Galenika

11
Berkenalan Dengan Obat 3 (Jamu, OHT, dan Fitofarmaka) Terima kasih udah mampir di blog saya, kali ini saya akan membahas jenis obat-obat tradisional berikut contoh dan lambangnya. Obat-obat tradisional dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. 1. JAMU (Empirical Based Herbal Medicine) Jamu adalah sediaan bahan alam yang khasiatnya belum dibuktikan secara ilmiah, dalam kata lain, belum mengalami uji klinik maupun uji praklinik, namun khasiat tersebut dipercaya oleh orang berdasarkan pengalaman empiric. Dalam sediaan jamu, bahan baku yang digunakan pun belum mengalami standarisasi karena masih menggunakan seluruh bagian tanaman. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah secara uji klinis, tetapi cukup

Transcript of Galenika

Page 1: Galenika

Berkenalan Dengan Obat 3 (Jamu, OHT, dan Fitofarmaka)Terima kasih udah mampir di blog saya, kali ini saya akan membahas jenis obat-obat tradisional berikut contoh dan lambangnya. Obat-obat tradisional dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka.

1. JAMU (Empirical Based Herbal Medicine)

Jamu adalah sediaan bahan alam yang khasiatnya belum dibuktikan secara ilmiah, dalam kata lain, belum mengalami uji klinik maupun uji praklinik, namun khasiat tersebut dipercaya oleh orang berdasarkan pengalaman empiric. Dalam sediaan jamu, bahan baku yang digunakan pun belum mengalami standarisasi karena masih menggunakan seluruh bagian tanaman. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah secara uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.Kriteria jamu antara lain adalah sebagai berikut:-Aman-Klaim khasiat dibuktikan secara empiris-Memenuhi persyaratan mutu.

Page 2: Galenika

Logo jamu berupa ranting daun terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “JAMU” seperti gambar di samping.Contoh obat-obatan golongan jamu adalah pilkita, laxing, keji beling, curcuma tablet.

2. OBAT HERBAL TERSTANDAR (Standarized Based Herbal Medicine)

Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. OHT memiliki grade setingkat di bawah fitofarmaka. OHT belum mengalami uji klinis, namun bahan bakunya telah distandarisasi untuk menjaga konsistensi kualitas produknya. Uji praklinik dengan hewan uji, meliputi uji khasiat dan uji manfaat, dan bahan bakunya telah distandarisasi.Logo Herbal Terstandar berupa jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” seperti gambar di atas.Ada lima macam uji praklinis yaitu uji eksperimental in vitro, uji eksperimental in vivo, uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, dan uji toksisitas khusus.Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain:-Aman-Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-linik-Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi

Page 3: Galenika

-Memenuhi persyaratan mutu.Di Indonesia telah terdapat kurang lebih 17 macam OHT, Contoh obat golongan herbal terstandar antara lain Lelap, Diapet, tolak angin, antangin JRG, dll.

3. FITOFARMAKA

 Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi. Salah satu syarat agar suatu calon obat dapat dipakai dalam praktek kedokteran dan pelayanan kesehatan formal (fitofarmaka) adalah jika bahan baku tersebut terbukti aman dan memberikan manfaat klinik.Syarat fitofarmaka yang lain adalah:-Klaim khasiat dibuktikan secara klinik-Menggunakan bahan baku terstandar-Memenuhi persyaratan mutu.Logo Fitofarmaka berupa jari-jari daun (yang kemudian membentuk bintang) terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “FITOFARMAKA” seperti gambar di atas.Di Indonesia baru ada 5 jenis fitofarmaka yang beredar, antara lain Stimuno, Nodiar, X-gra, Tensigard, dan Rheumaneer. 

Bedanya Jamu, Herbal Terstandar dan Fitofarmaka09.28  LANSIDA  5 comments

Page 4: Galenika

Tidak jauh berbeda dengan perjalanan dari

telur, ulat, kepompong, lalu jadilah kupu-kupu. Jamu yang merupakan warisan nenek moyang,

‘bermetamorfosis’ menjadi herbal terstandar hingga tingkatan yang lebih tinggi yaitu fitofarmaka.

Namun perubahan tersebut tidak begitu saja karena jamu harus diteliti selama bertahun-tahun

dengan menelan biaya milyaran rupiah.

Kategori obat bahan alam antara lain jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka. Pengelompokan

tersebut berdasar atas cara pembuatan, klaim pengguna dan tingkat pembuktian khasiat.

Jamu

Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya masih berupa simplisia sederhana, seperti

irisan rimpang, daun atau akar kering. Sedang khasiatnya dan keamanannya baru terbukti setelah

secara empiris berdasarkan pengalama turun-temurun. Sebuah ramuan disebut jamu jika telah

digunakan masyarakat melewati 3 generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun,

sebuah ramuan disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun.

Sebagai contoh, masyarakat telah menggunakan rimpang temulawak untuk mengatasi hepatitis

selama ratusan tahun. Pembuktian khasiat tersebut baru sebatas pengalaman, selama belum ada

penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa temulawak sebagai antihepatitis. Jadi Curcuma

xanthorriza itu tetaplah jamu. Artinya ketika dikemas dan dipasarkan, prosuden dilarang

mengklaim temulawak sebagai obat.

Selain tertulis "jamu", dikemasan produk tertera logo berupa ranting daun berwarna hijau dalam

lingkaran. Di pasaran banyak beredar produksi kamu seperti  Tolak Angin (PT Sido Muncul), Pil

Binari (PT Tenaga Tani Farma), Curmaxan dan Diacinn (Lansida Herbal), dll.

Herbal Terstandar

Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan syarat bentuk sediaannya

berupa ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi. Disamping itu herbal

terstandar harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis,

farmakodinamik (kemanfaatan) dan teratogenik (keamanan terhadap janin).

Uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro. Riset in vivo dilakukan terhadap hewan uji seperti mencit,

tikus ratus-ratus galur, kelinci atau hewan uji lain.

Sedangkan in vitro dilakukan pada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel atau mikroba. Riset in

vitro bersifat parsial, artinya baru diuji pada sebagian organ atau pada cawan petri. Tujuannya

Page 5: Galenika

untuk membuktikan klaim sebuah obat. Setelah terbukti aman dan berkhasiat, bahan herbal

tersebut berstatus herbal terstandar.

Meski telah teruji secara praklinis, herbal terstandar tersebut

belum dapat diklaim sebagai obat. Namun konsumen dapat mengkonsumsinya karena telah

terbukti aman dan berkhasiat. Hingga saat ini, di Indonesia baru 17 produk herbal terstandar yang

beredar di pasaran. Sebagai contoh Diapet (PT Soho Indonesia), Kiranti (PT Ultra Prima Abadi),

Psidii (PJ Tradimun), Diabmeneer (PT Nyonya Meneer), dll. Kemasan produk Herbal Terstandar

berlogo jari-jari daun dalam lingkaran.

Fitofarmaka

Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis

pada manusia. Dosis dari hewan coba dikonversi ke dosis aman bagi manusia. Dari uji itulah dapat

diketahui kesamaan efek pada hewan coba dan manusia. Bisa jadi terbukti ampuh ketika diuji pada

hewan coba, belum tentu ampuh juga ketika dicobakan pada manusia.

Uji klinis terdiri atas single center yang dilakukan di laboratorium penelitian dan  multicenter di

berbagai lokasi agar lebih obyektif. Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim

produknya sebagai obat. Namun demikian, klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis

sebelumnya. Misalnya, ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim

produknya sebagai antikanker dan antidiabetes.

Kemasan produk fitofarmaka berupa jari-jari daun yang membentuk bintang dalam lingkaran. Saat

ini di Indonesia baru terdapat 5 fitofarmaka, contoh Nodiar (PT Kimia Farma), Stimuno (PT Dexa

Medica), Rheumaneer PT. Nyonya Meneer), Tensigard dan X-Gra (PT Phapros).

Page 6: Galenika

Obat-Obat FITOFARMAKA IndonesiaWelcome dear Bloggers ^__^

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.Saat ini Fitofarmaka di indonesia baru  5 produk yang ada dipasaran, yaitu: Nodiar, Rheumaneer, Stimuno, Tensigarp Agromed dan X-Gra. Mari kita lihat satu-satu... ^__^

1. Nodiar (POM FF 031 500 361)

Komposisi: Attapulgite (bahan kimia, obat untuk diare), 300 mg Psidii folium ekstrak (daun jambu biji), 50 mg Curcumae domesticae rhizoma ekstrak (kunyit),  7.5 mgIndikasi : diare yang tidak spesifik, Ekstrak Folium Psidii dikenalmemiliki efek farmakodinamik yang bekerja di otot polos usus.Attapulgite melindungi usus dan menyerap racun bakteri dan jugameningkatkan konsistensi feses dengan penyerapan cairan dilumen intestinals. Curcuma domestica Rhizoma bekerja dengan efek sebagai anti

Page 7: Galenika

spasmolytical non kompetitif antagonis pada reseptor asetilkolin.Produksi: PT. Kimia Farma

2. Rheumaneer (POM FF 032 300 351)

Komposisi: Curcumae domesticae rhizoma (temulawak), 95 mg Zingiberis rhizoma ekstrak (kunyit), 85 mg Curcumae rhizoma ekstrak, (temulawak) 120 mg Panduratae rhizoma ekstrak, (temu kunci) 75 mg Retrofracti fructus ekstrak, (buah cabe jawa), 125 mgKhasiat: pengobatan nyeri sendi ringanProduksi : PT. Nyonya Meneer

3. Stimuno (POM FF 041 300 411, POM FF 041 600 421)

STIMUNO® adalah imunomodulator dari herbal alami membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno terdaftar sebagai FITOFARMAKA , dibuat dari ekstrak tanaman Phyllanthus niruri (meniran) yang

Page 8: Galenika

terstandarisasi dan telah melalui berbagai uji pre-klinik dan klinik. Sebagai imunomodulator (pengatur sistem imun), Stimuno membantu merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal. Komposisi : Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus niruri 25 mg.Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mgIndikasi: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuhProduksi:  PT. Dexa Medica

4. Tensigard Agromed  (POM FF 031 300 031, POM FF 031 300 041)

 Komposisi: Apii Herba ekstrak (seledri), 95 mg Orthosiphon folium ekstrak (daun kumis kucing), 28mgIndikasi: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolikobat ini gabungan dari komposisi daun kumis kucing dan daun seledri, disini yang berperan sebagai agen penurun tekanan darah tinggi adalah extrak daun seledri, sedangkan untuk daun kumis kucing (Orthosiphon Folium) lebih ke infeksi ginjal, saluran kemih, dll. Produksi: PT. Phapros

5. X-Gra (POM FF 031 300 011, POM FF 031 300 021)

Page 9: Galenika

Komposisi: Ganoderma lucidum (jamur ganoderma), 150 mg Eurycomae radix (akar pasak bumi), 50 mg Panacis ginseng radix (akar ginseng), 30 mg Retrofracti fructus (buah cabe jawa), 2.5 mg Royal jelly, 5 mg Indikasi: Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu meningkatkan stamina pria, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan juga ejakulasi dini.Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam X-gra, kanker prostat, hipertensi berat dan gagal ginjal.Produksi: PT. Phapros

Kelima produk fitofarmaka ini merupakan produk Indonesia yang membanggakan. Melalui berbagai penelitian, prosedur, dan biaya yang tidak sedikit akhirnya produk ini dapat secara aman dikonsumsi masyarakat sesuai dengan indikasinya. Dengan berkembangnya fitofarmaka maka akan meningkatkan kepercayaan konsumen dalam menggunakannya, jelas karena fitofarmaka adalah grade tertinggi dari produk herbal di Indonesia. Fitofarmaka juga dalam proses produksinya sudah terstandardisasi dimulai sejak budi daya melalui adanya GAP (Good Agricultural Practice).