GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …
Transcript of GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG …
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
108
GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
PEKERJA PENGOLAH LIMBAH RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN
Lailiyah Mukhadiroh, Tofan Agung Eka Prasetya, Erwin Dyah Nawawinetu
Universitas Airlangga
Abstrak
Pengendalian terakhir untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan adalah menggunakan alat
pelindung diri. Tenaga kerja bagian pengolahan limbah bertugas untuk menangani limbah dari proses pemilihan
hingga pemusnahan dan bila tidak menggunakan APD dapat berisiko tertular berbagai penyakit. Tujuan
penelitian ini adalah mempelajari gambaran kepatuhan penggunaan APD pada pekerja pengolah limbah di
RSUD Dr Soegiri Lamongan. Penelitian ini adalah penelitian observasional. Populasi penelitian adalah 7orang
tenaga kesehatan yang melakukan pengolahan limbah di RSUD Dr Soegiri Lamongan.Variabel yang diteliti
yaitu antara pengetahuan, sikap, ketersediaan APD, aksesibilitas APD, pelatihan penggunaan APD, pengawasan,
teguran, hukuman, kepatuhan penggunaan APD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengetahuan resonden
baik, dan memiliki sikap yang positif, ketersediaan APD lengkap, aksesibilitas mudah, sebagaian mengikuti
pelatihan penggunaan. APD. Dilakukan pengawasan penggunaan APD tetapi tidak rutin, semua tidak pernah
mendapatkan hukuman atau sanksi tetapi hanya berupa teguran, sebagian besar responden selalu patuh dalam
penggunaan APD. Responden yang berpengetahuan dan bersikap baik, memiliki kepatuhan dalam penggunaan
APD baik pula. Ketersediaan APD lengkap dan aksesbilitas APD mudah, namun tidak semua responden selalu
patuh dalam kepatuhan penggunaan APD dan responden yang telah mendapatkan pelatihan lebih dari sekali
cenderung lebih patuh. Pada pengawasan yang dilakukan secara teratur, maka kepatuhan responden dalam
penggunaan APD cenderung lebih baik. Responden yang tidak sering ditegur maka kepatuhanya lebih tinggi dan
seluruh responden tidak pernah mendapatkan hukuman /sanksi. Dapat disimpulkan faktor predisposisi, enabling
dan reinforcing dapat memberikan dorongan kepada pekerja untuk menggunakan APD. Diharapkan petugas
kesehatan lebih patuh dalam menggunakan APD, serta manajemen di sarankan untuk mengadakan pelatihan dan
peningkatan pengawasan yang dapat memotivasi pekerja dalam penggunaan APD.
Kata Kunci: Alat Pelindung Diri; Kepatuhan; Limbah RS
DESCRIPTION OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT USED
OBEDIENCE IN WASTE PROCESSING WORKERS (Study in Dr.
Soegiri Lamongan)
Abstract
The use of Personal Protective Equipment (PPE), is a way to control and reduce the risk of accidents.
Worker of waste processing facility was handling the election process until destruction that can cause various
diseases when not using PPE. The general objective of this research wa to study the description of the factors
that related to PPE using compliance in waste processing workers in Dr Soegiri Hospitals. This study was an
observational study. 7 workers who do waste processing in Dr Soegiri Hospitals was the population study. The
studied variables were described of the relationship between knowledge, attitude, availability of PPE, PPE
accessibility, training in the use of PPE, supervision, warning, punishment with compliance in using PPE.
Results showed that the respondents have good knowledge and had a positive attitude, PPE was available, easy
PPE accessibility, partly following a training in using PPE, was not routinely given a warning, never get
punishment but only warning, most of the respondents use the PPE. Respondents who had knowledge and a good
attitude, had good compliance in the use of PPE. Availability of PPE was complete and easy accessibility, but
not all the respondents always comply to used PPE and respondents who received training more than once tend
to be more comply. In a regular monitoring, the compliance of the respondents in the use of PPE tend to be
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
109
better. Respondents who did not often reprimanded then had higher compliance and all respondents has never
gotten punishment. The conclusion was the predisposing, enabling and reinforcing could give reinforcement in
PPE use (compliance). Based on the research results expected that always using PPE needed, as well as
management were suggested for training and increase surveillance that can motivate workers in the use of PPE.
Keyword: personal protective equipment; compliance; hospital waste
Pendahuluan
Data World Health Organization
(WHO) 1999 menunjukkan bahwa kasus
infeksi Hepatitis B (HBV) akibat cedera
oleh benda tajam dan pajanan limbah
rumah sakit di AS adalah sekitar 162-321
kasus dari jumlah total 300.000 kasus
pertahun(Setiani, 2014). sakit Indonesia
memiliki rumah sakit dengan jumlah 1090
dengan 121.996 tempat tidur dan
berdasarkan kajian pada 100 Rumah Sakit
di Jawa dan Bali hasilnya rata-rata 3,2 kg
perhari sampah diproduksi perhari.
Apabila dilakukan analisis lebih mendalam
maka dapat jumla produksi sampah
(Limbah Padat) Rumah Sakit secara
nasional mencapai 376.089 ton per hari
dan produksi air limbah sebesar 48.985,70
ton per hari termasuk didalamnya adalah
limbah infeksius(Wahjono, 2007).
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa
pengelolaan sampah atau limbah selama
ini belum sesuai dengan metode dan teknik
pengelolaan yang berwawasan lingkungan
sehingga menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan. Buruknya penanganan sampah
medis seperti jarum suntik dan jenis
sampah infeksius lainnya, masih sering
ditemukan bercampur dengan sampah
umum dan dapat masuk ke tempat
pembuangan akhir sampah(Kurniaty,
Nararaya, Turawan, & Nurmuhamad,
2016). Sampah infeksius golongan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) sebaiknya
ditangani sesuai prosedur atau tidak
diperbolehkan dibuang bersama sampah
umum.
Studi pendahuluan dilakukan melalui
observasi di RSUD Dr. Soegiri Lamongan
pada 7 responden 2 diantaranya tidak
menggunakan APD (sarung tangan, sepatu
boot, masker) saat pengolahan limbah.
RSUD Dr. Soegiri Lamongan merupakan
umum Tipe B dengan penghasil limbah B3
yang bersifat infeksius yang bisa tersebar
pada lingkungan sekitar rumah sakit. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh teknik
penanganan yang kurang memadai pada
sampah radioaktif, korosif dan
kemungkinan mudah terbakar, yang
mengandung potensi bahaya bagi
kesehatan masyarakat(Utomo, 2012).
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
110
Berdasarkan pengamatan, petugas
tidak menggunakan APD sepenuhnya
sehingga hal tersebut dapat berdampak
pada penularan penyakit, serta infeksi yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Pemakaian alat pelindung diri dapat
mencegah penularan penyakit serta
melindungi dari paparan maupun kontak
dengan limbah secara langsung. Perilaku
pemakaian APD itu tergantung pada faktor
predisposisi, enabling dan reinforcing
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penulis mengambil judul “Gambaran
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
pada pekerja pengolah limbah (studi di
RSUD Dr. Soegiri Lamongan)”.
Tinjauan Teoritis
Sarana pelayanan kesehatan dan
dimana berkumpulnya orang sakit maupun
orang sehat disebut sebagai rumah sakit
(RS)(Satrianegara, 2016). Banyak jenis
sampah atau limbah sebagai hasil kegiatan
di rumah sakit yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bagi pengunjung,
pasien, masyarakat sekitar maupun pekerja
karena disini merupakan tempat untuk
penyembuhan sekaligus menjadi tempat
berkumpulya penyakit, baik menular
maupun tidak menular(Setyawati, 2018).
Karena itu pengelolaan sampah atau
limbah di rumah sakit utamanya
mekanisme supaya produk buangan tidak
lagi menimbulkan dampak negative pada
pekerja RS dan lingkungan
sekitarnya(Zakaria, 2017).
Manajemen limbah sebaiknya
berdasarkan kaidah dan pedoman yang
diberlakukan, harapannya adalah pengaruh
buruk limbah dapat ditiadakan(Waluyo,
2009). Sampah atau limbah RS ialah
segala sesuatu yang dihasilkan dari
kegiatan RS yang berbentuk padat, cair,
pasta (gel) maupun gas yang berpotensi
membawa mikroorganisme pathogen
bersifat infeksius, bahan kimia beracun,
dan sebagian bersifat
radioaktif(Purwohandoyo, 2018).
Pengelolaan sampah atau limbah yang
tidak baik akan berdampak negatif baik
dari segi kesehatan lingkungan maupun
kesehatan masyarakat dan
pekerja(Marliani, 2014).
Metode Penelitian
Ditinjau dari analisis datanya
penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan tujuan untuk
menggambarkan dan meneliti secara
sistematis, faktual dan akurat tentang
perihal yang akan diteliti. Menurut tempat
penelitian yakni termasuk penelitian
lapangan karena dilakukan di lapangan
atau penelitian observasional. Dilihat dari
sudut pandang waktu, penelitian ini
termasuk penelitian cross sectional karena
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
111
penelitian dilaksanakan pada saat satu
periode tertentu.
Pada penelitian ini populasinya
adalah semua tenaga kesehatan yang
melakukan pengolahan limbah di RSUD
RS. Soegiri Lamongan sejumlah 7 orang.
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD RS.
Soegiri Lamongan pada bulan Juni sampai
Juli 2015. Variabel dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan
APD, aksesibilitas APD, pelatihan
penggunaan APD, pengawasan, teguran,
hukuman, kepatuhan penggunaan APD.
Data primer Pengumpulan data primer
diperoleh dari lembar wawancara dengan
memberikan kuesioner yang dilakukan
secara langsung kepada pekerja pengolah
limbah. Data sekunder diperoleh dari
dokumentasi RS atau data-data yang
tercatat pada RS seperti, data tentang
sarana dan prasarana APD.Instrumen yang
digunakan untuk mengukur hal yang
berhubungan dengan kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri pekerja
pengolah limbah yaitu kuesioner,
wawancara dan observasi. Data yang
diperoleh akan dideskripsikan dalam
bentuk narasi dan tabel yang selanjutnya
akan dianalisis untuk mengetahui
hubungan antara faktor independen dan
dependen
Hasil
RSUD Dr. Soegiri berada di Wilayah
Kabupaten yang terletak antara 50 30 BT
dan 7045 LS dengan ketinggian ± 44 M
diatas permukaan air laut dengan luas
wilayah 1.160 km2 atau 2,4% luas Propinsi
Jawa Timur. RSUD Dr. Soegiri Lamongan
adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah
sakit ini mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis
terbatas. Rumah sakit ini juga menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Di rumah sakit ini tersedia 239
tempat tidur inap, lebih banyak dibanding
setiap rumah sakit di Jawa Timur yang
tersedia rata-rata 53 tempat tidur inap.
Pelayanan inap termasuk kelas tinggi, 19
dari 239 tempat tidur di rumah sakit ini
berkelas VIP keatas.
Pendidikan responden dibagi
berdasarkan 3 kategori yaitu, SMA, D3,
dan S1. Dan pendidikan seluruh responden
adalah SMA.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik,
Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin,
Faktor Penguat
Variabel Frekuensi Persentase
(%)
Umur
20 - 25 tahun
26 – 30 tahun
6
1
85,7
14,3
Lama kerja
1 - 5 tahun
6 - 10 tahun
6
1
85,7
14,3
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Baik 5 71,4
Cukup 1 14,3
Kurang 1 14,3
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
112
Sikap
Positif 5 71,4
Negative 2 28,6
Faktor Pemungkin
Ketersediaan APD 7 100
Aksebilitas
penggunaan APD
7 100
Pelatihan
penggunaan APD
Tidak pernah 1 14,3
1 kali 4 57,1
2 kali 2 28,6
Faktor Penguat
Pengawasan (pernah
tidak rutin)
7 100
Hukuman/Sanksi
(tidak pernah)
7 100
Kepatuhan
penggunaan APD
Kadang-kadang
2 28,6
Selalu
5 71,4
Berdasarkan tabel 1 diatas
diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 20-25 tahun sebanyak 6
responden (85,7%), sebagian besar
responden bekerja selama 1 – 5 tahun
sebanyak 6 responden (85,7%).
Pengetahuan responden dikategorikan
menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan
kurang. Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa sebagian besar pengetahuan
responden adalah baik sebanyak 5
responden (71,4%), diketahui bahwa
seluruh responden memiliki sikap yang
positif (71,4%) lebih besar disbanding
dengan responden yang memiliki sikap
negatif (28,6%).
Dari hasil penelitian didapatkan
distribusi frekuensi ada atau tidaknya
ketersediaan sarana seperti masker, sarung
tangan, sepatu pelindung, celemek dan
penutup kepala. Seluruh responden (100%)
menyatakan bahwa telah disediakan APD
ketika bekerja menangani limbah medis
seperti masker, sarung tangan. Berdasarkan
kategori, penyediaan APD di bagi menjadi
3 kategori yaitu ada lengkap, ada tidak
lengkap dan tidak ada. Hasil penelitian
menyatakan bahwa seluruh responden
menyatakan bahwa APD telah tersedia.
Aksebilitas penggunaan APD
bedasarlan kategori di bagi menjadi 2
kategori yaitu mudah dan sulit dan dari
hasil penelitian di dapatkan seluruh
responden menyatakan bahwa distribusi
aksebilitas penggunaan APD adalah mudah
untuk di akses (100%). Tabel 1 juga
menunjukkan sebagian besar responden
telah mengikuti pelatihan penggunaan
APD sebanyak 1 kali yaitu 4 responden
(57,1%), 2 responden mengatakan pernah
mengikuti pelatihan (28,6%) dan 1
responden mengatakan tidak pernah
mengikuti pelatihan (14,3%).
Distribusi kategori pengawasan di
bagi dalam 3 kategori yaitu tidak pernah,
pernah tidak rutin dan rutin 2 hari sekali
dan seluruh responden menyatakan pernah
di lakukan pengawasan tetapi tidak rutin.
Pengawasan sendiri di lakukan oleh
petugas rumah sakit yaitu oleh petugas IPL
(Instalasi Penyehatan Lingkungan).
Distribusi kategori Hukuman atau sanksi di
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
113
bagi dalam 3 kategori yaitu tidak pernah,
pernah tidak rutin dan rutin 2 hari sekali
dan seluruh responden (100%) menyatakan
tidak pernah diberikan hukuman/sanksi.
Tabel 1 juga menunjukkan seluruh
responden mengatakan bahwa sebagian
besar petugas patuh dalam menggunakan
APD sebanyak 5 responden dan 2
responden mengatakan kadang- kadang
patuh dalam menggunakan APD (28,6%).
Tabel 2. Tabulasi silang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD
Variabel Kepatuhan Total
f (%)
Selalu
f (%)
Kadang
f (%)
Pengetahuan
Baik
5(100)
0 (0,0)
5 (100)
Cukup 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)
Kurang 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)
Sikap
Positif 5(100) 0 (0,0) 5 (100)
Negative 0 (0,0) 2 (100) 2 (100)
Pelatihan
Tidak pernah 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)
1 kali 3(75) 1(25) 4(100)
2 kali 2(100) 0 (0,0) 2 (100)
Pengawasan
Tidak pernah 0 (0,0) 1 (100) 1 (100)
Pernah tidak rutin 3(75) 1(25) 4(100)
Rutin 2 hari sekali 2(100) 0 (0,0) 2 (100)
Teguran
Tidak pernah 1 (100) 0 (0,0) 1 (100)
Pernah tidak rutin 4(66) 2(28,6) 6(100)
Berdasarkan tabel 2 diatas responden yang
memiliki pengetahuan baik yang selalu
patuh dalam penggunaan APD sebesar
(100%), responden memiliki pengetahuan
cukup dan kurang yang selalu patuh dalam
penggunaan APD tidak ada. Hal ini
menujukan bahwa semakin baik
pengetahuan, maka responden akan
semakin patuh terhadap penggunaan APD.
Responden yang memiliki sikap positif
yang selalu patuh dalam penggunaan APD
sebesar (100%), dan tidak ada responden
memiliki sikap negatif yang selalu patuh
dalam penggunaan APD. Hal ini
menujukkan bahwa semakin positif sikap
responden, maka akan semakin patuh
terhadap penggunaan APD.
Seluruh responden (100%),
menyatakan bahwa aksebilitas APD ketika
bekerja menangani limbah mudah
didapatkan oleh pekerja karena pihak
rumah sakit telah memberikan APD di
setiap ruangan yang terdapat limbah
medisnya. Dengan aksebilitas APD yang
mudah dijangkau, maka hal ini akan
membuat pekerja dapat bekerja dengan
patuh. Responden yang menyatakan tidak
pernah di lakukan pelatihan yang selalu
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
114
patuh dalam penggunaan APD tidak ada,
responden yang menyatakan 1 kali di
lakukan pelatihan yang selalu patuh dalam
penggunaan APD sebesar (75%),
responden yang menyatakan 1 kali di
lakukan pelatihan yang kadang-kadang
patuh terhadap penggunaan APD sebesar
(25%) dan responden yang menyatakan di
lakukan 2 kali pelatihan dalam penggunaan
APD yang selalu patuh dalam penggunaan
APD sebesar (100%). Hal ini menujukan
bahwa semakin banyak pelatihan yang
didapatkan, maka responden akan semakin
patuh terhadap penggunaan APD.
Responden yang menyatakan tidak
pernah di lakukan pengawasan yang selalu
patuh dalam penggunaan APD tidak ada,
responden yang menyatakan pernah tetapi
tidak rutin dilakukan pengawasan yang
selalu patuh dalam penggunaan APD
sebesar (75%), responden yang
menyatakan pernah tetapi tidak rutin
dilakukan pengawasan yang kadang-
kadang patuh terhadap penggunaan APD
sebesar (25%) dan responden yang
menyatakan rutin 2 hari sekali dilakukan
pengawasan yang selalu patuh dalam
penggunaan APD sebesar (100%). Hal ini
menujukan bahwa semakin rutin dilakukan
pengawasan, maka responden akan
semakin patuh terhadap penggunaan APD.
Responden yang menyatakan tidak
pernah mendapatkan teguran dan selalu
patuh dalam penggunaan APD sebesar
(100%), responden yang menyatakan
pernah tidak rutin mendapatkan teguran
dan selalu patuh dalam penggunaan APD
sebesar (66%), responden yang
menyatakan pernah tidak rutin
mendapatkan teguran tapi kadang-kadang
patuh dalam penggunaan APD sebesar
(33%). Hal ini menujukan bahwa semakin
sering responden mendapatkan teguran,
maka akan semakin patuh terhadap
penggunaan APD. Seluruh responden
(100%) menyatakan bahwa mereka tidak
pernah mendapatkan hukuman/sanksi, dari
pernyataan tersebut maka di harapkan
rseponden akan selalu patuh terhadap
penggunaan APD sesuai dengan peraturan
rumah sakit.
Pembahasan
Pengetahuan tentang penggunaan
APD yang dimiliki pekerja pengolah
limbah di RSUD Dr. Soegiri masih belum
cukup baik karena masih ada yang
berpengetahuan cukup dan kurang baik
tentang penggunaan APD oleh sebab itu
perlu adanya tambahan pengetahuan yang
dimiliki oleh pekerja dengan memberikan
informasi maupun pelatihan, karena
selama ini pekerja kurang mendapatkan
pelatihan. Pengetahuan spesifik terkait
kesehatan merupakan hal yang penting,
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
115
tetapi diharapkan tidak terjadi tindakan
kesehatan kecuali apabila seseorang
mendapat syarat yang kuat untuk
memotivasinya dalam bertindak
brrdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya(Chaniago, 2017). Dengan
demikian agar seseorang memahami
manfaat dari suatu perilaku maka
diperlukan kesadran pengetahuan dan
kesadaran dari individu itu sendiri.
Dalam hasil penelitian sikap yang
dimiliki responden sebagaian besar
menunjukkan positif walaupun ada juga
yang menunjukkan negatif oleh karena itu
perlu adanya peningkatan sikap responden
yang dapat dilakukan dengan lebih
meningkatkan lagi pengetahuan responden
tentang pentingnya pengunaan APD dan
bahaya yang ditimbulkan apabila tidak
menggunakan APD, ini bertujuan untuk
menciptakan stimulus dalam proses
berpikir dan membentuk keyakinannya.
Informasi tambahan juga dapat
disampaikan oleh atasan ataupun petugas
yang terkait dalam proses penanganan
limbah, kebijakan dan pengawasan turut
andil dalam terbentuknya sikap seseorang,
maka kebijakan dan pengawasan yang
telah ada perlu didisiplinkan lagi untuk
meningkatkan sikap responden, kebijakan
yang telah ada juga harus lebih diperjelas.
Terbentuknya sikap dimulai dengan
adanya pengetahuan dan pengalaman
belajar yang diperoleh. Kemudian timbul
persepsi terhadap obyek yang dikenalkan.
Selanjutnya hasil dorongan terhadap
terjadinya perubahan perilaku akan
membentuk sikap(Izzah, 2014).
Dari hasil penelitian menyatakan
seluruh petugas pengolah limbah telah
menggunakan APD sesuai pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi. Dari
hasil observasi dokumen, menyatakan SOP
untuk pemakaian APD pada petugas
pengolah limbah sudah ada. Sedangkan
dari hasil observasi langsung ditemukan
ada beberapa APD yang tidak tersedia
untuk petugas pengolah limbah, yaitu
pelindung mata atau pelindung wajah.
Ketersediaan fasilitas merupakan salah
satu hal yang berhubungan dengan
kepatuhan dan juga termasuk pemungkin
akan rendahnya penerapan kewaspadaan
universal di rumah sakit(Kartika &
Rahayu, 2017). Hal ini terjadi karena
ketidaktersedian sarana dan fasilitas di
rumah sakit unt memastikan kesehatan
lingkungan di rumah sakit(Nurzakiah,
2016).
Alat yang digunakan untuk
melindungi diri terhadap bahaya
kecelakaan kerja, dimana secara teknis
dapat mengurangi tingkat keparahan dari
kecelakaan kerja yang terjadi disebut
sebagai APD. Alat tersebut tidak dapat
menghilangkan bahaya hanya mengurangi
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
116
jumlah kontak dengan bahaya yaitu
melalui penempatan penghalang diantara
tenaga kerja dan paparan bahaya(ILO,
2013).
Aksebilitas APD akan menunjang
proses pengolahan limbah medis yang
merupakan bahan infeksius dan berbahaya
yang harus dikelola dengan sebaik
mungkin dan tidak menjadi sumber infeksi
penyakit bagi tenaga kerja(Arif, 2013).
Dari hasil penelitian dan obesrvasi secara
langsung, didapatkan bahwa akses APD
yang ada di RSUD Dr. Soegiri mudah
untuk dijangkau atau di akses oleh semua
petugas pengolah limbah, karena pengurus
telah menyediakan APD pada setiap
ruangan seperti sarung tangan dan masker,
letak dari APD tersebut mudah di jangkau
sehingga tidak menyulitkan pekerja untuk
memperolehnya.
WHO mengemukakan bahwa untuk
memperoleh perubahan perilaku seseorang
salah satunya dapat dilakukan dengan cara
pemberian informasi, dalam hal ini adalah
pelatihan. Dengan memberikan pelatihan
tentang cara bekerja dengan aman, cara
pelaksaan SOP yang baik dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat (pekerja) tentang hal tersebut.
Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan
akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Perubahan perilaku
melalui jalan ini membutuhkan waktu
lama, namun hasilnya akan relative lama
karena didasari oleh kesadaran pekerja
bukan paksaan(Indraddin & Irwan, 2016).
Dari penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pelatihan mempunyai
pengaruh yang cukup besar pada perilaku
seseorang, meskipun hal tersebut
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Namun apabila pelatihan dilakukan secara
rutin dan berkelanjutan maka akan lebih
baik dan efektif. Di RSUD Dr. Soegiri
sendiri responden hanya mengikuti
pelatihan penggunaan APD sebanyak 1
kali sehingga dapat dilakukan pelatihan
untuk lebih meningkatkan pengetahuan
pekerja agar perilaku pekerja akan
pentingnya penggunaan APD lebih baik
lagi dan perlahan-lahan berubah menjadi
meningkat.
Hasil penelitian di atas sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa
pengawasan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pekerja, semakin
sering di berikan pengawasan maka
pekerja pengolah limbah semakin patuh
menggunakan APD(Pratama, 2018). Bird
dengan tegas mengatakan bahwa penyebab
langsung terjadinya kecelakaan adalah
tindakan dan kondisi yang tidak aman.
Penyebab langsung ini timbul karena
pengawasan yang tidak cukup baik dari
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
117
pihak manajemen dan dengan demikian
jika dilihat dari penelitian ini, variabel
pengawasan ini sangat penting untuk jadi
perhatian karena perilaku para responden
karena ada pengawasan semata tentu
bukanlah sesuatu yang baik(Raodhah &
Gemely, 2014).
Teguran mengacu pada perilaku
positif bila segera diikuti oleh
penghilangan rangsangan yang
menurunkan tingkat perilaku dimasa depan
dan hal ini didikung oleh sebuah penelitian
dimana mengemukakan bahwa teguran
termasuk motivasi negatif hanya cocok
dilakukan untuk motivasi jangka pendek
saja sedang untuk memperoleh efek atau
jangka panjang, maka motivasi positiflah
yang lebih tepat digunakan(Sunarta, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Dr.
Soegiri bahwa responden pernah
mendapatkan teguran tentang kepatuhan
penggunan APD tetapi tidak rutin, hal ini
kurang baik karena masih ada pekerja yang
tidak patuh dalam pemakaian penggunaan
APD oleh sebab itu mendapatkan teguran,
sebaiknya pihak rumah sakit benar-benar
mengawasi, memberikan dan melakukan
hal-hal yang dapat menunjang pengetahuan
pentingnya APD agar tidak sampai ada
pekerja yang mendapatkan teguran.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh responden
menyatakan bahwa tidak pernah
mendapatkan hukuman/sanksi. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin pekerja tidak
pernah mendapatkan hukuman maka
petugas limbah akan semakin patuh
menggunakan APD. Kriteria penentuan
baik atau tidaknya kebijakan atau
peraturan itu adalah sejauh mana peraturan
itu disosialisasikan, adakah sanksi yang
jelas bila ada pekerja yang melanggarnya,
begitu pula sebaliknya apakah diberikan
penghargaan jika pekerja mematuhinya
dan lain sebagainya (Arianto, 2010). Tidak
jelasnya sanksi yang diberikan bagi
pekerja yang melanggar peraturan tersebut
dapat menimbulkan perilaku yang tidak
disiplin pada pekerja, karena pekerja hanya
mendapat teguran saja ketika melanggar.
Dengan begitu sebaiknya perlu
ditambahkan kebijakan untuk sanksi bagi
para pekerja yang melanggar, sehingga
perubahan perilaku pekerja dapat tercapai
dengan lebih baik.
Kesimpulan
Responden yang memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik, memiliki
kepatuhan dalam penggunaan APD baik
pula. Ketersediaan APD lengkap dan
aksesibilitas APD mudah, namun tidak
semua responden selalu patuh dalam
kepatuhan penggunaan APD dan
responden yang telah mendapatkan
pelatihan lebih dari sekali cenderung lebih
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
118
patuh. Pada pengawasan yang dilakukan
secara teratur, maka kepatuhan responden
dalam penggunaan APD cenderung lebih
baik. Responden yang tidak sering ditegur
maka kepatuhanya lebih tinggi dan seluruh
responden tidak pernah mendapatkan
hukuman /sanksi.
Saran
Mengadakan penyuluhan, pelatihan
maupun pembinaan tentang alat pelindung
diri seperti tentang bahaya dan pentingnya
APD, selain itu informasi tambahan untuk
menyegarkan kembali ingatan para
pekerja.
Daftar Pustaka
Arif, M. I. (2013). Studi penanganan
limbah padat infeksius di
Laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Makassar. Jurnal MKMI,
4(9), 230–235. Retrieved from
http://journal.unhas.ac.id/index.php/m
kmi/article/view/458/282
Chaniago, N. S. (2017). Perilaku
Organisasi.
ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Keselamatan dan Kesehatan
Sarana untuk Produktivitas.
https://doi.org/10.1016/j.cll.2012.10.0
02
Indraddin, & Irwan. (2016). Strategi dan
Perubahan Sosial.
Izzah, U. K. (2014). Studi Tentang Sikap
dan Perilaku Masyarakat (Pasien)
Pada Masa Keberlakuan Kebijakan
Jaminan Persalinan di RSUD
Kabupaten Jombang 2012. Jejaring
Administrasi Publik. Th II. Nomor, 8,
104–117.
Kartika, R., & Rahayu, S. R. (2017).
Analisis Faktor Individu dan Faktor
Penguat dengan Kepatuhan pada
Kewaspadaan Universal di Layanan
Kesehatan Universitas Negeri
Semarang , Indonesia Info Artikel
Abstrak. Public Health Perspective
Journal, 2(3), 206–214.
Kurniaty, Y., Nararaya, W. H. B.,
Turawan, R. N., & Nurmuhamad, F.
(2016). MENGEFEKTIFKAN
PEMISAHAN JENIS SAMPAH
SEBAGAI UPAYA
PENGELOLAAN SAMPAH
TERPADU DI KOTA MAGELANG.
Varia Justicia, 12(1).
Marliani, N. (2014). Pemanfaatan Limbah
Rumah Tangga ( Sampah Anorganik )
Sebagai Bentuk Implementasi. •
Jurnal Formatif, 4(2), 124–132.
Nurzakiah, A. (2016). Manajemen Risiko
Di Rumah Sakit, (March).
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1019.
0484
Pratama, A. K. (2018). Hubungan
Karakteristik Pekerja Dengan Unsafe
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 3, No. 2, April 2019
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10. 21111/jihoh.v3i2.2663 No. ISSN cetak : 2527-4686
119
Action Pada Tenaga Kerja Bongkar
Muat Di Pt. Terminal Petikemas
Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 4(1),
64.
https://doi.org/10.20473/ijosh.v4i1.20
15.64-73
Purwohandoyo, A. (2018). Analisis
Perbandingan Biaya Pengelolaan
Limbah Medis Padat Antara Sistem
Swakelola dengan Sistem
Outsourcing di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais.” Jurnal Administrasi
Rumah Sakit Indonesia, 2(3), 183–
193.
https://doi.org/10.7454/ARSI.V2I3.22
06
Raodhah, S., & Gemely, D. (2014). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada
Karyawan Bagian Packer PT Semen
Bosowa Maros Tahun 2014. Public
Health Science Journal, VI(2), 437–
449.
Satrianegara, M. F. (2016). Pendekatan
Analisis Manajemen Kebijakan
Dalam Pengelolaan Limbah Rumah
Sakit. Higiene, 2(2), 62–66.
Setiani, O. (2014). Evaluasi Manajemen
Limbah Padat Dan Cair Di Rsud
Mimika Evaluation Of Solid And
Waste Water Management At Rsud
Mimika. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 13(1).
Retrieved from
https://media.neliti.com/media/public
ations/4889-ID-evaluasi-manajemen-
limbah-padat-dan-cair-di-rsud-
mimika.pdf
Setyawati, S. (2018). Hospital
Environmental Performance, 7(1),
70–90.
Sunarta, A. (2007). Menjaga motivasi kerja
untuk meningkatkan kinerja
organisasi, (01), 60–70.
Utomo, S. (2012). Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B-3) Dan Keberadaannya Di
Dalam Limbah. KONVERSI, 1(1),
37–46.
Wahjono, H. D. (2007). Rancang Bangun
Sistem Database Kualitas Air
Limbah, 3(1), 73–80.
Waluyo, P. (2009). Kajian Teknologi
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
dan SNI Terkait. Jurnal JAI, 5(1).
Zakaria, F. M. (2017). Pengaruh kualitas
pelayanan dan sasaran keselamatan
pasien terhadap kepuasan pasien
rumah sakit prima husada malang.
JIMMU, 2(2), 98–107.