalah ego-sintonik yaitu

sejalan dengan harapan sadar pasien yang segera. Segera setelah tindakan, pasien mungkin

merasakan penyesalan yang murni, mencela diri sendiri, atau rasa bersalah, atau mungkin

tidak merasakanya.

Enam kategori gangguan pengendalian implus yaitu gangguan eksplosif intermiten,

kleptomania, berjudi patologis, trikotilomania, dan gangguan pengendalian impuls yang tidak

dapat ditentukan. Penyebab gangguan pengendalian implus adalah tidak diketahui, tetapi

faktor psikodinamika dan psikososial tampak berinteraksi untuk menyebabkan gangguan.

Gangguan mungkin memiliki mekanisme neurobiologis dasar yang sama.

ETIOLOGI

Faktor Psikodinamika

Suatu implus adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, untuk menurunkan

ketegangan yang meningat yang disebabkan oleh dorongan instinktual yang telah

dibangun atau oleh menurunya pertahanan ego terhadap dorongan. Gangguan

pengendalian implus memiliki suatu usaha untuk melewati (by pass) pengalaman gejala

yang mengganggu atau afek yang menyakitkan dengan berusaha bertindak pada

lingkungan. Penelitian yang sering penulis telaah, dapat ditengarahi para peneliti

menengarahi bahwa perilaku implusif adalah berhubungan dengan super ego yang lemah

dan struktur ego yang lemah berhubungan dengan trauma psikis akibat kerugian di masa

anak-anak (atau salah satu tugas perkmabnagn sebelumnya).

Hal ini dapat dilihat dari pendapat Otto Fenichel yang menghubungkan perilaku

implusif dengan usaha untuk menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek

yang menyakitkan lainya melalui tindakan. Ia lebih lanjut berpendapat bahwa tindakan

Page 6: Gangguan Pengendalian Impuls

tersebut merupakan pertahanan terhadap bahaya internal dan tindakan tersebut dapat

menghasilkan pemuasan agresif atau seksual yang menyimpang. Bagi pengamat sikap

atau sosial, gangguan atau perilaku implusif mungkin tampak rakus dan ingin tahu, tetapi

sebenarnya berhubungan dengan pemulihan dari rasa sakit.

Banyak bentuk masalah pengendalian implus –termasuk kleptomania, berjudi,

dan beberapa perilaku parifilia—berhubungan dengan rasa diri yang tidak lengkap. Ini

berawal dari pengamatan bahwa jika diri tidak menerima respon yang mengakui dan

menegaskan dari orang lain yang mereka cari dari persahabatan bermakna dalam

kehidupan mereka, diri mungkin terpecah. Sebagai cara menghadapi fragmentasi tersebut

dan untuk mendapatkan kembali rasa keutuhan atau keterpaduan diri, individu tersebut

melakukan perilaku implusif yang tampak bagi orang lain sebagai merusak diri sendiri.

Perilaku implusif atau menyimpang adalah suatu cara dimana anak berharap

mendapakan kembali hubungan materal primitif. Perilaku implusif adalah sikap yang

penuh harapan diamana anak masih mencari kasih sayang dan cinta dari ibunya, bukan

sikap yang menunjukan menyerah untuk mendapatkannya. Hal ini kemudian beberapa

ahli terapi menekankan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan. Individu berusaha

menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek menyakitkan lainya dengan

melakukan tindakan tersebut yang ditujukan untuk mendapatkan pemulihan bahkan

jarang berhasil kendatipun secara sementara.

Faktor Biologis

Penemuan neurotransmitter akhir-akhir ini mengilhami ilmuwan memusatkan

segala jenis gangguan dengan kemungkinan keterlibatan faktor organik dalam gangguan

pengendalian implus, khususnya bagi individu dengan perilaku yang jelas kasar.

Neurosains telah menunjukan bahwa daerah otak tertentu, seperti sistem limbik, adalah

berhubungan dengan aktivitas implusif dan kasar, selain itu juga daerah otak lainya yang

berhubungan dengan inhibisi perilaku tersebut. Hormon tertentu, khususnya testoteron,

telah dihubungkan dengan perilaku kasar dan agresif.

Gejala gangguan pengendalian implus mungkin akan terus ditemukan sampai

masa dewasa individu yang diklasifikasikan sebagai penderita gangguan

defisit-atensi/hiperaktivitas di masa anak-anaknya. Defisiensi mental seumur hidup ,

Page 7: Gangguan Pengendalian Impuls

epilepsi, dan bahkan sindroma otak yang reversibel telah lama dilibatkan dalam

hilangnya pengendalian implus.

Pada beberapa gangguan pengendalian implus, pertahanan ego terlampaui tanpa

patologi sistem saraf yang aktual. Kelelahan, stimulasi yang tidak henti-henti, dan trauma

psikis dapat menurunkan daya tahan dan secara sementara menghentikan kontrol ego.

Adapun etiologi dari gangguan pengendalian impuls adalah

Faktor Psikososial

Beberapa ilmuwan telah menekankan pentingnya aspek psikososial dari

gangguan, seperti pperistiwa kehidupan awal. Model yang tidak tepat untuk identifikasi

dan tokoh orang tua yang sendirinya sulit untuk mengendalikan implus juga semestinya

dilibatkan. Di samping itu, faktor parental tertentu seperti kekerasan di rumah,

penyalahhgunaan alkohol, promiskuitas, dan kecenderungan anti sosial diperkirakan

penting.

Kilasan secara khusus tentang gangguan yang termasuk dari gangguan

Pengendalian Implus adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Eksplosif Intermiten

Gangguan eksplosif intermiten ditemukan pada individu yang memiliki episode

kehilangan kendali implus agresif, yang menyebabkan penyerangan yang serius atau

merusak barang-barang. Derajat agresivitas yang diekspresikan adalah jelas di luar

proporsi terhadap tiap stresor yang mungkin membantu mendatangkan episode.

Gejala yang dapat digambarkan adalah individu melakukan serangan atau serbuan,

tampak dalam beberapa menit atau jam, dan terlepas dari durasinya, menghilang

spontan dan cepat. Masing-masing episode biasanya diikuti oleh penyesalan atau

pencelaan diri yang murni.

Disiplin keilmuan psikologi biasa mendiagnosis Gangguan eksplosif intermiten

harus didapatkan dari penggalian riwayat penyakit yang mengungkapkan beberapa

episode kehilangan kendali yang disertai oleh serangan agresif, karena ditengarahi

episode tunggal yang tersendiri tidak membenarkan diagnosis. Riwayat penyakit

biasanya masa kanak-kanak dengan ketergantungan alkohol, kekerasan, dan

Page 8: Gangguan Pengendalian Impuls

ketidakstabilan emosional. Pekerjaan klien adalah buruk, klien melaporkan kehilangan

pekerjaan, kesulitan perkawinan, dan masalah dengan hukum. Sebagian besar telah

mencari bantuan psikiatrik di masa sebelumnya, namun tidak bermanfaat. Tingkat

kecemasan, rasa bersalah, dan depresi berat biasanya ditemukan setelah suatu episode.

Diagnosis Gangguan eksplosif intermiten dapat dibuat hanya setelah

menyingkirkan gangguan yang kadang-kadang berhubungan dengan kehilangan

kendali, seperti gangguan psikotik, perubahan kepribadian karena kondisi medis

umum, gangguan kepribadian antisosial atau ambang, gangguan konduksi, dan

intosikasi dengan zat psikoaktif.

Hal ini dapat dibedakan antara Gangguan eksplosif intermiten dan gangguan

kepribadian anti sosial dan ambang, karena pada gangguan kepribadian, agresivitas

dan implusivitas adalah bagian dari karakter individu dan ditemukan di antara episode

serangan. Sedangkan skizofrenia paranoid dan katatonik, individu mungkin

menunjukan perilaku kasar sebagai respon terhadap waham dan halusinasi, dan

individu memiliki gangguan yang jelas dalam tes relitas. Individu manik yang

bersikap bermusuhan mungkin agresif secara implusif, tetapi diagnosis dasar biasanya

jelas dari pemeriksaan status mental dan presentasi klinisnya.

Dari diskusi di atas, diagnosa Gangguan eksplosif intermiten, gangguan epilepsi, tumor

otak, penyakit degeneratif, dan gangguan endokrin harus dipertimbangkan dan disingkirkan,

demikian juga intoksikasi akut dengan zat tertentu seperti alkohol, halusinogen, dan

amfetamin. Kriteria diagnosis Gangguan eksplosif intermiten dalam DSM-IV adalah sebagai

berikut:

Beberapa episode terpisah kegagalan untuk menahan implus agresif yang menyebabkan

penyerangan yang serius atau menghancurkan barang-barang.

Derajat agesivitas yang diekspresikan selama episode adalah jelas diluar proporsi stresor

psikososial yang mencetuskanya.

Episode agresif tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,

gangguan kepribadian anti sosial, gangguan kepribadian ambang, gangguan psikotik,

episode manik, gangguan konduksi, atau gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas

(ADD/ADHD), dan bukan afek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang

Page 9: Gangguan Pengendalian Impuls

salah digunakan), atau kondisi medis umum (misalnya, trauma kepala, penyakit

Alzheimer)

Terapi menggunakan kombinasi pendekatan psikoterapi dan farmakologi memiliki

kesempatan berhasil yang terbaik. Psikoterapi pada klien adalah sulit, berbahaya, dan

seringkali tidak ada ganjaranya, karena ahli terapi psikis lebih banyak mengalami kesukaran

dengan trsferensi-balik dan batas-batas lingkungan. Psikoterapi kelompok mungkin

memberikan suatu bantuan, demikian juga terapi keluarganya, khususnya jika individu

eksplosif adalah seorang remaja atau dewasa awal.

Selain itu kleptomaniapun merupakan suatu contoh dari gangguan pengendalian

impuls. Kleptomania (bahasa Yunani: κλέπτειν, kleptein, "mencuri", μανία, "mania") adalah

penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri. Benda-

benda yang dicuri oleh penderita kleptomania umumnya adalah barang-barang yang tidak

berharga, seperti mencuri gula, permen, sisir, atau barang-barang lainnya. Sang penderita

biasanya merasakan rasa tegang subjektif sebelum mencuri dan merasakan kelegaan atau

kenikmatan setelah mereka melakukan tindakan mencuri tersebut. Tindakan ini harus

dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan

telah direncanakan sebelumnya.

Penyakit ini umum muncul pada masa puber dan ada sampai dewasa. Pada beberapa

kasus, kleptomania diderita seumur hidup. Penderita juga mungkin memiliki kelainan jiwa

lainnya, seperti kelainan emosi, Bulimia Nervosa, paranoid, schizoid atau borderline

personality disorder. Kleptomania dapat muncul setelah terjadi cedera otak traumatik dan

keracunan karbon monoksida

DEFINISI

Kleptomania adalah kelainan dimana terdapat dorongan yang tidak dapat ditahan

untuk mencuri barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan memiliki nilai yang tidak

seberapa. Kleptomania merupakan kelainan mental yang serius yang dapat menghancurkan

hidup anda jika tidak ditangani.

Page 10: Gangguan Pengendalian Impuls

Kleptomania merupakan kelainan untuk mengendalikan impuls, kelainan dimana

tidak dapat menahan godaan atau dorongan untuk berbuat sesuatu yang merugikan diri

sendiri maupun orang lain.

Banyak orang dengan kleptomania hidup dengan malu karena mereka takut meminta

bantuan dari dokter atau psikiater. Walaupun tidak ada yang dapat mengobati kleptomania,

terapi dengan obat dan psikoterapi dapat membantu mengakhiri dorongan mencuri tersebut.

TANDA DAN GEJALA

Adapun 4 tanda utama kleptomania:

Dorongan yang kuat untuk mencuri barang yang tidak dibutuhkan

Merasakan gejolak yang kuat saat sedang ingin mencuri

Merasakan rasa puas saat mencuri

Merasakan rasa bersalah dan malu setelah mencuri

Tidak seperti pengutil biasa, kleptomania tidak mencuri untuk keuntungan pribadi,

atau karena ingin membalas dendam. Mereka mencuri hanya karena alasan mereka tidak

mampu menahan dorongan yang begitu besar, yang menyebabkan mereka merasa cemas,

tegang, dan terganggu, sehingga untuk melegakan perasaan ini, mereka mencuri.

Selama mencuri mereka merasa lega, namun sesudahnya mereka merasa sangat

bersalah dan merasa diri sangat rendah, juga ketakutan akan ditangkap. Namun, dorongan itu

akan kembali, dan siklus kleptomania akan berulang terus menerus. Kadang, dorongan untuk

kleptomonia muncul secara spontan, tidak direncanakan, biasanya dipicu oleh kejadian yang

menimbulkan stress sehingga memicu untuk mencuri lagi.

Biasanya penderita kleptomania mencuri dari tempat umum, seperti toko dan

supermarket. Beberapa mencuri dari teman atau kenalan, misalnya di pada acara pesta.

Biasanya barang yang dicuri tidak memiliki nilai untuk penderita itu sendiri. Biasanya barang

yang dicuri tidak akan pernah dipergunakan, atau didonasikan, diberikan ke teman atau

anggota keluarga lain, atau secara sembunyi-sembunyi mengembalikan ke tempat mereka

mencurinya.

Page 11: Gangguan Pengendalian Impuls

Biasanya penderita kleptomania adalah wanita, berusia rata-rata 35 tahun, walaupun

pernah ditemukan kasus kleptomania pada usia 5 tahun.

PENYEBAB

Penyebab kleptomania tidak diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa

kleptomania mungkin dapat berhubungan dengan senyawa kimia di otak yang disebut

serotonin. Serotonin bertugas untuk mengatur mood dan emosi. Terdapat berbagai bukti yang

menghubungkan kleptomania dengan kelainan obsesif kompulsif. Namun perlu penelitian

lebih lanjut untuk mengerti lebih lanjut pernyebab kleptomania.

Faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kleptomania:

Terdapat peristiwa hidup yang menyebabkan stress, misalnya kehilangan orang terdekat

atau sesuatu yang berharga

Cedera kepala atau otak

Memiliki riwayat keluarga dengan kleptomania, kelainan mood, dan kelainan obsesif

kompulsif.

TERAPI

Karena kleptomania yang murni adalah jarang, laporan pengobatan cenderung merupakan

penjelasan kasus individual atau sejumlah kasus yang singkat. Psikoterapi dan psikoanalisis

berorientasi tilikan telah berhasil tetapitergantung pada motifasi pasien. Orang yang merasa

bersalah dan malu mungkin dapat dibantu dengan psikoterapi berorientasi tilikan, karena

motivasi yang kuat untuk mengubah prilaku

Terapi perilaku termasuk disensitisasi sistematik, pembiasaan menentang dan kombinasi

pembiasan menentang dan berubah kemungkinan sosial telah dilaporkan berhasil,

kendatipun tidak ada motivasi.

Inhibitorambilan kembalian spesifik serotonin seperti fluxetin tampaknya efektif pada

beberapa pasien.

Page 12: Gangguan Pengendalian Impuls

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

2. Maramis, W.F. 1994. Catatan Imu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.

Surabaya.

3. Mardjono, Mahar. 2000. Neuroogi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.

4. Kaplan, Harold.2010. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Penerbit binarupa aksara, jakarta.

Page 13: Gangguan Pengendalian Impuls

MAKALAH TASK READING

GANGGUAN KEBIASAAN DAN IMPULS

Disusun oleh

M.Ade Indra Sutomo

Abdu haris

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AL-AZHAR MATARAM

TAHUN PELAJARAN 2010-2011