gagal jantung kronis
-
Upload
farahezzlynn -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of gagal jantung kronis
BAB I
STATUS PASIEN
I. DENTITAS
Nama : Bp. P
Umur : 56 tahun.
Jenis Kelamin : Laki laki.
Alamat : Klenen, Palbapang, Bantul
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam.
Suku Kebangsaan : Jawa.
Alloanamnesis
Nama : Ny. P
Umur : 23 tahun.
Alamat : Klenen, Palbapang, Bantul
Pemeriksaan : 2 Desember 2008
II. Keluhan Utama
Sesak Nafas
III. Riyawat Penyakit Sekarang
2 minggu sebelum masuk RS Bp P mengalami sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak tahun
2005, pada awalnya sesak nafas dirasakan ketika Bp P bekerja berat dan membaik ketika
beristirahat. Lama-lama sesak nafas bertambah berat, dan ketika untuk beraktivitas sedikit sudah
sesak nafas serta cepat merasa lelah. Nyeri dada kiri sering dirasakan sampai ke punggung..
Sekarang sesak nafas terasa sangat berat, berlangsung terus menerus sehingga Bp P tidak bisa
beraktivitas, tidak bisa tidur di malam hari disertai batuk-batuk. Sesak nafas tidak membaik saat
istirahat. Bp P juga merasakan sakit di perut, perut terasa keras, dan dikatakan kaki mengalami
bengkak. Bp P sudah pernah kontrol ke dokter, dan sesak nafas berkurang setelah diberi obat dan
buang air kecil.
Setelah dirawat di RSUD Panembahan Senopati, Saat ini kondisi Bp P masih lemah, sesak nafas
membaik, dan bengkak di kaki agak berkurang.
IV. Anamnesis Sistem
Cerebrorpinal : pusing (-), kesadaran (+), demam (-), nyeri tengkuk (-).
Kardiovaskuler : sesak nafas (+), keringat dingin, berdebar-debar (+), nyeri
dada (+).
Respirasi : batuk (+) berdahak, kuning, pilek (-), bunyi ‘mengi'(-).
Digesti : mual (-), muntah (-), perut terasa keras dan nyeri, BAB
normal.
Urogenital : BAK sedikit.
Reproduksi : –
Intergumentum : ruam (-), memar (-), biru(-).
Muskuluskeletal : deformitas (-), bengkak di kaki (+), kelemahan gerak (+), artritis(-).
V. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak nafas (-), riwayat nyeri dada (-), riwayat hipertensi (-), DM (-). Pernah dirawat karena
menderita typus.
VI. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), penyakit ginjal (-)
VII. Kebiasaan dan Lingkungan
Pekerjaan sehari-hari Bp P bertani, seorang pekerja keras, riwayat merokok (-), minum jamu-jamu
(-), alkohol(-), kondisi lingkungan bersih, Bp P sering marah-marah (emosi).
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital Sign
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Frekuensi nadi : 63 x per menit, ireguler, kuat.
Suhu tubuh : 35,6o C
Respirasi : 28 x per menit
Heart Rate : 110x per menit
b. Keadaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Kompos mentis.
Tinggi badan : 160 cm.
Berat badan : 45 Kg.
c. Pemerksaan Kepala
Mata : Sclera ikterik (-), konjuctiva anemis (-).
d. Pemeriksaan Leher
Trakhea : deviasi (-)
Kelernjar limfonodi : pembesaran (-).
Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
JVP : JVP tidak meningkat.
e. Thorak
Inspeksi : Thorak simetris, terlihat ictus kordis bergeser ke kiri bawah di sic
VII.
Perkusi : batas jantung kiri bergeser ke arah kiri bawah di sic VII
Palpasi : ictus kordi kuat angkat.
Auskultasi : Suara 1 dan 2 normal, cepat reguler, terdapat bunyi
gallop S3, ronki basah kasar saat inspirasi.
f. Abdomen
Inspeksi : Datar, normal.
Perkusi : Tympani.
Palpasi : hepatomegali(-), splenomegali(-), asites(-).
Auskultasi : peristaltik (+).
g. Ektremitas
Superior : deformitas(-), pucat(-), sianosis(-), edema(-), akral dingin.
Inferior : deformitas(-), pucat(-), sianosis(-), edema kaki (-), akral dingin.
h. Diagnosis Kerja
Gagal Jantung Kronis Grade IV.
i. Diagnosis Banding
– Unstabil Angina
– Infark miokard
– Penyakit paru kronis
j. Pemeriksaa Penunjang
– EKG :
Berdasah data rekam medis hasil EKG tanggal 26-11-2008 :
Heart Rate : 110 bpm aksis QRS -63 drajat kontraksi ventrikel prematur, Lead II, ST: 0.2mV Lead
III, Q: -0.58mV, ST: 0.39mV AVF, ST: 0.38mV
– Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin :
AE : 4,5 juta/ul.
AT : 127 ribu/ul.
HMT : 34,6 %
Hb : 10,6 gr/dl
Kimia darah :
Asam urat : 8,21 mg/dl
Kolesterol : 128 mg/dl
Ureum darah : 54 mg/dl
Kreatinin : 0,94 mg/dl
SGOT : 59 u/l
SGPT : 40 u/l
k. Masalah Aktif
Gagal jantung kronis grade IV.
l. Masalah Pasif
Batuk berdahak.
m. Penatalaksanaan
Non Farmakologi
– Eduksi, Istirahat, diet tinggi protien dan karbohidrat, menjaga asupan garam dan air.
Farmakologi
– Oksigen
– Kaptopril, 2-3 x 25 mg/hari
– Furosemid, 20 – 40 mg/hari
– KSR, 2 x sehari, 600 mg
– Metoprolol, 3-4 x 50mg/hari
– Digogsin, 0,75-1,5 mg/hari
– Untuk batuk berdahak dapat diberikan Ceftriakson, 1-2 gr/hari.
n. Prognosis
Buruk
BAB II PEMBAHASAN
GAGAL JANTUNG KRONIS
I. Pendahuluan
Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan yang serius di berbagai negara, baik di negara
maju maupun di negara berkembang. Gagal jantung saat ini banyak dijumpai dan menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas utama. Data di United Kingdom kurang lebih 5 juta pasien di
negara ini mengalami gagal jantung, dan pada setiap tahunnya lebih dari 550.000 pasien
didiagnosa mengalami gagal jantung yang pertama kali. Di rumah sakit data menunjukkan dari
tahun 1990 sampai tahun 1999 terdapat peningkatan kasus gagal jantung kira-kira dari 810.000
sampai 1 juta lebih sebagai diagosa primer dan 2,4 sampai 4,6 juta kasus gagal jantung sebagai
diagnosa sekunder, dan pada tahun 2001 sedikitnya 53.000 pasien meninggal karena gagal
jantung.1
Definisi
Gagal jantung didifiniskan sebagai kegagalan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kegagalan jantung untuk memompa atau penurunan
kemampuan pompa jantung sehinga sirkulasi darah di tubuh menjadi terganggu, akan
menyebabkan 2 efek utama yakni penurunan curah jantung dan pembendungan darah di vena
yang menimbulkan kenaikan tekanan vena. Dua hal inilah yang akan menyebabkan berbagai
manifestasi klinis pada pasien yang menderita gagal jantung. Bila terjadi penurunan curah jantung
sampai derajat yang membahayakan, akan muncul banyak reflek sirkulasi pada tubuh yang
diaktifkan. Diantaranya adalah reflek baroreseptor, reflek kemoreseptor yang akan mengaktifkan
sistem saraf pusat. Selain itu sistem renin angiotensin juga berperan penting dalam merespon
penurunan curah jantung. Berbagai reflek tubuh ini merupakan bentuk kompensasi akibat
penurunan curah jantung. Pembendungan darah di vena terjadi karena aliran darah yang tertahan
di dalam vena, sebagai akibat dari penurunan kemampuan pompa jantung. Penurunan curah ini
memberikan pengaruh yang luas terhadap fungsi ginjal. Aliran darah yang rendah megakibatkan
kemampuan ginjal menyekresikan garam dan air menjadi rendah sehingga urin yang dikeluarkan
menjadi sedikit. Oleh karena itu mulailah terjadi retensi cairan dan akan belangsung terus menerus
sehingga aliran darah tertahan dalam vena, kecuali jika dilakukan tindakan terapi.2
Guna kepentingan klinik gagal jantung dapat dibedakan menjadi gagal jantung akut dan gagal
jantung kronis. Gagal Jantung Akut adalah serangan cepat dari gejala-gejala dan tanda-tanda
akibat fungsi jantung yang abnormal. Sedangkan Gagal Jantung Kronis adalah sindrom klinik yang
komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat
atau aktifitas, edema dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
Terminologi
Untuk mempermudahkan pengertian istilah dalam gagal jantung maka di bawah ini diterangkan
berbagai istilah yang lazim dipakai.3
a. Gagal jantung ke depan (forward failure).
Ketidakmampuan jantung untuk memompakan dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh, dicirikan dengan mudah lelah, lemah akibat curah yang sangat
menurun.
b. Gagal jantung ke belakang (backward failure).
Kegagalan jantung untuk memompa aliran balik sehingga pengeluaran aliran balik vena tidak
lengkap. Dicirikan dengan adanya kongesti paru dan udema.
c. Gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri.
Gagal jantung kanan dan kiri menunjukkan istilah kegagalan pemompaan ventrikel yang terpisah
satu sama lain.
d. Disfungsi diastolik.
Ganguan pengisian satu atau kedua ventrikel sementara kapasitas pengosongan normal.
e. Disfungsi sistolik
Menurunnya kapasitas pengosongan normal ventrikel, yang berkaitan dengan peningkatan
kompensatorik volume diastolik.
II. Etiologi
Penyebab gagal jantung digolongkan menurut dominasi gagal jantung (dominan sisi kiri atau sisi
kanan) dan menurut curah jantung (curah rendah dan curah tinggi).4
a. Gagal jantung dominan sisi kiri. Penyebab gagal jantung dominan sisi kiri:
– Penyakit jantung iskemik
– Penyakit jantung hipertensi
– Penyakit katup aorta, katup mitral (stenosis dan inkompetensi)
– Miokarditis
– Kardiomiopati
– Amiloidosis jantung
– Keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia)
b. Gagal jantung dominan sisi kanan.
– Penyakit paru kronis
– Stenosis katup pulmonal
– Penyakit katup trikuspid (stenosis, inkompetensi)
– Peyakit jantung kongenital (VSD, PDA)
– Hepertensi pulmonal
c. Gagal jantung curah rendah
Gagal jantung curah rendah diartikan jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung
sistemik normal, misal normal = 5 l/menit, jantung hanya mampu ejeksi 3-4 l/menit. Penyebabnya:
– Ganguan miokardium: penyakit jantung iskemik, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis, aritmia.
– Peningkatan beban tekanan: hipertensi sistemik, stenosis katup.
– Semua penyebab gagal ventrikel kanan.
d. Gagal jantung curah tinggi
Jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung yang tinggi karena kebutuhan aliran darah
yang meningkat, misal normal = 5 l/menit kebutuhan menjadi meningkat menjadi 7 l/menit.
Jantung hanya mampu memberikan 5-6 l/menit. Penyebabnya:
– Inkompetensi katup
– Anemia
– Tirotoksikosis (hipertiroidisme)
– Demam
– Kelebihan beban volume
– Beriberi
– Penyakit paget pada tulang.
Pada kasus di atas terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan Bp P menderita gagal
jantung, belum dapat dipastikan secara jelas sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kemungkinan utama adalah disebabkan karena penyakit jantung iskemia. Beberapa alasan yang
mendukung adalah :
– Bp P mengalami sesak nafas yang telah dirasakan sejak tahun 2005, sesak dirasakan ketika
berkativitas berat yang disertai dengan nyeri dada kiri.
– Kelainan kongenital kemungkinan kecil karena tidak ada keluarga yang menderita penyakit
jantung, dan penyakit muncul setelah usia tua.
– Penyakit peradangan jantung kemungkinan disangkal karena tidak ditemukan kreteria mayor dan
minor berdasarkan kriteria jones.
– Di temukan ST elevasi pada pemeriksaan EKG di lead II, III, AVF.
– Kemungkinan ganguan katup kecil karena bunyi S 1 dan S 2 normal.
III. Patofisiologi
Sindrom dari gagal jantung adalah sebagai konsekuensi dari suatu kelainan struktural jantung,
fungsi, irama ataupun sistem konduksi. Dinegara maju disfungsi ventrikel menjadi kasus utama
yang diakibatkan dari infark miokard, hipertensi, atau kedua-duanya. Penyakit katup degeneratif
dan kardiomiopati juga merupakan penyebab utama gagal jantung. Indikasi gagal jantung tidak
hanya ketidakmampuan jantung dalam memenuhi kebutuhan O2 secara adekuat, tetapi juga
melibatkan respon kompensatorik dari tubuh. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung adalah :5
1. Meningkatnya beban awal (preload).
2. Meningkatanya beban akhir (afterload).
3. Menurunnya kontraktilitas miokardium
Cardiac output bergantung pada frekuensi denyut jantung dan stroke volume. Selanjutnya stroke
juga dipengaruhi oleh beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Mekanisme tersebut merupakan
variabel penting dalam memahami patofisiologi gagal jantung.
Kelainan interinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit
jantung iskemik, akan menggangu kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri
yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume ventrikel kiri. Dengan
meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel kiri, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri. Derajat peningkatan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya
tekanan ventrikel kiri terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri. Peningkatan atrium diteruskan
ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-
paru. Jika tekanan semakin tingi di paru-paru maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam
interstisial, selanjutnya edema tinterstisial. Peningkatan yang lebih lanjut dapat menyebabkan
edema paru dan terjadi hipertensi pulmonalis. Tekanan paru-paru yang tinggi ini akan
meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Sehingga kerja ventrikel kanan akan
mengalami ganguan karena hambatan yang besar dari tekanan pulmonalis, pada akhirnya akan
terjadi pula edema sistemik akibat hambatan di ventrikel kanan.
Menurunnya fungsi jantung akan meyebabkan tubuh memberikan respon kompensatorik .
Mekanisme primer yang terjadi adalah:6
a. Meningkatnya aktivitas andregenik simpatis.
Menurunnya volume sekuncup akan menimbulkan reflek baroreseptor maupun kemoreseptor yang
akan mengaktifkan sistem saraf simpati. Pengeluaran norephineprin akan meningkatakan denyut
janung dan kekuatan kontraksi untuk menambah curah jantung. Selain itu juga akan menyebabkan
vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistriusi volume darah
dengan mengurangi aliran darah ke organ-organ yang metabolismenya rendah. Venokonstriksi
akan meningkan aliran balik vena ke jantung selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai
hukum Starling.
b. Aktivitas sistem renin-angiotensin aldosteron.
Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan peningkatan yang nyata sekresi renin oleh ginjal,
hal ini menyebabkan pembentukan angiotensin yang akan memiliki pengaruh langsung pada
ateriol ginjal unuk menurunkan ateriol ginjal untuk lebih nurunkan aliran darah yang melalui ginjal,
sehingga meningkatkan meningkatkan reabsorpsi air dan garam dari tubulus.
Angiotensin akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Peningkatan kadar
aldosteron selanjutnya meningkatakan reabsorpsi natrium dari tubulus renal sehingga akan
meningkatkatkan reabsorpsi air.
c. Hipertrofi ventrikel
Respon miokardium terhadap beban volume akan menyebabkan dilatasi dan bertambahnya
ketebalan dinding jantung. Kombinasi ini diduga terjadi akibat bertambahnya jumlah sarkomer
dalam sel-sel miokardium.
Dari data anamnesis kemungkinan pada awalnya Bp P menderita penyakit jantung iskemia.
Penyebab paling sering dari penyakit jantung iskemia adalah aterosclerosis, tetapi karena faktor
resiko Bp P terhadap penyakit aterosclorosis rendah (tidak menderita obesitas, kolesterol normal,
tidak merokok), kemungkinan penyebab lain adalah stress karena dikatakan bahwa Bp P seorang
pekerja keras dan sring marah-marah (emosional). Stres yang mengakibatkan jantung iskemi bisa
stres fisik atau stres emosional.
Stres dapat menyebabkan :10
– Peningkatan heart rate.
– Peningkatan tekanan darah
– Pengeluaran ketokalamin (yang paling sering ditemukan hormon adrenal) yang akan
menyebabkan vasokonstriksi.
– Irma jantung tidak teratur, fibrilasi ventrikel, fibrilasi atrium.
– Permintahan suplai darah yang meningkat.
– Spasme pembuluh darah koroner.
Dari keadaan ini memungkinkan Bp P menderita penyakit jantung iskemi. Seiring dengan
perjalanan penyakit, penyakit jantung iskemi dapat menyebabkan infark pada miokardium. Infark
miokardium menyebabkan ganguan kontraktilitas otot jantung, lama-lama akan menjadi lemah
dan berkembang selanjutnya menjadi gagal jantung.
IV. Klasifikasi
Penyakit gagal jantung dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas menurut NYHA Functional
Class.7
a. Klas I berupa penyakit ringan dan tidak ada gejalanya pada aktivitas biasa.
b. Klas II dalam aktivitas normal menimbulkan lelah dan aktivitas fisik sedikit terbatas.
c. Klas III ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, dan keterbatasan melakukan aktivitas.
d. Klas IV dimana keluhan gagal jantung sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat pada
aktivitas ringan.
Pada kasus ini Bp P dikatakan mengalami gagal jantung klas IV dikarenakan saat datang ke rumah
sakit Bp P mengalami mengalami sesak nafas yang terus menerus dan tidak berkurang dengan
istirahat.
.
V. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang sering dijumpai:6
a. Dispnea
Gambaran klinis gagal jantung adalah perasaan sesak nafas. Sesak napas dialami pada saat
beraktivitas berat (dyspneu d’effort), namun semakin penyakit ini berkembang, sesak napas juga
dialami pada aktivitas ringan, dan pada akhirnya bahkan pada saat beristirahat. Dispnea
disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti vaskular paru yang mengurangi
kelenturan paru. Meningkatnya tahanan aliran udara juga menimbulkan dispnea.
b. Ortopnea atau dispnea saat berbaring.
Disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang dibawa kearah sirkulasi
sentral.
c. Dispnea nokturnal paroksismal/PND (mendadak terbangun karena dispnea).
Dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial. PND merupaka maifestasi yang lebih spesifik dari
gagal jantung kiri.
d. Batuk pada malam hari juga dapat akibat kongesti paru. Ronki juga akan timbul karena
disebabkan oleh transudasi cairan paru yang merupakan ciri khas gagal jantung.
e. Hemoptisis
Disebabkan oleh perdarahan vena bronkial yang dapa terjadi akibat distensi vena.
f. Peningkatan tekanan JVP.
Bendungan vena dileher dapat meningkatkan JVP.
g. Hepatomegali.
Pembesaran hati terjadi karena peregangan kapsula hati
h. Ganguan saluran cerna
Pasien dengan HF dapat pula datang dengan keluhan gastrointestinal. Anorexia, nausea, dan
perasaan penuh yang berkaitan dengan nyeri abdominal merupakan gejala yang sering dikeluhkan
dan dapat berkaitan dengan edema pada dinding usus dan/atau kongesti hepar dan regangan
kapsula hati.
i. Edema perifer
Terjadi karena akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial.
.
VI. Diagnosis
Diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan dengan :
a. Pemeriksaan Klinis.
Berdasarkan kriteria Framingham dapat dipakai untuk penegakan diagnosis gagal jantung kronik.5
.
b. EKG
Pada gagal jantung kronis sering didapat bentuk abnormal pada EKG. Tetapi bentuk abnormal EKG
tidak menunjukkan spesifik terhadap gagal jantung kronis.
Bentuk abnormal EKG :
– Q patologis.
– Blokade cabang berkas kiri
– Hipertrofi ventrikel kiri.
– Fibrilasi atrium.
– Non-spesific ST atau perubahan gelombang T.
c. Pemeriksaan enzim jantung NT- proBNP (N.Terminal protein BNP)
NT-proBNP adalah bagian dari BNP (Brain Natriuretic Peptide),dimana NT- proBNP (N.Terminal
protein BNP) lebih sensitif daripada BNP. BNP termasuk golongan Natriuretik peptide bersamaan
dengan ANP (Atriale Natriuretic Peptide) dan CNP (C-type Natriuretic Peptide), BNP akan diproduksi
bila terjadi regangan pada ventrikel kiri sehingga pada pasien gagal jantung kadar BNP dan NT-
proBNP akan meningkat.7
d. Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan untuk mengetahui ukuran jantung dan bentuknya.
Berdasarkan data anamnesis gambaran klinis yang didapatkan adalah:
– Bapak P mengalami sesak nafas yang berat dan tidak berkurang saat istirahat
– Nyeri dada.
– Batuk di malam hari
Pemiksaan fisik :
– Takipnea.
– Denyut nadi yang irreguler.
– Pergeseran batas jantung kiri. Kemungkinan terjadi hipertrofi ventrikel kiri.
– Suara gallop S3.
– Ronki basah kasar saat inspirasi. Adanya transudasi cairan di paru.
– Udema kaki.
Pemeriksaan EKG
– HR :110m, Takikardi > 100bpm
– Perubahan aksis ke arah kiri (-63o) . Kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri.
– Kontraksi ventrikel prematur, terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. Pada
umumnya disebabkan karena iskemia lokal, plak kalsifikasi, iritasi toksik pada nodus A-V, sistem
purkinje atau miokardium.
– ST elevasi di Lead II, III,dan AVF . Infark inferior.
Pada pemeriksaan darah (nilai yang tidak normal):
– Ureum darah : 54 mg/dl, normal 10-50 mg/dl
Peningkatan ureum dapat terjadi karena shok, penurunan volume darah ke ginjal, perdarahan,
dehidrasi dan lain-lain
– SGOT : 59 u/l nilai normal L s/d 37/l
pelepasan enzim yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung
dan hati.
Berdasarkan kriteria framingham, gambaran klinis pada gagal jantung, dan klasifikasi gagal
jantung, dapat disimpulkan Bp P mengalami gagal jantung kronis dengan grade IV.
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung kronis dapat dilakukan dengan :8
a. Non farmakologi
– Memberikan edukasi terhadap pasien tentang penyakit gagal jantung mengenai penyebab, faktor
resiko, pengobatan.
– Edukasi pola diet, kontrol asupan garam dan air.
– Istirahat, membatasi aktivitas berat, olah raga.
– Edukasi penggunaan obat-obat, baik efek samping atau menghindari penggunaan obat-obat
tertentu.
b. Farmakologi.
Pada dasarnya penggunaan obat-obat pada gagal jantung ditujukan untuk :
– Mengurangi beban awal
Dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian diuretik, nitrat atau vasodilator.
– Memperkuat kontraktilitas
Kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obat-obat inotropik seperti digitalis, dopamin, dan
dobutamin.
– Mengurani beban akhir.
Dapat dikurangi dengan penghambat ACE(kaptropil, enalapril).
Berdasarkan klasifikasi dari NYHA
Untuk survival/mordibiditas Untuk Gejala
NYHA I ACE Inhibitor/ARB jika intoleran lanjutkan antagonis aldosteron, beta bloker. Pengurangan/
hentikan diuretik
NYHA II ACE Inhibitor/ARB jika intoleran lanjutkan antagonis aldosteron, beta bloker. +/- diuretik
tergantung pada
retensi cairan
NYHA III ACEI/ ARB
Beta bloker
Antagonis aldosteron + diuretik, + digitalis jika masih simtomatik
NYHA IV ACEI/ ARB
Beta bloker
Antagonis aldosteron + diuretik, + digitalis, suport inotropis
Pada kasus di atas pasein telah mengalami gagal jantung yang diklasifikasikan kelas IV. Menurut
NYAH pasien dapat diberikan obat :
– ACEI : Kaptopril
– Beta bloker : Metoprolol
– Diuretik : Furosemid
– KSR, untuk mengurangi kehilangan ion kalium
– Digitalis : Digogsin
– Antobiotik : Ceftriakson, sebagai profilaksis untuk infeksi bakteri.
VIII. Prognosis
Prognosis gagal jantung tergantung secara primer pada penyakit jantung yang mendasari dan
pada ada atau tidaknya faktor pencetus yang dapat diobati. Jika faktor pencetus ini dapat diobati
maka kelangsungan hidup menjadi lebih baik dari pada gagal jantung yang terjadi tanpa penyebab
pencetus yang terlihat. Jika tidak maka kelangsungan hidup biasanya berkisar 6 bulan sampai 4
tahun.9
Pada kasus yang diderita Bp P, beberapa riwayat yang menyebabkan kemungkinan gagal jantung
tidak ditemukan, seperti riwayat hipertensi, riwayat DM, kelainan kongenital, Obesitas, dan juga
pemeriksaan lipid tidak menunjukkan faktor resiko yang mengarah ke penyakit kardiovaskuler.
Hanya saja Bp P dikatakan memiliki emosional yang tinggi, serta seorang pekerja keras.
Kemungkinan tingkat kesetresan yang dialami sangat tinggi menyebabkan penyakit
kardiovaskuler. Dari data tersebut prognosisnya buruk.
BAB III
KESIMPULAN
1. Bapak P menderita penyakit dengan keluhan sesak nafas sejak 3 tahun yang lalu, dan sesak
nafas menjadi semakin berat sehingga saat ini tidak besa beraktifitas, dan manifestasi klinis yang
semakin berat.
2. Berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan bebarapa referensi
yang dikaitkan dengan gambaran klinis, Bp P menderita penyakit gagal jantung kronis dengan
grade IV.
3. Penataklaksanaannya dapat mengacu berdasarkan klasifikasi NYHA Grade IV.
– Pemberian obat ACEI dan kombinasi bera bloker untuk mengurangi beban akhir.
– Pemberian diuresis untuk mengatasi beban awal karena tekanan volume darah yang semakin
akibat kongesti cairan. Pemberian diuresis dikombinasikan dengan pemberian KSR untuk
menguraingi kehilangan ion K.
– Pemberian obat digitalis untuk meningkatkan kontaktilitas otot jantung sehingga aliran darah
akan tetap terjaga.
– Pemberian antibiotik digunakan untuk profilaksis terhadap infeksi bakteri
Daftar Pustaka
1. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, et al. ACC/AHA 2005 Guidelines Update for the Diagnosis and
Management of Chronic Heart Failure in the Adult: A Report of the American Collage of
Cardiologi/American Heart Association Task Force on Practice Guidline (writing committee to
update the 2001 Guidline for the Evaluation and Management of Heart Failure). Downloaded
from circ.ahajournals.org
2. Guyton, Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.
3. Lily Ismudiati R., Faisal B., dkk, 2001, Buku Ajar Kardiologi, FKUI, Jakarta.
4. Papakrama C., R. Taylor, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, EGC. Jakarta.
5. Figueroa MS, Peters JI, 2006, Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology, Therapy, and
Implications for Respiratory Care,http://www.rcjournal.com/contents/04.06/04.06.0403.pdf
6. Sylvia AP, Lorraine, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.
7. Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2007, Management of chronic heart
failure, http://www.sign.ac.uk/pdf/sign95.pdf
8. Aru WS, Bambang S, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
9. Kurt J. Isselbacher, Eugene Braunwald, 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
10. JAMA, 2007, Acute Emotional Stress and The
Heart, http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/3/360.
SUMBER : https://usahkaularasendiri.wordpress.com/2008/12/19/gagal-jantung-kronis/