GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya...

27
GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER REKRUTMEN PADA KASUS CEDERA PARU AKUT ANAK BABI (Sus scrofa) RIENA CARLINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya...

Page 1: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER

REKRUTMEN PADA KASUS CEDERA PARU AKUT ANAK

BABI (Sus scrofa)

RIENA CARLINA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera
Page 3: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Indeks

Eritrosit selama Manuver Rekrutmen pada Kasus Cedera Paru Akut Anak Babi

(Sus scrofa) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir di skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Riena Carlina

NIM B04100028

Page 4: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

ABSTRAK

Gambaran Indeks Eritrosit selama Manuver Rekrutmen pada Kasus Cedera Paru

Akut Anak Babi (Sus scrofa). Di bawah bimbingan GUNANTI dan RIKI

SISWANDI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi indeks eritrosit (nilai eritrosit,

hemoglobin, hematokrit, VER, HER dan KHER) pada anak babi cedera paru akut

selama manuver rekrutmen. Sepuluh ekor anak babi berumur 1-1.5 bulan dengan

berat 4-8 kg yang dibagi ke dalam dua kelompok. Paru hewan dikumbah dengan

Salin 0.9% agar menyerupai kondisi cedera paru akut. Manuver rekrutmen

dilakukan pada hewan setelah paru kolaps dengan metode frekuensi tinggi oksilasi

pada ventilator mekanik. Pada kelompok pertama (RB) tidak diberikan

pembebatan dada (60 mmHg) selama manuver rekrutmen, sedangkan pada

kelompok kedua (RBp) diberikan pembebatan dada selama manuver rekrutmen.

Pengambilan sampel darah melalui arteri femoralis dilakukan pada saat post

kumbah dan post manuver rekrutmen. Hasil pemeriksaan nilai indeks eritrosit

menunjukkan bahwa hewan mengalami anemia makrositik regeneratif. Manuver

rekrutmen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai indeks

eritrosit (p>0.05).

Kata kunci: anak babi, anemia makrositik, cedera paru akut, indeks eritrosit,

manuver rekrutmen

Page 5: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

ABSTRACT

Representation of Erythrocytes Indices during Recruitment Maneuver at Acute

Lung Injury Case in Piglet (Sus scrofa). Under supervision of GUNANTI and

RIKI SISWANDI.

The aim of this study was to evaluate erythrocyte indices (erythrocyte count,

hemoglobin concentration, PCV, MCV, MCH and MCHC) in acute lung injury

animal model during recruitment maneuver. Ten piglets 1-1.5 months age and 4-8

kg body weight were divided into two groups. The lung of animal was lavaged by

Saline 0.9% in order to make a condition of acute lung injury. Recruitment

maneuver performed in animal after collapsed lung by using high frequency

oxylation methode at mechanical ventilator. The first group (RB) were not

bandaged on their chest during recruitment maneuver while the second group

(RBp) were bandaged on their chest during recruitment maneuver. Samples were

taken through femoralis artery access after lung lavaged and after recruitment

maneuver. The result of erythrocytes indices value showed that the animals

suffered regeneratif macrocytic anemia. There were no significant differences in

erythrocytes indices value that caused by recruitment maneuver (p>0.05).

Keywords: acute lung injury, erythrocytes indices, macrocytic anemia, piglets,

recruitment maneuver

Page 6: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera
Page 7: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER

REKRUTMEN PADA KASUS CEDERA PARU AKUT ANAK

BABI (Sus scrofa)

RIENA CARLINA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera
Page 9: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

Judul Skripsi : Gambaran Indeks Eritrosit selama Manuver Rekrutmen pada Kasus

Cedera Paru Akut Anak Babi (Sus scrofa)

Nama : Riena Carlina

NIM : B04100028

Disetujui oleh

Dr Drh Gunanti, MS

Pembimbing I

Drh Riki Siswandi, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus:

Page 10: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2013 ini adalah

“Gambaran Indeks Eritrosit selama Manuver Rekrutmen pada Kasus Cedera Paru

Akut Anak Babi (Sus scrofa)”. Adapun penyusunan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengetahui bahwa skripsi ini belum sempurna sehingga bimbingan

dan arahan yang membangun sangat diharapkan demi hasil penelitian yang lebih

baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh Gunanti, MS selaku

pembimbing I dan Drh Riki Siswandi, MSi selaku pembimbing II serta Dr Drh

Risa Tiuria, MS sebagai dosen pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis (Ibu Endang Sulistiowati dan

Bapak Sugiarto), kakak (Galih Sugiharto), keluarga, Hasan Ashari, Dini,

Nafisatul, Amanda, Shovia, Intan, Abid serta teman-teman Acromion FKH 47

atas segala doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ririe Fachrina Malisie,

MspA (K) dan rekan-rekan satu tim penelitian (Shine, Hafizha, Ryan, Ardi, Nunu

dan Hanif) atas kerja samanya. Semoga penulis dapat menghasilkan skripsi yang

bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

Bogor, September 2014

Riena Carlina

Page 11: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Cedera Paru Akut 2

Indeks Eritrosit 3

Anak Babi (Sus scrofa) 4

METODE PENELITIAN 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan dan Alat Penelitian 5

Tahap Persiapan 6

Adaptasi Hewan 6

Tahap Perlakuan 6

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHAAN 8

Jumlah Eritrosit 8

Nilai Hemoglobin (Hb) 9

Nilai Hematokrit (PCV) 9

Nilai Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) 10

Nilai Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) 11

Nilai Konsentrasi Hemoglobi Eritrosit Rata-Rata (KHER) 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

RIWAYAT HIDUP 15

Page 12: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

DAFTAR TABEL

1 Nilai indeks eritrosit anak babi 4 2 Rataan jumlah eritrosit 8 3 Rataan nilai hemoglobin (Hb) 9 4 Rataan nilai hematokrit (PCV) 10 5 Rataan nilai volume eritrosit rata-rata (VER) 10 6 Rataan nilai hemoglobin rata-rata (HER) 11 7 Rataan nilai konsentrasi hemoglobin rata-rata (KHER) 12

DAFTAR GAMBAR

1 Anak babi (Sus scrofa) 5

2 Mesin ventilator mekanik AVEA® bicore 6

3 Manuver rekrutmen pada anak babi (Sus scrofa) 7

Page 13: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit

paru akut yang memerlukan perawatan di intensive care unit (ICU) dan

mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu mencapai 60% (Susanto dan Sari

2012). Bentuk yang lebih ringan dari ARDS disebut acute lung injury (ALI)

karena ALI merupakan prekursor ARDS. Tidak ada tindakan yang spesifik untuk

mencegah kejadian cedera paru akut meskipun faktor risiko sudah diidentifikasi

sebelumnya. Pendekatan dalam penggunaan model ventilasi mekanik pada pasien

cedera paru akut masih konvensional (Susanto dan Sari 2012). Ventilasi mekanik

pada cedera paru akut adalah komponen esensial dalam upaya pemenuhan

pasokan oksigen ke organ-organ dan merupakan satu-satunya tata laksana yang

sudah terbukti bermakna menurunkan mortalitas (Kornecki et al. 2005).

Walaupun ventilasi mekanik adalah intervensi penyelamat pada pasien cedera

paru akut, perangkat ini dapat memperburuk kerusakan unit paru yang sudah

terjadi dan seringkali berakibat iatrogenic, dinamakan kerusakan paru yang

diinduksi oleh ventilator (ventilatory-associated lung injury/VALI) (Pelosi et al.

2001).

Penggunaan ventilator pada penderita cedera paru akut dapat mencetuskan

terjadinya stres oksidatif yang dapat diakibatkan langsung dari penggunaan

ventilasi mekanik. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan epitel alveoli

dan menyebabkan terjadinya gangguan pada beberapa organ lainnya yang disebut

sebagai disfungsi organ multipel atau multiple organ disease (MOD). Menurut

Sarget dan Talmor (2009), manuver rekrutmen berguna untuk mencegah kolaps

alveoli dan dilakukan dengan meningkatkan tekanan transpulmoner. Konsep

rekrutmen paru adalah untuk meningkatkan sebesar mungkin alveoli yang terbuka

dan mempertahankannya sehingga pertukaran gas pada permukaan alveoli

berlangsung efektif (Fan et al. 2008). Sasaran utama pencapaian rekrutmen paru

adalah keseimbangan antar rekrutmen dan overdistensi alveoli (Albert et al. 2009).

Darah merupakan bagian dalam sistem sirkulasi tubuh, berfungsi sebagai

media transportasi atau alat angkut bagi berbagai macam zat yang dibutuhkan oleh

tubuh. Sebagai media transportasi, darah membawa bahan-bahan penting yang

dibutuhkan oleh tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida, hormon dan

lainnya, serta mengangkut hasil metabolisme. Darah juga berperan memelihara

keseimbangan cairan dalam tubuh dan memelihara keseimbangan asam basa (pH)

(Reece 2006).

Selain dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik, untuk peneguhan suatu

diagnosa penyakit tentu saja harus ditunjang oleh berbagai pemeriksaan

laboratorium. Salah satu pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah.

Pemeriksaan darah (hematologi klinis) merupakan salah satu metode untuk

menetapkan suatu diagnosis penyakit yang dapat memberi gambaran tentang

keadaan patologis dan fisiologis. Pemeriksaan darah lengkap (complete blood

count) adalah suatu pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mengetahui kondisi

sel darah pasien.

Page 14: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

2

Melalui pemeriksaan darah dapat diketahui adanya kelainan-kelainan dalam

darah atau organ-organ pembentuk darah, serta kelainan darah akibat proses

sistemik. Oleh karena itu pemeriksaan darah biasanya menjadi rangkaian

pemeriksaan awal saat pasien berobat di rumah sakit. Selain sebagai pemeriksaan

awal, pemeriksaan darah lengkap juga kerap dilakukan pada pemeriksaan rutin

atau medical check-up. Pada pemeriksaan darah lengkap, dilakukan pemeriksaan

terhadap indeks eritrosit, yaitu: jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai

hematokrit atau PCV, volume eritrosit rata-rata (VER), hemoglobin eritrosit rata-

rata (HER) dan konsentrasi hemoglobin rata-rata (KHER).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran indeks eritrosit

berupa nilai eritrosit, hemoglobin, hematokrit, VER, HER dan KHER pada anak

babi cedera paru akut selama manuver rekrutmen pada kelompok hewan

perlakuan manuver rekrutmen tanpa pembebatan (RB) dengan kelompok hewan

perlakuan manuver rekrutmen dengan pembebatan (RBp).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran untuk diagnosis

pada hewan yang menderita cedera paru akut melalui hasil pemeriksaan indeks

eritrosit.

TINJAUAN PUSTAKA

Cedera Paru Akut

Acute lung injury (ALI) atau cedera paru akut adalah bentuk yang lebih

ringan dari acute respiratory distress syndrome (ARDS). Cedera paru akut

merupakan hasil akhir dimana paru-paru adalah organ hilir dari rangkaian proses

inflamasi akibat kondisi atau penyakit yang menimbulkan gejala tersebut (Plataki

dan Hubmayr 2010). Cedera paru akut adalah sindrom klinis dari inflamasi paru

akut yang ditandai dengan rusaknya integritas kapiler alveoli dengan manifestasi

berupa peningkatan permeabilitas kapiler, edema paru non hidrostatik, alveoli

kempes dan tergenang cairan, penurunan komplians paru, ketidaksesuaian

ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar

sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera paru akut

merupakan prekursor ARDS. Faktor risiko terjadinya cedera paru akut dapat

dibedakan menjadi faktor pulmonar (direct) dan faktor non pulmonar (indirect).

Faktor pulmonar (direct) dapat berasal dari pneumonia, aspirasi, aspirasi

hidrokarbon, cedera inhalasi dan kontusio paru. Faktor non pulmonar (indirect)

dapat berasal dari sepsis, pankreatitis, traum, transfusi dan tenggelam (Flori et al.

2005).

Page 15: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

3

Tidak ada tindakan yang spesifik untuk mencegah kejadian cedera paru akut

meskipun faktor risiko sudah diidentifikasi sebelumnya. Hal yang harus

diperhatikan agar faktor risiko tidak berkembang menjadi ARDS antara lain

mencegah kejadian trauma, pencegahan infeksi nosokomial, aspirasi dan terapi

anti mikroba yang adekuat terhadap infeksi. Perawatan penunjang pada pasien

yang telah mengalami cedera paru akut menentukan prognosis dan mortalitas.

Menurut Susanto dan Sari (2012), pengertian tentang patogenesis cedera paru akut

berperan penting dalam strategi penatalaksanaan cedera paru akut. Ventilasi

dengan volume tidal besar dan tekanan inspirasi tinggi mengakibatkan timbulnya

cedera paru akut ditandai oleh rusaknya membran hialin dan infiltrat inflamasi. Hipoksia merupakan gambaran esensial cedera paru akut yang disebabkan

rusaknya pertahanan alveolar kapiler. Komplians paru menurun dan akibatnya

penderita akan berusaha mempertahankan ventilasi semenit dengan mempercepat

laju pernapasan (takipnu). Hipoksia akan memperberat cedera paru yang ada dan

strategi tatalaksananya adalah bagaimana usaha untuk memperbaiki oksigenasi

dan melakukan koreksi penyakit dasarnya. Gejala dan tanda cedera paru akut

terdiri dari empat komponen yaitu: gagal napas akut, perbandingan antara

PaO2/FiO2 <300 mmHg untuk cedera paru akut dan <200 mmHg untuk ARDS,

terdapat gambaran infiltrat alveolar bilateral yang sesuai dengan gambaran edema

paru pada foto toraks dan tidak ada hipertensi atrium kiri serta tekanan kapiler

wedge paru <18 mmHg (Susanto dan Sari 2012).

Indeks Eritrosit

Sel darah merah pada babi merupakan sel darah terbanyak yang beredar

dalam sistem sirkulasi dan memiliki bentuk menyerupai cakram atau bikonkaf dan

tidak mempunyai inti seperti sel darah merah mamalia lain. Babi memiliki jumlah

sel darah merah sekitar 6–8 juta per mililiter kubik darah (Aspinall dan O’Reilly

2004). Sel darah merah atau eritrosit pada babi memiliki diameter sekitar 4–8

mikrometer dengan rata–rata 6.0 mikrometer. Babi dewasa memiliki volume

darah berkisar 61–68 ml/kg dengan sistem pembekuan darah babi serupa dengan

manusia (Swindle 2007).

Indeks eritrosit merupakan suatu nilai yang diperoleh setelah jumlah

eritrosit, kadar hemoglobin, serta nilai hematokrit diketahui (Reece 2006). Indeks

eritrosit menunjukkan ukuran rata–rata dan kandungan hemoglobin dalam eritrosit

(Weiss dan Tvedten 2004). Indeks eritrosit dapat digunakan untuk membedakan

jenis anemia berdasarkan morfologinya. Indeks eritrosit terdiri atas: jumlah

eritrosit, konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit atau PCV, volume eritrosit

rata-rata (VER), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER), konsentrasi hemoglobin

eritrosit rata-rata (KHER) dan retikulosit.

Volume eritrosit rata-rata (VER) adalah perhitungan volume rata-rata

sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fL). Hemoglobin eritrosit

rata-rata (HER) adalah banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan

pikogram (pg). Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) adalah kadar

hemoglobin yang didapat per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) atau satuan

yang lebih tepat adalah gr/dL. Perhitungan indeks eritrosit (VER, HER dan

KHER) menurut Meyer dan Harvey (2004) adalah sebagai berikut:

Page 16: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

4

VER (fL) = PCV x 10

∑𝑅𝐵𝐶

HER (pg) = Hb x 10

∑𝑅𝐵𝐶

KHER (gr/dL) = Hb x 100

𝑃𝐶𝑉

Tabel 1 Nilai indeks eritrosit anak babi

Kisaran Rata – rata

Eritrosit (x106/ uL) 5.11-6.47 5.79

Hemoglobin (g/dL) 9.1–11.1 10.1

Hematokrit (%) 29.0–35.0 32.0

VER (fL) 49.9–63.1 56.5

HER (pg) 15.5–19.7 17.6

KHER (%) 30.1–32.1 31.1

(Svoboda dan Drabek 2002)

Anak Babi (Sus scrofa)

Penggunaan babi lokal (Sus domestica) dalam riset biomedis telah banyak

dilakukan, terutama dalam riset terkait pembedahan dan fisiologi (Patterson et al.

2008). Babi merupakan hewan coba primer yang sering digunakan dalam studi

biomedis terkait penyakit pada manusia karena kemiripan ukuran, anatomi dan

fisiologi antara babi dengan manusia (Swindle 2007). Respon imunitas babi lebih

mirip dengan respon imun pada manusia (lebih dari 80%) dibandingkan dengan

kemiripan respon imun tikus terhadap manusia (kurang dari 10%). Babi termasuk

salah satu jenis hewan mamalia besar berdarah panas dalam tingkatan klasifikasi

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Bangsa : Cetartiodactyla

Famili : Suidae

Genus : Sus

Spesies : Sus scrofa

Subspesies : Domestik

Babi mempunyai laring yang relatif besar. Trakea babi pendek dengan

diameter yang kecil dan mempunyai 32-35 buah cincin trakea. Paru babi terbagi

atas lobus dan lobulus. Terkadang, bagian lobus kanan paru babi mempunyai

bagian apikal yang ganda (Swindle 2007).

Page 17: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

5

Gambar 1 Anak babi (Sus scrofa)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian berlangsung dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 16 Februari

2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Divisi Bedah dan Radiologi

Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi. Pemeliharaan hewan dilakukan di

kandang ruminansia kecil unit pengelolaan hewan laboratorium (UPHL) FKH IPB.

Bahan dan Alat Penelitian

Selama perlakuan digunakan seperangkat alat bedah minor, laryngoscope,

endotracheal tube (ETT), seperangkat alat infus, pompa syringe, pompa hisap,

three way stop cock, IV-cath, jarum bulat tumpul, benang jahit silk dan

polypropilen, mesin ventilator mekanik AVEA® bicore (Carefusion, Yorba

Linda-Amerika) dan pembebat dinding dada menggunakan manset yang

tersambung dengan selang pompa, manometer air raksa (spigmomanometer) dan

hematology blood analyzer. Anastesi dilakukan dengan menggunakan pompa

anastesi mekanik dan obat bius yang terdiri dari Propofol (Propofol-Lipuro 1%,

PT. B. Braun Medical Inc.), Midazolam (Midazolam-Hameln 5 mg/ml, Hameln)

dan Fentanyl (Fentanyl dihydrogenum citrate, Janssen Pharmaceutica Belgium).

Ketamin 10% (Ketamil 100 mg/ml, Ilium) dan Xylazine (Ilium Xylazil-20 20

mg/ml, Ilium) secara intramuskular untuk induksi. Premedikasi hewan dilakukan

dengan preparat Atropin Sulphate (Atropine 0.25 mg/ml, PT. Ethica) secara

intravena dengan dosis 0.04 mg/kg BB dan Vecuronium (Ecron 10, Korean

United Pharm Inc.) untuk agen paralitikum secara intravena dengan dosis 2-10

µg/kg BB yang diberikan secara periodik setiap 30 menit.

Page 18: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

6

Gambar 2 Mesin ventilator mekanik AVEA® bicore

Tahap Persiapan

Populasi target pada penelitian ini adalah anak babi (Sus scrofa) jantan atau

betina berumur 1-1.5 bulan dengan berat badan 4-8 kg sebanyak 10 ekor. Anak

babi (Sus scrofa) sudah dinyatakan sehat oleh dokter hewan secara klinis,

pemeriksaan darah dan radiologi.

Anak babi dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri

atas 5 ekor babi untuk kelompok hewan perlakuan manuver rekrutmen tanpa

pembebatan (RB) dan 5 ekor babi untuk kelompok hewan perlakuan manuver

rekrutmen dengan pembebatan (RBp). Babi ditempatkan di dua kandang terpisah

berdasarkan berat badannya.

Adaptasi Hewan

Adaptasi anak babi dilakukan dalam lingkungan dan pakan baru untuk

membiasakan hewan dan mengurangi tingkat stres pada babi. Hewan diberi pakan

dan minum pada pagi dan sore hari. Kandang hewan dibersihkan pada pagi dan

sore hari. Hewan juga menjalani tahap penapisan sebelum penelitian yang

meliputi: pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, pemeriksaan radiologi,

pemberian antibotik oksitetrasiklin 6-11 mg/kg BB dan pemberian obat cacing

oxfendazol 5 mg/kg BB.

Tahap Perlakuan

Anak babi (Sus scrofa) yang memenuhi kriteria inklusi, secara acak akan

menjadi subjek penelitian, yang ditatalaksanakan dengan ventilasi mekanik modus

kontrol tekanan. Kelompok RB adalah kelompok dimana hewan tidak diberikan

pembebatan pada dinding dada selama manuver rekrutmen. Kelompok RBp

adalah kelompok dimana hewan diberikan pembebatan pada dinding dada selama

Page 19: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

7

manuver rekrutmen. Hewan diinduksi anastesi terlebih dahulu dengan

menggunakan ketamin xylazine secara intramuskular (IM) sebelum diberi

perlakuan. Selanjutnya, hewan diberi perlakuan dasar berupa pemasangan kateter

vena perifer pada vena auricularis yang disambungkan pada layar monitor dan

akses vaskular di jalur arteri femoralis.

Hewan dikondisikan sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi cedera

paru akut. Hewan dikumbah bronkus menggunakan larutan NaCl fisiologis. Pada

hewan yang sudah dikondisikan cedera paru akut dilakukan manuver rekrutmen

menggunakan ventilator mekanik dengan metode high frequency oxylation. Pada

kelompok hewan RBp diberikan pembebatan pada dinding dada selama proses

rekrutmen. Setelah hewan stabil, diambil kembali darah melalui akses arteri

femoralis untuk sampel kedua. Pada akhir penelitian, hewan di-euthanasia dalam

keadaan tetap teranastesi dengan tujuan memerhatikan animal welfare.

Pengambilan sampel darah dilakukan melalui arteri femoralis. Sampel darah

diambil pada saat post kumbah dan post manuver rekrutmen. Darah yang diambil

selanjutnya dikirim ke laboratorium YASA Bogor untuk dianalisis menggunakan

hematology blood analyzer dengan metode otomatik optik.

Gambar 3 Manuver rekrutmen pada anak babi (Sus scrofa)

Analisis Data

Data berupa rataan dan simpangan baku diolah menggunakan IBM SPSS

Statistic 20 dan Microsoft Excel 2007. Perbedaan pada antar tahap pengambilan

sampel dan antar kelompok perlakuan dianalisis menggunakan analisis ragam

(analysis of variant/ANOVA). Data dianalisis lanjutan dengan uji Duncan pada

selang kepercayaan 95%.

Page 20: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan darah (hematologi klinis) merupakan salah satu metode untuk

menetapkan suatu diagnosis penyakit yang dapat memberi gambaran tentang

keadaan patologis dan fisiologis. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui adanya

kelainan-kelainan dalam darah atau organ-organ pembentuk darah serta kelainan

darah akibat proses sistemik. Pemeriksaan darah dapat dilakukan dengan

mengevaluasi jumlah dan morfologi eritrosit, kadar hemoglobin dan jumlah

plasma darah.

Jumlah Eritrosit

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil rataan jumlah eritrosit pada

kelompok RBp lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok RB. Rataan jumlah

eritrosit mengalami penurunan pada saat post rekrutmen (Tabel 2). Tidak ada

perbedaan nyata rataan jumlah eritrosit antar kelompok perlakuan dan antar tahap

pengambilan darah. Rataan jumlah eritrosit pada anak babi dengan cedera paru

akut tersebut berada di bawah nilai referensi yang diperoleh yaitu 5.11–6.47x106

μL dengan rata–rata 5.79x106

μL (Svoboda dan Drabek 2002) sehingga anak babi

cedera paru akut tersebut dapat dikatakan mengalami anemia.

Tabel 2 Rataan jumlah eritrosit (x106/μL)

Perlakuan Kelompok babi RB RBp

Post kumbah 3.97±1.03 a,x 4.44±1.07

a,x Post rekrutmen 3.76±0.93

a,x 4.33±1.27 a,x

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan

adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf

superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya

perbedaan nyata (p<0.05) antar tahap pengambilan data.

Anemia merupakan kondisi dimana terjadi penurunan jumlah eritrosit dari

jumlah normal yang bersirkulasi di dalam darah. Sejak awal diduga hewan sudah

mengalami anemia. Rendahnya jumlah eritrosit bisa disebabkan oleh kehilangan

darah akibat keluarnya darah dari pembuluh darah (ekstravasasi) yang ditandai

dengan berkurangnya volume darah, hemolisis, adanya infeksi parasit dan

penurunan produksi eritrosit (Harvey 2001). Penurunan jumlah eritrosit pada saat

post rekrutmen diduga disebabkan karena adanya proses kehilangan darah karena

ekstravasasi. Proses kehilangan darah dapat terjadi secara akut dan kronis. Pada

kejadian akut dapat disebabkan oleh trauma, pendarahan, luka yang besar dan

kelainan hemostatik (Meyer et al. 1992). Kumbah paru pada anak babi

menyebabkan terjadinya trauma pada paru terutama pada kapiler alveol paru.

Trauma pada kapiler alveol paru diduga menjadi penyebab terjadinya ekstravasasi

dari kapiler alveol paru sehingga terjadi proses kehilangan darah. Hal tersebut

sejalan dengan temuan pada pemeriksaan radiologi (Azni 2014) dan

ekokardiografi (Nufus 2014) yang mengindikasikan adanya penimbunan cairan di

paru. Penimbunan cairan dapat berupa kongesti darah sehingga jumlah eritrosit

hewan mengalami penurunan post rekrutmen.

Page 21: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

9

Nilai Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin (Hb) adalah protein yang berfungsi untuk mengangkut O2 dan

bertanggung jawab terhadap pigmen eritrosit dengan struktur kimia

kromoproteida. Kadar hemoglobin dalam darah menjadi salah satu parameter

untuk mengukur keadaan anemia dari seekor hewan (Frandson et al. 2009). Nilai

rataan Hb pada kelompok RB dan RBp mengalami penurunan post rekrutmen.

Penurunan nilai rataan hemoglobin post rekrutmen dapat menunjukkan penurunan

jumlah eritrosit. Nilai rataan hemoglobin pada kelompok RBp lebih tinggi

dibanding kelompok RB (Tabel 3). Temuan itu sejalan dengan penurunan jumlah

eritrosit pada kelompok RBp lebih rendah dibandingkan dengan kelompok RB.

Tabel 3 Rataan nilai hemoglobin (%) Perlakuan Kelompok babi

RB RBp Post kumbah 10.54±1.30

a,x 11.22±1.90

a,x

Post rekrutmen 9.22±1.04a,x

10.16±1.37a,x

Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan

adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf

superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya

perbedaan nyata (p<0.05) antar tahap pengambilan data.

Hemoglobin bekerja efisien ketika berada di dalam eritrosit. Hemoglobin

akan dilepaskan langsung dalam plasma darah ketika membran eritrosit rusak dan

lisis (Colville dan Bassert 2002). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai

hemoglobin babi pada kedua perlakuan hampir tidak menunjukkan adanya

perbedaan nyata, baik antar kelompok perlakuan maupun antar tahap pengambilan

darah. Rataan nilai hemoglobin pada kedua kelompok perlakuan, pada saat post

kumbah dan post rekrutmen masih berada di rentang nilai hemoglobin normal

antara 9.1–11.1% dengan rata–rata sebesar 10.1% (Svoboda dan Drabek 2002).

Penurunan nilai hemoglobin pada saat post rekrutmen dapat mendukung dugaan

adanya ekstravasasi akibat trauma oleh proses kumbah pada saat post rekrutmen.

Ekstravasasi dapat diindikasikan dengan adanya penurunan jumlah eritrosit dan

nilai hemoglobin.

Nilai Hematokrit (PCV)

Nilai hematoktrit menunjukkan proporsi relatif eritrosit terhadap plasma

yang berhubungan erat dengan jumlah eritrosit dan kadar Hb (Colville dan Bassert

2002). Hasil penelitian menunjukkan nilai rataan hematokrit pada anak babi

cedera paru akut pada kelompok RBp lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

RB. Pada tahap pengambilan darah post rekrutmen terjadi penurunan nilai rataan

hematokrit (Tabel 4).

Nilai rataan hematokrit antar kelompok perlakuan dan antar tahap

pengambilan darah tidak berbeda nyata. Pada tabel 2 didapatkan terdapat nilai

rataan jumlah eritrosit berada di bawah kisaran normal sehingga nilai rataan

hematokrit pada anak babi cedera paru akut juga sedikit berada di bawah kisaran

normal 29–35% dengan rata–rata 32% (Svoboda dan Drabek 2002). Hal tersebut

Page 22: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

10

dapat terjadi karena pada saat post kumbah terjadi penurunan jumlah eritrosit yang

disertai dengan peningkatan jumlah volume plasma darah.

Tabel 4 Rataan nilai hematokrit (%) Perlakuan Kelompok babi

RB RBp Post kumbah 31.66±3.61

a,x 33.48±5.71 a,x

Post rekrutmen 27.66±3.35 a,x 30.62±4.10

a,x Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan

adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf

superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya

perbedaan nyata (p<0.05) antar tahap pengambilan data.

Pada ekstravasasi secara akut, nilai hematokrit berada di kisaran normal

karena eritrosit dan plasma darah menurun jumlahnya (Meyer et al. 1992). Akan

tetapi pada saat post rekrutmen terjadi penurunan nilai hematokrit. Penurunan

nilai hematokrit tersebut dapat disebabkan oleh peningkatan volume plasma

darah, penurunan jumlah eritrosit dan hemoragi. Peningkatan volume plasma

darah post rekrutmen dapat terjadi karena adanya terapi cairan selama rekrutmen

sehingga nilai hematokritnya mengalami penurunan.

Nilai Volume Eritrosit Rata-Rata (VER)

Volume eritrosit rata-rata (VER) menunjukkan ukuran rata-rata eritrosit

dalam femtoliter (fl). Nilai rataan VER pada kelompok RBp lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok RB. Pada tahap pengambilan darah post

rekrutmen juga terjadi penurunan nilai rataan VER, akan tetapi tidak ada

perbedaan nyata antar kelompok perlakuan dan antar tahap pengambilan darah

(Tabel 5). Nilai rataan VER pada kedua kelompok anak babi berada di atas

kisaran normalnya, yaitu 49.9–63.1 fL dengan nilai rata–rata 56.5 fL (Svoboda

dan Drabek 2002).

Tabel 5 Rataan nilai VER (fL) Perlakuan Kelompok babi

RB RBp Post kumbah 82.08±11.39

a,x 76.88±10.47 a,x

Post rekrutmen 74.76±8.76 a,x 74.52±17.04

a,x Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan

adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf

superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya

perbedaan nyata (p<0.05) antar tahap pengambilan data.

Peningkatan nilai VER di atas nilai normal menunjukkan bahwa eritrosit

yang bersirkulasi berukuran besar dan penurunan nilai VER menunjukkan bahwa

eritrosit yang bersirkulasi berukuran kecil. Berdasarkan nilai VER tersebut dan

jumlah eritrosit sebelumnya, dapat dikatakan bahwa anak babi cedera paru akut

tersebut mengalami anemia makrositik. Anemia makrositik merupakan anemia

Page 23: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

11

regeneratif dengan jumlah makrosit tinggi (makrositosis) yang disertai dengan

peningkatan retikulosit (Meyer dan Harvey 2004).

Hewan diduga sudah mengalami anemia sejak awal sehingga terjadi

peningkatan retikulosit sebagai respon sumsum tulang. Retikulosit adalah eritrosit

muda yang berukuran besar dan masih mengandung sisa inti sel (Reece 2006).

Peningkatan retikulosit menyebabkan sejak awal tersebut menyebabkan

peningkatan nilai VER pada hewan.

Nilai Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER)

Hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) menunjukkan berat rata-rata dari

hemoglobin yang ada di dalam eritrosit dan dinyatakan dalam pikogram (pg).

Nilai rataan HER pada kelompok RBp lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok RB. Terdapat penurunan nilai rataan HER post rekrutmen (Tabel 6).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai rataan HER anak babi cedera paru

akut antar kelompok perlakuan dan antar tahap pengambilan darah tidak berbeda

nyata.

Tabel 6 Rataan nilai HER (pg) Perlakuan Kelompok babi

RB RBp Post kumbah 27.28±3.64

a,x 25.72±3.33 a,x

Post rekrutmen 25.16±3.31 a,x 24.74±5.96

a,x Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan

adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf

superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya

perbedaan nyata (p<0.05) antar tahap pengambilan data.

Nilai rataan HER berada di atas rentang nilai HER normal babi yaitu 15.5–

19.7 pg dengan rata–rata 17.6 pg (Svoboda dan Drabek 2002). Ukuran eritrosit

yang lebih besar (VER tinggi/makrositik) cenderung memiliki HER yang lebih

tinggi, sedangkan ukuran eritrosit yang lebih kecil (VER rendah/mikrositik) akan

memiliki nilai HER yang lebih rendah (Reece 2006). Peningkatan nilai HER pada

hewan sejalan dengan peningkatan nilai VER. Sejak awal anak babi diduga sudah

mengalami anemia makrositik sehingga nilai HER meningkat di atas normal.

Nilai Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER)

Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) menunjukkan rata-rata

konsentrasi hemoglobin per unit volume PCV dalam satuan gram per desiliter

(gr/dl) atau %. Nilai tersebut bervariasi pada setiap spesies (Meyer and Harvey

2004). Nilai rataan KHER pada kelompok RBp lebih tinggi dibandingkan pada

kelompok RB dan nilainya menurun pada saat rekrutmen. Akan tetapi, nilai rataan

KHER pada antar kelompok perlakuan dan antar tahap pengambilan darah tidak

berbeda nyata (Tabel 7). KHER pada babi normal yaitu 30.1–32.1% dengan nilai

rata–rata 31.1% (Svoboda dan Drabek 2002). Hasil perhitungan nilai KHER

Page 24: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

12

kedua kelompok babi pada setiap tahap pengambilan darah tampak masih berada

dalam rentang normal.

Tabel 7 Rataan nilai KHER (%) Perlakuan Kelompok babi

RB RBp Post kumbah 33.26±0.49

a,x 33.46±0.37 a,x

Post rekrutmen 33.32±1.25 a,x 33.16±0.66

a,x Keterangan: Huruf superscript (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan

adanya perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf

superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya

perbedaan nyata (p<0.05) antar tahap pengambilan data.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi hemoglobin

dalam eritrosit pada kedua kelompok babi sedikit berada diatas normal.

Peningkatan KHER hingga diatas rentang normalnya (hiperkromia) dapat terjadi

akibat adanya hemolisis, lipemia, aglutinasi dan defisiensi vitamin B12 atau asam

folat. Nilai KHER yang lebih rendah dari rentang normalnya (hipokromia) dapat

ditemukan pada hewan yang mengalami anemia regeneratif dan defisiensi zat besi

kronis (Meyer dan Harvey 2004).

Menurut hasil pemeriksaan nilai indeks eritrosit anak babi berupa penurunan

jumlah eritrosit, peningkatan nilai VER dan nilai KHER normal, dapat dinyatakan

hewan mengalami anemia makrositik normokromik. Anemia makrositik

normokromik merupakan anemia dengan jumlah VER tinggi dan KHER normal.

Anemia jenis ini menunjukkan ukuran eritrosit besar dan konsentrasi hemoglobin

yang normal (Kerr 2002).

Penurunan jumlah eritrosit sejak awal juga menyebabkan terjadinya

peningkatan ukuran eritrosit dan jumlah retikulosit. Menurut Meyer dan Harvey

(2004), tingginya retikulosit yang dilepaskan oleh sumsum tulang yang

bersirkulasi di dalam pembuluh darah mengindikasikan suatu keadaan anemia

regeneratif, dimana jumlah eritrosit dewasa yang bersirkulasi di dalam pembuluh

darah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Anemia regeneratif

adalah anemia yang disertai dengan respon sumsum tulang yang baik dan ditandai

dengan meningkatnya jumlah retikulosit di sirkulasi darah. Anemia regeneratif

dapat disebabkan oleh hemolisis, hemoragi, parasit, parasit darah, trauma,

penyakit autoimun dan bahan kimia (Meyer et al. 1992)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Anak babi cedera paru akut tersebut dapat dikatakan mengalami anemia

makrositik regeneratif berdasarkan nilai indeks eritrosit berupa penurunan jumlah

eritrosit, peningkatan nilai VER dan nilai KHER normal. Pada saat post

rekrutmen terjadi penurunan jumlah eritrosit pada kedua kelompok perlakuan. Hal

tersebut diduga disebabkan oleh adanya ekstravasasi karena trauma akibat

Page 25: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

13

kumbah paru. Manuver rekrutmen yang dilakukan saat post kumbah tidak

mempengaruhi nilai indeks eritrosit pada kedua kelompok. Pembebatan sebagai

model neonatal dengan otot pernapasan yang belum berkembang ternyata tidak

menunjukkan gangguan indeks eritrosit yang lebih besar dibandingkan dengan

normalnya.

Saran

Pemeriksaan retikulosit penting dilakukan untuk melihat aktivitas

eritropoiesis pada penelitian ini. Hasil indeks eritrosit perlu dikaji dengan hasil

lainnya seperti hasil ecocardiography, radiologi dan differensiasi leukosit untuk

melihat pengaruh rekrutmen pada kejadian cedera paru akut. Perlu adanya

penelitian serupa dengan menggunakan pembebatan pada tekanan yang lebih

tinggi sehingga didapatkan hasil yang lebih signifikan. Penelitian lanjutan

disarankan dengan menggunakan hewan dengan memperhatikan jenis kelamin

dan bobot hewan yang seragam.

DAFTAR PUSTAKA

Albert P, DiRocco J, Allen GB, Bates JHT, Lafollette R, Kubiak BD, Fischerl J,

Maroneyl S, Niemanl GF. 2009. The role of time and pressure on alveolar

recruitment. J Appl Physiol. 106 (7): 57-65.

Azni A. 2014. Interpretasi radiografi anak babi selama manuver rekrutmen pada

hewan model cedera paru akut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor,

siap terbit.

Aspinall V, O’Reilly M. 2004. Introduction to Veterinary Anatomy and

Physiology. New York (US): Butterworth-Heinemann.

Colville T, Bassert JM. 2002. Clinical Anatomy & Phisiology For Veterinary

Technicians. Philadelphia (US): Mosby.

Fan E, Wilcox ME, Brower RG, Stewart TE, Metha S, Lapinsky SE, Meade MO,

Ferguson ND. 2008. Recruitment manuvers for acute lung injury, a systemic

review. Am J Respir Crit Care Med. 178 (11): 56-63.

Flori HR, Glidden DV, Rutherford GW, Matthay MA. 2005. Pediatric acute lung

injury–prospective evaluation of risk factors associated with mortality. Am J

Respir Crit Care Med. 171: 995-1001.

Frandson RD, Wilke WL, Fais AD. 2009. Anatomy and Physiology of FaRB

Animals. Ed ke-7. Colorado (US): Wiley-Blackwell.

Harvey JW. 2001. Atlas of Veterinary Hematology: Blood and Bone Marrow of

Domestic Animals. Philadelphia (US): Saunders. Guyton AC, Hall JE. 2006. Medical Physiology. Ed ke-11. Jakarta (ID): Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jia X. 2007. The effects of mechanical ventilation on the development of acute

respiratory distress syndrome [tesis]. Massachusetts (US): Massachusetts

Institute of Technology.

Page 26: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

14

Kerr MG. 2002. Veterinary Laboratory Medicine. Ed ke-2. Colorado (US):

Blackwell Science.

Kornecki A, Tsuchida S, Ondiveeran HK, Engelberts D, Frndove H, Transwell

AK et al. 2005. Lung development and susceptibility to ventilator-induced

lung injury. Am J Respir Crit Care Med. 171 (7): 43-52.

Meyer DJ, Coles EH, Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine:

Interpretation and Diagnosis. Philadelphia (US): Saunders.

Meyer DJ, Harvey Jw. 2004. Veterinary Laboratory Medicine, Interpretation and

Diagnosis. Ed ke-3. Missouri (US): Saunders.

Nufus SK. 2014. Evaluasi ekokardiografi anak babi selama manuver rekrutmen

pada model cedera paru akut pediatri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor, siap terbit.

Patterson JK, Xin GL, Miller DD. 2008. The pig as an experimental model for

elucidating the mechanisme governing dietary influence on mineral

absorption. Exper Bio Med. 233: 651-664.

Pelosi P, Caironi P, Gattino L. 2001. Mechanical ventilation strategies to avoid

complications of long term mechanical ventilation. J Anaesthesie und

intensivbehandlung. 4: 303-305.

Plataki M, Hubmayr RD. 2010. The physical basic of ventilator-induced lung

injury. Expert Rev Respir Med. 4 (3): 73-85.

Reece WO. 2006. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animal. Ed

ke-3. Philadelphia (US): Lippincott, Williams, and Wilkins.

Sarget T, Talmor D. 2009. Targetting transpulmonary preasure to prevent

ventilator induced lung injury. Minerva Anestesiol. 752 (9): 3-9.

Susanto YS, Sari FS. 2012. Penggunaan ventilasi mekanis invasif pada acute

respiratory distress syndrome (ARDS). J Indo Respir. 32: 1.

Svoboda M, Drabek J. 2002. Effect of oral administration of Fe2+

-fumarate on

erythrocyte profile and growth rate of suckling piglets. Acta Vet Brno. 70:

217-222.

Swenson KS, Mazur MJ, Vashisht K, Rund LA, Beever JE, Counter CM, Schook

LB. 2004. Genomics and clinical medicine: rationale for creating and

effectively evaluating animal models. Exper Bio Med. 229: 866–875.

Swindle MM. 2007. Swine in the Laboratory: Surgery, Anasthesia, Imaging, and

Experimental Techniques. Ed ke-2. New York (US): CRC Pr.

Waters JH, Williams B, Yazer MH, Kameneva MV. 2007. Modification of

suction-induced hemolysis during cell salvage. J Intern Anesthesia Research

Society. 104 (3): 7-684.

Weiss D, Tvedten H. 2004. The Complete Blood Count and Bone Marrow

Examination : General Comments and Selected Techniques. Dalam Willard

MD, Tvedten H, editor: Small Animal Clinical Diagnosis by Laboratory

Method. Ed ke-4. Philadelphia (US): Saunders.

Page 27: GAMBARAN INDEKS ERITROSIT SELAMA MANUVER … · ventilasi dan perfusi dengan konsekuensi terjadinya pintasan intrapulmonar sebagai penyebab utama hipoksemia. Menurut Jia (2007), cedera

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rawamangun, Jakarta Timur pada tanggal 13 Maret 1993

dari Ayah bernama Sugiarto dan Ibu bernama Endang Sulistiowati. Penulis

merupakan putri kedua dari dua bersaudara dengan seorang kakak bernama Galih

Sugiharto. Penulis pernah bersekolah di SDN 05 Pagi Rawamangun Jakarta

Timur pada tahun 1998-2004, SMPN 92 Jakarta tahun 2004-2007, lulus dari

SMAN 68 Jakarta tahun 2010 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mendapatkan beasiswa MANDIRI

dan Karya Salemba Empat (KSE). Penulis juga aktif menjadi anggota di UKM

Futsal IPB pada tahun 2010, anggota himpro HKSA tahun 2012-2013, anggota

divisi dance Komunitas Seni STERIL tahun 2012-2013 dan sekretaris PC

IMAKAHI IPB pada tahun 2013-2014. Penulis juga pernah menjadi delegasi pada

IVSA Exchange Program Indonesia-Japan 2013 dan menjadi Local Committee

pada 63rd IVSA Congress Indonesia 2014.