GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW
Transcript of GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN - UKSW
GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN
NON VALUE ADDED DI DRYER MANUAL &
DRYER AUTOMATIS PT. KIEVIT INDONESIA
OLEH
MAHENDRA BAGUS SUSANTO
802013064
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
GAMBARAN PERILAKU VALUE ADDED DAN
NON VALUE ADDED DI DRYER MANUAL &
DRYER AUTOMATIS PT. KIEVIT INDONESIA
Mahendra Bagus Susanto
Rudangta Arianti S
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang gambaran
produktivitas yang dilihat dari perilaku value added (VA) dan non value added di
dryer manual & dryer automatis PT. Kievit Indonesia. Teknik pengambilan data
menggunakan metode Day In Life Of (DILO) yang direkomendasikan oleh
perusahaan kepada peneliti untuk mengidentifikasi perilaku produktivitas dan
pengolahan data menggunakan statistik deskriptif yang disajikan melalui diagram,
uji beda, dengan hasil sebagai berikut. Hasil yang didapatkan adalah perilaku VA
yang dilakukan di dryer manual sebesar 42 % dan di dryer automatis 35%,
sedangkan dari perilaku NVA di dryer manual sebesar 9% dan di dryer automatis
19%, pada dryer automatis tidak melakukan perilaku VA yaitu processing seperti
melakukan cek finish good, info anomali/gangguan dan di dryer automatis lebih
banyak melakukan perilaku NVA yaitu waste seperti melakukan aktivitas yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya, sedangkan di dryer manual tidak
melakukan perilaku NVA waste, dari hasil uji beda mendapatkan hasil yaitu nilai
Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,01, yang artinya adanya perbedaan yang signifikan antara
perilaku NVA di dryer manual dan dryer automatis. Kesimpulan yang didapatkan
dari penelitian ini adalah walaupun pada tahun 2015 perusahaan telah melakukan
DILO dan sudah dilakukan perbaikan, tetapi pada DILO tahun 2017 masih
muncul perilaku NVA yang tidak perlu dilakukan terutama pada shift kerja malam
di dryer automatis.
Kata Kunci : produktivitas, value added, non value added.
Abstract
The purpose of this research is to explain about productivity picture seen from
behavior of value added (VA) and non value added in dryer manual & dryer
automatically PT. Kievit Indonesia. Technique of taking data using Day In Life Of
(DILO) method recommended by company to researcher to identify productivity
behavior and data processing using descriptive statistic presented by diagram,
different test, with result as follows. The result is VA behavior in manual dryer by
42% and in dryer automatically 35%, while from NVA behavior in manual dryer
is 9% and in dryer automatically 19%, in automatic dryer not doing VA behavior
that is processing like check finish good, anomaly / disturbance info and in dryer
automatically do NVA behavior that is waste like doing activity which has nothing
to do with work, while in manual dryer not doing NVA waste behavior, from result
of difference test get result that is Sig value. (2-tailed) 0.002 <0.01, which means
that there is a significant difference between NVA behavior in manual dryer and
automatic dryer. The conclusion of this research is that although in 2015 the
company has done DILO and it has been repaired, but at DILO 2017 still appear
NVA behavior that need not be done especially at night work shift in automatic
dryer.
Keywords: productivity, value added, non value added.
PENDAHULUAN
Tantangan yang dihadapi dunia industri berubah dan semakin berat dari
masa ke masa. Tantangan yang begitu berat ini memaksa industri terus-menerus
berupaya meningkatkan kemampuan daya saingnya. Dalam hal peningkatan daya
saing, industri tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitas total dan
menurunkan lead time produksinya, akan tetapi juga harus mampu menekan biaya
dan memenuhi keinginan customer (pelanggan) dengan tepat waktu. Dalam usaha
peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan/perilaku yang
dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan/atau jasa) dan
menghilangkan pemborosan (waste). Perilaku bernilai tambah (value added)
adalah aktivitas yang harus dilaksanakan untuk mempertahankan perusahaan atau
departemen agar tetap bertahan dalam bisnisnya (Gunawan, 2007).
Daya saing yang baik dapat diraih dengan melakukan pengurangan biaya
di perusahaan untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Pengurangan
biaya ini adalah perbaikan secara bertahap dengan penghilangan Non-Value
Added (NVA), standarisasi, peningkatan fleksibilitas perusahaan, dan proses
perekrutan dan pelatihan pekerja (Dysko, 2012). Non value added activities
(aktivitas yang tidak bernilai tambah) atau dikenal juga dengan pemborosan dapat
dikenali melalui beberapa aktivitas, yaitu : produksi yang berlebih (over
production), gerakan yang tidak dibutuhkan (motion), persediaan berlebihan
(inventory), transportasi (transportation), menunggu (waiting) dan cacat (defect)
(Yunitasari, 2018).
Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat melakukan
pengurangan biaya, hal tersebut merupakan salah satu hukum dalam perbaikan
secara bertahap yakni dengan cara penghilangan pemborosan (Imai, 1997), dan
NVA merupakan salah satu jenis pemborosan yang terjadi di perusahaan (Liker,
2004). Agar tidak terjadi pemborosan biaya suatu organisasi/perusahaan
seharusnya dapat mengelola aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam kegiatan
operasional. Pengelolaan aktivitas ini meliputi proses pengidentifikasian,
penentuan nilai, pemilihan, pelaksanaan aktivitas yang menambah nilai bagi
pelanggan serta pengidentifikasian dan pengurangan maupun penghilangan semua
aktivitas tidak bernilai tambah sehingga dapat menghasilkan penurunan biaya
(cost reduction) (Wardhana, 2008). Pengidentifikasian aktivitas terbagi atas dua
yaitu aktivitas bernilai tambah (value added activity) dan aktivitas yang tidak
bernilai tambah (non value added activity) (Hansen dan Mowen, 2006).
Selanjutnya aktivitas bernilai tambah akan ditulis (VA) dan aktivitas tidak bernilai
tambah akan ditulis (NVA).
Perilaku yang produktif akan dibutuhkan oleh suatu perusahaan agar aliran
proses produksi dapat berjalan lancar, kapabilitas proses meningkat, serta
efektivitas dan efisiensi tercapai. Sedangkan perilaku yang tidak mendukung
produktivitas ini banyak dieliminasi dan diminimalkan oleh beberapa perusahaan
karena dianggap sebagai pemborosan, seperti halnya yang dilakukan PT. Dumas
Tanjung Perak Shipyard Surabaya dalam penelitian analisis non value added
activity yang mendapatkan hasil bahwa perusahaan dapat meningkatkan efektifitas
dari 85% menjadi 91% dengan cara menghilangkan aktivitas non value added dan
menjelaskan secara detail tentang aktivitas value added dan non value added pada
perusahaan tersebut (Apriyani, Ketut, dan Buana, 2017).
PT. Kievit Indonesia merupakan salah satu perusahaan swasta yang
bergerak di bidang manufaktur dengan memproduksi bahan baku pangan yaitu
creamer. Perusahaan PT. Kievit Indonesia tergolong perusahaan yang sudah
mulai membesar dan banyak dikenal di kalangan industri maupun masyarakat.
Hampir setiap produk kopi dalam negeri menggunakan bahan baku creamer dari
PT. Kievit Indonesia. Keunggulan usaha ini dibandingkan pesaing sejenis adalah
pilihan produk lebih bervariasi dan sesuai spesifikasi permintaan pelanggan.
Namun, terdapat masalah dalam perusahaan ini, dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan salah satu HRD PT. Kievit Indonesia, masih terdapat
inefisiensi dalam proses produksi yang disebabkan adanya perilaku NVA, seperti
menggunakan waktu istirahat kerja yang terlalu lama, melakukan pekerjaan yang
seharusnya tidak ia kerjakan, keluar dari tempat produksi ketika jam kerja.
Perilaku-perilaku NVA tersebut menyebabkan kinerja produksi menjadi tidak
efisien karena pemborosan waktu dan konsumsi sumber daya. Untuk menangani
hal tersebut perusahaan mulai mengembangkan program perbaikan untuk
aktivitas-aktivitas tersebut agar perusahaan lebih produktif dalam menjalankan
bisnisnya, seperti yang dikatakan Bambang (2010) produktivitas perusahaan
meningkat, apabila aktivitas bukan penambah nilai (non value added aktivities)
dapat dikurangi dan dihilangkan dalam proses produksi.
Metode Day In Life Of (DILO) adalah salah satu program perbaikan yang
digunakan di PT.Kievit Indonesia untuk identifikasi aktivitas. DILO digunakan
sebagai salah satu tools untuk mengamati setiap detail aktivitas pada pekerja di
sebuah organisasi/perusahaan. Dari pencatatan yang dilakukan selama proses
observasi, peneliti mendapatkan informasi mengenai aktivitas apa saja yang
dilakukan beserta durasi waktu masing-masing aktivitas (Koripadu dan Subiah,
2004). Setelah aktivitas didapatkan proses selanjutnya dalam tahap DILO ini
adalah menggolongkan aktivitas tersebut ke dalam proses produksi, menurut
Hansen dan Mowen (2006) proses produksi pada manufaktur pada dasarnya
terdiri dari aktivitas-aktivitas yaitu processing time, inspection time, moving time,
waiting time, dan storage time. Tetapi berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh
perusahaan dan tingkat kebutuhan aktivitas pada proses produksi PT. Kievit
Indonesia berlebih, perusahaan memodifikasi kategori tersebut menurut
kebutuhan perilaku yang dilakukan perusahaan, berikut adalah kategorinya,
Communication, Walking, Waste, Break, Monitoring, Inspection, Delivery
Sample, Administration, Cleaning, WCOM.
Dari keduabelas kategori tersebut perusahaan menggolongkan Monitoring
dan Processing sebagai nilai tambah (VA), Break, Waste dan Walking sebagai
perilaku tidak bernilai tambah (NVA), dan perilaku yang lain merupakan perilaku
pendukung nilai tambah (SVA). Setelah menentukan kategori tersebut dilanjutkan
dengan penggolongan apakah kategori tersebut masuk ke dalam VA, SVA (Semi-
Value-Added) perilaku pendukung penambah nilai dan NVA. Metode ini bisa
mengungkapkan segala jenis aktivitas VA dan NVA yang dilakukan oleh
karyawan pada suatu jabatan kerja yang sebelumnya tidak teridentifikasi
(Koripadu dan Subiah, 2004). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan
membahas tentang perilaku VA dan NVA saja, dikarenakan menurut kebijakan
yang dibuat oleh perusahaan perilaku SVA adalah perilaku yang umum sudah
ditetapkan oleh pihak perusahaan dan wajib dilakukan sesuai dengan job desk
yang sudah ditetapkan perusahaan.
Sebelumnya pada tahun 2015 uji coba metode DILO ini dilakukan kepada
beberapa karyawan di bagian dryer manual dan dryer automatis dengan bantuan
mahasiswi magang di PT. Kievit Indonesia. Pekerja pada shift pagi dan siang
menjadi partisipan dalam proses pengambilan data. Ternyata setelah proses
pengambilan data dan analisa yang dilakukan oleh perusahaan, pada bagian dryer
manual mendapat NVA sebesar 21% dan pada bagian dryer automatis sebesar
36%. Perilaku tidak bernilai tambah yang dilakukan oleh kedua dryer tersebut
antara lain adalah keluar pada jam kerja, menggunakan waktu break yang terlalu
lama, pergi ke poliklinik, menunggu mesin/menunggu proses selanjutnya.
Perilaku-perilaku tersebut seharusnya tidak dilakukan karyawan ketika jam kerja
dan perilaku tersebut harus dihilangkan seperti yang dikatakan Rahmawati (2008)
aktivitas bukan penambah nilai (non value added activities) adalah aktivitas yang
tidak diperlukan dan harus dihilangkan dari dalam proses bisnis karena
menghambat kinerja perusahaan.
Kemudian, dari data yang sudah diperoleh pada tahun 2015, manajer
bersama dengan HR membuat keputusan untuk melakukan perbaikan guna
meningkatkan produktivitas perusahaan. Salah satu perbaikan yang dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan cara pengurangan karyawan dari dryer manual dan
dryer automatis. Pengurangan jumlah karyawan ini dilakukan karena dari data
DILO yang diperoleh satu orang karyawan lainnya yang bekerja di dryer manual
maupun automatis mendapat nilai tambah VA sebesar 0%. Jumlah karyawan di
dryer manual yang bermula dua orang, dikurangi menjadi satu orang, begitu pula
yang diterapkan di dryer automatis. Pengurangan karyawan ini merupakan
implikasi negatif yang digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan. Tetapi
ada pula implikasi positif yang didapat perusahaan yaitu, setelah perbaikan
diimplementasikan, terjadi pengurangan NVA sebesar 7,3% dari NVA awal per
satu shift.
Menurut Liker dan Meier (2006) menyatakan bahwa ada 8 faktor yang
menyebabkan tindakan yang tidak produktif di perusahaan. Empat diantaranya
tidak muncul dari hasil DILO 2015, keempat faktor tersebut yaitu : Yang pertama,
kelebihan produksi yaitu memproduksi barang-barang yang belum dipesan, akan
menimbulkan pemborosan seperti kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat
penyimpanan dan biaya transportasi yang meningkat karena adanya persediaan
berlebih. Yang kedua, persediaan yaitu kelebihan material, barang dalam proses,
atau barang jadi menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluarsa, barang
rusak, peningkatan biaya pengangkatan dan penyimpanan, dan keterlambatan.
Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan
produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak dan
waktu set up yang panjang. Yang ketiga, kelebihan proses yaitu ketika ada banyak
proses yang berada dalam satu sistem yang seharusnya tidak perlu ada, misalnya:
proses pengecekan kualitas yang sangat banyak dalam satu proses. Yang keempat,
kreativitas pekerja yang tidak terpakai yaitu tindakan tidak produktif ini terjadi
ketika keahlian, ide, ataupun kesempatan perbaikan dari para pekerja tidak
teralokasikan dengan baik, dan bahkan terbuang sia-sia.
Sisanya ditemukan dalam perilaku karyawan di departemen produksi PT.
Kievit Indonesia yaitu, yang kelima, perpindahan yaitu tindakan tidak produkif ini
adalah ketika perpindahan bahan, orang dan informasi yang tidak secara langsung
memberikan manfaat atau nilai tambah kepada pelanggan. Sebagai contoh adalah
ketika bahan harus mengalami perpindahan yang seharusnya bisa ditiadakan,
perpindahan ini disebabkan oleh tata letak yang tidak baik. Yang keenam, gerakan
yang berlebihan yaitu setiap gerakan yang mubazir saat melakukan pekerjaannya
seperti mencari, meraih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya.
Berjalan juga merupakan tindakan yang tidak produktif. Yang ketujuh,
pengulangan pekerjaan yaitu tindakan tidak produktif pengulangan pekerjaan
adalah pengoreksian atau perbaikan cacat pada material dan bagian produk
sehingga menambah biaya yang tidak dibutuhkan. Karena akan menambah
peralatan, operator dan material yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Yang
kedelapan, menunggu yaitu berupa para pekerja hanya menunggu mesin otomatis
yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah proses selanjutnya, alat,
pasokan komponen selanjutnya dan lain sebagainya atau menganggur saja karena
kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan bottleneck.
Pada perusahaan PT. Kievit Indonesia dari data DILO 2015 yang sudah
diperoleh, karyawannya masih banyak melakukan kegiatan seperti menunggu,
melakukan pengulangan pekerjaan, dan gerakan yang berlebihan. Aktivitas
tersebut masuk ke dalam aktivitas yang tidak bernilai tambah yang akan
menghambat produktivitas suatu perusahaan. Aktivitas tidak bernilai tambah ini
adalah aktivitas penambah nilai yang diperlukan namun tidak efisien dan masih
dapat disempurnakan. Biaya yang timbul dari aktivitas ini dapat diminimalkan
melalui pengelolaan aktivitas yang dilakukan (Hansen dan Mowen, 2016).
Dari fenomena yang telah dipaparkan di atas, perusahaan swasta seperti
PT. Kievit Indonesia masih diliputi masalah yang cukup potensial yang dapat
mengganggu produktivitas perusahaan, terlebih lagi perusahaan swasta dituntut
untuk tetap produktif agar dapat bersaing secara kompetitif dengan perusahaan
lain. Dari data yang diperoleh dari DILO 2015 juga belum sepenuhnya memberi
data yang lengkap tentang perilaku yang dilakukan di kelompok shift kerja yang
lain, karena hanya diambil dari beberapa karyawan dan hanya diambil dari shift
kerja pagi dan siang, pada shift malam belum dilakukan DILO dikarenakan
peneliti sebelumnya adalah mahasiswi magang perempuan yang tidak
diperbolehkan mengambil data pada shift kerja malam. Maka dari itu pada tahun
2017 perusahaan meminta kepada peneliti untuk menerapkan kembali metode
DILO ini. Penelitian ini akan dilakukan pada shift kerja pagi, siang, dan malam.
Pada penelitian selanjutnya ini perusahaan ingin melihat apakah aktivitas-
aktivitas yang sudah ditetapkan pada job desk karyawan sudah dilakukan sehingga
dapat mengurangi perilaku NVA dan menghasilkan perilaku VA yang sudah
diharapkan oleh perusahaan. Selanjutnya, perusahaan juga ingin mengetahui
apakah data yang didapatkan dari shift kerja pagi, siang dan malam berbeda
dengan data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang hanya diperoleh dari
shift pagi dan siang. Oleh karena itu peneliti ingin memberikan data secara jelas
tentang gambaran perilaku value added dan non value added di dryer manual dan
dryer automatis departemen produksi PT. Kievit Indonesia.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif (Sugiyono, 2008). Penelitian deskriptif dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran produktivitas yang dilihat dari
perilaku value added dan non value added di dryer manual dan dryer automatis
departemen produksi PT. Kievit Indonesia.
2. Partisipan dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah bagian dryer manual
dan dryer automatis departemen produksi PT. Kievit Indonesia. Pada bagian dryer
mempunyai 5 kelompok shift kerja A, B, C, D, E, pada shift kerja A terdapat 5
orang, shift kerja B terdapat 5 orang, shift kerja C terdapat 5 orang, shift kerja D
terdapat 5 orang, shift kerja E terdapat 5 orang. Dalam pengambilan sampel
perusahaan menentukan shift kerja A dan B yang akan menjadi sampel penelitian
karena memenuhi kriteria yang diinginkan perusahaan, pada shift kerja C, D, E
tidak diambil karena ada karyawan yang sedang cuti dan ada karyawan yang tidak
bekerja pada shift kerja malam, dan ada yang sudah mendapatkan DILO di tahun
2015. Jumlah karyawan di shift kerja A dan B sebanyak 10 orang dan dibagi
bekerja pada shift pagi jam 07.00-15.00 WIB, shift siang jam 15.00-23.00 WIB,
dan shift malam jam 23.00-07.00 WIB. Adapun kriteria yang ditentukan
perusahaan dalam pengambilan sampel antara lain :
1. Bekerja pada shift pagi, siang dan malam.
2. Belum mendapatkan DILO pada tahun 2015
3. Sedang bekerja/tidak cuti
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik
nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling karena tidak
semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang perusahaan tentukan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di departemen produksi PT. Kievit Indonesia
yang berada di Jl. Merpati No. 01, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga.
Penelitian di bagian dryer dilakukan dari 17 Mei 2017 sampai tanggal 19 Juni
2017.
4. Prosedur Penelitian
Secara operasional penelitian dilakukan secara bertahap dan membutuhkan
waktu yang lumayan panjang, dikarenakan mengambil partisipan dari shift yang
beda dan pada shift kerja pagi, siang dan malam. Pada penelitian ini menggunakan
lembar DILO dengan cara observasi, mengikuti ke manapun partisipan pergi dan
mengisi semua aktivitas per menit yang dilakukan oleh partisipan ke dalam
lembar DILO. Setelah didapatkan data, peneliti mulai melakukan analisis.
5. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas.
6. Instrumen
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan lembar analisis
DILO, observasi dan wawancara. Lembar analisis DILO digunakan untuk analisis
perilaku yang dilakukan setiap karyawan di bagian dryer manual dan automatis
PT. Kievit Indonesia. Metode DILO ini digunakan untuk mengungkap perilaku
VA maupun NVA dan memberikan data setiap menit tentang perilaku apa saja
yang dilakukan ketika karyawan bekerja selama satu shift kerja.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Sebelum masuk ke dalam hasil analisa, peneliti akan menyajikan aktivitas-
aktivitas apa saja yang dilakukan di dryer manual dan dryer automatis beserta
kategori-kategori dan penggolongan perilaku yang termasuk VA, SVA, NVA,
bisa dilihat dari tabel di bawah ini,
Tabel 1. Aktivitas yang dilakukan pada dryer manual dan automatis
Aktivitas Category VA/SVA/NVA
Jalan-jalan ke area lain Walking NVA
Mengganti mesin cyclone Waste NVA
Ambil animal feed/limbah produksi Waste NVA
Istirahat/isoma Break NVA
Mengantar laporan Walking NVA
Menunggu proses selanjutnya Waste NVA
Info anomali/gangguan Processing VA
Cek finish good Processing VA
Control dumping (area dryer) Processing VA
Mengganti twin filter Processing VA
Cek larutan Processing VA
Mencatat parameter proses Monitoring VA
Monitoring setting Monitoring VA
Monitoring proses Monitoring VA
Monitoring Monitoring VA
Menganalisa proses Monitoring VA
Change shift Communication SVA
Overshift Communication SVA
Inspeksi alat Inspection SVA
Mengantar dan mengambil sampel
untuk bagian QC
Delivery
sample/back up SVA
Mengisi ceklist Administration SVA
Menganalisa proses dengan SPV Communication SVA
Mengisi SAP Administration SVA
Mengecek robot Inspection SVA
Membersihkan filter Cleaning SVA
Mengecek kebersihan cek list Inspection SVA
Mengisi SAP Administration SVA
Membuat project board CGR WCOM SVA
Dari tabel 1 di atas tampak bahwa aktivitas karyawan cukup bervariatif,
dari mulai masuk shift kerja hingga berakhir. Untuk memberikan gambaran
perbedaan aktivitas pada kedua dryer, peneliti menyajikan diagram sebagai
berikut,
Gambar 1. Diagram hasil kategori perilaku dryer manual & automatis.
Gambar di atas adalah hasil analisis dari kelima orang karyawan dryer
manual dan kelima karyawan dryer automatis PT.Kievit Indonesia. Pada dryer
manual melakukan perilaku VA yaitu monitoring 27% dilakukan selama 2 jam 33
menit dan processing 15% dilakukan selama 1 jam 27 menit. Lalu pada perilaku
NVA, mereka melakukan perilaku NVA yaitu break 6% dilakukan selama 37
menit dan walking 2% dilakukan selama 14 menit. Sedangkan pada dryer
automatis, mereka melakukan perilaku VA yaitu monitoring 29% dilakukan
selama 2 jam 36 menit dan processing 6% dilakukan selama 34 menit.
Selanjutnya, dari perilaku NVA yang dilakukan di dryer automatis yaitu waste
10% dilakukan selama 50 menit, break 9% dilakukan selama 49 menit dan
walking 1% dilakukan selama 3 menit.
Ternyata terdapat perbedaan perilaku dari dryer manual dan dryer
automatis pada perilaku VA dan NVA yang dilakukan di kedua dryer tersebut,
walaupun pada dasarnya kedua dryer tersebut memiliki daftar jobdesk yang sama.
Lalu pada perilaku yang lain seperti cleaning, communication, WCOM,
administration, communication, delivery sample/back up, inspection merupakan
perilaku SVA seperti yang sudah dijelaskan di awal pendahuluan. Pada diagram
selanjutnya peneliti akan lebih detail menjelaskan tentang perilaku VA dan NVA
dari kedua dryer, berikut ini adalah diagramnya :
Gambar 2. Diagram hasil nilai VA, SVA, NVA dryer manual & automatis
Dari gambar di atas bisa dilihat dengan jelas bahwa kedua dryer
memberikan data secara jelas tentang nilai VA maupun NVA. Perilaku yang
pertama yaitu dari perilaku VA di dryer manual yang mendapatkan nilai sebesar
42% dan di dryer automatis yang mendapatkan nilai sebesar 35%. Perbedaan
perilaku tersebut terjadi dikarenakan perilaku VA yaitu processing (lihat gambar
1) yang dilakukan di dryer automatis hanya dilakukan sekitar 34 menit saja (6%),
sedangkan di dryer manual melakukan perilaku processing sekitar 1 jam 27 menit
(15%). Perilaku VA karyawan dryer manual rata-rata melakukan perilaku VA
sekitar 4 jam setiap shift kerja dan perilaku VA karyawan dryer automatis rata-
rata melakukan perilaku VA sekitar 3 jam setiap shift kerja. Agar lebih jelas,
perilaku processing yang dilakukan di dryer manual yaitu mengganti filter, cek
larutan, kontrol area dumping (cek bahan baku yang siap untuk diolah),
menginformasikan anomali/gangguan yang terjadi, cek finish good (cek hasil
produksi apakah sudah sesuai dengan kadar kandungan yang sudah ditentukan
oleh standart perusahaan), kontrol area dryer manual. Sedangkan perilaku
processing yang dilakukan di dryer automatis yaitu mengganti twin filter, cek
larutan, kontrol area dryer automatis. Pada dryer automatis tidak melakukan
perilaku processing info anomali, cek finish good, dan kontrol area dumping
seperti yang dilakukan di dryer manual.
Berikutnya yang kedua yaitu dari perilaku NVA di dryer manual yang
mendapatkan nilai sebesar 9% dan di dryer automatis yang mendapatkan nilai
sebesar 19%. Pada karyawan dryer manual rata-rata melakukan perilaku NVA
sekitar 1 jam setiap shift kerja dan pada karyawan dryer automatis rata-rata
melakukan perilaku NVA sekitar 2 jam setiap shift kerja. Dari perolehan
persentasi nilai tersebut, jelas terdapat perbedaan yang cukup menonjol dari
perilaku NVA di kedua dryer. Jika dilihat dari (gambar 1), pada dryer manual
hanya melakukan perilaku NVA walking yaitu berjalan mengantar laporan yang
seharusnya dapat dilakukan secara online, dan berjalan menuju loker, perilaku
NVA yang lainnya adalah break yaitu istirahat, sholat, dan makan. Sedangkan
pada dryer automatis melakukan perilaku NVA yang lebih banyak dibandingkan
dengan dryer manual, perilaku NVA tersebut adalah waiting yaitu menunggu
proses produksi selanjutnya, walking yaitu berjalan-jalan mengunjungi teman di
area lain, waste yaitu mengganti peratalan mesin produksi (tugas bagian
maintenance) yang bukan merupakan tugas dari dryer automatis, ambil dan
mengganti animal feed (limbah produksi) yang bukan merupakan tugasnya.
Dalam hal ini pada dryer automatis melakukan perilaku NVA waste dan waiting
yang tidak dilakukan di dryer manual.
Selanjutnya dalam proses analisis ini agar data tersaji secara lengkap,
peneliti ingin memberikan data penunjang dengan menggunakan data statistik
dari hasil waktu NVA yang diperoleh pada kedua dryer untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak signifikan terhadap perilaku NVA
karyawan dryer manual dan dryer automatis di departemen produksi PT. Kievit
Indonesia. Proses analisis ini menggunakan SPSS versi 16 yang digunakan untuk
uji normalitas, uji homogenitas, dan uji beda/independent sampel t-test.
Uji Asumsi
Uji asumsi disini dimaksudkan sebagai data penunjang statistik untuk
melihat apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak signifikan terhadap
perilaku NVA di dryer manual dan dryer automatis di departemen produksi PT.
Kievit Indonesia.
Uji Normalitas
Tabel 2. Hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
dryer_manual dryer_automatis
N 5 5
Normal Parametersa Mean 19.6000 43.0600
Std. Deviation 7.16240 9.50226
Most Extreme Differences Absolute .333 .222
Positive .333 .222
Negative -.217 -.198
Kolmogorov-Smirnov Z .745 .496
Asymp. Sig. (2-tailed) .635 .967
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Sample-Kolmogrof
Smirnov. Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas, didapatkan
bahwa kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Berdasarkan output di atas,
diketahui bahwa nilai signifikansi untuk dryer manual sebesar 0,635 > 0,05 dan
nilai signifikansi dryer automatis sebesar 0,967 > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Tabel 3. Hasil uji homogenitas.
Test of Homogeneity of Variances
hasil perilaku NVA
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.059 1 8 .334
Berdasarkan output SPSS di atas diketahui bahwa nilai signifikansi NVA
perilaku dryer automatis berdasarkan perilaku dryer manual = 0,334 > 0,05,
artinya data perilaku dryer automatis berdasarkan perilaku dryer manual
mempunyai varians yang sama.
Uji Beda/Independent Sample T-Test
Tabel 4. Hasil uji beda/Independent Sample T-Test
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances assumed 1.059 .334 -4.409 8 .002 -23.46000 5.32152 -35.73145 -11.18855
Equal variances not assumed -4.409 7.436 .003 -23.46000 5.32152 -35.89535 -11.02465
Berdasarkan hasil output data di atas, diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,002 < 0,01 karena nilai Sig. (2-tailed) 0,002 lebih kecil 0,01 maka kita
dapat simpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara perilaku NVA di
dryer manual dan dryer automatis.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian gambaran perilaku VA dan NVA di dryer manual
dan dryer automatis PT. Kievit Indonesia terdapat perbedaan perilaku dari kedua
dryer tersebut. Perbedaan pertama terdapat pada perilaku VA dryer manual yang
mendapat nilai VA sebesar 42% dan di dryer automatis hanya mendapat nilai
35%. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan perilaku VA yaitu processing yang
dilakukan di dryer automatis hanya dilakukan sekitar 34 menit saja, sedangkan di
dryer manual melakukan perilaku processing sekitar 1 jam 27 menit. Perbedaan
perilaku processing yang dilakukan pada dryer manual dan dryer automatis
terdapat pada perilaku cek finish good dan menginformasikan anomali/gangguan
yang terjadi pada area lain, pada dryer automatis tidak melakukan perilaku-
perilaku tersebut sehingga membuat perilaku processing yang dilakukan lebih
sebentar dibandingkan dengan dryer manual.
Sedangkan perilaku NVA dari kedua dryer tersebut juga memiliki
perbedaan yang signifikan jika dilihat data statistik yang didapatkan bahwa nilai
Sig. (2-tailed) 0.002<0.01, karyawan dryer manual rata-rata hanya melakukan
perilaku NVA 1 jam saja sedangkan di dryer automatis melakukan NVA sekitar 2
jam setiap satu shift kerja. Hasil yang didapatkan pada dryer manual mendapat
nilai NVA sebesar 9% , dan dryer automatis mendapat nilai NVA sebesar 19%.
Perbedaan nilai NVA ini disebabkan karena di dryer automatis banyak membuang
waktu untuk hal tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya seperti, mengambil
dan membuang animal feed/limbah produksi, dan mengganti mesin cyclone (tugas
bagian maintenance), berjalan-jalan mengunjungi teman di area lain, perilaku
tersebut merupakan perilaku waste yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
Tetapi di samping data perilaku yang sudah didapatkan di atas, dari hasil
observasi dan pada proses pengambilan data menggunakan teknik DILO,
khususnya pada shift malam, di dryer automatis pada jam kerja 02.00 pagi adalah
waktu ketika karyawan dryer automatis melakukan cek finish good dan info
anomali/gangguan, tetapi mereka tidak melakukan hal tersebut dikarenakan
mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang tidak membuat mereka
mengantuk dengan melakukan aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaannya, misalnya mereka mengambil animal feed/limbah produksi,
mengganti mesin cyclone (tugas bagian maintenance).
Selain itu, karyawan lainnya di dryer automatis juga mencari-cari
pekerjaan yang lebih banyak, karena di dryer automatis pekerjaan yang mereka
lakukan lebih sederhana dan mudah dengan adanya robot, dan mereka sadar
sedang di diikuti oleh peneliti untuk dicatat aktivitasnya setiap menit, ada
kemungkinan mereka menganggap jika melakukan aktivitas yang lebih banyak,
walaupun tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya akan mendapat nilai yang
lebih baik dari aktivitas yang dikerjakannya saat itu. Ternyata teknik
pengumpulan data dengan metode DILO ini juga menghasilkan implikasi yang
negatif, karena dengan diikuti oleh peneliti secara terus menerus menimbulkan
kemungkinan karyawan di bagian dryer automatis melakukan hal yang tidak perlu
dilakukan.
Beda halnya dengan apa yang dilakukan di dryer manual, walaupun
mereka sadar diikuti oleh peneliti, mereka tidak melakukan aktivitas seperti yang
dilakukan di dryer automatis, karena sebenarnya pekerjaan di dryer manual lebih
padat daripada di dryer automatis dan di dryer manual masih menggunakan
campur tangan manusia dalam mengoperasikan sebuah mesin, oleh karena itu
karyawan di dryer manual tidak mempunyai waktu untuk melakukan perilaku-
perilaku yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Apriyani, Ketut, dan
Buana (2017) dengan judul analisis non value added activity di PT. Dumas
Tanjung Perak Shipyard Surabaya mendapatkan hasil bahwa perusahaan dapat
meningkatkan efektifitas dari 85% menjadi 91% dengan cara menghilangkan
aktivitas non value added dan menjelaskan secara detail tentang aktivitas value
added dan non value added pada perusahaan tersebut. Pada penelitian tersebut
peneliti menggunakan metode value stream mapping yang diaplikasikan sebagai
alat ukur dan menggambarkan aliran proses produksi di galangan kapal sehingga
dapat menjelaskan secara detail aktivitas yang memberikan nilai tambah (value
added) atau aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value added).
Menurut Liker dan Meier (2006) menyatakan bahwa ada 8 faktor yang
menyebabkan tindakan yang tidak produktif di perusahaan. Delapan faktor
tersebut antara lain : yang pertama, kelebihan produksi yaitu memproduksi
barang-barang yang belum dipesan, akan menimbulkan pemborosan seperti
kelebihan tenaga kerja dan kelebihan tempat penyimpanan dan biaya transportasi
yang meningkat karena adanya persediaan berlebih. Yang kedua, persediaan yaitu
kelebihan material, barang dalam proses, atau barang jadi menyebabkan lead time
yang panjang, barang kadaluarsa, barang rusak, peningkatan biaya pengangkatan
dan penyimpanan, dan keterlambatan. Persediaan berlebih juga menyembunyikan
masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari
pemasok, produk cacat, mesin rusak dan waktu set up yang panjang. Yang ketiga,
perpindahan yaitu tindakan tidak produkif ini adalah ketika perpindahan bahan,
orang dan informasi yang tidak secara langsung memberikan manfaat atau nilai
tambah kepada pelanggan. Yang keempat, gerakan yang berlebihan yaitu setiap
gerakan yang mubajir saat melakukan pekerjaannya seperti mencari, meraih atau
menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan
tindakan yang tidak produktif. Yang kelima, pengulangan pekerjaan yaitu
tindakan tidak produktif pengulangan pekerjaan adalah pengoreksian atau
perbaikan cacat pada material dan bagian produk sehingga menambah biaya yang
tidak dibutuhkan. Yang keenam, menunggu yaitu berupa para pekerja hanya
menunggu mesin otomatis yang sedang berjalan atau berdiri menunggu langkah
proses selanjutnya, alat, pasokan komponen selanjutnya dan lain sebagainya atau
menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak,
dan bottleneck. Yang ketujuh, kelebihan proses yaitu ketika ada banyak proses
yang berada dalam satu sistem yang seharusnya tidak perlu ada. Yang kedelapan,
kreativitas pekerja yang tidak terpakai yaitu tindakan tidak produktif ini terjadi
ketika keahlian, ide, ataupun kesempatan perbaikan dari para pekerja tidak
teralokasikan dengan baik, dan bahkan terbuang sia-sia.
Setelah dilakukan penelitian dan sebelumnya pada 2015 juga sudah pernah
dilakukan DILO, ternyata di dryer manual dan dryer automatis departemen
produksi PT. Kievit Indonesia masih saja melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak
produktif. Terutama di dryer automatis yang melakukan perilaku tidak produktif
selama 2 jam. Seharusnya perilaku ini dapat diperbaiki agar perusahaan dapat
meningkatkan produktivitasnya dan mampu bersaing secara kompetitif dengan
perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan dapat mengambil langkah dengan
mengelola perilaku tidak produktif/perilaku NVA tersebut menjadi perilaku yang
efisien. Seperti halnya yang dikatakan oleh Hansen dan Mowen (2016) Aktivitas
tidak bernilai tambah ini adalah aktivitas penambah nilai yang diperlukan namun
tidak efisien dan masih dapat disempurnakan. Biaya yang timbul dari aktivitas ini
dapat diminimalkan melalui pengelolaan aktivitas yang dilakukan.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah walaupun pada
tahun 2015 perusahaan telah melakukan DILO dan sudah dilakukan perbaikan,
tetapi pada DILO tahun 2017 masih muncul perilaku NVA yang tidak perlu
dilakukan terutama pada shift kerja malam di dryer automatis. Bisa dilihat dari
hasil NVA yang didapatkan di dryer manual sebesar 9% dan di dryer automatis
sebesar 19%, dari hasil uji beda yang dilakukan nilai Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,01,
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari perilaku NVA di kedua
dryer tersebut. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan pada dryer automatis tidak
melakukan perilaku VA yaitu processing seperti cek finish good dan info
anomali/gangguan, selain itu pada dryer automatis sering melakukan perilaku
NVA waste/perilaku yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya,
sedangkan di dryer manual tidak melakukan perilaku NVA waste.
Dari hasil observasi dan pada proses pengambilan data menggunakan
teknik DILO, kemungkinan perilaku-perilaku tersebut dapat terjadi karena pada
shift malam terutama di dryer automatis, mereka mengantuk takut tertidur dan
mereka sadar sedang di diikuti oleh peneliti untuk dicatat aktivitasnya setiap
menit, kemungkinan mereka menganggap jika melakukan aktivitas yang lebih
banyak, walaupun tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya akan mendapat
nilai yang lebih baik dari aktivitas yang dikerjakannya saat itu. Ternyata teknik
pengumpulan data dengan metode DILO ini juga menghasilkan implikasi yang
negatif karena dengan diikuti oleh peneliti secara terus menerus menimbulkan
kemungkinan karyawan di bagian dryer automatis melakukan hal yang tidak perlu
dilakukan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan
dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut :
1. Jika akan dilaksanakan penelitian berikutnya, baiknya teknik
pengumpulan data menggunakan metode yang berbeda dari metode DILO yang
telah dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data tentang produktivitas
karyawan dan aktivitasnya.
2. Diharapkan perusahaan bisa melakukan pemilihan aktivitas,
pengurangan aktivitas, pembagian aktivitas, dan penghilangan aktivitas yang
dapat dilaksanakan terhadap aktivitas-aktivitas non value added activities.
Pembagian aktivitas-aktivitas tersebut diharapkan manajemen perusahaan dapat
memperbaiki aktivitas dengan memilih langkah yang efektif dan relevan guna
perbaikan perusahaan secara berkelanjutan.
3. Bagi karyawan di dryer departemen produksi seharusnya dapat
mengatur aktivitas mereka masing-masing agar tidak mengganggu aktivitas utama
dari jobdesk yang sudah ditentukan. Selain itu, karyawan pada shift kerja malam
dapat mengatur aktivitas dengan baik dan seimbang dengan pola tidur yang tepat
jika akan bekerja pada shift kerja malam, contohnya ketika tau akan bekerja pada
shift malam, sebaiknya istirahat yang cukup agar tidak mengantuk dan tidak
melakukan aktivitas yang tidak perlu karena tidak bisa menahan ngantuk, lalu
setelah selesai kerja shift malam hendaknya tidur yang cukup agar stamina
karyawan terisi kembali.
Daftar Pustaka
Ardiansyah, B. (2010). Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dalam
Mengurangi Non-Value-Added Activitiespada Pabrik Minyak Kelapa
Sawit PT PPLI Asahan. Journal of Accounting. 3(2), 6-12.
Dysko, D. (2012).Utilization of Human Potential to Achieving Continuous
Improvement of Company. The International Journal of Transport &
Logistics. 12(24), 3-4.
Gunawan, A., & Anggraini, Y. (2007). Anggaran Bisnis: Analisis, Perencanaan,
dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hansen, D., & Maryanne, M. Mowen. (2006). Akuntansi Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.
Imai, M. (1997). A Commonsense Approach to A Continous Improvement
Strategy 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Korripadu, M., & Venkatta, S. (2014). Productivity Improvement by Applying
DILO (Time and Motion) and Lean Principles. Journal of Engineering
Research and Applications. 4(3), 12-14.
Liker, J, K. (2004). The Toyota Way 14 Management Principles from the World's
Greatest Manufacturer. New York: McGraw-Hill.
Liker, J. K., & Meier, D. (2006). The Toyota Way Fieldbook. Jakarta :
Erlangga.
Rahmawati, E. (2008). Upaya Menghilangkan Aktivitas-Aktivitas Tidak Bernilai
Tambah Dalam Proses Fabrikasi Di Divisi Kapal Perang PT. PAL
Indonesia Surabaya. Jurnal Akuntansi. Universitas Airlangga, 10(2), 56-
70.
Sugiyono. (2008). Metodologi penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tebiari, A., Ketut, I., & Ma’aruf, B. (2017). Analisis Non Value Added Activity
Pada Proses Produksi Kapal Dengan Pendekatan Value Stream Mapping
di PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard Surabaya. Jurnal Wave. 11(1),
23-30.
Tolentino, P. (2004). Review of Transnational corporations: Fragmentation amidst
integration. Journal of Economic Behavior & Organization. 54(3), 449-
451.
Wardhana, B. (2008). Analisis non value added activity dengan menggunakan
activity based management dalam rangka pendapaian efisiensi biaya
pada hotel ‘x’. Universitas Airlangga, Surabaya.
Wijayanto, I. (2014). Pengelolaan Value-Added Activities dan Non-Value-Added
Activities Melalui Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness Dalam
Meningkatkan Efisiensi Produksi. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri
Surabaya, 2(1), 23-45.
Yulia, S., & Andriyanto, W. (2007). Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness
dalam Meningkatkan Cost Effective pada Pabrik Pengolahan Kelapa
Sawit. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 12(1), 12-38.
Yunitasari, E. (2018). Pengurangan non value added activities menggunakan
metode lean six sigma. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.