GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

58
GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN MINUM FULL FEED PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: M. ABDURRAHMAN FARIS NIM: 11141030000047 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Transcript of GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

Page 1: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN

MINUM FULL FEED PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU KOTA

TANGERANG SELATAN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

M. ABDURRAHMAN FARIS

NIM: 11141030000047

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …
Page 3: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

Page 4: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

iv

Page 5: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Alhamdulillahirabbill’aalamin, puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah

SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada

Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir

zaman.

Penelitian ini tentunya tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bimbingan,

bantuan, dukungan serta doa dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih kepada:

1. dr Hari Hendarto, SpPD selaku Dekan Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta serta seluruh tenaga pendidik yang selalu membimbing dan

memberikan arahan selama menjalani masa pendidikan di PSKPD FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr Yanti Susianti, SpA (K) dan Dr. dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, SpGK

selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing, mengarahkan dan

memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. dr Riva Auda, SpA, M. Kes dan dr Witri Ardini, M. Gizi, SpGK selaku dewan

penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberi kesempatan dalam

penyajian hasil penelitian ini.

4. Bapak Chris Adhiyanto, S.Si., M. Biomed., Ph.D. selaku penanggungjawab

modul riset yang selalu mengarahkan dan membimbing modul riset.

5. Kedua orang tua, keempat saudara, serta semua keluarga penulis yang telah

memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. Teman seperjuangan, Annisa Luthfi Hapsari yang telah bekerjasama dalam

persiapan dan penyelenggaraan penelitian ini.

7. Semua tenaga pengajar Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mengajarkan ilmu yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini.

Page 6: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

vi

8. Semua tenaga pengurus Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak membantu selama proses belajar-mengajar di kampus.

9. Semua pihak yang telah membantu berjalannya penelitian ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Penulis menyadari bahwa

penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis akan sangat terbuka

terhadap masukan-masukan yang ada untuk membuat penelitian yang lebih baik

kedepannya.

Ciputat, 19 Maret 2018

M. Abdurrahman Faris

Page 7: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

vii

ABSTRAK

Gambaran Krakteristik Bayi, Ibu, dan Keberhasilan Minum Full Feed Bayi

Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. 2017

Latar Belakang: Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab

tingginya angka kesakitan dan kematian bayi. Keberhasilan minum full feed (120

ml/kgBB/hari) dapat meningkatkan kualitas perawatan pada BBLR. Tujuan: Untuk

mengetahui karakteristik ibu dan bayi yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan

minum full feed BBLR. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional

dengan observasi data sekunder berupa rekam medis pasien BBLR di RSU Kota

Tangerang Selatan pada bulan Januari-Juli 2017. Hasil: Dari penelitian didapatkan

bahwa angka kejadian BBLR terbanyak pada kelompok ibu usia risiko rendah,

tingkat pendidikan menengah, antenatal care (ANC) teratur, jumlah paritas

multipara, dan dengan persalinan sectio caeserea (SC). Berdasarkan hasil,

karakteristik berat lahir (p = 0,000), usia gestasi (p = 0,009), dan riwayat penyakit

infeksi (p = 0,420) berpengaruh terhadap keberhasilan minum full feed. Kesimpulan:

Terdapat hubungan korelasi ringan hingga sedang antara karakteristik berat lahir, usia

gestasi, dan riwayat penyakit infeksi terhadap keberhasilan minum full feed BBLR.

Kata kunci: BBLR, faktor risiko BBLR, keberhasilan minum full feed

Page 8: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

viii

ABSTRACT

M. Abdurrahman Faris. Study Program of Medical Studies. Overview of Low

Birth Weight Infants’ Infant and Maternal Characteristics and Enteral Full

Feed. 2017

Background: Low birth weight (LBW) remains one of the main causes of newborns’

morbidity and mortality. Careful perinatal care is required to reduce its adverse

complications. Nutrition given to the infant is aimed to reach enteral full feed (120

cc/kg/day) for optimal perinatal care outcomes. Objective: To observe the

correlations between LBW risk factors and time required to reach enteral full feed.

Methods: The research was cross-sectional, using secondary data acquired by

observing medical records of LBW infants. Results: Based on the results shows that

birth weight (p = 0,000), gestational age (p = 0,009), and history of infectious

disease (p = 0,000) shows significant correlation towards LBW infants’ enteral full

feed. Summary: There are weak-to-moderate correlations between risk factors of

birth weight, gestational age, and history of infection diseases with enteral full feed

on LBW infants.

Key words: LBW, LBW risk factors, enteral full feed.

Page 9: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................................. vii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................ xi

BAB I ........................................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2

1.2.1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 2

1.2.2. Tujuan Khusus .................................................................................................... 2

1.3. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 3

1.3.1. Bagi Peneliti ......................................................................................................... 3

1.3.2. Bagi Institusi ........................................................................................................ 3

1.3.3. Bagi Masyarakat ................................................................................................. 3

BAB II ...................................................................................................................................... 4

2.1. Angka Kematian Bayi ................................................................................................. 4

2.2. Bayi Berat Lahir Rendah ........................................................................................... 4

2.3.1. Definisi ................................................................................................................. 4

2.3.2. Epidemiologi ........................................................................................................ 5

2.3.3. Faktor Risiko dan Patofisiologi BBLR .............................................................. 6

2.3.4. Perawatan BBLR ................................................................................................ 9

2.3. Pertumbuhan Janin .................................................................................................. 12

2.3.1. Sistem Pencernaan ............................................................................................ 14

2.3.2. Sistem Pernapasan ............................................................................................ 15

2.4. Keberhasilan Minum ................................................................................................ 16

2.4.1. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Minum ......................................... 19

2.5. Kerangka Teori ......................................................................................................... 20

2.6. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 21

2.7. Definisi Operasional .................................................................................................. 22

BAB III ................................................................................................................................... 27

Page 10: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

x

3.1. Desain Penelitian ....................................................................................................... 27

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................. 27

3.2.1. Waktu Penelitian ............................................................................................... 27

3.2.2. Tempat Penelitian ............................................................................................. 27

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................... 27

3.3.1. Populasi Target ................................................................................................. 27

3.3.2. Populasi Terjangkau ......................................................................................... 27

3.3.3. Teknik Pemilihan Sampel dan Besar Sampel ................................................. 28

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian ............................................ 29

3.4. Cara Kerja Penelitian ........................................................................................... 30

3.5.1. Analisis Data ...................................................................................................... 30

BAB IV ................................................................................................................................... 31

4.1. Deskripsi Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 31

4.1.1. Karakteristik Sampel Ibu ................................................................................. 31

4.1.2. Riwayat Penyakit Ibu ....................................................................................... 34

Tabel 4.2. Gambaran Riwayat Penyakit Ibu ....................................................................... 34

4.1.3. Karakteristik Sampel Bayi ............................................................................... 34

4.1.4. Riwayat Infeksi Bayi ......................................................................................... 36

Tabel 4.4 Gambaran Riwayat Infeksi Sampel Bayi ............................................................ 36

4.1.5. Kategori BBLR Sampel Bayi ........................................................................... 36

4.1.6. Keberhasilan Minum Full Feed Sampel Bayi ................................................ 36

4.2.1. Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kategori BBLR ........................... 37

4.2.2. Hubungan Kategori BBLR dengan Karakteristik Bayi ................................ 38

4.2.3. Hubungan Keberhasilan Minum Full Feed BBLR dengan Karakteristik

Sampel Bayi ....................................................................................................................... 39

4.3. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 41

BAB V .................................................................................................................................... 42

5.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 42

5.2. Saran .......................................................................................................................... 42

5.2.1. Untuk penelitian selanjutnya ........................................................................... 42

5.2.2. Untuk RSU Kota Tangsel ................................................................................. 43

5.2.3. Untuk Masyarakat ............................................................................................ 43

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 44

Page 11: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

xi

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi

AKN : Angka Kematian Neonatus

ANC : Antenatal Care

ASI : Air Susu Ibu

BBLASR : Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BBLSR : Bayi Berat Lahir Sangat Rendah

FEF : Full Enteral Feeding

FH : Follicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropin-Releasing Hormone

HMD : Hyaline Membrane Disease

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

KMK : Kecil untuk Masa Kehamilannya

LH : Luteinizing Hormone

NICU : Neonatus Intensive Care Unit

NKB : Neonatus Kurang Bulan

OMI : Oocyte Maturation Inhibitor

PDA : Patent Ductus Ateriosus

PJT : Pertumbuhan Janin Terhambat

ROS : Reactive Oxygen Species

RSU : Rumah Sakit Umum

SC : Sectio Caesarea

VGEF : Vascular Endothelial Growth Factor

Page 12: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) didefinisikan sebagai jumlah kematian bayi

berusia di bawah 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, AKB pada tahun

2015 adalah sebesar 22,3 per 1.000 kelahiran hidup, yang masih cukup besar

dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Singapura dengan AKB sebesar

1,8 per 1.000 kelahiran hidup.1,2

Selain AKB, juga dikenal istliah angka kematian

neonatus (AKN), yaitu jumlah kematian neonatus per 1.000 kelahiran hidup. Di

Indonesia, AKN pada tahun 2012 adalah sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.1

Kejadian BBLR dan kelahiran prematur menyebabkan 27% dari ±4 juta

kematian neonatus tiap tahun.2

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan bayi

lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Berat

lahir bayi diukur dalam 1 jam setelah kelahiran bayi.3 Kejadian BBLR berbeda-beda

pada setiap provinsi di Indonesia. Persentase riwayat BBLR pada balita (anak berusia

0-59 bulan) pada tahun 2013 antar provinsi di Indonesia berada pada rentang 7,2-

16,8%, terendah sebesar 7,2% pada provinsi Sumatera Utara, dan tertinggi sebesar

16,8% pada provinsi Sulawesi Tengah. Rata-rata persentase kejadian BBLR secara

nasional adalah 10,2%.4

Berat lahir rendah dapat meningkatkan risiko bayi mengalami gangguan

kesehatan. Berat lahir rendah berhubungan dengan gangguan pemberian nutrisi pada

janin dalam kandungan. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi berat lahir bayi

seperti faktor sosioekonomi dan faktor genetik. Selain itu, penyakit yang dialami ibu

pada masa kehamilan dan gaya hidup ibu juga berpengaruh pada berat lahir.1

Pemberian nutrisi yang baik dapat meningkatkan kualitas penanganan pada bayi baru

lahir, sehingga dapat menurunkan AKN. Pemberian nutrisi pada BBLR dipengaruhi

Page 13: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

2

oleh kemampuan bayi dalam minum dan mencerna.5 Pemberian minum (feeding)

yang sudah baik dinilai dengan menggunakan istilah full feed, yaitu bayi sudah dapat

minum ASI/formula yang sesuai sebanyak 120 ml/kgBB/hari.6

Standar full feed

dapat membantu menilai pemberian nutrisi pada BBLR di Rumah Sakit di Indonesia,

salah satunya di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Belum terdapat penelitian yang menjelaskan gambaran karakteristik BBLR di kota

Tangesel terhadap keberhasilan minum full feed. Bayi yang lahir dengan berat lahir

rendah dirawat pada bagian Perina NICU, oleh karena itu, peneliti merasa diperlukan

penelitian untuk melihat karakteristik ibu dan bayi terhadap kemampuan minum full

feed BBLR di Perina NICU RSU Kota Tangsel.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah bagaimana gambaran karakteristik sampel ibu, bayi, dan keberhasilan minum

full feed pada BBLR di Perina NICU RSU Kota Tangsel.

1.3. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dan

bayi BBLR dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Mengetahui karakteristik ibu dan bayi dari sampel penelitian.

b. Mengetahui gambaran berat lahir BBLR sampel penelitian.

c. Mengetahui gambaran keberhasilan minum full feed sampel penelitian.

d. Mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan kategori BBLR dari sampel

penelitian.

e. Mengetahui hubungan karakteristik bayi dengan kategori BBLR dari sampel

penelitian.

Page 14: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

3

f. Mengetahui hubungan karakteristik bayi dengan keberhasilan minum full feed

dari sampel penelitian.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah:

a. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian dengan metode deskriptif.

b. Mengetahui dasar mengenai perawatan dan pemberian nutrisi pada bayi baru

lahir.

c. Mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan BBLR.

d. Menyelesaikan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran

dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3.2. Bagi Institusi

Manfaat penelitian bagi institusi adalah:

a. Menambah referensi penelitan di FKIK UIN Syarif HIdayatullah Jakarta.

b. Memberikan gambaran karakteristik ibu, bayi, dan keberhasilan minum full

feed dan yang memengaruhi kejadian BBLR di RSU Kota Tangsel.

1.3.3. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian bagi masyarakat adalah:

a. Meningkatkan kewaspadaan terhadap faktor risiko BBLR.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memberikan perawatan pada

BBLR.

Page 15: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Angka Kematian Bayi

Definisi AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia

0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu. Angka kematian bayi

juga dapat didefinisikan sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia

satu tahun.1 Rumus yang digunakan untuk menyatakan AKB adalah sebagai berikut:

Di Indonesia, target pencapaian AKB berdasarkan Millenium Development

Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Peningkatan

akses dan kualitas pelayanan pada bayi baru lahir menjadi prioritas utama untuk

mengurangi AKB. Selain AKB, AKN juga digunakan untuk menilai kualitas

pelayanan kesehatan bayi baru lahir suatu tempat. Definisi AKN adalah angka yang

menunjukkan banyaknya kematian pada bayi dengan usia di bawah 28 hari pada

suatu tempat geografis, dari setiap 1000 kelahiran hidup pada satu periode waktu

tertentu (biasanya satu tahun). Terdapat sedikit penurunan AKN dari tahun 2003 yaitu

sebesar 20 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil ini sudah sesuai dengan SKDI 2007 yang

menargetkan AKN di bawah 20 per 1.000 kelahiran hidup.1

2.2. Bayi Berat Lahir Rendah

2.3.1. Definisi

Definisi BBLR adalah keadaan seorang bayi lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram, tanpa mempertimbangkan usia gestasi bayi tersebut. Berat

badan yang diukur adalah berat lahir, yaitu berat yang diukur dalam satu jam setelah

kelahiran.7 Berat lahir bayi diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: 1) bayi berat lahir besar

(BBLB), yaitu bayi dengan berat lahir di atas 4000 gram; 2) bayi berat lahir normal,

Page 16: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

5

yaitu bayi dengan berat lahir antara 2501 sampai 4000 gram; 3) bayi berat lahir

rendah (BBLR), yatu bayi dengan berat lahir antara 1501 sampai 2500 gram; 4) bayi

berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan berat lahir antara 1000 sampai

1500 gram; dan 5) bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bayi dengan

berat lahir di bawah 1000 gram.8

Berdasarkan penyebabnya, BBLR dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1) BBLR akibat kelahiran preterm/ prematur, disebut juga neonatus kurang bulan

(NKB), yaitu bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu; 2) BBLR

akibat hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, disebut juga pertumbuhan

janin terhambat (PJT), yaitu bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalan

janin, sehingga dapat menyebabkan bayi berukuran kecil untuk masa kehamilannya

(KMK), diukur dengan kurva usia berat banding usia gestasi berasa di bawah

persentil 10; dan 3) BBLR akibat gabungan dari keduanya.3,6

2.3.2. Epidemiologi

Prevalensi global BBLR adalah 15.5%. Dengan kata lain, sekitar 20,6 juta

bayi lahir dengan berat lahir rendah tiap tahunnya. Sekitar 96,5% dari jumlah tersebut

berasal dari negara berkembang. Prevalensi BBLR paling tinggi ada pada daerah

selatan-tengah Asia yaitu sebesar 27,1%, dan paling rendah di Eropa yaitu sebesar

6,4%. Prematuritas secara langsung menyebabkan 27% dari ± 4 juta kematian

neonatus secara global tiap tahunnya. Prematuritas dan PJT juga secara tidak

langsung menyebabkan kematian neonatus. Secara langsung maupun tidak langsung,

BBLR dapat menyebabkan 60-80% dari seluruh kematian neonatus.3,5

Di Indonesia, Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase BBLR di

Indonesia adalah sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi

Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).7 Kejadian BBLR

terjadi lebih sering terjadi pada golongan ibu dengan riwayat sosioekonomi rendah.

Faktor sosioekonomi merupakan salah satu faktor yang paling memengaruhi kejadian

berat lahir rendah.9

Page 17: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

6

2.3.3. Faktor Risiko dan Patofisiologi BBLR

Patofisiologi BBLR bergantung pada penyebab BBLR. Berat lahir bayi

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Faktor risiko penyebab BBLR dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Faktor ibu.

- Kehamilan pertama.

BBLR lebih banyak terjadi pada kehamilan pertama. Hasil ini

kemungkinan terjadi akibat rata-rata usia ibu pada kehamilan pertama

lebih rendah. Rata-rata usia ibu pada kehamilan pertama mendekati usia

<20 tahun. Pada kehamilan pertama, sistem reproduksi ibu mungkin

belum sepenuhnya matang dan tubuh ibu belum sepenuhnya siap untuk

hamil.10

- Usia berisiko.

Kehamilan pada umur <20 tahun merupakan faktor risiko BBLR

diperkirakan karena belum matangnya organ reproduksi untuk hamil.

Kehamilan pada umur >35 tahun merupakan faktor risiko BBLR

diperkirakan akibat sudah menurunnya kesehatan tubuh ibu. Usia berisiko

(<20 tahun dan >35 tahun) berisiko 1,58 kali lebih besar mengalami

BBLR dibandingkan dengan ibu usia tidak berisiko.11

- Gizi kurang saat hamil.

Hasil kehamilan yang optimal dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi yang

diterima oleh ibu. Seorang ibu mengalami perubahan metabolisme energi

selama kehamilan, sehingga ibu harus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

untuk kebutuhan ibu dan bayi. Kekurangan asupan nutrisi pada ibu

menyebabkan berkurangnya asupan energi protein. Energi protein penting

dalam fase pertumbuhan cepat, salah satunya pada pertumbuhan janin

pada masa gestasi. Peningkatan kebutuhan energi ibu selama masa

kehamilan adalah sebanyak 85 kkal/hari pada trimester pertama, 285

kkal/hari pada trimester kedua, dan 475 kkal/hari pada trimester ketiga.

Page 18: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

7

Selain energi protein, ibu juga membutuhkan mikronutrien lain seperti

omega 3, lisin, zat besi dan folat. Kebutuhan besi pada saat kehamilan

meningkat drastis dibandingkan dengan sebelum kehamilan, sehingga ibu

berisiko mengalami anemia defisiensi besi untuk memenuhi kebutuhan

besi janin. Kekurangan besi pada trimester pertama kehamilan dapat

berakibat pada gangguan pertumbuhan janin yang signifikan.12

- Hipertensi kehamilan.

Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi saat kehamilan

ditandai dengan meningkatnya tekanan darah di atas 140/90 mmHg pada

saat hamil. Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan dibagi menjadi

empat, yaitu: 1) hipertensi gestasional, yaitu saat hipertensi terjadi di atas

usia gestasi 20 minggu; 2) hipertensi kronis, yaitu hipertensi yang terjadi

sebelum kehamilan atau terjadi sebelum usia gestasi 20 minggu; 3)

preeklampsia (hipetensi disertai edema atau proteinuria) atau eklampsia

(hipertensi disertai kejang); dan 4) preeklampsia dengan hipertensi kronis.

Aliran darah terbagi ke plasenta, dan meningkatkan resistensi perifer

sirkulasi darah ibu. Selain itu, hipertensi bisa diperparah lesi vaskuler.

Jantung melakukan kompensasi untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi

darah perifer ke plasenta. Namun, usaha kompensasi jantung dapat gagal

memenuhi kebutuhan sirkulasi plasenta, sehingga janin kurang menerima

nutrisi dari darah. Kurangnya suplai nutrisi pada janin dapat menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat, yang menyebabkan BBLR.13

Namun pada

kebanyakan kasus, bayi lahir sebelum gangguan pertumbuhan berdampak

pada bayi secara ekstensif.14

- Diabetes Melitus tipe 2.

Diabetes Melitus disebabkan oleh gangguan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas. Peningkatan glukosa dalam darah menyebabkan peningkatan

kebutuhan insulin tubuh. Peningkatan kebutuhan insulin merangsang sel

beta pankreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin sebagai

kompensasi. Produksi insulin dalam kadar tinggi secara terus menerus

Page 19: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

8

menyebabkan rusaknya sel beta, sehingga produksi insulin berkurang dan

menyebabkan terjadinya hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah

sewaktu di atas 200 gr/dl). Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan

produksi berlebih reactive oxygen species (ROS). Kadar ROS berlebih

dalam darah meningkatkan risiko terjadinya kerusakan vaskular. Vascular

endothelial growth factor (VGEF) yang memperbaiki kerusakan vaskular

dapat menyebabkan terjadinya penyempitan atau sumbat pembuluh darah.

Penyempitan pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan perifer, yang

berlanjut pada kompensasi peningkatan tekanan darah dan berkurangnya

perfusi darah ke plasenta. Berkurangnya perfusi darah ke plasenta dapat

mengganggu suplai nutrisi janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat.

mengurangi suplai darah ke plasenta.14

- Infeksi saat kehamilan.

Kejadian infeksi dapat memengaruhi berat lahir bayi, meskipun belum

diketahui secara pasti bagaimana infeksi dapat menyebabkan berat lahir

bayi berkurang. Hubungan beberapa penyakit infeksi dengan kehamilan

telah diteliti, seperti infeksi malaria dan tuberkulosis. Beberapa penelitian

mengemukakan bahwa infeksi tuberkulosis dan infeksi malaria pada

wanita hamil dapat menyebabkan peningkatan risiko kesehatan pada bayi

baru lahir, seperti prematuritas, berat lahir rendah, dan PJT.15,16

2) Faktor janin.

- Faktor genetik.

Sekitar 40-50% variasi dari berat lahir berhubungan dengan faktor genetik

janin.17

Bayi yang memiliki variasi genetik yang mendukung terjadinya

diabetes melitus tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi lahir dengan berat lahir

rendah. Alel yang berhubungan dengan berat lahir rendah terdapat pada

lokus ADCY5, CDKAL1 dan HHEX-IDE pada bayi. Ketiga alel tersebut

juga berhubungan dengan predisposisi orang yang mengalami diabetes

melitus tipe 2.17,18

Page 20: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

9

- Kehamilan ganda/kembar.

Kehamilan ganda/kembar adalah keadaan ibu hamil dengan lebih dari satu

fetus. Kehamilan ganda dibagi berdasarkan jumlah fetus yang dikandung

ibu. Kehamilan ganda paling sering terjadi dengan memiliki dua janin atau

kembar dua. Kehamilan kembar dua terdapat pada sekitar 1% dari seluruh

kehamilan dan berhubungan dengan 10% dari seluruh mortalitas prenatal.

Risiko kematian prenatal bayi kembar lebih tinggi 2 hingga 3 kali lipat

dari bayi yang lahir tidak kembar. Dibandingkan dengan berat lahir bayi

tunggal, bayi lahir kembar memiliki berat lahir sekitar 700 gram lebih

rendah, dan usia gestasi 2-3 minggu lebih cepat.19

3) Faktor Plasenta.

- Perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum didefinisikan sebagai perdarahan dari atau

kedalam organ genitalia, yang terjadi dari minggu ke-24 kehamilan hingga

sebelum kelahiran bayi. Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta

previa dan abrupsio plasenta, dan dapat mengurangi suplai darah janin

pada masa kehamilan sehingga menghambat tumbuh kembang janin.20

- Komplikasi kehamilan lain (pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini,

plasenta previa, hemangioma plasenta).11

2.3.4. Perawatan BBLR

Perawatan bayi baru lahir yang baik diperlukan untuk mencapai hasil

tumbuh kembang bayi yang optimal. Hal- hal yang harus diamati segera setelah bayi

baru lahir adalah: 1) usia gestasi; 2) kejernihan ketuban; 3) bayi bernapas; dan 4)

tonus otot bayi.5 Cara yang biasa digunakan untuk menilai bayi baru lahir adalah

skoring APGAR. Skoring APGAR bertujuan untuk menilai 5 komponen bayi saat

lahir, yaitu frekuensi nadi, tonus otot, kemampuan refleks bayi, dan warna kulit saat

lahir. Skor APGAR dinilai segera pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran.

Page 21: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

10

Skor APGAR dijelaskan sebagai berikut:

Tanda \ Skor 0 1 2

Appearance

(warna kulit)

Pucat Badan merah

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerah-merahan

Pulse rate

(frekuensi nadi)

Tidak ada <100 >100

Grimace (reaksi

rangsang)

Tidak ada Sedikit gerakan

mimik (grimace)

Batuk/ bersin

Activity (tonus

otot)

Tidak ada Ekstremitas dalam

sedikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration

(pernaasan)

Tidak ada Lemah/ tidak

teratur

Baik/ menangis

Tabel 2.1 Skor APGAR (American Academy of Pediatrics)

Meskipun demikian, skor APGAR tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya

penentu terapi resusitatif pada bayi baru lahir. Meskipun demikian, skor APGAR

yang tidak mengalami penrbaikan antara menit ke-0 dan menit ke-10 mungkin dapat

menandakan bahwa bayi membutuhkan terapi resusitasi tambahan.

Tujuan dari perawatan pada bayi baru lahir adalah:

1) Kemampuan bernapas spontan.

Bayi baru lahir umumnya akan bernapas spontan. Setelah kelahiran, ductus

arteriosus pada bayi mulai menutup, sehingga suplai darah plasenta dari bayi

akan berhenti. Tekanan darah akan berpindah, dari sebelumnya menuju

plasenta menjadi menuju paru. Janin yang baru mengalami hipoksia akan

terus mengalami peningkatan tekanan pembuluh darah paru, dan tekanan paru

yang rendah akan menginisiasi bayi untuk menghirup udara dari luar.

Kegagalan bayi untuk bernapas langsung segera setelah lahir atau asfiksia

neonatorum menyebabkan bayi mengalami hipoksia, yang dapat

menyebabkan kerusakan organ atau bahkan kematian. Kegagalan bernapas

Page 22: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

11

neonatus ditandai dengan bayi tidak menangis dan kulit yang nampak

membiru akibat hipoksia.21

2) Pencegahan hipotermia.

Temperatur tubuh bayi berada sekitar 0,5˚C di atas suhu tubuh ibu. Segera

setelah kelahiran, bayi mendapatkan stimulus simpatik dari rangsangan dingin

dari dunia luar, peningkatan oksigen, dan inisiasi penggunaan otot-otot

pernapasan. Metabolisme jaringan lemak coklat mengaktifkan termoregulasi

untuk meningkatkan suhu tubuh bayi.21

Bayi harus diselimuti dengan kain

yang bersih dan hangat segera setelah kelahiran untuk menjaga agar bayi tidak

mengalami hipotermia. Bila dibutuhkan, bayi juga dapat diletakkan di bawah

cahaya lampu untuk menghangatkan bayi.5

3) Inisiasi menyusui dini (IMD).

ASI memiliki banyak keunungan untuk ibu dan anak. ASI mengandung

nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dalam 6 bulan pertama kehidupan.

Pemberian ASI dapat melindungi bayi dari diare dan pneumonia, dan

mengurangi risiko bayi mengalami obesitas pada masa balita hingga remaja.

Pemberian ASI harus dilakukan sesegera mungkin dalam satu jam pertama

kehidupan.22

4) Pencegahan infeksi.

Infeksi dapat berdampak pada kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan

fetus. Meskipun fetus mendapat imunitas dari ibu, fetus tetap berisiko terpapar

infeksi terutama setelah trimester pertama. Infeksi primer dapat memberikan

dampak negatif yang lebih parah dibandingkan dengan infeksi sekunder. Agen

kausatif yang menyebabkan infeksi pada fetus bermacam-macam, sehingga

dibutuhkan pemeriksaan baik saat dan setelah kehamilan.23

5) Deteksi tanda-tanda bahaya.

Pada perawatan bayi baru lahir dilakukan penilaian kesehatan, sehingga dapat

diketahui tanda-tanda bahaya atau gangguan kesehatan yang dimiliki oleh

bayi.5

Page 23: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

12

2.3. Pertumbuhan Janin

Bayi baru lahir mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Perbedaan

tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik, nutrisi, dan usia gestasi yang

bervariasi. Bila dilihat dari usia gestasinya, semakin lama masa gestasi, semakin

dewasa pula pertumbuhan janin sebelum lahir.24

Pertumbuhan janin menurut usia

gestasinya dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Gambar 2.1 Pertumbuhan janin berdasarkan usia gestasi (Wiiliams Obstetry and

Gynecology, ed. 24)

Page 24: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

13

Usia

Gestasi

(minggu)

Keterangan

12 Uterus dapat dipalpasi di atas simfisis pubis, dan ukuran fetus sektar 6-7 cm.

pusat osifikasi telah terbentuk pada sebagian besar tulang fetus, dan jari-jemari

telah berdiferensiasi. Kulit dan kuku sudah mulai berkembang, dan telah

terbentuk bakal-bakal rambut. Genitalia eksterna sudah dapat menandakan

jenis kelamin, dan fetus mulai bergerak spontan.

16 Fetus sepanjang 12 cm, dengan berat skitar 110 gram. Jenis kelamin bisa

ditentukan dengna inspeksi genitalia eksterna pada minggu ke-14.

20 Periode ini merupakan pertengahan kehamilan. Berat fetus sudah mencapai

300 gram. Berat fetus sudah mulai meningkat secara linera. Fetus mulai

bergerak tiap menit. Kulit fetus menjadi tidak terlalu transparan. Rambut di

kulit kepala sudah mulai berkembang.

24 Berat fetus sekitar 630 gram. Kulit mulai berkerut, dan deposisi lemak mulai

terjadi. Kepala masih sangat besar dibandingkan dengan tubuh. Alis dan bulu

mata mulai terlihat. Periode perkembangan paru-paru (pembesaran bronkus

dan bronkiolus, perkembangan duktus alveolus) hampir selesai. Fetus yang

terlahir pada periode ini sudah dapat mulai mencoba bernapas, namun

kebanyakan tidak dapat hidup akibat sakkus terminalis yang dibutuhkan untuk

pertukaran gas belum terbentuk.

28 Fetus sepanjang 25 cm, dan memiliki berat sekitar 1100 gram. Lapisan kulit

tipis berwarna kemerahan dan tertutupi oleh vernix caseosa. Membran pupil

sudah menghilang dari mata. 90% neonatus yang terlahir pada periode ini

(tanpa gangguan kesehatan lain) dapat bertahan hidup tanpa kelainan

neurologis dan fisik.

32 Fetus sepanjang 28 cm, dan memiliki berat sekitar 1800 gram. Permukaan

kulit masih merah dan berkerut.

36 Rerata panjang fetus adalah 32 cm, dan memiliki berat sekitar 2500 gram.

Akibat deposisi lemak subkutan, tubuh fetus sudah mulai membundar, dan

kerutan-kerutan mulai tidak terlihat.

40 Periode ini dianggap sebagai onset dari HPHT. Fetus sudah berkembang

dengan matang. Rerata panjang fetus sekitar 36 cm, dengan berat sektiar 3400

gram.

Page 25: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

14

Tabel 2.2 Pertumbuhan janin berdasarkan usia gestasi (Wiiliams Obstetry and

Gynecology, ed. 24)

Faktor yang paling mempengaruhi keberhasilan minum full feed adalah

kemampuan pernapasan dan kemampuan menelan bayi, yang berhubungan dengan

pertumbuhan dan perkembangan sistem pernapasan dan pencernaan bayi.

2.3.1. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan berasal dari hasil perkembangan lipatan sefalokaudal dan

lateral pada bagain endoderm. Bagian-bagian tersebut nantinya akan berkembang

menjadi foregut dan hindgut, dan kemudian akan berkembang lebih jauh menjadi

bakal faring. Perpanjangan bakal faring akan bersambungan dengan midgut dan

hindgut, yang akan membentuk saluran pencernaan.25

Pembentukan sistem organ pencernaan berbeda-beda berdasarkan bakal

tumbuhnya. Esofagus mulai terbentuk dari pembelahan divertikulum pernapasan pada

minggu ke-4 perkembangan embrio. Divertikulum terbagi secara anteroposterior, dan

esofagus terbentuk dari saluran yang terbentuk pada bagian dorsal. Selanjutnya, akan

mulai terbantuk jaringan otot halus dan persarafan di sekitar esofagus secara bertahap

hingga bayi lahir.25

Lambung terbentuk akibat dilatasi foregut pada minggu ke-4 perkembangan

embrio. Perubahan akan terjadi secara terus menerus selama masa perkembangannya,

melingkupi aspek posisi dan ukuran. Selama masa perkembangannya, lambung akan

berputar secara horizontal dengan poros anteroposterior. Selain itu, lambung juga

akan terbagi menjadi 3 bagian. Perkembangan akan terus berlanjut sampai bayi

lahir.25

Bagian akhir dari foregut dan bagian awal dari midgut menyatu dan

membentuk duodenum. Duodenum mengikuti perputaran dari lambung dan

membentuk lengkungan, yang akan tumbuh secara cepat sambil membentuk bakal

pankreas.25

Usus besar berproliferasi dari hindgut, yang juga merupakan bakal dari bagian

distal dari anus. Seiring dengan perkembangan embrio, akan terbentuk septum yang

Page 26: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

15

memisahkan antara bagian urogenital dan rektum, yang disebut sebagai urorectal

septum. Kelainan pada sistem pencernaan dapat mengganggu proses intake nutrisi

pada bayi baru lahir, yang dapat dilihat dari kemampuan bayi untuk menelan dan

buang air besar.25

Gangguan pencernaan pada duodenum dan saluran cerna pada bayi

BBLR dapat disebabkan akibat perubahan struktur usus yang belum tumbuh matang,

dan dapat menyebabkan gangguan penyerapan mikronutrien seperti besi, zinc dan

iodin, yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan di kemudian hari.26

Gangguan petumbuhan pada jantung juga dapat menyebabkan iskemia jaringan

saluran cerna, sehingga terjadi gangguan saluran cerna yang dapat menyebabkan

necrotizing enterocolitis (NEC).27

Hepar mulai terbentuk pada minggu ke-3 dari pertumbuhan epitel endoderm

pada bagian distal foregut. Pertumbuhan ini membentuk divertikulum hepatik (bakal

hepar). Proliferasi cepat jaringan ini akan mempersempit jarak dengan bakal

duodenum sambil membentuk kelenjar empedu.25

2.3.2. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan mulai terbentuk dengan pembentukan divertikulum

pernapasan dari hasil pertumbuhan dinding ventral foregut pada minggu ke-4.

Pertumbuhan endoderm berlanjut secara terus-menerus hingga membentuk epitel

baian dalam dari laring, trakea, bronkus dan paru-paru. Sedangkan pertumbuhan

endoderm akan membentuk jaringan kartilago, otot, dan jaringan ikat.25

Laring terbentuk dari proliferasi endoderm dan mesenkim. Endoderm akan

membentuk bagian dalam laring, sedangkan mesenim akan membentuk jaringan

kartilago dan otot. Proliferasi mesenkim yang terus-menerus akan membentuk

perubahan yang sangat terlihat pada struktur kartilago, sehingga membentuk kartilago

krikoid, tiroid, dan aritenoid. Pertumbuhan akan terus berlanjut hingga bentuk laring

yang matang dapat terlihat.25

Saat memisah dari foregut, bakal paru membentuk 2 kantung, yang akan

menjadi bakal bronkus. Pada awal minggu ke-5, masing-masing kantung akan

Page 27: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

16

membesar dan membentuk bronkus-bronkus sekunder (2 bronkus pada bagian kanan,

3 bronkus pada bagian kiri). Pembentukan sejumlah bronkus ini menjadi bakal

pembagian lobus paru dewasa. Pembesaran bronkus ini juga akan membentuk kanal

antar jantung dan rongga peritoneal, yang nantinya juga akan membentuk pleura.25

Fase pertumbuhan penting pada paru-paru terjadi pada minggu ke-20 sampai 28

gestasi. Pada masa ini, mulai terbentuk surfaktan, senyawa yang memfasilitasi

pertukaran gas di paru-paru. Pada minggu ke-34, surfaktan, saraf dan otot paru-paru

sudah dapat mendukung pernapasan pertama bayi. Jumlah surfaktan akan sangat

meningkat pada 2 minggu terakhir gestasi. Tanpa surfaktan, alveolus bayi akan

kolaps pada pernapasan pertamanya yang disebut sebagai hyaline membrane disease

(HMD).25,28

2.4. Keberhasilan Minum

Selain perawatan luar yang baik, neonatus juga membutuhkan asupan nutrisi

yang cukup. Perawatan nutrisi pada neonatus bertujuan agar bayi dapat bertahan

hidup dan menjaga tumbuh kembang yang baik, serta menghindari komplikasi terkait

kekurangan nutrisi. Percobaan pemberian minum pada bayi harus dilakukan sesegera

mungkin setelah kelahiran, setelah bayi dipastikan dalam keadaan stabil.

Pilihan utama pemberian minum pada bayi baru lahir adalah air susu ibu

(ASI) dari ibu kandung. Bila ibu kandung tidak dapat memberikan ASI, maka bayi

dianjurkan untuk minum ASI donor. Bila bayi tidak dapat diberi minum dengan ASI,

maka digunakan susu formula khusus BBLR dan bayi prematur, hingga usia 6 bulan.

Selain itu, BBLSR juga dianjurkan untuk menerika suplemen vitamin D sebanyak

400 sampai 1.000 i.u. per hari hingga usia 6 bulan. Selain suplemen vitamin D,

BBLSR juga dianjurkan untuk menerima suplai kalsium (120-140 mg/kgBB/hari) dan

fosfor (60-90 mg/kgBB/hari). BBLSR yang menerima ASI harus menerima suplemen

besi 2-4mg/hari, dimulai dari usia 2 minggu sampai 6 bulan.29

Rekomendasi

pemberian nutrisi pada bayi baru lahir berdasarkan jenis nutrisinya yaitu:

a. Energi

Page 28: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

17

- BBLN : 105-130 kkal/kgBB/hari.

- BBLR : 110-135 kkal/kgBB/hari.

- BBLSR & BBLASR : 150 kkal/kgBB/hari.

b. Protein

- NCB : 2-3 gram/kgBB/hari, dengan rasio protein/energi 1,8-2,7

gram/100 kkal.

- NKB : 3,5-4,5 gram/kgBB/hari, dengan rasio protein/energi 3,2-

4,1gram/ 100 kkal.

c. Lipid: 5-7 gram/kgBB/hari (40-50% dari total energi).

d. Karbohidrat: 10-14 gram/kgBB/hari (40-50% dari total energi).

Kebutuhan nutrisi harus disesuaikan dengan berat dan usia gestasi neonatus.

Kebutuhan nutrisi pada neonatus dapat dipenuhi melalui dua cara, yaitu:

1) Pemberian nutrisi enteral

Nutrisi diberikan pada bayi melalui sistem pencernaan. Pemberian minum

pertama pada bayi dianjurkan secara oral bila memungkinkan. Pemberian

minum dapat diberikan langsung dari payudara ibu, dari gelas, dan dari

sendok. Pemberian minum pada bayi harus memperhatikan tanda-tanda bayi

kelaparan, dan bila bayi sudah tertidur lebih dari 3 jam.30

Berdasarkan target volume dan waktu pemberiannya, pemberian nutrisi

enteral pada bayi baru lahir dibagi menjadi dua, yaitu:

- Trophic enteral feeding

Trophic enteral feeding adalah pemberian minum dengan volume terkecil

nutrisi enteral yang dapat diberikan pada bayi yang belum dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, namun dapat memberikan dampak

positif bagi perkembangan sistem gastrointestinal dan sistemik pasien.

Pada sebagian besar rumah sakit, trophic enteral feeding diberikan dengan

volume sebesar 10-12 ml/kgBB/hari. Bila kebutuhan nutrisi bayi sudah

25% terpenuhi melalui pemberian minum, maka pemberian minum sudah

tidak dapat disebut sebagai trophic enteral feeding.30

Page 29: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

18

- Full enteral feeding

Full enteral feeding (FEF atau full feed) dapat dipahami sebagai

pemberian minum dengan volume nutrisi enteral yang diberikan pada bayi

baru lahir yang sudah dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Full feed

merupakan salah satu prioritas pada tata laksana BBLR dan prematur,

karena dapat mengurangi kebutuhan infus vena sentral sehingga risiko

infeksi berkurang. Setelah dapat mencapai full feed, lama rawat bayi juga

akan berkurang. Bila bayi tidak dapat mencapai full feed dalam waktu

yang lama, bayi berisiko mengalami keterlambatan adaptasi

gastrointestional yang dapat menyebabkan penyakit terkait sistem

gastrointestional di kemudian hari.

Pemberian nutrisi full feed dapat terhambat bila bayi mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan sistem gastrointestinal, misalkan pada

bayi prematur dan PJT.30,31

BBLSR mungkin membutuhkan pemberian minum melaului intragastric tube

(pipa lambung) dapat diberikan melalui hidung atau mulut. Pada BBLSR,

pemberian minum dapat ditingkatkan hingga 30 ml/kgBB/hari sesuai dengan

peningkatan toleransi minum bayi.29

2) Pemberian nutrisi parenteral

Bila nutrisi tidak dapat mencapai target hanya dengan jalur enteral, maka

dapat diberikan nutrisi bantuan melalui jalur parenteral. Pemberian nutrisi

parenteral didefinisikan sebagai pemberian nutrisi pada bayi melalui

pembuluh darah vena. Pemberian nutrisi parenteral hanya dilakukan apabila

pemberian nutrisi enteral tidak dapat dilakukan, tidak dapat memenuhi target

kebutuhan nutrisi, atau bila pemberian nutrisi enteral dirasa berbahaya

(misalnya apabila bayi mengalami kelainan sistem pencernaan). Segera

setelah bayi dirasa mampu, nutrisi enteral harus segera diberikan

menggantikan jalur parenteral. Pemberian nutrisi enteral harus diberikan

Page 30: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

19

secara bertahap untuk menghindari risiko efek samping yang mungkin terjadi

akibat pemberian nutrisi parenteral jangka lama.

Pemberian nutrisi yang tidak adekuat pada awal masa kelahiran dapat

memengaruhi kesehatan metabolik janin dalam menghadapi paparan penyakit selama

bayi tumbuh dalam waktu yang lama.32

2.4.1. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Minum

Pemberian minum pada bayi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Organ

pencernaan, pernapasan, kardiovaskular dan sistem saraf harus sudah tumbuh dengan

baik, tanpa kelainan kongenital, dan tanpa dipengaruhi efek terapi apapun agar bayi

dapat minum dengan baik.33

Dalam 6 bulan pertama kehidupan, bayi menerima nutrisi melalui minum,

baik dari ASI atau formula bayi. Bayi memiliki reflek menghisap/minum agar dapat

menerima nutrisi dari minuman yang diberikan. Menurut sumber nutrisinya, gerakan

minum bayi dibagi menjadi dua, yaitu breastfeeding nutrition (pemberian ASI

eksklusif) dan bottle-feeding nutrition (pemberian lewat botol). Saat minum, bayi

mmengalami 3 fase gerakan, yaitu menghisap, menelan, dan bernapas. Bayi

melakukan gerakan menekan pada cairan yang didapat dari sumber luar, sehingga

terjadi tekanan yang menghisap masuk ke rongga mulut. Tekanan pada rongga mulut

terhadap cairan akan membentuk bolus cairan. Bolus cairan yang telah terbentuk akan

diarahkan ke bagian saluran pencernaan selanjutnya melalui proses menelan. Gerakan

menghisap dan menelan harus terkoordinasi dengan baik dengan gerakan bernapas.

Gangguan pada tahapan proses minum dapat menyebabkan keterlambatan minum

pada bayi.33

Page 31: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

20

2.5. Kerangka Teori

Page 32: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

21

2.6. Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel Terikat

Variabel Bebas

Page 33: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

22

2.7. Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

ukur

Skala

1. Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR)

Bayi baru lahir dengan

berat badan lahir kurang

dari 2500 gram.

Kriteria:

1. BBLASR <1000

gram

2. BBLSR 1000-1500

gram

3. BBLR <2500 gram

Rekam

medik

Observasi

dokumen

Ordinal

2. Keberhasilan

minum full feed

Berapa hari yang

dibutuhkan bayi untuk

minum sebanyak

120ml/kgBB/hari.

Krtieria:

1. 1-3 hari

2. 4-7 hari

3. >7 hari

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

3. Usia Gestasi Lama janin berada

dalam rahim.

Kriteria:

1. EP <28 minggu

2. VP 28-32 minggu

3. MLP 33-36 minggu

4. Aterm ≥ 37 minggu

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

4. Skor Apgar Cara mengukur kondisi

fisik bayi baru lahir.

Kriteria:

1. Normal 7-10.

2. Asfiksia ringan 4-6.

3. Asfiksia berat 0-3.

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

Page 34: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

23

Tabel 2.2. Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

ukur

Skala

5. Riwayat

penyakit infeksi

Bayi memiliki riwayat

terkena penyakit infeksi.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

6. Lahir kembar Bayi yang lahir dari

kehamilan dengan lebih

dari 1 janin.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

7. Diabetes Melitus

tipe 2

Riwayat ibu mengalami

penyakit metabolik

akibat kegagalan

produksi insulin oleh

pankreas.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

8. Riwayat

hipertensi

kehamilan dan

preeklampsia

berat.

Riwayat pasien

mengalami peningkatan

tekanan darah di atas

140/90 mmHg baik

sebelum maupun

sesudah 10 minggu

kehamilan.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

Page 35: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

24

Tabel 2.2. Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

ukur

Skala

9. Eklampsia Kejang pada wanita

hamil yang disertai

tekanan darah tinggi.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

ordinal

10. Anemia Defisiensi eritrosit atau

dalam darah kurang dari

12g/dl.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

11. Infeksi Riwayat ibu mengalami

penyakit infeksi akibat

pathogen selama

kehamilan.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

12. Jumlah paritas Jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin

hidup di luar rahim.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

13. Usia ibu Usia ibu saat

melahirkan.

Kriteria:

1. Risiko tinggi, <20

atau >35 tahun.

2. Risiko rendah, 20-35

tahun.

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

Page 36: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

25

Tabel 2.2. Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

ukur

Skala

14. Pendidikan

terakhir ibu

Tingkat pendidikan

terakhir ibu sebelum

melahirkan.

Kriteria:

1. Pendidikan rendah

(≥SMP)

2. Pendidikan

menengah

(SMA/SMK)

3. Pendidikan tinggi

(≥D3)

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

15. Cara persalinan Cara ibu melakukan

persalinan bayi

Kriteria:

1. Spontan

2. Sectio caesarea

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

16. Riwayat ketuban

pecah dini

Riwayat ketuban pecah

sebelum waktunya pada

masa kehamilan.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

17. Perdarahan

antepartum

Riwayat perdarahan

pada kehamilan antara

usia gestasi 24 minggu

sampai menjelang

kelahiran.

Kriteria

1. Ya

1. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

Page 37: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

26

Tabel 2.2 Definisi Operasional (lanjutan)

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

ukur

Skala

18. Riwayat plasenta

previa

Riwayat mengalami

plasenta yang

berimplintasi pada

bagian bawah rahim,

yang dapat menutupi

jalan lahir.

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

19. Oligohidramnion Air ketuban kurang dari

normal, yaitu 500 cc

Kriteria:

1. Ya

2. Tidak

Rekam

medis

Observasi

dokumen

Ordinal

Page 38: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan potong lintang (cross sectional)

dan metode deskriptif untuk mengetahui gambaran hubungan faktor risiko BBLR

terhadap keberhasilan minum full feed. Penelitian ini meliputi pengambilan data dari

data sekunder berupa rekam medis pasien, analisis data, interpretasi data hasil

penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2017.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian RSU Kota Tangsel.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah BBLR.

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi yang digunakan adalah BBLR pada Perina Neonatus Intensive Care

Unit (Perina NICU) mulai dari tanggal 1 Januari hingga 31 Juli 2017 di RSU Kota

Tangsel. Kelompok pada penelitian ini adalah karakteristik ibu, bayi, dan

keberhasilan minum full feed.

Page 39: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

28

3.3.3. Teknik Pemilihan Sampel dan Besar Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dari rekam

medis pasien BBLR sesuai dengan kriteria inklusi dimulai dari bulan Januari 2017

hingga Juli 2017 di RSU Kota Tangsel. Perhitungan sampel adalah sebagai berikut:

Deskriptif kategorik

Keterangan:

n = Besar sampel.

= Deviat baku nilai α = 5% sehingga Zα = 1.96.

P = Proporsi kategori variabel yang diteliti.27

Q = 1 – P (50%).

d2 = Presisi dengan besar 10%.

Ditambah dengan 10% dari sampel untuk menjaga subjek drop out sehingga total

sampel menjadi 106.

Analitik kategorik tidak berpasangan:

n = [ √ √

]

2

Keterangan:

n = besar sampel.

Z = derivat baku normal untuk .

Z = derivat baku normal untuk .

Page 40: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

29

= tingkat kemaknaan.

= power penelitian.

P = proporsi total = (P1 - P2)/2.

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti.

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya.

Q = 1 - P

Q1 = 1 – P1

Q2 = 1 – P2

Diketahui:

Zα = 1,96

Zβ = 0,84

P1 = 0,7

P2 = 0,5

P = 0,6

Q = 0,4

Q1 = 0,3

Q2 = 0,5

dengan menggunakan kesalahan tipe I 5%, hipotesis dua arah, kesalahan tipe II

20% dan P2 sebesar 0,5, maka besar sampel yang diperlukan:

n1 = n2 = √ √

]2

n 1 = n2 = 88 sampel

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian

Kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. BBLR yang dirawat di Perina NICU dari bulan Januari-Juli 2017.

Page 41: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

30

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. BBLR dengan anomali kongenital.

b. BBLR yang putus perawatan akibat meninggal sebelum tercapainya

keberhasilan minum full feed.

c. Pasien yang datang kembali setelah dipulangkan dari Perina NICU.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Analisis Data

Data rekam medis yang telah diperolah akan dianalisa menggunakan software

IBM SPSS versi 25.

Pengajuan proposal penelitian dan

perizinan pengambilan data rumah

sakit

Pembuatan proposal penelitian

Persiapan penelitian

Sesuai dengan kriteria inklusi Tidak sesuai dengan kriteria

inklusi/ sesuai dengan kriteria

eksklusi

Pengambilan data rekam medik

Menentukan jumlah sampel yang

mungkin diambil

Menentukan kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi

Penyajian hasil dan kesimpulan

Pengambilan dan pengolahan data

Page 42: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan dengan menganalisis data sekunder, yaitu rekam medis,

dari BBLR yang dirawat dari tanggal 1 Januari sampai 31 Juli 2017 di RSU Kota

Tangsel. Dari hasil pengambilan data tersebut, terdapat sebanyak 132 pasien BBLR.

Dari 132 pasien, terdapat sebanyak 88 pasien yang memeuhi kriteria inklusi sampel

penelitian.

4.1. Deskripsi Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Karakteristik Sampel Ibu

Tabel 4.1. Gambaran Karakteristik Sampel Ibu

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Usia ibu

<20 tahun 1 1,1

20-35 tahun 70 79,5

>35 tahun 12 13,6

Tidak ada data 5 5,7

Pendidikan ibu

<SMP 9 10,2

SMP 18 20,5

SMA/SMK 45 51,1

D3/S1 12 13,6

Tidak ada data 4 4,5

ANC

Teratur 70 79,5

Tidak teratur 13 14,8

Tidak ada data 5 5,7

Jumlah paritas

Primipara 29 33

Multipara 56 63,6

Grandepara 2 2,3

Tidak ada data 1 1,1

Page 43: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

32

Tabel 4.1. Karakteristik sampel ibu (lanjutan)

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Persalinan

Spontan 42 47,7

Sectio caesarea (SC) 45 51,1

Tidak ada data 1 1,1

Total 88 100

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan usia dari ibu yang melahirkan BBLR adalah

pada usia 20-35 tahun, yaitu sebanyak 70 orang (79,5%). Bila dikategorikan

berdasarkan risiko, maka sebanyak 70 bayi dilahirkan dari ibu pada usia berisiko

rendah melahirkan BBLR (20-35 tahun) dan 13 (14,7%) bayi dilahirkan dari ibu pada

usia berisiko tinggi melahirkan BBLR (<20 tahun dan >35 tahun). Sebelumnya,

penelitian oleh Rokhmah yang menunjukkan hasil sebanyak 53,1% dari total BBLR

yang dilahirkan berasal dari ibu pada kelompok usia risiko rendah, sehingga lebih

banyak BBLR yang lahir dari ibu usia risiko rendah dibandingkan dengan ibu usia

risiko tinggi.34

Namun, hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Wiknjosastro tahun 2007 yang menyatakan usia reproduksi sehat

adalah usia 20-35 tahun.35

Perbedaan antara hasil penelitian dengan teori diperkirakan

akibat perbedaan budaya antara masyarakat pada masa dikemukakannya teori dengan

waktu penelitian ini. Masyarakat diperkirakan sudah lebih memperhatikan risiko

menikah cepat (pada usia terlalu muda) dan terlambat menikah (pada usia terlalu tua).

Berkurangnya pernikahan usia muda pada masyarakat modern dapat mengurangi

kejadian BBLR dari ibu usia risiko tinggi.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa ibu terbanyak berada pada tingkat

pendidikan SMA/SMK, yaitu sebanyak 45 bayi (51,1%), dan pada tingkat SMP, yaitu

sebanyak 12 bayi (13,6%). Jumlah ibu paling sedikit pada tingkat di bawah SMP

(tingkat pendidikan rendah), yaitu sebanyak 9 bayi (10,2%), dan pada tingkat D3/S1

(tingkat pendidikan tinggi), yaitu sebanyak 12 bayi (13,6%). Bila dikategorikan,

jumlah ibu terbanyak berada pada tingkat pendidikan menengah (SMP sampai

SMA/SMK), yaitu melahirkan sebanyak 64 bayi (79,8%). Sebelumnya, penelitian

Page 44: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

33

oleh Sholihah pada tahun 2015 menyatakan sebanyak 63,9% BBLR berasal dari ibu

dengan tingkat pendidikan SMP-SMA.36

Rendahnya jumlah BBLR dari ibu dengan

tingkat rendah dapat disebabkan peningkatan kewasapadaan masyarakat terhadap

risiko kehamilan melalui sumber lain, selain dari pendidikan akademik. Selain itu,

meningkatnya kualitas pelayanan kehamilan dapat membantu mengurangi kejadian

BBLR dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah.

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa ibu terbanyak melahirkan BBLR

dengan riwayat ANC ≥ 4 kali (teratur), yaitu sebanyak 70 bayi (79,5%). Penelitian

yang sudah ada menyatakan bahwa ibu dengan riwayat ANC tidak teratur memiliki

risiko 1,8-2,8 kali lebih tinggi melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu dengan

eiwayat ANC teratur.37,38

Teori yang sudah ada juga menyatakan bahwa kunjungan

ANC teratur dapat mengurangi risiko BBLR dan komplikasi persalinan.37

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa ibu terbanyak melahirkan BBLR

dengan jumlah paritas multipara yaitu sebanyak 56 bayi (63,6%). Sebelumnya,

penelitian yang dilakukan oleh Kristiana, dkk. menyatakan bahwa terdapat 59,4%

BBLR yang dilahirkan dari ibu dengan riwayat jumlah persalinan multipara.39

Selain

itu, penelitian oleh Andayasari dan Opitasari menyatakan bahwa ibu nullipara dan

multipara memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah 46% lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu primipara.40

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa ibu terbanyak melahirkan BBLR

dengan metode persalinan SC, yaitu sebanyak 45 bayi (51,1%). Hasil ini diperkirakan

akibat adanya komplikasi penyulit persalinan yang dapat membahayakan ibu dan

bayi. Hasil ini didukung dengan teori-teori yang ada, yang menyatakan bahwa

sebagian indikasi dilakukannya SC juga merupakan faktor risiko BBLR, seperti

preeklampsia, plasenta previa, dan usia ibu berisiko (>35 tahun).41

Page 45: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

34

4.1.2. Riwayat Penyakit Ibu

Tabel 4.2. Gambaran Riwayat Penyakit Ibu

Riwayat Penyakit Ibu n (frekuensi) % (persentase)

Diabetes Melitus tipe 2 1 1,1

Hipertensi 16 18,2

Preeklampsia Berat 17 19,3

Eklampsia 4 4,5

Infeksi 10 11,4

Anemia 7 8,0

Oligohidramnion 4 3.,4

Ketuban Pecah Dini 9 10,2

Dari tabel 4.2 ddidapatkan bahwa penyakit yang paling banyak dialami oleh

sampel adalah preeklampsia berat, yaitu sejumlah 17 (19,3%) sampel, dan yang

paling sedikit adalah Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sejumlah 1 (1,1%) sampel.

4.1.3. Karakteristik Sampel Bayi

Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Sampel Bayi

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Jenis Kelamin

Laki-laki 48 54,5

Perempuan 40 45,5

Skor APGAR menit ke-5 <7 7 8,0

Usia Gestasi

EP 11 12,5

VP 18 20,5

MTP 45 51,1

A 11 12,5

Tidak ada data 3 3,4

Lahir Kembar 15 17

Riwayat Penyakit Infeksi 69 78,4

Total 88 100 *EP = Extremely preterm, VP = Very preterm, MLP = Moderate to late preterm, A = Aterm.

Page 46: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

35

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa terdapat 48 bayi (54,5%) lahir

dengan jenis kelamin laki-laki, dan 40 bayi (45,5%) lahir dengan jenis kelahim

perempuan. Penelitian sebelumnya oleh Mahayana S, dkk yang menyatakan bahwa

sebanyak 61,1% BBLR memiliki jenis kelamin laki-laki.42

Penelitian tersebut

menyatakan bahwa bayi berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih besar lahir

dengan BBLR. Penelitian lain oleh Syahraeni dan Kusdinar menyatakan bahwa bayi

yang berjenis kelamin perempuan kemungkinan berisiko lahir BBLR 1,7 kali

dibandingkan dengan bayi berjenis kelamin laki-laki.43

Hasil ini sesuai dengan teori

dari WHO dan UNICEF yang menyatakan bahwa pada usia kehamilan yang sama,

berat bayi perempuan lebih ringan dibandingkan anak laki-laki.6

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa bayi terdapat 7 bayi (8,0%) yang

memiliki skor APGAR menit ke-5 di bawah 7. Skor APGAR menunjukkan status

bayi baru lahir, dan menilai apakah bayi membutuhkan tindakan resusitasi atau tidak.

Skor APGAR yang rendah menandakan adanya penyulit persalinan atau gangguan

pertumbuhan pada janin. Berdasarkan teori yang ada, dapat disimpulkan bahwa berat

lahir rendah merupakan faktor risiko yang signifikan untuk skor APGAR yang sangat

rendah.44

Namun, hasil penelitian oleh Fajarwati N, dkk. menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir bayi dengan kejadian

asfiksia neonatorum, yang salah satunya ditandai dengan skor Apgar yang rendah.45

Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan bahwa BBLR terbanyak lahir dengan usia

gestasi moderate-to-late preterm (33-36 minggu), yaitu sebanyak 45 bayi (51,1%),

dan paling sedikit lahir dengan usia gestasi aterm (>37 minggu). Hasil ini

menunjukkan bahwa sebaran BBLR terbanyak pada prematuritas yang ringan

dibandingkan dengan prematuritas berat.

Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan bahwa terdapat sebanyak 15 bayi (16%)

yang lahir dari kehamilan ganda/gemelli. Kehamilan ganda merupakan salah satu

faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Bayi yang lahir dari

kehamilan ganda kemungkinan besar akan lahir dengan berat lahir rendah.19

Page 47: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

36

4.1.4. Riwayat Infeksi Bayi

Tabel 4.4 Gambaran Riwayat Infeksi Sampel Bayi

Variabel n (frekuensi) % (persentase)

Riwayat Infeksi 69 78,4%

Berdasarkan tabel 4.4, didapatkan hasil bahwa terdapat 69 (78,4%) dari

sampel bayi yang memiliki riwayat penyakit infeksi. Hasil ini menunjukkan bahwa

sebagian besar sampel bayi BBLR memiliki riwayat penyakit infeksi (>50%).

4.1.5. Kategori BBLR Sampel Bayi

Tabel 4.4 Gambaran Kategori BBLR Sampel Bayi

Kategori

Berat Badan

Lahir

n (frekuensi) % (persen)

BBLASR 6 5,7

BBLSR 19 17,9

BBLR 81 76,4

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa berat lahir bayi terbanyak pada

tingkat BBLR, yaitu sebanyak 81 bayi (76,4%), diikuti dengan BBLSR sebanyak 19

bayi (17,9%) dan BBLASR yaitu sebanyak 6 bayi (5,7%). Hasil ini menunjukkan

bahwa kejadian BBLR terbanyak berada pada tahap ringan dibandingkan tahap berat.

4.1.6. Keberhasilan Minum Full Feed Sampel Bayi

Tabel 4.5 Gambaran Keberhasilan Minum Full Feed BBLR sampel bayi

Kategori Keberhasilan

Minum Full Feed

n (frekuensi) % (persen)

1-3 hari 25 23,6

4-7 hari 51 48,1

>7 hari 12 11,3

Page 48: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

37

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa keberhasilan minum full feed

terbanyak tercapai dalam waktu 4-7 hari, yaitu sebanyak 51 bayi (48,1%), lalu

setelahnya dalam waktu 1-3 hari (25%) dan >7 hari (12%).

4.2. Analisis Bivariat

4.2.1. Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kategori BBLR

Tabel 4.6 Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kategori BBLR sampel

Variabel Berat Lahir Bayi

BBLASR BBLSR BBLR Total p

value*

r

n n n n

Penyakit Ibu 0,668 0,029

Diabetes Melitus

tipe 2 0 0 1 1

Hipertensi 0 4 12 16

Preeklampsia

Berat 0 2 15 17

Eklampsia 0 1 3 4

Infeksi 0 2 8 10

Anemia 3 0 4 7

Oligohidramnion 0 2 2 4

Ketuban Pecah

Dini 0 3 6 9

*berdasarkan hasil uji Somers’d

Berdasarkan tabel 4.6, dari uji Somers’d, didapatkan bahwa p = 0,868 (>0,05),

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, penyakit ibu tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR.

Page 49: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

38

4.2.2. Hubungan Kategori BBLR dengan Karakteristik Bayi

Tabel 4.7 Gambaran hubungan Kategori BBLR dengan Karakteristik Bayi

Variabel

Berat Lahir

BBLASR BBLSR BBLR Total P

value*

r

n n n n

Usia gestasi 0,000 0,516

EP 4 5 2 11

VP 1 10 8 19

MLP 0 7 39 46

A 0 2 10 12

Lahir kembar 4 1 10 15 0,537 0,173

Skor APGAR

(menit ke-5) <7 0 2 5 7 0,812 0,038

Riwayat Penyakit

Infeksi 5 20 44 69 0,036 0,193

*berdasarkan hasil uji Somers’d

Berdasarkan tabel 4.7, didapatkan hasil bahwa terdapat 2 karakteristik bayi

yang berhubungan dengan signifikan dengan berat lahir bayi, yaitu faktor usia gestasi

(p = 0,000) dan riwayat penyakit infeksi (p = 0,036). Dari kedua karakteristik

tersebut, didapatkan bahwa karakteristik usia gestasi memiliki kekuatan hubungan

sedang dengan r = 0,516 dan riwayat penyakit infeksi memiliki kekuatan hubungan

lemah dengan r = 0,193.

Usia gestasi rendah menunjukkan bahwa janin belum tumbuh secara

sempurna dalam kandungan. Teori yang sudah ada menunjukkan bahwa semakin

rendah usia gestasi, maka berat lahir akan semakin rendah. Hasil dari penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian oleh Shrestha, dkk. yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan berbanding lurus antara pertambahan berat selama hamil ibu dengan berat

lahir. Pertambahan berat selama hamil juga berbanding lurus dengan usia gestasi.46

Page 50: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

39

4.2.3. Hubungan Keberhasilan Minum Full Feed BBLR dengan Karakteristik

Sampel Bayi

Tabel 4.8 Keberhasilan Minum Full Feed BBLR dengan Karakteristik Sampel Bayi

Variabel Keberhasilan Minum Full Feed

>7 hari 4-7 hari 1-3 hari Total P

value*

r

n n n n

Berat Badan

Lahir 0,000 0,484

BBLASR 4 1 0 5

BBLSR 4 18 1 23

BBLR 4 32 24 60

Usia gestasi 0,009 0,274

EP 6 4 1 11

VP 2 15 2 19

MLP 2 24 20 46

A 1 7 4 12

Lahir kembar 5 4 6 15 0,792 0,058

Skor APGAR

(menit ke-5) <7 0 5 2 7 0,585 -0,057

Riwayat

Penyakit Infeksi 12 44 13 69 0,000 0,420

*berdasarkan hasil uji Somers’d

Berdasarkan tabel 4.8, didapatkan bahwa terdapat kecenderungan bayi dengan

berat lahir rendah membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai keberhasilan

minum full feed. Teori yang sudah ada menjelaskan bahwa semakin rendah berat lahir

bayi, maka risiko gangguan kesehatan bayi semakin besar. Sallakh-Niknezhad, dkk

menjelaskan bahwa pemberian minum sesegera mungkin harus diberikan pada BBLR

bila tidak ada kondisi penyulit seperti gangguan pernapasan untuk meningkatkan

kualitas perawatan seperti asupan energi dan pertambahan berat.47

Sedangkan pada

BBLSR dan BBLASR dengan prematuritas nutrisi parenteral harus segera diberikan

untuk mencegah gagal tumbuh dan meningkatkan kualitas perkembangan saraf, yang

menyebabkan butuh waktu lebih lama untuk mencapai keberhasilan minum full

feed.48

Dari hasil didapatkan bahwa nilai p = 0,000 (<0,05), sehinga dapat

disimpulkan bahwa hasil penelitian signifikan. Dari hasil didapatkan koefisien

Page 51: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

40

korelasi atau nilai r = 0,484, maka terdapat hubungan sedang antara berat badan lahir

dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR.

Berdasarkan tabel 4.8, didapatkan bahwa terdapat kecenderungan bayi dengan

usia gestasi rendah membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai keberhasilan

minum full feed. Teori yang sudah ada menjelaskan bahwa bayi dengan usia gestasi

lebih rendah (prematur) memiliki organ yang belum matang saat lahir, dan berisiko

mengalami komplikasi kesehatan yang lebih tinggi.49

Komplikasi kelahiran prematur

mencakup gangguan sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan lain-lain. Komplikasi

pada sistem pernapasan dan pencernaan dapat mengganggu kemampuan minum bayi.

Bayi yang lahir prematur dengan komplikasi direkomendasikan untuk menerima

nutrisi parenteral untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan. Bila

pertambahan berat badan sudah stabil dan tidak terdapat kondisi penyulit, maka bayi

dapat mulai diberi minum. Secara umum, BBLR yang lahir prematur memiliki

gangguan untuk mencapai keberhasilan minum full feed.48

Dari hasil didapatkan nilai

p = 0,009 (<0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian signifikan.

Dari hasil didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,274, maka

terdapat hubungan lemah antara usia gestasi dengan keberhasilan minum full feed

pada BBLR.

Berdasarkan tabel 4.8, didapatkan bahwa terdapat 15 bayi lahir kembar,

terbanyak pada kelompok keberhasilan minum full feed 1-3 hari yaitu sebanyak 6

bayi. Bila dibandingkan dengan total jumlah bayi pada masing-masing kelompok

keberhasilan minum full feed, persentase lahir kembar terbanyak pada kelompok

keberhasilan minum full feed >7 hari, yaitu sebanyak 5 dari 12 bayi. Teori yang sudah

ada menjelaskan bahwa bayi yang lahir kembar cenderung memiliki organ yang

belum tumbuh dan berkembang secara matang, sehingga dapat membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk mencapai keberhasilan minum full feed. Dari hasil didapatkan

bahwa nilai p = 0,792 (>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian

tidak signifikan. Belum terdapat penelitian yang menjelaskan hubungan antara lahir

kembar dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR.

Page 52: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

41

Berdasarkan tabel 4.8, didapatkan bahwa terdapat 7 bayi yang lahir dengan

skor APGAR menit ke-5 kurang dari 7, terbanyak pada kelompok keberhasilan

minum full feed 4-7 hari yaitu sebanyak 5 bayi. Teori yang sudah ada menyatakan

bahwa bayi dengan berat lahir rendah cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk

memperoleh skor APGAR menit ke-5 yang lebih rendah, sehingga terdapat bayi

dengan skor APGAR rendah pada penelitian ini. Dari hasil didapatkan bahwa nilai p

= 0,585 (>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak signifikan.

Belum terdapat penelitian yang menjelaskan hubungan antara skor APGAR dengan

keberhasilan minum full feed.

Berdasarkan tabel 4.7, didapatkan bahwa terdapat 69 bayi memiliki riwayat

penyakit infeksi, terbanyak pada kelompok keberhasilan minum full feed yaitu

sebanyak 44 bayi. Belum terdapat penelitian yang menyebutkan tentang dampak

penyakit infeksi terhadap keberhasilan minum full feed, namun terdapat penelitian

yang menyebutkan bahwa BBLR memiliki risiko infeksi lebih tinggi, akibat terpapat

oleh susu formula.50

Dari hasil didapatkan nilai p = 0,000 (<0,005), sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil penelitian signifikan. Dari hasil didapatkan bahwa nilai

koefisien korelasi atau nilai r = 0,420, maka terdapat hubungan sedang antara usia

gestasi dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR.

4.3. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data

sekunder berupa rekam medis pasien. Rekam medik pasien tidak memiliki informasi

riwayat penyakit ibu secara lengkap. Oleh karena itu, peneliti hanya tidak dapat

memperoleh data ibu pasien BBLR secara lengkap, seperti kebiasaan merokok dan

gaya hidup ibu. Penelitian ini juga tidak dapat meneliti keberhasilan minum yang

terganggu, bila gangguan minum terjadi setelah pasien mencapai full feed.

Page 53: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Dari sampel, BBLR paling banyak terjadi pada ibu usia berisiko, tingkat

pendidikan menengah, ANC teratur, jumlah paritas multipara, dan dengan

cara persalinan SC.

2. Dari sampel, BBLR paling banyak terjadi pada bayi laki-laki, skor APGAR

menit ke-5 di atas 7, usia gestasi moderate to late preterm, tidak lahir kembar,

dan memiliki riwayat infeksi.

3. Dari sampel, BBLR paling banyak pada kelompok keberhasilan minum full

feed 4-7 hari.

4. Dari sampel, BBLR paling banyak pada ibu dengan riwayat preeklampsia

berat dan pada bayi dengan riwayat sepsis.

5. Tidak terdapat riwayat penyakit ibu yang berhubungan secara signifikan

dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR.

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara berat lahir, usia gestasi, dan

riwayat penyakit infeksi dengan keberhasilan minum full feed pada BBLR,

dengan kekuatan korelasi masing-masing sedang (r = 0,484), lemah (r =

0,274), dan sedang (r = 0,420).

5.2. Saran

5.2.1. Untuk penelitian selanjutnya

o Pada penelitian ini terdapat keterbatasan faktor ibu yang dapat dipaparkan

karena peneliti tidak mengajukan pengambilan data dari rekam medik ibu.

Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengambilan data dari rekam

Page 54: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

43

medik ibu untuk memperluas karakteristik yang dapat dicantumkan dan

diteliti hubungannya dengan keberhasilan minum full feed.

o Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu seluruh faktor ibu yang

diteliti menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Pada penelitian

selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih ekstensif terhadap masing-

masing karakteristik ibu.

o Pada penelitian ini, riwayat penyakit bayi terbatas pada penyakit non-

kongenital. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian

terhadap faktor penyakit kongenital.

o Pada penelitian ini, standar nutrisi yang diterima oleh bayi hanya dapat

diketahui berdasarkan volume cairan yang diterima. Pada penelitian

selanjutnya, dapat lebih dijelaskan jenis nutrisi, perhitungan energi, dan

jumlah cairan yang dibutuhkan oleh bayi.

5.2.2. Untuk RSU Kota Tangsel

o Pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa rekam medik,

sehingga diharapkan pihak RSU Kota Tangsel dapat menyediakan rekam

medik yang lebih lengkap sehingga dapat dijadikan referensi yang lebih

baik untuk penelitian selanjutnya.

o Pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa rekam medik,

sehingga diharapkan pihak RSU Kota Tangsel dapat menyediakan rekam

medik dengan media yang lebih mudah digunakan sehingga penelitian

selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.

5.2.3. Untuk Masyarakat

o Diharapkan masyarakat dapat lebih peduli terhadap kondisi kesehatan

pada masa kehamilan, dan dapat lebih aktif dalam mencari informasi

kesehatan mengenai persalinan dan bayi baru lahir, sehingga dapat

mempermudah pelayanan kesehatan pada masa yang akan datang.

Page 55: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

Daftar Pustaka

1. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:

Kemenkes RI; 2017.

2. ASEAN. ASEAN Statistical Yearbook 2015. Jakarta: ASEAN Secretariat; 2016.

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi

1. Penerbit IDAI; 2004.

4. World health Organization. Low birthweight: country, regional, and global

estimates. Geneva: UNICEF; 2004.

5. Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.

Jakarta: Penerbit Kemenkes RI; 2010.

6. World Health Organization. Optimal Feeding of Low Birth-weight Infants in

Low and Middle Income Countries. Geneva: WHO; 2011.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014. Profil kesehatan Indonesia

tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.

8. Pusat Data dan Informasi kementerian Kesehatan RI. Kondisi Pencapaian

Program Kesehatan Anak Indonesia. Jakarta: Penerbit Kemenkes RI; 2014.

9. Torres-Arreola L, Constantino-Casas P. Socioeconomic Factors and Low Birth

Weight in Mexico. BMC Public Health. 2005 Mar;3(5):20.

10. Kusumawati D, Septiyaningsih R, Kania K. Faktor-Faktor Ibu yang

Mempengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). J Kesehat Al-Irsyad.

2016 Sep;9(2):8–15.

11. Committee to Study the Prevention of Low Birthweight. Preventing Low

Birthweight. Washington DC: National Academic Press (US); 1985.

12. Abu-Saad K, Fraser D. Maternal Nutrition and Birth Outcomes. Epidemiol Rev.

2010 Apr;42(1):5–25.

13. Khosravi S, Dabiran S, Lotfi M, Asnavandy M. Study of the Prevalence of

Hypertension and Complications of Hypertensive Disorders in Pregnancy. Open

J Prev Med. 2014;4(11):e100180.

14. Rask-Madsen C, King G. Vascular Complications of Diabetes: Mechanisms of

Injury and Protective Factors. J Cell Metab. 2013 Jan;17(1):20–33.

Page 56: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

45

15. Rijken MJ. Quantifying Low Birth Weight, Preterm Birth and Small-for-

Gestational-Age Effects of Malaria in Pregnancy. Popul Cohort Study. 2014

Jul;9(7):e100247.

16. Lin H. Increased Risk of Low Birthweight and Small for Gestational Age

Infants Among Women with Tuberculosis. Int J Obstet Gynaecol. 2010

Apr;117(5):585–90.

17. Clausson B, Lichtenstein P, Cnattingius S. Genetic Influence on Birthweight and

Gestational Length determined by Studies in Offspring of Twins. Int J Obstet

Gynaecol. 2000 Mar;107(3):374–81.

18. Yaghootkar H, Freathy R. Genetic Origins of Low Birth Weight. Curr Opin Clin

Nutr Metab Care. 2012 May;15(3):258–64.

19. Committee on Nutritional Status During Pregnancy and Lactation. Nutrition

Dutring Pregnancy. Washington DC: National Academic Press (US); 1990.

20. Antepartum Haemorrhage. 2011. (Green-top Guideline).

21. Noah H, Kallapur S, Jobe A. Physiology of Transition from Intrauterine to

Extrauterine Life. Clin Perinatol. 2012 Dec;29(4):769–83.

22. World Health Organization. Protecting, Promoting, and Suporting Breastfeeding

in Facilities Providing Maternity and Newborn Services. Geneva: WHO; 2017.

23. Yadav RK, Maity S, Saha S. A review on TORCH: groups of congenital

infection during pregnancy. Joural Sci Innov Res. 2014;3(2):258–64.

24. Cunningham, Leveno, Bloom. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York:

McGraw-Hill; 2009. 1404 p.

25. Sandler T. Langman’s Medical Embryology. 12th ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins; 2012.

26. Tridjaja B. Iodine Deficiency: its effect on growth and development. [Jakarta]:

FKUI RSCM; 2011.

27. Beeby PJ, Jeffery H. Risk factors for necrotising enterocolitis: the influence of

gestational age. Arch Dis Child. 1992 Apr;67(4):432–5.

28. Axelrod D, Adler K, Alesandro JA. Fetal Extrauterine Survivability. New York;

1988.

29. World Health Organization. Feeding of LBW Infants. Geneva: WHO; 2017.

Page 57: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

46

30. Sondeheimer JM. A Critical Perspective on Trophic Feeding. J Pediatr

Gastroenterol Nutr. 2004 Mar;38(3):237–8.

31. Corvaglia L, Fantini MP, Aceti A. Predictors of Full Enteral Feeding

Achievement in Very Low Birth Weight Infants. PLOS One. 2014

Mar;9(3):e92235.

32. Department of Clinical Nutrition. CSPEN Guidelines for Nutrision Support in

Neonates. Asia Pac Journcal Clin Nutr. 2013;22(4):655–63.

33. Marcias M, Meneses G. Physiology of Nutritive Sucking in Newborn Infants.

Noletin Medico Hosp Infant Mex. 2011;68(4):296–303.

34. Rokhmah NL. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2012. [Jogjakarta]:

STIKES ’Aisyiah Yogyakarta; 2013.

35. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bima Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; 2007.

36. Sholiha H, Sumarmi S. Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR) pada Primigravida. [Surabaya]: Universitas Airlangga; 2016.

37. Tanberika F, Rokhanawati D. Hubungan Frekuensi Antenatal Care dnegan Berat

Bayi Lahir Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2009.

[Jogjakarta]: STIKES ’Aisyiah Yogyakarta; 2015.

38. Ernawati F, Kartono D, Puspitasari D. Hubungan Antenatal Care dengan Berat

Badan Lahir Bayi di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010). 2011.

39. Kristiana D, Nurhayati Y, Windyastuti E. Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu

Primipara dan Multipara dengan Bayi BBLR di RSUD Karanganyar.

[Karanganyar]: STIKES Kusuma Husada Surakarta; 2017.

40. Andayasari L, Opitasari C. Parity and Risk of Low Birth Weight Infant in Full

Term Pregnancy. Health Sci J Indones. 2016;7(1):13–6.

41. Mylonas I, Friese K. Indications for and Risks of Elective Caeserean Section.

Dtsch Arzteblatt Int. 2015 Jul;112(29–30):489–95.

42. Mahayana SAS, Chundrayetti E, Yulistini. Faktor Risiko yang Berpengaruh

terhadap kejadian Berat Badan lahir rendah di RSIP Dr. M. Djamil Padang. J

Kesehat Andalas. 2015;4(3):664–73.

43. Shayreni, Achmad EK. Pengaruh Paritas dan Faktor-faktor Lain Terhadap

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka

Page 58: GAMBARAN KARAKTERISTIK BAYI, IBU, DAN KEBERHASILAN …

47

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011-2012. [Depok]: Universitas Indonesia;

2013.

44. Ekasari WU. Pengaruh Umur Ibu, Paritas, Usia kehamilan, dan Berat Lahir Bayi

Terhadap Asfiksia Bayi Pada Ibu Pre Eklampsia Berat. [Surakarta]: Universitas

Sebelas Maret; 2015.

45. Fajarwati N, Andayani P, Rosida L. Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan

Kejadian Asfiksia Neonatorum. Berk Kedokt. 2016 Feb;12(1):33–9.

46. Shrestha I, Sunuwar L, Bhandary S, Sharma P. Correlation between Gestational

Weight Gain and Birth Weight of the Infants. Nepal Med Colege J. 2010

Jun;12(2):106–9.

47. Dutta S, Singh B, Chessell L. Guidelines for Feeding Very Low Birth Weight

Infants. Nutrients. 2015 Jan;7(1):423–42.

48. Riskin A, Hartman C, Shamir R. Parenteral Nutrition in Very Low Birth Weight

Preterm Infants. Isr Med Assoc J. 2015 May;15(5):310–5.

49. World Health Organization. Preterm Birth. Geneva: WHO; 2017.

50. Hylander M. Human Milk Feedings and INfection among Very Low Birth

Weight Infants. Pediatrics. 1998;102(3):E38.