GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

12
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019 http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686 108 GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PEKERJA PENGOLAH LIMBAH RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN Lailiyah Mukhadiroh, Tofan Agung Eka Prasetya, Erwin Dyah Nawawinetu Universitas Airlangga [email protected] Abstrak Pengendalian terakhir untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan adalah menggunakan alat pelindung diri. Tenaga kerja bagian pengolahan limbah bertugas untuk menangani limbah dari proses pemilihan hingga pemusnahan dan bila tidak menggunakan APD dapat berisiko tertular berbagai penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari gambaran kepatuhan penggunaan APD pada pekerja pengolah limbah di RSUD Dr Soegiri Lamongan. Penelitian ini adalah penelitian observasional. Populasi penelitian adalah 7orang tenaga kesehatan yang melakukan pengolahan limbah di RSUD Dr Soegiri Lamongan.Variabel yang diteliti yaitu antara pengetahuan, sikap, ketersediaan APD, aksesibilitas APD, pelatihan penggunaan APD, pengawasan, teguran, hukuman, kepatuhan penggunaan APD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengetahuan resonden baik, dan memiliki sikap yang positif, ketersediaan APD lengkap, aksesibilitas mudah, sebagaian mengikuti pelatihan penggunaan. APD. Dilakukan pengawasan penggunaan APD tetapi tidak rutin, semua tidak pernah mendapatkan hukuman atau sanksi tetapi hanya berupa teguran, sebagian besar responden selalu patuh dalam penggunaan APD. Responden yang berpengetahuan dan bersikap baik, memiliki kepatuhan dalam penggunaan APD baik pula. Ketersediaan APD lengkap dan aksesbilitas APD mudah, namun tidak semua responden selalu patuh dalam kepatuhan penggunaan APD dan responden yang telah mendapatkan pelatihan lebih dari sekali cenderung lebih patuh. Pada pengawasan yang dilakukan secara teratur, maka kepatuhan responden dalam penggunaan APD cenderung lebih baik. Responden yang tidak sering ditegur maka kepatuhanya lebih tinggi dan seluruh responden tidak pernah mendapatkan hukuman /sanksi. Dapat disimpulkan faktor predisposisi, enabling dan reinforcing dapat memberikan dorongan kepada pekerja untuk menggunakan APD. Diharapkan petugas kesehatan lebih patuh dalam menggunakan APD, serta manajemen di sarankan untuk mengadakan pelatihan dan peningkatan pengawasan yang dapat memotivasi pekerja dalam penggunaan APD. Kata Kunci: Alat Pelindung Diri; Kepatuhan; Limbah RS DESCRIPTION OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT USED OBEDIENCE IN WASTE PROCESSING WORKERS (Study in Dr. Soegiri Lamongan) Abstract The use of Personal Protective Equipment (PPE), is a way to control and reduce the risk of accidents. Worker of waste processing facility was handling the election process until destruction that can cause various diseases when not using PPE. The general objective of this research wa to study the description of the factors that related to PPE using compliance in waste processing workers in Dr Soegiri Hospitals. This study was an observational study. 7 workers who do waste processing in Dr Soegiri Hospitals was the population study. The studied variables were described of the relationship between knowledge, attitude, availability of PPE, PPE accessibility, training in the use of PPE, supervision, warning, punishment with compliance in using PPE. Results showed that the respondents have good knowledge and had a positive attitude, PPE was available, easy PPE accessibility, partly following a training in using PPE, was not routinely given a warning, never get punishment but only warning, most of the respondents use the PPE. Respondents who had knowledge and a good attitude, had good compliance in the use of PPE. Availability of PPE was complete and easy accessibility, but not all the respondents always comply to used PPE and respondents who received training more than once tend to be more comply. In a regular monitoring, the compliance of the respondents in the use of PPE tend to be

Transcript of GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Page 1: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

108

GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

PEKERJA PENGOLAH LIMBAH RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

Lailiyah Mukhadiroh, Tofan Agung Eka Prasetya, Erwin Dyah Nawawinetu

Universitas Airlangga

[email protected]

Abstrak

Pengendalian terakhir untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan adalah menggunakan alat

pelindung diri. Tenaga kerja bagian pengolahan limbah bertugas untuk menangani limbah dari proses pemilihan

hingga pemusnahan dan bila tidak menggunakan APD dapat berisiko tertular berbagai penyakit. Tujuan

penelitian ini adalah mempelajari gambaran kepatuhan penggunaan APD pada pekerja pengolah limbah di

RSUD Dr Soegiri Lamongan. Penelitian ini adalah penelitian observasional. Populasi penelitian adalah 7orang

tenaga kesehatan yang melakukan pengolahan limbah di RSUD Dr Soegiri Lamongan.Variabel yang diteliti

yaitu antara pengetahuan, sikap, ketersediaan APD, aksesibilitas APD, pelatihan penggunaan APD, pengawasan,

teguran, hukuman, kepatuhan penggunaan APD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengetahuan resonden

baik, dan memiliki sikap yang positif, ketersediaan APD lengkap, aksesibilitas mudah, sebagaian mengikuti

pelatihan penggunaan. APD. Dilakukan pengawasan penggunaan APD tetapi tidak rutin, semua tidak pernah

mendapatkan hukuman atau sanksi tetapi hanya berupa teguran, sebagian besar responden selalu patuh dalam

penggunaan APD. Responden yang berpengetahuan dan bersikap baik, memiliki kepatuhan dalam penggunaan

APD baik pula. Ketersediaan APD lengkap dan aksesbilitas APD mudah, namun tidak semua responden selalu

patuh dalam kepatuhan penggunaan APD dan responden yang telah mendapatkan pelatihan lebih dari sekali

cenderung lebih patuh. Pada pengawasan yang dilakukan secara teratur, maka kepatuhan responden dalam

penggunaan APD cenderung lebih baik. Responden yang tidak sering ditegur maka kepatuhanya lebih tinggi dan

seluruh responden tidak pernah mendapatkan hukuman /sanksi. Dapat disimpulkan faktor predisposisi, enabling

dan reinforcing dapat memberikan dorongan kepada pekerja untuk menggunakan APD. Diharapkan petugas

kesehatan lebih patuh dalam menggunakan APD, serta manajemen di sarankan untuk mengadakan pelatihan dan

peningkatan pengawasan yang dapat memotivasi pekerja dalam penggunaan APD.

Kata Kunci: Alat Pelindung Diri; Kepatuhan; Limbah RS

DESCRIPTION OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT USED

OBEDIENCE IN WASTE PROCESSING WORKERS (Study in Dr.

Soegiri Lamongan)

Abstract

The use of Personal Protective Equipment (PPE), is a way to control and reduce the risk of accidents.

Worker of waste processing facility was handling the election process until destruction that can cause various

diseases when not using PPE. The general objective of this research wa to study the description of the factors

that related to PPE using compliance in waste processing workers in Dr Soegiri Hospitals. This study was an

observational study. 7 workers who do waste processing in Dr Soegiri Hospitals was the population study. The

studied variables were described of the relationship between knowledge, attitude, availability of PPE, PPE

accessibility, training in the use of PPE, supervision, warning, punishment with compliance in using PPE.

Results showed that the respondents have good knowledge and had a positive attitude, PPE was available, easy

PPE accessibility, partly following a training in using PPE, was not routinely given a warning, never get

punishment but only warning, most of the respondents use the PPE. Respondents who had knowledge and a good

attitude, had good compliance in the use of PPE. Availability of PPE was complete and easy accessibility, but

not all the respondents always comply to used PPE and respondents who received training more than once tend

to be more comply. In a regular monitoring, the compliance of the respondents in the use of PPE tend to be

Page 2: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

109

better. Respondents who did not often reprimanded then had higher compliance and all respondents has never

gotten punishment. The conclusion was the predisposing, enabling and reinforcing could give reinforcement in

PPE use (compliance). Based on the research results expected that always using PPE needed, as well as

management were suggested for training and increase surveillance that can motivate workers in the use of PPE.

Keyword: personal protective equipment; compliance; hospital waste

Pendahuluan

Data World Health Organization

(WHO) 1999 menunjukkan bahwa kasus

infeksi Hepatitis B (HBV) akibat cedera

oleh benda tajam dan pajanan limbah

rumah sakit di AS adalah sekitar 162-321

kasus dari jumlah total 300.000 kasus

pertahun(Setiani, 2014). sakit Indonesia

memiliki rumah sakit dengan jumlah 1090

dengan 121.996 tempat tidur dan

berdasarkan kajian pada 100 Rumah Sakit

di Jawa dan Bali hasilnya rata-rata 3,2 kg

perhari sampah diproduksi perhari.

Apabila dilakukan analisis lebih mendalam

maka dapat jumla produksi sampah

(Limbah Padat) Rumah Sakit secara

nasional mencapai 376.089 ton per hari

dan produksi air limbah sebesar 48.985,70

ton per hari termasuk didalamnya adalah

limbah infeksius(Wahjono, 2007).

Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa

pengelolaan sampah atau limbah selama

ini belum sesuai dengan metode dan teknik

pengelolaan yang berwawasan lingkungan

sehingga menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan masyarakat dan

lingkungan. Buruknya penanganan sampah

medis seperti jarum suntik dan jenis

sampah infeksius lainnya, masih sering

ditemukan bercampur dengan sampah

umum dan dapat masuk ke tempat

pembuangan akhir sampah(Kurniaty,

Nararaya, Turawan, & Nurmuhamad,

2016). Sampah infeksius golongan Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) sebaiknya

ditangani sesuai prosedur atau tidak

diperbolehkan dibuang bersama sampah

umum.

Studi pendahuluan dilakukan melalui

observasi di RSUD Dr. Soegiri Lamongan

pada 7 responden 2 diantaranya tidak

menggunakan APD (sarung tangan, sepatu

boot, masker) saat pengolahan limbah.

RSUD Dr. Soegiri Lamongan merupakan

umum Tipe B dengan penghasil limbah B3

yang bersifat infeksius yang bisa tersebar

pada lingkungan sekitar rumah sakit. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh teknik

penanganan yang kurang memadai pada

sampah radioaktif, korosif dan

kemungkinan mudah terbakar, yang

mengandung potensi bahaya bagi

kesehatan masyarakat(Utomo, 2012).

Page 3: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

110

Berdasarkan pengamatan, petugas

tidak menggunakan APD sepenuhnya

sehingga hal tersebut dapat berdampak

pada penularan penyakit, serta infeksi yang

berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Pemakaian alat pelindung diri dapat

mencegah penularan penyakit serta

melindungi dari paparan maupun kontak

dengan limbah secara langsung. Perilaku

pemakaian APD itu tergantung pada faktor

predisposisi, enabling dan reinforcing

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

penulis mengambil judul “Gambaran

kepatuhan penggunaan alat pelindung diri

pada pekerja pengolah limbah (studi di

RSUD Dr. Soegiri Lamongan)”.

Tinjauan Teoritis

Sarana pelayanan kesehatan dan

dimana berkumpulnya orang sakit maupun

orang sehat disebut sebagai rumah sakit

(RS)(Satrianegara, 2016). Banyak jenis

sampah atau limbah sebagai hasil kegiatan

di rumah sakit yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan bagi pengunjung,

pasien, masyarakat sekitar maupun pekerja

karena disini merupakan tempat untuk

penyembuhan sekaligus menjadi tempat

berkumpulya penyakit, baik menular

maupun tidak menular(Setyawati, 2018).

Karena itu pengelolaan sampah atau

limbah di rumah sakit utamanya

mekanisme supaya produk buangan tidak

lagi menimbulkan dampak negative pada

pekerja RS dan lingkungan

sekitarnya(Zakaria, 2017).

Manajemen limbah sebaiknya

berdasarkan kaidah dan pedoman yang

diberlakukan, harapannya adalah pengaruh

buruk limbah dapat ditiadakan(Waluyo,

2009). Sampah atau limbah RS ialah

segala sesuatu yang dihasilkan dari

kegiatan RS yang berbentuk padat, cair,

pasta (gel) maupun gas yang berpotensi

membawa mikroorganisme pathogen

bersifat infeksius, bahan kimia beracun,

dan sebagian bersifat

radioaktif(Purwohandoyo, 2018).

Pengelolaan sampah atau limbah yang

tidak baik akan berdampak negatif baik

dari segi kesehatan lingkungan maupun

kesehatan masyarakat dan

pekerja(Marliani, 2014).

Metode Penelitian

Ditinjau dari analisis datanya

penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan tujuan untuk

menggambarkan dan meneliti secara

sistematis, faktual dan akurat tentang

perihal yang akan diteliti. Menurut tempat

penelitian yakni termasuk penelitian

lapangan karena dilakukan di lapangan

atau penelitian observasional. Dilihat dari

sudut pandang waktu, penelitian ini

termasuk penelitian cross sectional karena

Page 4: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

111

penelitian dilaksanakan pada saat satu

periode tertentu.

Pada penelitian ini populasinya

adalah semua tenaga kesehatan yang

melakukan pengolahan limbah di RSUD

RS. Soegiri Lamongan sejumlah 7 orang.

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD RS.

Soegiri Lamongan pada bulan Juni sampai

Juli 2015. Variabel dalam penelitian ini

adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan

APD, aksesibilitas APD, pelatihan

penggunaan APD, pengawasan, teguran,

hukuman, kepatuhan penggunaan APD.

Data primer Pengumpulan data primer

diperoleh dari lembar wawancara dengan

memberikan kuesioner yang dilakukan

secara langsung kepada pekerja pengolah

limbah. Data sekunder diperoleh dari

dokumentasi RS atau data-data yang

tercatat pada RS seperti, data tentang

sarana dan prasarana APD.Instrumen yang

digunakan untuk mengukur hal yang

berhubungan dengan kepatuhan

penggunaan alat pelindung diri pekerja

pengolah limbah yaitu kuesioner,

wawancara dan observasi. Data yang

diperoleh akan dideskripsikan dalam

bentuk narasi dan tabel yang selanjutnya

akan dianalisis untuk mengetahui

hubungan antara faktor independen dan

dependen

Hasil

RSUD Dr. Soegiri berada di Wilayah

Kabupaten yang terletak antara 50 30 BT

dan 7045 LS dengan ketinggian ± 44 M

diatas permukaan air laut dengan luas

wilayah 1.160 km2 atau 2,4% luas Propinsi

Jawa Timur. RSUD Dr. Soegiri Lamongan

adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah

sakit ini mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis

terbatas. Rumah sakit ini juga menampung

pelayanan rujukan dari rumah sakit

kabupaten. Di rumah sakit ini tersedia 239

tempat tidur inap, lebih banyak dibanding

setiap rumah sakit di Jawa Timur yang

tersedia rata-rata 53 tempat tidur inap.

Pelayanan inap termasuk kelas tinggi, 19

dari 239 tempat tidur di rumah sakit ini

berkelas VIP keatas.

Pendidikan responden dibagi

berdasarkan 3 kategori yaitu, SMA, D3,

dan S1. Dan pendidikan seluruh responden

adalah SMA.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik,

Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin,

Faktor Penguat

Variabel Frekuensi Persentase

(%)

Umur

20 - 25 tahun

26 – 30 tahun

6

1

85,7

14,3

Lama kerja

1 - 5 tahun

6 - 10 tahun

6

1

85,7

14,3

Faktor Predisposisi

Pengetahuan

Baik 5 71,4

Cukup 1 14,3

Kurang 1 14,3

Page 5: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

112

Sikap

Positif 5 71,4

Negative 2 28,6

Faktor Pemungkin

Ketersediaan APD 7 100

Aksebilitas

penggunaan APD

7 100

Pelatihan

penggunaan APD

Tidak pernah 1 14,3

1 kali 4 57,1

2 kali 2 28,6

Faktor Penguat

Pengawasan (pernah

tidak rutin)

7 100

Hukuman/Sanksi

(tidak pernah)

7 100

Kepatuhan

penggunaan APD

Kadang-kadang

2 28,6

Selalu

5 71,4

Berdasarkan tabel 1 diatas

diketahui bahwa sebagian besar responden

berumur 20-25 tahun sebanyak 6

responden (85,7%), sebagian besar

responden bekerja selama 1 – 5 tahun

sebanyak 6 responden (85,7%).

Pengetahuan responden dikategorikan

menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan

kurang. Berdasarkan tabel diatas diketahui

bahwa sebagian besar pengetahuan

responden adalah baik sebanyak 5

responden (71,4%), diketahui bahwa

seluruh responden memiliki sikap yang

positif (71,4%) lebih besar disbanding

dengan responden yang memiliki sikap

negatif (28,6%).

Dari hasil penelitian didapatkan

distribusi frekuensi ada atau tidaknya

ketersediaan sarana seperti masker, sarung

tangan, sepatu pelindung, celemek dan

penutup kepala. Seluruh responden (100%)

menyatakan bahwa telah disediakan APD

ketika bekerja menangani limbah medis

seperti masker, sarung tangan. Berdasarkan

kategori, penyediaan APD di bagi menjadi

3 kategori yaitu ada lengkap, ada tidak

lengkap dan tidak ada. Hasil penelitian

menyatakan bahwa seluruh responden

menyatakan bahwa APD telah tersedia.

Aksebilitas penggunaan APD

bedasarlan kategori di bagi menjadi 2

kategori yaitu mudah dan sulit dan dari

hasil penelitian di dapatkan seluruh

responden menyatakan bahwa distribusi

aksebilitas penggunaan APD adalah mudah

untuk di akses (100%). Tabel 1 juga

menunjukkan sebagian besar responden

telah mengikuti pelatihan penggunaan

APD sebanyak 1 kali yaitu 4 responden

(57,1%), 2 responden mengatakan pernah

mengikuti pelatihan (28,6%) dan 1

responden mengatakan tidak pernah

mengikuti pelatihan (14,3%).

Distribusi kategori pengawasan di

bagi dalam 3 kategori yaitu tidak pernah,

pernah tidak rutin dan rutin 2 hari sekali

dan seluruh responden menyatakan pernah

di lakukan pengawasan tetapi tidak rutin.

Pengawasan sendiri di lakukan oleh

petugas rumah sakit yaitu oleh petugas IPL

(Instalasi Penyehatan Lingkungan).

Distribusi kategori Hukuman atau sanksi di

Page 6: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

113

bagi dalam 3 kategori yaitu tidak pernah,

pernah tidak rutin dan rutin 2 hari sekali

dan seluruh responden (100%) menyatakan

tidak pernah diberikan hukuman/sanksi.

Tabel 1 juga menunjukkan seluruh

responden mengatakan bahwa sebagian

besar petugas patuh dalam menggunakan

APD sebanyak 5 responden dan 2

responden mengatakan kadang- kadang

patuh dalam menggunakan APD (28,6%).

Tabel 2. Tabulasi silang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD

Variabel Kepatuhan Total

f (%)

Selalu

f (%)

Kadang

f (%)

Pengetahuan

Baik

5(100)

0 (0,0)

5 (100)

Cukup 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)

Kurang 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)

Sikap

Positif 5(100) 0 (0,0) 5 (100)

Negative 0 (0,0) 2 (100) 2 (100)

Pelatihan

Tidak pernah 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)

1 kali 3(75) 1(25) 4(100)

2 kali 2(100) 0 (0,0) 2 (100)

Pengawasan

Tidak pernah 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)

Pernah tidak rutin 3(75) 1(25) 4(100)

Rutin 2 hari sekali 2(100) 0 (0,0) 2 (100)

Teguran

Tidak pernah 1 (100) 0 (0,0) 1 (100)

Pernah tidak rutin 4(66) 2(28,6) 6(100)

Berdasarkan tabel 2 diatas responden yang

memiliki pengetahuan baik yang selalu

patuh dalam penggunaan APD sebesar

(100%), responden memiliki pengetahuan

cukup dan kurang yang selalu patuh dalam

penggunaan APD tidak ada. Hal ini

menujukan bahwa semakin baik

pengetahuan, maka responden akan

semakin patuh terhadap penggunaan APD.

Responden yang memiliki sikap positif

yang selalu patuh dalam penggunaan APD

sebesar (100%), dan tidak ada responden

memiliki sikap negatif yang selalu patuh

dalam penggunaan APD. Hal ini

menujukkan bahwa semakin positif sikap

responden, maka akan semakin patuh

terhadap penggunaan APD.

Seluruh responden (100%),

menyatakan bahwa aksebilitas APD ketika

bekerja menangani limbah mudah

didapatkan oleh pekerja karena pihak

rumah sakit telah memberikan APD di

setiap ruangan yang terdapat limbah

medisnya. Dengan aksebilitas APD yang

mudah dijangkau, maka hal ini akan

membuat pekerja dapat bekerja dengan

patuh. Responden yang menyatakan tidak

pernah di lakukan pelatihan yang selalu

Page 7: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

114

patuh dalam penggunaan APD tidak ada,

responden yang menyatakan 1 kali di

lakukan pelatihan yang selalu patuh dalam

penggunaan APD sebesar (75%),

responden yang menyatakan 1 kali di

lakukan pelatihan yang kadang-kadang

patuh terhadap penggunaan APD sebesar

(25%) dan responden yang menyatakan di

lakukan 2 kali pelatihan dalam penggunaan

APD yang selalu patuh dalam penggunaan

APD sebesar (100%). Hal ini menujukan

bahwa semakin banyak pelatihan yang

didapatkan, maka responden akan semakin

patuh terhadap penggunaan APD.

Responden yang menyatakan tidak

pernah di lakukan pengawasan yang selalu

patuh dalam penggunaan APD tidak ada,

responden yang menyatakan pernah tetapi

tidak rutin dilakukan pengawasan yang

selalu patuh dalam penggunaan APD

sebesar (75%), responden yang

menyatakan pernah tetapi tidak rutin

dilakukan pengawasan yang kadang-

kadang patuh terhadap penggunaan APD

sebesar (25%) dan responden yang

menyatakan rutin 2 hari sekali dilakukan

pengawasan yang selalu patuh dalam

penggunaan APD sebesar (100%). Hal ini

menujukan bahwa semakin rutin dilakukan

pengawasan, maka responden akan

semakin patuh terhadap penggunaan APD.

Responden yang menyatakan tidak

pernah mendapatkan teguran dan selalu

patuh dalam penggunaan APD sebesar

(100%), responden yang menyatakan

pernah tidak rutin mendapatkan teguran

dan selalu patuh dalam penggunaan APD

sebesar (66%), responden yang

menyatakan pernah tidak rutin

mendapatkan teguran tapi kadang-kadang

patuh dalam penggunaan APD sebesar

(33%). Hal ini menujukan bahwa semakin

sering responden mendapatkan teguran,

maka akan semakin patuh terhadap

penggunaan APD. Seluruh responden

(100%) menyatakan bahwa mereka tidak

pernah mendapatkan hukuman/sanksi, dari

pernyataan tersebut maka di harapkan

rseponden akan selalu patuh terhadap

penggunaan APD sesuai dengan peraturan

rumah sakit.

Pembahasan

Pengetahuan tentang penggunaan

APD yang dimiliki pekerja pengolah

limbah di RSUD Dr. Soegiri masih belum

cukup baik karena masih ada yang

berpengetahuan cukup dan kurang baik

tentang penggunaan APD oleh sebab itu

perlu adanya tambahan pengetahuan yang

dimiliki oleh pekerja dengan memberikan

informasi maupun pelatihan, karena

selama ini pekerja kurang mendapatkan

pelatihan. Pengetahuan spesifik terkait

kesehatan merupakan hal yang penting,

Page 8: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

115

tetapi diharapkan tidak terjadi tindakan

kesehatan kecuali apabila seseorang

mendapat syarat yang kuat untuk

memotivasinya dalam bertindak

brrdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya(Chaniago, 2017). Dengan

demikian agar seseorang memahami

manfaat dari suatu perilaku maka

diperlukan kesadran pengetahuan dan

kesadaran dari individu itu sendiri.

Dalam hasil penelitian sikap yang

dimiliki responden sebagaian besar

menunjukkan positif walaupun ada juga

yang menunjukkan negatif oleh karena itu

perlu adanya peningkatan sikap responden

yang dapat dilakukan dengan lebih

meningkatkan lagi pengetahuan responden

tentang pentingnya pengunaan APD dan

bahaya yang ditimbulkan apabila tidak

menggunakan APD, ini bertujuan untuk

menciptakan stimulus dalam proses

berpikir dan membentuk keyakinannya.

Informasi tambahan juga dapat

disampaikan oleh atasan ataupun petugas

yang terkait dalam proses penanganan

limbah, kebijakan dan pengawasan turut

andil dalam terbentuknya sikap seseorang,

maka kebijakan dan pengawasan yang

telah ada perlu didisiplinkan lagi untuk

meningkatkan sikap responden, kebijakan

yang telah ada juga harus lebih diperjelas.

Terbentuknya sikap dimulai dengan

adanya pengetahuan dan pengalaman

belajar yang diperoleh. Kemudian timbul

persepsi terhadap obyek yang dikenalkan.

Selanjutnya hasil dorongan terhadap

terjadinya perubahan perilaku akan

membentuk sikap(Izzah, 2014).

Dari hasil penelitian menyatakan

seluruh petugas pengolah limbah telah

menggunakan APD sesuai pedoman

pencegahan dan pengendalian infeksi. Dari

hasil observasi dokumen, menyatakan SOP

untuk pemakaian APD pada petugas

pengolah limbah sudah ada. Sedangkan

dari hasil observasi langsung ditemukan

ada beberapa APD yang tidak tersedia

untuk petugas pengolah limbah, yaitu

pelindung mata atau pelindung wajah.

Ketersediaan fasilitas merupakan salah

satu hal yang berhubungan dengan

kepatuhan dan juga termasuk pemungkin

akan rendahnya penerapan kewaspadaan

universal di rumah sakit(Kartika &

Rahayu, 2017). Hal ini terjadi karena

ketidaktersedian sarana dan fasilitas di

rumah sakit unt memastikan kesehatan

lingkungan di rumah sakit(Nurzakiah,

2016).

Alat yang digunakan untuk

melindungi diri terhadap bahaya

kecelakaan kerja, dimana secara teknis

dapat mengurangi tingkat keparahan dari

kecelakaan kerja yang terjadi disebut

sebagai APD. Alat tersebut tidak dapat

menghilangkan bahaya hanya mengurangi

Page 9: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

116

jumlah kontak dengan bahaya yaitu

melalui penempatan penghalang diantara

tenaga kerja dan paparan bahaya(ILO,

2013).

Aksebilitas APD akan menunjang

proses pengolahan limbah medis yang

merupakan bahan infeksius dan berbahaya

yang harus dikelola dengan sebaik

mungkin dan tidak menjadi sumber infeksi

penyakit bagi tenaga kerja(Arif, 2013).

Dari hasil penelitian dan obesrvasi secara

langsung, didapatkan bahwa akses APD

yang ada di RSUD Dr. Soegiri mudah

untuk dijangkau atau di akses oleh semua

petugas pengolah limbah, karena pengurus

telah menyediakan APD pada setiap

ruangan seperti sarung tangan dan masker,

letak dari APD tersebut mudah di jangkau

sehingga tidak menyulitkan pekerja untuk

memperolehnya.

WHO mengemukakan bahwa untuk

memperoleh perubahan perilaku seseorang

salah satunya dapat dilakukan dengan cara

pemberian informasi, dalam hal ini adalah

pelatihan. Dengan memberikan pelatihan

tentang cara bekerja dengan aman, cara

pelaksaan SOP yang baik dan sebagainya

akan meningkatkan pengetahuan

masyarakat (pekerja) tentang hal tersebut.

Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan

menimbulkan kesadaran mereka, dan

akhirnya akan menyebabkan orang

berperilaku sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya. Perubahan perilaku

melalui jalan ini membutuhkan waktu

lama, namun hasilnya akan relative lama

karena didasari oleh kesadaran pekerja

bukan paksaan(Indraddin & Irwan, 2016).

Dari penjelasan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pelatihan mempunyai

pengaruh yang cukup besar pada perilaku

seseorang, meskipun hal tersebut

membutuhkan waktu yang cukup lama.

Namun apabila pelatihan dilakukan secara

rutin dan berkelanjutan maka akan lebih

baik dan efektif. Di RSUD Dr. Soegiri

sendiri responden hanya mengikuti

pelatihan penggunaan APD sebanyak 1

kali sehingga dapat dilakukan pelatihan

untuk lebih meningkatkan pengetahuan

pekerja agar perilaku pekerja akan

pentingnya penggunaan APD lebih baik

lagi dan perlahan-lahan berubah menjadi

meningkat.

Hasil penelitian di atas sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa

pengawasan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pekerja, semakin

sering di berikan pengawasan maka

pekerja pengolah limbah semakin patuh

menggunakan APD(Pratama, 2018). Bird

dengan tegas mengatakan bahwa penyebab

langsung terjadinya kecelakaan adalah

tindakan dan kondisi yang tidak aman.

Penyebab langsung ini timbul karena

pengawasan yang tidak cukup baik dari

Page 10: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

117

pihak manajemen dan dengan demikian

jika dilihat dari penelitian ini, variabel

pengawasan ini sangat penting untuk jadi

perhatian karena perilaku para responden

karena ada pengawasan semata tentu

bukanlah sesuatu yang baik(Raodhah &

Gemely, 2014).

Teguran mengacu pada perilaku

positif bila segera diikuti oleh

penghilangan rangsangan yang

menurunkan tingkat perilaku dimasa depan

dan hal ini didikung oleh sebuah penelitian

dimana mengemukakan bahwa teguran

termasuk motivasi negatif hanya cocok

dilakukan untuk motivasi jangka pendek

saja sedang untuk memperoleh efek atau

jangka panjang, maka motivasi positiflah

yang lebih tepat digunakan(Sunarta, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Dr.

Soegiri bahwa responden pernah

mendapatkan teguran tentang kepatuhan

penggunan APD tetapi tidak rutin, hal ini

kurang baik karena masih ada pekerja yang

tidak patuh dalam pemakaian penggunaan

APD oleh sebab itu mendapatkan teguran,

sebaiknya pihak rumah sakit benar-benar

mengawasi, memberikan dan melakukan

hal-hal yang dapat menunjang pengetahuan

pentingnya APD agar tidak sampai ada

pekerja yang mendapatkan teguran.

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa seluruh responden

menyatakan bahwa tidak pernah

mendapatkan hukuman/sanksi. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin pekerja tidak

pernah mendapatkan hukuman maka

petugas limbah akan semakin patuh

menggunakan APD. Kriteria penentuan

baik atau tidaknya kebijakan atau

peraturan itu adalah sejauh mana peraturan

itu disosialisasikan, adakah sanksi yang

jelas bila ada pekerja yang melanggarnya,

begitu pula sebaliknya apakah diberikan

penghargaan jika pekerja mematuhinya

dan lain sebagainya (Arianto, 2010). Tidak

jelasnya sanksi yang diberikan bagi

pekerja yang melanggar peraturan tersebut

dapat menimbulkan perilaku yang tidak

disiplin pada pekerja, karena pekerja hanya

mendapat teguran saja ketika melanggar.

Dengan begitu sebaiknya perlu

ditambahkan kebijakan untuk sanksi bagi

para pekerja yang melanggar, sehingga

perubahan perilaku pekerja dapat tercapai

dengan lebih baik.

Kesimpulan

Responden yang memiliki

pengetahuan dan sikap yang baik, memiliki

kepatuhan dalam penggunaan APD baik

pula. Ketersediaan APD lengkap dan

aksesibilitas APD mudah, namun tidak

semua responden selalu patuh dalam

kepatuhan penggunaan APD dan

responden yang telah mendapatkan

pelatihan lebih dari sekali cenderung lebih

Page 11: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

118

patuh. Pada pengawasan yang dilakukan

secara teratur, maka kepatuhan responden

dalam penggunaan APD cenderung lebih

baik. Responden yang tidak sering ditegur

maka kepatuhanya lebih tinggi dan seluruh

responden tidak pernah mendapatkan

hukuman /sanksi.

Saran

Mengadakan penyuluhan, pelatihan

maupun pembinaan tentang alat pelindung

diri seperti tentang bahaya dan pentingnya

APD, selain itu informasi tambahan untuk

menyegarkan kembali ingatan para

pekerja.

Daftar Pustaka

Arif, M. I. (2013). Studi penanganan

limbah padat infeksius di

Laboratorium Rumah Sakit Umum

Daerah Haji Makassar. Jurnal MKMI,

4(9), 230–235. Retrieved from

http://journal.unhas.ac.id/index.php/m

kmi/article/view/458/282

Chaniago, N. S. (2017). Perilaku

Organisasi.

ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Keselamatan dan Kesehatan

Sarana untuk Produktivitas.

https://doi.org/10.1016/j.cll.2012.10.0

02

Indraddin, & Irwan. (2016). Strategi dan

Perubahan Sosial.

Izzah, U. K. (2014). Studi Tentang Sikap

dan Perilaku Masyarakat (Pasien)

Pada Masa Keberlakuan Kebijakan

Jaminan Persalinan di RSUD

Kabupaten Jombang 2012. Jejaring

Administrasi Publik. Th II. Nomor, 8,

104–117.

Kartika, R., & Rahayu, S. R. (2017).

Analisis Faktor Individu dan Faktor

Penguat dengan Kepatuhan pada

Kewaspadaan Universal di Layanan

Kesehatan Universitas Negeri

Semarang , Indonesia Info Artikel

Abstrak. Public Health Perspective

Journal, 2(3), 206–214.

Kurniaty, Y., Nararaya, W. H. B.,

Turawan, R. N., & Nurmuhamad, F.

(2016). MENGEFEKTIFKAN

PEMISAHAN JENIS SAMPAH

SEBAGAI UPAYA

PENGELOLAAN SAMPAH

TERPADU DI KOTA MAGELANG.

Varia Justicia, 12(1).

Marliani, N. (2014). Pemanfaatan Limbah

Rumah Tangga ( Sampah Anorganik )

Sebagai Bentuk Implementasi. •

Jurnal Formatif, 4(2), 124–132.

Nurzakiah, A. (2016). Manajemen Risiko

Di Rumah Sakit, (March).

https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1019.

0484

Pratama, A. K. (2018). Hubungan

Karakteristik Pekerja Dengan Unsafe

Page 12: GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019

http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727

DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686

119

Action Pada Tenaga Kerja Bongkar

Muat Di Pt. Terminal Petikemas

Surabaya. The Indonesian Journal of

Occupational Safety and Health, 4(1),

64.

https://doi.org/10.20473/ijosh.v4i1.20

15.64-73

Purwohandoyo, A. (2018). Analisis

Perbandingan Biaya Pengelolaan

Limbah Medis Padat Antara Sistem

Swakelola dengan Sistem

Outsourcing di Rumah Sakit Kanker

“Dharmais.” Jurnal Administrasi

Rumah Sakit Indonesia, 2(3), 183–

193.

https://doi.org/10.7454/ARSI.V2I3.22

06

Raodhah, S., & Gemely, D. (2014). Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada

Karyawan Bagian Packer PT Semen

Bosowa Maros Tahun 2014. Public

Health Science Journal, VI(2), 437–

449.

Satrianegara, M. F. (2016). Pendekatan

Analisis Manajemen Kebijakan

Dalam Pengelolaan Limbah Rumah

Sakit. Higiene, 2(2), 62–66.

Setiani, O. (2014). Evaluasi Manajemen

Limbah Padat Dan Cair Di Rsud

Mimika Evaluation Of Solid And

Waste Water Management At Rsud

Mimika. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia, 13(1).

Retrieved from

https://media.neliti.com/media/public

ations/4889-ID-evaluasi-manajemen-

limbah-padat-dan-cair-di-rsud-

mimika.pdf

Setyawati, S. (2018). Hospital

Environmental Performance, 7(1),

70–90.

Sunarta, A. (2007). Menjaga motivasi kerja

untuk meningkatkan kinerja

organisasi, (01), 60–70.

Utomo, S. (2012). Bahan Berbahaya Dan

Beracun (B-3) Dan Keberadaannya Di

Dalam Limbah. KONVERSI, 1(1),

37–46.

Wahjono, H. D. (2007). Rancang Bangun

Sistem Database Kualitas Air

Limbah, 3(1), 73–80.

Waluyo, P. (2009). Kajian Teknologi

Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit

dan SNI Terkait. Jurnal JAI, 5(1).

Zakaria, F. M. (2017). Pengaruh kualitas

pelayanan dan sasaran keselamatan

pasien terhadap kepuasan pasien

rumah sakit prima husada malang.

JIMMU, 2(2), 98–107.