gangguan citra tubuh 2 pohon masalah.docx

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan salah satu aspek penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat 'isi' ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja. Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang yang 'dekil', kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun tubuh pria yang berotot, tinggi besar, 'keras' bagi pria merupakan idaman semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang 'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, 'malas' dan terlihat tidak lincah, orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang, yang menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya diri dan menarik. Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk menarik perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku hewan yang dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa binatang jantan maupun betina mengalami perubahan fisiologis yang terjadi tanpa disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan tidak bisa dijelaskan, perilaku-perilaku ini kemungkinan besar merupakan bawaan. B. Rumusan Masalah 1. Jelaskan konsep tentang citra tubuh? 1 | Kelompok 5

Transcript of gangguan citra tubuh 2 pohon masalah.docx

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangKeindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan salah satu aspek penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik pada diri kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat 'isi' ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja.Menurut pendapat peneliti, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang yang 'dekil', kotor atau tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun tubuh pria yang berotot, tinggi besar, 'keras' bagi pria merupakan idaman semua orang. Jika dibandingkan dengan tubuh yang 'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh gemuk yang buruk, 'malas' dan terlihat tidak lincah, orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing dan kencang, yang menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat percaya diri dan menarik.Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk menarik perhatian lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku hewan yang dilakukan oleh ahli zoologi mengemukakan bahwa binatang jantan maupun betina mengalami perubahan fisiologis yang terjadi tanpa disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan tidak bisa dijelaskan, perilaku-perilaku ini kemungkinan besar merupakan bawaan.

B.Rumusan Masalah1. Jelaskan konsep tentang citra tubuh?2. Jelaskan asuhan keperawatan tentang konsep diri yaitu citra tubuh?

C.Tujuan1. Mampu mengetahui dan memahami tentangkonsep citra tubuh2. Mampu mengetahui dan memahami tentangasuhan keperawatan tentang citra tubuh

BAB IIPEMBAHASAN

A.PengertianMenurut Honigman dan Castle, Citra tubuh adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009).Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya dan menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998).Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain:1. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.2. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu tersebut.3. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lainterhadap dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.4. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.5. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

B.EtiologiKondisiPatofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh :1.Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuha. Enterostomib. Mastaktomic. Histerektomid. pembedahan kardiovaskulere. pembedahan leher radikalf. laringektomi2.Amputasi pembedahan atau traumatik3.Luka bakar4.Trauma wajah5.Gangguan makana. anoreksia nervosab. bulimia6.Obesitas7.Gangguan muskuluskeletala. atritis8.Gangguan integumenb. Psoriasisc. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan9.Lesi otaka. Cerebrovaskular accidentb. Demensiac. Penyakit parkinson10.Gangguan afektifa. Depresib. Skizofrenia11.Gangguan endokrina. Akromegalib. Sindroma chusing12.Penyalahgunaan bahan kimia13.Prosedur diagnostik14.Kehilangan atau pengurangan fungsia. Impotensib. Pergerakan/kendalic. Sensori/persepsid. Memori15.Terapi modalitasa. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi, dialisis)b. Kemoterapi16.Nyeri17.Perubahan psikososial atau kehilangana. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosialb. Dukungan orang terdekatc. Perceraiand. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)e. Translokasi/relokasi18.Respon masyarakat terhadap penuaan(agetasim)a. Umpan balik interpersonal negatifb. Penekanan pada produktivitas19.Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)

C.Gangguan Citra TubuhCitra tubuh membangun sebuah kompleks yang didefenisikan oleh kita persepsi, pikiran dan perasaan mengenai pengalaman tubuh yang tertanam dan dibentuk dalam konteks sosial budaya kita tidak hanya menyediakan rasa diri, citra tubuh juga mempengaruhi bagaimana kita berpikir, bertindak dan berhubungan dengan orang lain, yang tiba-tiba perubahan dalam satu penampilan fisik sebagai hasil dari pekerjaan yang berhubungan dengan amputasi dapat hadir signifikan dan kompleks sebagaitantangan psikologis (Wald & Alvaro, 2004).Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).Individu yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit.Beberapa individu boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri. (Kozier, 2004).Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:1.Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan).2.Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Respon terhadap pola kebebasan ketergantungan dapat berupa:1.Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.2.Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan. Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:1.Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.2.Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

D.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra TubuhCitra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial jugamempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain.Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2005).

E.NegatifDan Positif Citra TubuhCitra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akanbadannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).

F.Manifestasi Klinis Citra TubuhTanda dan gejala gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi3. Menolak penjelasan perubahan tubuh4. Persepsi negatif pada tubuh5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang6. Mengungkapkan keputusasaan7. Mengungkapkan ketakutan

POHON MASALAH

Persepsi halusimasi

Respon

Persepsi Halusinasi

InternaEksterna

GenetikStimulasi

Gangguan citra tubuhIsolasi sosial

Defisit perawatan diri

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANGANGGUAN KONSEP DIRI ( CITRA TUBUH )

A. Pengkajian1. Biodata Nama, Umur, Sex, Alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, dll. 2. Objektif: A. Hilangnya bagian tubuh.a. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.b. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.c. Menolak melihat bagian tubuh.d. Menolak menyentuh bagian tubuh.e. Aktifitas sosial menurun.

3. Subjektif:a.Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.b.Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.c.Menolak berinteraksi dengan orang lain.d.Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.e.Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.f.Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

4. Konsep diri:Ideal diri ; tidak realistis, ambisius

5. Sosial budaya:a. Nilai budaya yang ada di masyarakat.b. Nilai budaya yang dianut individu

B.Diagnosa Keperawatan1.Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh2.Isolasi social : menarik diri

C.Intervensi

Gangguan Citra TubuhSP PasienTujuan Umum :Kepercayaan diri klien kembali normal.IntervensiRasional

1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.2. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.3. Ajarkan untukmeningkatkan citra tubuh.4. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.5. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang ideal.6. Lakukan interaksi secara bertahap7. Susun jadual kegiatan sehari-hari.8. Dorong melakukan aktifitas sehari dan terlibat dalam keluarga dan sosial.9. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran pentingbaginya.10. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).3. Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

2.Isolasi social : menarik diriTujuan umum :Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klienIntervensiRasional

1. Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.2. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.3. Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien.4. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah.5. Menfasilitasi interaksi dirumah.6. Melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.2. Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuhcitra tubuh.3. Keluarga mengetahui cara mengatasi.4. Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuhmasalah gangguan citra tubu.5. Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuhcitra tubuh.6. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan7. Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan pujian atas keberhasilannya.

D.EvaluasiPenyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut:1.Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma telah ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.2.Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.3.Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan/berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.4.Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera mungkin dilatih.

BAB IVPENUTUP

A.KesimpulanCitra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.

B.SaranSetiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika adaketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap lebih baik.

Daftar Pustaka

Doengers Merilynn E, dkk. 2014. Manual Diagnosis Keperawatan Rencana, Intervensi, & Dokumentasi Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECGYosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG

Ernawati, dkk. (2009).Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

Farida, Yudi Hartono. (2010).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. (2011).Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. (2009).Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

https://www.google.com/search?q=jurnal+tentang+gangguan+citra+tubuh+pada+psikososial&ie=utf-8&oe=utf-8#q=jurnal+tentang+citra

13 | Kelompok 5