Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal...

16
1 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2020 Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal Tension Pneumothorax di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar 1) Aditya Heru Siswanto, 2) Setyawan, 3) Martina Eka Chanyaningtyas 1) Mahasiswa Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Pasien menderita trauma, merupakan pasien yang mengalami pneumothorax, penyebab tersering dari pneumotoraks akibat kecelakaan lalu lintas. Kurangnya pengetahuan untuk mengetahui tanda dan gejala dari pneumothorax terdesak menyebabkan banyak penderita meninggal setelah atau dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam penanganan awal tension pneumothorax di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik sampling menggunakan total sampling. Sampel penelitian adalah pegawai yang bekerja di Ruang IGD RSUD Kabupaten Karanganyar sebanyak 18 orang. Uji analisa data menggunakan analisis univariate. Hasil penelitian gambaran pengetahuan perawat dalam penanganan awal tension pneumothorax di RSUD Kabupaten Karanganyar dan mayoritas baik sebesar 12 responden (66,7%), kategori cukup 4 responden (22,2%) dan kurang sebesar 2 responden (11,1%). Kata kunci : pengetahuan, perawat, tension pneumothorax Daftar Pustaka : 34 (1996-2014)

Transcript of Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal...

Page 1: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

1

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2020

Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal Tension

Pneumothorax di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Karanganyar

1)Aditya Heru Siswanto, 2)Setyawan, 3)Martina Eka Chanyaningtyas

1) Mahasiswa Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Pasien menderita trauma, merupakan pasien yang mengalami

pneumothorax, penyebab tersering dari pneumotoraks akibat kecelakaan lalu

lintas. Kurangnya pengetahuan untuk mengetahui tanda dan gejala dari

pneumothorax terdesak menyebabkan banyak penderita meninggal setelah atau

dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam penanganan awal tension

pneumothorax di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karangan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik sampling

menggunakan total sampling. Sampel penelitian adalah pegawai yang bekerja di

Ruang IGD RSUD Kabupaten Karanganyar sebanyak 18 orang. Uji analisa data

menggunakan analisis univariate.

Hasil penelitian gambaran pengetahuan perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax di RSUD Kabupaten Karanganyar dan mayoritas baik

sebesar 12 responden (66,7%), kategori cukup 4 responden (22,2%) dan kurang

sebesar 2 responden (11,1%).

Kata kunci : pengetahuan, perawat, tension pneumothorax

Daftar Pustaka : 34 (1996-2014)

Page 2: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

2

BACHELOR’S DEGREE PROGRAM IN NURSING

KUSUMA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES OF SURAKARTA

2020

Aditya Heru Siswanto

OVERVIEW OF NURSES’ KNOWLEDGE ABOUT EARLY HANDLING OF

TENSION PNEUMOTHORAX AT LOCAL GENERAL HOSPITAL OF

KARANGANYAR REGENCY ABSTRACT

Trauma patients are those experiencing pneumothorax. It frequently

happens due to traffic accident. The less knowledge about the signs and symptoms

of tension pneumothorax cause many of its bearers to die after or during on-the-

way to hospitalThe objective of this research is to investigate overview of nurses’

knowledge about early handling of tension pneumothorax at Local General

Hospital of Karanganyar Regency.

This research used the descriptive qualitative research method. Total

sampling was used to determine its samples. They consisted of all of the nurses

posted at Emergency Installation of General Hospital of Karanganyar Regency as

many as 18. The data of the research were analyzed by using the univariate

analysis.

The result of the analysis shows that 12 nurses (66.7%) had good

knowledge, 4 nurses (22.2%) had fairly good knowledge, and 2 nurses (11.1%)

had less good knowledge about early handling of tension pneumothorax.

Keywords: Knowledge, nurses, tension pneumothorax

References: 34 (1996-2014)

Surakarta, February 01st, 2020

Translated from the original,

The Language Center (UPT Bahasa)

of Sebelas Maret University

Head,

Dr. Herianto Nababan, S.S., M.Hum,

NIP197401282002121003

This translation was conducted by the Language Center

(UPT Bahasa) of Sebelas Maret University (a state university)

Jalan Ir. Sutami No. 36A Kentingan, Surakarta 57126

Indonesia

Phone: +62.271.632.418. Facsimile: +62.271.632414

Email: [email protected]

Page 3: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

3

PENDAHULUAN

Kejadian cidera dada merupakan

salah satu trauma yang sering terjadi,

jika tidak di tangani dengan benar akan

menyebabkan kematian, kejadian trauma

dada terjadi seperempat dari jumlah

kematian akibat trauma yang terjadi,

serta sekitar sepertiga dari kematian

yang terjadi di berbagai rumah sakit.

Kecelakaan kendaraan bermotor paling

sering menyebabkan terjadinya trauma

pada toraks. Cidera yang diakibatkan

oleh kecelakaan seperti cidera dada

antara lain, tension pneumothorax,

pneumothorax terbuka, flail chest,

hematotorax, tamponade jantung.

Tingkat morbiditas mortalitas akan

meningkat dan menjadi penyebab

kematian kedua di dunia pada tahun

2020 menurut WHO (Word Health

Organization) (Purnawaba dan Suarjaya,

2013).

Pneumotoraks spontan sering

terjadi pada usia muda, dengan insidensi

puncak pada dekade ketiga kehidupan

(20-40 tahun). Insidensinya sama antara

pneumotoraks primer dan sekunder,

namun pria lebih banyak terkena

dibanding wanita dengan perbandingan

6:1. Pada pria, resiko pneumotoraks

spontan akan meningkat pada perokok

berat dibanding non perokok.

Pneumotoraks spontan primer biasanya

terjadi pada anak laki-laki yang tinggi,

kurus dan usia 10-30 tahun. Insidens

pada usia tertentu: 7,4-18 kasus per

100.000 orang per tahun pada laki-laki

1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun

pada perempuan. Pneumotoraks spontan

sekunder puncak kejadian di usia 60-65

tahun insidensi 6,3 kasus per 100.000

orang per tahun pada laki-laki 2,0 kasus

per 100.000 orang per tahun pada

perempuan 26 per 100.000 pasien

dengan penyakit paru obstruktif kronik

per tahun (McCool FD, 2015).

Kejadian pneumothoraks di

Indonesia berkisar antara 2,4-17,8 per

100.000 per tahun. Beberapa

karakteristik pada pneumotoraks antara

lain: laki-laki lebih sering daripada

wanita (4: 1); Paling sering pada usia

20–30 (4,14) tahun Pneumothoraks

spontan yang timbul pada umur lebih

dan 40 tahun sering disebabkan oleh

adanya bronkitis kronik dan empisema

(Cermin Dunia Kedokteran No. 101,

2015). DI Rumah sakit di Semarang,

distribusi penderita pneumothoraks

spontan tipe primer terbanyak terlihat

pada rentang usia 21 – 30 tahun

sebanyak 17 kasus, sedangkan distribusi

penderita pneumothoraks spontan tipe

sekunder terbanyak terlihat pada rentang

usia 31 – 40 tahun sebanyak 15 kasus.

Ditemukan 59 kasus penderita

pneumothoraks spontan yang disertai

penyakit paru (42.8%) dan 79 kasus

penderita pneumothoraks spontan yang

tidak disertai penyakit paru (57.2%).

Penyakit paru yang ditemukan

menyertai pneumothoraks spontan

Page 4: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

4

antara lain : tuberkulosis (29.0%), asma

(5.8%), bronkopneumoni (4.3%),

pneumonia (2.2%), emfisema paru,

infiltrat paru (1.5%), karsinoma paru,

sindroma aspirasi mekonium, dan

bronkiektasis (0.7%) (Nugroho, 2015).

Berdasarkan data dari rekam

medik di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kabupaten Karanganyar pada

bulan Januari 2019 terdapat 6 pasien

tension pneumothorax. Penanganan

yang selama ini dilakukan jika tension

pneumothorax terjadi, hal pertama yang

harus dilakukan tim medis adalah

melakukan needle thoracocentesis, yaitu

tindakan memasukkan jarum bernomor

besar, sekitar 14 atau 16, ke bagian

dada, tepatnya pada interkostal dua lurus

dari mid klavikula, sekitar dua tulang

rusuk, hal tersebut dilakukan supaya

udara yang terjebak di dalam rongga

dada bisa keluar. Study pendahuluan di

RSUD Kabupaten Karanganyar

khususnya di ruang IGD diketahui

bahwa apabila terjadi tension

pneumothorax pada pasien, yang

dilakukan pertama kali adalah

menusukkan jarum ke dadanya tepatnya

pada interkostal dua lurus dari mid

klavikula, hal ini dengan orientasi agar

nyawa pasien bisa terselamatkan.

Langkah berikutnya adalah dilakukan

pemasangan slang dada (chest tube) di

sela tulang iga kelima di antara garis

aksilaris anterior dan midaksilaris.

Pemasangan slang juga dilakukan pada

pasien pneumothorax akibat trauma.

Selagi menjalani pemulihan, pemberian

oksigen melalui masker dilakukan jika

pasien mengalami kesulitan bernapas.

RSUD Karanganyar memiliki

jumlah perawat yang bertugas di

Instalasi Gawat Darurat sebanyak 18

perawat, dua diantaranya dalam

penanganan awal tension pneumothorax

tidak diketahui sebagaimana yang telah

ditentukan dalam Standar Operasional

Prosedur (SOP) penanganan awal

tension pneumothorax sebagai

penanganan pasien gadar di ruang gawat

darurat. Namun demikian, saat

dilakukan tanya jawab tentang

pengertian tension pneumothorax

perawat mengerti dan mengungkapkan

bahwa tension pneumothorax adalah

“penimbunan udara diikuti peningkatan

tekanan di dalam rongga pleura” namun

ketika diberikan pertanyaan tentang apa

itu tension pneumothorax dan

bagaimana penanganan awal tension

pneumothorax pada setiap pasien

perawat menjawab “penanganan awal

tension pneumothorax itu sebagai

penanganan yang pertama pada pasien

tension pneumothorax dengan

pemeriksaan apakah ada obstruksi jalan

napas disebabkan benda asing, fraktur

tulang wajah dan bila perlu pemasangan

collar neck. Hai ini dapat dilakukan

dengan benar asal perawat dapat

mengacu pada SOP penanganan awal

tension pneumothorax di rumah sakit.

Page 5: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

5

Berdasarkan latar belakang tersebut,

maka dalam penelitian ini akan diteliti

tentang gambaran pengetahuan perawat

dalam penanganan awal tension

pneumothorax di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kabupaten

Karanganyar.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif. Populasi dalam

penelitian ini adalah perawat IGD di

RSUD Kabupaten Karanganyar.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 18

responden dengan teknik pengambilan

sampel adalah total sampling. Teknik

analisis menggunakan analisis univariat.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi responden menurut

Usia

Usia Frekuensi

(F)

Prosentase

(%)

< 25 th 3 16,7

26 – 35 th 13 72,2

> 36 th 2 11,1

Jumlah 18 100,0 Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 1 Distribusi responden

penelitian ini menunjukkan mayoritas

berusia

Tabel 2. Distribusi responden menurut

Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Frekuensi

(F)

Prosentase

(%)

Laki-laki 12 66,7

Perempuan 6 33,3

Jumlah 18 100,0

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 2 Distribusi frekuensi

tentang jenis kelamin responden

sebagian besar adalah laki-laki sebanyak

12 responden (66,7%), sedangkan

perempuan sebesar 6 responden

(33,3%).

Tabel 3. Distribusi responden menurut

tingkat pendidikan

Pendidikan Frekuensi

(F)

Prosentase

(%)

D3 3 16,7

S1 7 38,9

Ners 8 44,4

Jumlah 18 100,0 Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 3 Distribusi frekuensi

tentang tingkat pendidikan

menunjukkan mayoritas memiliki

latar belakang tingkat pendidikan

Ners sebanyak 8 responden (44,4%).

Page 6: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

6

Tabel 4. Distribusi responden menurut

pelatihan penanganan keperawatan

Pelatihan

penanganan

keperawatan

pneumotoraks

Frekuensi

(F)

Prosentase

(%)

Sudah dapat

pelatihan

11 61,1

Belum dapat

pelatihan

7 38,9

Jumlah 18 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 4 Distribusi frekuensi

tentang responden yang sudah

mendapat pelatihan penanganan

keperawatan pneumotoraks

menunjukkan sebanyak 11 responden

(61,1%).

Tabel 5. Distribusi responden menurut

Massa Kerja

Masa

Kerja

Frekuensi

(F)

Prosentase

(%)

< 3 tahun 8 44,4

> 3 tahun 10 55,6

Jumlah 18 100,0 Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 5 Distribusi frekuensi

tentang masa kerja responden

menunjukkan mayoritas lama kerja

responden lebih dari 3 tahun

sebanyak 10 responden (55,6%).

Tabel 6. Distribusi frekuensi

pengetahuan perawat dalam

penanganan awal tension

pneumothorax

Pengetahuan

perawat

dalam

penanganan

awal tension

pneumothora

x

Frekuensi

(F)

Prosenta

se (%)

Baik 12 66,7

Cukup 4 22,2

Kurang 2 11,1

Jumlah 18 100.0

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel.6 Distribusi frekuensi

tentang gambaran pengetahuan

perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax yang

dikategorikan dalam 3 kategori yaitu

baik, cukup, kurang. Pengetahuan

perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax mayoritas

mempunyai pengetahuan yang

termasuk kategori baik sebesar 12

responden (66,7%).

Pembahasan

Karakteristik Responden

1. Usia

Hasil penelitian menunjukkan

gambaran pengetahuan perawat

dalam penanganan awal tension

pneumothorax di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kabupaten

Page 7: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

7

Karanganyar mayoritas berusia 26

sampai 35 tahun sebanyak 13

responden (72,2%). Umur antara 21

sampai dengan 35 tahun merupakan

usia yang produktif, maka distribusi

tenaga perawat dalampenanganan

awal tension pneumathorax di RSUD

Kabupaten Karanganyar merupakan

usia yang produktif. Menurut

Purwanto (2005) bahwa saat yang

paling produktif dalam masa hidup

seseorang untuk mencapai puncak

karirnya berbeda-beda tergantung

jenis pekerjaan dan individu yang

bersangkutan. Pekerjaan-pekerjaan

yang membutuhkan kekuatan,

kecepatan dan kecermatan gerak usia

yang paling efektif adalah sekitar 25

sampai 29 tahun. Usia semakin

meningkat akan meningkat pula

kebijaksanaan kemampuan seseorang

dalam mengambil keputusan,

berpikir rasional, mengendalikan

emosi, dan bertoleransi terhadap

pandangan orang lain, sehingga

berpengaruh terhadap peningkatan

kinerjanya (Kumajas, Warouw dan

Bawotong, 2014).

2. Jenis Kelamin

Karakteristik responden dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa

perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Karanganyar mayoritas

adalah laki-laki sebanyak 12

responden (66,7%). Hal ini

menunjukkan bahwa pasien dengan

kasus tension pneumothorax di

RSUD Kabupaten Karanganyar

sebagian besar didominasi pasien

laki-laki daripada perempuan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Berck (2010)

penumotoraks iatrogenik merupakan

tipe pneumotoraks yang sangat

sering terjadi, dengan insidensi usia

biasanya lebih sering pada pria

dibandingkan wanita.

3. Pendidikan

Karakteristik responden dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa

perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Karanganyar

menunjukkan latar belakang

pendidikan D3 sebesar 3 responden

(16,7%) dan S1 sebanyak 7

responden (38,9%), dan pendidikan

NERS sebanyak 8 responden

(44,4%). Dilihat dari latar belakang

pendidikan responden lebih banyak

Page 8: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

8

pendidikan NERS. Menurut

Nurachmah (2000) bahwa untuk

menjadi perawat professional pemula

adalah lulusan Diploma 3

Keperawatan, sedangkan perawat

professional harus Sarjana (Ners).

Notodmodjo (2003), menyatakan

bahwa orang-orang yang memiliki

pendidikan yang lebih tinggi akan

memiliki pengetahuan yang lebih

tinggi pula jika dibandingkan dengan

orang-orang yang memiliki

pendidikan yang rendah dan melalui

pendidikan seseorang dapat

meningkatkan kematangan

intelektual sehingga dapat membuat

keputusan dalam bertindak.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pendidikan

memberikan pengetahuan bukan saja

yang langsung dengan penanganan

awal tension pneumothorax, tetapi

juga landasan untuk

mengembangkan diri serta

kemampuan memanfaatkan semua

sarana yang ada di sekitar untuk

kelancaran tugas. Tenaga

keperawatan yang berpendidikan

tinggi motivasinya akan lebih baik

karena telah memiliki pengetahuan

dan wawasan penanganan awal

tension pneumothorax yang lebih

luas dibandingkan dengan perawat

yang berpendidikan rendah. Hasil

penelitian ini didukung oleh

penelitian

4. Pelatihan Penanganan tension

pneumothorax

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang sudah

mendapatkan pelatihan penanganan

keperawatan pneumotoraks di RSUD

Karanganyar sebanyak 11 responden

(61,1%) sedangkan yang 7 responden

(38,9%) belum mendapatkan

pelatihan. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden

sudah mendapatkan ilmu

pengetahuan dan prakteik dalam

penanganan tension pneumothoraxt,

dengan adanya pelatihan tersebut

sangat mendukung responden dalam

memberikan kemampuanan

penanganan pada pasien tension

pneumothorax.

Penelitian yang dilakukan oleh

Khadijah (2018) penatalaksanaan

fisioterapi dilakukan sebanyak 6 kali

terapi di RS Paru dr. Ario Wirawan

Salatiga pada pasien dengan

diagnosa medis pneumothorax

bilateral. Dalam penanganan

Page 9: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

9

modalitas fisioterapi yang diberikan

adalah infra red, chest physiotherapy

(Postural drainage, breathing

exercise (pursed lip breathing),

tappotement, latihan batuk efektif,

dan segmental breathing exercise),

dan latihan aktivitas dan kemampuan

fungsional. Metode tersebut

digunakan untuk mengalirkan

sputum ke saluran pernapasan yang

lebih besar, mengeluarkan sputum

dari saluran pernapasan, mengurangi

sesak napas, normalisasi pola

pernapasan, peningkatan ekspansi

thoraks, serta peningkatan aktivitas

dan kemampuan fungsional. Selain

terapi diatas, diharapkan keluarga

dapat melaksanakan edukasi di

rumah yang telah diajarkan oleh

fisioterapis seperti posisi tidur sesuai

dengan latihan postural drainage agar

hasil memuaskan sesuai yang

diharapkan.

Pemberian infra red dapat

meningkatkan suhu kulit dan

peredaran darah lokal. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

adanya perubahan yang signifikan

pada penurunan tonus otot yang

spasme (Ke et al., 2012). Dari

penjelasan diatas maka penulis

tertarik untuk melakukan

penatalaksanaan fisioterapi dengan

modalitas infra red, massage, dan

chest physiotherapy untuk mengatasi

gangguan yang dialami oleh

penderita pneumothorax bilateral.

5. Masa Kerja

Karakteristik responden dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa

perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Karanganyar sebagian

besar dengan masa kerja lebih dari 3

tahun sebanyak 10 responden

(55,6%). Menurut Nursalam (2009)

bahwa semakin banyak masa kerja

perawat maka semakin banyak

pengalaman perawat tersebut dalam

memberikan asuhan keperawatan

yang sesuai dengan standar atau

prosedur tetap yang berlaku.

Hasil penelitian yang didapat,

maka peneliti berpendapat makin

lama tenaga kerja bekerja dalam

penanganan awal tension

pneumothorax, makin banyak

pengalaman dan pengetahuan yang

dimiliki tenaga kerja yang

bersangkutan. Sebaliknya, makin

singkat masa kerja dalam

Page 10: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

10

penangangan awal tension

pneumothorax, makin sedikit

pengalaman dan pengetahuan yang

diperoleh. Pengalaman bekerja dalam

penanganan awal tension

pneumothorax banyak memberikan

keahlian dan keterampilan kerja.

Sebaliknya, terbatasnya pengalaman

kerja mengakibatkan tingkat keahlian

dan keterampilan yang dimiliki

makin rendah. Pengalaman bekerja

merupakan modal utama seseorang

untuk terjun dalam bidang tertentu.

Gambaran Pengetahuan Perawat

Dalam Penanganan Awal Tension

Pneumothorax

Karakteristik responden dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa

pengetahuan perawat dalam

penanganan awal tension

pneumothorax dikategorikan 3 yaitu

baik, cukup, kurang. Pengetahuan

perawat dalam penanganan awal

tension pneumothorax mayoritas

mempunyai pengetahuan termasuk

kategori baik sebesar 12 responden

(66,7%). Pengetahuan perawat dalam

memberikan penanganan awal

tension pneumothorax di RSUD

Karanganyar menunjukkan bahwa

perawat mampu memberi tindakan

pada pasien tension pneumothorax

sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur Keperawatan.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pelatihan penanganan

keperawatan tension pneumothorax

di RSUD Karanganyar menunjukkan

bahwa 10 responden (55,6%)

memperoleh kategori baik.

Penanganan pasien tension

pneumothorax dengan memberikan

pemasangan Water Seal Dra inage

(WSD) untuk tetap mempertahankan

tekanan negatif dari cavum pleura

sehingga pengembangan paru

sempurna. Pemasangan WSD akan

menimbulkan problematika

fisioterapi, yaitu adanya perubahan

pada mekanika pernafasan/alat-alat

gerak pernafasan, dan juga akan

menyebabkan penurunan toleransi

aktivitas. Penanganan fisioterapi

untuk menangani imapirement diatas

adalah dengan (1) breathing

exercise, yang ditujukan untuk

meningkatkan oksigenasi serta

meningkatkan dan mempertahankan

kekuatan dan daya tahan otot

pernafasan, (2) deep breathing

exercise atau bisa disebut juga

Page 11: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

11

Thoracic Expansion Exercise (TEE),

(Tracker dan Webber, 1996).

Pengetahuan Identifikasi awal

tentang gejala pneumotorak sangat

diperlukan untuk memberikan

bantuan hidup dasar pada pasien

pneumotoraks. Karena penanganan

awal yang tepat pada penderita

pneumotoraks sangatlah penting

untuk mencegah terjadi kematian.

Dikatakan pada sebuah penelitian

yang dikutip oleh Punarbawa dan

Suarjaya (2016) penanganan awal

pada 85 % penderita pneumotorak

dapat ditangani dengan

menggunakan manover bantuan

hidup dasar tanpa memerlukan

tindakan pembedahan.

Untuk mengidentifikasi gejala

pnemutoraks, terlebih dahulu kita

harus mengetahui manifestasi klinis

dan kriteria diagnosis dari

pneumotoraks. Pertama-tama melihat

penyebab dari terjadinya

pneumotoraks untuk mengetahui

tipe-tipe pneumotoraks apa yang

kemungkinan terjadi ada penderita.

Diluar rumah sakit mungkin kita

akan menemukan lebih banyak

kejadian pneumotoraks yang

diakibatkan oleh terjadinya trauma,

trauma yang terjadi bisa secara

langsung melukai dinding dada

ataupun secara tidak langsung.

Penyebab tersering dari

pneumotoraks yang bisa didapatkan

akibat kecelakaan lalu lintas, akibat

tingginya kecepatan kendaraan

bermotor mengakibatkan resiko

terjadinya kecelakaa semakin,

sehingga trauma yang terjadi akan

semakin parah. Jika kita menemukan

penderita ditempat kejadian,

identifikasi terlebih dahulu. Akibat

benturan yang keras terhadap dinding

dada penderita akan mengeluhkan

nyeri pada dinding dadanya.

Disamping itu dilihat juga apakah

ada atau tidak perlukaan yang terjadi

pada dinding dada, untuk mengetahui

apakah terdapat luka terbuka pada

dinding dada penderita yang bisa

menimbulkan pneumotoraks terbuka.

Sesak napas akan terjadi pada

penderita pneumotoraks akibat udara

yang mulai masuk mengisi rongga

pleura. Jika terus berlanjut penderita

akan terlihat gelisah akibat kesulitan

bernapas. Usaha dari tubuh untuk

mengkompensasi akibat sesak napas

yang terjadi adalah bernapas yang

cepat (takipneu) dan denyut nadi

Page 12: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

12

yang meningkat (takikardia). Udara

yang masuk kedalam rongga pleura

ini akan menyebakan terjadi

pendesakan pada parenkim paru-paru

hingga menjadi kolaps, jadi yang

mengisi rongga dada yang

mengalami pneumotoraks adalah

udara, pada saat diperiksa dengan

mengetuk dinding dada akan

terdengar suara hipersonor, akibat

akumulasi udara pada rongga pleura.

Kolapsnya paru-paru yang terdesak

oleh udara yang berada di rongga

pleura ini menyebabkan proses

ventilasi dan oksigenasi berkurang

atau malah tidak terjadi, sehingga

jika didengarkan dengan stetoskop

suara napas tidak terdengar (Jain

D.G, Gosari S.N, dan Jain D.D,

2008).

Insiden pneumotoraks tidak

diketahui secara pasti dipopulasi,

dikarenakan pada literatur-literatur,

angka insidennya di masukan pada

insiden cedera dada atau trauma

dada. Sebuah penelitian mengatakan

5,4% dari seluruh pasien menderita

trauma, merupakan pasien yang

mengalami pneumotoraks.

Kurangnya pengetahuan untuk

mengetahui tanda dan gejala dari

pneumotoraks terdesak menyebabkan

banyak penderita meninggal setelah

atau dalam perjalanan menuju

kerumah sakit. Penanganan

pneumotoraks terdesak dapat

dilakukan dengan bantuan hidup

dasar tanpa memerlukan tindakan

pembedahan, sebelum mengirim

pasien ke pusat pelayanan medis

terdekat, sehingga disini diperlukan

pengatuhan untuk identifikasi awal

dari gejala pneuomotoraks terdesak,

memberikan bantuan hidup dasar,

dan mengirimnya ke tempat

pelayanan medis terdekat, untuk

mengurangi tingkat mobiditas dan

mortalitas (Sharma A, 2008).

Pengetahuan yang baik

menunjukkan bahwa perawat Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Karanganyar telah

membekali diri tentang penanganan

awal tension pneumothorax yang

diperlukan dalam bekerja

memberikan pelayanan keperawatan

kepada pasien di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kabupaten

Karanganyar. Pengetahuan yang

baik akan menimbulkan seseorang

lebih mampu dan bersedia menerima

tanggung jawab (Gibson dkk, 1996),

Page 13: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

13

dengan pengetahuan yang baik

tentang penanganan awal tension

pneumothorax akan dilakukan

dengan benar sesuai prosedur yang

telah di tetapkan dan penuh tanggung

jawab sehingga mengurangi angka

kematian pasien tension

pneumothorax yang setiap tahunnya

meningkat. Kurangnya pengetahuan

untuk mengetahui tanda dan gejala

dari pneumothorax terdesak

menyebabkan banyak penderita

meninggal setelah atau dalam

perjalanan menuju ke rumah sakit

(Punarwaba dan Suarjaya, 2013).

Pneumothorax adalah keadaan

terdapatnya udara atau gas dalam

rongga pleura. Pada keadaan ormal

rongga pleura tidak berisi udara,

supaya paru-paru leluasa

mengembang terhadap rongga dada.

Pneumothorax dapat terjadi secara

spontan dan traumatik (Hisyam dan

Budiono, 2009).

Simpulan

1. Karakteristik responden perawat

Rumah Skait Umum Daerah

(RSUD) Kabupaten Karanganyar

mayoritas berusia antara 26

sampai 35 tahun sebanyak 13

responden (72,2%), sebagian

besar adalah laki-laki 12

responden (66,7%), latar belakang

pendidikan mayoritas Ners

sebanyak 8 responden (44,4%),

masa kerja mayoritas lebih dari 3

tahun sebanyak 10 responden

(55,6%), dan responden yang

sudah mendapat pelatihan

penanganan tension

pneumothorax sebanyak 11

responden (61,1%).

2. Gambaran pengetahuan perawat

dalam penanganan awal tension

pneumothorax di RSUD

Kabupaten Karanganyar

dikategorikan dalam 3 kategori

yaitu baik, cukup, kurang.

Pengetahuan perawat dalam

penanganan awal tension

pneumothorax mayoritas

mempunyai pengetahuan yang

termasuk kategori baik sebesar 12

responden (66,7%), kategori

cukup 4 responden (22,2%) dan

kurang sebesar 2 responden

(11,1%).

Page 14: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

14

Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan

masukan bagi perawat terhadap

pengetahuan perawat dalam

penanganan awal tension

pneumothorax meningkatkan

pelayanan keperawatan di ruang

triage Instalasi Gawat Darurat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Setelah dilakukan penelitian ini

diharapkan dapat menambah

pengetahuan, pengalaman, dan

wawasan mengenai gambaran

pengetahuan perawat dalam

penanganan tension

pneumothorax di RSUD

Kabupaten Karanganyar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai referensi

atau titik tolak tambahan bila

diadakan penelitian lebih lanjut

khususnya bagi perawat dalam

penanganan tension

pneumothorax.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur

Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Berck, M. (2010). Pneumothorax.

http://nefrologyners.wordpr

ess.com/2010/11/

03/pneumothorax-2/

Bosswick, John A., Jr.

(2009). Perawatan Gawat

Darurat. Jakarta : EGC

Daryanto. (2014). Pendekatan

Pembelajaran Saintifik

Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media.

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku

Patofisiologi. Ed.3. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Gilbert, Gregory., D’Souza, Peter.,

Pletz, Barbara. (2009). Patient

assessment routine medical

care primary and secondary

survey. San Mateo County

EMS Agency.

Henry M, Arnold T, Harvey J.

(2008). BTS Guidelines for The

Management of Spontaneous

Pneumothorax. Thorax 2008;

58(2):39-52.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar

Konsep Dasar Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat,A. A. (2010). Metode

Penelitian Keperawatan dan

Tekhnik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Page 15: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

15

Hisyam B, Budiono E. Pneumotoraks

Spontan. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata K M, Setiati S,

editors. (2009). Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid II. Ed 4.

Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Kowalak, Jennifer P. (2011). Buku

Ajar Patofisiologi : “SISTEM

PERNAPASAN-

PNEUMOTHORAKS : BAB.7-

Hal.253 :EGC-Jakarta, 2011

Kusnanto. (2014). Pengantar Profesi

dan Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. (2010). Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi III

Jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI.

McCool FD, Rochester DF, (2011).

Pneumothorax. Error!

Hyperlink reference not valid.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan

Keperawatan pada Klien

dangan Gangguan System

Pernapasan. Jakarta: Salemba

Medika.

Notoatmodjo. S. (2010). Metode

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2010).

Nursing research principles

and methods (7th ed.).

Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins

Punarwarba, I.W.A., dan Suarjaya,

P.P., (2013). Identifikasi Awal

dan Bantuan Hidup Dasar

Pada Pneumothoraks.

Bagian/SMF Ilmi

anastesiologi dan Terapi

Intensif, Fakultas Kedokteran,

Universitas Udayana/Rumah

SakitUmum Pusat Sanglah

Denpasar.

Setiadi. (2008). Metode Penelitian

untuk Ilmu Keperawatan.

Yogyakarta : Graha ilmu

Streubert, H.J., & Carpenter, D.R.

(2008). Qualitatif research in

nursing advamcing the

humanistic imperative (3ed ed.).

Philadephia; Lippincott.

Sudoyo, Aru W (2009). Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II,

Ed. IV. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departeman Ilmu

Penyakit Dalam. Fakultas

Kedokteran UI.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suwignyo. (2009). Pengaruh

Manajemen Asuhan

Keperawatan dan Motivasi

Berprestasi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Thygerson, Alton. (2011). First aid

5th edition. Alih bahasa dr.

Huriawati Hartantnto. Ed. Rina

Astikawati. Jakarta : PT.

Gelora Aksara Pratama.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori

dan Pengukuran Pengetahuan ,

Page 16: Gambaran Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Awal …eprints.ukh.ac.id/id/eprint/115/1/Naspub.pdf · melakukan needle thoracocentesis, yaitu tindakan memasukkan jarum bernomor besar,

16

Sikap dan Perilaku Manusia..

Yogyakarta : Nuha Medika

Widjaya DP, Amin Z, Suprayitno,

Afifi R dan Shatri H. (2014).

Karakteristik dan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi

Kesintasan Pasien

Pneumotoraks di Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Indonesian Journal of CHEST

(Critical and Emergency

Medicine). Vol. 1, No. 3, July -

September 2014.

Gibson, JK.et al. (1996). Perilaku

Struktur Proses Jilid 1Edisi

ke-8. Jakarta: Bina Aksara

Rupa

Jain D.G, Gosari S.N, dan Jain D.D,

2008).

Khadijah, S (2018). Penatalaksanaan

Fisioterapi Pada Kasus

Pneumothorax Bilateral di RS

Paru DR. Ario Wirawan

Salatiga. Skripsi. Surakarta:

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Kumajas, Warouw dan Bawotong,

(2014). Hubungan

Karakteristik Individu

Dengan Kinerja Perawat di

Ruang Rawat Inap Penyakit

Dalam RSUD Datoe

Binangkang Kabupaten

Bolaang Mongondow. Jurnal

Kesehatan. Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi. Persatuan Perawat

Indonesia Kota Manado.

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nurachmah, E. (2000). Legislasi

Keperawatan. Makalah

Seminar Sehari PSIK.

Yogyakarta: UGM.

Nursalam. (2009). Konsep &

Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan

Edisi 2. Jakarta : Salemba

Medika

Nursalam (2009)

Punarbawa dan Suarjaya (2016)

Sharma A, (2008). Effect of

Segmental Breathing

Exercises On Chest

Expansion In Empyema

Patients; Indian Journal of

Physiotherapy and

Occupational Therapy, July;

volume 3(4) ;17-20.

Tracker dan Webber, (1996).

Pneumothorax. In: Murray

JF &Nadel JA (eds).

Textbook of Respiratory

Medicine. Philadelphia: WB

Saunders Co.