Gambaran Efektifitas Program Puskesmas Mangunsari Terkait ...€¦ · program puskesmas mangunsari...
Transcript of Gambaran Efektifitas Program Puskesmas Mangunsari Terkait ...€¦ · program puskesmas mangunsari...
Gambaran Efektifitas Program Puskesmas Mangunsari Terkait Gizi
Buruk Dan Gizi Kurang
Tugas Akhir
Disusun Oleh:
NAMA: Yehezkiel Andumanang
NIM: 462014042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
Gambaran Efektifitas Program
Puskesmas Mangunsari Terkait Gizi Buruk Dan Gizi Kurang
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh:
NAMA: Yehezkiel Andumanang
NIM: 462014042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
Pendahuluan
Gizi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas
kesehatan manusia, yang merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
bangsa. Dalam hal ini gizi sangat berpengaruh terhadap kecerdasan dan produktifitas
kerja manusia. Masalah gizi di Indonesia disebabkan oleh faktor langsung dan tidak
langsung, faktor tidak langsung adalah tidak cukupnya pangan di rumah tangga,
kurang baiknya pola pengasuhan anak terutama dalam pola pemberian makan pada
balita, kurang memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya
pelayanan kesehatan(1). Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kasus gizi buruk
dan gizi kurang adalah tingkat ekonomi, sosial dan pendidikan orangtua balita.
Rendahnya status kesehatan balita juga merupakan pencerminan kondisi perinatal
yang kurang sehat mulai dari masa Antenatal Care (ANC) sampai Postnatal Care
(PNC) dan faktor lain adalah karena lingkungan yang kurang sehat(5). Selain karena
faktor perinatal, kondisi sosial dan demografi juga sangat mempengaruhi status
kesehatan balita khususnya pada status gizi balita(2). Masalah gizi di Indonesia saat
ini terdapat 4 faktor utama yang perlu ditangani dengan program perbaikan gizi, yaitu
masalah kurang energi protein, masalah kurang vitamin A, masalah anemia zat gizi
dan masalah gangguan akibat kekurangan yodium. Di daerah provinsi Jawa tengah
yang menjadi faktor belum teratasinya gizi buruk adalah kurangnya pelayanan
kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, dan juga faktor ekonomi,
dan pendidikan masyarakat. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi masih
menjadi persoalan di Jawa Tengah(6).
Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa di Indonesia terdapat 32.521 (14%)
balita yang mengalami gizi buruk dan 17% dengan kasus balita yang mengalami gizi
kurang. Persentase kasus gizi kurang pada balita di Jawa Tengah pada tahun 2012
sebesar 4.88% dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 3.86%, sedangkan
kasus gizi buruk pada balita di tahun 2012 sebesar 1.131 (0.06%) dan mengalami
peningkatan pada tahun 2013 menjadi 2.475 (0.30%)(10). Prevalensi balita yang
mengalami gizi kurang di kota Salatiga pada tahun 2012 sebanyak 274 (2.84%) dan
mengalami penurunan pada 2013 menjadi 196 (2.15%) dan prevalensi balita yang
mengalami gizi buruk pada tahun 2012 sebanyak 3 orang anak (0,03%) dan
mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 2 orang anak (0.02%)(7).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, yaitu dengan
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Fungsi dan tugas puskesmas adalah melaksanakan
perencanaan, melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan
evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi kasus gizi
buruk yang belum teratasi saat ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh puskesmas
yaitu dengan cara melakukan program promosi kesehatan melalui upaya perbaikan
gizi kepada keluarga, pemantauan tingkat konsumsi gizi penduduk secara berkala,
pemberian makanan tambahan kepada anak, serta pemantauan status gizi pada anak.
Pemberian obat kepada anak balita dan pengarahan kepada orangtua untuk lebih
memperhatikan gizi anaknya dan rajin mengkonsultasikan gizi anak ke petugas
kesehatan dan puskesmas dari berbagai program tersebut(8).
Ada beberapa program promosi kesehatan, pemantauan kesehatan, pemberian
makanan tambahan dan pemantauan gizi pada anak yang telah dilakukan oleh
puskesmas, akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan program
pelayanan puskesmas yaitu pelayanan puskesmas yang masih sangat terbatas baik
dalam hal tenaga kerja yang masih kurang aktif untuk melakukan program promosi
kesehatan ke masyarakat, sarana dan prasarana yang kurang memadai, ketersediaan
obat, fasilitas biaya dan pelayanan medisnya yang tidak cukup dan keterlambatan
pengambilan data kasus gizi buruk ke masyarakat(9).
Penelitian sebelumnya Hendri Dwi Cahyani 2014(3) menjelaskan bahwa yang
menjadi persoalan untuk menjalankan program puskesmas terkait gizi buruk dan gizi
kurang adalah masalah pelayanan puskesmas yang masih terbatas, tenaga kesehatan
yang kurang aktif melakukan promosi kesehatan, fasilitas biaya pelayanan medisnya
yang masih kurang dan sarana prasarana yang masih kurang memadai. Menurunnya
prevalensi kasus gizi buruk dan gizi kurang di Jawa Tengah dan beragamnya
pelayanan puskesmas ke masyarakat, maka penelitian ini melihat kembali berjalannya
program yang dilaksanakan puskesmas ke masyarakat terkait gizi buruk dan gizi
kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengobservasi gambaran efektifitas
program puskesmas mangunsari terkait gizi buruk dan gizi kurang.
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, jenis
pengambilan data menggunakan kusioner dengan bentuk penyajian data dalam bentuk
narasi. Penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Mangunsari di dapatkan 50
responden orangtua balita dengan karakteristik responden adalah orangtua balita yang
telah mengikuti program puskesmas lebih dari dua kali. Cara pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan di 7 posyandu balita yang berada di daerah pelayanan
puskesmas mangunsari, pengambilan data responden didapatkan menurut populasi
orangtua balita yang rutin mengikuti kegiatan puskesmas mangunsari.
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mangunsari Kota Salatiga. Puskesmas
Mangunsari salatiga terletak di Jalan Bangau No. 16 Kecamatan Sidomukti Provinsi
Jawa Tengah. Puskesmas Mangunsari salatiga memiliki 7 posyandu balita dan
memberikan pelayanan ke posyandu balita 1 kali dalam 1 bulan yaitu pada minggu
kedua dalam setiap bulannya. Salah satu program yang dilaksanakan di puskesmas
mangunsari salatiga adalah untuk mengatasi gizi buruk dan gizi kurang. Program
pokok yang dilaksanakan di Puskesmas Mangungsari Salatiga untuk
mencegah/mengatasi kasus gizi buruk dan gizi kurang adalah pemberian vitamin A
dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yaitu berupa pemberian kacang ijo yang
selalu di berikan di setiap pelayanan. Selain itu Posyandu balita juga memberikan
penyuluhan tentang kasus gizi buruk dan gizi kurang serta pemantauan status gizi
pada balita seperti pengukuran tinggi badan, berat badan dan pemantauan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui perkembangan status gizi pada balita.
Proses penyuluhan perorangan kepada orangtua balita (diagram 1) yang
dilakukan di Puskesmas Mangunsari dilakukan dengan cara, (1)orangtua balita balita
datang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada anaknya; (2) kader
Posyandu akan membandingkan hasil penimbangan dengan hasil penimbangan
sebelumnya yang terdapat di Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk melihat perubahan
yang terjadi; (3) pencatatan hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan di kartu
menuju sehat (KMS); (4) orangtua balita diarahkan ke ahli gizi untuk mendapatkan
penyuluhan dengan tujuan agar status gizi balita tetap terjaga; (5) orangtua akan
mendapatkan bubur kacang ijo dan vitamin A untuk diberikan kepada bayinya agar
mendapatkan pemulihan gizi. Cara lain yang dilakukan oleh Puskesmas Mangunsari
dalam penanganan gizi buruk dan gizi kurang adalah memberikan pengobatan dan
rawat jalan pada balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang.
Diagram 1: proses pelayanan Puskesmas Mangunsari untuk mengatasi gizi
buruk dan gizi kurang
Langkah pelayanan yang di lakukan di Posyandu balita Puskesmas
Mangunsari sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2015)(11) yang
mengatakan bahwa upaya peningkatan gizi balita dilakukan dengan sistem 5 meja,
yaitu pendaftaran (meja 1), penimbangan (meja 2), pencatatan (meja 3), penyuluhan
(meja 4), pelayanan pengobatan, imunisasi sesuai dengan kebutuhan balita (meja 5).
Pelayanan Posyandu balita yang dilakukan di Puskesmas Mangunsari Kota Salatiga
menunjukan bahwa pelayanan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik. Hal ini
terlihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa orangtua balita berpartisipasi
dan aktif mengikuti program yang dilaksanakan di puskesmas mangunsari (tabel 1).
Orangtua balita datang
ke posyandu
Pemeriksaan Tinggi
Badan/Berat Badan Dilakukan oleh kader
posyandu
Pemeriksaan Kartu
Menuju Sehat (KMS)
Dilakukan oleh kader
dan ahli gizi
Orangtua mendapatkan
penyuluhan tentang status
gizi pada anaknya
Dilakukan oleh ahli
gizi dari Puskesmas
Orangtua mendapatkan
PMT dan vitamin A Dilakukan oleh kader
posyandu
1. Tabel 1 Partisipasi/keaktifan orangtua balita mengikuti program puskesmas
No Partisipasi/keaktifan orangtua balita mengikuti
program puskesmas
Ya Tidak
1 Rutin mengikuti program puskesmas dan sudah puas
dengan program yang diberikan puskesmas
49 0
2 Rutin mengikuti program puskesmas tapi belum puas
dengan program yang telah diberikan puskesmas
1 0
3 Tidak rutin mengikuti program puskesmas tapi sudah puas
dengan program yang telah diberikan puskesmas
0 0
4 Tidak rutin mengikuti program puskesmas dan tidak puas
dengan program yang telah diberikan puskesmas
0 0
Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan bahwa 49 responden dengan rutin
mengikuti program Puskesmas dan sudah puas dengan program yang telah
dilaksanakan puskesmas. Hanya 1 responden yang mengatakan bahwa ia rutin
mengikuti program Puskesmas tetapi belum puas dengan program yang telah
dilaksanakan karena alasan program yang diberikan Puskesmas Mangunsari masih
kurang memadai. Rasa puas yang dimiliki oleh responden dikarenakan Puskesmas
selalu melakukan penyuluhan dan pemantauan gizi yang intensif terhadap balita.
Tingginya partisipasi orangtua balita mengikuti program yang dilaksanakan
Puskesmas Mangunsari tidak terlepas dari pelayanan yang diberikan kepada anak
balita, yaitu pemberian vitamin A dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Menurut Anditia (2012)(12) dalam penelitiannya menyatakan bahwa salah satu cara
untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu di
selenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk pemulihan gizi. Hal ini
dilakukan oleh Puskesmas Mangunsari sehingga orangtua balita rutin ke
Posyandu/Puskesmas untuk mendapatkan pemulihan gizi pada anaknya.
Perilaku kunjugan orangtua balita datang ke posyandu/puskesmas berdasarkan
Menurut Handayani (2012)(13) menyatakan bahwa Perilaku kunjungan orangtua
balita datang ke Posyandu/Puskesmas tergantung pada kualitas pelayanan kesehatan
yang yang telah di berikan. Kepuasan orangtua balita untuk melakukan kunjungan ke
posyandu menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh puskesmas sudah
berjalan dengan baik. Peran pelayan kesehatan yang di dalam penelitian ini adalah
ahli gizi turut memberikan pengaruh pada tingkat kepuasan pelayanan di posyandu
balita, peran ahli gizi yaitu selalu hadir di posyandu balita untuk memberikan
penyuluhan dan konsultasi gizi. Selain ahli gizi kader juga mempunyai peranan
penting dalam penyelenggaraan posyandu untuk menjamin penyebaran informasi
kesehatan kepada masyarakat dan penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2012)(14) yang
menyatakan bahwa partisipasi orangtua balita untuk mengikuti program puskesmas
tergantung dari peran, dukungan, dan tanggung jawab yang tinggi dari kader
posyandu, kader PKK, tokoh masyarakat, kepala puskesmas. Hal ini dikarenakan
program yang dilaksanakan untuk mengatasi gizi buruk dan gizi kurang
mengupayakan pemberdayaan masyarakat untuk membantu, memotivasi, dan
memfasilitasi orangtua yang memiliki balita yang mengalami gizi buruk dan gizi
kurang. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan status gizi anak dengan
memanfaatkan semua potensi yang ada pada ibu, keluarga, dan masyarakat.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang memadai di Posyandu turut
mempengaruhi partisipasi orangtua balita untuk mengatasi atau mencegah gizi buruk
dan gizi kurang. Menurut Sartika (2010)(15) posyandu merupakan sarana yang
bermanfaat untuk masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masyarakat
datang ke Posyandu karena sarana dan prasarana tersedia, mutu pelayanan yang
dinilai baik oleh orangtua, dan letak posyandu yang tidak jauh dari rumah warga.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor-faktor sarana pelayanan kesehatan juga
menunjukan efektivitas program yang dilaksanakan (tabel 2).
2. Tabel 2 Keefektifan program yang telah dilaksanakan puskesmas
No Keevektifan program yang telah dilaksanakan
puskesmas
Ya Tidak
1 Ketersediaan tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan,
ahli gizi)
47 3
2 Ketersediaan layanan kesehatan untuk mengatasi gizi
buruk dan gizi kurang, seperti pemantauan KMS,
pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengobatan dan
pemberian rawat jalan pada anak yang mengalami gizi
buruk dan gizi kurang
47 3
Berdasarkan hasil penelitian, 47 responden mengatakan bahwa keefektifan program
dirasakan melalui ketersediaan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi gizi buruk dan gizi kurang, sedangkan 3 responden mengatakan bahwa
program yang dijalankan Puskesmas belum efektif karena tenaga kesehatan yang ada
belum sepenuhnya aktif untuk memberikan pelayanan.
Sumberdaya tenaga kesehatan turut berperan penting dalam menyelenggarakan
program untuk mencegah dan mengatasi gizi buruk dan gizi kurang. Menurut Susanti
(2017)(16) peran petugas kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu
pelayanan kesehatan di puskesmas. Kebutuhan tenaga kesehatan di Puskesmas
Mangunsari sudah tersedia, namun jumlah tenaga ahli gizi berdasarkan hasil observasi
masih kurang. Hal ini di karenakan jika ahli gizi melakukan pelayanan ke Posyandu
maka orangtua balita yang datang ke Puskesmas tidak mendapatkan pelayanan dan
satu ahli gizi kewalahan untuk menangani jumlah balita yang ada di Puskesmas
Mangunsari. Tenaga kesehatan mengambil peranan penting dalam pelaksanaan
program. Lisang (2017)(17) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pelayanan
kesehatan yang berkualitas harus di dukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas selain ketersediaan sumber daya yang lain.
Faktor pendukung yang lain adalah adanya sarana dan prasarana dalam
melakukan pelayanan. Sarana dan prasarana yang ada adalah formulir-formulir, buku
pedoman pelayanan anak gizi buruk dan formulir pencatatan dan pelaporan status gizi
balita. Media lain yang digunakan adalah media KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi) seperti poster, leaflet. Puskesmas juga memberikan PMT yaitu makanan
pemulihan gizi balita seperti biskuit, dan penyediaan obat gizi seperti kapsul vitamin
A, tablet tambah darah serta obat-obatan lainnya seperti obat cacing dan antibiotik.
Sarana dan prasarana di Posyandu/Puskesmas juga merupakan sumberdaya
yang sangat penting untuk melakukan pemeriksaan status gizi pada anak balita.
Menurut Sengkey (2015)(18) kegiatan di Posyandu/Puskesmas tidak akan dapat
berjalan dengan baik bila tidak di dukung oleh adanya fasilitas yang memadai.
Fasilitas yang dimaksud adalah seperti alat penimbangan berat badan (dacin), alat
pengukur tinggi badan (meteran) Kartu Menuju Sehat (KMS), meja dan kursi.
Berdasarkan hasil observasi fasilitas yang ada di Puskesmas Mangunsari Salatiga
sudah lengkap dan selalu melakukan pengukurang berat badan, tinggi badan dan
pemeriksaan KMS dalam setiap pelayanan Posyandu balita.
Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian. Variabel yang diteliti hanya
beberapa faktor saja yaitu partisipasi/ keaktifan orangtua balita mengikuti program
Puskesmas Mangunsari terkait gizi buruk dan gizi kurang, ketersediaan tenaga
kesehatan yang ada di puskesmas mangunsari dan ketersediaan layanan kesehatan
untuk pemantauan status gizi pada balita.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis pembahasan hasil penelitian tentang gambaran efektifitas
program Puskesmas Mangunsari terkait gizi buruk dan gizi kurang, dapat disimpulkan
bahwa program yang dijalankan oleh Puskesmas Mangunsari sudah efektif. Hal ini
terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana, Sumber Daya Manusia (SDM) dan
rutinnya orangtua balita datang ke Posyandu/Puskesmas untuk mengkonsultasikan
status gizi pada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elisanti AD. Pemetaan Status Gizi Balita di Indonesia. 2017;1(1):37–42.
2. Wahyudi I, Heni S, Muhammad H, Irnizarifka, Andre DT, M. Adrian H, et al. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. J Ber Kedokt Masy.
2009;25(3):150–5.
3. Hendri Dwi Cahyani. Studi Manajemen Pemantauan Gizi Di Dinas Kesehatan Kota
Salatiga 2014.
4. Handayani L, Mulasari SA, Nurdianis N. Evaluasi Program Pemberian Makanan
Tambahan Anak Balita. J Manaj Pelayanan Kesehat. 2008;11(1):21–6.
5. Fuada N, Hatuty SP. Analisis Spasial Terhadap Perubahan Status Gizi Anak Balita Di
Indonesia (Riskesdas 2007-2010). Ekol Kesehat. 2015;14(I):69–80.
6. Kasus S, Kasus J, Buruk G, Sarana F, Kependudukan F, Tahun T, et al.
Pengelompokan Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan Fuzzy C-Means
Clustering. 2016;179–86.
7. Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2013. Profil kesehatan provinsi jawa
tengah tahun 2013. 2013;1–253.
8. Organisasi dan tata kelola puskesmas tahun. 2014;3-34.
9. Roles T, Empowerment CIN, Improving FOR, Nutritional C, In S. Kader Posyandu :
2010;13(4):169–73.
10. Sholikah A, Rustiana ER, Yuniastuti A. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Balita di Pedesaan dan Perkotaan. 2017;2(1):9–18.
11. R. Sihombing, A. S. (2013). Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi
Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Darma Agung, 18-26.
12. Ersa, A. A. (2013). EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP
KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI
KABUPATEN BANYUMAS. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 220-226.
13. Harun, S., Astuti, E., & Harun, S. (2009). Hubungan Antara Kualitas Pelayan
Kesehatan Posyandu Dengan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita Di Posyandu XI
Serangan Sidoluhur Godean Sleman Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘ Aisyiyah.
14. Edukasi, P., Rehabilitasi, D. A., & Pergizi, G. (2011). TCT-109: Arterial Response to
Sirolimus Eluting Stents with Bioabsorbable Polymer: First IVUS Report from the
DESSOLVE-I FIM Tria. Journal of the American College of Cardiology, B32.
15. Sartika, R. A. (2007). An Analysis on The Usage of Health Service Related to
Nutritional Status of Under-five Years Old Children. Journal of Public Health
University of Indonesia.
16. Susanti, E. M., Handayani, O. W., & Raharjo, B. B. (2017). Implementasi
Penatalaksanaan kasus Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas cilacap utara I. Unnes
Journal of Public Health, 47-52.
17. Lisang, A. G. (2017). Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada
Anak Bawah Lima Tahun Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah. Katalogis, 14-25.
18. Sengkey, S. W., Kandou, G. D., & Pangemanan, J. M. (2015). Analisis Kinerja
Kader Posyandu di Puskesmas Paniki Kota Manado Performance Analysis of Cadres
Posyandu in Puskesmas Paniki Manado. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi, 491-502.