gagal ginjal 03

download gagal ginjal 03

of 16

Transcript of gagal ginjal 03

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    1/16

    ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK

    1.Pengertian

    Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terusmenerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit.

    (Elizabeth J. Corwin, 2001)

    Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan

    irreversibel (Arif Mansjoer, 1999).

    Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan

    penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan

    cukup lanjut (Slamet Suyono, 2001).

    Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari

    3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti

    proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal

    kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60

    ml/menit/1,73m, seperti pada tabel 2.1 berikut:

    Tabel 2.1 Batasan penyakit ginjal kronik

    1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,

    dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:

    - Kelainan patologik

    - Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada

    pemeriksaan pencitraan

    2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan

    atau tanpa kerusakan ginjal

    (Sumber: Chonchol, 2005)

    Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh

    nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan

    nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi

    penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal

    dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan

    penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan

    penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan

    penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal (Perazella,

    2005) . Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    2/16

    Tabel 2.2 Laju filtrasi glomerulus (LFG) dan stadium penyakit ginjal

    kronik

    (Sumber: Clarkson, 2005)

    2.Etiologi

    Menurut Guyton (1997) penyebab GGK adalah :

    a. Gangguan Imunologi

    Glomerulonefritis Poliarteritis Nodusa. Lupus Eritematosus.

    b. Gangguan Metabolik

    Diabetes mellitus. Amiloidosis.

    c. Gangguan Pembuluh Darah Ginjal.

    Arterosklerosis. Nefrosklerosis.

    d. Infeksi.

    Pielonefritis. Tuberkulosis.

    e. Obstruksi traktur Urinarius.

    Batu Ginjal Hipertropi Prostat. Konstriksi Uretra.

    f. Kelainan Kongenital

    Penyakit polikistik.

    StadiumDeskripsi LFG (mL/menit/1.73

    m2)

    0 Risiko meningkat 90 dengan faktor

    risiko

    1 Kerusakan ginjal disertai LFG normalatau

    Meninggi

    90

    2 Penurunan ringan LFG 60-89

    3 Penurunan moderat LFG 30-59

    4 Penurunan berat LFG 15-295 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    3/16

    Tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital ( hipoksiarenalis).

    3.Patofisiologi

    Menurut Price S Anderson (2000), Elizabeth Crowin (2000) dan Guyton

    (l997) patofisiologi gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh hipertensi

    adalah sebagai berikut : Hipertensi menyebabkan penurunan perfusi renal

    yang mengakibatkan terjadinya kerusakan parenkim ginjal. Hal ini

    menyebabkan peningkatan renin dan meningkatkan angiotensin II, selanjutnya

    angiotensin II dapat menyebabkan dua hal yaitu : peningkatan aldosteron dan

    vasokonstriksi arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron, akanmeningkatkan reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan

    ekstraseluler sehingga menyebabkan retensi air dan peningkatan volume

    cairan ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan

    glomerulus, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga laju

    filtrasi glomerulus menurun. Sebagai kompensasi dari penurunan laju filtrasi

    menurun, maka kerja nefron yang masih normal akan meningkat sampai

    akhirnya mengalami hipertrofi. Pada kondisi hipertrofi akan meningkatkan

    filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus menurun, protein di tubulus di

    ekskresikan ke urine (proteinuria) yang menyebabkan penurunan protein

    plasma (hipoproteinemia), hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan onkotik

    kapiler. Penurunan tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka.

    Pada edema anasarka akan menekan kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang

    akhirnya terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih lanjut akan

    menyebabkan tubuh tidak mampu membuang air, garam dan sisa

    metabolisme, sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrome uremia akan

    meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi : rasa lelah, anoreksia,

    mual dan muntah.

    4.Stadium Gagal Ginjal Kronik.

    Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.

    Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular

    Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :

    Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunanGFR (Corwin, 1994) meliputi :

    a. Penurunan cadangan ginjal;

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    4/16

    Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal),

    tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat

    mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan

    mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan

    CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi

    b. Insufisiensi ginjal;Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 35% dari normal. Nefron-nefron

    yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya

    beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah

    karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan

    respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat

    insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR,

    sehingga perlu pengobatan medis

    c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.

    d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;

    Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit

    nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut

    dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti

    ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu

    mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau

    penggantian ginjal.

    Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunanGFR Crowin (2000) meliputi :

    1. Penurunan cadangan ginjal : terjadi apabila GFR turun 50 % darinormal.

    2. Insufisiensi ginjal : terjadi apabila GFR turun menjadi 20 50 % darinormal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami

    kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.

    3. Gagal ginjal : terjadi apabila GFR kurang dari 20 % dari normal,semakin banyak nefron yang mati.

    4. Penyakit ginjal stadium akhir : terjadi apabila GFR menjadi

    5.Tanda Dan Gejala

    Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :

    a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    5/16

    Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan gangguanmetabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zatzat toksik.

    Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yangdiubah menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau amonia.

    Cegukan, belum diketahui penyebabnya.b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.

    Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin. Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan

    urokrom.

    Gatal-gatal akibat toksin uremik. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah). Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).

    c. Sistem Syaraf dan otak.

    Miopati, kelelahan dan hipertropi otot. Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan

    konsentrasi.

    d. Sistem Kardiovaskuler.

    Hipertensi.

    Nyeri dada, sesak nafas. Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini. Edema.

    e. Sistem endokrin.

    Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi.

    Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresiinsulin.

    g. Gangguan pada sistem lain.

    Tulang : osteodistrofi renal. Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.

    6.Komplikasi Gagal Ginjal Kronik.

    Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang

    memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :

    1. Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolismedan masukan diet berlebih.

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    6/16

    2. Perikarditis : efusi perikardial , dan tamponade jantung akibat retensiproduk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

    3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,angiotensin, aldosteron.

    4. Anemia : akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darahmerah, perdarahan gastro intestinal.

    5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat.

    7.Pemeriksaan Penunjang Pada Klien Gagal Ginjal Kronik.

    Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang pada pasien GGK adalah :

    1. Volume urine : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria)terjadi dalam (24 jam48) jam setelah ginjal rusak.

    2. Warna Urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.3. Berat jenis urine : Kurang dari l, 020 menunjukan penyakit ginjal contoh

    : glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan

    memekatkan : menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat.

    4. pH : Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal danrasio urine/ serum saring (1 : 1).

    5. Kliren kreatinin : Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakanginjal.

    6. Natrium : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bilaginjal tidak mampu mengabsorpsi natrium.

    7. Bikarbonat : Meningkat bila ada asidosis metabolik.8. Protein : Proteinuria derajat tinggi (+3 +4 ) sangat menunjukkan

    kerusakan glomerulus bila Sel darah merah dan warna Sel darah merah

    tambahan juga ada. Protein derajat rendah (+1 +2 ) dan dapat

    menunjukan infeksi atau nefritis intertisial.

    9. Warna tambahan : Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahanwarna merah diduga nefritis glomerulus.

    D a r a h :

    1. Hemoglobin : Menurun pada anemia.2. Sel darah merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan /

    penurunan hidup.

    3. pH : Asidosis metabolik4. Kreatinin : Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1).5. Osmolalitas : Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan

    urine .

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    7/16

    6. Kalium : Meningkat sehubungan dengan retensi urine denganperpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel

    darah merah).

    7. Natrium : Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.8. pH, Kalium & bikarbonat : Menurun.9. Klorida fosfat & Magnesium : Meningkat.10.Protein : Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan

    protein melalui urine, perpindahan cairan penurunan pemasukan dan

    penurunan sintesis karena kekurangan asam amino esensial.

    11.Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya masa / kista(obstruksi pada saluran kemih bagian atas).

    12.Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan seljaringan untuk diagnosis histologis.

    13.Endoskopi ginjal / nefroskopi : Untuk menentukan pelvis ginjal(adanya batu, hematuria).

    14.E K G : Mungkin abnormal menunjukkan ketidak seimbangan asam /basa.

    8.Penatalaksanaan Medis.

    Menurut Arief Mansjoer (2000) penatalaksanaan yang dilakukan pada klien

    dengan gagal ginjal kronik :

    a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.

    Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250- 1000 mg/hr) atau

    diuretik loop(bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah

    kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen

    natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan

    melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan.

    b. Diet tinggi kalori dan rendah protein.

    Diet rendah protein (20- 40 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejala

    anoreksia dan nausea (mual) dan uremia , menyebabkan penurunan ureum

    dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.

    c. Kontrol Hipertensi.

    Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung

    kiri. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam

    dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah.

    d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    8/16

    Untuk mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar,

    diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi

    kalium (misalnya, obat anti-inflamasi nonsteroid).

    e. Mencegah penyakit tulang.

    Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti

    aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500- 3000

    mg) pada setiap makan.

    f. Deteksi dini dan terapi infeksi.

    Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imonosupuratif dan terapi

    lebih ketat.

    g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.

    Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya

    toksik yang dikeluarkan oleh ginjal Misalnya: analgesik opiate, dan

    alupurinol.

    h. Deteksi terapi komplikasi.

    Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis,

    neuropati perifer, hiperkalemia meningkat, kelebihan volume cairan yang

    meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan,

    sehingga diperlukan dialisis.

    i. Persiapan dialisis dan program transplantasi.

    Hemodialisis adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Pada

    hemodialis, darah dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter, masuk

    kedalam sebuah alat besar. Didalam mesin tersebut terdapat ruang yang

    dipisahkan oleh sebuah membran semipermiabel. Darah dimasukkan ke

    salah satu ruang. Sedangkan ruang yang lain di isi oleh cairan dialilsis dan

    diantara ke duanya akan terjadi difusi.

    Tujuan : Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, mengeluarkan sisa

    akhir produk metabolisme dalam tubuh, menormalkan pH dalam tubuh.

    Indikasi : Hemodialisa pasa gagal ginjal kronik adalah berdasarkan data

    klinis dan biokimia :

    1). Klinis meliputi : sindrom uremia , penurunan kesadaran, over load,

    unuria ( lebih dari 3 hari )

    2). Biokimia meliputi : Uremia ( > 200 mg/dl ), hiperkalemia ( > 7 mEq/l),

    asidosis (pH darah)

    9. Penatalaksanaan

    a. Terapi konservatif

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    9/16

    Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal

    secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin

    azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara

    keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).

    1) Peranan diet

    Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau

    mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan

    terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

    2) Kebutuhan jumlah kalori

    Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat

    dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif

    nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

    3) Kebutuhan cairan

    Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya

    jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.

    4) Kebutuhan elektrolit dan mineral

    Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung

    dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

    b. Terapi simtomatik

    1) Asidosis metabolik

    Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium

    (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat

    Universitas Sumatera Utaradiberikan suplemen alkali. Terapi alkali

    (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravenabila pH 7,35 atau

    serum bikarbonat 20 mEq/L.

    2) Anemia

    Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu

    pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi

    darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

    3) Keluhan gastrointestinal

    Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering

    dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan

    utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain

    adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang

    harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan

    simtomatik.

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    10/16

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    11/16

    medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65

    tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem

    kardiovaskular, pasienpasien yang cenderung akan mengalami perdarahan

    bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien

    dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin

    masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-

    mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat

    intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang

    jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).

    3) Transplantasi ginjal

    Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).

    Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

    a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh

    (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-

    80% faal ginjal alamiah

    b) Kualitas hidup normal kembali

    Masa hidup (survival rate) lebih lama

    d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan

    obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan

    e) Biaya lebih murah dan dapat dibatas

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    12/16

    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

    GAGAL GINJAL KRONIK.

    I. Pengkajian.Menurut Doenges (2002), pengkajian keperawatan pada klien GGK meliputi :

    a. Riwayat keperawatan.

    Usia. Jenis kelamin. Berat Badan, Tinggi Badan. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat gagal ginjal kronik

    b. Pemeriksaan fisik.

    1)Aktifitas:Subjektif : Keletihan, kelemahan, malaise.

    Objektif : Kelemahan otot, kehilangan tonus

    2)Sirkulasi :

    S : Hipotensi / hipertensi (termasuk hipertensi maligna)

    Eklamsi / hipertensi akibat kehamilan Disritmia jantung

    O : Nadi lemah / halus, hipertensi : ortostatik (hipovolemia), nadi kuat

    hipervolemia, edema jaringan umum, termasuk area priorbital,

    mata kaki, sacrum, pucat, kecenderungan perdarahan.

    3)Eliminasi

    S : Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi :

    poliuria (kegagalan dini) atau penurunan frekwensi / oliguria

    (fase akhir), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi /

    obstruksi, infeksi).

    O : Abdomen kembung, diare, konstipasi

    Riwayat batu / kalkuli4)Makanan / cairan

    S : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan

    (dehidrasi)

    Mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati Penggunaan diuretik

    O : Perubahan turgor kulit / kelembaban edema (umum, bagian bawah)

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    13/16

    5)Neurosensori

    S : Sakit kepala, penglihatan kabur

    O : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang pandang,

    ketidakmampuan berkonsentrasi, hilangnya memori, kacau,

    penurunan tingkat kesadaran (ozotemia) ketidakseimbangan

    elektrolit (asam / basa).

    6)Nyeri / kenyamanan

    S : Nyeri tubuh, sakit kepala.

    O : Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.

    7)Pernafasan

    S : Nafas pendek.

    O : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan

    kusmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental

    merah muda (edema paru).

    8)Keamanan

    S : Adanya reaksi transfusi.

    O : Demam (sepsis, dehidrasi).

    Petekie, area kulit ekimosis. Pruritus, kulit kering. Fraktur tulang, deposit kalsium, jaringan lunak sendi. Keterbatasan gerak sendi.

    9)Seksualitas

    O : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

    10)Interaksi sosial

    O : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,

    mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

    11)Penyuluhan pembelajaran

    O : Riwayat DM keluarga, nefritis herediter kalkus urinarius.

    Riwayat terpajan toksin : obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini / berulang.

    c.Pemeriksaan diagnostik

    Hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diindentifikasi untukmendukung menegakkan diagnosa keperawatan, meliputi hasil

    pemeriksaan laboratorium urine dan darah serta radiologi,

    II. Diagnosa Keperawatan

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    14/16

    Diagnosa keperawatan yang umum ditemukan pada klien GGK menurut

    Doenges(2002) dan Smeltzer (2002).

    a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urine,

    diet berlebihan, retensi cairan dan natrium.

    b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran

    mukosa mulut.

    c. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

    ketidakseimbangan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi kerja

    miokardial.

    d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

    produksi sampah dan prosedur dialisis.

    e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan

    peran, perubahan citra tubuh & disfungsi seksual.

    f. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan

    status metabolik sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan

    aktivitas / mobilisasi.

    g. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan

    kurang informasi.

    III. Prinsip Perencanaan KeperawatanMenurut Marilyn E Doenges : (2002), Brunner & Suddarth : (2002).

    a. Mempertahankan keseimbangan cairan dengan cara :

    Mengukur intake out put cairan / 24 jam, mengkaji turgor kulit,mengkaji edema, TTV.

    Membatasi asupan cairan 500 cc / 24 jam. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium: Kreatinin natrium, kalium,

    ureum, klorida, pH.

    b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dengan cara :

    Mencatat asupan nutrisi, mengkaji pola diet nutrisi klien, anjurkan cemilan

    tinggi kalori rendah protein, rendah natrium.

    c. Meningkatkan partisipasi klien dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

    dengan cara :Mengkaji faktor yang menimbulkan keletihan, anjurkan

    istirahat setelah dialisis, tingkatkan kemandirian dalam aktivitas

    perawatan diri yang dapat di toleransi, bantu jika keletihan terjadi

    d. Memperbaiki konsep diri dengan cara :

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    15/16

    Mengkaji respon reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit danpenanganan, mengkaji koping pasien dan keluarga, ciptakan diskusi

    terbuka

    e. Meningkatkan pengetahuan mengenal kondisi dan penanganannya dengan

    cara :

    Mengkaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal kronik Jelaskan fungsi ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman. Diskusikan masalah nutrisi lain :

    Contoh pemasukan masukan protein sesuai dengan fungsi ginjal Anjurkan masukan kalori tinggi khususnya karbohidrat. Kolaborasi

    Terapi obat : kalsium (ikatan Fosfat : contoh : antisida Aluminium

    hidroksida)

    f. Mempertahankan curah jantung dengan cara :

    Memantau TD dan frekuensi jantung, nadi perifer, pengisian kapiler. Kaji aktifitas, respon terhadap aktifitas Kaji adanya hipertensi : awasi TD, perhatikan perubahan postural :

    duduk, berdiri, berbaring.

    Kolaborasi :Awasi elektorit (kalium, natrium, kalsium, magnesium) foto dada,

    berikan obat anti hipertensi : Kaptopril, klondin.

    g. Mempertahankan kulit tubuh dengan cara :

    Inspeksi kulit, memantau cairan dan hidrasi kulit dan membranmukosa, ubah posisi dengan sering, berikan lotion untuk perawatan

    kulit, selidiki keluhan gatal .

    Inpeksi kulit terhadap perubahan warna, tugor, pruritus. Pantau masukan cairan, membarqan mukosa dan hidrasi kulit Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun, berikan salep atau

    krim (misal : lanolin, aquaphor)

    IV. ImplementasiImplementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah

    dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.

  • 7/28/2019 gagal ginjal 03

    16/16

    V. Evaluasi.Hasil evaluasi keperawatan pada klien gagal ginjal kronik menurut

    Smeltzer : 2002, dan Doenges : 2002 adalah :

    1. Intake out put seimbang.2. Status nutrisi adekuat.3. Curah jantung adekuat.4. Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.5. Tidak terjadi perubahan / gangguan konsep diri.6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak terjadi.7. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan

    pengobatan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3

    Volume 8. Jakarta : EGC

    Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.

    Edisi 2, Jakarta ; EGC

    Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofi siologi. Jakarta ; EGC

    Doengoes, E. Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi I, FKUI :

    Media Aesculapius

    Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar F isiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC

    Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Volume II. Jakarta :

    Media Aesculapius

    Price, Sylvia. A. 1995. Patofi siologi. Jakarta: EGC

    Suyono, dkk. 2001. I lmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FKUI