Gangguan Kepribadian Sadistik

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kepribadian sadistik adalah suatu tambahan yang kontroversial pada apendiks DSM III-R, dan tidak dimasukkan di dalam DSM IV. Orang dengan gangguan kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan dan perilaku agresif, yang dimulai sejak anak-anak awal dan diarahkan kepada orang lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan menghina atau merendahkan orang lain dan biasanya telah mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-anak. Pada umumnya, orang dengan gangguan kepribadian sadistik merasa tertarik dengan kekejaman, senjata, cidera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan dalam kategori ini, orang tersebut tidak termotivasi semata- mata oleh keinginan untuk mendapatkan rangsangan seksual dari perilaku mereka; jika termotivasi demikian, parafilia dari sadisme seksual harus didiagnosis. Meskipun sadisme merupakan suatu hal yang menjadi perhatian masanyarakat dan media, namun hanya sedikit literatur ilmiah yang membahasnya, Bahkan sejak diterbitkannya artikel klasik dari Britain’s the sadistic murderer” pada tahun 1970 yang memperhatikan pelaku sadistik. Ada peningkatan perhatian dari para profesional terhadap pelaku sadistik dan agresive pada populasi normal (Gebhart et al, 1965). Kami mengambil judul ini sebagai judul meet the expert karena perilaku 1

description

Gangguan kepribadian sadistik adalah suatu tambahan yang kontroversial pada apendiks DSM III-R, dan tidak dimasukkan di dalam DSM IV. Orang dengan gangguan kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan dan perilaku agresif, yang dimulai sejak anak-anak awal dan diarahkan kepada orang lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan menghina atau merendahkan orang lain dan biasanya telah mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-anak. Pada umumnya, orang dengan gangguan kepribadian sadistik merasa tertarik dengan kekejaman, senjata, cidera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan dalam kategori ini, orang tersebut tidak termotivasi semata-mata oleh keinginan untuk mendapatkan rangsangan seksual dari perilaku mereka; jika termotivasi demikian, parafilia dari sadisme seksual harus didiagnosis.

Transcript of Gangguan Kepribadian Sadistik

Page 1: Gangguan Kepribadian Sadistik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan kepribadian sadistik adalah suatu tambahan yang kontroversial pada

apendiks DSM III-R, dan tidak dimasukkan di dalam DSM IV. Orang dengan gangguan

kepribadian sadistik menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan dan perilaku

agresif, yang dimulai sejak anak-anak awal dan diarahkan kepada orang lain. Orang dengan

gangguan ini kemungkinan menghina atau merendahkan orang lain dan biasanya telah

mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazimnya, terutama anak-

anak. Pada umumnya, orang dengan gangguan kepribadian sadistik merasa tertarik dengan

kekejaman, senjata, cidera, atau penyiksaan. Untuk dimasukkan dalam kategori ini, orang

tersebut tidak termotivasi semata-mata oleh keinginan untuk mendapatkan rangsangan

seksual dari perilaku mereka; jika termotivasi demikian, parafilia dari sadisme seksual harus

didiagnosis.

Meskipun sadisme merupakan suatu hal yang menjadi perhatian masanyarakat dan

media, namun hanya sedikit literatur ilmiah yang membahasnya, Bahkan sejak

diterbitkannya artikel klasik dari Britain’s “the sadistic murderer” pada tahun 1970 yang

memperhatikan pelaku sadistik. Ada peningkatan perhatian dari para profesional terhadap

pelaku sadistik dan agresive pada populasi normal (Gebhart et al, 1965). Kami mengambil

judul ini sebagai judul meet the expert karena perilaku yang sedang berkembang sekarang

ini tetapi pembahasan ilmiah mengenai gangguan kepribadian sadistik ini masih terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Pembahasan meet the expert ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, faktor

pencetus, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding. Penatalaksaan, dan prognosis

Gangguan Pesonal Sadistik.

1.3 Tujuan Penulisan

Meet the expert ini bertujuan untuk menambah pengtahuan penulis dan pembaca

tentang gangguan kepribadian sadistik.

1

Page 2: Gangguan Kepribadian Sadistik

1.4 Metode Penulisan

Penulisan referat ini merupakan tinjauan kepustkaan berdasarkan rujukan dari

berbagai literatur.

2

Page 3: Gangguan Kepribadian Sadistik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepribadian dan Gangguan Kepribadian

Kepribadian adalah kombinasi dari pikiran, emosi dan perilaku yang membuat

manusia unik. Ini cara manusia melihat, memahami dan berhubungan dengan dunia luar,

serta bagaimana melihat diri mereka. Kepribadian terbentuk selama masa kanak-kanak,

dibentuk melalui interaksi dari dua faktor:

1. Faktor genetik.

2. Lingkungan, atau situasi kehidupan.

Lingkungan ini Anda dibesarkan dalam, peristiwa yang terjadi, dan hubungan dengan

anggota keluarga dan lain-lain. Ini mencakup hal-hal seperti jenis pengasuhan Anda

miliki, apakah mencintai atau sewenang-wenang. Ini adalah "memelihara" bagian dari

alam vs memelihara perdebatan.

Gangguan kepribadian adalah suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan

dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap kehidupannya.Untuk

dapat didiagnosis dengan gangguan dalam kategori ini, psikolog akan mencari kriteria

berikut:

1. Gejala telah hadir untuk jangka waktu lama, tidak fleksibel dan menyebar luas, dan

bukan merupakan hasil dari alkohol atau obat-obatan atau gangguan kejiwaan lainnya.

Sejarah gejala dapat ditelusuri kembali ke masa remaja atau awal masa dewasa

setidaknya.

2. Gejala-gejala telah menyebabkan dan terus menyebabkan penderitaan yang signifikan

atau konsekuensi negatif dalam berbagai aspek kehidupan seseorang.

3. Gejala terlihat dalam setidaknya dua dari bidang berikut:

Pikiran (cara memandang dunia, berpikir tentang diri sendiri atau orang lain, dan

berinteraksi)

Emosi (kesesuaian, intensitas, dan berbagai fungsi emosional)

Impulse kontrol

Berfungsi Interpersonal (hubungan dan keterampilan interpersonal)

3

Page 4: Gangguan Kepribadian Sadistik

2.2 Gangguan Kepribadian Sadistik

Pengertian sadism didapatkan dari nama seorang penulis berkebangsaan Prancis

yang hidup pada tahun 1740 hingga tahun 1814, yaitu Donatien-Alphonse-Francois de Sade,

yang lebih dikenal sebagai Marquis de Sade. Hasil karyanya oleh banyak pihak dianggap

sebagai literature eksotis yang sangat penting, Karena karyanya dengan cukup efektif,

cerdas dan tak dapat dibantah bahwa dapat menggambarkan peningkatan nafsu seksual yang

diperoleh dengan cara penyiksaan seksual. Bagian ini diambil dari Justine (de Sade, 1990),

sebagai contohnya, menggambarkan pemerkosaan sadistik yang dilakukan oleh seorang

rahib demi kepentingan kepuasan seksual yang diperoleh dengan cara perlakuan sadis dan

mempermalukan korbannya.

Berdasarkan Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder, Third Edition,

Revised (DSM-III-R), gangguan kepribadian sadistik merupakan gangguan kepribadian

yang menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan dan perilaku agresif yang

dimulai sejak masa anak-anak awal, dan diarahkan kepada orang lain.

Kekejaman dan kekerasan fisik digunakan untuk menyababkan sakit pada orang

lain, dan bukan untuk mencapai suatu tujuan lain. Orang dengan gangguan ini kemungkinan

menghina atau merendahkan orang dihadapan orang lain dan biasanya telah mengancam

atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak sesuai, terutama anak-anak. Pada

umumnya, orang dengan ganguan kepribadian sadistic merasa tertarik dengan kekejaman,

senjata, cedera, atau penyiksaan. Untuk tidak dimasukkan kedalam kategori ini, orang

tersebut tidak termotivasi semata-mata oleh keinginan untuk mendapatkan rangsangan

seksual dari perilaku mereka.

2.3. Epidemiologi

Meskipun sadisme merupakan suatu hal yang menjadi perhatian masanyarakat dan

media, namun hanya sedikit literatur ilmiah yang membahasnya, disebabkan sedikitnya

informasi perilaku sadistik karena sedikitnya kasus yang ditemukan. Karena perilaku ini

relativ langka pada populasi umum. Sedikit keluhan secara langsung mengenai perilaku

sadistik ini. Pelaku tidak semuanya mengunjungi psikiater . pelaku sadist baru diketahui

psikiater setelah adanya masalah hukum.

4

Page 5: Gangguan Kepribadian Sadistik

Menurut penelitian Myers, Burket, and Husted di rumah sakit Universitas Florida

didapatkan 14% sampel memenuhi kriteria gangguan kepribadian sadistik. Ini merupakan

hal yang mengejutkan. Sampel yang memenuhi kriteria diagnostik ini biasanya terkait

dengan sampel dari kasus kriminal atau sampel forensik dibandingkan pasien rawat inap.

Gangguan kepribadian ini sering dimulai di masa kecil dan terakhir pada dewasa.

Ada keengganan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian pada anak, meskipun, karena

pola-pola perilaku dan pemikiran hanya bisa mencerminkan eksperimen remaja atau fase

perkembangan sementara. Sebuah prevalensi yang tinggi gangguan perilaku pada remaja

dengan gangguan kepribadian sadistik telah dilaporkan sebelumnya. Dalam sebuah studi

dari 14 remaja pelaku pembunuhan.

2.4. Penyebab dan Faktor Pencetus

Gangguan kepribadian dianggap disebabkan oleh kombinasi pengaruh-pengaruh

genetik dan lingkungan. Mereka mungkin memiliki kerentanan genetik untuk

mengembangkan gangguan kepribadian dan situasi kehidupan mereka mungkin memicu

perkembangan aktual dari gangguan kepribadian.

Faktor pencetus :

Meskipun penyebab yang tepat dari gangguan kepribadian tidak diketahui, faktor-

faktor tertentu tampaknya meningkatkan risiko atau memicu gangguan kepribadian,

termasuk:

Riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya

Rendah status sosial ekonomi

Kekerasan verbal, fisik atau seksual selama masa kanak-kanak

Penelantaran masa kanak-kanak

Kehidupan keluarga yang tidak stabil atau kacau masa kanak-kanak

Menjadi anak yang didiagnosis dengan gangguan perilaku

Kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian traumatis masa kanak-kanak

Berdasarkan jurnal Britain’s menyimpulkan bahwa pelaku sadistik mengalami

bebeberapa hal dalam perkembangannya diantaranya, selalu bertentangan dengan ibunya,

memiliki ayah yang otoriter dan sering menghukum, selalu diasingkan dan tidak cocok

dengan sosial

5

Page 6: Gangguan Kepribadian Sadistik

2.5. Diagnosis

Berdasarkan DSM-III-R, gangguan kepribadian sadistik dapat didiagnosis jika

memiliki minimal 4 kriteria dari kriteria di bawah ini :

A. Gangguan kepribadian yang menunjukkan pola kekejaman yang pervasif, merendahkan

dan perilaku agresif yang dimulai sejak masa anak-anak awal, dan diarahkan kepada

orang lain.

1. Menggunakan kekejaman fisik atau kekerasan untuk mendominasi di dalam

hubungan (tidak hanya untuk mencapai beberapa tujuan non-interpersonal)

2. Menghina atau merendahkan orang lain di hadapan orang lain

3. Mengancam atau menghukum orang lain dengan kasar yang tidak lazim

4. Berbohong untuk tujuan merugikan atau menimbulkan rasa sakit pada orang lain.

5. Memaksa orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan dengan menakut-nakuti

mereka (melalui intimidasi atau bahkan teror)

6. Membatasi hubungan seseorang dengan orang-orang dekatnya, misalnya tidak akan

membiarkan pasangan meninggalkan rumah tanpa pendamping atau melarang anak

remaja untuk berhubungan sosial.

7. Menyukai kekerasan, senjata, seni bela diri, cedera, penyiksaan.

B. Sikap yang terdapat pada poin A, tidak hanya ditujukan pada 1 orang dan tidak memiliki

tujuan seksual (Sexual sadism)

Pasien dengan Gangguan Kepribadian Sadistik memiliki lima karakter kepribadian :

1. High Neuroticsm

Mendapatkan pengaruh negatif yang lama, termasuk kecemasan, rasa ketakutan,

ketegangan, lekas marah, kemarahan, keputusasaan, rasa bersalah, malu, kesulitan dalam

mengendalikan diri, contohnya untuk makan, minum, menghabiskan uang, keyakinan

yang irrasional misalnya harapan yang tidak realistis, perfeksionis, pesimis yang tidak

beralasan, ketidakberdayaan, dan ketergantungan kepada orang lain untuk dukungan

emosional dan pengambilan keputusan.

2. High Extraversion

Berbicara berlebihan, ketidaksesuaian dirinya dengan orang lain,

ketidakmampuan untuk menghabiskan waktu sendirian, mencari perhatian dan ekspresi

6

Page 7: Gangguan Kepribadian Sadistik

emosi yang terlalu dramatis, berani mencari kebahagiaan, upaya untuk mendominasi dan

mengendalikan orang lain.

3. High Openness

Senang berfantasi dan melamun, berpikir eksentrik (percaya dengan UFO,

reinkarnasi, hantu), menyamarkan identitas, dan pembangkakan sosial.

4. Low Agreeableness

Sinis, berpikir paranoid, ketidakmampuan untuk percaya dengan orang lain

bahkan teman-teman atau keluarga, suka berkelahi, eksploitatif dan manipulatif,

berbohong, kasar, kurangnya kesopanan terhadap orang lain, kebiasaan untuk melanggar

hukum.

5. High Conscientiousness

Memiliki target hidup yang tinggi, gila kerja, kompulsif, (termasuk berlebihan

terhadap kebersihan, kerapian, perhatian terhadap detail), kekakuan disiplin diri, tidak

mampu mengatur kegiatan sampingan dan istirahat, kurangnya spontanitas.

Gangguan kepribadian sadistik sering berhubungan dengan depresi. Biasanya

terjadi pada anak-anak dengan orang tua yang otoriter. Orang dengan sadistik ingin

menyakiti orang lain karena mereka merasa senang menemukan penderitaan orang lain, baik

jasmani dan psikologi.Mereka menyiksa binatang dan manusia karena, bagi mereka,

pemandangan dan suara dari makhluk menggeliat kesakitan yang lucu dan menyenangkan.

Mereka memiliki banyak akal untuk menyakiti orang lain, mereka berbohong, menipu,

melakukan kejahatan, dan bahkan membuat pengorbanan pribadi semata,sehingga

menikmati saat menyaksikan penderitaan orang lain.

Mereka meneror dan mengintimidasi bahkan orang terdekat dan tersayang untuk

melakukan keinginan mereka.Mereka menciptakan aura dan suasana ketakutan dan

kekhawatiran. Ini mereka capai dengan menyebarkan kompleks "aturan rumah" yang

membatasi otonomi tanggungan mereka (pasangan, anak-anak, karyawan, pasien, klien,dll).

Mereka memiliki kata akhir dan hukum tertinggi. Mereka harus dipatuhi, tak peduli betapa

sewenang-wenang dan tidak masuk akal keputusan mereka.…Berdasarkan jurnal Britain’s

terdapat kesimpulan deskripsi dari sindrome pada sadistik:

7

Page 8: Gangguan Kepribadian Sadistik

Perkembangan:

Selalu bertentangan dengan ibunya.

Ayah yang otoriter dan sering menghukum

Selalu diasingkan dan tidak cocok dengan sosial

Personaliti

Introspektif, suka menyendiri, penyelidik, obsesif, terlalu sopan sombong, hipokondria.

Jarang menunjukkan kekasaran

Penyerangan yang tiba-tiba

Sexualiti

Merasa lebih rendah dibanding laki-laki lain dalan bidang seksual

Sering impoten

Homoseksual, memiliki fantasi yang tinggi

Kebiasaan

Senang memiliki posisi kekuasaan lebih dari orang dan binatang.

Menarik terhadap kekejaman di buku dan film

Ketertarikan terhadap sesuatu yang tidak lazim seperti vampir, ilmu hitam, NAZI,

penganiayaan.

Tertarik pada senjata.

Sering ada riwayat menganiaya binatang.

Biasanya tidak peminum alkohol

Riwayat Medis

Sedikit / sebelumnya tidak pernah kontak dengan psikiater.

Bukan skizofrenia

Dapat berkembang menjadi anxietas dan depresi sebagai bentuk perlawan keinginan

untuk membunuh.

Kriminal

Mudah tersinggung jika harga diri terusik.

Merencanakan kejahatan membuat dia merasa menjadi orang besar.

Ferasa lebih baik dan dpat berperilaku normal setelah melakukan tindakan kriminal.

Membunuh dengan asfiksia mekanik, menikam dalam jumlah banyak, melukai

payudara payudara, genitali, dan rektum.

8

Page 9: Gangguan Kepribadian Sadistik

Hubungan sexualnya tidak tetap, dia dapat melakukan masturbasi disebelah korbannya

2.6. Penatalaksanaan

Gangguan kepribadian cenderung menjadi kronis dan kadang-kadang dapat

bertahan lebih dari usia dewasa. Sehingga diperlukan pengobatan yang jangka panjang. Tim

yang terlibat dalam perawatan yaitu dokter keluarga, psikiater, psikoterapis, anggota

keluarga.

Beberapa perawatan yang tersedia untuk gangguan kepribadian. Mereka termasuk:

a. Psikoterapi

Psikoterapi adalah cara utama untuk mengobati gangguan kepribadian.

Psikoterapi adalah istilah umum untuk proses mengobati gangguan kepribadian dengan

berbicara tentang kondisi dan isu-isu terkait dengan psikoterapis. Selama psikoterapi,

kita belajar tentang kondisi dan suasana hati, perasaan, pikiran dan perilaku pasien.

Menggunakan wawasan dan pengetahuan yang kita peroleh dalam psikoterapi, kita

dapat mempelajari cara-cara untuk mengelola gejala.

Jenis psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian dapat

meliputi:

Cognitive behavioral therapy

Ini menggabungkan fitur dari kedua kognitif dan terapi perilaku untuk membantu

kita mengidentifikasi keyakinan dan perilaku negatif pasien dan menggantinya

dengan yang benar dan positif.

Dialectical behavior therapy

Ini adalah jenis terapi perilaku kognitif yang mengajarkan keterampilan perilaku

untuk membantu menoleransi stres, mengatur emosi dan meningkatkan hubungan

dengan orang lain.

Psychodynamic psychotherapy

Terapi ini berfokus pada peningkatan kesadaran pikiran bawah sadar dan perilaku,

mengembangkan wawasan baru ke dalam motivasi, dan menyelesaikan konflik

untuk hidup lebih bahagia.

Psychoeducation

9

Page 10: Gangguan Kepribadian Sadistik

Terapi ini mengajarkan pasien, keluarga dan teman tentang penyakit pasien,

termasuk perawatan, strategi, dan kemampuan memecahkan masalah.

b. Obat-obatan

Tidak ada obat khusus untuk mengobati gangguan kepribadian. Namun, beberapa

jenis obat-obatan psikiatri dapat membantu dengan gejala berbagai gangguan

kepribadian.

Obat antidepresan.

Antidepresan mungkin berguna jika pasien memiliki mood depresi, kemarahan,

impulsif, mudah marah atau putus asa, yang mungkin berhubungan dengan

gangguan kepribadian sadistik.

Mood Stabilizer.

Mood stabilizer dapat membantu perubahan suasana hati atau mengurangi sikap

cepat marah, impulsif dan agresi.

Obat anti kecemasan.

Ini mungkin membantu jika pasien memiliki kecemasan, agitasi atau insomnia.

Obat antipsikotik.

Disebut juga neuroleptik, ini mungkin membantu jika gejala pasien termasuk

kehilangan reality testing ability (psikosis)

c. Rawat Inap

Dalam beberapa kasus, gangguan kepribadian dapat menjadi begitu parah

sehingga pasien memerlukan rawat inap psikiatri. Rumah sakit psikiatris umumnya

direkomendasikan hanya bila pasien tidak mampu merawat diri dengan benar atau

ketika membahayakan diri sendiri atau orang lain

2.7. Prognosis

Gangguan kepribadian cenderung menjadi kronis. Pada beberapa kasus, pelaku

sadistik cenderung melakukan kembali tindakan sadistiknya setelah pengobatan ataupun

penjara.

10