gagal ginjal 03
Transcript of gagal ginjal 03
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
1/16
ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK
1.Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terusmenerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit.
(Elizabeth J. Corwin, 2001)
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversibel (Arif Mansjoer, 1999).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan
cukup lanjut (Slamet Suyono, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari
3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal
kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m, seperti pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Batasan penyakit ginjal kronik
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
- Kelainan patologik
- Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan
atau tanpa kerusakan ginjal
(Sumber: Chonchol, 2005)
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh
nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan
nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi
penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal
dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan
penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan
penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4 kerusakan ginjal dengan
penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah gagal ginjal (Perazella,
2005) . Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
2/16
Tabel 2.2 Laju filtrasi glomerulus (LFG) dan stadium penyakit ginjal
kronik
(Sumber: Clarkson, 2005)
2.Etiologi
Menurut Guyton (1997) penyebab GGK adalah :
a. Gangguan Imunologi
Glomerulonefritis Poliarteritis Nodusa. Lupus Eritematosus.
b. Gangguan Metabolik
Diabetes mellitus. Amiloidosis.
c. Gangguan Pembuluh Darah Ginjal.
Arterosklerosis. Nefrosklerosis.
d. Infeksi.
Pielonefritis. Tuberkulosis.
e. Obstruksi traktur Urinarius.
Batu Ginjal Hipertropi Prostat. Konstriksi Uretra.
f. Kelainan Kongenital
Penyakit polikistik.
StadiumDeskripsi LFG (mL/menit/1.73
m2)
0 Risiko meningkat 90 dengan faktor
risiko
1 Kerusakan ginjal disertai LFG normalatau
Meninggi
90
2 Penurunan ringan LFG 60-89
3 Penurunan moderat LFG 30-59
4 Penurunan berat LFG 15-295 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
3/16
Tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital ( hipoksiarenalis).
3.Patofisiologi
Menurut Price S Anderson (2000), Elizabeth Crowin (2000) dan Guyton
(l997) patofisiologi gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh hipertensi
adalah sebagai berikut : Hipertensi menyebabkan penurunan perfusi renal
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan parenkim ginjal. Hal ini
menyebabkan peningkatan renin dan meningkatkan angiotensin II, selanjutnya
angiotensin II dapat menyebabkan dua hal yaitu : peningkatan aldosteron dan
vasokonstriksi arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron, akanmeningkatkan reabsorpsi natrium, natrium akan meningkat di cairan
ekstraseluler sehingga menyebabkan retensi air dan peningkatan volume
cairan ekstraseluler. Pada vasokonstriksi arteriol terjadi peningkatan tekanan
glomerulus, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada nefron, sehingga laju
filtrasi glomerulus menurun. Sebagai kompensasi dari penurunan laju filtrasi
menurun, maka kerja nefron yang masih normal akan meningkat sampai
akhirnya mengalami hipertrofi. Pada kondisi hipertrofi akan meningkatkan
filtrasi cairan tetapi reabsorbsi cairan tubulus menurun, protein di tubulus di
ekskresikan ke urine (proteinuria) yang menyebabkan penurunan protein
plasma (hipoproteinemia), hipoalbuminemia, dan penurunan tekanan onkotik
kapiler. Penurunan tekanan onkotik kapiler menyebabkan edema anasarka.
Pada edema anasarka akan menekan kapiler-kapiler kecil dan syaraf yang
akhirnya terjadi hipoksia jaringan. Penurunan GFR lebih lanjut akan
menyebabkan tubuh tidak mampu membuang air, garam dan sisa
metabolisme, sehingga terjadi sindrom uremia. Sindrome uremia akan
meningkatkan zat-zat sisa nitrogen, akhirnya terjadi : rasa lelah, anoreksia,
mual dan muntah.
4.Stadium Gagal Ginjal Kronik.
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.
Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular
Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunanGFR (Corwin, 1994) meliputi :
a. Penurunan cadangan ginjal;
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
4/16
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal),
tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
b. Insufisiensi ginjal;Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 35% dari normal. Nefron-nefron
yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya
beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah
karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan
respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR,
sehingga perlu pengobatan medis
c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut
dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti
ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau
penggantian ginjal.
Stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat penurunanGFR Crowin (2000) meliputi :
1. Penurunan cadangan ginjal : terjadi apabila GFR turun 50 % darinormal.
2. Insufisiensi ginjal : terjadi apabila GFR turun menjadi 20 50 % darinormal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami
kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.
3. Gagal ginjal : terjadi apabila GFR kurang dari 20 % dari normal,semakin banyak nefron yang mati.
4. Penyakit ginjal stadium akhir : terjadi apabila GFR menjadi
5.Tanda Dan Gejala
Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
5/16
Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan gangguanmetabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zatzat toksik.
Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yangdiubah menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau amonia.
Cegukan, belum diketahui penyebabnya.b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.
Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin. Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan
urokrom.
Gatal-gatal akibat toksin uremik. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah). Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem Syaraf dan otak.
Miopati, kelelahan dan hipertropi otot. Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi.
d. Sistem Kardiovaskuler.
Hipertensi.
Nyeri dada, sesak nafas. Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini. Edema.
e. Sistem endokrin.
Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi.
Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresiinsulin.
g. Gangguan pada sistem lain.
Tulang : osteodistrofi renal. Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.
6.Komplikasi Gagal Ginjal Kronik.
Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
1. Hiperkalemia : akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolismedan masukan diet berlebih.
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
6/16
2. Perikarditis : efusi perikardial , dan tamponade jantung akibat retensiproduk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin,angiotensin, aldosteron.
4. Anemia : akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darahmerah, perdarahan gastro intestinal.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat.
7.Pemeriksaan Penunjang Pada Klien Gagal Ginjal Kronik.
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang pada pasien GGK adalah :
1. Volume urine : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria)terjadi dalam (24 jam48) jam setelah ginjal rusak.
2. Warna Urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah.3. Berat jenis urine : Kurang dari l, 020 menunjukan penyakit ginjal contoh
: glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan
memekatkan : menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal berat.
4. pH : Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal danrasio urine/ serum saring (1 : 1).
5. Kliren kreatinin : Peningkatan kreatinin serum menunjukan kerusakanginjal.
6. Natrium : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bilaginjal tidak mampu mengabsorpsi natrium.
7. Bikarbonat : Meningkat bila ada asidosis metabolik.8. Protein : Proteinuria derajat tinggi (+3 +4 ) sangat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila Sel darah merah dan warna Sel darah merah
tambahan juga ada. Protein derajat rendah (+1 +2 ) dan dapat
menunjukan infeksi atau nefritis intertisial.
9. Warna tambahan : Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi tambahanwarna merah diduga nefritis glomerulus.
D a r a h :
1. Hemoglobin : Menurun pada anemia.2. Sel darah merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan /
penurunan hidup.
3. pH : Asidosis metabolik4. Kreatinin : Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1).5. Osmolalitas : Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan
urine .
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
7/16
6. Kalium : Meningkat sehubungan dengan retensi urine denganperpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel
darah merah).
7. Natrium : Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.8. pH, Kalium & bikarbonat : Menurun.9. Klorida fosfat & Magnesium : Meningkat.10.Protein : Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan penurunan pemasukan dan
penurunan sintesis karena kekurangan asam amino esensial.
11.Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya masa / kista(obstruksi pada saluran kemih bagian atas).
12.Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan seljaringan untuk diagnosis histologis.
13.Endoskopi ginjal / nefroskopi : Untuk menentukan pelvis ginjal(adanya batu, hematuria).
14.E K G : Mungkin abnormal menunjukkan ketidak seimbangan asam /basa.
8.Penatalaksanaan Medis.
Menurut Arief Mansjoer (2000) penatalaksanaan yang dilakukan pada klien
dengan gagal ginjal kronik :
a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250- 1000 mg/hr) atau
diuretik loop(bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah
kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen
natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan
melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan.
b. Diet tinggi kalori dan rendah protein.
Diet rendah protein (20- 40 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea (mual) dan uremia , menyebabkan penurunan ureum
dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
c. Kontrol Hipertensi.
Bila tidak dikontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal jantung
kiri. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam
dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah.
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
8/16
Untuk mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang besar,
diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi
kalium (misalnya, obat anti-inflamasi nonsteroid).
e. Mencegah penyakit tulang.
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500- 3000
mg) pada setiap makan.
f. Deteksi dini dan terapi infeksi.
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imonosupuratif dan terapi
lebih ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya
toksik yang dikeluarkan oleh ginjal Misalnya: analgesik opiate, dan
alupurinol.
h. Deteksi terapi komplikasi.
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis,
neuropati perifer, hiperkalemia meningkat, kelebihan volume cairan yang
meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan,
sehingga diperlukan dialisis.
i. Persiapan dialisis dan program transplantasi.
Hemodialisis adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Pada
hemodialis, darah dikeluarkan dari tubuh, melalui sebuah kateter, masuk
kedalam sebuah alat besar. Didalam mesin tersebut terdapat ruang yang
dipisahkan oleh sebuah membran semipermiabel. Darah dimasukkan ke
salah satu ruang. Sedangkan ruang yang lain di isi oleh cairan dialilsis dan
diantara ke duanya akan terjadi difusi.
Tujuan : Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, mengeluarkan sisa
akhir produk metabolisme dalam tubuh, menormalkan pH dalam tubuh.
Indikasi : Hemodialisa pasa gagal ginjal kronik adalah berdasarkan data
klinis dan biokimia :
1). Klinis meliputi : sindrom uremia , penurunan kesadaran, over load,
unuria ( lebih dari 3 hari )
2). Biokimia meliputi : Uremia ( > 200 mg/dl ), hiperkalemia ( > 7 mEq/l),
asidosis (pH darah)
9. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
9/16
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).
1) Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
2) Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
3) Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
4) Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung
dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat
Universitas Sumatera Utaradiberikan suplemen alkali. Terapi alkali
(sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravenabila pH 7,35 atau
serum bikarbonat 20 mEq/L.
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi
darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan
utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain
adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang
harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan
simtomatik.
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
10/16
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
11/16
medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65
tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasienpasien yang cenderung akan mengalami perdarahan
bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien
dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin
masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-
mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat
intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang
jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-
80% faal ginjal alamiah
b) Kualitas hidup normal kembali
Masa hidup (survival rate) lebih lama
d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan
obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatas
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
12/16
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
GAGAL GINJAL KRONIK.
I. Pengkajian.Menurut Doenges (2002), pengkajian keperawatan pada klien GGK meliputi :
a. Riwayat keperawatan.
Usia. Jenis kelamin. Berat Badan, Tinggi Badan. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat gagal ginjal kronik
b. Pemeriksaan fisik.
1)Aktifitas:Subjektif : Keletihan, kelemahan, malaise.
Objektif : Kelemahan otot, kehilangan tonus
2)Sirkulasi :
S : Hipotensi / hipertensi (termasuk hipertensi maligna)
Eklamsi / hipertensi akibat kehamilan Disritmia jantung
O : Nadi lemah / halus, hipertensi : ortostatik (hipovolemia), nadi kuat
hipervolemia, edema jaringan umum, termasuk area priorbital,
mata kaki, sacrum, pucat, kecenderungan perdarahan.
3)Eliminasi
S : Perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi :
poliuria (kegagalan dini) atau penurunan frekwensi / oliguria
(fase akhir), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi /
obstruksi, infeksi).
O : Abdomen kembung, diare, konstipasi
Riwayat batu / kalkuli4)Makanan / cairan
S : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
(dehidrasi)
Mual, muntah, anoreksia, nyeri uluhati Penggunaan diuretik
O : Perubahan turgor kulit / kelembaban edema (umum, bagian bawah)
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
13/16
5)Neurosensori
S : Sakit kepala, penglihatan kabur
O : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang pandang,
ketidakmampuan berkonsentrasi, hilangnya memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (ozotemia) ketidakseimbangan
elektrolit (asam / basa).
6)Nyeri / kenyamanan
S : Nyeri tubuh, sakit kepala.
O : Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.
7)Pernafasan
S : Nafas pendek.
O : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman (pernafasan
kusmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental
merah muda (edema paru).
8)Keamanan
S : Adanya reaksi transfusi.
O : Demam (sepsis, dehidrasi).
Petekie, area kulit ekimosis. Pruritus, kulit kering. Fraktur tulang, deposit kalsium, jaringan lunak sendi. Keterbatasan gerak sendi.
9)Seksualitas
O : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
10)Interaksi sosial
O : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
11)Penyuluhan pembelajaran
O : Riwayat DM keluarga, nefritis herediter kalkus urinarius.
Riwayat terpajan toksin : obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini / berulang.
c.Pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan diagnostik yang perlu diindentifikasi untukmendukung menegakkan diagnosa keperawatan, meliputi hasil
pemeriksaan laboratorium urine dan darah serta radiologi,
II. Diagnosa Keperawatan
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
14/16
Diagnosa keperawatan yang umum ditemukan pada klien GGK menurut
Doenges(2002) dan Smeltzer (2002).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urine,
diet berlebihan, retensi cairan dan natrium.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
c. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi kerja
miokardial.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produksi sampah dan prosedur dialisis.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra tubuh & disfungsi seksual.
f. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik sirkulasi dan sensasi, gangguan turgor kulit, penurunan
aktivitas / mobilisasi.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan
kurang informasi.
III. Prinsip Perencanaan KeperawatanMenurut Marilyn E Doenges : (2002), Brunner & Suddarth : (2002).
a. Mempertahankan keseimbangan cairan dengan cara :
Mengukur intake out put cairan / 24 jam, mengkaji turgor kulit,mengkaji edema, TTV.
Membatasi asupan cairan 500 cc / 24 jam. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium: Kreatinin natrium, kalium,
ureum, klorida, pH.
b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dengan cara :
Mencatat asupan nutrisi, mengkaji pola diet nutrisi klien, anjurkan cemilan
tinggi kalori rendah protein, rendah natrium.
c. Meningkatkan partisipasi klien dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan cara :Mengkaji faktor yang menimbulkan keletihan, anjurkan
istirahat setelah dialisis, tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat di toleransi, bantu jika keletihan terjadi
d. Memperbaiki konsep diri dengan cara :
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
15/16
Mengkaji respon reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit danpenanganan, mengkaji koping pasien dan keluarga, ciptakan diskusi
terbuka
e. Meningkatkan pengetahuan mengenal kondisi dan penanganannya dengan
cara :
Mengkaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal kronik Jelaskan fungsi ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman. Diskusikan masalah nutrisi lain :
Contoh pemasukan masukan protein sesuai dengan fungsi ginjal Anjurkan masukan kalori tinggi khususnya karbohidrat. Kolaborasi
Terapi obat : kalsium (ikatan Fosfat : contoh : antisida Aluminium
hidroksida)
f. Mempertahankan curah jantung dengan cara :
Memantau TD dan frekuensi jantung, nadi perifer, pengisian kapiler. Kaji aktifitas, respon terhadap aktifitas Kaji adanya hipertensi : awasi TD, perhatikan perubahan postural :
duduk, berdiri, berbaring.
Kolaborasi :Awasi elektorit (kalium, natrium, kalsium, magnesium) foto dada,
berikan obat anti hipertensi : Kaptopril, klondin.
g. Mempertahankan kulit tubuh dengan cara :
Inspeksi kulit, memantau cairan dan hidrasi kulit dan membranmukosa, ubah posisi dengan sering, berikan lotion untuk perawatan
kulit, selidiki keluhan gatal .
Inpeksi kulit terhadap perubahan warna, tugor, pruritus. Pantau masukan cairan, membarqan mukosa dan hidrasi kulit Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun, berikan salep atau
krim (misal : lanolin, aquaphor)
IV. ImplementasiImplementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah
dibuat dan disesuaikan dengan kondisi klien.
-
7/28/2019 gagal ginjal 03
16/16
V. Evaluasi.Hasil evaluasi keperawatan pada klien gagal ginjal kronik menurut
Smeltzer : 2002, dan Doenges : 2002 adalah :
1. Intake out put seimbang.2. Status nutrisi adekuat.3. Curah jantung adekuat.4. Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.5. Tidak terjadi perubahan / gangguan konsep diri.6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit tidak terjadi.7. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3
Volume 8. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2, Jakarta ; EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofi siologi. Jakarta ; EGC
Doengoes, E. Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi I, FKUI :
Media Aesculapius
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar F isiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Volume II. Jakarta :
Media Aesculapius
Price, Sylvia. A. 1995. Patofi siologi. Jakarta: EGC
Suyono, dkk. 2001. I lmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FKUI