Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada ...

16
1 Universitas Indonesia Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada Anggota Keluarga yang Merawat Penderita Skizofrenia (Family Functioning and Quality of Life to Family Member of Schizophrenic Patients) Nur Ellah, Lifina Dewi Pohan, Sugiarti Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL- BREF. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang. Kata Kunci: Family functioning; kualitas hidup; skizofrenia ABSTRACT This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF. The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don’t have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life. Keyword: Family functioning; quality of life; schizophrenia 1. PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat dan terjadi di seluruh dunia (WHO, 2004). World Health Organization memperkirakan sekitar 24 juta orang di dunia menderita skizofrenia dan lebih dari 50% penderita skizofrenia tidak mendapatkan perawatan yang tepat (WHO, 2012). Di Indonesia, berdasarkan survei Kementerian Sosial tahun 2008, penderita skizofrenia mencapai 650.000 orang. Sekitar 30.000 orang dipasung dengan alasan agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib keluarga (Anna, 2011). Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

Transcript of Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada ...

1 Universitas Indonesia  

Gambaran Family Functioning dan Kualitas Hidup pada Anggota Keluarga yang Merawat Penderita Skizofrenia

(Family Functioning and Quality of Life to Family Member of Schizophrenic

Patients)

Nur Ellah, Lifina Dewi Pohan, Sugiarti Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang. Kata Kunci: Family functioning; kualitas hidup; skizofrenia

ABSTRACT

This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF. The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don’t have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life. Keyword: Family functioning; quality of life; schizophrenia

1. PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat dan terjadi di seluruh dunia

(WHO, 2004). World Health Organization memperkirakan sekitar 24 juta orang di dunia

menderita skizofrenia dan lebih dari 50% penderita skizofrenia tidak mendapatkan perawatan

yang tepat (WHO, 2012). Di Indonesia, berdasarkan survei Kementerian Sosial tahun 2008,

penderita skizofrenia mencapai 650.000 orang. Sekitar 30.000 orang dipasung dengan alasan

agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib keluarga (Anna, 2011).

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

2

Universitas Indonesia

Menurut Avinash, Kurvey, Sonavane (2012), sekitar 30-85% penderita skizofrenia

dirawat oleh keluarga mereka. Keluarga merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau

lebih individu yang terikat oleh hubungan darah, pernikahan, atau adopsi dan tinggal

bersama-sama. Keluarga terdiri dari dua bentuk yaitu nuclear family dan extended family.

Nuclear family terdiri dari ayah, ibu dan anak, sedangkan extended family tidak hanya terdiri

dari terdiri dari ayah, ibu, dan anak, tetapi juga paman, tante, sepupu, nenek dan kakek

(Williams, Sawyer, & Wahlstrom, 2006).

Setiap individu dalam keluarga saling terhubung dan berinteraksi sebagai kelompok,

oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada salah dari mereka akan berpengaruh terhadap

yang lainnya, seperti ketika salah seorang dalam keluarga menderita skizofrenia maka akan

berpengaruh terhadap yang lainnya (Goldenberg & Goldenberg, 2003; Olson & DeFrain,

2006; Lamanna, Riedmann, 2009). Pengaruh dalam hal ini adalah pengaruh terhadap peran-

peran yang harus dijalankan oleh setiap individu dalam keluarga, seperti ibu yang awalnya

bekerja terpaksa keluar karena harus menjaga dan merawat penderita, sehingga tidak bisa

membantu keluarga untuk membiayai perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang

menderita skizofrenia (Caqueo-Urizar & Gutierrez-Maldonado, 2006).

Setiap individu dalam keluarga terutama yang bertugas merawat penderita selalu

berada dalam situasi yang dapat menimbulkan tekanan, yang paling banyak mengalami

tekanan adalah orang tua dan saudara penderita yang berusia di atas 18 tahun (Spaniol,

Zlpple, and Lockwood, 1992; Boyer, Auquier, Caqueo-Urízar, Richieri, Lancon, & Gutiérrez-

Maldonado, 2012). Tekanan-tekanan tersebut berupa tekanan secara fisik, psikologis, dan

sosial. Secara fisik, mereka mengalami penurunan kesehatan karena berkurangnya aktivitas di

luar rumah dan rutinitas jam tidur terganggu (Wood & Miller, 2005; Rossler, Salize, van Os,

& Riecher-Rossler, 2005). Secara psikologis, terjadi konflik terkait dengan perawatan

penderita. Konflik tersebut menyebabkan hubungan antar anggota keluarga menjadi

merenggang, rutinitas berkumpul keluarga menjadi terganggu, dan anggota keluarga yang

tidak terlibat secara langsung dalam proses perawatan menjadi terabaikan. Oleh karena itu,

mereka sering merasa tertekan, tidak berdaya, marah dan cemas, serta merasa malu karena

memiliki saudara yang menderita skizofrenia (Spaniol, Zlpple, and Lockwood, 1992; Rossler,

Salize, van Os, & Riecher-Rossler, 2005; Wood & Miller, 2005). Secara sosial, mereka

mendapatkan penolakan dari orang lain dan mendapatkan pelayanan yang kurang memadai

dari petugas kesehatan (Gonzalez-Torres, Oraa, Aristegui, Fernandez-Rivas, & Guimon,

2007).

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

3

Universitas Indonesia

Magliano, Marasco, & Fiorillo (2002) serta Glozman (2004) menyebutkan bahwa

anggota keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia mengalami penurunan

kualitas hidup, terutama ketika mereka mengalami beban yang berat. WHO (1996)

mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan,

dalam konteks budaya dan sistem nilai yang mereka anut, serta hubungannya dengan tujuan

pribadi, harapan, standar dan kepentingan mereka.

Boyer, Auquier, Caqueo-Urízar, Richieri, Lancon, & Gutiérrez-Maldonado (2012)

melakukan penelitian terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang didiagnosa

menderita skizofrenia, di Chili dan Perancis. Keluarga dalam penelitian ini adalah anggota

keluarga yang berusia diatas 18 tahun yang diidentifikasi sebagai individu yang merawat

penderita skizofrenia dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa tingkat kualitas hidup anggota keluarga dari kedua negara tersebut adalah

rendah pada semua dimensi yang diukur yaitu dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi peran,

dimensi psikologis, dan dimensi kesehatan secara umum.

Menurut penelitian Adiningtyas (2007) mengenai gambaran kualitas hidup anggota

keluarga penderita skizofrenia, di wilayah Jakarta, ditemukan hasil bahwa kualitas hidup

anggota keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan

sedang dan baik. Mereka tidak membutuhkan terapi medis untuk dapat beraktifitas sehari-

hari. Pada awal merawat penderita mereka memiliki perasaan-perasaan negatif seperti merasa

bersalah, merasa tidak berdaya, dan merasa cemas akan masa depan penderita, namun seiring

berjalannya waktu, mereka mulai bisa menyesuaikan diri dan menerima hal tersebut. Mereka

juga mendapatkan dukungan dari keluarga besar, selain itu masyarakat juga tidak pernah

mengucilkan mereka. Penelitian ini menggunakan alat ukur World Health Organization

Quality of Life-Bref (WHOQOL-BREF).

Penelitian yang dilakukan oleh Boyer, Auquier, Caqueo-Urízar, Richieri, Lancon, &

Gutiérrez-Maldonado (2012) di Chili dan Perancis menunjukan bahwa kualitas hidup anggota

keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan yang

rendah. Sedangkan, berdasarkan penelitan Adiningtyas (2004) di Jakarta menunjukan hasil

bahwa kualitas hidup mereka berada pada tingkatan yang sedang dan baik. Hal ini

menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat kualitas hidup pada anggota keluarga sebagai

individu yang merawat penderita skizofrenia.

Selain memiliki perbedaan pada tingkat kualitas hidup, setiap anggota keluarga yang

merawat penderita skizofrenia memiliki pandangan yang berbeda mengenai family

functioning keluarga mereka. Yukit-San dan Cheung (1997) mengukur family functioning dari

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

4

Universitas Indonesia

keluarga yang tinggal bersama dengan anggota keluarga yang menderita skizofrenia dan

keluarga yang tidak memiliki anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Keluarga yang

dimaksud adalah orang tua, saudara kandung, dan istri atau suami yang merawat penderita.

Penelitian ini di lakukan di Hongkong dan menggunakan alat ukur McMaster Family

Assessment Device (FAD). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagai individu yang

merawat penderita skizofrenia mereka memandang bahwa keluarga mereka memiliki

gangguan pada lima dimensi family functioning yaitu dimensi affective involvement, keluarga

kurang mampu menunjukan ketertarikan dan kepedulian terhadap anggota keluarga lainnya.

Dimensi pemecahan masalah, keluarga memiliki kemampuan pemecahan masalah yang

rendah. Dimensi role functioning, keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan instrumental

dan emosional anggotanya. Dimensi komunikasi, keluarga tidak bisa berkomunikasi secara

jelas. Dimensi affective responsiveness, keluarga kurang bisa memberikan respon yang sesuai

dengan situasi yang sedang terjadi.

Akan tetapi, berdasarkan komunikasi personal yang dilakukan peneliti terhadap dua

keluarga yang merawat penderita skizofrenia yaitu orang tua dan adik penderita yang tinggal

di daerah Depok, ditemukan bahwa menurut mereka, dirinya dan anggota keluarganya yang

lain sudah tidak lagi merasa, malu, khawatir dan tidak berdaya secara berlebihan seperti

pertama kali merawat penderita. Mereka merasa bahwa setiap anggota keluarga sudah mulai

terbuka terhadap satu sama lain, seperti jika ada sesuatu hal yang menggangu, terkait dengan

keuangan, atau persoalan emosi, maka mereka berusaha untuk mengungkapkannya secara

langsung. Selain itu, mereka juga mendiskusikan setiap permasalahan yang mereka hadapi,

seperti bagaimana cara merawat penderita, bagaimana caranya mendapatkan biaya

pengobatan dan tempat pengobatan penderita. Kemudian, bersama-sama mencari dan

menentukan solusi dari permasalahan tersebut secara bersama-sama. Jika solusi yang diambil

ternyata tidak berjalan dengan baik maka keluarga akan mencari solusi lainnya. Pendapat-

pendapat yang dikemukakan oleh anggota keluarga tersebut menunjukan bahwa menurut

mereka keluarga mereka sudah mampu berkomunikasi secara langsung dan dapat

menyelesaikan masalah secara efisien.

Epstein, Ryan, Bishop, Miller & Keitner (2003) menyebutkan bahwa keluarga yang

efektif adalah keluarga yang dapat menggunakan komunikasi dengan jelas dan langsung dan

dapat menyelesaikan masalah secara efisien. Komunikasi dan penyelesaian masalah termasuk

dalam dimensi family functioning. Oleh karena itu, peneliti mengindikasikan bahwa anggota

keluarga tersebut menganggap keluarga mereka tidak memiliki gangguan pada kedua dimensi

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

5

Universitas Indonesia

family functioning karena dapat menyelesaikan masalah secara efisien dan berkomunikasi

secara langsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Yukit-San dan Cheung (1997) di Hongkong

menunjukan hasil bahwa individu yang merawat penderita skizofrenia memandang keluarga

mereka memiliki gangguan pada lima dimensi family functioning yaitu dimensi affective

involvement, role functioning, affective responsiveness, pemecahan masalah, komunikasi,

sedangkan berdasarkan hasil komunikasi personal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan

indikasi bahwa anggota keluarga menganggap keluarga mereka tidak memiliki gangguan pada

kedua dimensi komunikasi dan pemecahan masalah. Hal ini menunjukan bahwa terdapat

perbedaan pandangan mengenai family functioning pada anggota keluarga yang merawat

penderita skizofrenia. Selain itu, berdasarkan pemaparan sebelumnya diketahui bahwa

anggota keluarga sebagai individu yang merawat penderita skizofrenia memiliki tingkat

kualitas hidup yang berbeda. Menurut Koyama, Akiyama, Miyake, & Kurita, (2004); Gurung,

(2006) family functioning dan kualitas hidup merupakan faktor penting dalam pengobatan

psikiatris dimana family functioning dan kualitas hidup yang baik dapat membantu proses

penyembuhan penderita skizofrenia.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat gambaran family funtioning dan

kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian akan

dilakukan pada anggota keluarga yang tinggal bersama penderita skizofrenia yang berdomisili

di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan alat ukur Family Assessment Device dan

World Health Organization Quality of Life-Bref.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran family

functioning dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran family functioning dan kualitas hidup

anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Family Functioning

Walsh (2003) mendefinisikan family functioning sebagai konstruk multidimensional

yang menggambarkan aktivitas dan interaksi keluarga yang efektif atau tidak efektif dalam

mendorong keluarga untuk memenuhi tujuannya, yaitu memberikan kebutuhan materi dan

dukungan emosional bagi para anggotanya, mengembangkan kesejahteraan dan

perkembangan masing-masing anggotanya (McCreary & Dancy, 2004).

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

6

Universitas Indonesia

Untuk memahami family functioning secara menyeluruh dan komprehensip, Epstein,

Baldwin dan Bishop (1983) mengembangkan sebuah model family functioning yaitu

McMaster Model of Family Functioning (MMFF). Model ini dikembangkan berdasarkan pada

perspektif sistem keluarga secara menyeluruh (Yukit-San dan Cheung, 1997). Model ini

terdiri dari enam dimensi yaitu penyelesaian masalah problem solving), komunikasi

(communication), peran (role functioning), respon afektif (affective responsiveness),

keterlibatan afektif (affective involvement), kontrol perilaku (behavior control).

Kualitas Hidup

World Health Organization (1996) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi

individu atas posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai yang

mereka anut, serta hubungannya dengan tujuan pribadi, harapan, standar dan kepentingan

mereka. Definisi tersebut menunjukan bahwa kualitas hidup mengacu kepada penilaian

subjektif yang terkait dengan aspek budaya, sosial dan lingkungan. Definisi kualitas hidup ini

berfokus pada persepsi individu mengenai kulitas hidupnya, sehingga tidak mengukur gejala-

gejala dan kondisi penyakit. Definisi ini lebih mengukur dampak dari penyakit terhadap

kualitas hidup. Kualitas hidup juga tidak dapat begitu saja disamakan dengan istilah “status

kesehatan”, “gaya hidup”, “kepuasan hidup”, “kondisi hidup”, kondisi mental”, atau

“kesejahteraan” (WHO, 1996). World Health Organization (1997) menyebutkan bahwa

kualitas hidup merupakan konsep yang luas, selain mengandung persepsi kualitas hidup dan

kesehatan secara umum, terdapat juga 4 dimensi lain, yaitu dimensi kesehatan fisik,

psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

Skizofrenia

Davison, Neale dan Kring (2008) mendefinisikan skizofrenia sebagai gangguan

psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku. Gangguan

proses berpikir pada penderita skizofrenia adalah ide-ide yang berhubungan secara tidak logis,

kesalahan persepsi dan atensi, afek datar atau tidak sesuai dan gangguan yang aneh (bizzare)

pada aktivitas motoriknya.

Simtom pada penderita skizofrenia mencakup gangguan pada beberapa area utama

seperti pikiran, persepsi, atensi, perilaku, emosi, dan keberfungsian dalam kehidupan sehari-

hari. Rentang gangguan pada pasien skizofrenia sangat luas, simtom yang muncul pada salah

satu penderita skizofrenia bisa berbeda dengan penderita skizofrenia lainnya (Davison, Neale

dan Kring, 2008). Selanjutnya Davison, Neale dan Kring (2008) mengelompokan simtom-

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

7

Universitas Indonesia

simtom tersebut kedalam empat kategori yaitu simtom positif, simtom negatif, simtom tidak

terorganisasi dan simtom lainnya.

3. METODE PENELITIAN

Partisipan Penelitian

Karakteristik partisipan penelitian ini adalah:

1. Anggota keluarga yang tinggal bersama dengan penderita skizofrenia.

Anggota keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayah, ibu, atau saudara dari

penderita skizofrenia yang memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang di

diagnosa menderita skizofrenia.

2. Pria atau wanita yang berada pada tahap usia dewasa.

Partisipan dalam penelitian ini merupakan keluarga penderita yang sudah menginjak usia

dewasa awal (25-40 tahun), dan dewasa madya (41-65 tahun).

3. Memiliki latar belakang pendidikan minimal lulusan SD atau sederajat.

4. Berdomisili di Jawa Barat.

Jumlah partisipan penelitian ini sebanyak 35 orang. Teknik pengambilan partisipan

yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori accidental sampling yaitu

partisipan dipilih berdasarkan tersedianya individu dan kemauan untuk mengikuti penelitian

(Kumar, 2005).

Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat ukur penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitain ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pengantar, data

demografi, dan alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu FAD dan

WHOQOL-BREF.

Alat Ukur Family Functioning

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device

(FAD) yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin, & Bishop (1983). FAD terdiri dari 53 item

yang dikelompokkan kedalam enam dimensi McMaster Model of Family Functioning yaitu

penyelesaian masalah, komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif, kontrol

perilaku, dan satu bagian yang mengukur family functioning secara umum. Skoring family

functioning dilakukan dengan cara menghitung skor rata-rata dari setiap item dalam dimensi.

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

8

Universitas Indonesia

Skor rata-rata item pada tiap dimensi tersebut dijumlahkan, kemudian dibagi jumlah item

pada dimensi untuk mendapatkan skor rata-rata pada dimensi tersebut. Skor rata-rata ini

dibandingkan dengan skor cut-off (lihat tabel 3.1) untuk mengetahui area-area family

functioning yang bermasalah (Miller, Epstein, Bishop, Keitner, 1985).

Tabel 3.1 Skor cut-off Alat Ukur FAD Dimensi Skor cut-off

Pemecahan Masalah 2.2 Komunikasi 2.2

Peran 2.3 Respon Afektif 2.2

Keterlibatan Afektif 2.1 Kontrol Perilaku 1.9

General Functioning 2.0

Alat Ukur Kualitas Hidup

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah World Health Organization

Quality of Life-BREF yang dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi ke dalam bahasa

Indonesia oleh Dr Ratna Mardiati dan Satya Joewana (Universitas Atma Jaya, Jakarta), Dr

Hartati Kurniadi dan Isfandari (Departemen Kesehatan Indonesia), Riza Sarasvita (Rumah

Sakit Ketergantungan Obat Fatmawati, Jakarta). WHOQOL-BREF terdiri dari 26 item dan 4

dimensi yang terdiri dari dimensi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

WHOQOL-BREF menghasilkan empat skor dimensi dan juga dua skor dari dua item yang

merupakan representasi dari persepsi kualitas hidup individu secara menyeluruh (Q1) dan

persepsi kesehatan secara menyeluruh (Q2). Skoring kualitas hidup dilakukan dengan cara

menghitung skor rata-rata dari setiap item dalam domain. Skor rata-rata tersebut dijumlahkan.

Sedangkan untuk skor keseluruhan kualitas hidup dilakukan dengan cara menjumlahkan skor

rata-rata dari seluruh item (item 1- item 26). Selanjutnya jumlah skor masing-masing domain

dibandingkan dengan skor cut-off (lihat tabel 3.2) (Maneesin, Sampatanukul, Lertmaharit,

Nagara, & Prasopsanti, 2012).

Table 3.2. Skor cut-off Alat Ukur WHOQOL-BREF Dimensi Rendah Sedang Tinggi

Kesehatan Fisik 7-16 17-26 27-35 Psikologis 6-14 15-22 23-30

Hubungan Sosial 3-7 8-11 12-15 Lingkungan 8-18 19-29 30-40 Keseluruhan 26-60 61-95 96-130

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

9

Universitas Indonesia

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Peneliti membangun rapport serta menjelaskan tujuan dan meyakinkan bahwa

kerahasiaan identitas partisipan serta informasi yang mereka berikan akan dijaga. Selanjutnya

peneliti mengadministrasikan alat ukur FAD dan WHOQOL-BREF. Secara keseluruhan

peneliti memberikan kuesioner kepada 49 partisipan dan hanya 35 kuesioner yang dapat

diolah.

Tahap Pengolahan Data

Peneliti mengumpulkan semua data yang didapat dan menandai item yang termasuk

favorable dan unfavorable pada kedua alat ukur. Selanjutnya peneliti melakukan skoring pada

alat ukur family functioning dan kualitas hidup. Peneliti menghitung skor rata-rata dari setiap

dimensi family functioning dan jumlah skor dari setiap dimensi kualitas hidup. Skor-skor

tersebut dibandingkan dengan skor cut-off untuk mengetahui gambaran family functioning dan

kualitas hidup dari partisipan. Selanjutnya peneliti menggunakan statistik deskriptif

mengetahui gambaran penyebaran partisipan dan penderita berdasarkan data demografi

partisipan dan penderita, serta menggunakan uji statistik independent sample t-test dan one-

way analysis of variance (ANOVA) untuk mengetahui hubungan data demografis partisipan

dengan kedua valiabel.

4. HASIL

Gambaran Data Demografis Partisipan dan Penderita

Berdasarkan data demografis partisipan dapat diketahui, jumlah partisipan perempuan

sebanyak 25 orang (71 %) dan partisipan laki-laki 10 orang (29 %), 20 (57 %) partisipan berada

pada rentang usia 41-65 tahun, 15 (43 %) partisipan berada pada rentang usia 25-40 tahun.

Partisipan yang memiliki latar belakang pendidikan SMA 13 orang (37%), S2 sebanyak 1

orang (3%). Pekerjaan yang paling banyak dijalani oleh partisipan adalah ibu rumah tangga,

sebanyak 16 orang (46 %).

Sebanyak 25 (71%) partisipan berstatus menikah, 1 (3%) partisipan berstatus duda, 27

(77 %) partisipan memiliki anak berjumlah 0-3 dan 2 (6%) partisipan memiliki anak

berjumlah 7-9. Sebanyak 13 (37%) patisipan memiliki hubungan sebagai kakak. Jumlah

anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah, 21 (60%) partisipan sebanyak 4-6

orang, 3 (9 %) partisipan sebanyak 7-9 orang. Sebanyak 13 (63%) partisipan telah merawat

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

10

Universitas Indonesia

penderita selama 6-20 tahun, 13 (37 %) partisipan telah merawat penderita kurang dari 6

tahun.

Adapun data demografis dari penderita skizofrenia yaitu sebanyak 19 (54%) penderita

adalah laki-laki, 16 (46%) penderita adalah perempuan. Sebanyak 17 (47%) penderita berusia

25-40, dan 5 (14%) penderita berusia 20-24 tahun, 15 (43%) penderita didiagnosa pada tahun

2001-2010 dan sebanyak 6 (17%) penderita didiagnosa diatas tahun 2010. Sebanyak 27 (77%)

penderita menjalani pengobatan medis dan 8 (23%) penderita melakukan pengobatan secara

medis dan alternatif. Sembilan belas (54%) penderita tidak pernah menjalani rawat inap di

rumah sakit dan 16 (46%) penderita pernah menjalani rawat inap di rumah sakit.

Gambaran family functioning

Gambaran family functioning dapat dilihat dari skor rata-rata masing-masing dimensi

yang dibandingkan dengan skor cut-off family functioning. Area family functioning dikatakan

bermasalah jika skor rata-rata setiap dimensi lebih rendah dari skor cut-off.

Tabel 4.1. Gambaran family functioning Partisipan Dimensi Skor rata-rata Skor cut-off

Pemecahan Masalah 3,07 2,2 Komunikasi 2,90 2,2

Peran 2,68 2,3 Respon Afektif 2,81 2,2

Keterlibatan Afektif 2,81 2,1 Kontrol Perilaku 2,81 1,9

General Functioning 2,99 2,0

Berdasarkan pada Tabel 4.1 skor rata-rata setiap dimensi family functioning berada di

atas skor cut-off. Hal tersebut menunjukan bahwa partisipan tidak mengalami masalah pada

semua dimensi family functioning.

Gambaran kualitas hidup

Gambaran kualitas hidup dapat dilihat dari jumlah skor rata-rata masing-masing item

dalam setiap domain yang dibandingkan dengan skor cut-off kualitas hidup. Kualitas hidup

dikatakan rendah, sedang atau tinggi jika jumlah skor rata-rata setiap dimensi berada dalam

salah satu rentang skor cut-off.

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

11

Universitas Indonesia

Tabel 4.2. Gambaran Kualitas Hidup Partisipan

Domain Jumlah Skor Rata-rata

Skor cut-off Rendah Sedang Tinggi

Kesehatan Fisik 26 7-16 17-26 27-35 Psikologis 21 6-14 15-22 23-30

Hubungan Sosial 10 3-7 8-11 12-15 Lingkungan 27 8-18 19-29 30-40 Keseluruhan 84 26-60 61-95 96-130

Berdasarkan pada Tabel 4.2 jumlah skor rata-rata masing-masing item dalam setiap

domain kualitas hidup berada pada rentang sedang skor cut-off. Hal tersebut menunjukan

bahwa kualitas hidup dari partisipan berada pada tingkatan sedang.

Hubungan Data Demografis Partisipan dengan Family Functioning dan Kualitas Hidup

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode statistik independent sample t-tes

dan one-way analysis of variance (ANOVA). Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat

perbedaan mean yang signifikan antara data demografis partisipan dengan family functioning.

Begitu juga hubungan data demografis partisipan dengan kualitas hidup, hasil menunjukan

bahwa tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antara data demografis partisipan

dengan kualitas hidup, kecuali lama merawat.

5. PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yukit-San dan Cheung (1997) di Hongkong

ditemukan bahwa setiap individu dalam keluarga yang terlibat dalam proses perawatan

penderita skizofrenia memandang bahwa keluarga mereka memiliki gangguan pada lima

dimensi family functioning yaitu dimensi affective involvement, role functioning, affective

responsiveness, pemecahan masalah, komunikasi. Sedangkan, dalam penelitian ini

menunjukan hasil yang berbeda yaitu setiap partisipan memandang keluarga mereka tidak

memiliki masalah pada semua dimensi family functioning. Perbedaan ini kemungkinan

disebabkan oleh beban partisipan sebagai individu yang merawat penderita mengalami

penurunan sehingga berpengaruh terhadap pandangan mereka mengenai family functioning.

Berdasarkan komunikasi personal yang dilakukan peneliti dengan anggota keluarga yang

merawat penderita ditemukan bahwa menurut mereka, dirinya dan anggota keluarga yang lain

sudah tidak lagi merasa, malu, khawatir dan tidak berdaya secara berlebihan seperti pertama

kali merawat penderita.

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

12

Universitas Indonesia

Kekhawatiran yang masih dirasakan cukup mengganggu saat ini adalah kekhawatiran

akan masa depan penderita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Caqueo-Urizar & Gutierrez-

Maldonado (2006) yang menyatakan bahwa secara psikologis setiap anggota keluarga

penderita skizofrenia dipenuhi kekhawatiran akan masa depan penderita. Selain itu, kondisi

penderita semakin hari semakin baik dalam arti penderita sudah mampu menjalankan

kehidupan yang normal. Sehingga beban fisik mereka mengalami penurunan karena mereka

tidak harus membantu penderita untuk melakukan perawatan diri ataupun kegiatan sehari-hari

lainnya. Secara sosial, pada awal perawatan, setiap individu dalam keluarga merasa malu dan

lingkungan sosial cenderung menghindar karena tindakan penderita yang menggangu. Akan

tetapi, semakin lama lingkungan sosial mulai menerima dan menaruh kepedulian serta

dukungan atas ketekunan mereka dalam merawat penderita. Berdasarkan penjelasan tersebut,

terdapat kemungkinan bahwa beban yang dialami anggota keluarga sebagai individu yang

merawat penderita telah mengalami penurunan, sehingga berdampak pada pandangan mereka

akan kondisi family functioning mereka yang tidak mengalami masalah pada semua dimensi.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kualitas hidup partisipan berada pada

tingkatan sedang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiningtyas

(2007) mengenai gambaran kualitas hidup anggota keluarga penderita skizofrenia, di wilayah

Jakarta, ditemukan bahwa kualitas hidup anggota keluarga sebagai individu yang merawat

penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang dan baik. Hal lain yang perlu dibahas

disini adalah mengenai penilaian pada item WHOQOL-BREF yang menggunakan skala 1-5.

Terdapat kemungkinan bahwa partisipan lebih banyak memilih jawaban tengah pada setiap

item. Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil observasi peneliti, ditemukan bahwa sebagian

besar partisipan memilih jawaban tengah. Sehingga, kualitas hidup partisipan yang berada

pada tingkatan sedang dapat terjadi karena kecenderungan partisipan untuk memilih jawaban

tengah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan family

functioning pada jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, jumlah anak,

hubungan dengan penderita, jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama, dan lama

merawat. Begitu juga dengan kualitas hidup, tidak terdapat perbedaan kualitas hidup pada

usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, jumlah anak, hubungan dengan penderita, dan

jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama. Akan tetapi penelitian menunjukan hasil yang

berbeda pada lama merawat. Lama merawat menunjukan nilai yang signifikan dengan

kualitas hidup, yang berarti bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup pada lama merawat.

Peneliti berpendapat, semakin lama merawat penderita, setiap individu dalam keluarga akan

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

13

Universitas Indonesia

menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang dihadapinya. Openshaw (2011) menyebutkan

ketika keluarga mengalami tekanan, pengalaman yang menyebabkan trauma maka keluarga

melakukan penyesuaian dan perubahan fungsi dalam keluarga untuk mengatasi

permasalahannya tersebut.

6. KESIMPULAN

Anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada

semua dimensi family functioning dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat

penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang.

7. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penelti menyarankan beberapa hal untuk

penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan data sebaiknya dilakukan di tempat yang kondusif, sehingga partisipan

memiliki waktu yang cukup untuk mengisi kuesioner dan menjalani wawancara

singkat dengan peneliti.

2. Berkaitan dengan alat ukur, perlu dilakukan beberapa revisi terrhadap item yang

memiliki makna ambigu atau dilakukan penyesuaian dalam item dengan cara

menyebutkan secara spesifik kaitannya dengan kehidupan keluarga penderita

skizofrenia.

3. Terkait dengan penilaian pada item WHOQOL-BREF yang menggunakan skala 1-5,

maka untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan wawancara dan observasi pada saat

pengambilan data. Hal ini bertujuan untuk menghindari kecenderungan partisipan

dalam memilih jawaban tengah.

4. Pada penelitian selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan

gambaran lebih lengkap mengenai family functioning partisipan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningtyas, N. (2007). Gambaran Kualitas Hidup Keluarga. Tugas Akhir. Depok: Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Anna, L.K. 80 Persen Penderita Skizofrenia Tak Diobati. 3 Juni, 2011.

http://health.kompas.com/read/2011/06/03/07014272/80.Persen.Penderita.Skizofreni

a.Tak.Diobati  

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

14

Universitas Indonesia

Avinash, D.S., Kurvey, A., & Sonavane, S. (2012). Family Psychoeducation for

Schizophrenia: A Clinical Review. MJP Online Early.

Boyer, L., Auquier, P., Caqueo-Urízar, A., Richieri, R., Lancon, C., & Gutiérrez-Maldonado,

J. (2012). Quality of Life Among Caregivers of Patients with Schizophrenia: A

Cross-Cultural Comparison of Chilean and French Families. BMC Family Practice,

42, 1471-2296.

Caqueo-Urizar, A., & Gutierrez-Maldonado, J. (2006). Burden of Care in Families of Patients

with Schizophrenia. Quality of Life Research, 15, 719-724.

Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A. M. (2008). Abnormal Psychology (9th ed.). New

York: John Wiley & Sons, Inc.

Epstein, N.B., Ryan, C.E., Bishop, D.S., Miller, I.W., & Keitner, G.I. (2003). The McMaster

Model: A View of Healthy Family Functioning. In Walsh, F (Ed). Normal Family

Processes: Growing Diversity and Complexity (3rd ed.). New York: The Guilford

Press.

Foldemo, A., Gullberg, M., Ek, A.C., & Bogren, L. (2005). Quality of Life and Burden in

Parents of Outpatients with Schizophrenia. Social Psychiatry Psychiatry Epidemiol,

40, 133–138.

Gonzalez-Torres, M.A., Oraa, R., Aristegui, M., Fernandez-Rivas, A., & Guimon, J. (2007).

Stigma and discrimination towards people with schizophrenia and their family

members. Social Psychiatry Psychiatr Epidemiol, 42, 14–23.

Gurung, R.A.R. (2006). Health Psychology. United State: Wadsworth.

Koyama, A., Akiyama, T., Miyake, Y., & Kurita, H. (2004). Family functioning perceived by

patients and their family members in three Diagnostic and Statistical Manual-IV

diagnostic groups. Psychiatry and Clinical Neurosciences, 58, 495–500.

Kumar, R. (2005). Research Metodology: a Step-by-Step Guide for Beginners (2nd ed.).

London: Sage.

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

15

Universitas Indonesia

Lim, J., & Ashing-Giwa, K.T. (2012). Is Family Functioning and Communication Associated

with Healthrelated Quality of life for Chinese- and Korean American Breast Cancer

Survivors?. Quality of Life Reserve. DOI 10.1007/s11136-012-0247-y

McCreary, L.L., & Dancy, B.L. (2004). Dimensions of Family Functioning: Perspectives of

Low-Income African American Single-Parent. Journal of Marriage and Family, 66,

690-701.

Miller, I.W., Epstein, N.B., Bishop, D.S., Keitner, G.I. (1985). The McMaster Family

Assessment Device: Reliability and Validity. Journal of Marital & Family Therapy,

11, 345–356.

Miller, I.W., Ryan, C.E., Keitner, G.I., Bishop, D.S., & Epstein, N.B. (2000). Journal of

Family Therapy, 22, 168–189.

Openshaw, K.P. (2011). The Relationship between Family Functioning, Family Resilience,

and Quality of Life among Vocational Rehabilitation Clients. Disertation. Logan:

Utah State University.

Rossler, W., Salize, H.J., van Os, J., & Riecher-Rossler, A. (2005). Size of burden of

schizophrenia and psychotic disorders. European Neuropsychopharmacology, 15,

399 – 409.

Spaniol L, Zipple A,Lockwood D. (1992). The role of family in psychiatric rehabilitation.

Schizophr Bulletin, 18, 341–348.

The WHOQOL Group. (1995). The World Health Organization Quality of Life Assessment

(WHOQOL): Position paper from The World Health Organization. Social Science

Media, 41, 1403 1409.

Walsh, F. (2003). Normal Family Processes Growing: Diversity and Complexity (3rd ed).

New York: The Guilford Press.

Walsh, F. (1989). Perceptions of Family Normality: Refining Our Lenses. Journal of Family

Psychology, 2, 303-306.

World Health Organization. (2008). Draft Programme on Mental Health: WHOQOL User

Manual. 4 Desember 2012.

http://www.who.int/mental_health/evidence/who_qol_user_manual_98.pdf

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013

16

Universitas Indonesia

World Health Organization. (2003). Investing in Mental Helath. 14 Agustus 2012.

http://www.who.int/mental_health/media/investing_mnh.pdf

World Health Organization. (2004). Mental Health and Substance Abuse: Facts and Figures:

Schizophrenia :Youth’s Greatest Disabler. 4 November 2012.

http://www.searo.who.int/en/Section1174/Section1199/Section1567/Section1827_80

48.htm

World Health Organization. (2012). Schizophrenia. 23 September 2012.

http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/

World Health Organization. (2004). The World Health Organization Quality of Life

(WHOQOL)-BREF. 13 Agustus 2012.

http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqol.pdf

World Health Organization. (1996). WHOQOL-BREF: Introduction, Administration, Scoring

and Generic Version of the Assessment. 13 Agustus 2012.

http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf

World Health Organization. (1997). WHOQOL Measuring Quality of Life. Dvision of Mental

Health and Prevention of Subtance Abuse World Health Organization.

World Health Organization. (2002). WHOQOL-SRPB: Users Manual, Scoring and Coding

for the WHOQOL SRPB Field-Test Instrument. 14 Agustus 2012.

http://www.who.int/mental_health/evidence/whoqol_srpb_users_manual_rev_2005.p

df

World Health Organization. (1997). WHOQOL-SRPB: Users Manual, Scoring and Coding

for the WHOQOL SRPB Field-Test Instrument. 14 Agustus 2012.

Yukit-San, S., & Cheung, S. (1997). Family Functioning, Social Suport to Families, and

Symptom Remittance of Schizophrenia. Hong Kong Journal of Psychiatry, 2, 19-25.

Gambaran tingkat..., Nur Ellah, FPsi UI, 2013