Gangguan Kepribadian
-
Upload
lutfi-malefo -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of Gangguan Kepribadian
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap manusia menjalani kehidupan dari masa anak-anak sampai remaja dan
hingga dewasa. Dalam perkembangan kehidupannya, setiap manusia memiliki cara dan
sikap yang berbeda-beda. Tanpa disadari, bagaimana seorang manusia tersebut menjalani
kehidupannya sejak anak-anak akan membentuk suatu kepribadian yang kuat akan masa-
masa hidup yang berikutnya. Namun, ketika seseorang tersebut memiliki suatu gangguan
dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, maka hal itu dapat menjadi pertanda bahwa orang
tersebut mungkin memiliki hal yang salah dalam kepribadiannya.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku
yang menanadai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasa.
Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang
yang ditemukan pada sebagian orang, hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan tidak
maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan
subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. Gejala gangguan
kepribadian adalah aloplastik ( yaitu, mampu mengadaptasi dan mengubah lingkungan
eksternal ) dan ego–sintonik ( yaitu, dapat diterima oleh ego ), mereka dengan gangguan
kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku mal adaptifnya
Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya
yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus,
sejawat dikantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita
terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim
dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka
acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus
memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu
kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar
tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul
pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
1
B.Tujuan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk dapat lebih mengenal dan memahami
tentang gangguan kepribadian. Selain itu juga untuk memenuhi persyaratan dalam
kepaniteraan klinik di departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah
Banjar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Kepribadian
Kata ‘kepribadian´ (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: persona.
Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain
sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut
diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang
diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-
sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian dapat didefinisikan sebagai
totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang darihari ke hari
dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan(Kaplan.S).
B.Pembentukan Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat
membedakannya dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan
tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam
masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan
kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan
tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat,misalnya jabatan atau
pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya
diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan
dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang
tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang.
Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri
sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang berbeda-beda
itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
3
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada
dirinya sendiri. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu
sendiri. Pengalamanini tidak tergantung pada status dan peran orang yang
bersangkutan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman yang umum maupun
yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-
individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-
beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian
yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam
kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas
diri. Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu
tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan
sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan
kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung
mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan
ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya.
Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu
menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-
gangguan kejiwaan pada masa dewasanya.Karena itu penting sekali diusahakan
agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur
melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi
dirinya sendiri.
C.Teori Kepribadian
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni
teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme,
danteori psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud
membangunmodel kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan
satu samalain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi
psikis ndividu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.
4
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls
biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapaidengan
cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati) memilikistandar
moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, egoharus
menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang selaluminta
disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluriitu).
Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar
sebelummenampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya
menghadapikonflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-
dorongan yang datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang
diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran
pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda
dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan
superego,menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik
antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran,
perasaan,dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti
pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang
menekankanaspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-
teori inimenyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni
polakecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil
inimenyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi. Allport
membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal
disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu
sama lainnya.
Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-
sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun
berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka
terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan putih´ bagi
orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang
5
kedua menilai kejujuran lebih tinggi, danmengatakan apa adanya walaupun hal itu
melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif
berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain,
dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk
mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari William
Sheldom.Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian
ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat
digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang
memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan tingkatannya masing-
masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik
yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom adatiga komponen atau dimensi
temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-
sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran,lamban,
santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat
seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh
perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah
laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan
bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas
pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola
yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang
diperkuatnya. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan
untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.Misalnya,
beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan
kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain,
seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan
kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.
6
b. Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang
tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak
mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk
memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah
penglihatan dengan cara memakai kacamata.
c. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggungg jawab.Misalnya,
orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya
sehingga dapat mengekang diri sendiri
d. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam
dirikita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik
meditasi untuk mengatasi stess.
e. Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar
tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan
tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
f. Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut
Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas
perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri
karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan
menonton film yang bagus.
g. Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mungkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai
tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri
karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar
kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari
pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi
lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari
7
penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling di hubungkan dan
diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia
tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini
dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan
psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
D.Gangguan Kepribadian
1. Definisi
Gangguan kepribadian (Aksis II pada DSM-IV) merupakan suatu ciri
kepribadian yang menetap, kronis, dapat terjadi pada hampir semua
keadaan,menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan maladaptif serta
menyebabkan fungsi kehidupan yang buruk, tidak fleksibel dan biasanya terjadi pada
akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini masalah-
masalah kepribadian sering bermunculan begitu luas dan komplek.
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-
sifatkepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Akibatnya. dia akan mengalami ‘kerusakan´ berat dalam hubungan
sosialnya atau dalam bidang pekerjaannnya atau dirinya terasa sangat menderita.
Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik.
Artinya, orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah lingkungan
untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu, gejala-gejalanya juga
egosintonik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima dengan
baik gejala-gejalanya.Umumnya orang dengan gangguan kepribadian menolak
bantuan secara psikiatrik.
2. Etiologi
a. Faktor Genetik
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada
15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik,
angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu
8
luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah
kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
b. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang di identifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contoh nya; anak-
anak yang secara tempera mental ketakutan mungkin mengalami kepribadian
menghindar.
c. Faktor Biologis
Hormon orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunjukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik
tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurun kan depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
d. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada
stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat
menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti. Klasifikasi Dalam
Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV),
gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
1) Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan
skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini sering kali tampak aneh dan
eksentrik.
2) Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang,histrionik
dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional,
dan tidak menentu.
3) Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan
obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian
yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif
9
dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak
cemas atau ketakutan.
3. Macam-macam Gangguan Kepribadian
Menurut PPDGJ, klasifikasi gangguan kepribadian sebagai berikut:
a. Gangguan kepribadian khas
1) Gangguan kepribadian paranoid
2) Gangguan kepribadian schizoid
3) Gangguan kepribadian dissosial
4) Gangguan kepribadian emosional tak stabil
5) Gangguan kepribadian histrionik
6) Gangguan kepribadian anankastik
7) Gangguan kepribadian cemas
8) Gangguan kepribadian dependen
9) Gangguan kepribadian khas lainnya
10) Gangguan kepribadian YTT
b. Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
1) Gangguan kepribadian campuran
2) Gangguan kepribadian yang bermasalah
Berikut akan dijelaskan satu persatu beberapa tipe gangguan kepribadian yang
telah disebutkan di atas:
1) Gangguan Kepribadian Paranoid
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan adanya
perasaan curiga yang berlebihan pada orang lain. Mereka menolak tanggung jawab atas
perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain. Mereka
seringkali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah termasuk pasangan
yang cemburu secara patologis. Mereka seringkali bertanya tanpa pertimbangan, tentang
loyalitas dan kejujuran teman atau teman kerjanya atau cemburu dengan bertanya-tanya
tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksualnya. Gangguan ini
lebih sering terdapat pada laki-laki dibandingkan wanita. Berdasarkan suatu penelitian
menunjukkan bahwa paranoid personality disorder banyak terdapat pada pasien dengan
skizofrenia dangan gangguan delusi (Nida UI Hasanat, 2004 : 11)
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme pertahanan
ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif,
bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena
10
menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya
tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk
dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang
lain. Dan berdasarkan teori kognitif- behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu
dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang
membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 :74).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5%. Orang
dengan gangguan kepribadian jarang mencari pengobatan sendiri. Gangguan adalah
lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita.
Gejala Klinis
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecendrungan yang
pervasif dantidak diinginkan untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai
merendahkan atau mengancam secara disengaja. Pasien mengeksternalisasikan
emosinya sendiri dan menggunakan pertahanan proyeksi yaitu mereka menghubungkan
kepada orang lain impuls dan pikiran yang tidak dapat diterimanya sendiri. Pasien
dengan gangguan adalah terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi.
Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu rasional dan objektif, tetapi
sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan gangguan kepribadian paranoid
mungkin tampak seperti sibuk dan efisien, tetapi mereka seringkali menciptakan
ketakutan atau konflik bagi orang lain.
Kriteria Diagnostik Gangguan Paranoid
a. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan
tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih)
berikut :
1) Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan,atau menghianati dirinya.
2) Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja.
3) Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa takut yang
tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya.
4) Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa.
11
5) Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera,
atau kelalaian.
6) Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang.
7) Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksual.
b. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood
dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari kondisi medis umum.
Diagnosa Banding
a. Gangguan delusional : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid
b. Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan fikiran formal tidak ditemukan pada
gangguan kepribadian paranoid.
c. Gangguan kepribadian ambang : karena pasien paranoid jarang mampu terlibat
secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat
perilaku antisosial.
d. Gangguan schizoid : adalah menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak
memilikigagasan paranoid.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Tidak ada penelitian jangka panjang yang adekuat terhadap pasien
gangguankepribadian paranoid yang telah dilakukan. Pada beberapa orang gangguan
kepribadian paranoid adalah terjadi seumur hidup. Pada orang lain, gangguan ini adalah
tanda dari skizofrenia. Pada orang lain lagi, saat mereka menjadi semakin matang dan
stress menghilang, sifat paranoid memberikan jalan untuk pembentukan reaksi,
perhatian yang tepat terhadap moralitas dan perhatian altruistik.Tetapi, pada umumnya,
pasien dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah seumur hidupnya dan
tinggal bersama orang lain. Masalah pekerjaan dan perkawinan adalah sering
ditemukan.
Terapi :
a. Psikoterapi
Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu
ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat
12
bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang
terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang
dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidak
percayaan pasien.
b. Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan.
Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine (Mellaril)
atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk
menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik
pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid. Dalam
masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidak
percayaan pasien.
2) Gangguan Kepribadian Skizoid
Menurut David & Neale dalam Nida UI Hasanat, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan tidak menikmati
hubungan sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang dengan gangguan ini
tampak tidak menarik karena tidak memiliki kehangatan terhadap orang lain dan
cenderung untuk menjauhkan diri. Jarang sekali memiliki emosi yang kuat, tidak
tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Mereka mungkin
menjalani kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan atau harapan untuk ikatan
dengan orang lain yang sangat kecil. Riwayat kehidupan orang tersebut mencerminkan
minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang tidak kompetitif dan sepi yang
sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan seksual mereka mungkin hanya semata-
mata dalam fantasi, dan mereka mungkin menunda kematangan seksualitas tanpa batas
waktu tertentu. Mampu menanamkan sejumlah besar energi afektif dalam minat yang
bukan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik
pada binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada
kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan memberikan
suatu gagasan yang asli dan kreatif (Kaplan & Saddock, 1997 : 250).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid tidak ditentukan secara jelas.
Gangguan mungkin mengenai 7,5% populasi umum. Rasio jenis kelamin untuk
gangguan adalah tidak diketahui, walaupun beberapa penelitian melaporkan suatu rasio
13
laki-laki terhadap wanita adalah 2 berbanding 1. Orang dengan gangguan cenderung
mencari pekerjaan sendirian yang melibatkan sedikit kontak atau tanpa kontak dengan
orang lain. Banyak orang menyukai kerja dimalam hari dibandingkan kerja disiang hari,
sehingga mereka tidak perlu berhadapan dengan orang banyak.
Gejala Klinis
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid memberi kesan dingin dan
mengucilkan diri, dan mereka tampak menjauhkan diri dan tidak ingin terlibat dengan
peristiwa sehari-hari dan permasalahan orang lain. Mereka tampak tenang,
jauh,menutup diri dan tidak dapat bersosialisasi. Biasanya, orang dengan gangguan
kepribadian skizoid mengungkapkan ketidamampuan seumur hidupnya untuk
mengekspresikan kemarahan secara langsung
Kriteria Diagnostik Untuk Kepribadian Schizoid
a. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalamanemosi yang
terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal
danditemukan dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau
lebih) berikut :
1) Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi
bagian dari keluarga.
2) Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian.
3) Memiliki sedikit, jika ada,rasa tertarik untuk melakukan pengalaman seksual
dengan orang lain.
4) Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktifitas.
5) Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara
derajat pertama.
6) Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain.
7) Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas.
b. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia , gangguan , suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain atau suatu gangguan
perkembangan pervasif , dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi
medis umum.
Diagnosis Banding
a. Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, pasien
dengan gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan mereka
mungkin memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil, jika terisolasi. Pasien skizofrenia
14
juga berbeda karena menunjukkan gangguan pikiran atau pikiran waham. Walaupun
mereka memiliki banyak sifat yang sama dengan pasien gangguan kepribadian
skizoid, mereka dengan gangguan paranaoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial,
riwayat perilaku verbal yang agresif dan kecendrungan yang lebih besar untuk
memproyeksikan perasaan merekakepada orang lain.
b. Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien gangguan kepribadian skizotipal dan
pasien gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien skizotipal menunjukan
kemiripan yang lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal keanehan
persepsi, pikiran, perilaku dan komunikasi.
c. Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah terisolasi tetapi memiliki keinginan
kuat untuk berperan serta dalam aktifitas, suatu karakteristik yang tidak ditemukan
pada pasien dengan gangguan kepribadian schizoid.
Perjalanan penyakit dan diagnosis
Onset gangguan kepribadian skizoid biasanya pada masa anak-anak awal.
Gangguan kepribadian skizoid adalah berlangsung lama tetapi tidak selalu seumur hidup.
Proporsi pasien yang menjadi skizofrenia adalah tidak diketahui.7
Terapi
a. Psikoterapi
Terapi pasien gangguan kepribadian skizoid adalah mirip dengan terapi
pasien gangguan kepribadian paranoid.Tetapi, kecendrungan pasien skizoidke arah
introspeksi adalah konsisten dengan harapan ahli psikoterapi dan pasien pasien
skizoid mungkin menjadi pasien yang tekun, jika jauh.Saat kepercayaan
berkembang, pasien skizoid mungkin, dengan keragu-raguan yang kuat,
mengungkapkan suatu fantasi yang berlebihan, teman-teman khayalan dan
ketakutan ketergantungan yang tidak dapat ditanggung walaupun bersama dengan
ahli terapi.Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian
skizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka
akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok
lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya
waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat
memberikan kontak sosial satu-satunya dalam keberadaan mereka yang terisolasi.
b. Farmakologi terapi
Farmakologi terapi dengan anti psikotik dosis kecil,anti depresan dan psiko
stimulan telah efektif pada beberapa pasien.7
15
3) Gangguan Kepribadian Anti Sosial
Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau
kriminal.Gangguan ini lebih pada ketidak mampuan untuk mematuhi norma sosial yang
melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien. Keadaan seperti ini
paling sering ditemukan perkotaan yang miskin dan diantara penduduk yang berpindah-
pindah dalam daerah tersebut. Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali
menunjukkan kesan luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka.Tetapi
riwayat penyakitnya menemukan banyak daerah kehidupan yang mengalami gangguan.
Menurut David & Neale,gangguan ini muncul sebelum usia 15 tahun yang ditandai
dengan perilaku nakal, lari diri dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau
merusak dengan cara lain.Pola iniakan berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan
tidak memiliki tanggung jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif,
gegabah, impulsif,dan gagal dalam merencanakan sesuatu (Nida AL Hasanat, 2004 :
24).
David & Neale juga menambahkan psikopati (Sosiopati) disamping gangguan
kepribadian antisosial. Orang dengan psikopati dengan tidak memiliki rasa malu, miskin
emosi baik emosi positif maupun negative dan memanipulasi orang lain untuk mencapai
tujuannya. Kurang mengalami kecemasan sehingga tidak belajar dari kesalahannya.
Karena tidak memiliki emosi positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung
jawab terhadap orang lain (Nida AI Hasanat, 2004 : 26). Menurut teori
biologis,gangguan ini disebabkan beberapa faktor, yaitu : (a) kelebihan kromosom Y
(laki-laki),menyebabkan pola XYY bukan XY yang normal pada kromoson 23. tapi
teori ini tidak diterima, (b)Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-laki, (c)
adanya keabnormalan pada otak, (d) karena kurang belajar dan perhatian yang
neuropsikologis, dan (e) karenafaktor keturunan. Sedangkan menurut teori psikologis,
gangguan ini disebabkan oleh : (1)kondisi keluarga yang disharmoni dan ketidak
konsistenan dalam pengasuhan anak, (2) orangtua yang terlalu permisif dan kurang
memperhatikan perilaku anak yang tidak benar, (3)orang tua yang tidak menunjukkan
afeksi, (4) pendidikan yang didapat kurang memadai, dan(5) adanya pendapat bahwa
antisosial datang dari semua kelas sosial yang ayahnya antisosial. Juga adanya
penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa banyak orang antisosial yang depresif
dan cemas. Hanya saja belum ditemukan apakah itu penyebab atau dampak dari
gangguan kepribadian antisosial (Martaniah, 1999 : 71).
16
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3 persen pada laki-laki dan
1 persen pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang
miskin dan diantara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Onset
gangguanadalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala
sebelum pubertas dan anak laki-laki bahkan lebih awal.
Gejala Klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali menunjukkan kesan
luar yang normal dan bahkan hangat dan mengambil muka.Tetapi riwayat penyakitnya
menemukan banyak daerah fungsi kehidupan yang mengalami gangguan.
Membohong,membolos, melarikan diri dari rumah, mencuri, berkelahi, penyalahgunaan
zat dan aktivitas ilegal adalah pengalaman tipikal yang dilaporkan pasien sejak masa
anak-anak.Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak menunjukkan adanya
kecemasan atau depresi yang mungkin sangat tidak sesuai dengan situasi mereka dan
penjelasan mereka sendiri tentang perilaku antisosial menyebabkannya terasa tidak
masuk akal. Namun demikian, isi mental pasien mengungkapkan sama sekali tidak ada
waham dan tandal ain pikiran irasional. Mereka sangat manipulatif dan seringkali
mampu berbicara dengan orang lain untuk berperan serta dalam skema yang melibatkan
cara mudah untuk mendapatkan uang atau untuk mencapai ketenaran, yang akhirnya
dapat menyebabkan kerugian finansial atau penghinaan sosial atau keduanya bagi
mereka yang tidak berhati-hati. Pasien gangguan kepribadian antisosial tidak
menceritakan kebenaran dan tidak dapat dipercaya untuk menjalankan suatu tugas atau
terlibat dalam standar moralitas yang konvensional. Promiskuitas, penyiksaan pasangan,
penyiksaan anak,mengendarai sambil mabuk adalah peristiwa yang sering ditemukan
dalam kehidupan pasien. Suatu temuan yang jelas adalah tidak adanya penyesalan akan
tindakan tersebut;yaitu pasien tampak tidak menyadarinya.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Anti Sosial
a. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi
sejak usia 45 tahun , seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut :
1) Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum
seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan.
2) Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan
17
keuntungan atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau
kesenangan pribadi.
3) Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan
4) Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang.
5) Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
6) Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan
berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban
financial.
7) Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap
atau mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain
b. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun.
c. Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun.
d. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau
suatu episode manik.
Diagnosa Banding
a. Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku illegal dimana
gangguan kepribadian antisocial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan
seseorang.
b. Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, klinisi harus
mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosio ekonomi, latar belakang
kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis gangguan
kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania
dapat menjelaskan gejala.
Terapi
a. Psikoterapi : Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman
sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang,
kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp
group) akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan.
Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak
pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi
harus menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan
orang lain.
18
b. Farmakoterapi : digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul
seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi.Tetapi, karena pasien seringkali
merupakan penyalah gunaan zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien
menunjukkan bukti-bukti adanya gangguan deficit atensi hiperaktivitas,
psikostimulan, seperti methylphenidate (Ritalin), mungkin digunakan. Harus
dilakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan
untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika
bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG.
4) Gangguan Kepribadian Ambang
Pasien gangguan kepribadian ambang berada pada perbatasan antara neurosis
dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan cinta dari
yang sangat tidak stabil. Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak
berada dalam keadaan krisis. Pergeseran mood sering dijumpai. Pasien dapat bersifat
argumentatif pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya
mengeluh tidak memiliki perasaan pada waktu lainnya. Gangguan ini lebih banyak
terdapat pada wanita dibandingkan laki-laki dan berdasarkan penelitian biologis
ditemukan pada keluarga dimana ada yang memiliki gangguan yang sama.
Perilaku pasien gangguan kepribadian ambang sangat tidak bisa diramalkan;
sebagai akibatnya mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifat
menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh tindakan merusak diri sendiri
yang berulang, misalnya dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri atau
melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain,
untuk mengekspresikan kemarahan, atau untuk menumpulkan mereka sendiri dari afek
yang melanda. Karena mereka merasakan ketergantungan dan permusuhan, pasien
gangguan kepribadian ambang memiliki hubungan interpersonal yang tidak baik.
Mereka dapat bergantung pada orang lain yang dekat dengan mereka, dan mereka dapat
mengekspresikan banyak kemarahan pada teman dekatnya jika mengalami frustasi.
Dilihat dari pendekatan kognitif-behavioral, orang yang mengalami gangguan ini
evaluasi dirinya selalau negatif, kurang percaya diri dalam mengambil keputusan,
motivasi rendah dan tidak mampu mencari tujuan jangka panjang (Martaniah,1999 :
73).
19
Epidemiologi
Tidak ada penelitian prevalensi yang tersedia, tetapi gangguan kepribadian
ambang diperkirakan ada pada kira-kira 1 sampai 2 persen populasi dan dua kali lebih
sering pada wanita dibandingkan laki-laki.
Gejala Klinis
Pasien gangguan kepribadian ambang hampir selalu tampak berada dalam
keadaan krisis.Pergeseran mood sering dijumpai.Pasien dapat bersikap argumentatif
pada suatu waktu dan terdepresi pada waktu selanjutnya dan selanjutnya mengeluh tidak
memiliki perasaan pada waktu yang lainnya.Pasien mungkin memiliki episode
psikiatrik singkat (disebut mikropsikotik),bukannya serangan psikotik yang sepenuhnya
dan gejala psikotik pada pasien ganggguan kepribadian ambang hampir selalu terbatas,
cepat atau meragukan. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan oleh
tindakan merusak diri sendiri yang berulang. Pasien tersebut mungkin mengiris
pergelangan tangannya sendiri dan melakukan tindakan mutilasi diri lainnya untuk
mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan atau untuk
menumpulkan mereka sendiri dari afek yang melanda. Karena mereka merasakan
ketergantungan dan permusuhan, pasien gangguan kepribadian ambang memiliki
hubungan interpersonal yang rusuh. Secara fungsional, pasien gangguan kepribadian
ambang mengacaukan hubungan mereka sekarang ini dengan memasukkan setiap orang
dalam kategori baik atau jahat.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Ambang
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek,
danimpulsivitas yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai
konteks,seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
a. Usaha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan.Catatan
tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi dari yang ditemukan dalam criteria
5.
b. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan
antara ekstrim-ekstrim idealisasi dan devaluasi.
c. Gangguan identitas : citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas
dan persisten
d. lmpulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan dirisendiri
(misalnya: berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila-gilaan, pestamakan).
20
Catatan : tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yangditemukan dalam
criteria 5.
e. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku mutilasi
diri.
f. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya,
disforiaepisodik kuat, iritabilitas atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam
dan jarang lebih dari beberapa hari).
g. Perasaan kosong yang kronis.
h. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalammengendalikan
kemarahan (misalnya, sering menunjukkan temper, marah terus menerus, perkelahian
fisik berulang kali).
i. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stress, atau gejala disosiatif
yang parah.
Diagnosis Banding
a. Pembedaan dari skizofrenia dilakukan berdasarkan tidak adanya episode
psikotik,gangguan pikiran, atau tanda skizofrenia klasik lainnya yang
berkepanjangan yang dimiliki pasien ambang.
b. Pasien gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan pikiran yang sangat
aneh,gagasan yang aneh, dan gagasan menyangkut diri sendiri yang rekuren.
c. Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang ekstrim.
d. Pada umumnya, pasien gangguan kepribadian ambang menunjukkan perasaan
kekosongan yang kronis, impulsivitas, mutilasi diri, episode psikotik singkat, usaha
bunuh diri manipulatif, dan biasanya keterlibatan yang menuntut dalam hubungan
erat.
e. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
f. Gangguan ini cukup stabil di mana pasien mengalami sedikit perubahan dengan
berjalannya waktu.Penelitian longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah
skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi untuk mengalami episode
gangguan depresif berat. Diagnosis biasanya dibuat sebelum usia 40 tahun, jika
pasien berusaha mengambil pilihan pekerjaan, perkawinan dan pilihan lain dan tidak
mampu mengatasi stadium normal siklus kehidupan tersebut.
Terapi
a. Psikoterapi : Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi
bawah sadar secara mendalam.Terapi perilaku digunakan pada pasien gangguan
21
kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk
menurunkan kepekaan terhadap kritik dan penolakan. Latihan keterampilan sosial,
khususnya dengan video tape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan
mereka mempengaruhi orang lain dan dengan demikian untuk meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
b. Farmakoterapi : antidepresan memperbaiki mood yang terdepresi yang sering
ditemukan pada pasien. MAOI adalah efektif dalam memodulasi perilaku impulsif
pada beberapa pasien. Benzodiazepin, khususnya alprazolam, membantu kecemasan
dan depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat
tersebut. Antikonvulsan seperti karbamazepin, padat meningkatkan fungsi global
pada beberapa pasien. Obat serotonergik, seperti fluoxetine, adalah membantu pada
beberapa kasus.
5) Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian histrionik dutandai oleh perilaku yang bermacam-
macam,dramatik, ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional. Tetapi,
menyertai penampilan mereka yang flamboyan, seringkali terdapat ketidak mampuan
untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan berlangsung lama. Pasien
dengan gangguan kepribadian hitrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang
tinggi. Mereka cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka,membuat
segalanya terdengar lebih penting dibandingkan kenyataannya.
Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria maupun wanita. Pada
kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; wanita
mungkin anorgasmik dan pria cenderung mengalami impotent.Mereka mungkin bahwa
melakukan impuls seksual mereka untuk menentramkan diri mereka bahwa mereka
menarik bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada
habisnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung dangkal dan pasien dapat gagal lagi tapi
asyik dengan diri sendiri dan berubah-ubah (Kaplan&Saddock, 1997 :20).
Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena adanya
parentalseductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang tua yang
mengatakan bahwaseks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai dengan perilaku
yang ditunjukkan dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu adalah hal yang
menyenangkan dan diinginkan (NidaAl Hasanat, 2004 : 20).
22
Epidemiologi
Menurut DSM-IV data yang terbatas dari penelitian populasi umum
menyatakan suatu prevalensi gangguan kepribadian histrionik kira-kira 2 sampai 3 %.
Angka kira-kira 10 sampai 15% telah dilaporkan pada lingkungan kesehatan mental
rawat inap dan rawat jalan jika pemeriksaan terstruktur digunakan. Keadaan ini lebih
sering didiagnosis pada wanita dibandingkan laki-laki.
Gejala Klinis
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku mencari
perhatian yang tinggi. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki disfungsi
psikoseksual: wanita mungkin anorgasmik dan laki-laki mungkin impoten. Pertahanan
utama pasien dengan gangguan kepribadian histrionik adalah represi dan disosiasi.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Histrionik
Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai
pada masa dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
olehlima ( atau lebih ) berikut :
a. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat perhatian.
b. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada
tempatnya atau perilaku provokatif.
c. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal.
d. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
kepada dirinya.
e. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian.
f. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan.
g. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi.
h. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.
Diagnosis Banding
a. Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian
ambang adalah sukar. Pada gangguan kepribadian ambang, usaha bunuh diri, difusi
identitas dan episode psikotik singkat adalah lebih sering. Walaupun kedua kondisi
dapat didiagnosis pada pasien yang sama, klinisi harus memisahkan keduanya.
b. Gangguan somatisasi sindroma Briquet dapat terjadi bersama-sama dengan gangguan
kepribadian histrionik.
c. Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif mungkin perlumen
dapatkan diagnosis penyerta gangguan kepribadian histrionik.
23
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Dengan bertambahnya usia, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik
cenderung menunjukkan gejala yang lebih sedikit, tetapi, karena mereka tidak memiliki
energi yang sama dengan yang dimilikinya saat masih muda. Pasien adalah pencari
sensasi da mungkin mengalami masalah dengan hukum, penyalah gunaan zat dan
bertindak kepada siapa saja.
Terapi
a. Psikoterapi : Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak
menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam
(inner feeling)mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi
psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk
gangguan kepribadian histrionik.
b. Farmakoterapi : dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya seperti
penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, obat antiansietas untuk
kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
6) Gangguan Kepribadian Menghindar
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan yan
gekstrim terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan
sosial. Sebenarnya mereka tidak asosial karena menunjukkan keinginan yang kuat untuk
berteman tetapi mereka malu; mereka memerlukan jaminan yang kuat dan penerimaan
tanpa kritik yang tidak lazim. Orang dengan gangguan ini menginginkan hubungan
dengan orang lain yang hangat dan aman tapi membenarkan penghindaran mereka
untuk membentuk persahabatan kerena perasaan ketakutan mereka akan penolakan.
Mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali
komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Pada
umumnya sifat dari orang dengan gangguan kepribadian menghindar adalah seorang
yang pemalu. Menurut teori kognitif-behavioral, pasien sangat sensitive terhadap
penolakan karena adanya pengalaman masa kanak-kanak,misalnya:karena mendapat
kritik yang pedas dari orang tua (Martaniah, 1999 : 77).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1 sampai 10 persen;
seperti yang didefinisikan, gangguan ini sering dijumpai.Tidak ada informasi tentang
rasio jenis kelamindan pola familial.
24
Gejala Klinis
Hipersensitivitas terhadap penolakan oleh orang lain adalah gambaran klinis
inti dari gangguan kepribadian menghindar. Orang dengan gangguan menginginkan
hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tetapi membenarkan penghindaran
mereka untuk membentuk persahabatan karena perasaan ketakutan mereka akan
penolakan. Saat berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan ketidak pastian
dan tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin berbicara dalam cara yang
merendahkan diri sendiri. Orang dengan gangguan biasanya tidak mau memasuki
persahabatan kecuali mereka diberikan jaminan yang kuat secara tidak biasanya akan
penerimaan tanpa kritik. Sebagai akibatnya, mereka seringkali tidak memiliki teman
dekat atau teman kepercayaan. Pada umumnya, sifat kepribadian dasar mereka adalah
malu-malu.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Menghindar
Pola perfasiv hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan
berlebihanterhadap penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagaikoteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut:
a. Mengindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang
bermakna karena takut akan kritik, celaan dan penolakan.
b. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi.
c. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan
atau ditertawai.
d. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial.
e. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak ada kuat.
f. Memandang diri sendiri tidak layak secara sosial karena merasa dirinya tidak
menarik atau lebih rendah dari orang lain.
g. Tidak biasanya enggan untuk mengambil resiko pribadi atau melakukan aktivitas
baru karena dapat membuktikan penghinaan.
Diagnosis Banding
a. Pasien gangguan kepribadian menghindar menginginkan interaksi sosial,
dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid yang ingin sendirian.
b. Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah tidak menuntut, tidak mudah
marah, atau tidak dapat diramalkan seperti pasien gangguan kepribadian ambang dan
histrionic.
25
c. Gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen adalah
serupa.Pasien gangguan kepribadian dependen dianggap memiliki ketakutan yang
lebih tinggi akan penelantaran atau tidak dicintai dibandingkan pasien gangguan
kepribadian menghindar, tetapi gambaran klinisnya mungkin tidak dapat dibedakan.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Banyak pasien gangguan menghindar mampu untuk berfungsi, asalkan mereka
dalamlingkungan yang terlindungi. Penghindaran fobik adalah sering ditemukan, dan
pasiengangguan kepribadian menghindar mungkin memberikan riwayat fobia sosial
atau berkembang menjdai fobia sosial selama perjalanan penyakitnya.
Terapi
a. Psikoterapi : Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan
apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan
kegagalan.Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih
keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat
harga diri pasien yangtelah buruk.Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti
efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain.
Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien
untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan
harga diri mereka.
b. Farmakoterapi : Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol
(Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung
tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka
menghadapi situasi yang menakutkan.
7) Gangguan Kepribadian Dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan kebutuhan
mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Meminta orang lain untuk mengambil
tanggung jawabuntuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki
kepercayaan diri dan mungkin mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika sedang
sendirian lebih dari suatu periode yang singkat. Gangguan ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria, dan lebih sering terjadi pada anak yang lebih kecil jika
dibandingkan yang lebih tua. Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh
ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh.
Orang dengan gangguan ini tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa
nasehat dan pertimbangan yang banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri,
26
pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai
perilaku gangguan kepribadian dependen (Kaplan&Saddock,1997:263-264).
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau
fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang
mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitif- behavioral mengemukakan
bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat
keputusan (Martaniah, 1999 : 77).
Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen adalah lebih sering pada wanita dibandingkan
laki-laki. Satu penelitian mendiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian masuk
dalam kategori tersebut. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan
anak yang lebih besar.
Gejala Klinis
Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola ketergantungan yang
pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan tidak mampu untuk mengambil
keputusan tanpa nasihat dan penentraman yang banyak dari orang lain. Pasien gangguan
kepribadian dependen menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika
diminta untuk memegang peran kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk. Jika
mereka sendirian,mereka merasa sukar untuk menekuni tugas tetapi merasa mudah
melakukan tugas tersebut untuk orang lain. Orang dengan gangguan tidak senang
sendirian. Mereka mencari orang lain pada siapa mereka dapat menggantung dan
hubungan mereka dengan demikian dikacaukan oleh kebutuhan mereka untuk melekat
dengan orang lain.Pesimisme, keraguan diri, pasivitas da ketakutan untuk
mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku pasien gangguan
kepribadian dependen.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen
Kebutuhan yang perpasiv dan berlebihan untuk diasuh,yang menyebarkan
perilaku tunduk dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa
dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima
(atau lebih) berikut :
a. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar
nasehat dan penenteraman dari orang lain.
b. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar
bidang utama kehidupannya.
27
c. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain.
Catatan :tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi.
d. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya
sendiri (karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan
ketimbangtidak memiliki motivasi atau energi)
e. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain,
sampai pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak meyenangkan.
f. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut
tidak mampu merawat diri sendiri.
g. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan
dukungan jika hubungan dekatnya berakhir.
h. Secara tidak realistic terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat
dirinyasendiri.
Diagnosis Banding
a. Ketergantungan adalah faktor yang menonjol pada pasien gangguan kepribadian
histrionic dan ambang, tetapi pasien gangguan kepribadian dependen biasanya
memiliki hubungan jangka panjang dengan orang pada siapa mereka tergantung,
bukannya pada sejumlah orang, dan mereka tidak cenderung manipulatif Pasien
gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal mungkin tidak dapat dibedakan dari
pasien gangguan kepribadian menghindar.
b. Perilaku ketergantungan dapat terjadi pada pasien dengan agoraphobia, tetapi pasien
agorafobik cenderung memiliki tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Terdapat kecendrungan untuk mengganggu fungsi pekerjaan, karena pasien
memiliki ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan tanpa pengawasan dari
dekat.Hubungan sosial adalah terbatas pada siapa orang dapat tergantung dan banyak
yang menderita penyiksaan mental atau fisik karena mereka tidak dapat menegaskan
dirinya sendiri. Mereka berada dalam risiko mengalami gangguan depresif berat jika
mereka mengalami kehilangan orang pada siapa mereka tergantung. Tetapi, prognosis
dengan pengobatan adalah cukup baik.
Terapi
a. Psikoterapi : terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan
proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih
28
ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan
terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus.
b. Farmakoterapi : telah digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti kecemasan
dandepresi, yang sering merupakan gambaran penyerta gangguan kepribadian
dependen. Pasien tersebut yang mengalami serangan panik atau yang memiliki
tingkat kecemasan perpisahan yang tingga mungkin tertolong oleh imipramine
(Tofranil). Benzodiazepine dan obat serotonergik juga telah berguna. Jika depresi
atau gejala menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan,obat tersebut
digunakan.
8) Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif ditandai oleh penyempitan
emosional, ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala dan kebimbangan. Gangguan
ini sering terjadi pada pria dan sering pada anak tertua. Orang dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif memiliki keasyikan dengan keteraturan, kebersihan,
perincian dan pencapaian kesempurnaan.Biasanya orang tersebut resmi dan serius dan
seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan aturan supaya diikuti secara
kaku dan tidak mampu untuk mentoleransi apa yang dirasakannya sebagai pelanggaran.
Karena takut mereka melakukan kesalahan, mereka mengalami kebimbangan dan
berpikir dalam waktu yang lama untuk mengambil suatu keputusan. Orang dengan
gangguan obsesif-kompulsif dapat bekerja dengan baik dalam posisi yang
membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif atau terperinci.Tetapi mereka rentan
terhadap perubahan yang tidak diharapkan. Dilihat dari teori kognitif-behavioral, pasien
gangguan ini mempunyai perhatian yang tidak realistic mengenai perfeksitas dan
penolakan terhadap kesalahan. Kalau gagal dalam mencapai perfeksitas, ia menganggap
dirinya tidak berharga (Martaniah, 1999 : 79).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah tidak diketahui.
Keadaan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dan didiagnosis paling
sering pada anak yang tertua. Pasien seringkali memiliki latar belakang yang ditandai
oleh disiplin yang keras.Freud menghipotesiskan bahwa gangguan kepribadian ini
adalah berhubungan dengan kesulitan pada stadium anal dari perkembangan
psikoseksual, biasanya di sekitar usia 2 tahun.Tetapi, pada berbagai penelitian teori
tersebut belum disahkan.
Gejala Klinis
29
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki keasikan
dengan aturan, peraturan, ketertiban, kebersihan, perincian dan pencapaian
kesempurnaan. Keterampilan interpersonal pasien gangguan kepribadian obsesif
kompulsif adalah terbatas. Mereka mengasingkan orang lain, tidak mampu untuk
berkompromi dan memaksakan supaya orang lain tunduk kepada mereka. Tetapi
mereka mudah memaafkan mereka yang dipandangnya sebagai lebih berkuasa
dibandingkan dirinya dan memenuhi keinginan mereka dalam cara penguasa.
Kriteri Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian
mentaldan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi,
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
a. Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal
sampaitingkat dimana aktivitas sesama hilang.
b. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas misalnya, tidak
mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang
terlalu ketat.
c. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai mengabaikan
aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan oleh kebutuhan
ekonomiyang besar)
d. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau
nilai-nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)
e. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun
tidak memiliki nilai sentimental.
f. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali
mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal.
g. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk rencana dimasa depan.
h. Menunjukkan kekacauan dan keras kepala.
Diagnosis Banding
Jika ditemukan obsesi atau kompulsi yang rekuren, gangguan obsesif
kompulsif harus ditulis dalam aksis l. kemungkinan pembedaan yang paling sukar
adalah antara pasien rawat jalan dengan sifat obsesif-kompulsif dan pasien dengan
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian bermakna
30
dalam efektivitas pekerjaan atau sosialnya. Pada beberapa kasus, gangguan delusional
terjadi bersama-sama dengan gangguan kepribadian dan harus dicatat.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bervariasi dan tidak
dapat diramalkan. Dari waktu ke waktu, obsesi atau kompulsi dapat berkembang dalam
perjalanan gangguan kepribadian. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian
obsesi kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka dan ramah;
tetapi orang lain, gangguan dapat mengawali skizofrenia atau gangguan depresif berat.
Terapi
a. Psikoterapi : Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari
pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu
mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan ini.Terapi kelompok dan terapi
perilaku biasanyamemberikan manfaat tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk
memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi atau penjelasan maladaptive mereka.
Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan kecemasan pasien
dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru.
b. Farmakoterapi : Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan
antikonvulsan, pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada pasien
dengangangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Apakah obat ini digunakan
pada gangguan kepribadian adalah tidak diketahui. Clomipramine (anafranil) dan
obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala
obsesif-kompulsif timbul.
9) Gangguan Kepribadian Yang Tidak Ditentukan
Katagori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi kepribadian yang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian spesifik. Contohnya adalah adanya ciri-
ciri lebih dari satu gangguan kepribadian spesitik yang tidak memenuhi kriteria lengkap
untuk salah satu gangguan kepribadian (kepribadian campuran) tetapi bersama-sama
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam satu atau
lebih fungsi penting (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat
digunakan jika klinis menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian spesifik yang
tidak dimasukkan kedalam klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya adalah gangguan
kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif.
31
Gangguan Kepribadian Pasif - Agresif
Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh
obstruksionisme (senang menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan
tidak efisien. Perilaku tersebut adalah manifestasi dari agresi yang mendasari, yang
diekspresikan secara pasif.Pasien gangguan kepribadian pasif-agresif secara
karakteristik adalah suka menunda-nunda,tidak menerima permintaan untuk kinerja
yang optimal, tidak bersedia meminta maaf, dan cenderung untuk mencari kesalahan
pada diri orang lain walaupun pada orang tempat mereka bergantung; tetapi mereka
menolak untuk melepaskan mereka sendiri darihubungan ketergantungan. Mereka
biasanya tidak memiliki ketegasan tentang kebutuhan dan harapan mereka. Orang
dengan gangguan ini tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri dan biasanya
pesimistik akan masa depan (Kaplan & Saddock, 1997 : 268).Mereka memendam rasa
amarah dan permusushan yang diekspresikan dengan cara tidak langsung tapi
menggunakan cara yang menyakitkan.Tidak sensitive terhadap kritik dan selalu
menganggap dirinya benar. Dari sudut kognitif-behavioral, pasif-agresif berkembang
dari kepercayaan bahwa ekspresi terbuka dan kemarahan adalah berbahaya. Menuntut
orang lain harus tahu apa yang diinginkan, tanpa ia memintanya (Martaniah 1999 : 79).
Epidemiologi
Tidak ada data yang tersedia tentang epidemiologi gangguan, termasuk rasio
jenis kelamin, pola familial dan prevalensi (Kaplan, 1997).
Gambaran Klinis
Karakteristik pasien gangguan kepribadian pasif agresif adalah :
a. Menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, meminta
maaf untuk keterlambatan dan mencari kesalahan pada diri orang lain pada siapa
mereka tergantung, mereka menolak untuk melepaskan diri mereka sendiri
dariketergantungan.
b. Tidak memeiliki ketegasan dan tidak lansung tentang kebutuhan dan harapan mereka
c. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang diharapakan
oleh mereka dan mungkin menjadi cemas bila dipaksa untuk melakukannya.
d. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung, tetapi
prilaku mereka yang pasif dan merendahkan diri sering kali dialami orang lain
sebagai hukuman atau manipulasi (Kaplan, 1997).
32
e. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung, tetapi
prilaku mereka yang pasif dan merendahkan diri sering kali dialami orang lain
sebagai hukuman atau manipulasi (Kaplan, 1997).
Epidemiologi
Tidak ada data yang tersedia tentang epidemiologi gangguan, termasuk rasio
jenis kelamin, pola familial dan prevalensi (Kaplan, 1997).
Gambaran Klinis
Karakteristik pasien gangguan kepribadian pasif agresif adalah:
a. Menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk kinerja yang optimal, meminta
maaf untuk keterlambatan dan mencari kesalahan pada diri orang lain pada siapa
mereka tergantung, mereka menolak untuk melepaskan diri mereka sendiri
dariketergantungan.
b. Tidak memeiliki ketegasan dan tidak lansung tentang kebutuhan dan harapan
mereka.
c. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang diperlukan tentang apa yang diharapakan
oleh mereka dan mungkin menjadi cemas bila dipaksa untuk melakukannya.
d. Berusaha untuk memanipulasi dirinya sendiri kedalam posisi tergantung, tetapi
prilaku mereka yang pasif dan merendahkan diri sering kali dialami orang lain
sebagai hukuman atau manipulasi (Kaplan, 1997).
Kriteria Riset Gangguan Kepribadian Pasif- Agresif
a. Pola perpasif sikap negatifistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan
kinerjayang adekuat , dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai
konteks,seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut:
1) Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin.
2) Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh orang lain.
3) Cemberut dan argumentative.
4) Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan
5) Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang tampaknya
lebih beruntung.
6) Suara yang diperkeras dan keluhan terus-menerus atas ketidak beruntungan
dirinya
7) Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa.
b. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih
baik oleh gangguan distimik
33
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian pasif-agresif perlu dibedakan dari gangguan
kepribadian histrionik dan ambang. Tetapi pasien gangguan kepribadian pasif-agresif
adalah dramatik, afektif dan agresif secara terbuka dibandingkan dengan pasien
gangguan kepribadian histrionik dan ambang.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Dalam suatu penelitian follow up terhadap 100 orang pasien rawat inap yang
rata-rata berusia 11 tahun, Ivor small menemukan bahwa gangguan kepribadian pasif-
agresif merupakan diagnosis utama pada 54 orang di antara mereka, 18 orang juga
penyalah guna alkohol dan 30 orang secara klinis di cap sebagai terdepresi.
Terapi
a. Psikoterapi : pasien gangguan kepribadian pasif-agresif yang mendapatkan
psikoterapi suportif memiliki hasil yang baik.Tetapi psikoterapi untuk pasien dengan
gangguan kepribadian pasif-agresif memiliki banyak kekurangan, dalam memenuhi
kebutuhan pasien seringkali mendukung patologi mereka, tetapi menolak permintaan
mereka adalah menolak mereka. Klinisi harus mengobati kecendrungan bunuh diri
terhadap tiap ekspresi kemarahan yang tersembunyi dan bukan sebagai orang yang
akan mengobati kehilangan obyek pada gangguan depresif berat.
b. Farmakoterapi : antidepresan harus diresepkan hanya jika ada indikasi klinis depresi
dan kemungkinan bunuh diri. Beberapa pasien berespon terhadap benzodiazepine
dan psikostimulan, tergantung pada keadaan klinis.
Gangguan Kepribadian Depresif
Orang dengan gangguan kepribadian depresif adalah orang yang pesimistik,
anhedonik, terikat pada kewajiban, meragukan diri sendiri dan tidak gembira secara
kronis.Penyebab gangguan kepribadian depresif tidak diketahui, tetapi faktor yang
terlibat dalam gangguan distimik dan gangguan depresif berat mungkin bekerja.Teori
psikologis melihat adanya kehilangan pada awal kehidupan, pengasuhan orang tua yang
buruk, superego yang menghukum, dan perasaan ekstrim. Deskripsi klasik tentang
kepribadian depresif dia jukan tahun 1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb,
“Mereka merasakan kegembiraan kehidupan yang normal tapi hanya sedikit, dan
cenderung kesepian dan serius, bermuram durja, patuh, pesimistik dan rendah diri.
Mereka rentan untuk mengekspresikan penyesalan dan perasaan ketidak berdayaan dan
putus asa. Mereka seringkali teliti, perfeksionistik, sangat berhati-hati, asyik dengan
pekerjaan, merasa bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah berkecil hati di kondisi
34
yang baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderita dalam kesepian dan
kemungkinan mudah menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan orang lain. Suatu
kecenderungan untuk merasa ragu-ragu, tidak dapat mengambil keputusandan berhati-
hati menghianati perasaan ketidakamanan yang melekat.Terdapat 7 kelompok sifat
depresif : (1) tenang introvert, pasif, tidak sombong; (2) bermuram durja,
pesimistik,serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan; (3) mengkritik diri sendiri,
menyalahkan diri sendiri, dan menghina diri sendiri; (4) bersifat ragu-ragu, kritik orang
lain, sukar untuk memaafkan; (5) berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri; (6)
memikirkan hal yang sedih dan merasa cemas; (7) asyik dengan peristiwa negatif,
perasaan tidak berdaya dan kelemahan pribadi (Kaplan & Saddock, 1997 : 270).
Epidemiologi
Berdasarkan prevalensi gangguan depresif pada populasi keseluruhan,
gangguankepribadian depresif tampaknya sering, terjadi sama banyak pada laki-laki dan
perempuan dan terjadi pada keluarga dimana gangguan depresif ditemukan (Kaplan,
1997).
Gambaran Klinis
Deskripsi gangguan kepribadian depresif oleh H.Akiskal menggambarkan
kelompok sifat depresif adalah 1.Tenang, introvert, pasif tidak sombong.2.Bermuram
durja, pesimistik, serius, dan tidak dapat merasakan kegembiraan.3.Mengkritik diri
sendiri, menyalahkan diri sendiri dan menghina diri sendiri.4.Bersifat ragu-ragu, kritik
orang lain , sukar untuk memaafkan.5.Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin
diri.6.Memikirkan hal sedih dan pasien merasa cemas7.Asyik dengan peristiwa negatif,
perasaan tidak berdaya dan kelemahan pribadi.
Diagnosis Banding
Gangguan distimik adalah gangguan mood yang ditandai oleh fluktuasi besar
dalam mood dibandingkan yang ditemukan pada gangguan kepribadian
depresif.Gangguan kepribadian adalah kronis dan seumur hidup, sedangkan gangguan
distimik adalah episodic, dapat terjadi pada setiap waktu, dan biasanya memiliki
stressor pencetus. Kepribadian depresif dapat dianggap sebagai spektrum kondisi afektif
dimana gangguan distimik dan gangguan depresif memiliki varian yang lebih
parah.Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah introvert dan tergantung tetapi
cenderung lebih merasa cemas dari pada depresi, dibandingkan orang dengan
kepribadian depresif.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
35
Orang dengan gangguan kepribadian depresif mungkin berada dalam resiko
yang tinggi untuk mengalami gangguan distimik dan gangguan depresif berat
(Kaplan,1997).
Terapi
a. Psikoterapi : merupakan pengobatan terpilih untuk gangguan kepribadian
depresif.Pasien berespon terhadap psikoterapi berorientasi tilikan, dan arena tes
realitas pasien adalah baik, mereka mampu menggali tilikan kedalam psikodinamika
penyakitnya dan memahami efeknya pada hubungan interpersonal mereka.Terapi
kognitif membantu pasien mengerti manifestasi kognitif dari perasaan rendah diri
dan pesimisme mereka.Jenis psikoterapi lain yang berguna adalah psikoterapi
kelompok dan terapi interpersonal.
b. Psikofarmakologi : pemakaian medikasi anti depresan, khususnya obat serotonerik
tertentu seperti setraline (Zoloft), 50mg sehari. Beberapa pasien berespon terhadap
dosis kecil psikostimulan, seperti amfetamin, 5-10 mg sehari. Pada semua kasus, obat
psikofarmakologis harus dikombinasikan dengan psikoterapi untuk mencapai efek
yang maksimal.
36
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas maka dapat dismpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk
mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan
oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental,
faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik
(yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga
tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan
masing-masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik
yang khas dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat
disembuhkan baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi
obat-obatan), dengan teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing
gangguan kepribadian.
37
DAFTAR PUSTAKA
Castillo, Heather.2003. Personality disorder;Temperament or Trauma. Jessica Kingsley
Publisher. London.
David, A Tomb. Buku Saku Psikiatri, Alih bahasa Martina Wiwie S Nasrun. Ed
6.Jakarta. EGC. 2003
Evi Kristiyarini. Kecendrungan gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal di
Desa Sedeng Pacitan. 2009. http://gdl.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=
jiptumm-gdl-s1-2003-evikristiy-270&q=Health.
Gangguan Kepribadian. 2010. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-
tentang/gangguan-kepribadian
Kaplan & Saddock, 1997, Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis, Edisi ke-7, jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.
Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, Jakarta
Nida UI Hasanat, 2004, Print out Personality Disorder.
Psikologi Kepribadian. http://www.slideshare.net/bocahbancar/psikologi-kepribadian
Sri Mulyani Martaniah, MA, Prof. Dr. 1999, Handout Psikologi Abnormal.
38