gamelan...Seni Sakral dan Profan dan Bidang Tari tahun 1971 yang mengelompokkan fungsi-fungsi itu...
Transcript of gamelan...Seni Sakral dan Profan dan Bidang Tari tahun 1971 yang mengelompokkan fungsi-fungsi itu...
8
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP SENTRA PENJUALAN KERAJINAN
GAMELAN BALI
Bab ini akan menjabarkan mengenai hal-hal yang terkait dengan Sentra
Penjualan Kerajinan Gamelan Bali. Pembahasan mengenai proyek sejenis yang
bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi umum Sentra Penjualan Kerajinan Gamelan
Bali.
2.1 Pengertian
Sentra penjualan hasil pengerajin gamelan merupakan sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat penjualan peralatan gamelan yang dibangun demi
memenuhi kebutuhan dalam melayani pembelian gamelan.
2.1.1 Pengertian Sentra
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sentra memiliki pengertian sebagai (1)
tempat yang terletak di tengah-tengah, (2) titik pusat, (3) pusat atau sentral.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No:
32/Kep.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan Sentra UKM, dijelaskan bahwa sentra adalah pusat kegiatan usaha
9
pada lokasi atau kawasan tertentu di mana terdapat UKM yang menggunakan bahan
baku atau sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Dalam Landasan Konsepsual Perancangan Tugas Akhir karya Mahendra Adhi
(2013) dijelaskan pengertian sentra sebagai berikut:
Sentra dapat diartikan sebagai pusat aktivitas kegiatan usaha pada lokasi atau
kawasan tertentu, di mana terdapat pelaku usaha yang menggunakan bahan baku
atau saran yang sama dan menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Sentra merupakan unit kecil kawasan yang memiliki ciri tertentu di mana di
dalamnya terdapat kegiatan proses produksi yang ditunjang oleh sarana untuk
berkembangnya produk atau jasa yang terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro,
kecil dan menengah
Menurut Hasan (2003) (dalam http://library.binus.ac.id/ diakses tanggal 27 Maret
2013) sentra merupakan suatu daerah di mana terdapat agresi atau
pengelompokan kegiatan produksi dari industri yang sejenis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sentra adalah sebuah pusat usaha yang di
dalamnya terdapat aktivitas pada suatu lokasi atau kawasan yang mempergunakan
bahan baku yang sejenis dan menghasilkan produk yang sejenis baik itu usaha mikro
maupun makro.
2.1.2 Pengertian Penjualan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penjualan berasal dari kata jual, yang
mendapat imbuhan pe- dan akhiran –an yang berarti (1) proses, cara, perbuatan
menjual barang kebutuhan pokok. (2) Tempat menjual.
Menurut Winardi (1991:2) dalam Darmawaysya, mendefinisikan bahwa
penjualan adalah proses di mana sang penjual memuaskan segala kebutuhan dan
keinginan pembeli agar dicapai manfaat baik bagi sang penjual maupun sang pembeli
yang berkelanjutan dan yang menguntungkan kedua belak pihak.
Sedangkan William G. Nickels (1998 :10) dalam Darmawasya,
mendefinisikan penjualan sebagai interaksi antar individu, saling bertemu muka yang
10
ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan
hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.
Mulyadi (2001) dalam Hendari, Henny dkk mendefinisikan penjualan adalah
rangkaian transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara tunai maupun kredit.
Penjualan merupakan proses berpindahnya suatu hak atas barang atau jasa untuk
mendapatkan sumber daya lainnya, seperti kas atau janji untuk membayar atau
piutang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan sebuah interaksi
antar individu yang saling bertemu sehingga terjadi transaksi penjualan barang atau
jasa, baik secara tunai maupun kredit, di mana penjual memuaskan segala kebutuhan
dan keinginan pembeli demi mencapai manfaat bagi penjual dan pembeli yang
berkelanjutan dan menguntungkan keduanya.
2.1.3 Pengertian Gamelan Bali
Dalam Landasan Konsepsual Perancangan Tugas Akhir Sudiartawan (2013:
14) disebutkan bahwa Gamelan Bali merupakan instrumen yang menggunakan
tangga nada pentatonik (Laras Slendro dan Laras Pelog) yang biasanya digunakan
masyarakat Bali sebagai sarana pengiring dalam berbagai aspek kehidupan sosial
budaya serta ritual keagamaannya.
Bandem (2013 :1) mendefinisikan Gamelan Bali ialah sebuah orkestra yang
terdiri dari bermacam-macam instrumen yang terbuat dari batu, kayu, bambu, besi,
perunggu, kulit, dawai dan lain-lainnya dengan mempergunakan Laras Pelog dan
Slendro. Istilah gamelan dipakai juga untuk menyebutkan musik (lagu-lagu) yang
dihasilkan oleh permainan instrument-instrumen di atas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gamelan Bali adalah sebuah alat musik
yang terdiri dari berbagai macam instrument yang terbuat dari batu, kayu, bambu,
besi perunggu, kuit, dawau dan lain-lainya yang mempergunakan Laras Pelog dan
Slendro.
11
2.1.3.1 Fungsi Gamelan Bali
Gamelan Bali memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat Bali. Fungsi gamelan Bali dirumuskan mengacu kepada Hasil Seminar
Seni Sakral dan Profan dan Bidang Tari tahun 1971 yang mengelompokkan fungsi-
fungsi itu sebagai seni wali (sakral), bebali (semi sakral), dan balih-balihan (sekuler)
(Bandem, 2013:113).
Alan P. Merriam (The Anthropology of Music) dalam Bandem merumuskan
fungsi gamelan dalam perspektif yang lebih luas, namun dapat pula digunakan untuk
mengkaji kegunaan dan fungsi gamelan Bali. Berikut adalah fungsi-fungsi yang
dirumuskan tersebut:
A. Pengiring Upacara Agama
B. Memberi Rasa Keindahan
C. Sebagai Alat Komunikasi
D. Sebagai Hiburan
E. Persembahan Simbolis
F. Menggugah Respon Fisik
G. Mengukuhkan Norma-Norma Kehidupan Masyarakat
H. Pengungkap Sejarah
I. Makna Pendidikan
2.1.3.2 Cara Pembuatan Gamelan Bali
Untuk dapat mengetahui cara pembuatan gamelan maka dilakukan wawancara
langsung dengan pengerajin gamelan yang ada di Desa Tihingan Pande Kusuma.
Berikut ini adalah penjelasan dari tahapan pembuatannya:
Penimbangan bahan baku
Pertama bahan baku pembuatan gamelan ditimbang terlebih dahulu
sesuai kebutuhan. Bahan baku yang dipergunakan adalah perunggu yang
berasal dari campuran timah dengan tembaga dengan perbandingan timah
10 dan tembaga 3. Sebelumnya disiapkan terlebih dahulu cetakan
berbentuk mangkuk dari bahan tanah liat yang sudah dicampur dengan
kulit padi atau disebut dengan Kowi.
12
Peleburan bahan baku
Sebelum peleburan dimulai, Prapen atau tempat perapian yang
dilengkapi dengan alat untuk menghembuskan angin atau Lamus, untuk
memperoleh suhu panas yang cukup. Kowi lalu diisi dengan timah dan
tembaga dan dipanaskan di atas prapen sampai mencapai 3000o C, dan
membuat timah dan tembaga melebur dan menjadi bubur besi berwarna
putih dan menjadi bahan perunggu yang disebut Gasa.
Pencetakan
Gasa yang sudah cair lalu dituang pada cetakan sesuai dengan
gamelan yang akan dibuat. Adapun bentuk cetakan yang dipergunakan
yaitu:
1. Bentuk bundar volume setengah bulatan.
2. Bentuk Dawan atau bentuk bulat panjang.
3. Bentuk Pasingen atau cebongan.
Ngebugin/penempaan
Untuk membentuk gasa dilakukan proses ngebugin atau penempaan
untuk memperoleh bentuk yang diinginkan. Proses ini dilakukan oleh 5
orang pandai besi. Satu orang bertugas memegangi gasa dan 4 orang
bertugas menempa.
Setelah proses penempaan, dilakukan proses penghalusan, agar
gamelan yang masih berpermukaan kasar menjadi lebih halus.
Penghalusan dilakukan dengan sangat berhati-hati, agar tidak mengubah
nada gamelan terlalu banyak.
Ngelaras/pelarasan
Setelah pembuatan bilah selesai, dilanjutkan dengan pembuatan
resonator dari bambu yang ketebalannya berbeda-beda. Resonator
berfungsi adar suara yang dihasilkan oleh bilah-bilah tersebut dapat
terdengar lebih keras. Pada pembuatan resonator juga dilakukan
penyelarasan agar suara bambu selaras dengan suara bilah.
13
Pembuatan wadah
Pembuatan wadah atau palawah sebagai tempat meletakkan bilah dan
resonator merupakan tahap akhir dari pembuatan gamelan dan semakin
diperindah dengan mengukir dari wadah tersebut.
2.1.3.3 Jenis-jenis Gamelan Bali
Secara umum, gamelan Bali dibuat dari bahan seperti bambu, kulit hewan,
dan logam. Beberapa jenis perangkat Gamelan Bali berupa tungguhan bisa dilihat
pada Tabel 2.1 dan Gamelan Bali berupa barungan bisa dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Jenis-jenis tungguhan Gamelan Bali
Nama
Gamelan Penjelasan Gambar
Bende Bende atau bebende merupakan
instrumen sejenis kempur dan
ukurannya juga sebesar kempur akan
tetapi nandanya tidak senyaring
kempur akibat tonjolannya dibuat agak
datar tidak seperti pencon pada
kempur. (Banden, I Made, 2013: 122)
Sumber: observasi lapangan
Cengceng Dalam bahasa asing cengceng disebut
cymbal. Cengceng ini muncul dengan
ukuran yang berbeda-beda, seperti
cengceng besar, menengah dan kecil.
(Banden, I Made, 2013: 125) Sumber: observasi lapangan
Gong Instrumen ini berbentuk bulat, dengan
garis tengah 70-100 cm dengan
menggunakan sebuah pencon
(tonjolan) diangkat dari permukaan
setinggi 6 cm dan lebarnya 6 cm.
(Banden, I Made, 2013: 121) Sumber: observasi lapangan
Jegogan Rumpun dari gender yang memakai
nada terndah dalam gamelan. Jegogan
mempergunakan lima bilah nada yaitu
dimulai dari 1(ding), 2(dong), 3(deng),
5(dung) dan 6(dang). (Banden, I Made,
2013: 124)
Sumber: observasi lapangan
Jublag Instrumen ini bentuknya sama dengan
jegogan (gender) hanya nadanya diatur
satu oktaf lebih tinggi dari nada
jegogan. (Banden, I Made, 2013: 124)
Sumber: observasi lapangan
14
Nama
Gamelan Penjelasan Gambar
Kantil Kantil iyalah sejenis giying (gender),
instrumen metalofon yang bilahnya
dibuat dari kerrawang yaitu campuran
antara tembaga dan timah dengan
ukuran kecil. (Banden, I Made, 2013:
124)
Sumber: observasi lapangan
Kempli Alat musik berpencon seperti kenong
kecil. (Kamus Musik Indonesia, M.
Soeharto, 1978 dalam Sudiartawan,
2013: 18)
Sumber: observasi lapangan
Kempur Kempur atau kempul merupakan jenis
gong yang ukurannya menengah, lebih
kecil dari gong wadon dan gong
lanang. Kempur mempuyai garis
tengah kurang dari 50 cm dengan
pencon diangkat di atas permukaan
bidang kempur setinggi 6 cm dan
besarnya 4 cm pula. (Banden, I Made,
2013: 121)
Sumber: observasi lapangan
Kendang Kendang merupakan instrumen
membranofon yang bentuknya bulat
panjang dan memakai pakelit
(hourglass shape) di dalamnya.
(Banden, I Made, 2013: 128)
Sumber: observasi lapangan
Pemade Pemade iyalah sejenis giying (gender),
instrumen metalofon yang bilahnya
dibuat dari kerrawang yaitu campuran
antara tembaga dan timah dengan
ukuran menengah. (Banden, I Made,
2013: 123)
Sumber: observasi lapangan
Reyong Bentuk instrumen ini serupa dengan
terompong dan terdapat 12 (dua belas)
gong di atas deretan sebuah resonator
kayu. (Banden, I Made, 2013: 122)
Sumber: observasi lapangan
Lanjutan Tabel 2.1 Jenis-jenis tungguhan Gamelan Bali
15
Nama
Gamelan Penjelasan Gambar
Ricik Salah satu tungguhan alat musik
cengceng yang ukurannya paling kecil
diantara ketiga tungguhan cengceng
dan sering dipakai pada perangkat
gamelan pengarjaan.
(Jenis-Jenis Tungguhan Kerawitan
Bali, Sukerta 2001 dalam Sudiartawan,
2013: 16)
Sumber: observasi lapangan
Suling Suling merupakan alat tiup yang dibuat
dari bambu yang menggunakan enam
buah lubang nada dan satu lubang
pemanis untuk menimbulkan bunyi.
(Banden, I Made, 2013: 129)
Sumber: observasi lapangan
Tawa-tawa Salah satu tungguhan sejenis kajar
berbentuk bundar yang terbuat dari
perunggu dengan garis tengah sekitar
31 cm, namun tidak menggunakan
tatakan seperti kajar. (Jenis-Jenis
Tungguhan Kerawitan Bali, Sukerta
2001 dalam Sudiartawan, 2013: 21) Sumber: observasi lapangan
Terompong Instrumen ini berbentuk deretan gong-
gong kecil berpencon yang diletakkan
di atas resonator kayu dan biasanya
terdiri dari sepuluh buah gong (nada)
yang diatur dari ukuran yang paling
besar berderet sampai ukuran yang
paling kecil. (Banden, I Made, 2013:
122)
Sumber: observasi lapangan
Ugal Ugal merupakan gender yang bernada
rendah dengan menggunakan sepuluh
daun dan dimainkan oleh seorang
pemain yang tugasnya untuk
memainkan melodi dan sering sebagai
pemimpin dari gamelan itu sendiri
khususnya untuk menuntun melodi.
(Banden, I Made, 2013: 123) Sumber: observasi lapangan
Lanjutan Tabel 2.1 Jenis-jenis tungguhan Gamelan Bali
16
Tabel 2.2 Barungan Gamelan Bali
No Jenis
Barungan
Jenis
Tungguhan Jml Penataan Gamelan
1 Angklung Kendang
Jegogan
Reyong
Pemade
Kantil
Kempul
Ricik
Tawa-Tawa
Suling
2
2
1
4
4
1
1
1
4
Keterangan:
1 = Suling 6 = Kantilan
2 = Kendang 7 = Reyong
3 = Kajar 8= Jublga
4 = ceng-ceng 9 = Kempul
5 = Pemade
2 Gender
Wayang
Gender gede
Kantilan
2
2
Keterangan:
1 = Gender gede 2 = Kantilan
1 1 1 1 2 2
3 4
5 5 5 5
6 6 6 6
7 8 8
9
1
2
1
2
17
3 Gong
Gede
Gangsa Jongkok
Penunggal
Ganggasa Jongkok
Pengangkep
Gangsa Jongkok
Curing
Jegogan
Jublag
Penyahcah
Kendang
Ceng-ceng kopyak
Gong
Kempli
Kempul
Bebende
Reyong
Trompong Gede
Trompong Alit
Barangan
8
4
4
2
4
4
2
8
2
1
1
1
1
1
1
1
4 Gong
Kebyar
Kendang Lanang
Kendang Wadon
Ceng-Ceng Gecek
Rebab
Trompong
Suling
Pemade
Pemade Giying
Kajar
Kantil
Jublag
Penyahcah
Reyong
Jegogan
Gong
Kempul
Kenong
Kempli
Bebende
1
1
1
1
1
1
4
2
1
4
2
2
1
2
2
2
1
1
1
Keterangan
1= Gangsa Jongkok
Penunggal
2 = Ganggasa Jongkok
Pengangkep
3 = Gangsa Jongkok
Curing
4 = Jegogan
5 = Jublag
6 = Penyahcah
7 = Kendang
8 = Ceng-ceng kopyak
9 = Gong
10 = Kempli
11 = Kempul
12 = Bebende
13 = Reyong
14 = Trompong Gede
15 = Trompong Alit
16 = Barangan
Keterangan
1 = Kendang Lanang
2 = Kendang Wadon
3 = Ceng-Ceng Gecek
4 = Rebab
5 = Trompong
6 = Suling
7 = Pemade
8 = Pemade Giying
9 = Kajar
10 = Kantil
11 = Jublag
12 = Penyahcah
13 = Reyong
14 = Jegogan
15 = Gong
16 = Kempul
17 = Kenong
18 = Kempli
19 = Bebende
Lanjutan Tabel 2.2 Barungan Gamelan Bali
18
2.2 Karakteristik Sentra Penjualan
Hal yang nantinya dapat mempengaruhi luasan pusat penjualan ini adalah
sistem sirkulasi, baik di dalam maupun di luar bangunan, di samping skala pelayanan
yang juga akan mempengaruhi nantinya. Dalam hal sirkulasi ini tingkat efisiensi
harus diperhatikan, agar kegiatan yang diwadahi dalam sentra penjualan ini dapat
berlangsung maksimal.
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sentra penjualan yaitu
kegiatan sentra penjualan, motivasi, barang dan jasa, dan penataan area sentra
penjualan.
2.2.1.1 Kegiatan Sentra Penjualan
Fauziah (2008 :23) menjelaskan secara garis besar aktifitas yang
dikembangkan dapat dikelompokkan menjadi beberapa fungsi:
a. Kegiatan utama
Merupakan kegiatan penjualan barang
b. Kegiatan penunjang
Menunjang fungsi utama sebagai pusat penjualan barang, yaitu ruang
perkantoran, gudang, bank cabang (ATM) dan ruang parkir
c. Kegiatan pelengkap dan pendamping
2.2.1.2 Motivasi
Motivasi dari pusat pertokoan adalah mencari keuntungan (profit motive) dan
juga untuk kepentingan umum (public utility).
2.2.1.3 Barang dan Jasa
Barang dan jasa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah sentra
penjualan. Adapun pengertian dari barang dan jasa adalah sebagai berikut (Sutjiono
dalam Andika, 2007 :16):
19
Barang merupakan segala sesuatu yang dapat disentuh dan memenuhi
kebutuhan manusia, atau segala sesuatu yang dapat memuaskan keperluan,
misalnya makanan, pakaian, dan sebagainya.
Jasa adalah pemuas keperluan manusia yang sifatnya bukan benda, atau dapat
juga dikatakan sebagai hasil pekerjaan manusia yang tidak terwujud benda
tetapi dapat memuaskan kebutuhan manusia.
Pada sentra penjualan hasil kerajinan gamelan, maka barang-barang yang
akan dijual adalah barang-barang seperti gong, gangsa, ceng-ceng dan alat-alat
gamelan yang lain. Sedangkan jasa yang diberkian adalah menerima pembuatan
gamelan sesuai dengan permintaan pembeli dan menerima jasa perbaikan gamelan.
2.2.1.4 Penataan Area Sentra Penjualan
Dalam penataan sebuah pusat pertokoan harus memperhatikan nilai dari ruang
toko yang akan direncanakan. Adapun nilai dari suatu ruang toko dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu:
a. Lokasi lantai (floor variations)
Untuk pertokoan berlantai banyak, nilai ruangan semakin berkurang apabila
semakin jauh dari lantai utama maupun entrance. Area penjualan lantai utama
biasanya dikenakan harga sewa yang lebih tinggi dibandingkan area penjualan
di basement, lantai 2, ataupun lantai 3. (Lihat Gambar 2.1).
Third floor = 15%
Second floor = 30%
First floor = 40%
Basement = 15%
Gambar 2.1 Alokasi ruang sewa berdasarkan posisi lantai
Sumber: Lewinson (1986:82)
20
b. Area penjualan (area variations)
Area yang paling menarik perhatian pada tiap lantai adalah area yang terdekat
dengan entrance. Pada umumnya para pembeli memiliki kecenderungan untuk
berbelok ke arah kiri (untuk kebiasaan di Indonesia) saat masuk ke
pertokoan/tiap lantai (Lihat Gambar 2.2)
18% 18% 18%
14% 12% 10%
5% 6% 5%
c. Penempatan koridor (aisle variations)
Nilai ruang toko berdasarkan posisinya terhadap koridor primer dan sekunder
dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Lihat Gambar 2.3)
Keterangan:
H= High rent area
M= Medium rent area
L= Low rent area
L L
L L
L M
L M
L L
M M
L L
M H
Secondary Area
Primary Area
Gambar 2.3 Alokasi ruang sewa berdasarkan jenis koridor
Sumber: Lewinson (1986:83)
Gambar 2.2 Alokasi ruang sewa berdasarkan ruang sewa
Sumber: Lewinson (1986:82)
Entrance
21
d. Penataan ruang penjualan
Secara umum sebuah pertokoan dapat dibagi atas dua area yang berbeda yaitu:
Ruang nonpenjualan (non selling areas) meliputi costumer service, proses
pemasukan dan pengangkutan barang dagangan, aktifitas pengelolaan
karyawan.
Ruang peralatan (selling areas) meliputi ruang pajang barang
dagangan/display, interaksi antara costumer dan penjualan.
Berdasarkan kepuasan costumer dan produktifitas karyawan, ada empat
pendekatan umum untuk menempatkan ruang penjualan, yaitu:
Sandwich approach
Keterbatasan sistem ini adalah tidak efisien bagi costumer dan karyawan
kelantai tertentu dalam hubungannya melakukan kegiatan yang dilakukan
pada non selling areas (Lihat Gambar 2.4).
Core approach
Dengan menetapkan non selling areas ke pusat (core) arus kedatangan
barang bercampur dengan kegiatan pengunjung (Lihat Gambar 2.5).
Selling floor
Selling floor
Non selling floor
Selling floor
Selling floor
Basement
Gambar 2.4 Sandwich approach
Sumber: Lewinson (1986:85)
22
Peripheral approach
Pada sistem ini telah dilakukan penanganan barang-barang dagangan
tanpa menggangu kegiatan pengunjung (Lihat Gambar 2.6).
Annex approach
Pada sistem ini aktifitas non selling areas jauh dari daerah penjalan (Lihat
Gambar 2.7).
Selling area
Non selling area
Selling area
Gambar 2.5 The core approach
Sumber: Lewinson (1986:89)
Selling area
Non selling area
Gambar 2.6 The peripheral approach
Sumber: Lewinson (1986:89)
23
2.2.2 Manajemen Sentra Penjualan
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
70/M-DAG/PER/12/2013, sentra penjualan adalah suatu area tertentu yang terdiri
dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal,
yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk
melakukan kegiatan perdagangan barang.
Untuk pengelolaan sentra penjualan yang akan dirancang akan dikelola oleh
para pengerajin gamelan dari Desa Tihingan, dengan bantuan dari pemerintah dan
juga pihak-pihak swasta. Dengan keunikan yang dimiliki adalah terdapat tempat
pembuatan gamelan¸sehingga pembeli dapat melihat langsung proses pembuatan
gamelan. Keunikan tersebut diharapkan dapat menarik pembeli gamelan yang berasal
dari daerah maupun dari mancanegara.
Manajemen dari sebuah sentra penjualan dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Manajemen Sentra Penjualan
Manajemen Sentra Penjualan Pengelola Pengelola adalah orang-orang dari pihak pemerintah atau swasta yang
berbadan hukum yang mengatur urusan administrasi dan berhubungan
dengan perdagangan.
Pengelola bertugas untuk merencanakan, mengatur, mengawasi laju
perkembangan pasar yang dikelolanya, sehingga proses hubungan intern dan
eksternnya dapat berjalan lancar.
Penjual/pedagang Penjual/pedagang adalah suatu lembaga atau individu yang melakukan usaha
kegiatan menjual barang-barang kepada konsumen akhir untuk keperluan
pribadi.
Proses penjualan:
Selling area
Non selling area
Gambar 2.7 The annex approach
Sumber: Lewinson (1986:89)
24
Melihat prospek yang akan datang, merencanakan penawaran, melakukan
penawaran penjualan, mengatasi ketidakpuasan dan memenuhi permintaan
konsumen.
Pembeli Pembeli adalah suatu lembaga atau individu yang melakukan pembelian
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumen rumah tangga.
Konsumen untuk menjual kembali yang membeli produk yang digunakan
untuk usaha produksi, dan produk yang digunakan komponen dalam
produksi.
Penataan dan
distribusi barang
Dalam ruang pamer penataan barang harus dapat memenuhi syarat seperti
halnya etalase/jendela pamer, yaitu display yang menarik bagi pengunjung
dan meyakinkan pengunjung akan kegunaan dan kualitas barang.
Sistem distribusi barang dibagi menjadi empat sistem:
Produsen Konsumen gamelan
Produsen Pengecer bebas/ pihak produsen Konsumen
Produser Distributor Pengecer Konsumen
Agen/orang perantara Distributor Pengecer Konsumen
2.2.3 Pertimbangan Pengadaan Sentra Penjualan
Pertimbangan dalam pengadaan sentra penjualan dibedakan menjadi dua,
yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan khusus (Fauziah (2008 :24)
2.2.3.1 Pertimbangan Umum
Berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan umum yang harus diperhatikan
di dalam pengadaan sebuah sentra penjualan:
a. Kebijakan pemerintah, pengadaan suatu wadah perdagangan tidak
bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah setempat, sebaiknya harus
dapat sejalan dan saling mendukung.
b. Kebutuhan penduduk, pengadaan wadah perdagangan sesuai dengan
kebutuhan penduduk.
c. Ekonomi, pangadaan wadah perdagangan dapat didukung oleh tingkat
perekonomian masyarakat setempat.
d. Investor, adanya penanam modal yang berminat menanam modalnya atau
investasi untuk pengadaan wadah perdagangan.
2.2.3.2 Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu aspek teknis, aspek
ekonomi dan perpasaran dan aspek sirkulasi. Penjelasan pertimbangan khusus
pengadaan sentra dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Lanjutan Tabel 2.3 Manajemen Sentra Penjualan
25
Tabel 2.4 Pertimbangan khusus pengadaan sentra
Aspek Teknis Sesuai dengan master plan kota.
Transportasi di lingkungan site.
Jaringan utilitas yang tersedia.
Harga tanah.
Topografi yang relatif datar dan struktur tanah yang mendukung.
Perkembangan permukiman dan jumlah konsumen potensial
dimsa mendatang.
Tingkah laku masyarakat dan pedagan.
Aspek Ekonomi dan
Perpasaran
Kemudahan pencapaian dan dekat dengan jalan umum.
Jarak fasilitas yang direncanakan dengan fasilitas yang sudah ada.
Waktu tempuh menuju site.
Analisa total pendapatan perkapita penduduk.
Analisa kecenderungan populasi dan proyeksi pendapatan
penduduk.
Studi tentang jenis pusat pertokoan yang dibutuhkan.
Kepastian tidak adanya rencana pengadaan pusat pertokoan di
sekitarnya.
Aspek Sirkulasi Hubungan jalur kendaraan dengan site dan bangunan.
Hubungan jalur kendaraan dengan kendaraan lain, untuk
menghindari kesulitan dalam keluar masuk kendaraan (sempadan
bangunan).
Penataan jalur kendaraan pada site disesuaikan dengan eksisting
dan kemungkinan pengembangan.
Penyelesaian jalur berpotongan.
Tanda-tanda lalu lintas jangan sampai mengganggu kelancaran.
Pertimbangan penataan parkir dan sirkulasi dalam site:
Keamanan parkir yang menunjukkan kenikmatan
berbelanja.
Sirkulasi yang efisien, jelas dan tidak bolak-balik.
Sedikit mungkin adanya crissing antara kendaraan dengan
pejalan kaki.
Sudut parkir yang memudahkan maneuver kendaraan.
Tanda lalu lintas parkir mudah terlihat dan tidak
mengganggu sirkulasi.
2.3 Civitas Dalam Sentra Penjualan
Civitas yang berkaitan dengan langsung dengan keberadaan dari sebuah sentra
penjualan dapat diklasifikasikan menjadi pengunjung, pekerja dan pengelola dan
dapat dilihat pada Tabel 2.5
26
C
D 1
2
A B
Tabel 2.5 Civitas pada sebuah sentra penjualan
Pengunjung Pekerja Pengelola Jenis Pengunjung Karakteristik
Pengunjung
Meliputi pekerja yang
ada pada sebuah sentra
yang elayani kebutuhan
dari pengunjung
Meliputi pimpinan,
karyawan yang bekerja
mengelola sentra
penjualan instrumen
gamelan dan semua
petugas servis yang
menjaga kebersihan dan
merawat bangunan setiap
harinya.
Pengunjung adalah
masyarakat
Kabupaten
Klungkung,
masyarakat dari luar
daerah yang
membutuhkan
peralatan gamelan.
Pengunjung yang
datang tidak dibatasi
dari golongan
tertentu, terutama
untuk orang-orang
membutuhkan
peralatan gamelan.
2.4 Tinjauan Proyek Sejenis
Tinjauan proyek sejenis merupakan tinjauan mengenai proyek yang dianggap
mampu memberikan perbandingan karena memiliki kesamaan dengan proyek yang
direncanakan. Melalui tinjauan proyek sejenis, dipilih beberapa objek yang dianggap
mampu memberikan informasi dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan
serta referensi dalam proses perencanaan proyek.Lokasi dari proyek yang ditinjau,
masih berada di dalam satu kawasan yaitu di Desa Tihingan, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.
3
Gambar 2.8 Peta lokasi tinjauan proyek
Sumber: Observasi lapangan, 11 Oktober 2014
27
2.4.1 U.D. Gong Pande Kusuma
U.D. Gong Pande Kusuma merupakan sebuah tempat penjualan gamelan yang
berlokasi di Desa Tihingan Klungkung, tepatnya di sebelah selatan dari Pura Desa
Tihingan.
`
Gambar 2.9 U.D. Gong Pande Kusuma
Sumber: Observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Keterangan:
A = Balai Banjar Desa Tihingan = Menuju Klungkung
B = Pura Desa Tihingan = Menuju Desa Pau
C = Pasar Desa Tihingan = Menuju Desa Banda
D = Kantor Prebekel
= U.D. Gong Pande Kusuma
= Yuda Balinesse Traditional Music
= I Wayan Mustika Gong Smith
2
1
3
28
U.D. Gong Pande Kusuma merupakan sebuah rumah industri pengerajin
Gamelan Bali di Desa Tihingan Klungkung. Pemilik dari U.D. Gong Pande Kusuma
adalah Bapak Pande Kusuma. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi
bahwa pembeli gamelan pada rumah industrinya tidak hanya berasal dari warga lokal
Bali, bahkan juga mencakup warga negara asing seperti Jepang, Perancis dan lain-
lain.
U.D. Gong Pande Kusuma dikelola langsung oleh Bapak Pande Kusuma dan
dibantu oleh keluarganya. UD Gong Pande Kusuma tidak memiliki karyawan tetap,
sehingga pada saat ada pekerjaan pembuatan gamelan, maka akan memanggil orang
untuk membantu mengerjakan pesanan gamelan. U.D. Gong Pande Kusuma dibuka
dari jam 09.00 hingga jam 16.00 wita, dan melayani penjualan setiap hari, kecuali
pada hari raya umat Hindu.
U.D. Gong Pande Kusuma menjual hasil kerjinannya berupa per satuan.
Walau pun demikian, U.D. Gong Pande Kusuma juga menerima pembuatan gamelan
dengan paket per barungan serta menerima jasa untuk perbaikan gamelan dengan
rincian dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Daftar harga gamelan di U.D. Gong Pande Kusuma
Nama Gamelan Harga
Bende Rp. 5.500.000,00
Cengceng Rp. 1.000.000,00
Gong Rp. 14.000.000,00
Jegogan Rp. 12.000.000,00
Jublag Rp. 9.000.000,00
Kantil Rp. 9.000.000,00
Kempli Rp. 2.000.000,00
Kempur Rp. 5.500.000,00
Kendang Rp. 4.000.000,00
Pemade Rp. 9.000.000,00
Reyong Rp. 20.000.000,00
Suling Rp. 300.000,00
Terompong Rp. 20.000.000,00
Ugal Rp. 12.000.000,00
Sumber: Wawancara Survey di UD Gong Pande Kusuma
Ruang-ruang yang ada pada U.D. Gong Pande Kusuma antara lain:
Prapen/ruang peleburan, yaitu ruangan untuk menimbang dan melebur
bahan baku pembuatan gamelan, pencetakan sekaligus penempaan.
29
Ruang penyimpanan bahan baku, yaitu tempat penyimpanan bahan baku
dari alat musik yang akan dibuat, baik dari logam, kayu, dan bambu.
Ruang penyimpanan untuk gamelan yang sudah siap dikirim.
Kasir dan ruang administrasi, adalah ruang tempat berlangsungnya
transaksi jual beli dan kegiatan administeasi pemesanan.
Untuk denah dari U.D. Gong Pande Kusuma dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.12 Prapen
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober
2014
Gambar 2.11 Ruang penyipanan bahan baku
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Keterangan:
A = Ruang penyimpanan
bahan baku
B = Prapen
C = Ruang kasir dan
D = Gudang
E = Gudang Gamelan
Gambar 2.10 Denah U.D. Gong Pande Kusuma
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
A
B C D E
30
Kelebihan dari U.D. Gong Pande Kusuma dari segi penataan gamelan sudah
rapi dan teratur sehingga mudah bagi pembeli untuk melihat-lihat, dengan
mempergunakan pintu geser yang lebar, memudahkan sinar untuk masuk ke ruang
penjualan, sehingga ruang tidak terlalu gelap, posisi prapen juga tidak terlalu dekat,
sehingga asap tidak masuk ke ruang penjualan. Kekurangannya adalah tidak tersedia
ruang untuk melakukan pekerjaan finishing, sehingga pekerjaan dilakukan di halaman
rumah.
2.4.2 Yudha Balinesse Traditional Music
Yuda Balinesse Traditional Music merupakan sebuah tempat penjualan
gamelan yang berlokasi di Desa Tihingan Klungkung, tepatnya di sebelah selatan dari
Pura Desa Tihingan, tepatnya di depan dari U.D. Gong Pande Kusuma.
Yuda Balinesse Traditional Music merupakan sebuah rumah industri
pengerajin Gamelan Bali di Desa Tihingan Klungkung. Pemilik dari Yuda Balinesse
Traditional Music adalah Bapak I Ketut Suena. Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh informasi bahwa pembeli gamelan pada rumah industrinya tidak hanya
berasal dari warga lokal Bali, bahkan juga mencakup warga negara asing seperti
Jepang, Perancis, Swedia dan lain-lain.
Gambar 2.13 Ruang Kasir
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Gambar 2.14 Gudang Gamelan
Sumber: observasi lapangan, 11
Oktober 2014
31
Yuda Balinesse Traditional Music dikelola langsung oleh Bapak I Ketut
Suena dan dibantu oleh keluarganya. Yuda Balinesse Traditional Music tidak
memiliki karyawan tetap, sehingga pada saat ada pekerjaan pembuatan gamelan,
maka akan memanggil orang untuk membantu mengerjakan pesanan gamelan. U.D.
Gong Pande Kusuma dibuka dari jam 10.00 hingga jam 16.00 wita, dan melayani
penjualan setiap hari, kecuali pada hari raya umat Hindu.
Yuda Balinesse Traditional Music menjual hasil kerjinannya berupa paket
barungan dan menerima jasa untuk memperbaiki gamelan. Berikut ini adalah paket
barungan dari gamelan yang di jual di Yuda Balinesse Traditional Music dapat
dilihat pada Tabel 2.7.
Gambar 2.15 Yuda Balinesse Traditional Music
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
32
Tabel 2.7 Daftar harga barungan di Yuda Balinesse Tradisinal Music
Jenis Barungan Harga Angklung Rp. 45.000.000,00
Bale Ganjur Rp. 35.000.000,00
Gong Gede Rp. 300.000.000,00
Gong Kebyar Rp. 160.000.000,00
Gong Semar Pegulingan Rp. 130.000.000,00
Gender Wayang Rp. 20.000.000,00
Sumber: Wawancara Survey di Yuda Balinesse Tradisinal Music
Ruang-ruang yang ada pada Yuda Balinesse Traditional Music antara lain:
Prapen/ ruang peleburan, yaitu ruangan untuk menimbang dan melebur
bahan baku pembuatan gamelan, pencetakan sekaligus penempaan.
Ruang penyimpanan bahan baku, yaitu tempat penyimpanan bahan baku
dari alat musik yang akan dibuat, baik dari logam, kayu, dan bambu.
Ruang pengikiran dan penyelarasan, yaitu ruangan tempat penyelarasan
nada dari bilah gamelan Bali yang sudah dibuat.
Ruang penyimpanan untuk gamelan yang sudah siap dikirim.
Kasir dan ruang administrasi, adalah ruang tempat berlangsungnya
transaksi jual beli dan kegiatan administeasi pemesanan.
A
B
C
D
E
F
G
Keterangan:
A = Halaman
B = Garase
C = Prapen
D = Ruang penyimpanan bahan baku
E = Ruang pengikiran
F = Ruang penyimpanan
G = Kasir
Gambar 2.16 Denah Yuda Balinesse Traditional Music
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
33
Kelebihan dari Yuda Balinesse Traditional Music dari segi kebutuhan ruang
sudah cukup lengkap. Dari segi penataan ruang penyimpanan gamelan yang sudah
siap untuk dijual tidak terlalu baik, sehingga kurang memberikan kenikmatan bagi
pengunjung untuk melihat-lihat di sana, selain itu prapen berada cukup dekat
Gambar 2.17 Prapen
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Gambar 2.19 Ruang pengikiran
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Gambar 2.18 Ruang penyimpanan bahan baku
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Gambar 2.20 Ruang penyimpanan
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
Gambar 2.21 Ruang Kasir
Sumber: observasi lapangan, 11 Oktober 2014
34
terhadap ruang pengikiran dan penyimpanan sehingga dapat mengganggu pekerja
lain.
2.5 Simpulan Tinjauan Proyek Sejenis
Dari tinjauan proyek sejenis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan seperti
yang dijabarkan pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Simpulan tinjauan proyek sejenis
Aspek Proyek sejenis U.D. Gong Pande Kusuma Yuda Balinesse Tradisinal Music
Lokasi Desa Tihingan Klungkung Desa Tihingan Klungkung
Ruang-ruang Prapen
Ruang penyimpanan bahan baku
Ruang penyimpanan gamelan
Kasir
Prapen
Ruang penuyimpanan bahan baku
Ruang penyimpanan gamelan
Ruang pengikiran
kasir
Kelebihan
dan
kekurangan
Tidak tersedia ruang finishing
pekerjaan sehingga pekerjaan
dilakukan di halaman rumah, letak
prapen tidak terlalu dekat dengan
ruang penjualan dan penyimpanan,
sehingga asap pada saat pekerjaan
berlangsung tidak mengganggu.
Ruangan sudah cukup lengkap dan
menunjang sebagai tempat penjualan
gamelan, tetapi prapen berada cukup
dekat dengan ruang penyimpanan
dan pengikiran sehingga asap dapat
masuk ke ruang tersebut.
Lingkup
pekerjaan Penjualan gamelan per satuan,
barungan, dan menerima jasa
perbaikan.
Penjualan gamelan barungan, dan
menerima jasa perbaikan.
Lingkup
pemasaran Masyarakat lokal dan mancanegara Masyarakat lokal dan mancanegara
Jenis
gamelan
yang dijual
Bende
Cengceng
Gong
Jegogan
Jublag
Kantil
Kempli
Kempur
Kendang
Pemade
Reyong
Suling
Terompong
Ugal
Angklung
Bale Ganjur
Gong Gede
Gong Kebyar
Gong Semar Pegulingan
Gender Wayang
2.6 Spesifikasi Umum Sentra Penjualan Kerajinan Gamelan
Berdasarkan perencanaan dan perancangan Sentra Penjualan Kerajinan
Gamelan Bali, maka disusun beberapa spesifikasi umum sebagai landasan awal yaitu:
35
2.6.1 Hakekat
a. Pengertian
Sentra Penjualan Kerajinan Gamelan Bali merupakan tempat penjualan
peralatan gamelan yang dibangun demi memenuhi kebutuhan dalam melayani
pembelian gamelan bagi warga lokal maupun warga mancanegara.
b. Fungsi
Sentra Penjualan Hasil Kerajinan Gamelan Bali memiliki fungsi sebagai
tempat penjualan berbagai hasil gamelan Bali yang dibuat oleh para pengerajin.
Selain itu sebagai tempat saling bertukar pengalaman dan ilmu diantara para
pengerajin serta sebagai tempat untuk melestarikan salah satu kebudayaan yang ada
di Bali, yaitu Gamelan Bali.
2.6.2 Isi
a. Civitas
Sentra Penjualan Kerajinan Gamelan Bali memiliki sasaran terhadap pembeli
yang berasal dari warga lokal dan juga warga mancanegara, yang meliputi dari segala
kalangan usia yang tertarik untuk mengetahui segala hal mengenai gamelan Bali.
b. Fasilitas
Fasilitas dari Sentra Penjualan Kerajinan Gamelan Bali di bagi menjadi 3
(tiga) yaitu fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas pendukung, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.9 Fasilitas ruang sentra
No Fasilitas Utama Fasilitas Penunjang Fasilitas Pendukung 1 Ruang penjualan Lobby Ruang ME
2 Ruang Kasir Ruang informasi Ruang keamanan
3 - Ruang workshop Toilet
4 - Ruang pengelola Gudang
5 - Ruang sanggar Ruang servis
2.6.3 Wadah
Sentra Penjualan Kerajinan Gamelan Bali bersifat ekonomi sehingga lokasi
yang digunakan untuk memenuhi persyaratan pembangunan yaitu:
1. Lokasi harus mudah dicapai oleh konsumen.
2. Suasana lingkungan yang kondusif, aman dan nyaman.
3. Berada dalam peruntukan wilayah perdagangan dan jasa.