Gangguan Kesehatan Janin

20
Gangguan Kesehatan Janin Kematian janin dalam kandungan. Tersedia online pada : http://tiasabrina.blogspot.com/2009/06/kematian-janin-dalam- kandungan-intra.html . Diakses pada tanggal 4 November 2014. 1. Kematian janin dalam kandungan A. Definisi Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus. Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas. • Klasifikasi Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh 2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu 3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death) 4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas B. Patofisiologi dan Patogenesis Patologi

description

Gangguang kesehatan janin

Transcript of Gangguan Kesehatan Janin

Page 1: Gangguan Kesehatan Janin

Gangguan Kesehatan Janin

Kematian janin dalam kandungan. Tersedia online pada :

http://tiasabrina.blogspot.com/2009/06/kematian-janin-dalam-kandungan-

intra.html. Diakses pada tanggal 4 November 2014.

1. Kematian janin dalam kandungan

A. Definisi

Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni

kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua

dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran

atau abortus. Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan

adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia

kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.

• Klasifikasi

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh

2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

B. Patofisiologi dan Patogenesis

Patologi

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-

perubahan sebagai berikut :

1. Rigor mostis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2. Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi

kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.

3. Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat,

stadium ini

berlangsung 48 jam setelah anak mati.

Page 2: Gangguan Kesehatan Janin

4. Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas,

hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah

kulit.

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin

atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya

sehingga tidak diobati.

C. Etiologi

1. Fetal, penyebab 25-40%

Anomali / malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops,

hidrosefalus, kelainan jantung congenital

Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat

kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui

otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam

kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus

mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin

terinfeksi, bahkan lahir prematur.

Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni

akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam

rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi

sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi

mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.

Janin yang hiperaktif

Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja bisa

mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir.

Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi

melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup

kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang

mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat

Page 3: Gangguan Kesehatan Janin

terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai

bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.

Infeksi janin oleh bakteri dan virus

2. Placental, penyebab 25-35%

Abruption

Kerusakan tali pusat

Infark plasenta

Infeksi plasenta dan selaput ketuban

Intrapartum asphyxia

Plasenta Previa

Twin to twin transfusion S

Chrioamnionitis

Perdarahan janin ke ibu

Solusio plasenta

D. Maternal, penyebab 5-10%

Antiphospholipid antibody

DM

Hipertensi

Trauma

Abnormal labor

Sepsis

Acidosis/ Hypoxia

Ruptur uterus

Postterm pregnancy

Obat-obat

Thrombophilia

Cyanotic heart diseases

Epilepsy

Anemia berat

Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan

mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan

Page 4: Gangguan Kesehatan Janin

asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental

dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini

bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri

umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera

dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal

kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

E. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan. Kesulitan dalam

memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin

preterm.

D. Manifestasi Klinik

DJJ tidak terdengar

Uterus tidak membesar, fundus uteri turun

Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa

Palpasi anak menjadi tidak jelas

Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari

Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan

Hypofibrinogenemia 25%.

E. Laboratorium dan Penatalaksanaannya

Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-

buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari

kepastian diagnosis.

Biasanya selama masih menunggu ini 70 - 90 % akan terjadi persalinan yang

spontan

Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5

hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi

columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan

kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda

kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan

ketuban berkurang.

Page 5: Gangguan Kesehatan Janin

Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien

selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan

besar dapat lahir pervaginam.

Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,

perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan

hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi

tanpa komplikasi

Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan

penanganan aktif.

Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu

- Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin.

- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan

prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi

karena berisiko infeksi

- Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir

Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan

serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:

- Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6

jam

- Jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 mcg misoprostol, naikkan dosis

menjadi 50 mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali

dan jangan melebihi 4 dosis.

Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,

waspada koagulopati

Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan

melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi

plasenta dan infeksi

Page 6: Gangguan Kesehatan Janin

Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah

diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat

dilakukan induksi persalinan

Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi

efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau

tanpa amniotomi.

http://www.aiinul15.mhs.unimus.ac.id/files/2011/12/ainul4.pdf

Sumber : http://theherijournals.blogspot.com/2013/02/ketuban-pecah-dini.html

2. Ketuban Pecah Dini

A. Definisi

Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onset

of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum

permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar (1998)

mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila

pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam

atau lebih sebelum dimulainya persalinan.

Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah :

1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka

kemungkinan terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi

besar.

2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian

terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan

tanda adanya gangguan keseimbangan feto pelvik..

3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat

memicu terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.

4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of

membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala

akibatnya.

Page 7: Gangguan Kesehatan Janin

5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka

panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi

pertumbuhan dan perkembangan janin.

B. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi

Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan

mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

C. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Serviks inkopeten

Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion

Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang

Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum

masuk PAP, sepalopelvik disproforsi

Kelainan bawaan dari selaput ketuban

Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban

dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.

D. Gejala Klinis

Pasien dengan ketuban pecah dini umumnya datang dengan keluhan

keluarnya cairan dalam jumlah cukup banyak secara mendadak dari vagina.

Mungkin juga merasakan ‘kebocoran’ cairan yang terus menerus atau kesan

‘basah’ di vagina atau perineum. Pemeriksaan yang terbaik untuk diagnosis pasti

adalah melalui observasi langsung keluarnya cairan amnion dari lubang vagina.

Gejala klinis dan diagnosis dapat juga ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik antara lain :

1. Anamnesis :

a. Kapan keluarnya cairan, warna dan baunya.

Page 8: Gangguan Kesehatan Janin

b. Adakah partikel-partikel dalam cairan (lanugo dan verniks).

2. Inspeksi : keluar cairan pervaginam.

3. Inspekulo : bila fundus uteri ditekan atau bagian terendah digoyangkan,

keluar cairan dari osteum uteri internum (OUI).

4. Pemeriksaan dalam:

a. Ada cairan dalam vagina.

b. Selaput ketuban sudah pecah.

Catatan: Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ketuban pecah dini adalah:

1. Saat ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis diketahui pasti kapan

ketuban pecah.

2. Bila anamnesis tidak dapat memastikan kapan ketuban pecah, maka saat

ketuban pecah adalah saat penderita masuk rumah sakit. Bila berdasarkan

anamnesis pasti bahwa ketuban sudah pecah > 12 jam, maka dikamar bersalin

dilakukan observasi selama dua jam. Bila setelah dua jam tidak ada tanda-

tanda inpartu dilakukan terminasi kehamilan.

E. Laboratorium

a. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH

nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine

atau sekret vagina.

1. Tes Lakmus (tes Nitrazin).

yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas

yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan

basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik

adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum

setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi

vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

Page 9: Gangguan Kesehatan Janin

2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek

dan  dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran

daun pakis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

      Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum

uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering

terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

F. Penatalaksanaan

Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sebagai

berikut :

Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru

sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang

sehat

Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu

sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan janin

sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72

jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat

terjamin.

Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat

janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,

dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga

terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan

pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan

janinnya.

Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia

biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan

pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S

Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam

sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.

Page 10: Gangguan Kesehatan Janin

3. Kehamilan Ganda

A. Definisi

Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin atau

lebih. Kehamilan ganda dapat menghasilkan anak kembar dua kembar tiga (triplet

kembar empat (quadruplet), kembar lima (quintriplet), dan kembar enam

(sextuplet). Butuh perlakuan ekstra terhadap tubuh ibu dan janinnya, sejalan

dengan perubahan dan kebutuhan yang jelas berbeda dibandingkan kehamilan

biasa.

B. Patogenesa

Kehamilan kembar dibagi 2:

1.      Kehamilan ganda dari 2 ovum ( dizigotik )

Pada kehamilan dizigotik dapat terjadi :

a.       Jenis kelaminnya kebetulan sama.

b.      Umumnya berbeda seperti pertumbuhan janin biasa yang berasal dari ovum-

spermatozoa yang berbeda.

Berkaitan dengan waktu terjadinya pembuahan terhadap ovum:

Kembar Dizigot : terjadi konsepsi terhadap ovum pada hubungan seksual

dengan waktu yang sama terhadap 2 ovum.

Superfekundasi : konsepsi terjadi terhadap ovum dengan waktu koitus yang

relatif berdekatan

Superfetasi :  kehamilan kedua terjadi pada waktu yang relatif jauh setelah

kehamilan pertama. Syaratnya decidua kapsularis dan decidua parietalis

belum bersatu sehingga memungkinkan spermatozoa dapat mencapai tuba

dan berhasil terjadi konsepsi serta diikuti dengan implantasinya.

2. Kehamilan kembar monozigotik

Kehamila kembar yang terjadi dari satu telur disebut kehamilan monozigotik atau

disebut juga identik, homolog atau uni ovuler. Kira-kira 1/3 kehamilan kembar

adalah monozigotik, mempunyai 2 amnion, 2 korion dan 2 plasenta; kadang-

kadang 2 plasenta menjadi 1. keadaan ini tidak dapat dibedakan dengan kembar

dizigotik. 2/3 mempunyai 1 plasenta, 1 korion dan atau 2 amnion. Pada kehamilan

kembar monoamniotik kematian bayi masih sangat tinggi.

Page 11: Gangguan Kesehatan Janin

Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu:

1. 0 – 72 jam

Terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau

rahim punya dua plasenta.

2. 4 – 8 hari

Selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini

bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi

satunya tidak sehingga perkembangan bayi bisa terhambat.

3. 9-12 hari

Selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih

membelah dengan baik.

4. 13 hari atau lebih

Rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga

kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya waktu

pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi berdempet. Jadi kembar

siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari.

Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan

pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat

pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya.

Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah

tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan

infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.

C. Etiologi

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah ; bangsa, umur, dan paritas sering

mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur.

2. Faktor obat-obat induksi ovulasi: profertil, clomid, dan hormone gonadotropin

dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari 2.

3. Faktor keturunan

4. Faktor yang lain belum diketahui:

Page 12: Gangguan Kesehatan Janin

Faktor bangsa : Mempengaruhi kehamilan ganda : di AS lebih banyak

dijumpai pada wanita kulit hitam dibandingkan kulit putih. Angka tertinggi

kehamilan ganda dijumpai di Finlandia dan terendah Jepang.

Faktor umur : Makin tua, makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan

menurunan lagi setelah umur 40 tahun.

Paritas : Pada primipara 9,8 per 1000 dan multipara ( Oktipara ) naik jadi 18,9

per 1000 persalinan.

Keturunan : Keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang

biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.

D. Gambaran Klinis

Gejala dan Tanda

1. Keluhan kehamilan lebih sering terjadi dan lebih berat.

2. Tanda-tanda yang sering terlihat :

Ukuran uterus lebih besar dari kehamilan normal

Distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransinya dan

seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin pendek dan makin

banyaknya janin pada kehamilan kembar.

Kenaikan berat badan ibu berlebihan.

Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah

sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain

Polihidramnion.

Palpasi yang meraba banyak bagian kecil janin.

Detak Jantung Janin lebih dari 1 tempat dengan perbedaan frekuensi sebesar

> 8 detik per menit.

E. Laboratorium

Rontgen foto abdomen

Tampak gambaran 2 janin

Ultrasonografi

Bila tampak 2 janin yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada triwulan

satu

Elektrokardiogram total

Page 13: Gangguan Kesehatan Janin

Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari dua janin

Pemeriksaan Penunjang 

Digunakan untuk menentukan apakah persalinan akan di lakukan dengan

normal atau tindakan atau dengan secsio sesaria. Pemeriksaan penunjang ini

antara lain dengan test laboratorium dan USG. USG juga dapat menegakkan

diaknosa kehamilan kembar.selain USG juga dilakukan pemeriksaan

laboratorium darah berupa Hb dan golongan darah untuk menjaga

kemungkinan terjadinya pendarahan post partum.  

F. Penatalaksanaan

Penanganan dalam Kehamilan

Pemeriksaan Antenatal lebih sering. Mulai kehamilan 24 minggu pemeriksaan

dilakukan tiap 2 minggu, sesudah kehamilan 36 minggu tiap minggu, sehingga

tanda-tanda preeklampsi dapat diketahui  secara dini dan penanganan dapat

dikerjakan dengan segera.Setelah kehamilan 30 minggu, perjalanan jauh dan

koitus sebaiknya dialarang karena dapat merupakan faktor predisposisi partus

prematurus.Anemia hipokrom tidak jarang terjadi pada kehamilan kembar karena

kebutuhan besi 2 bayi dan  penambahan volume darah ibu sangat meningkat.

Pemberian sulfas ferosus 3×100 mg secara rutin perlu dilakukan. Selain zat besi

dianjurkan untuk memeberikan asam folik sebagai tambahan.

Penatalaksanaan Persalinan

Posisi janin pertama harus ditentukan saat masuk kamar bersalin.

Bila janin pertama letak lintang atau letak sungsang maka persalinan diakhiri

dengan SC

Bila janin pertama letak kepala, dapat dipertimbangkan persalinan

pervaginam.

Bila janin pertama letak sungsang dan janin letak kepala, dikhawatirkan

terjadi interlocking sehingga persalinan anak pertama mengalami “after

coming head”

Setelah janin pertama lahir, biasanya kontraksi uterus menghilang atau

berkurang sehingga tidak jarang bahwa kontraksi uterus perlu diperkuat

Page 14: Gangguan Kesehatan Janin

dengan pemberian oksitosin infuse setelah dipastikan anak ke II dapat lahir

pervaginam.

Mekanisme Interlocking pada persalinan kembar dapat menyebabkan beberapa

komplikasi antara lain:

         Hipertensi dalam kehamilan

         Anemia

         Polihidramnion

         Persalinan preterm

         Persalinan macet akibat interlocking atau collision bagian terendah janin

         Mortalitas perinatal meningkat