GAMBARAN BERPIKIR KRITIS DALAM PROBLEM...
Transcript of GAMBARAN BERPIKIR KRITIS DALAM PROBLEM...
GAMBARAN BERPIKIR KRITIS DALAM PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) MAHASISWA KEPERAWATAN FKIK UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
AGIL MAIZAR
NIM : 1113104000014
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokeran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima
sangsi yang berlaku di Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2017
Agil Maizar
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Agil Maizar, NIM: 1113104000014
Gambaran Berpikir Kritis Dalam Problem Based Learning (PBL) Mahasiswa
Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiv + 68halaman + tabel 4 + bagan 2 + lampiran 8
ABSTRAK
Berpikir kritis adalah komponen esensial dari keperawatan dengan menggunakan
pengetahuan mengenai ilmu keperawatannya secara menyeluruh agar bisa memberikan
perawatan yang efektif. Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik
dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jumlah responden sebanyak 171 mahasiswa yang diambil dengan menggunakan
teknik rendom sampling yang telah diproporsikan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengisian kuesioner kecenderungan berpikir kritis. Analisis univariat digunakan untuk
melihat distribusi frekuensi dari variabel: angkatan, jenis kelamin dan usia. Hasil penelitian
menunjukan rata-rata berusia mahasiswa 19 tahun.Sebanyak 59,6% mahasiswa memiliki
kecenderungan berpikir kritis baik sementara 40,4% memiliki kecenderungan berpikir kritis
yang kurang. Persentase tertinggi terdapat pada angkatan 2014 yaitu sebesar 41,2%. Saran
penelitian ini yaitu modul PBL dapat dilanjutkan dan diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
kemampuan berpikr kritis.
Kata Kunci : Berpikir Kritis, Problem Based Learning
Tahun : 42 (2007-2016)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, Juny 2017
Agil Maizar, NIM: 1113104000014
Xiv + 68page+ table 4 + schme 2 + attachmentps 8
ABSTRACK
Critical thinking is an assential component of nursing science throughly in order to
provide effective care. Problem Based Learning (PBL) is a learning develop student’s
critical thinking skills. This research with descriptive design. This purpose of
research is to find out the description and the characteristics of critical thinking in
nursing students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The number of respondents are
171 students, takenby using random sampling technique that has been propotioned.
The data collected by filling out the questionnaire of critical thinking tendency.
Univariate analysis is used to see the frequency distribution of variables; the class,
gender, and age. The result of this research showed the average age of this sample are
19 years old. 59,6% students has the tendency to think critically well with the highest
persentage in class of 2014 which is 41,2%, the female gender persentage is 97,1%.
The suggetion of this research is to evaluate student learning at the end of module in
order to maximize, so a it can produce good academic appearance and the graduates
who are able to thinking critically. Researcher recommends lectures for using PBL
and improves it to increase studens critical thinking ability.
Keyword : Critical Thinking, Problem Based Learning
Year : 42 (2007-2016)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : AGIL MAIZAR
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 04 mei 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : jl. Arroyan RT RW Campurejo Panceng Gresik
Nomer HP : 082260377782
E-mail : [email protected]
Fakultas /Jurusa : Program Studi Ilmu Keperawatan/Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Keperawatan
Riwayat Pendidikan : TK Campurejo 1999-2001
SDN WERU I 2001-2007
SMP AL-AMIN TUNGGUL 2007-2008
SMP MUHAMMADYA 12 PACIRAN 2008-2010
MA AL-ISHLAH PACIRAN 2010-2013
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2013
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin,
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, kekuatan dan karunia-Nya, shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW. Atas izin Allah
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran Berpikir
Kritis DalamProblem Based Learning (PBL) Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta” sehingga dapat diajukan sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan kendala namun berkat
dukungan dan bantuan, dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan maksimal. Dengan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat di bawah.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,
S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Selaku Dosen Pembimbing Dwi Setiowati, S.Ke, Ns, M.Kep dan Jamaludin
,S.Kp., M.Kep, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan
waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada saya selama
proses pembuatan proposal ini.
x
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan
pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliaan
6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga saya terutama kedua orang tua (Ali Sufaat dan Musfiroh), dan kakak
(Mafrul Izat) yang telah memberikan semuah yang saya butuhkan.
8. Seluruh angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terimakasih telah saling mengingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat
untuk berjuang menggapai semua impian.
9. Hanna Wiatul Ilmi terimakasih telah mengingatkan, mendoakan dan menjadi
penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT.
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua
senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak
terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Mei 2017
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
ABSTRACK ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xv
DAFTAR BAGAN..................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ............................................................................................. 8
2. Tujuan Kusus .............................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9
1. Bagi Mahasiswa .......................................................................................... 9
2. Bagi Institusi ............................................................................................... 9
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 10
A. Berpikir Kritis ................................................................................................. 10
1. Definisi...................................................................................................... 10
2. Sikap Berpikir Kritis ................................................................................. 11
3. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan ........................................... 15
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis ............. 18
B. Problem Based Learning ................................................................................. 22
1. Definisi...................................................................................................... 22
2. Karakteristik Problem Based Learning ..................................................... 24
3. Tahap-tahap Dalam Problem Based Learning .......................................... 25
xii
4. Kelemahan dan Kelebihan Problem Based Learning ............................... 28
C. Penelitian Terkait ............................................................................................ 31
D. Kerangka Teori ................................................................................................ 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL .......................... 35
A. Kerangka Konsep ............................................................................................ 35
B. Definisi Oprasional ......................................................................................... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 38
A. Desain Penelitian ............................................................................................. 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................... 38
1. Populasi Penelitian .......................................................................................... 38
3. Sampel Penelitian ..................................................................................... 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 41
D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................... 41
E. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 42
F. Uji Validitas .................................................................................................... 43
1. Uji Validitas .............................................................................................. 43
2. Uji Reliabilitas .......................................................................................... 44
G. Pengolahan Data .............................................................................................. 44
H. Analisis Data ................................................................................................... 46
I. Etika Penelitian ............................................................................................... 46
1. Otonomi........................................................................................................... 46
4. Beneficence ............................................................................................... 47
5. Confidentiality .......................................................................................... 47
6. Justice........................................................................................................ 48
BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................................... 49
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 49
B. Karakteristik Umum Responden ..................................................................... 50
C. Berpikir Kritis ................................................................................................. 51
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................... 53
A. Berpikir Kritis ................................................................................................. 53
xiii
B. Karakteristik Responden ................................................................................. 56
1. Semester .................................................................................................... 56
2. Jenis Kelamin ............................................................................................ 57
3. Usia ........................................................................................................... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 61
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 63
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatulla Jakarta
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan angkatan, usia dan jenis
kelamin di program studi ilmu keperawatan UIN Jakarta
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Berpikir
Kritis di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa
Keperawatan berdasarkan kecenderungan berpikir kritis di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa
Keperawatan berdasarkan kecenderungan berpikir kritis di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
48
49
50
52
xv
DAFTAR SINGKATAN
BK : Berpikir Kritis
DK : Diskusi Kelompok
DL : Discovery Learning
UIN : Universitas Islam Negeri
PBL : Problem Based Learning
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
SCL : Student-Centered Learning
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………………33
Bagan 3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perizinan
Lampiran 2 Penjelasan Penelitian untuk Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Hasil Penelitian Secara Statistik Komputer
1
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas dan
potensi yang ada pada setiap individu. Perguruan tinggi mempunyai peran
penting dalam pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia secara
berkala, terutama pada era globalisasi seperti saat ini. Perlu sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi, mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya serta dapat berpikir kritis agar dapat mengabdikan diri ke dalam
pelayanan masyarakat (Fakhriyah, 2014). Salah satu pelayanan masyarakat
adalah pelayanan dibidang kesehatan, untuk meningkatan pelayanan
kesehatan sangat dibutuhkandari tenaga kesehatan seperti dibidang ilmu
keperawat dengan mengembangan kemampuan berpikir kritis yang
merupakan komponen penting karena perawat selalu dihadapkan dengan
situasi yang kompleks, yang menuntut penilaian akurat, pengambilan
keputusan yang tepat dan merupakan proses pembelajaran terus menerus
(Mulyaningsih, 2013).
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen esensial dari
akuntabilitas profesional dan kualitas asuhan keperawatan. Perawat diminta
untuk bisa berpikir kritis dengan menggunakan pengetahuan mengenai ilmu
keperawatannya secara menyeluruh agar bisa memberikan perawatan yang
efektif (Billings, 2009). Seorang perawat harus memiliki kemampuan untuk
menggali setiap perubahan yang terjadi pada kondisi pasien, memberikan
2
pelayanan keperawatan mandiri, dan tanggap terhadap berbagai permintaan
dan bisa menentukan prioritas. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan
berpikir kritis yang mumpuni dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi dengan baik serta bisa berkomunikasi dengan lancar dan jelas
(Fero et al, 2009).
Perawat akan menemukan berbagai situasi klinis yang berkaitan
dengan masyarakat atau pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya, sehingga penting untuk berpikir kritis pada setiap situasi. Perawat
harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah dan pengalaman baru yang menyangkut pasien dengan cara
berpikiran terbuka, kreatif, percaya diri dan bijaksana. Perawat memiliki
peranan penting dalam mengambil keputusan klinis yang tepat dan akurat.
Pengambilan keputusan klinis merupakan hal yang membedakan antara
perawat dan staf teknis. Perawat profesional akan mengambil tindakan yang
cepat dan tepat ketika keadaan klien memburuk, mendeteksi jika pasien
mengalami komplikasi serta memiliki inisiatif untuk mengatasinya. Potter &
Perry dalam Aprisunadi (2011).Lulusan perawat akan sering dihadapkan pada
pasien dengan berbagai macam situasi dan dituntut untuk mampu berfikir
kritis dan sistematis untuk menganalisa sesuai penyakit yang diderita
pasien(Indriasari, 2016). Haryanto (2014)Mendukung pendapat tersebut
dengan menjelaskan rentang perawatan pasien di rumah sakit bervariasi mulai
dari kasus yang ringan hingga kasus yang kompleks, sehingga menuntut
perawat untuk berpikir kritis dan mempunyai waktu tanggap yang cepat.
3
Berpikir kritis memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan
penilaian klinis yang akan menjadi penentu pemberian tindakan yang cepat
maupun pemberian asuhan keperawatan yang propesional.
Facione (2015) terdapat enam sub skill dalam berpikir kritis yaitu
interpretasi, analisis, evaluasi, inferen, penjelasan dan regulasi diri. (Potter &
Perry, 2013) menjelaskan penerapannya dalam keperawatan. Interpretasi
adalah proses memahami dan menyatakan makna dari banyak bentuk
pengalaman, situasi, data, pemeriksaan atau kriteria. Interpretasi bagiansub
skill yang mengkategorikan, signifikasi dan menjelaskan makna(Facione,
2013). Perawat dapat mencari data secara berkala dan sistematis agar dapat
mengetahui data yang kurang(Potter & Perry, 2013).Analisis merupakan
proses mengidentifikasi hubungan inferensial dan aktual diantara pertanyaan,
pernyataan, konsep, deskripsi untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian,
pengalaman, alasan, informasi, atau pendapat(Facione, 2013). Analisis
meliputi pengujian data, pendeteksian argumen, menganalisis argumen(Potter
& Perry, 2013).
Evaluasi yaitu representasi dari laporan atau deskripsi dari persepsi,
pengalaman dan menaksir hubungan inferensial, deskripsi atau bentuk
representasi lainnya(Facione, 2013). Evaluasi dalam keperawatan digunakan
untuk melihat situasi secara objektif dan menggunakan kriteria untuk
menentukan hasil yang diharapkan atau tindakan keperawatan, evaluasi
dilakukan pada tindakan yang telah perawat kerjakan(Potter & Perry, 2013).
Inference, berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang diperlukan
4
untuk mem- buat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan
dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan
konsekuensi dari data(Facione, 2013). Dalam keperawatan aplikasi inferensi
yaitu melihat arti dari data yang dikumpulkan dan menentukan
signifikansinya, apakah terdapat hubungan antar data, apakah data tersebut
dapat membantu untuk mengetahui adanya masalah pasien(Potter & Perry,
2013).
Penjelasan yaitu mampu menyatakan hasil-hasil dari penalaran
seseorang, penalaran tersebut dari sisi konseptual, metodologis dan
konstektual(Facione, 2013). Dalam keperawatan diaplikasikan untuk
menjelaskan penemuan dan kesimpulan yang dibuat oleh perawat,
menggunakan semua pengetahuan dan pengalaman perawat untuk
menentukan cara yang tepat dalam merawat pasien(Potter & Perry, 2013).
Regulasi Diri adalah secara sadar diri memantau kegiatan-kegiatan kognitif
seseorang, unsur-unsur yang digunakan dalam hasil yang diperoleh, terutama
dengan menerapkan keahlian dalam analisis dan evaluasi untuk penilaiannya
sendiri(Facione, 2013). Aplikasi pengontrolan diri dalam keperawatan yaitu
melihat kejadian yang telah dialami dan menemukan cara bagaimana dapat
memperbaiki kinerja perawat dan menanyakan apakah yang dapat membuat
perawat merasa telah berhasil(Potter & Perry, 2013).
Untuk mewujutkan mahasiswa yang dapat berpikir kritis tersebut
maka proses pembelajaran harus diubah, dari one-way traffic menjadi two-
way traffic dan interaktif menjadi sangat penting. Pembelajaran interaktif
5
merupakan salah satu karakteristik Student-Centered Learning (SCL) yang
berfokus pada peserta didik (Harsono, 2008). Salah satu pendekatan SCL
adalah PBL dimana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah,
kemudian dilanjutkan dengan proses pencarian informasi yang bersifat
student-centered. proses pendidikan yang terencana seperti PBL dapat
menciptakan peserta didik menjadi aktif dalam menggali potensi diri dan
berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di
lingkungan kerja nyata (Arlan, Fitria, & Rafiyah, 2014).
Problem based learning (PBL) dalam pelaksanaannya juga bertujuan
agar mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan kasus melalui
pendekatan kooperatif. Sebelum memulai proses pembelajaran, mahasiswa
terlebih dahulu mengamati suatu permasalahan. Dalam hal ini pengajar
merangsang masiswa untuk berpikir kritis sehingga dapat membantu
mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, penyelesaian
masalah, dan keterampilan intelektual melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Metoda ini sangat cocok diterapkan untuk pendidikan keperawatan. Lulusan
perawat akan banyak dihadapkan pada pasien dengan berbagai macam kasus
dan dituntut untuk mampu berfikir kritis dan sistematis untuk menganalisa
sesuai penyakit yang diderita pasien (Indriasari, 2016). Interaksi antar siswa,
interaksi antara guru dan siswa juga merupakan salah satu faktor yang paling
kuat dalam melancarkan jalannya proses pembelajaran. Oleh karena itu, PBL
6
memberikan kesempatan untuk terjadinya kedua interaksi tersebut
(Widjajanti, 2011).
Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir mahasiswa di dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu semakin baik pelaksanaan Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan
maka semakin meningkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian
juga menjelaskan penerapan metode Problem Based Learning dalam
pembelajaran mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa baik minat
belajar di dalam maupun di luar kelas hal ini terjadi karena proses
pembelajaran lebih banyak diberikan penugasan analisis kasus baik secara
individual maupun kelompok sehingga menuntut partisipasi semua
mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan
pemahaman mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar mahasiswa dilihat dari rata-rata keaktifan mahasiswa secara
klasikal dengan aspek menyampaikan pertanyaan, Aspek menjawab
pertanyaan dan aspek memberikan argument. Hasil tersebut memberikan
makna bahwa ada peningkatan hasil belajar pada peserta didik.
Program Studi Ilmu Keperawatan mempunyai izin pelaksanaan
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor: 1356/D/T2005 tanggal 10 Mei
2005 dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama RI Nomor: Dj.II/123/2005 tanggal 17 Mei 2005, yang
7
diperpanjang izin penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29
Januari 2010. Lulusan PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan
lulusan pendidikan profesinya mempunyai gelar Ners (Ns).
Angkatan 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan terjadi perubahan
kurikulum dari kurikulum konvensional ke SCL. Mulai pada angkatan
2012/2013 PSIK menerapkan perubahan kurikulum dengan metode
pembelajaran sistem modul. Kurikulum berbasis kompetensi yang
dikembangkan PSIK pada tahun 2012 merujuk pada Panduan Kurikulum
Pendidikan Ners yang dirumuskan oleh tim Kurikulum Berbasis Kompetensi
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) tahun 2009-2013 yang
diterbitkan tahun 2010.
Peneliti mewawancarai lima mahasiswa PSIK dua mahasiswa
semester empat dan tiga mahasiswa semester delapan pada bulan januari 2017
tentang berpikir kritis pada proses PBL. Sejak mengikuti proses PBL,tiga
mahasiswamenyatakan mampu memahami materi yang didapat pada saat
belajar mandiri. Dua mahasiswa menyatakan mampu menganalisis masalah
yang ada pada pemicu di DK. Tiga mahasiswa mengaku mampu
mengidentifikasi masalah pada pemicu untuk menarik kesimpulan dari
masalah pada pemicu di DK.Empat mahasiswa mengaku mampu
mengevaluasi hasil belajar pada waktu pleno DK. Kelima mahasiswa mampu
mempresentasikan hasil belajar pada proses pembelajaran di DK 2. Sedikit
mahasiswa yang dapat mengontrol diri dalam belajar mengerjakan DL.
8
B. Rumusan Masalah
Pendidikan di universitas adalah upaya untuk meningkatkan kualitas
setiap individu agar dapat mengapdikan diri kepelayanan masyarakat.
Peningkatan pelayanan kesehatan dibidang keperawatan sangat penting
dengan mengembangan kemampuan berpikir kritis yang merupakan
komponen penting karena perawat selalu dihadapkan dengan situasi yang
kompleks, yang menuntut penilaian akurat, pengambilan keputusan yang
tepat dan merupakan proses pembelajaran terus menerusUntuk mewujutkan
mahasiswa yang mampu berpikir kritis maka proses pembelajaran harus
diubah menjadi pendekatan Problem Based Learning dalam pelaksanaannya
bertujuan agar mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
melalui pendekatan kooperatif. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa
terlebih dahulu mengamati suatu permasalahan agar merangsang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan
keterampilan intelektual.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis mahasiswa Keperawatan
dalam melaksanakan metode pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
2. Tujuan Kusus
a. Mengetahui karakterisktik (angkatan, usia, jenis kelamin) mahasiswa
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis mahasiswa
keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan sumber informasi terkait kemampuan berpikir kritis
mahasiswa dengan metode pembelajaran di Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini memaparkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa terhadap
penerapan PBL, sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan
masukan bagi pihak institusi untuk dapat membantu meningkatkan
pembelajaran pada mahasiswa keperawatan sehingga menghasilkan
penampilan akademik yang baik serta lulusan yang mampu berpikir kritis.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang
bagaimana kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa dalam metode
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berpikir Kritis
1. Definisi
Berpikir adalah proses tertentu di otak yang menghubungkan suatu
situasi dan fakta, ide dengan fakta, ide atau kejadian lainnya agar mampu
menemukan suatu kesimpulan yang tepat dan sesuai untuk digunakan dalam
mencari penyelesaaian terhadap masalah yang dihadapinya (Kowiyah, 2012).
Berpikir kritis berasal dari bahasa yunani kuno yang berarti “hakim”
kemudian menjadi kata serapan oleh bahasa latin. Kamus (oxford)
menerjemahkan menjadi “sensor” atau pencarian kesalahan. Kritis juga
seringkali diartikan sebagai penilaian baik atau buruk (Bono, 2007). Banyak
yang telah mendefinisikan berpikir kritis tapi pada dasarnya berpikir kritis
lebih banyak diartikan sebagai suatu proses dari pada suatu tujuan (Facione,
2015).Berpikir kritis merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan suatu
proses kognitif, agar informasi yang berbeda dikumpulkan, dianalis,
disintesis dan dievaluasi,untuk mengambil keputusan danmemecahkan
masalah, dimana melibatkan akal kemampuan untuk membedakan,
meyakini, dan berargumen bahwa kesimpulan yang diambil sudah tepat
(Price & Harrington, 2016).
11
Potter &Perry (2009) Mengartikan berpikir kritis sebagai keterampilan
menemukan masalah, menentukan pilihan, dan melakukan sebuah tindakan
yang tepat. Secara keseluruhan tidak hanya keterampilan kognitif tetapi juga
keterampilan untuk mengajukan pertanyaan dan proses penalaran dimana
individu merenungkan dan menganalisis pemikiran diri sendiri dan orang
lain.Karna berpikir kritis berorientasi pada tujuan, melibatkan identifikasi dan
asumsi, mepertimbangkan apa yang penting dalam situasi, mencari alternatif,
danmenerapan akal dan logika dalam membuat keputusan.Suarsana &
Mahayukti (2013)Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan
mengidentifikasi fakta yang relevan, mengenali keterbatasan, asumsi-asumsi
atau kekhususan yang berkaitan dengan prosedur yang digunakan, dan
menentukan jawaban yang rasiona.Aliyu dkk (2014) Berpikir kritis dalam
klinik keperawatan adalah untuk mengambil keputusan dan kemampuan
untuk berpikir secara sistematis dan logis dengan keterbukaan terhadap
pertanyaan dan merenungkan proses penalaran yang digunakan untuk
memastikan keamanan praktik keperawatan dan kualitas caring.
2. Sikap Berpikir Kritis
Paul dalam Perry & Potter (2009). Menhyatakan Komponen sikap
dianggap sebagai aspek sentral dari seorang pemikir yang kritis sikap-
sikapyang termasukkepercayaan diri, kemandirian, integritas, pengambilan
risiko, kreativitas,keadilan,kerendahan hati, keberanian.Craven & Hirnle
12
(2009). Pemikir kritis akan mempunyai sikap-sikap sebagai berikut beserta
aplikasi keperawatannya.
a. Berpikir Mandiri
Mengingat berbagai ide sebelum membuat kesimpulan sendiri dengan
mencari literatur keperawatan, terutama ketika ada pandangan
yangberbeda pada subjek yang sama(Craven & Hirnle, 2009). Berbicara
dan berdiskusi dengan perawat lain danberbagi ide tentang intervensi
keperawatan yang akan dilakukan(Perry & Potter, 2009)
b. Ketekunan
Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun
sulit. Banyak waktu dan energi akan dibutuhkan untuk mendapatkan dan
mempertimbangkan informasi baru dan membentuk wawasan
baru(Craven & Hirnle, 2009). Jika mendapatkan informasi yang tidak
lengkap atau hilang tentang pasien perawat harus mengklarifikasi atau
langsung menanyakan pada pasien secara langsung. Mencoba berbagai
pendekatan dan mencari sumber informasi sampai mendapatkan solusi
yang tepat(Perry & Potter, 2009).
c. Curiosity
Menjadi termotivasi untuk mencapai dan bertanya “mengapa”.
Sebuah tanda klinis atau gejala sering menunjukkan berbagai
masalah(Craven & Hirnle, 2009). Mengeksplorasi dan belajar lebih
13
banyak tentang pasien sehingga membuat penilaian klinis yang
tepat(Perry & Potter, 2009).
d. Kreativitas
Menciptakan ide-ide baru dan pendekatan alternatif atau pendekatan yang
berbeda jika intervensi tidak bekerja untuk pasien(Craven & Hirnle,
2009). Implementasi keperawatan pasien yang nyeri mungkin
membutuhkan posisi yang berbeda atau teknik distraksi, perawat dapat
melakukan pendekatan yang melibatkan keluarga pasien untuk diterapkan
di rumah(Perry & Potter, 2009).
e. Kepercayaan
Merasa yakin dalam kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
belajar bagaimana untuk memperkenalkan diri kepada pasien; berbicara
dengan keyakinan ketika mulai melakukan tindakan dengan sesuai
prosedur(Craven & Hirnle, 2009). seorang pasien berpikir bahwa perawat
dapat melakukan tindakan keperawatan. selalu dipersiapkan dengan baik
sebelum melakukan aktivitas keperawatan dan mendorong pasien untuk
mengajukan pertanyaan(Perry & Potter, 2009).
f. Keadilan
Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar
intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau
keuntungan diri sendiri atau orang lain. Mendengarkan kedua belah pihak
dalam diskusi apapun(Craven & Hirnle, 2009). Jika seorang pasien atau
14
anggota keluarga mengeluh tentang seorang pekerja.
Makakemudianmencari penyelesaian yang adil dan terbuka dengan
keinginan untuk memenuhi kebutuhan pasien(Perry & Potter, 2009).
g. Kerendahan hati
Pemikir kritis mengerti kapan harus membutuhkan informasi lebih
lanjutuntuk membuat keputusan(Craven & Hirnle, 2009). Meminta
orientasi ke perawat yang lebih mengetahui. Memintadaftar perawat
secara teratur untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan dengan
pendekatan keperawatan(Potter & Perry, 2013).
h. Integritas
Keinginan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang baku dan
sama terhadap pengetahuan yang kita miliki yang kita terapkan terhadap
pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini membutuhkan
kejujuran untuk menelaah dan mengakui kesalahan atau
ketidakkonsistenan pikiran, penilaian dan tindakan (Craven & Hirnle,
2009).Menjadi jujur dan bersedia untuk mematuhi prinsip-prinsip dalam
menghadapi kesulitan. tidakada kompromi untuk standar keperawatan
atau kejujuran dalam memberikan asuhan keperawatan(Perry & Potter,
2009).
15
3. Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Bepikiran kritis sangatpenting, membantu perawat untuk memilih
solusi atau mengidentifikasi pilihan untuk situasi perawatan klien. Perawat
diwajibkan untuk berpikir kritis di semua tempat termasuk di rumah, sekolah,
perawatan rawat jalan, unit perawatan kritis, dan pusat komunitas. Perawat
harus bekerja dari basis pengetahuan yang luas yang mengindividualisasikan
perawatan untuk setiap klien dan pengaturan. Kemampuan perawat untuk
berpikir kritis akan menjadi salah satu keterampilan terpentingnya(Craven &
Hirnle, 2009)
Facione (2015), berpikir kritis mempunyai enam sub-skill yang terdiri dari
interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, penjelasan, dan regulasi diri.
a. Interpretasi
Merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi
variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian,
persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi
sub-skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan makna(Facione, 2015).
Menjadi tertib dalam pengumpulan data. Mencari pola untuk
mengkategorikan data (diagnosis keperawatan). Klarifikasi data yang
tidak Anda (Potter & Perry, 2013).
16
b. Analisis
Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan,
pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya
untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan,
informasi dan opini(Facione, 2015). Menjadi berpikir terbuka saat
perawatmelihat informasi tentang pasien. tidak membuat asumsi tanpa
berpikir. Apakah data tersebut mengungkapkan apa yang Anda yakini
benar, atau adakah pilihan lain(Potter & Perry, 2013).
c. Penjelasan
Penjelasan merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur
yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu
dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan
mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data, pernyataan,
prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan
dan bentuk-bentuk representasi lainnya(Facione, 2015).Melihat makna
dan pentingnya temuan. Adakah hubungan antara temuan apakah data
tentang pasien membantu melihat ada masalah(Potter & Perry, 2013).
d. Kesimpulan
Kesimpulan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan
hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.Dukung
temuan dan kesimpulan Anda(Facione, 2015). Gunakan pengetahuan dan
17
pengalaman untuk memilih strategi yang akan digunakan dalam
perawatan pasien(Potter & Perry, 2013).
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau
representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman,
situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan
logis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi,
pertanyaan atau bentuk representasi lainnya (Facione, 2015). Melihat
semua situasi secara obyektif. Gunakan kriteria (outcome yang
diharapkan, karakteristik nyeri, tujuan pembelajaran) untuk mengetahui
hasil tindakan keperawatan. Renungkan hasil akhir sendiri (Potter &
Perry, 2013).
f. Regulasi Diri
Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif
sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-
hasil yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan
dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan
suatu pendangan melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau
pembetulan terhadap hasil penilaian seseorang(Facione, 2015).
18
Gambar 2.1 Sub Skill Berpikir Kritis
Sumber: Facione, (2015)
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis
Potter & Perry (2009), menyatakan faktor yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis mahasiswaadalah lamanya pengalaman dan tingkat
pendidikan. Masa perkembangan remaja (10-20 tahun) dimana individu
menemukan jatidiri mereka menentukan tujuan hidupnya. Dimensi yang
paling penting adalah mengeksplorasi solusi alternatif mengenai peran,
ekplorasi karir adalah penting. Banyak fakta menunjukan kecepatan
memproses lebih lambat pada anak kecil daripada remaja, dan lebih lambat
pada orang dewasa yang lebih tua daripada orang dewasa muda, akan tetapi
penyebab dari perbedaan ini belum diketahui. Ini karena remaja lebih bernalar
secara abstrak dan logis dan pikiran menjadi idealistik (Santrock, 2011).
Craven & Hirnle (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
berpikir kritis adalah:
19
a. Kecemasan (anxiety)
Beban kerja yang tinggi, tes-taking, grading, dan masalah kinerja dapat
menyebabkan stres bagi mahasiswa. Selain itu, profesi keperawatan
penuh dengan situasi hidupan dan matian, sehat dan sakit yang
menghasilkan kecemasan yang dapat menurunkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. keseimbangan yang tepat dari kecemasan adalah kunci
untuk berpikir tingkat tinggi. untuk menjaga keseimbangan yang efektif,
seseorang perlu menentukan cara untuk tetap termotivasi untuk
mengurangi cemas yang berlebihan.
b. Level of Preparation
Pada saat seseorang memasuki kolase, ia harus menguasai keterampilan
dasar dalam membaca, menulis, mendengarkan, belajar, dan berpikir.
Keterampilan ini memberikan dasar untuk pembelajaran yang efektif.
tuntutan membaca kolase, bagaimanapun, mungkin lebih tinggi dari
mahasiswa yang sebelumnya telah mengalaminya. Hal ini penting bagi
mahasiswa keperawatan untuk dapat membaca makna dan secara aktif
terlibat dengan paper teks daripada untuk menghafal.
Menulis adalah alat yang dapat membantu dalam belajar. Menulis dapat
membantu seseorang mensintesis dan mengatur pengetahuan. Siswa harus
menghabiskan waktu untuk cukup berpikir dan menjelajahi selama tahap
prapenulisan. Bentuk garis dan bentuk draft. Biarkan mengalir ide-ide
20
selama proses awal dan fokus ejaan dan tanda baca kemudian di tahap
editingn.
c. Learning Styles
Orang belajar dalam berbagai cara. paling penting bahwa mahasiswa
mengakui bagaimana ia belajar dengan baik. gaya belajar preferensi,
kurang bisa diterapkan secarah penuh. Siswa dapat belajar dan
menggunakan cara yang berbeda untuk belajar, dan kemudian
menggunakan gaya yang berbeda tergantung pada situasi. Sama dengan
peserta didik peopleoriented atau taskoriended. Peserta didik berorientasi
pada sosial: mereka lebih memilih untuk belajar di kelompok daripada
sendirian, dan mereka menikmati proses lebih dari berfokus pada tugas di
tangan. Mereka merasa lebih mudah untuk belajar bahan dalam konteks
sosial. gaya pilihan ini mungkin bertentangan dengan yang dari kelas
tradisional dengan siswa duduk di baris mendengarkan diam-diam ke
instruktur. Tugas peserta didik berorientasi fokus pada tujuan di tangan
dan kurang mudah dipengaruhi oleh pendapat orang lain.
Dimensi lain dari pembelajaran didasarkan pada indera peserta
didik berorientasi pada pendengaran menerima informasi melalui
pendengaran. peserta melakukan kehendak di kelas yang terutama
lecturebased. pelajar visual ingin melihat materi tertulis dan lebih
memilih untuk memiliki poin penting menulis. Peserta didik
sukaoverhead slides, model, dan gambar. pelajar kinestetik adalah taktil,
21
sehingga mereka ingin terlibat secara aktif. Mereka belajar dengan
melakukan hal-hal, misalnya, mengubah dressing dan pemberian obat-
obatan. Namun ada pendekatan lain untuk belajar membedakan antara
lumpers dan splitter. Lumpers melihat konsep, gambaran besar, tetapi
mungkin memiliki kesulitan menangkap detail. Mereka mungkin faham
semua konsep dari pemberian obat. Splitter, yang memproses setiap
bagian secara individual, mungkin tersesat dalam rincian. Sebagai contoh,
splitter mungkin begitu terfokus pada "lima hak" administrasi obat yang
mereka lupa mengapa klien kebutuhan obat di tempat pertama.
5. Macam-Macam Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan
beberapa alat ukur yang telah ditetapkan atau baku. Ada beberapa alat ukur
yang telah dipublikasikan untuk memudahkan seseorang untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis orang lain, alat untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis ini berupa kuesioner, beberapa alat ukur yang sering digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa menurut
Ingram(2008) antara lain :
a. California Critical Thinking Skills Test (2000)
b. Watson- Glaser Thinking Appraisal (1980)
c. Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test (1985)
d. Cornell Critical Thinking Test Levels Z (1985)
22
e. The California Critical Thinking Skills Test (CCTST) yang
dipublikasikan pada tahun 1990 oleh Peter Facione
f. The California Critical Thinking Disposition Inventory yang
dipublikasikan oleh Peter Facione and N. C. Facione pada
tahun 1992
g. Dan yang terakhir adalah Critical Thinking Disposition Self
Rating-Form yang dikembangkan oleh Peter A. Facione yang
dipublikasikanpada tahun 2011. Alat ukur ini terdiri dari 20
item pertanyaan yangterdiri dari 10 pertanyaan positif dan 10
pertanyaan negatif.
B. Problem Based Learning
1. Definisi
Problem Based Learning merupakan lingkungan belajar yang
didalamnya memakai masalah untuk belajar dimana harus dapat
mengidentifikasi suatu masalah baik yang dihadapi secara nyata atau telaah
kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga mahasiswa menemukan
kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan
permasalahan tersebut.Sikap dan keterampilan umum yang perlu
dikembangkan dalam PBL diantaranya adalah berpikir kritis (Nursalam &
Efendi, 2009). Diketahui penerapan PBL dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis yang di- kembangkan
23
dengan penerapan pembelajaran PBL dalam penelitian ini meliputi
kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara
kreatif, kemampuan dalam menentukan solusi yang tepat dalam memecahkan
masalah, kemampuan bertanya atau mengkritisi permasalahan dari kelompok
lain, kemampuan menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada
saat presentasi dengan tepat berdasarkan sumber belajar yang sesuai
(Fakhriyah, 2014).
Pembelajaran berbasis masalah adalah metode yang berpusat pada
mahasiswa, strategi inovatif yang mendorong pembelajaran melalui
penyelidikan dan eksplorasi. Belajar dari hasil proses bekerja menuju
pemahaman masalah yang bertindak sebagai stimulus untuk pengembangan
keterampilan belajar analitis dan mengarahkan diri sendiri(Ruslai & Salam,
2016). Model pembelajaran problem based learning (PBL) atau dikenal
dengan model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran
yang menggunakan permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai
dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan
berpikir kritis dan memecahkan masalah (Fakhriyah, 2014). PBL merupakan
metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sehingga mahasiswa
dapat berkotribusi besar dalam proses pembelajarannya masing-masing,
tujuannya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan membantu
peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
24
dibutuhkan. Dalam proses pelaksanaan PBL, peserta didik dimotivasi untuk
menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan kooperatif. Sebelum
melaksanakan prosess pembelajaran peserta didik terlebih dahulu mengamati
suatu permasalahan. Dalam hal ini fasilitator memicu peserta didik agar
berpikir kritis menyelesaikan masalah serta mengarahkan peserta didik untuk
bertanya, berpendapat, belajar menyelesaikan suatu permasalahan dan
menguasai konsep yang dipelajari(Indriasari, 2016).
2. Karakteristik Problem Based Learning
Teori yang dikembangkan Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBL,
yaitu:
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada
siswasebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh
teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
25
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa
berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau
informasi lainnya
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas
yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.Teachers act as facilitators.
Harsono(2008) Pada pelaksanaan PBL, dosen hanya berperan sebagai
fasilitator. Namun, walaupun begitu dosen harus selalu memantau
perkembangan aktivitas mahasiswa dan mendorong agar mahasiswa
mencapai target yang hendak dicapai.
3. Tahap-tahap Dalam Problem Based Learning
Nursalam & Efendi(2008)PBL merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga berfokus pada keaktifan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran karena tidak lagi diberikan materi
belajar satu arah seperti pada metode konvensional. Setiap pembelajaran
dengan PBL selalu diawali dengan permasalahan. Tahapan proses pemecahan
masalah digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses
26
pembelajaran PBL (Fatimah, 2009). Untuk mendapatkan solusi, mereka
diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai
sumber.
langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PBL yaitu:
a. Identifikasi Masalah
Mahasiswa membaca masalah yang diberikan dan mendiskusikannya.
Mereka dapat terstimulus untuk mendiagnosis masalah tersebut dengan
segera. Mereka harus didorong untuk berpikir lebih dalam dengan
pertanyaan apa mengapa bagaimana kapan dan sebagainya(Nursalam &
Efendi, 2009). Mahasiswa berdiskusi di dalam kelompoknya untuk
menentukan permasalahan yang ada pada worksheet (Fatimah, 2009).
b. Eksplorasi Pengetahuan yang Telah Dimiliki
Klarifikasi istilah yang digunakan dalam masalah beserta maknanya.
Mahasiswa datang dengan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya,
termasuk dalam pengalaman hidup. Kita tahu bahwa seseorang dapat
memahami materi atau pengetahuan jika telah pernah tahu tentang topik
tersebut (Nursalam & Efendi, 2009). Mahasiswa menuliskan
permasalahan dengan bahasa sendiri (Fatimah, 2009).
c. Menetapkan Hipotesis
Pada tahap ini diharapkan mahasiswa dapat membangun hipotesis dari
permasalahan yang diberikan(Nursalam & Efendi, 2009).Masing-masing
27
kelompok mengkaji ulang solusi yang diperoleh dan membuat laporan
pemecahan masalahnya (Fatimah, 2009).
d. Identifikasi Isu-isu yang Dipelajari
Isu pembelajaran dapat dapat didefinisikan sebagai pertanyaan yang tak
dapat dijawab dengan pengetahuan yang masih dimiliki mahasiswa. Pada
tahap ini mahsiswa harus menyadari apa yang menjadi isu pembelajaran.
Baik bagi kelompok atau individu (Nursalam & Efendi, 2009). Mahasiswa
mengidentifikasi informasi dengan melakukan percobaan atau membaca
literatur yang relevan dengan masalah (Fatimah, 2009).
e. Belajar Mandiri
Pada tahap ini harus jelas isu pembelajaran yang jadi tujuan bagi tiap
mahasiswa. Pada area tertentu, perlu ditentukan bagi yang merupakan
bagian dari belajar mandiri mahasiswa. Hal ini bermanfaat sebelum masuk
pertemuan berikutnya(Nursalam & Efendi, 2009). mahasiswa mencari
informasi tambahan mengenai pembelajaran pada hari itu melalui berbagai
sumber (Fatimah, 2009).
f. Re-evaluasi dan Penerapan Pengetahuan Baru Terhadap Masalah
Ini tahap yang paling krusial dalam PBL, yaitu pada saat mahasiswa
berkumpul kembali setelah pembahasan isu pembelajaran pada tahap
sebelumnya. Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru
diterapkan pada permasalahan awal yang diberikan diawal. Penelitian
dibidang pendidikan mengungkapkan bahwa jika bekerja dengan
28
informasi baru dengan mempertanyakannya, menerapkannya pada situasi
yang berbeda dapat membantu merangsang pembelajaran pada masa
mendatang (Nursalam & Efendi, 2009). Masing-masing kelompok
mengkaji ulang solusi yang diperoleh dan membuat laporan pemecahan
masalahnya (Fatimah, 2009).
g. Pengkajian dan Refleksi
Sebelum proses pembelajaran selesai, mahasiswa sebaiknya mendapatkan
kesempatan untuk berefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi.
Hal ini termasuk melakukan review terhadap pemeblajarang yang telah
diraih, sekaligus kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan
balik mengenai proses yang telah berlangsung(Nursalam & Efendi, 2009).
Kelompok dapat menyajikan laporannya ke depan kelas. Kelompok lain
boleh memberikan pendapat dan menceritakan hasil temuan kelompok
masing-masing (Fatimah, 2009).
4. Kelemahan dan Kelebihan Problem Based Learning
a. Nursalam & Efendi(2008) kelebihan PBL yaitu:
1) PBL berpusat pada mahasiswa: memotivasi pembelajaran aktif,
meningkatkan pemahaman dan menstimulus seseorang untuk belajar
seumur hidupnya.
29
2) Kompeten umum PBL memfasilitasi mahasiswa untuk
mengembangkan sikap dan keterampilan umum yang dikehendaki
dimasa depan.
3) Integrasi: PBL memfasilitasi integrasi kurikulum inti
4) Memotivasi: PBL menyenangkan bagi tutor dan mahasiswa serta
prosesnya yang melibatkan mahasiswa.
5) Pembelajaran mendalam: PBL meningkatkan pemahaman mendalam
(mahasiswa berinteraksi dengan bahan-bahan pembelajaran,
menghubungkan konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan
meningkatkan pemahaman mahasiswa).
6) Pendekatan konstruktif: mahasiswa aktif berdasarkan pengetahuan dan
membangun kerangka konseptual dari pengetahuan tersebut.
b. DPT UI(2012) kelebihan PBL ialah yaitu:
1) Dengan menggunakan metode ini mahasiswa dimungkinkan untuk
memperoleh pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan
dalam pemecahan masalah.
2) Berdasarkan penelitian, mahasiswa ternyata lebih termotivasi apabila
menggunakan metode ini.
3) Metode ini memudahkan mahasiswa mengingat kembali informasi,
konsep, dan keterampilan yang disimpannya dalam memorinya karena
hal-hal tersebut dikaitakan dengan suatu problem.
30
4) Karena mahasiswa dipaksa bekerja dengan masalah yang mereka tidak
pahami, mereka dipaksa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah, melakukan diagnosis dan mengajukan
hipotesis.
c. Nursalam & Efendi (2008) kekurangan PBL yaitu:
1) Tutor yang tidak dapat mengajar
2) Sumberdaya manusia: lebih banyak staf yang terlibatdalam proses
tutorial.
3) Sumber-sumber lain: sebagian besar mahasiswa memerlukan akses
pada perpustakaan yang sama dan internet bersamaan juag.
4) Model peran: kemungkinan mahasiswa mengalami kekurangan akses
pada dosen yang berkualitas dimana dalam kurikulum tradisional
memberikan kuliah dalam kelompok besar.
5) Informasi berlebihan: mahasiswa mungkinn tidak yakin dengan
seberapa banyak belajar mandiri yang diperlukan dan informasi apa
yang relevan dan berguna.
d. DPTUI ( 2012) Kekurangan PBL yaitu:
1) Kesuksesan penerapan metode PBL bergantung pada kedisiplinan
mahasiswa untuk belajar.
2) Metode PBL lebih menekankan kemampuan pemecahan masalah
(problem solving) daripada pemeroleh ilmu dasarnya sendiri.
31
3) Metode PBL tidak efisien. Apabila seorang mahasiswa menghadapi
masalah yang harus dipecahkan, ia harus mengerti dulu terminologi
yang ada, apa saja gejalanya, dan masalah- masalah lain.
4) Metode ini tidak memfasilitasi mahasiswa agar dapat lulus dalam
ujian. Mahasiswa akan mudah mengingat informasi apabila dikaitkan
dengan problem, tetapi akan sulit bagi mereka untuk melakukan hal itu
apabila mereka menjumpai soal-soal yang terpisah, bukan merupakan
kesatuan, seperti pertanyaan “Benar atau salah?”
5) Banyak pengajar yang merasa bahwa alat ukur untuk menguji
kemampuan para peserta didik sedikir ‘lunak
C. Penelitian Terkait
Fakhriyah (2014)berjudul penerapan problem based learning dalam
upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena data yang diperoleh lebih
mementingkan proses dari pada hasil. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan proses mencari informasi dan menyusun secara
sistematis informasi dan data yang telah diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi. Diketahui penerapan PBL dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis yang di-
kembangkan dengan penerapan pembelajaran PBL dalam penelitian ini meliputi
kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara
32
kreatif, kemampuan dalam menentukan solusi yang tepat dalam memecahkan
masalah, kemampuan bertanya atau mengkritisi permasalahan dari kelompok
lain, kemampuan menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada saat
presentasi dengan tepat berdasarkan sumber belajar yang sesuai.
Yuliastutik (2010)berjudul penerapan model pembelajaran problem
based learning dengan media video campact disk (vcd) dalam
upayameningkatkan motivasi belajar dan kemampuanberpikir kritis mahasiswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan sabyek penelitian
mahasiswa semester II Akademi Keperawatan Rustida Banyuwangi tahun akademi
2008/ 2009 berjumlah 48 orang. Penelitian ini mengunakan kualitatif berupa hasil
wawancara dan hasil observasi / pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa meningkat dari rerata 8 dengan ketuntasan
klasikal 56 % pada siklus I menjadi rerata kemampuan berpikir kritis mahasiswa 18
klasikal sebesar 82 % pada siklus II
Aprisunadi (2011) berjudul Hubungan Antara Berpikir Kritis Perawat
dengan Kualitas Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain survey analitik
cross sectional study pada 45 responden perawat yang diukur kecenderungan
berpikir kritisnya kemudian kualitas asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat
dinilai berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara berpikir kritis perawat dengan kualitas
33
asuhan keperawatan (p=0,017; α 0,05). Perawat yang berpikir kritis berpeluang 6
kali menunjukkan kualitas asuhan keperawatan yang baik.responden yang cenderung
berpikir kritis lebih banyak dibandingkan yang kurang berpikir kritis. Responden
yang cenderung berpikir kritis sebanyak 71% (32 responden) dan responden yang
kurang cenderung berpikir kritis sebanyak 28,9% (13 responden).
34
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 kerangka teori
Sumber:Nursalam & Efendi, 2009; Facione, 2015.
Subskill: interpretation
evaluation analysis
inference explanation self-
regulation (Facione, 2015)
Kemampuan berpikir
kritis mahasiswa
mendengarkan Kerja
sama tim
Sikap dan keterampilan
yang dikembangkan PBL
(Nursalam & Efendi, 2009)
Kemampuan
Presentasi
Belajar
Mandiri
Menghargai
Pendapat Ketua
Kelompok
35
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan sintesis dari telaah literatur (tinjauan
pustaka) yang memuat masalah yang dipersoalkan. Pembuatan kerangka konsep
akan semakin memperjelas keberadaan variabel-variabel yang akan diteliti,
hubungan dan keterkaitan diantaranya. Kerangka konsep tersebut merupakan
kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan(Wasis, 2008).
Bagan 3.1 Kerangka konsep kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis mahasiswa:
(Interpretasi, Inference,
Self-regulation, Analisis,
Evaluation, explanation).
Baik
Kurang baik
36
B. Definisi Oprasional
Tabel 4.1 Definisi oprasional penelitian
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Berpikir
Kritis
Sikap untuk
melakukan respon
pada aspek koknitif
yang menunjukan
proses dalam
mengambil
keputusan agar dapat
memecahkan
masalah
5 skor pada setiap
jawaban dengan
jawaban ya pada nomor
genap dan tidak pada
nomer ganjil
Memakai CRITICAL
THINKING
DISPOSITION SELF-
RATING FORM Item
pernyataan dalam
kuesioner sejumlah 20
Pernyataan tentang
kemampuan berpikir
kritis
(1 = Skor>=
80median, berpikir
kritis baik
0 = Skor <80,
berpikir kritis
kurang baik
Ordinal
Mahasiswa
PSIK
a. Semester
Jumlah semester
yang telah dilalui
mahasiswa
Item pernyataan dalam
kuesioner data
karakteristik tentang
angkatan mahasiswa.
Kuesioner
1= semester 2
2= semester 4
3= semester 6
4= semester 8
Ordinal
37
b. Jenis
Kelamin
c. Umur
Identitas seksual
mahasiswa
Jumlah tahun sejak
lahir sampai terakhir
ulang tahun
Item pernyataan dalam
kuesioner data
karakteristik tentang
jenis kelamin
mahasiswa.
Item pernyataan dalam
kuesioner data
karakteristik tentang
angkatan mahasiswa
Kuesioner
Kuesioner
1= laki-laki
2= perempuan
Ordinal
Rasio
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan
data dilakukan dengan satu waktu atau satu priode tertentu dan pengematan objek
studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian(Swarjana, 2012).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian
yang umumnya digunakan untuk menelaah gejala atau masalah yang sedang
hangat dialami, menelaah kasus yang ingin dijelaskan secara tepat, melihat
permasalahan tertentu guna perencanaan metode pembelajaran yang baik
(Budiharto, 2008). Peneliti menggunakan desain ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran berpikir kritis mahasiswa Keperawatan terhadap penerapan metode
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian dapat diartikan sebagai sekelompok penduduk dari
mana sampel ditarik. Populasi penelitian terdiri atas sejumlah unit penelitian
(Lapau, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
39
Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari angkatan
2013 sampai angkatan 2016 yang berjumlah 299.
Tabel 4.1 jumlah populasi
Angkatan Jumlah
2013 48
2014 48
2015 115
2016 88
Total populasi 299
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian unit penelitian yang ada dalam populasi
penelitian. Pengambilan sampel adalah proses pemilihan sejumlah unit
penelitian dari populasi penelitian(Lapau, 2013). Sampel yang dipilih pada
penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013 sampai angkatan 2016 yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebagai subjek penelitian. Teknik
pengamblan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random
sampling karena sampel yang diperoleh merupakan hasil dari sampel acak.
Cara ini dapat dipakai jika populasi bersifat homogen. Dengan sampel acak,
berarti setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diambil sebagai sampel (Putra, 2012). Cara pengambilan sampel dengan
memilih absen kelas yang ganjildari mahasiswa PSIK dari angkatan 2013
sampai 2016yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan sebagai subyek
40
penelitian. Jumlah sampel untuk populasi yang kurang dari 10.000 dilakukan
perhitungan sampel dengan menggunakan rumus:
Ket:
N = besar populasi
n = jumlah sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (5%)
Angka populasi dimasukan dalam rumus besar populasi yaitu:
Jumlah populasi responden memiliki tingkatan yang berbeda
pengambilan populasi menggunakan cara stratifikasi pada populasi yang
mempunyai karakteristik homogen. Pengelompokan strata dilakukan guna
mendapatkan sampel yang memadai secara proposional. Peneliti melakukan
pengambilan sampel perkelas dengan cara menggunakan rumus sebagai
berikut:
jumlah populasi strata X sampel
sampel strata =
jumlah populasi
Sampel yang digunakan penelitian ini berjumlah 171 mahasiswa
Keperawatan UIN Jakarta yang menjalani proses pembelajaran metode PBL.
Kriteria inklusi yang masuk dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang
N
n =
1 + N (d2)
299
n =
1 + 299 (5%2)
n = 171
41
aktif belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah dan
bersedia menjadi responden.
Tabel 4.2
Jumlah Hitung Sampel Per Semester
Semester Besar Populasi Jumlah
Populasi strata
Sampel
Keseluruhan
Hasil Sampel
2 299 88 171 51
4 299 115 171 66
6 299 48 171 27
8 299 48 171 27
Total 171
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. pemilihan lokasi penelitian berdasarkan
pertimbangan bahwa di PSIK merupakan unit pendidikan keperawatan yang
menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan PBL dan memiliki
jumlah mahasiswa yang cukup sehingga bisa dilakukan penelitian. Waktu
penelitian dilaksanakan dari penyusunan proposal sampai laporan akhir
penelitian, pada bulan Februari hingga Juli tahun 2017.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan setelah melengkapi seluruh administrasi seperti
surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah dengan menggunakan kuesioner pada responden yang terlebih dahulu
menandatangani lembar persetujuan yang merupakan syarat kesediaan menjadi
42
responden penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer, berupa kuesioner
yang diberikan kepada mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Problem Based Lerarning
(PBL), yaitu mahasiswa semester 2 sampai semester 8. Metode pengumpulan
data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen pengumpulan data penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Crtitical
Thinking Dispotision Self-Rating Form yang dikembangkan Facione tahun 2011
dan telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Aprisunadi (2011).
Kuesioner ini terdiri atas 20 item pertanyaan yang bertujuan untuk menilai
kecenderungan berpikir kritis. Instumen penelitian menggunakan skala
pengukuran yaitu skala Gutmen dengan pilihan jawaban “YA” atau “TIDAK”.
Responden mendapatkan nilai 5 jika menjawab pertanyaan bernomor ganjil
dengan “Ya” dan menjawab pertanyaan bernomor genap dengan “Tidak”, karena
pertanyaan bernomor ganjil merupakan pertanyaan positif yang mendukung
berpikir kritis sedangkan pertanyaan bernomor genap adalah pertanyaan negatif
yang tidak mendukung berpikir kritis.
43
Tabel 4.3 kisi-kisi kuisoner
Item pertanyaan Nomer pertanyaan Jumlah
Interpretasi 1,2,19,20 4
Inferen 3,4,9,10 4
Analisis 5,6,15,16 4
Evaluasi 7,13,14 3
Explanation 8,11,12 3
Sel-regulation 9,17,18 3
Total 20
Peneliti melakukan uji normalitas data didapaktkandata tidak normal(sig
kolmogorov-smirnov 0,00) sehingga menggunakan nilai median yaitu 80.
Katagori berpikir kritis dapat dilihat di tabel 4.3.
Tabel 4.3 Katagori Pengukuran Berpikir Kritis
Katagori Berpikir Kritis Total Skor
Baik >=80
Kurang Baik <80
F. Uji Validitas
Kuesioner harus diuji validitas dan reabilitas agar terukur keabsahannya.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur
dalam mengukur suatu data (Hastono, 2006). Uji validitas skala likert
44
menggunakan pearson product moment, rumusan tersebut digunakan
untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai rentang. Seluruh item yang
mencapai koefisien korelasi rxy ≥ 0,03dianggap sebagai item yang valid
(Sugiyono, 2013). Peneliti tidak melakukan uji validitas dikarenakan
sudah baku. Feng et al (2010), dalam Aprisunadi (2011)diperoleH nilai r
tabel 0,632 dengan N 10 dan nilai probabilitas 0,05.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjuakan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji menunjukan sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama (Arikunto, 2010).Uji reliabilitas yang
digunakan pada instrumen adalah rumus alpha cronbach.
Feng et al (2010), dalam aprisunadi (2011) penelitian diperoleh nilai
Chronbach’s alpha coefficient lebih dari 0,85. Nilai ini mendukung
validitas dan reliabilitas instrumen dalam mengukur berpikir kritis.
G. Pengolahan Data
Imron & Munif (2010)menyatakan ada tiga tahapan pengolahan data yang dilalui
yakni:
a. Editing
45
Editing adalah memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar
pertanyaan, kartu, buku register dan lain-lain. Responden yang telah
mengisikan data pada kedua kuesioner, selanjutnya peneliti menghitung
kuesioner dan mengkoreksi kuesioner untuk memastikan kelengkapan,
kejelasan, relevansi dan kekonsistenan jawaban.
b. Coding
Coding adalah tindakan untuk memudahkan pengolahan data, maka semua
jawaban atau data hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk
disederhanakan. Data yang telah diisikan pada kuisioner kemudian diubah
dari data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Kegunaan coding adalah untuk mempermudah saat analisis dilakukan dan
mempercepat saat entri data.Pemindahan data dan pemberian simbol atau
kode pada jawaban kuisioner yang dibagikan kepada responden selesai,
maka data yang sudah diberi kode dipindahkan ke dalam suatu media yang
mudah ditangani untuk pengolahan data selanjutnya. Pengolahan data dapat
dilakukan dengan cara mekanis, manual atau elektronik.
c. Tabulating
Tabulating yakni menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa,
sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun
dam disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Pelaksanaan tabulating dapat
dilakukan dengan cara manual atau dengan elektronik.
46
H. Analisis Data
Analisis data Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang
diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakter data secarah
sederhana. Fungsi analisis adalah meringkas dan menyederhanakan kumpulan
data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang dapat
dibaca (Hastono, 2006). Peneliti menggunakan analisis univariat, yang
merupakan suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan
meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Data yang disajikan
menggunakan proporsi, yaitu apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut
(Nursalam, 2008).
I. Etika Penelitian
Prinsip etik menurut ANA dalam Wasis (2008) yang berkaitan dengan
peran perawat sebagai seorang peneliti adalah sebagai berikut:
1. Otonomi
Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan
nasibnya sendiri (independen). Hak untuk memilih apakah responden
disertakan atau tidak dalam suatu proyek penelitian dengan memberi
persetujuannya atau tidak memberi persetujuannya dalam informed consent.
Informed consentmerupakan upaya meningkatkan perlindungan terhadap
subjek penelitian dalam hubungan peneliti dan subjek peneliti, yaitu hak atas
informasi dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri. Pemaksaan
47
kepada subjek penelitian tidak diperbolehkan. Hal ini jelas melanggar kode
etik penelitian. Setiap orang memiliki hak untuk setuju atau tidak. Peneliti
tidak akan memaksa dalam berpartisipasi dalam sebuah penelitian apalagi
dalam tekanan dan ancaman.
4. Beneficence
Peneliti selalu berupaya agar segala tindakan penelitian yang diberikan
mengandung prinsip kebaikan (promote good). Prinsip berbuat yang terbaik
ini tentu saja dalam batas-batas hubungan terapeutik antara peneliti dan subjek
penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan melibatkan subjek penelitian
mengandung konsekuensi bahwa semua demi kebaikan bersama, guna
mendapatkan manfaat yang baik.
5. Confidentiality
Peneliti merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkannya. Kerahasiaan
ini bukan tanpa alasan, seringkali subjek penelitian menghendaki agar dirinya
tidak diekspos kepada umum. Oleh karena itu, jawaban tanpa nama dapat
dipakai dan sangat dianjurkan pada subjek penelitian tidak menyebutkan
identitasnya. Apabila peneliti mengharuskan untuk mengetahui identitasnya,
peneliti harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu serta mengambil
langkah-langkah dalam dalam menjaga kerahasiaan dan melindungi jawaban
tersebut.
48
6. Justice
Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada kriteria yang tidak
relevan saat memilih subyek penelitian, namun berdasarkan kriteria yang
telahditetapkan sesuai dengan masalah penelitian. Perawat yang memenuhi
kriteria inklusi dijadikan responden
49
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Program Studi Ilmu Keperawatan mempunyai izin pelaksanaan
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional RI Nomor: 1356/D/T2005 tanggal 10 Mei 2005 dan
Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI
Nomor: Dj.II/123/2005 tanggal 17 Mei 2005, yang diperpanjang izin
penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29 Januari 2010. Lulusan
PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan lulusan pendidikan profesinya
mempunyai gelar Ners (Ns).
Angkatan 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan terjadi perubahan
kurikulum dari kurikulum konvensional ke SCL. Mulai pada angkatan 2012/2013
PSIK menerapkan perubahan kurikulum dengan metode pembelajaran sistem
modul. Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan PSIK pada tahun
2012 merujuk pada Panduan Kurikulum Pendidikan Ners yang dirumuskan oleh
tim Kurikulum Berbasis Kompetensi Asosiasi Institusi Pendidikan Ners
Indonesia (AIPNI) tahun 2009 - 2013 yang diterbitkan tahun 2010.
50
B. Karakteristik Umum Responden
Tabel 5.1 menunjukkan rata-rata usia responden pada penelitian ini 19,64 dengan
standar defiasi 12,88 tahun. Responden tertua yaitu berusia 23 tahun dan yang
termuda berusia 18 tahun.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Variabel N Mean Median Min Maks SD
Usia 171 19,64 20 28 23 12,88
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling besar yaitu
semester 4 (38,6%) karena memilik proporsi yang lebih besar dari pada proporsi
angkatan lainnya. Proporsi responden yang mempunyai umur sebagian besar
yaitu 19 tahun 56 responden (32,7%) dan yang paling rendah umurnya adalah 23
tahun 2 orang (1,2%). Berdasarkan jenis kelamin responden sebagian besar
adalah perempuan dengan persentase (95, 3 %).
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Semester, Usia dan Jenis Kelamin di
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
Variabel Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Semester
semester 8
semester 6
semester 4
semester 2
27
27
66
51
15, 8
15, 8
38, 6
29, 8
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
8
163
4, 7
95, 3
51
C. Berpikir Kritis
Tabel 5.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kecenderungan
berpikir kritis responden yang baik lebih besar dibandingkan yang kurang baik.
Responden dengan kecenderungan berpikir kritis yang baik 65,5% sedangkan
responden dengan kecenderungan berpikir kritis kurang baik yaitu 34,5%.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Berpikir Kritis di Program
Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Katagori Jumlah Persentase
Berpikir Kritis Baik
Kurang Baik
112
59
65,5%
34,5%
Total 171 100%
Hasil penelitian ini menjelaskan distribusi responden berdasarkan
subvariabel yang paling besar adalah kemampuan evaluasi (83,6%) dan yang
paling kecil adalah kemampuan inferen (25,7%), gambaran distribusi subvariabel
kemampuan berpikir kritis digambarkan pada tabel 5.3 sebagai berikut.
Tabel 5.3
Distribusi Respon Berdasarkan Sub-variabel Kecenderungan Berpikir
Kritis Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Subvariabel
Berpikir Kritis
Baik
N %
Kurang Baik
n %
Interpretasi 130 76 41 24
Inferen 44 25,7 127 74,3
Analisis 94 55 77 45
Evaluasi 243 83,6 28 16,4
Explanation 118 69 53 31
Self-regulation 117 68,4 54 31,6
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden dengan kecenderungan berpikir
yang baik lebih banyak yaitu semester 8 (74%) sedangkan dari responden semester
6(55,6%) Menunjukan kecenderungan berpikir kritis baik lebih rendah persentasenya
52
menurut proporsi. semester 4 (68,2%) dan semester 2 (64,7) menunjukkan
kecenderungan berpikir kritis baik hampir sama dan lebih tinggi dari semester 6.
Persentase dari jenis kelamin distribusi kecenderungan berpikir kritis yang baik
perempuan 66,9% sedangkan laki-laki adalah 37,5%. Responden dengan
kecenderungan berpikir kritis yang baik paling besar yaitu umur 22 tahun sebanyak
38 mahasiswa (88,9%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Keperawatan
berdasarkan kecenderungan berpikir kritis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Karakteristik Baik
N %
Kurang Baik
n %
Jumlah
1 Semester
2
4
6
8
33
64,7
18
35,3
100%
45 68,2 21 31,8 100%
15 55,6 12 44,4 100%
19 70,4 8 29,6 100%
2 Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
109
66,9
54
33,1
100%
3 37,5 5 62,5 100%
53
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Berpikir Kritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase mahasiswa yang
berpikir kritis baik lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang berpikir
kritis kurang baik.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehNasution (2016)yang menunjukkan pembelajaran berbasis masalah dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena mahasiswa dituntut untuk
belajar lebih aktif, selain itu dalam kegiatan diskusi mengkondisikan mahasiswa
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sehingga suatu proses interaksi
sosial dengan teman dalam kegiatan diskusi memicu terbentuknya ide baru
danmemperkaya perkembangan intelektual.Terkait hal ini
Redhana(2013)membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Karena
model pembelajaran berbasis masalah menyediakan masalah-masalah kurang
terstrukturyang tidak cukup untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena
itu, untuk dapat memecahakan masalah tersebut, mahasiswa harus
mengumpulkan informasi tambahan dari berbagai sumber.
Fakhriyah(2014)Penerapan problem based learning dapatmembantu dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Kemampuan berpikir
kritis perlu dikembangkan oleh mahasiswa sebagai upaya mempersiapkan diri
54
untuk menghadapi tantangan dan permasalahan yang akan ditemui sekarang
maupun nantinya.
Aprisunadi (2011) menunjukkan perawat yang berpikir kritis baik lebih
banyak daripada berpikir kritisnya kurang. Perawatsecera efektif akan
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan
mampu menyelesaikan masalah klinis dengan lebih baik, dimana hal ini akan
memberikan manfaat baik bagi pasien. PembelajaranPBLdinstitusi mampu
menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga
keperawatan di rumah sakit.Indriasari(2016) menjelaskan Problem Based
Learning dikembangkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Anwar, Abdullah, & Apriana (2014) menjelaskan terdapat peningkatan
yang signifikan pada pembelajaran PBL terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa. PBL sendiri bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, menganalis, dan menyelesaikan persoalan dunia
nyata yang kompleks (PDPT UI, 2012).
Potter & Perry (2009) berpikir kritis sebagai keterampilan menemukan
masalah, menentukan pilihan, dan melakukan sebuah tindakan yang tepat. Secara
keseluruhan tidak hanya keterampilan kognitif tetapi juga keterampilan untuk
mengajukan pertanyaan dan proses penalaran dimana individu merenungkan dan
55
menganalisis pemikiran diri sendiri dan orang lain. Karna berpikir kritis
berorientasi pada tujuan, melibatkan identifikasi dan asumsi, mepertimbangkan
apa yang penting dalam situasi, mencari alternatif, dan menerapan akal dan
logika dalam membuat keputusan.
Banyak yang telah mendefinisikan berpikir kritis tapi pada dasarnya
berpikir kritis lebih banyak diartikan sebagai suatu proses dari pada suatu tujuan
(Facione, 2015). Berpikir kritis merupakan istilah yang dipakai untuk
menjelaskan suatu proses kognitif, agar informasi yang berbeda dikumpulkan,
dianalisis, disintesis dan dievaluasi,untuk mengambilan keputusan
danmemecahkan masalah, dimana melibatkan akal kemampuan untuk
membedakan, meyakini, dan berargumen bahwa kesimpulan yang diambil sudah
tepat (Price & Harrington, 2016).
Problem Based Learning adalah lingkungan belajar yang didalamnya
menggunakan masalah untuk belajar dimana harus dapat mengidentifikasi suatu
masalah baik yang dihadapi secarah nyata atau telaah kasus. Masalah diajukan
sedemikian rupa sehingga mahasiswa menemukan kebutuhan belajar yang
diperlukan agar mereka dapat memecahkan permasalahan tersebut (Nursalam &
Efendi, 2009). Model pembelajaran problem based learning (PBL) atau dikenal
dengan model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran
yang menggunakan permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai
56
dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir
kritis dan memecahkan masalah(Fakhriyah, 2014).
Kelebihan PBL yaitu:Pembelajaran mendalam: PBL meningkatkan
pemahaman mendalam (mahasiswa berinteraksi dengan bahan-bahan
pembelajaran, menghubungkan konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan
meningkatkan pemahaman mahasiswa).Pendekatan konstruktif: mahasiswa aktif
berdasarkan pengetahuan dan membangun kerangka konseptual dari pengetahuan
tersebut(Nursalam & Efendi, 2009).Dengan menggunakan metode ini mahasiswa
dimungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan sekaligus mengembangkan
kemampuan dalam pemecahan masalah karena mahasiswa dipaksa bekerja
dengan masalah yang mereka tidak pahami, mereka dipaksa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, melakukan diagnosis dan
mengajukan hipotesis (PDPT, 2012).
B. Karakteristik Responden
1. Semester
Persentase kecenderungan berpikir kritis yang baik lebih banyak pada
semester 2 yaitu 29 (63,96%)dan yang paling semester 4yaitu (51,85%) dari
penelitian menunjukan bahwa tingkat semester atau lamanya belajar tidak
menunjukkan bertambahnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pratama(2012) yang
57
menunjukan tingkat perkuliahan akademik yang menggambarkan lamanya
pengalaman belajar dan ekspos pendidikan tidak menunjukkan hubungan
bermakna dengan kecenderungan berpikir kritis. Kecenderungan berpikir
kritis tidak selalu meningkat seiring meningkatnya tingkat perkuliahan
akademik. Faktor – faktor yang turut mempengaruhi antara lain kurikulum
yang berlaku, pendekatan belajar mahasiswa, dan metode pengajaran dan
penilaian oleh dosen. Ingram (2008) juga mendukung dengan hasil yang sama
bahwa tingkat pengalaman tidak mempengaruhi kemampuan berpikir kritis.
Dwijananti & Yulianti (2010) menjelaskan bahwa pada dasarnya mahasiswa
mempunyai potensi kemampuan berpikir kritis. Problem Based Learning
dikembangkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan intelektual melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri
(Indriasari, 2016). Mahasiswa sangat antusias mengikuti pembelajaran dan
menyambut penerapan model pembelajaran ini dengan sangat baik. Potensi ini
sangat disayangkan jika tidak dapat dikembangkan dengan baik. Melalui
penerapan model pembelajaran yang ada, mahasiswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yang baik (Dwijananti & Yulianti, 2010).
2. Jenis Kelamin
Hasi penelitian menunjukan responden berjenis kelamin perempuan
163 (95,3%) lebih mendominasi dari laki-laki 8 (4,68%) sehingga mahasiswa
58
yang berjenis kelamin perempuan mendapatkan jumlah persentase yang lebih
besar. Hasil penelitian ini belum bisa menjelaskan perbandingan kemampuan
berpikir kritis yang baik antara mahasiswa perempuan dan laki-laki karena
presentase responden perempuan lebih besar dari pada responden laki-laki.
Hal ini sejalan dengan penelitian Arlan et al(2014) yang menunjukkanterdapat
130 mahasiswa keperawatan diketahui hampir seluruh responden (90%)
berjenis kelamin perempuan, dan sebagian kecil (10%) berjenis kelamin laki-
laki.
Keperawatan di sebut mother instinct karena perawat berasal dari
naluri keibuan untuk memberikan perlindungan dan naluri sosial yang lebih
intuitif, oleh sebab itu sebagai suatu profesi yang didasari naluri keperawatan
lebih banyak diminati oleh perempuan (Asmadi, 2008). Jumlah perawat
perempuan di Indonesia sampai saat ini masih lebih banyak dari pada laki-laki
yang disebabkan latarbelakang kebangsaan dan sejarah Keikutsertaan perawat
dan sekaligus sebagian besar perawat adalah perempuan dalam
pengembangan kesehatan cukup banyak dan tidak diragukan (Priharjo, 2008).
Hasil penelitian (Aprisunadi, 2011) menunjukan proporsi perawat yang
cenderung berpikir kritis baik berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
pada laki-laki. Penelitian (Mulyaningsih, 2013) menjelaskan bahwa
kemampuan berpikir kritis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
59
3. Usia
Reta-rata usia responden pada penelitian ini adalah 19 tahun, dimana
usia responden termuda adalah 18 tahun dan tertua adalah 23 tahun. Dalam
penelitian ini menunjukkan presentaseberpikir kritis mahasiswa tidak
bertambah seiring dengan bertambahnya
usia.Mulyaningsih(2013)menunjukkan dalam penelitiannya bahwa usia tidak
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis seseorang.
Usia 19 tahun menurut pieget usia ini masuk dalam masa
perkembangan remaja (10-20 tahun) dimana individu menemukan jatidiri
mereka menentukan tujuan hidupnya. Dimensi yang paling penting adalah
mengeksplorasi solusi alternatif mengenai peran, ekplorasi karir adalah
pentiang. Banyak fakta menunjukan kecepatan memproses lebih lambat pada
anak kecil daripada remaja, dan lebih lambat pada orang dewasa yang lebih
tua daripada orang dewasa muda, akan tetapi penyebab dari perbedaan ini
belum diketahui. Ini karena remaja lebih bernalar secara abstrak dan logis
dan pikiran menjadi idealistik(Santrock, 2011).
Pertumbuhan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja
(adolescence) sampai dewasa. Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang
dewasa bukan lagi menjadi objek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan
dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang
otoritas diatas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau
60
pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian
pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri(Asmin,
2015).
61
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik jenis kelamin responden sebagian besar adalah perempuan
dengan persentase (95, 3 %).Jumlah semester yang paling besar adalah
semster 4 28,3% usia rata rata mahasiswa yaitu usia 19 tahun dengan usia
paling mudah adalah 17 tahun dan yang tua adalah 23 tahun. semster
2. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam katagori baik dan kurang
baik yaitu baik (65,5%) dan kurang baik (34,5%) dengan kemampuan yang
terbesar yaitu kemampuan evaluasi (83,6%) dan yang terkecil adalah kemampuan
inferen (25,7%). Jumlah responden yang paling besar yaitu angkatan 2015
(38,6%).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Meningkatkan dan mengasah kemampuan berpikir kritis di 6 komponen pada
setiap modul tiap semster.
2. Bagi Institusi
a. Modul PBL sebaiknya dilanjutkan dan diperbaiki untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
62
b. Melakukan pelatihan berpikir kritis baik bagi peserta didik maupun bagi
pendidk keperawatan.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa mengendalikan dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis Mahasiswa
diharapkan agar selalu meningkatkan motivasi untuk bisa menjalankan
peran dalam metode PBL sebagaimana mestinya agar bisa mencapai
tujuan yang diharapkan.
b. Perlunya penelitian lanjutan untuk pengembangan instrumen penilaian
berpikir kritis yang spesifik untuk perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyu, U., Mathew, O. K., Paul, R. Y., & Dial, D. (2014). Promoting Professional
Nursing Practice through Critical Thinking and Attitudinal Change, 3(5), 12–15.
Anwar, Abdullah, & Apriana, E. (2014). Penerapan Problem Based Learning dan
Inkuiri untuk Meni ngkatkan Kepedulian Lingkungan Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh. Jurnal EduBio
Tropika, 2(2), 237–243.
Aprisunadi. (2011). Hubungan Antara Berpikir Kritis Perawat dengan Kualitas
Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta. Universits Indonesia.
Arlan, A. J., Fitria, N., & Rafiyah, I. (2014). Intensi Melaksanakan Self Study (Seven
Jump : Step 6) Dalam Small Group Discussion (SGD) pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 2(1), 95–108.
Asmin. (n.d.). Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa
(ANDRAGOGI).
Bono, E. de. (2007). Belajar Berpikir Canggih dan Kreatif Dalam Memecahkan
Masalah dan Memantik Ide-ide Baru. (A. Baiquni, Ed.) (2nd ed.). Bandung:
Kaufa.
Budiharto. (2008). metotodelogi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu
kesehatan gigi. jakarta: EGC.
Craven, R. F., & Hirnle, C. J. (2009). Fundamentals of Nursing: Human Health and
function (6th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &
Wilkins,.
Diane M. Billings, J. A. H. (2009). Teaching in Nursing: A Guide For Faculty.
St.Loius: Elsevier.
Dwijananti, P., & Yulianti, D. (2010). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah
Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6, 108–114.
Facione, P. A. (2013). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts, 1–28.
Facione, P. A. (2015). Critical Thinking : What It Is and Why It Counts. Insight
Assessment, 7(ISBN 13: 978-1-891557-07-1.), 1–28. https://doi.org/ISBN 13:
978-1-891557-07-1.
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem based Learning Dalam Upaya
Mengembalikan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 3(1), 95–101.
Fatimah, F. (2009). Kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah
melalui problem based-learning, 249–259.
Fero, L. J., Witsberger, C. M., Wesmiller, S. W., Zullo, T. G., & Hoffman, L. A.
(2009). Critical Thinking Ability of New Graduate and Experienced Nurses.
Journal of Advanced Nursing, 65(1), 139–148. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2008.04834.x
Harsono. (2008). Student-Centered Learning di Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan
Kedokteran Dan Profesi Kesehatan Indonesia, 3(1), 4–8.
Haryanto, A. (2014). Hubungan Berpikir Kritis dan Waktu Tanggap Perawat dengan
Kualitas Asuhan Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam
Surabaya. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hastono, S. P. (2006). Analisis Data. jakarta: Universitas Indonesia.
Imron, & Munif, A. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan: Bahan Ajar
untuk Mahasiswa. Sugeng Seto. Jakarta.
Indriasari, F. N. (2016). Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Notokusumo, IV(1), 40–46.
Ingram, M. (2008). Critical Thingking in Nursing : Experience VS . Education,
1(January), 129.
Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(5), 175–
179.
Lapau, B. (2013). metode penelitian kesehatan: metode ilmiah penulisan skripsi,
tesis, dan disertasi.
Liu, M. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning, 1–24.
Mulyaningsih. (2013). Peningkatan Perilaku Caring Melalui Kemampuan Berpikir
Kritis Perawat. Jurnal Managemen Keperawatan, 1(2), 100–106.
Nasution, Sahyar, M. S. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal
Pendidikan Fisika, 5(2), 112–117.
Nursalam, & Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. jakarta: salemba
medika.
Nursalam, & Efendi, F. (2009). pendidikan dalam keperawatan. jakarta: salemba
medika.
PDPT. (2012). Problem Based Learning (PBL) PDPT UI. Depok.
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2009). Potter & Perry’s Fundamentals of Nursing
Australian Version. (J. Crisp & C. Taylor, Eds.) (3rd ed.). Australian: Mosby
Elsevier Australia.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2013). Fundamentals of Nursing (8th ed.). Elsevier.
Pratama, P. (2012). Hubungan Antara Kecenderungan Berpikir Kritis dengan Indeks
Prestasi Kumulatif ( IPK ) Mahasiswa Prodi Dokter FK UNDIP.
Price, B., & Harrington, A. (2016). Critical Thinking and Writing for Nursing
Students. (M. Standing, Ed.) (third edit). London: Learning Matters.
Priharjo, R. (2008). Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. (E.
Wahyuningsih & M. Ester, Eds.) (Esty Wahyu). Jakarta: EGC.
Redhana, I. W. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan
Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dan
Pengajaran, 1(46), 76–86.
Ruslai, N. H., & Salam, A. (2016). PBL Triggers In Relation To Students’ Generated
Learning Issues and Predetermined Faculty Objectives: Study In a Malaysian
Public University. Pakistan Journal of Medical Sciences, 32(2), 324–328.
https://doi.org/10.12669/pjms.322.9248
Santrock, J. W. (2011). Adolescence (Edition 14). Texas: McGraw-Hill Higher
Education.
Suarsana, I. M., & Mahayukti, G. A. (2013). Pengembangan E-Modul Berorientasi
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Prndidikan Matematika, 2(2), 264–275.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Tuntunan Praktis
Pembuatan Proposal Penelitian. (I. Nastiti, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: ANDI.
wasis. (2008). pedoman riset praktis untuk profesi perawat. jakarta: EGC.
Yuliastutik, A. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Dengan Media Video CAampact Disk (VCD) Dalam Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa ( Studi Kasus Di
Akper RUSTIDA Banyuwangi). Universitas Sebelas Maret.
Lampiran 1
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN
PENELITIAN
Responden yang saya hormati,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Agil Maizar
NIM : 1113104000014
Status : Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Islam
NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian inibertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
mahasiswa. Selain itu, penelitian ini adalah bagian dari persyaratan untuk
Program Pendidikan S1 saya di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Saya berharap agar Anda bersedia menjadi responden dalampenelitian saya
dan menjawab dengan jujur pertanyaan pada quisioner terkait penelitian yang
akan dilakukan untuk menilai kecenderungan berpikir kritis
mahasiswa.Informasi yang akan Anda berikan sebagai responden akan dijaga
keaslian dan kerahasiannya. Atas ketersediannya, saya ucapkan terima kasih.
Ciputat, …………... 2017
Peneliti,
Agil Maizar
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORM CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Telah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul
“Gambaran Berpikir Kritis DalamProblem Based Learning (PBL) Mahasiswa
Keperawatan FKIK UIN Ssyarif Hidayatullah Jakarta” dengan ini menyatakan,
saya memahami tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Saya
percaya bahwa peneliti akan menghormati hak-hak dan kerahasiaan saya sebagai
responden. Dengan penuh kesadaran secara sukarela dan tanpa ada paksaan untuk
ikut serta dalam penelitian tersebut
Ciputat, ………………. 2017
Yang Membuat Pernyataan
(Nama dan Tandatangan)
Lampiran 4
KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Gambaran Berpikir Kritis Dalam Problem Based Learning (PBL)
Mahasiswa Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kode Responden : ______ (diisi oleh peneliti)
Hari/Tanggal :
NIM :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Semester :
Lampiran 5
KUESIONER KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Critical Thinking Disposition Self-Rating Form)
Silahkan dengan jujur memberikan jawaban Ya atau Tidak pada setiap pertanyaan
dibawah ini dengan memberi tanda cek (√) pada kotak yang sesuai dengan pilihan
Saudara/Saudari.
NO PERTANYAAN JAWABAN
Ya Tidak
1 Saya berani untuk mengajukan pertanyaan sulit terhadap apa yang
sudahlama Saya yakini
2 Saya menghindaripertanyaan-pertanyaan yang dapat
melemahkanpendapat yang sudah lama Saya yakini
3 Saya menunjukkan toleransi terhadap pendapat seseorang yang
Saya sendiritidak setujui
4 Saya berusaha mencari informasi untuk menguatkan pendapat saya
dan untuk melemahkan pendapat orang lain
5 Saya mencoba berpikir ke depan dan mengantisipasi konsekuensi
daripilihan-pilihan yang Saya putuskan
6 Saya menertawai apa yang orang lain katakan dan mengolok-olok
pendapatorang lain
7 Saya melakukan upaya serius untuk menjadi analitis untuk
membuat suatukeputusan yang dapat Saya perkirakan hasilnya
8 Saya memanipulasi informasi untuk menyesuaikan dengan tujuan
Saya
9 Saya mendorong teman untuk memperhatikan ide-ide yang orang
lainsampaikan
10 Saya mengabaikan konsekuensi yang mungkin terjadi akibat
pilihan yangSaya putuskan
11 Saya berpikir secara sistematis dalam menanggapi masalah
12 Saya melibatkan diri dan mencoba untuk memecahkan masalah
tanpaberpikir terlebih dahulu bagaimana menghadapi masalah
tersebut
13 Saya menghadapi masalah yang mengandung tantangan karena
Sayamemiliki kemampuan untuk berpikir dan mencari solusinya
untuk menghadapinya
14 Saya mengambil jalan keluar yang mudah dan meminta orang lain
untukmengatasi masalah
15 Saya membaca laporan, surat kabar, buku atau menonton berita
hanya untukmempelajari sesuatu yang baru
16 Saya tidak akan berusaha mempelajari hal baru sampai Saya
melihatmanfaat jika mengerjakannya
17 Saya menunjukkan dengan jujur kesediaan untuk
mempertimbangkankembali keputusan yang telah Saya ambil
18 Saya betul-betul menunjukkan penolakan untuk mengubah pikiran
Saya
19 Saya mendatangi tempat dan situasi yang berbeda, untuk
membuatkeputusan
20 Saya menolak untuk mempertimbangkan posisi Saya pada sebuah
masalahyang situasi dan kondisinya sangat berbeda
Lampiran 6
Descriptives
Statistic Std. Error
total Mean 80.38 .948
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 78.51
Upper Bound 82.25
5% Trimmed Mean 81.04
Median 80.00
Variance 153.531
Std. Deviation 12.391
Minimum 25
Maximum 100
Range 75
Interquartile Range 15
Skewness -.984 .186
Kurtosis 1.867 .369
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total .143 171 .000 .936 171 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Umur* Crosstabulation
kat_totalbaru
Total baik kurang baik
umur 18 Count 12 17 29
% within kat_totalbaru 11.8% 24.6% 17.0%
19 Count 38 18 56
% within kat_totalbaru 37.3% 26.1% 32.7%
20 Count 30 16 46
% within kat_totalbaru 29.4% 23.2% 26.9%
21 Count 14 15 29
% within kat_totalbaru 13.7% 21.7% 17.0%
22 Count 7 2 9
% within kat_totalbaru 6.9% 2.9% 5.3%
23 Count 1 1 2
% within kat_totalbaru 1.0% 1.4% 1.2%
Total Count 102 69 171
% within kat_totalbaru 100.0% 100.0% 100.0%
semester * katkritis Crosstabulation
katkritis
Total kurangbaik baik
semester semester2 Count 18 33 51
% within semester 35.3% 64.7% 100.0%
% of Total 10.5% 19.3% 29.8%
semester4 Count 21 45 66
% within semester 31.8% 68.2% 100.0%
% of Total 12.3% 26.3% 38.6%
semester6 Count 12 15 27
% within semester 44.4% 55.6% 100.0%
% of Total 7.0% 8.8% 15.8%
semester8 Count 8 19 27
% within semester 29.6% 70.4% 100.0%
% of Total 4.7% 11.1% 15.8%
Total Count 59 112 171
% within semester 34.5% 65.5% 100.0%
% of Total 34.5% 65.5% 100.0%
jeniskelamin * katkritis Crosstabulation
katkritis
Total kurangbaik baik
jeniskelamin lakilaki Count 5 3 8
% within jeniskelamin 62.5% 37.5% 100.0%
% of Total 2.9% 1.8% 4.7%
perempuan Count 54 109 163
% within jeniskelamin 33.1% 66.9% 100.0%
% of Total 31.6% 63.7% 95.3%
Total Count 59 112 171
% within jeniskelamin 34.5% 65.5% 100.0%
% of Total 34.5% 65.5% 100.0%
katkritis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurangbaik 59 34.5 34.5 34.5
baik 112 65.5 65.5 100.0
Total 171 100.0 100.0
totalinterpretasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 130 76.0 76.0 76.0
kurang 41 24.0 24.0 100.0
Total 171 100.0 100.0
totalinferen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 44 25.7 25.7 25.7
kurang 127 74.3 74.3 100.0
Total 171 100.0 100.0
totalinferen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 44 25.7 25.7 25.7
kurang 127 74.3 74.3 100.0
Total 171 100.0 100.0
totalevaluasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 143 83.6 83.6 83.6
kurang 28 16.4 16.4 100.0
Total 171 100.0 100.0
totalexplanation
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 118 69.0 69.0 69.0
kurang 53 31.0 31.0 100.0
Total 171 100.0 100.0
totalselfregulation
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 117 68.4 68.4 68.4
kurang 54 31.6 31.6 100.0
Total 171 100.0 100.0