GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

32
GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN NON VALUE ADDED DI DRYER MANUAL & DRYER AUTOMATIS PT. KIEVIT INDONESIA OLEH MAHENDRA BAGUS SUSANTO 802013064 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Transcript of GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Page 1: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN

NON VALUE ADDED DI DRYER MANUAL &

DRYER AUTOMATIS PT. KIEVIT INDONESIA

OLEH

MAHENDRA BAGUS SUSANTO

802013064

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW
Page 3: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW
Page 4: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW
Page 5: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN

NON VALUE ADDED DI DRYER MANUAL &

DRYER AUTOMATIS PT. KIEVIT INDONESIA

Mahendra Bagus Susanto

Rudangta Arianti S

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 6: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang gambaran

produktivitas yang dilihat dari perilaku value added (VA) dan non value added di

dryer manual & dryer automatis PT. Kievit Indonesia. Teknik pengambilan data

menggunakan metode Day In Life Of (DILO) yang direkomendasikan oleh

perusahaan kepada peneliti untuk mengidentifikasi perilaku produktivitas dan

pengolahan data menggunakan statistik deskriptif yang disajikan melalui diagram,

uji beda, dengan hasil sebagai berikut. Hasil yang didapatkan adalah perilaku VA

yang dilakukan di dryer manual sebesar 42 % dan di dryer automatis 35%,

sedangkan dari perilaku NVA di dryer manual sebesar 9% dan di dryer automatis

19%, pada dryer automatis tidak melakukan perilaku VA yaitu processing seperti

melakukan cek finish good, info anomali/gangguan dan di dryer automatis lebih

banyak melakukan perilaku NVA yaitu waste seperti melakukan aktivitas yang

tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya, sedangkan di dryer manual tidak

melakukan perilaku NVA waste, dari hasil uji beda mendapatkan hasil yaitu nilai

Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,01, yang artinya adanya perbedaan yang signifikan antara

perilaku NVA di dryer manual dan dryer automatis. Kesimpulan yang didapatkan

dari penelitian ini adalah walaupun pada tahun 2015 perusahaan telah melakukan

DILO dan sudah dilakukan perbaikan, tetapi pada DILO tahun 2017 masih

muncul perilaku NVA yang tidak perlu dilakukan terutama pada shift kerja malam

di dryer automatis.

Kata Kunci : produktivitas, value added, non value added.

Page 7: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Abstract

The purpose of this research is to explain about productivity picture seen from

behavior of value added (VA) and non value added in dryer manual & dryer

automatically PT. Kievit Indonesia. Technique of taking data using Day In Life Of

(DILO) method recommended by company to researcher to identify productivity

behavior and data processing using descriptive statistic presented by diagram,

different test, with result as follows. The result is VA behavior in manual dryer by

42% and in dryer automatically 35%, while from NVA behavior in manual dryer

is 9% and in dryer automatically 19%, in automatic dryer not doing VA behavior

that is processing like check finish good, anomaly / disturbance info and in dryer

automatically do NVA behavior that is waste like doing activity which has nothing

to do with work, while in manual dryer not doing NVA waste behavior, from result

of difference test get result that is Sig value. (2-tailed) 0.002 <0.01, which means

that there is a significant difference between NVA behavior in manual dryer and

automatic dryer. The conclusion of this research is that although in 2015 the

company has done DILO and it has been repaired, but at DILO 2017 still appear

NVA behavior that need not be done especially at night work shift in automatic

dryer.

Keywords: productivity, value added, non value added.

Page 8: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

PENDAHULUAN

Tantangan yang dihadapi dunia industri berubah dan semakin berat dari

masa ke masa. Tantangan yang begitu berat ini memaksa industri terus-menerus

berupaya meningkatkan kemampuan daya saingnya. Dalam hal peningkatan daya

saing, industri tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitas total dan

menurunkan lead time produksinya, akan tetapi juga harus mampu menekan biaya

dan memenuhi keinginan customer (pelanggan) dengan tepat waktu. Dalam usaha

peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan/perilaku yang

dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan/atau jasa) dan

menghilangkan pemborosan (waste). Perilaku bernilai tambah (value added)

adalah aktivitas yang harus dilaksanakan untuk mempertahankan perusahaan atau

departemen agar tetap bertahan dalam bisnisnya (Gunawan, 2007).

Daya saing yang baik dapat diraih dengan melakukan pengurangan biaya

di perusahaan untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Pengurangan

biaya ini adalah perbaikan secara bertahap dengan penghilangan Non-Value

Added (NVA), standarisasi, peningkatan fleksibilitas perusahaan, dan proses

perekrutan dan pelatihan pekerja (Dysko, 2012). Non value added activities

(aktivitas yang tidak bernilai tambah) atau dikenal juga dengan pemborosan dapat

dikenali melalui beberapa aktivitas, yaitu : produksi yang berlebih (over

production), gerakan yang tidak dibutuhkan (motion), persediaan berlebihan

(inventory), transportasi (transportation), menunggu (waiting) dan cacat (defect)

(Yunitasari, 2018).

Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat melakukan

pengurangan biaya, hal tersebut merupakan salah satu hukum dalam perbaikan

Page 9: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

secara bertahap yakni dengan cara penghilangan pemborosan (Imai, 1997), dan

NVA merupakan salah satu jenis pemborosan yang terjadi di perusahaan (Liker,

2004). Agar tidak terjadi pemborosan biaya suatu organisasi/perusahaan

seharusnya dapat mengelola aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam kegiatan

operasional. Pengelolaan aktivitas ini meliputi proses pengidentifikasian,

penentuan nilai, pemilihan, pelaksanaan aktivitas yang menambah nilai bagi

pelanggan serta pengidentifikasian dan pengurangan maupun penghilangan semua

aktivitas tidak bernilai tambah sehingga dapat menghasilkan penurunan biaya

(cost reduction) (Wardhana, 2008). Pengidentifikasian aktivitas terbagi atas dua

yaitu aktivitas bernilai tambah (value added activity) dan aktivitas yang tidak

bernilai tambah (non value added activity) (Hansen dan Mowen, 2006).

Selanjutnya aktivitas bernilai tambah akan ditulis (VA) dan aktivitas tidak bernilai

tambah akan ditulis (NVA).

Perilaku yang produktif akan dibutuhkan oleh suatu perusahaan agar aliran

proses produksi dapat berjalan lancar, kapabilitas proses meningkat, serta

efektivitas dan efisiensi tercapai. Sedangkan perilaku yang tidak mendukung

produktivitas ini banyak dieliminasi dan diminimalkan oleh beberapa perusahaan

karena dianggap sebagai pemborosan, seperti halnya yang dilakukan PT. Dumas

Tanjung Perak Shipyard Surabaya dalam penelitian analisis non value added

activity yang mendapatkan hasil bahwa perusahaan dapat meningkatkan efektifitas

dari 85% menjadi 91% dengan cara menghilangkan aktivitas non value added dan

menjelaskan secara detail tentang aktivitas value added dan non value added pada

perusahaan tersebut (Apriyani, Ketut, dan Buana, 2017).

Page 10: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

PT. Kievit Indonesia merupakan salah satu perusahaan swasta yang

bergerak di bidang manufaktur dengan memproduksi bahan baku pangan yaitu

creamer. Perusahaan PT. Kievit Indonesia tergolong perusahaan yang sudah

mulai membesar dan banyak dikenal di kalangan industri maupun masyarakat.

Hampir setiap produk kopi dalam negeri menggunakan bahan baku creamer dari

PT. Kievit Indonesia. Keunggulan usaha ini dibandingkan pesaing sejenis adalah

pilihan produk lebih bervariasi dan sesuai spesifikasi permintaan pelanggan.

Namun, terdapat masalah dalam perusahaan ini, dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan salah satu HRD PT. Kievit Indonesia, masih terdapat

inefisiensi dalam proses produksi yang disebabkan adanya perilaku NVA, seperti

menggunakan waktu istirahat kerja yang terlalu lama, melakukan pekerjaan yang

seharusnya tidak ia kerjakan, keluar dari tempat produksi ketika jam kerja.

Perilaku-perilaku NVA tersebut menyebabkan kinerja produksi menjadi tidak

efisien karena pemborosan waktu dan konsumsi sumber daya. Untuk menangani

hal tersebut perusahaan mulai mengembangkan program perbaikan untuk

aktivitas-aktivitas tersebut agar perusahaan lebih produktif dalam menjalankan

bisnisnya, seperti yang dikatakan Bambang (2010) produktivitas perusahaan

meningkat, apabila aktivitas bukan penambah nilai (non value added aktivities)

dapat dikurangi dan dihilangkan dalam proses produksi.

Metode Day In Life Of (DILO) adalah salah satu program perbaikan yang

digunakan di PT.Kievit Indonesia untuk identifikasi aktivitas. DILO digunakan

sebagai salah satu tools untuk mengamati setiap detail aktivitas pada pekerja di

sebuah organisasi/perusahaan. Dari pencatatan yang dilakukan selama proses

observasi, peneliti mendapatkan informasi mengenai aktivitas apa saja yang

Page 11: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

dilakukan beserta durasi waktu masing-masing aktivitas (Koripadu dan Subiah,

2004). Setelah aktivitas didapatkan proses selanjutnya dalam tahap DILO ini

adalah menggolongkan aktivitas tersebut ke dalam proses produksi, menurut

Hansen dan Mowen (2006) proses produksi pada manufaktur pada dasarnya

terdiri dari aktivitas-aktivitas yaitu processing time, inspection time, moving time,

waiting time, dan storage time. Tetapi berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh

perusahaan dan tingkat kebutuhan aktivitas pada proses produksi PT. Kievit

Indonesia berlebih, perusahaan memodifikasi kategori tersebut menurut

kebutuhan perilaku yang dilakukan perusahaan, berikut adalah kategorinya,

Communication, Walking, Waste, Break, Monitoring, Inspection, Delivery

Sample, Administration, Cleaning, WCOM.

Dari keduabelas kategori tersebut perusahaan menggolongkan Monitoring

dan Processing sebagai nilai tambah (VA), Break, Waste dan Walking sebagai

perilaku tidak bernilai tambah (NVA), dan perilaku yang lain merupakan perilaku

pendukung nilai tambah (SVA). Setelah menentukan kategori tersebut dilanjutkan

dengan penggolongan apakah kategori tersebut masuk ke dalam VA, SVA (Semi-

Value-Added) perilaku pendukung penambah nilai dan NVA. Metode ini bisa

mengungkapkan segala jenis aktivitas VA dan NVA yang dilakukan oleh

karyawan pada suatu jabatan kerja yang sebelumnya tidak teridentifikasi

(Koripadu dan Subiah, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan

membahas tentang perilaku VA dan NVA saja, dikarenakan menurut kebijakan

yang dibuat oleh perusahaan perilaku SVA adalah perilaku yang umum sudah

ditetapkan oleh pihak perusahaan dan wajib dilakukan sesuai dengan job desk

yang sudah ditetapkan perusahaan.

Page 12: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Sebelumnya pada tahun 2015 uji coba metode DILO ini dilakukan kepada

beberapa karyawan di bagian dryer manual dan dryer automatis dengan bantuan

mahasiswi magang di PT. Kievit Indonesia. Pekerja pada shift pagi dan siang

menjadi partisipan dalam proses pengambilan data. Ternyata setelah proses

pengambilan data dan analisa yang dilakukan oleh perusahaan, pada bagian dryer

manual mendapat NVA sebesar 21% dan pada bagian dryer automatis sebesar

36%. Perilaku tidak bernilai tambah yang dilakukan oleh kedua dryer tersebut

antara lain adalah keluar pada jam kerja, menggunakan waktu break yang terlalu

lama, pergi ke poliklinik, menunggu mesin/menunggu proses selanjutnya.

Perilaku-perilaku tersebut seharusnya tidak dilakukan karyawan ketika jam kerja

dan perilaku tersebut harus dihilangkan seperti yang dikatakan Rahmawati (2008)

aktivitas bukan penambah nilai (non value added activities) adalah aktivitas yang

tidak diperlukan dan harus dihilangkan dari dalam proses bisnis karena

menghambat kinerja perusahaan.

Kemudian, dari data yang sudah diperoleh pada tahun 2015, manajer

bersama dengan HR membuat keputusan untuk melakukan perbaikan guna

meningkatkan produktivitas perusahaan. Salah satu perbaikan yang dilakukan

oleh perusahaan adalah dengan cara pengurangan karyawan dari dryer manual dan

dryer automatis. Pengurangan jumlah karyawan ini dilakukan karena dari data

DILO yang diperoleh satu orang karyawan lainnya yang bekerja di dryer manual

maupun automatis mendapat nilai tambah VA sebesar 0%. Jumlah karyawan di

dryer manual yang bermula dua orang, dikurangi menjadi satu orang, begitu pula

yang diterapkan di dryer automatis. Pengurangan karyawan ini merupakan

implikasi negatif yang digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan. Tetapi

Page 13: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

ada pula implikasi positif yang didapat perusahaan yaitu, setelah perbaikan

diimplementasikan, terjadi pengurangan NVA sebesar 7,3% dari NVA awal per

satu shift.

Menurut Liker dan Meier (2006) menyatakan bahwa ada 8 faktor yang

menyebabkan tindakan yang tidak produktif di perusahaan. Empat diantaranya

tidak muncul dari hasil DILO 2015, keempat faktor tersebut yaitu : Yang pertama,

kelebihan produksi yaitu memproduksi barang-barang yang belum dipesan, akan

menimbulkan pemborosan seperti kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat

penyimpanan dan biaya transportasi yang meningkat karena adanya persediaan

berlebih. Yang kedua, persediaan yaitu kelebihan material, barang dalam proses,

atau barang jadi menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluarsa, barang

rusak, peningkatan biaya pengangkatan dan penyimpanan, dan keterlambatan.

Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan

produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak dan

waktu set up yang panjang. Yang ketiga, kelebihan proses yaitu ketika ada banyak

proses yang berada dalam satu sistem yang seharusnya tidak perlu ada, misalnya:

proses pengecekan kualitas yang sangat banyak dalam satu proses. Yang keempat,

kreativitas pekerja yang tidak terpakai yaitu tindakan tidak produktif ini terjadi

ketika keahlian, ide, ataupun kesempatan perbaikan dari para pekerja tidak

teralokasikan dengan baik, dan bahkan terbuang sia-sia.

Sisanya ditemukan dalam perilaku karyawan di departemen produksi PT.

Kievit Indonesia yaitu, yang kelima, perpindahan yaitu tindakan tidak produkif ini

adalah ketika perpindahan bahan, orang dan informasi yang tidak secara langsung

memberikan manfaat atau nilai tambah kepada pelanggan. Sebagai contoh adalah

Page 14: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

ketika bahan harus mengalami perpindahan yang seharusnya bisa ditiadakan,

perpindahan ini disebabkan oleh tata letak yang tidak baik. Yang keenam, gerakan

yang berlebihan yaitu setiap gerakan yang mubazir saat melakukan pekerjaannya

seperti mencari, meraih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya.

Berjalan juga merupakan tindakan yang tidak produktif. Yang ketujuh,

pengulangan pekerjaan yaitu tindakan tidak produktif pengulangan pekerjaan

adalah pengoreksian atau perbaikan cacat pada material dan bagian produk

sehingga menambah biaya yang tidak dibutuhkan. Karena akan menambah

peralatan, operator dan material yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Yang

kedelapan, menunggu yaitu berupa para pekerja hanya menunggu mesin otomatis

yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat,

pasokan komponen selanjutnya dan lain sebagainya atau menganggur saja karena

kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck.

Pada perusahaan PT. Kievit Indonesia dari data DILO 2015 yang sudah

diperoleh, karyawannya masih banyak melakukan kegiatan seperti menunggu,

melakukan pengulangan pekerjaan, dan gerakan yang berlebihan. Aktivitas

tersebut masuk ke dalam aktivitas yang tidak bernilai tambah yang akan

menghambat produktivitas suatu perusahaan. Aktivitas tidak bernilai tambah ini

adalah aktivitas penambah nilai yang diperlukan namun tidak efisien dan masih

dapat disempurnakan. Biaya yang timbul dari aktivitas ini dapat diminimalkan

melalui pengelolaan aktivitas yang dilakukan (Hansen dan Mowen, 2016).

Dari fenomena yang telah dipaparkan di atas, perusahaan swasta seperti

PT. Kievit Indonesia masih diliputi masalah yang cukup potensial yang dapat

mengganggu produktivitas perusahaan, terlebih lagi perusahaan swasta dituntut

Page 15: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

untuk tetap produktif agar dapat bersaing secara kompetitif dengan perusahaan

lain. Dari data yang diperoleh dari DILO 2015 juga belum sepenuhnya memberi

data yang lengkap tentang perilaku yang dilakukan di kelompok shift kerja yang

lain, karena hanya diambil dari beberapa karyawan dan hanya diambil dari shift

kerja pagi dan siang, pada shift malam belum dilakukan DILO dikarenakan

peneliti sebelumnya adalah mahasiswi magang perempuan yang tidak

diperbolehkan mengambil data pada shift kerja malam. Maka dari itu pada tahun

2017 perusahaan meminta kepada peneliti untuk menerapkan kembali metode

DILO ini. Penelitian ini akan dilakukan pada shift kerja pagi, siang, dan malam.

Pada penelitian selanjutnya ini perusahaan ingin melihat apakah aktivitas-

aktivitas yang sudah ditetapkan pada job desk karyawan sudah dilakukan sehingga

dapat mengurangi perilaku NVA dan menghasilkan perilaku VA yang sudah

diharapkan oleh perusahaan. Selanjutnya, perusahaan juga ingin mengetahui

apakah data yang didapatkan dari shift kerja pagi, siang dan malam berbeda

dengan data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang hanya diperoleh dari

shift pagi dan siang. Oleh karena itu peneliti ingin memberikan data secara jelas

tentang gambaran perilaku value added dan non value added di dryer manual dan

dryer automatis departemen produksi PT. Kievit Indonesia.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif (Sugiyono, 2008). Penelitian deskriptif dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran produktivitas yang dilihat dari

Page 16: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

perilaku value added dan non value added di dryer manual dan dryer automatis

departemen produksi PT. Kievit Indonesia.

2. Partisipan dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah bagian dryer manual

dan dryer automatis departemen produksi PT. Kievit Indonesia. Pada bagian dryer

mempunyai 5 kelompok shift kerja A, B, C, D, E, pada shift kerja A terdapat 5

orang, shift kerja B terdapat 5 orang, shift kerja C terdapat 5 orang, shift kerja D

terdapat 5 orang, shift kerja E terdapat 5 orang. Dalam pengambilan sampel

perusahaan menentukan shift kerja A dan B yang akan menjadi sampel penelitian

karena memenuhi kriteria yang diinginkan perusahaan, pada shift kerja C, D, E

tidak diambil karena ada karyawan yang sedang cuti dan ada karyawan yang tidak

bekerja pada shift kerja malam, dan ada yang sudah mendapatkan DILO di tahun

2015. Jumlah karyawan di shift kerja A dan B sebanyak 10 orang dan dibagi

bekerja pada shift pagi jam 07.00-15.00 WIB, shift siang jam 15.00-23.00 WIB,

dan shift malam jam 23.00-07.00 WIB. Adapun kriteria yang ditentukan

perusahaan dalam pengambilan sampel antara lain :

1. Bekerja pada shift pagi, siang dan malam.

2. Belum mendapatkan DILO pada tahun 2015

3. Sedang bekerja/tidak cuti

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik

nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling karena tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang perusahaan tentukan.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Page 17: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Penelitian ini dilaksanakan di departemen produksi PT. Kievit Indonesia

yang berada di Jl. Merpati No. 01, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.

Penelitian di bagian dryer dilakukan dari 17 Mei 2017 sampai tanggal 19 Juni

2017.

4. Prosedur Penelitian

Secara operasional penelitian dilakukan secara bertahap dan membutuhkan

waktu yang lumayan panjang, dikarenakan mengambil partisipan dari shift yang

beda dan pada shift kerja pagi, siang dan malam. Pada penelitian ini menggunakan

lembar DILO dengan cara observasi, mengikuti ke manapun partisipan pergi dan

mengisi semua aktivitas per menit yang dilakukan oleh partisipan ke dalam

lembar DILO. Setelah didapatkan data, peneliti mulai melakukan analisis.

5. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas.

6. Instrumen

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan lembar analisis

DILO, observasi dan wawancara. Lembar analisis DILO digunakan untuk analisis

perilaku yang dilakukan setiap karyawan di bagian dryer manual dan automatis

PT. Kievit Indonesia. Metode DILO ini digunakan untuk mengungkap perilaku

VA maupun NVA dan memberikan data setiap menit tentang perilaku apa saja

yang dilakukan ketika karyawan bekerja selama satu shift kerja.

HASIL PENELITIAN

Analisis Deskriptif

Sebelum masuk ke dalam hasil analisa, peneliti akan menyajikan aktivitas-

aktivitas apa saja yang dilakukan di dryer manual dan dryer automatis beserta

Page 18: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

kategori-kategori dan penggolongan perilaku yang termasuk VA, SVA, NVA,

bisa dilihat dari tabel di bawah ini,

Tabel 1. Aktivitas yang dilakukan pada dryer manual dan automatis

Aktivitas Category VA/SVA/NVA

Jalan-jalan ke area lain Walking NVA

Mengganti mesin cyclone Waste NVA

Ambil animal feed/limbah produksi Waste NVA

Istirahat/isoma Break NVA

Mengantar laporan Walking NVA

Menunggu proses selanjutnya Waste NVA

Info anomali/gangguan Processing VA

Cek finish good Processing VA

Control dumping (area dryer) Processing VA

Mengganti twin filter Processing VA

Cek larutan Processing VA

Mencatat parameter proses Monitoring VA

Monitoring setting Monitoring VA

Monitoring proses Monitoring VA

Monitoring Monitoring VA

Menganalisa proses Monitoring VA

Change shift Communication SVA

Overshift Communication SVA

Inspeksi alat Inspection SVA

Mengantar dan mengambil sampel

untuk bagian QC

Delivery

sample/back up SVA

Mengisi ceklist Administration SVA

Menganalisa proses dengan SPV Communication SVA

Mengisi SAP Administration SVA

Mengecek robot Inspection SVA

Membersihkan filter Cleaning SVA

Mengecek kebersihan cek list Inspection SVA

Mengisi SAP Administration SVA

Membuat project board CGR WCOM SVA

Dari tabel 1 di atas tampak bahwa aktivitas karyawan cukup bervariatif,

dari mulai masuk shift kerja hingga berakhir. Untuk memberikan gambaran

perbedaan aktivitas pada kedua dryer, peneliti menyajikan diagram sebagai

berikut,

Page 19: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Gambar 1. Diagram hasil kategori perilaku dryer manual & automatis.

Gambar di atas adalah hasil analisis dari kelima orang karyawan dryer

manual dan kelima karyawan dryer automatis PT.Kievit Indonesia. Pada dryer

manual melakukan perilaku VA yaitu monitoring 27% dilakukan selama 2 jam 33

menit dan processing 15% dilakukan selama 1 jam 27 menit. Lalu pada perilaku

NVA, mereka melakukan perilaku NVA yaitu break 6% dilakukan selama 37

menit dan walking 2% dilakukan selama 14 menit. Sedangkan pada dryer

automatis, mereka melakukan perilaku VA yaitu monitoring 29% dilakukan

selama 2 jam 36 menit dan processing 6% dilakukan selama 34 menit.

Selanjutnya, dari perilaku NVA yang dilakukan di dryer automatis yaitu waste

10% dilakukan selama 50 menit, break 9% dilakukan selama 49 menit dan

walking 1% dilakukan selama 3 menit.

Ternyata terdapat perbedaan perilaku dari dryer manual dan dryer

automatis pada perilaku VA dan NVA yang dilakukan di kedua dryer tersebut,

walaupun pada dasarnya kedua dryer tersebut memiliki daftar jobdesk yang sama.

Lalu pada perilaku yang lain seperti cleaning, communication, WCOM,

administration, communication, delivery sample/back up, inspection merupakan

Page 20: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

perilaku SVA seperti yang sudah dijelaskan di awal pendahuluan. Pada diagram

selanjutnya peneliti akan lebih detail menjelaskan tentang perilaku VA dan NVA

dari kedua dryer, berikut ini adalah diagramnya :

Gambar 2. Diagram hasil nilai VA, SVA, NVA dryer manual & automatis

Dari gambar di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa kedua dryer

memberikan data secara jelas tentang nilai VA maupun NVA. Perilaku yang

pertama yaitu dari perilaku VA di dryer manual yang mendapatkan nilai sebesar

42% dan di dryer automatis yang mendapatkan nilai sebesar 35%. Perbedaan

perilaku tersebut terjadi dikarenakan perilaku VA yaitu processing (lihat gambar

1) yang dilakukan di dryer automatis hanya dilakukan sekitar 34 menit saja (6%),

sedangkan di dryer manual melakukan perilaku processing sekitar 1 jam 27 menit

(15%). Perilaku VA karyawan dryer manual rata-rata melakukan perilaku VA

sekitar 4 jam setiap shift kerja dan perilaku VA karyawan dryer automatis rata-

rata melakukan perilaku VA sekitar 3 jam setiap shift kerja. Agar lebih jelas,

perilaku processing yang dilakukan di dryer manual yaitu mengganti filter, cek

larutan, kontrol area dumping (cek bahan baku yang siap untuk diolah),

menginformasikan anomali/gangguan yang terjadi, cek finish good (cek hasil

produksi apakah sudah sesuai dengan kadar kandungan yang sudah ditentukan

Page 21: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

oleh standart perusahaan), kontrol area dryer manual. Sedangkan perilaku

processing yang dilakukan di dryer automatis yaitu mengganti twin filter, cek

larutan, kontrol area dryer automatis. Pada dryer automatis tidak melakukan

perilaku processing info anomali, cek finish good, dan kontrol area dumping

seperti yang dilakukan di dryer manual.

Berikutnya yang kedua yaitu dari perilaku NVA di dryer manual yang

mendapatkan nilai sebesar 9% dan di dryer automatis yang mendapatkan nilai

sebesar 19%. Pada karyawan dryer manual rata-rata melakukan perilaku NVA

sekitar 1 jam setiap shift kerja dan pada karyawan dryer automatis rata-rata

melakukan perilaku NVA sekitar 2 jam setiap shift kerja. Dari perolehan

persentasi nilai tersebut, jelas terdapat perbedaan yang cukup menonjol dari

perilaku NVA di kedua dryer. Jika dilihat dari (gambar 1), pada dryer manual

hanya melakukan perilaku NVA walking yaitu berjalan mengantar laporan yang

seharusnya dapat dilakukan secara online, dan berjalan menuju loker, perilaku

NVA yang lainnya adalah break yaitu istirahat, sholat, dan makan. Sedangkan

pada dryer automatis melakukan perilaku NVA yang lebih banyak dibandingkan

dengan dryer manual, perilaku NVA tersebut adalah waiting yaitu menunggu

proses produksi selanjutnya, walking yaitu berjalan-jalan mengunjungi teman di

area lain, waste yaitu mengganti peratalan mesin produksi (tugas bagian

maintenance) yang bukan merupakan tugas dari dryer automatis, ambil dan

mengganti animal feed (limbah produksi) yang bukan merupakan tugasnya.

Dalam hal ini pada dryer automatis melakukan perilaku NVA waste dan waiting

yang tidak dilakukan di dryer manual.

Page 22: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Selanjutnya dalam proses analisis ini agar data tersaji secara lengkap,

peneliti ingin memberikan data penunjang dengan menggunakan data statistik

dari hasil waktu NVA yang diperoleh pada kedua dryer untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak signifikan terhadap perilaku NVA

karyawan dryer manual dan dryer automatis di departemen produksi PT. Kievit

Indonesia. Proses analisis ini menggunakan SPSS versi 16 yang digunakan untuk

uji normalitas, uji homogenitas, dan uji beda/independent sampel t-test.

Uji Asumsi

Uji asumsi disini dimaksudkan sebagai data penunjang statistik untuk

melihat apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak signifikan terhadap

perilaku NVA di dryer manual dan dryer automatis di departemen produksi PT.

Kievit Indonesia.

Uji Normalitas

Tabel 2. Hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dryer_manual dryer_automatis

N 5 5

Normal Parametersa Mean 19.6000 43.0600

Std. Deviation 7.16240 9.50226

Most Extreme Differences Absolute .333 .222

Positive .333 .222

Negative -.217 -.198

Kolmogorov-Smirnov Z .745 .496

Asymp. Sig. (2-tailed) .635 .967

Page 23: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Sample-Kolmogrof

Smirnov. Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas, didapatkan

bahwa kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Berdasarkan output di atas,

diketahui bahwa nilai signifikansi untuk dryer manual sebesar 0,635 > 0,05 dan

nilai signifikansi dryer automatis sebesar 0,967 > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Tabel 3. Hasil uji homogenitas.

Test of Homogeneity of Variances

hasil perilaku NVA

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.059 1 8 .334

Berdasarkan output SPSS di atas diketahui bahwa nilai signifikansi NVA

perilaku dryer automatis berdasarkan perilaku dryer manual = 0,334 > 0,05,

artinya data perilaku dryer automatis berdasarkan perilaku dryer manual

mempunyai varians yang sama.

Page 24: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Uji Beda/Independent Sample T-Test

Tabel 4. Hasil uji beda/Independent Sample T-Test

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Equal variances assumed 1.059 .334 -4.409 8 .002 -23.46000 5.32152 -35.73145 -11.18855

Equal variances not assumed -4.409 7.436 .003 -23.46000 5.32152 -35.89535 -11.02465

Berdasarkan hasil output data di atas, diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed)

sebesar 0,002 < 0,01 karena nilai Sig. (2-tailed) 0,002 lebih kecil 0,01 maka kita

dapat simpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara perilaku NVA di

dryer manual dan dryer automatis.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian gambaran perilaku VA dan NVA di dryer manual

dan dryer automatis PT. Kievit Indonesia terdapat perbedaan perilaku dari kedua

dryer tersebut. Perbedaan pertama terdapat pada perilaku VA dryer manual yang

mendapat nilai VA sebesar 42% dan di dryer automatis hanya mendapat nilai

35%. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan perilaku VA yaitu processing yang

dilakukan di dryer automatis hanya dilakukan sekitar 34 menit saja, sedangkan di

dryer manual melakukan perilaku processing sekitar 1 jam 27 menit. Perbedaan

perilaku processing yang dilakukan pada dryer manual dan dryer automatis

terdapat pada perilaku cek finish good dan menginformasikan anomali/gangguan

yang terjadi pada area lain, pada dryer automatis tidak melakukan perilaku-

Page 25: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

perilaku tersebut sehingga membuat perilaku processing yang dilakukan lebih

sebentar dibandingkan dengan dryer manual.

Sedangkan perilaku NVA dari kedua dryer tersebut juga memiliki

perbedaan yang signifikan jika dilihat data statistik yang didapatkan bahwa nilai

Sig. (2-tailed) 0.002<0.01, karyawan dryer manual rata-rata hanya melakukan

perilaku NVA 1 jam saja sedangkan di dryer automatis melakukan NVA sekitar 2

jam setiap satu shift kerja. Hasil yang didapatkan pada dryer manual mendapat

nilai NVA sebesar 9% , dan dryer automatis mendapat nilai NVA sebesar 19%.

Perbedaan nilai NVA ini disebabkan karena di dryer automatis banyak membuang

waktu untuk hal tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya seperti, mengambil

dan membuang animal feed/limbah produksi, dan mengganti mesin cyclone (tugas

bagian maintenance), berjalan-jalan mengunjungi teman di area lain, perilaku

tersebut merupakan perilaku waste yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

Tetapi di samping data perilaku yang sudah didapatkan di atas, dari hasil

observasi dan pada proses pengambilan data menggunakan teknik DILO,

khususnya pada shift malam, di dryer automatis pada jam kerja 02.00 pagi adalah

waktu ketika karyawan dryer automatis melakukan cek finish good dan info

anomali/gangguan, tetapi mereka tidak melakukan hal tersebut dikarenakan

mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang tidak membuat mereka

mengantuk dengan melakukan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan

pekerjaannya, misalnya mereka mengambil animal feed/limbah produksi,

mengganti mesin cyclone (tugas bagian maintenance).

Selain itu, karyawan lainnya di dryer automatis juga mencari-cari

pekerjaan yang lebih banyak, karena di dryer automatis pekerjaan yang mereka

Page 26: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

lakukan lebih sederhana dan mudah dengan adanya robot, dan mereka sadar

sedang di diikuti oleh peneliti untuk dicatat aktivitasnya setiap menit, ada

kemungkinan mereka menganggap jika melakukan aktivitas yang lebih banyak,

walaupun tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya akan mendapat nilai yang

lebih baik dari aktivitas yang dikerjakannya saat itu. Ternyata teknik

pengumpulan data dengan metode DILO ini juga menghasilkan implikasi yang

negatif, karena dengan diikuti oleh peneliti secara terus menerus menimbulkan

kemungkinan karyawan di bagian dryer automatis melakukan hal yang tidak perlu

dilakukan.

Beda halnya dengan apa yang dilakukan di dryer manual, walaupun

mereka sadar diikuti oleh peneliti, mereka tidak melakukan aktivitas seperti yang

dilakukan di dryer automatis, karena sebenarnya pekerjaan di dryer manual lebih

padat daripada di dryer automatis dan di dryer manual masih menggunakan

campur tangan manusia dalam mengoperasikan sebuah mesin, oleh karena itu

karyawan di dryer manual tidak mempunyai waktu untuk melakukan perilaku-

perilaku yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Apriyani, Ketut, dan

Buana (2017) dengan judul analisis non value added activity di PT. Dumas

Tanjung Perak Shipyard Surabaya mendapatkan hasil bahwa perusahaan dapat

meningkatkan efektifitas dari 85% menjadi 91% dengan cara menghilangkan

aktivitas non value added dan menjelaskan secara detail tentang aktivitas value

added dan non value added pada perusahaan tersebut. Pada penelitian tersebut

peneliti menggunakan metode value stream mapping yang diaplikasikan sebagai

alat ukur dan menggambarkan aliran proses produksi di galangan kapal sehingga

Page 27: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

dapat menjelaskan secara detail aktivitas yang memberikan nilai tambah (value

added) atau aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value added).

Menurut Liker dan Meier (2006) menyatakan bahwa ada 8 faktor yang

menyebabkan tindakan yang tidak produktif di perusahaan. Delapan faktor

tersebut antara lain : yang pertama, kelebihan produksi yaitu memproduksi

barang-barang yang belum dipesan, akan menimbulkan pemborosan seperti

kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat penyimpanan dan biaya transportasi

yang meningkat karena adanya persediaan berlebih. Yang kedua, persediaan yaitu

kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead time

yang panjang, barang kadaluarsa, barang rusak, peningkatan biaya pengangkatan

dan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan berlebih juga menyembunyikan

masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari

pemasok, produk cacat, mesin rusak dan waktu set up yang panjang. Yang ketiga,

perpindahan yaitu tindakan tidak produkif ini adalah ketika perpindahan bahan,

orang dan informasi yang tidak secara langsung memberikan manfaat atau nilai

tambah kepada pelanggan. Yang keempat, gerakan yang berlebihan yaitu setiap

gerakan yang mubajir saat melakukan pekerjaannya seperti mencari, meraih atau

menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan

tindakan yang tidak produktif. Yang kelima, pengulangan pekerjaan yaitu

tindakan tidak produktif pengulangan pekerjaan adalah pengoreksian atau

perbaikan cacat pada material dan bagian produk sehingga menambah biaya yang

tidak dibutuhkan. Yang keenam, menunggu yaitu berupa para pekerja hanya

menunggu mesin otomatis yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah

proses selanjutnya, alat, pasokan komponen selanjutnya dan lain sebagainya atau

Page 28: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak,

dan bottleneck. Yang ketujuh, kelebihan proses yaitu ketika ada banyak proses

yang berada dalam satu sistem yang seharusnya tidak perlu ada. Yang kedelapan,

kreativitas pekerja yang tidak terpakai yaitu tindakan tidak produktif ini terjadi

ketika keahlian, ide, ataupun kesempatan perbaikan dari para pekerja tidak

teralokasikan dengan baik, dan bahkan terbuang sia-sia.

Setelah dilakukan penelitian dan sebelumnya pada 2015 juga sudah pernah

dilakukan DILO, ternyata di dryer manual dan dryer automatis departemen

produksi PT. Kievit Indonesia masih saja melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak

produktif. Terutama di dryer automatis yang melakukan perilaku tidak produktif

selama 2 jam. Seharusnya perilaku ini dapat diperbaiki agar perusahaan dapat

meningkatkan produktivitasnya dan mampu bersaing secara kompetitif dengan

perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan dapat mengambil langkah dengan

mengelola perilaku tidak produktif/perilaku NVA tersebut menjadi perilaku yang

efisien. Seperti halnya yang dikatakan oleh Hansen dan Mowen (2016) Aktivitas

tidak bernilai tambah ini adalah aktivitas penambah nilai yang diperlukan namun

tidak efisien dan masih dapat disempurnakan. Biaya yang timbul dari aktivitas ini

dapat diminimalkan melalui pengelolaan aktivitas yang dilakukan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah walaupun pada

tahun 2015 perusahaan telah melakukan DILO dan sudah dilakukan perbaikan,

tetapi pada DILO tahun 2017 masih muncul perilaku NVA yang tidak perlu

dilakukan terutama pada shift kerja malam di dryer automatis. Bisa dilihat dari

hasil NVA yang didapatkan di dryer manual sebesar 9% dan di dryer automatis

Page 29: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

sebesar 19%, dari hasil uji beda yang dilakukan nilai Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,01,

yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari perilaku NVA di kedua

dryer tersebut. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan pada dryer automatis tidak

melakukan perilaku VA yaitu processing seperti cek finish good dan info

anomali/gangguan, selain itu pada dryer automatis sering melakukan perilaku

NVA waste/perilaku yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya,

sedangkan di dryer manual tidak melakukan perilaku NVA waste.

Dari hasil observasi dan pada proses pengambilan data menggunakan

teknik DILO, kemungkinan perilaku-perilaku tersebut dapat terjadi karena pada

shift malam terutama di dryer automatis, mereka mengantuk takut tertidur dan

mereka sadar sedang di diikuti oleh peneliti untuk dicatat aktivitasnya setiap

menit, kemungkinan mereka menganggap jika melakukan aktivitas yang lebih

banyak, walaupun tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya akan mendapat

nilai yang lebih baik dari aktivitas yang dikerjakannya saat itu. Ternyata teknik

pengumpulan data dengan metode DILO ini juga menghasilkan implikasi yang

negatif karena dengan diikuti oleh peneliti secara terus menerus menimbulkan

kemungkinan karyawan di bagian dryer automatis melakukan hal yang tidak perlu

dilakukan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan

dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut :

1. Jika akan dilaksanakan penelitian berikutnya, baiknya teknik

pengumpulan data menggunakan metode yang berbeda dari metode DILO yang

Page 30: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

telah dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data tentang produktivitas

karyawan dan aktivitasnya.

2. Diharapkan perusahaan bisa melakukan pemilihan aktivitas,

pengurangan aktivitas, pembagian aktivitas, dan penghilangan aktivitas yang

dapat dilaksanakan terhadap aktivitas-aktivitas non value added activities.

Pembagian aktivitas-aktivitas tersebut diharapkan manajemen perusahaan dapat

memperbaiki aktivitas dengan memilih langkah yang efektif dan relevan guna

perbaikan perusahaan secara berkelanjutan.

3. Bagi karyawan di dryer departemen produksi seharusnya dapat

mengatur aktivitas mereka masing-masing agar tidak mengganggu aktivitas utama

dari jobdesk yang sudah ditentukan. Selain itu, karyawan pada shift kerja malam

dapat mengatur aktivitas dengan baik dan seimbang dengan pola tidur yang tepat

jika akan bekerja pada shift kerja malam, contohnya ketika tau akan bekerja pada

shift malam, sebaiknya istirahat yang cukup agar tidak mengantuk dan tidak

melakukan aktivitas yang tidak perlu karena tidak bisa menahan ngantuk, lalu

setelah selesai kerja shift malam hendaknya tidur yang cukup agar stamina

karyawan terisi kembali.

Page 31: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Daftar Pustaka

Ardiansyah, B. (2010). Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dalam

Mengurangi Non-Value-Added Activitiespada Pabrik Minyak Kelapa

Sawit PT PPLI Asahan. Journal of Accounting. 3(2), 6-12.

Dysko, D. (2012).Utilization of Human Potential to Achieving Continuous

Improvement of Company. The International Journal of Transport &

Logistics. 12(24), 3-4.

Gunawan, A., & Anggraini, Y. (2007). Anggaran Bisnis: Analisis, Perencanaan,

dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hansen, D., & Maryanne, M. Mowen. (2006). Akuntansi Manajemen. Jakarta:

Salemba Empat.

Imai, M. (1997). A Commonsense Approach to A Continous Improvement

Strategy 2nd ed. New York: McGraw-Hill.

Korripadu, M., & Venkatta, S. (2014). Productivity Improvement by Applying

DILO (Time and Motion) and Lean Principles. Journal of Engineering

Research and Applications. 4(3), 12-14.

Liker, J, K. (2004). The Toyota Way 14 Management Principles from the World's

Greatest Manufacturer. New York: McGraw-Hill.

Liker, J. K., & Meier, D. (2006). The Toyota Way Fieldbook. Jakarta :

Erlangga.

Rahmawati, E. (2008). Upaya Menghilangkan Aktivitas-Aktivitas Tidak Bernilai

Tambah Dalam Proses Fabrikasi Di Divisi Kapal Perang PT. PAL

Indonesia Surabaya. Jurnal Akuntansi. Universitas Airlangga, 10(2), 56-

70.

Sugiyono. (2008). Metodologi penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Tebiari, A., Ketut, I., & Ma’aruf, B. (2017). Analisis Non Value Added Activity

Pada Proses Produksi Kapal Dengan Pendekatan Value Stream Mapping

di PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard Surabaya. Jurnal Wave. 11(1),

23-30.

Tolentino, P. (2004). Review of Transnational corporations: Fragmentation amidst

integration. Journal of Economic Behavior & Organization. 54(3), 449-

451.

Wardhana, B. (2008). Analisis non value added activity dengan menggunakan

activity based management dalam rangka pendapaian efisiensi biaya

pada hotel ‘x’. Universitas Airlangga, Surabaya.

Page 32: GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW

Wijayanto, I. (2014). Pengelolaan Value-Added Activities dan Non-Value-Added

Activities Melalui Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness Dalam

Meningkatkan Efisiensi Produksi. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri

Surabaya, 2(1), 23-45.

Yulia, S., & Andriyanto, W. (2007). Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness

dalam Meningkatkan Cost Effective pada Pabrik Pengolahan Kelapa

Sawit. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 12(1), 12-38.

Yunitasari, E. (2018). Pengurangan non value added activities menggunakan

metode lean six sigma. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.