GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS …
Transcript of GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS …
GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS
(KEK) SETELAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
DI WILAYAH PUSKESMAS WERU
NASKAH PUBLIKASI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
APRI KUSUMA DAMAYANTI
NIM. J310141016
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
iv
GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS
(KEK) SETELAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
DI WILAYAH PUSKESMAS WERU
Abstrak
Tercukupinya kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat diketahui dari
bertambahnya berat badan ibu setiap bulan. Kekurangan gizi pada ibu
hamil banyak terjadi di negara-negara berkembang yang meliputi
kekurangan energi kronis. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
menyebabkan masalah pada ibu dan janin. Salah satu program
pemerintah dalam mengurangi jumlah ibu hamil kurang energi kronis
yaitu dengan pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan
tambahan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama masa
kehamilan. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran status gizi ibu
hamil kurang energi kronis setelah pemberian makanan tambahan di
wilayah Puskesmas Weru. Jenis penelitian ini yakni penelitian
observasional. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil kekurangan energi
kronis trimester II dan trimester III berjumlah 81 orang secara purposive
sampling. Analisis data menggunakan uji deskriptif. Penelitian
menunjukkan setelah pemberian makanan tambahan ibu hamil
mengalami peningkatan status gizi Ibu sebesar 93.8%. Setelah pemberian
makanan tambahan pada ibu hamil kekurangan energi kronis status gizi
meningkat.
Kata kunci: status gizi
Abstract
The fulfillment of the nutritional needs of pregnant women can be seen
from the increase in maternal weight every month. Nutritional
deficiencies in pregnant women occur in many developing countries,
including chronic energy shortages. Malnutrition in pregnant women can
cause problems for both mother and fetus. One of the government
programs in reducing the number of chronic energy-deficient pregnant
women is by providing supplementary food. Supplementary feeding aims
to meet the nutritional needs of the mother during pregnancy. This study
is to determine the nutritional status of pregnant women with chronic
energy deficiency after supplementary feeding in the Weru Public Health
Center. This type of research is observational research. The sample of
this study was 81 pregnant women lacking in chronic energy trimester II
and trimester III amount by purposive sampling. Data analysis using
descriptive test. The study showed that after supplementary feeding
pregnant women increased their nutritional status by 93.8%. After
supplementary feeding in pregnant women with chronic energy
deficiency improved nutritional status.
Keywords: Nutritional status
1
1. PENDAHULUAN
Salah satu indikator tercukupinya kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat diketahui dari
bertambahnya berat badan ibu setiap bulan (Sulistyoningsih, 2011). Status nutrisi
pada wanita hamil, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin saat dalam kandungan (Abu et al, 2010). Kekurangan gizi pada ibu hamil
banyak terjadi di negara-negara berkembang yang meliputi kurang energi kronis
(KEK) maupun kekurangan zat gizi mikro (Salam et al, 2013). Menurut laporan
Kemenkes RI (2017) ibu hamil di Indonesia yang mengalami risiko KEK sebesar
14,8%. Di Jawa Tengah prevalensi ibu hamil yang memiliki risiko KEK sebesar
17.5% (Riskesdas, 2018). Sementara di Kecamatan Weru pada tahun 2017 sebesar
10,28% ibu hamil mengalami KEK dan tahun 2018 mengalami penurunan persentase
KEK pada ibu hamil yaitu sebesar 5,34% (Puskesmas Weru, 2018).
Ibu yang Kekurangan Energi Kronis seringkali memiliki anak yang kekurangan
gizi. Kekurangan energi kronis pada ibu hamil di negara-negara berkembang
bertanggung jawab untuk 1 dari 6 kasus dengan berat badan lahir rendah (Opara,
2011). Salah satu program pemerintah dalam mengurangi jumlah ibu hamil kurang
energi kronis yaitu dengan pemberian makanan tambahan (PMT). PMT ditujukan
kepada kelompok rawan gizi yang meliputi ibu hamil risiko KEK. Pemberian
makanan tambahan (PMT) bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama
masa kehamilan terutama kecukupan protein (Zulaidah et al, 2014).
Hasil studi awal di Puskesmas Weru Kabupaten Sukoharjo bahwa jumlah ibu
hamil tahun 2017 sebanyak 788 orang dan yang mengalami KEK sebanyak 81 orang
(10,28%). Jumlah ibu hamil tahun 2018 sebanyak 786 orang dan yang mengalami
KEK sebanyak 42 orang (5,34%). Jumlah ibu hamil tahun 2019 bulan Januari hingga
Desember 2019 sebanyak 773 orang dan yang mengalami KEK sebanyak 99 orang
(12,81%). Hal ini berarti pada tahun 2019 terjadi peningkatan jumlah ibu hamil yang
mengalami KEK. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran status gizi ibu hamil
Kurang Energi Kronis (KEK) setelah pemberian makanan tambahan di wilayah
Puskesmas Weru.
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional study dengan pendekatan deskriptif
dan menggunakan desain retrospektif, dalam penelitian ini dilakukan pengamatan
2
monitoring PMT ibu hamil KEK di Puskesmas Weru. Lokasi penelitian ini di
Puskesmas Weru, Puskesmas ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena pada tahun
2019 mengalami peningkatan jumlah ibu hamil KEK. Sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil KEK trimester II dan III yang mendapatkan PMT berjumlah
81 orang.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data
dokumentasi monitoring PMT pada ibu hamil KEK. Cara pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui dokumentasi laporan monitoring PMT pada ibu hamil KEK.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Program perbaikan gizi pada ibu hamil ditujukan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan gizi bagi ibu hamil sehingga risiko terjadinya KEK dapat ditangani. Salah
satu program untuk mengatasi KEK yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK karena
mengacu pada pedoman gizi ibu hamil dan pengembangan makanan tambahan ibu
hamil berbasis pangan Kementerian Kesehatan RI.
Produk PMT didistribusikan keseluruh puskesmas yang ada di Kabupaten
Sukoharjo yang sebelumnya telah di data oleh petugas gizi di Puskesmas salah
satunya Puskesmas Weru. Ibu hamil yang mendapatkan PMT adalah ibu hamil yang
terdeteksi berisiko mengalami KEK. Prakteknya pemberian PMT ibu hamil di
Puskesmas Weru dilakukan setiap bulannya pada saat kunjungan ANC dan
pemberian PMT diberhentikan apabila ukuran LiLA ibu hamil > 23,5 cm.
Tabel 1. Distribusi Faktor Sosial Ekonomi di Puskesmas Weru Tahun 2019
Karakteristik Frekuensi Persentase(%)
Pendapatan
Gaji < Rp. 1.783.500 44 54,3
Gaji > Rp. 1.783.500 37 45,7
Pendidikan
Rendah (SD-SMP) - -
Menengah (SMA) 81 100,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan pendapatan
< Rp. 1.783.500 sejumlah 44 orang (54,3%) dan responden dengan pendidikan
menengah (SMA) sebanyak 81 orang (100,0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3
sebagian besar responden berpendapatan rendah atau dibawah UMR. Status ekonomi
cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan. Meningkatnya pendapatan
akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas
yang lebih baik (Marsedi et al., 2016). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
ternyata ibu hamil yang tingkat ekonomi rendah memiliki status gizi yang kurang.
Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara pendapatan keluarga dengan KEK
pada ibu hamil menunjukkan bukan hanya responden yang mempunyai pendapatan
rendah saja yang menderita KEK, tetapi juga banyak responden yang mempunyai
pendapatan tinggi juga menderita KEK (Wati et al, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan
Asriningtyas (2010) yang mengemukakan bahwa status sosial ekonomi berpengaruh
dengan status gizi pada ibu hamil. Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Maka seseorang dengan
ekonomi yang tinggi maka gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta adanya
pemeriksaan kehamilan membuat gizi ibu dapat selalu terpantau. Tingkat pendapatan
menentukan apa yang dibeli, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula
presentasi pembelanjaannya (Nursanti, dkk, 2005).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua responden berpendidikan
menengah atau SMA sebanyak 81 orang (100,0%). Dari hasil penelitian ini dapat
dilihat bahwa responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu
mempunyai pengetahuan tinggi juga tentang pengertian, gejala, tanda, penyebab,
akibat, pencegahan, dan cara mengatasi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu
hamil (Dewi dan Cahyani, 2017). Kurangnya pengetahuan atau kurangnya informasi
tentang kesehatan dan gizi merupakan faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.
Temuan pada penelitian ini sesuai dengan temuan Saraswati (2009), yaitu ibu hamil
yang memiliki pendidikan formal memiliki risiko KEK yang lebih tinggi
dibandingkan ibu yang memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima
informasi, sehingga kemampuan berpikir lebih rasional. Menurut asumsi peneliti,
tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan responden yang
diperoleh secara formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin cepat pula
penyerapan informasi yang didapat. Pendidikan sangat berhubungan dengan
4
pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya (Stephanie
dan Kartika, 2016).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahirawati (2014) bahwa pendidikan
ibu yang mayoritas SMA namun pendapatan keluarga rendah menyebabkan daya beli
rendah pula yang mengakibatkan belum terpenuhinya kebutuhan Gizi Ibu Hamil dari
segi kualitas dan kuantitas.
Tabel 2. Distribusi Faktor Biologis di Puskesmas Weru Tahun 2019
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Usia Ibu
<20 tahun 3 3,7
20-35 tahun 74 91,4
>35 tahun 4 4,9
Paritas
Nullipara (0x) 41 50,6
Primipara (1x) 31 38,3
Multipara (>1x) 9 11,1
Usia Kehamilan
13-28 minggu (Trimester II) 59 72,8
>28 minggu (Trimester III) 22 27,2
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan berusia 20-35
tahun sebanyak 74 orang (91,4%), responden dengan paritas nullipara sebanyak 41
orang (50,6%), dan responden dengan umur kehamilan 13-28 minggu sebanyak 59
orang (72,8%).
Usia responden yang tergolong reproduktif memberikan kesadaran kepada
responden untuk berusaha mencukupi kebutuhan gizi selama hamil. Dari hasil
penelitian ini dapat dilihat bahwa responden memiliki usia produktif. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian Abraham et al. (2015) bahwa usia ibu dalam kelompok usia
reproduksi paling rentan terhadap kekurangan gizi karena asupan makanan yang
rendah, distribusi makanan yang tidak merata dalam rumah tangga, penyimpanan dan
persiapan makanan yang tidak tepat. Telah diketahui bahwa kekurangan energi kronis
merupakan faktor risiko rendahnya produktivitas, morbiditas, dan mortalitas orang
dewasa, dengan kekurangan gizi kronis di kalangan wanita juga menjadi faktor risiko
utama untuk hasil kelahiran yang merugikan bagi anak-anak mereka.
5
Sebagian besar responden nullipara sebanyak 48 orang (48.5%). Responden di
Puskesmas Weru yang termasuk nullipara maupun primipara lebih banyak daripada
paritas multipara. Penelitian ini ibu hamil yang berisiko KEK yang termasuk
nullipara dan primipara karena responden dengan paritas >1 lebih sedikit
dibandingkan dengan responden nullipara dan primipara. Riwayat paritas bermanfaat
untuk menentukan besaran akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras
cadangan zat gizi ibu. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan kualitas
janin yang rendah dan merugikan kesehatan ibu karena ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki diri tubuhnya (Prawirohardjo, 2008). Apabila ibu
golongan paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya
(Mauaba, 2010).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perubahan LiLA sebelum dan setelah
pemberian PMT-Ibu Hamil di Puskesmas Weru Tahun 2019
No Kategori
Sebelum pemberian PMT-
Ibu Hamil
Setelah pemberian PMT-
Ibu Hamil
F % F %
1 KEK 81 100,0 5 6,2
2 Tidak KEK - - 76 93,8
Jumlah 99 81 100,0 81
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden setelah pemberian PMT-Ibu Hamil
mengalami perubahan LiLA, diketahui bahwa status gizi Ibu Hamil mengalami
peningkatan, sebanyak 76 orang (93,8%) tidak mengalami KEK dan hanya sebanyak
5 orang (6,2%) yang mengalami KEK.
Berdasarkan hasil penelitian, dari 81 ibu yang mendapatkan PMT ibu hamil
sebanyak 76 orang mengalami peningkatan pada status gizi nya sebesar 93,8% dilihat
dari Lingkar lengan atasnya setelah mengkonsumsi biskuit PMT yang telah diberikan
oleh petugas kesehatan, disisi lain juga para ibu yang hamil dengan KEK dia juga
sering mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Rata-rata LiLA sebelum pemberian makanan tambahan biskuit didapatkan hasil 22.08
cm, untuk LiLA terendah 17.50 cm dan tertinggi adalah 23.5 cm. Rata-rata LiLA
sesudah diberi PMT biskuit didapatkan hasil 24.45 cm, untuk LiLA terendah 22.0 cm
dan tertinggi adalah 25.50 cm. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurina (2016), bahwa
status gizi ibu hamil mengalami peningkatan selama pemberian PMT-P susu dan
6
biskuit MT-bumil dibandingkan sebelum pelaksanaan program. Didukung hasil
penelitian Wahida (2015) bahwa ada perbedaan yang signifikan pada perubahan berat
badan dan ada perbedaan yang signifikan pada perubahan LiLA ibu hamil pada ibu
hamil yang diberikan makanan tambahan.
Pemberian makanan tambahan merupakan salah satu upaya untuk meningkatan
asupan zat gizi bagi ibu hamil kurang energi kronis untuk memenuhi kebutuhan
gizinya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi
dan protein pada ibu hamil kurang energi kronis setelah diberikan makanan tambahan
berupa biskuit dengan bahan dasar pangan lokal dengan kandungan energi 474,75
kkal dan protein 18,4 gram. Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan
jenis produk adalah produk sudah dikenal dan memiliki citarasa yang baik sehingga
disukai serta diterima masyarakat secara luas, praktis, punya daya simpan relative
lama dan mudah dalam penyajiannya. Aspek lain yang dipertimbangkan adalah
komposisi gizi produk.
Peningkatan status gizi ibu hamil wilayah Puskesmas Weru berdasarkan LILA
ini terjadi dengan adanya kesadaran lebih baik terutama dalam konsumsi makanan
utama dan PMT-P (biskuit MT-Bumil) selama masa kehamilan. Pada penelitian
ini,peneliti tidak mengukur ibu dalam mengkonsumsi Fe. Pemberian makanan
tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dapat meningkatkan
konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan
status gizi baik. Pada ibu hamil yang menderita KEK kemungkinan masih
membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai
ke tingkat yang paling rendah (Yang dan Sandra, 2011). Ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan intake zat gizi pada masa kehamilan akan menyebabkan kurang
energi kronis (KEK) dan anemia pada ibu hamil. Ibu yang menderita KEK
berpeluang menderita anemia 2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
KEK (Kusumawati, 2016).
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu konsumsi suplementasi Fe, nafsu makan
ibu hamil trimester II dan III berbeda, dan tingkat kepatuhan konsumsi PMT.
4. PENUTUP
Peneliti menyimpulkan bahwa Ibu yang mengalami KEK di Puskesmas Weru
sebagian besar memiliki pendapatan di bawah UMR sebesar 54,3%, semua ibu
7
berpendidikan menengah (SMA), usia 20-35 tahun sebesar 91,4% dan nullipara
sebesar 50,6%. Setelah pemberian makanan tambahan Ibu Hamil status gizi ibu hamil
di Puskesmas Weru meningkat sebesar 93.8%.
Saran dalam penelitian ini yaitu perlu diadakan pendekatan dan pemantauan
khusus kepada ibu hamil Kekurangan Energi Kronis yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizinya dengan cara konseling sehingga patuh dalam
mengkonsumsi pemberian makanan tambahan. Sebaiknya penelitian lebih lanjut
memperhatikan juga tingkat kepatuhan konsumsi pemberian makanan tambahan dan
nafsu makan ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, S.K., and Fraser. D.,. (2010). Maternal Nutrition and Birth Outcomes. Oxford
Journal. 32 (1), 5-25.
Asriningtyas, Rizki. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan gizi dan status sosial
ekonomi ibu hamil dengan status gizi ibu hamil primigravida trimester II di
Puskesmas Pembantu Tunjung Burneh Bangkalan. Skripsi: Universitas
Airlangga, Surabaya.
Chandradewi, AASP. (2015). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan terhadap
Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis) di Wilayah
Kerja Puskesmas Labuan Lombok. Jurnal Kesehatan Prima, 9 (1), 1391-
1404.
Dewi, RK. dan Cahyani, SD. (2017). Gambaran Ibu Hamil Tentang Kekurangan
Energi Kronis (KEK) Pada Kehamilan. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak
Akademi Kebidanan An-Nur. 2(2), 46-50.
Kemenkes RI, (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Kemenkes, RI. (2017). Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (Balita-Anak
Sekolah-Ibu Hamil). Jakarta.
Mahirawati, VK. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan
Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Kamoning Dan
Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 17 (2), 193-202.
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Marsedi, GS., Marsedi, Laksmi Widajanti, AA., (2016). Hubungan Sosial Ekonomi
dan Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu
8
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjung Pinang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(3), 138-147.
Nursanti I dan Kurniawati N. (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan
nutrisi ibu hamil di Puskesmas Cilincing Jakarta Utara. Jurnal kedokteran dan
kesehatan. 1(1).
Opara, J., (2011). Malnutrition During Pregnancy Among Child Bearing Mothers in
Mbaitolu of Imo State. Nigeria. Mediteranean Journal of Social Science, 2
(6).
Prawirohardjo,S., (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Salam,R.A., Das,J.K., Ali,A., Lassi,Z.S & Bhutta, Z.A. (2013). Maternal
undernutrition and intrauterine growth restriction. Expert Rev. Obstet.
Gynecol. 8 (6), 559–567.
Stephanie P. dan Kartika, SKA. (2016). Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik
Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan
Klungkung Bali 2014. Ejurnal Medika Udayana. 5 (6).
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Wahida, Z. (2015). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Perubahan
Status Gizi Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Stikes Dian
Husada Mojokerto
Wati L., Ernalia Y., Haslinda L. (2014). Hubungan Pengetahuan Mengenai Gizi,
Pendapatan Keluarga Dan Infestasi Soil Transmitted Helminths Dengan
Kurang Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di Daerah Pesisir Sungai Siak
Pekanbaru. JOM, 1(2), 1-10.
Zulaidah,H.S., Kandarina, I., Hakimi, M. (2014). Pengaruh pemberian makanan
tambahan (PMT) pada ibu hamil terhadap berat lahir bayi. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 11(2).