Gadar Sprain
-
Upload
zam-azwar-annas -
Category
Documents
-
view
207 -
download
6
description
Transcript of Gadar Sprain
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Sprain adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat
bersifat sedang atau parah.
2.2 Patofisiologi
Adalah kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan
disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya,
pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau
aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan
kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering
terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir
jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa
diselingi peredaan.
2.3 Tanda Dan Gejala
1. Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah
2. Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
3. Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
4. Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
2
2.4 Rencana Perawatan
2.4.1 Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi
sepenuhnya; pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap
jaringan yang terkoyak.
2.4.2 Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk
meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik
(codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
2.4.3 Elektromekanis
1. Dengan kantong es 24 derajat Celcius Penerapan dingin
2. Pembalutan / wrapping eksternal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
3. Posisi ditinggikan.
Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
4. Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari
tergantung jaringan yang sakit.
5. Penyangga beban.
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk
selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
3
2.5 Studi Diagnostik
2.5.1 Riwayat
1. Tekanan
2. Tarikan tanpa peredaan
3. Daya yang tidak semestinya
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal.
4
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DENGAN SPRAIN
3.1. Pengkajian
3.1.1 Pengkajian primer
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas
terdengar ronchi /aspirasi.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis
pada tahap lanjut.
3.1.2 Pengkajian sekunder
1. Aktivitas/istirahat
a. kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b. Keterbatasan mobilitas
5
2. Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
b. Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
c. Tachikardi
d. Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
e. Capilary refil melambat
f. Pucat pada bagian yang terkena
g. Masa hematoma pada sisi cedera
3. Neurosensori
a. Kesemutan
b. Kelemahan
c. Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan /
hilang fungsi.
d. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / anxietas
4. Kenyamanan
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang, dapat
berkurang deengan imobilisasi) tak ada nyeri akibat
keruisakan syaraf.
b. Spasme / kram otot (setelah immobilisasi).
5. Keamanan
a. laserasi kulit
b. perdarahan
6
c. perubahan warna
d. pembengkakan local
3.1.3 Focus assesment
1. P (penyebab) : faktor yang menyebabkan nyeri itu datang.
a. Apa penyebab nyeri
b. Faktor yang meringankan nyeri
c. Faktir yang memperlambat nyeri
d. Obat_obatan yang diminum
2. Q (Quality) : menggambarkan nyeri yang dirasakan, klien
mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-
katanya sendiri. Perawat boleh memberikan deskripsi pada
klien, bila klien tidak mampu menggambarkan nyeri yang
dirasakan. Bagaimana rasa nyerinya : terbakar, ditusuk-tusuk,
di gigit, di iris-iris, di pukul-pukul dan lain-lain
3. R (region/tempat) : meminta klien untuk menunjukkan dimana
nyeri terasa, menetap atau terasa pada menyebar.
a. Lokasi nyeri
b. Penyebaran nyeri
c. Penyebaran ini apakah sama intensitasnya dengan lokasi
sebenarnya.
4. S (skala) : untuk mengukur tingkat nyeri klien di suruh untuk
menunjukan tingkat nyeri tersebut dengan menggunakan skala
nyeri yang di beri oleh perawat.
a. Brapa sberkurang.kala nyeri
7
b. Apakah nyeri mengganggu aktivitasnya : gangguan
motorik, gangguan kesadaran.
c. Apakah nyeri semakin bertambah atau
5. T (Time/waktu) : kapan nyeri itu tersa atau datag dan lama
nyeri tersebut.
a. Kapan terasa nyari : pagi, siang, sore, malam.
b. Berapa kali serangannya dalam sehari.
c. Serangan tiba-tiba atau perlahan-lahan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,
ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa,
perdarahan, edema, nyeri.
2. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau
ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk
mempergunakan sendi, otot dan tendon.
3. Kurang perawatan diri mandi atau hygien berhubungab dengan nyeri
dan imobilisasi.
8
3.3 Intervensi
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,
ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema,
nyeri.
No Dx
Tujuan
Kreteria hasil
Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri dengan criteria hasil:
Klien dapat mengungkapkan berkurangnya nyeri.
Klien dapat mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri / ketidaknyamanan dengan tepat.
Klien tampak rileks dan mampu tidur dan istirahat dengan tepat.
1. Kaji karekteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi penyebarannya (PQRS).
2. Beri posisi yang nyaman.
3. Beri tehnik distraksi.
4. Ukur tanda-tanda vital.
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang drasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2. Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks dan istirahat secara efektif.
3. Untuk mengurangi sensasi nyeri.
4. Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adnya peningkatan rasa nyeri.
5. Dapat mengurangi rasa nyeri dan keletihan.
9
Dx 2 : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau
ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi,
otot dan tendon.
No Dx
Tujuan
Kreteria hasil
Intervensi Rasional
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan klien dapat memperbaiki mobilitas fisik dengan kriteria hasil:
Klien dapat mencapai mobilitas fisik yang baik.
1. Kaji terhadap fakto- faktor yang menyebabkan terbatasnya gerakan ( misalnya: nyeri, toleransi latihan yang terbatas).
2. Redakan nyeri dengan menggunakan medikasi yang diresepkan.
3. Libatkan keluarga atau orang terdekay klien dalam membantu klien saat l;atihan rentang gerak, mengubah posisi dan berjalan.
4. Puji klien saat ia berhasil melakukan hal-hal kecil.
5. Dorong penggunaaan alat bantu seperti tongkat.
1. Informasi ini memberikan informasi tentang penyebab: jika mungkin penyebab tersebut diatasi.
2. Untuk meningkatkan aktivitas lebih nyaman.
3. Dengan bantuan keluarga aytasu orang terdekat mendorong klien untuk mengulangi aktifitas dan mencapai tujuan-tujuan.
4. Dorongan menstimulasi penamilan yang lebih baik.
5. Dapat memberikan keamanan yang diperlukan untuk menjadi lebih mobile.
10
Dx 3 : Kurang perawatan diri mandi atau hygien berhubungab dengan nyeri dan
imobilisasi.
No Dx
Tujuan
Kreteria hasil
intervensi Rasional
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan klien dapat menghindari kerusakan mobilitas dan pencapaian perawatan diri hingga tingkat yang paling tinggi dengan kriteria hasil:
klien dapat menunjukan perhatian tentang penampilan dan menerima saran-saran.
Klien dapat ikut serta dalam perawatan diri seperti berpakaian, mandi dll.
Klien dapat menunjukan minat bekerja sama dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
1. Dorong klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam perawatan.
2. Dorong agar klien bersosialisasi, terutama dengan orang-orang yang sudah berhasil mengatasi hal serupa.
3. Anjurkan klien untuk ikut serta dalam perawatan diri.
4. Beri pujian terhadap klien ketika tampak kreatif dan rapi.
1. Keterlibatan klien meniongkatkan dan memfasilitasi proses keperawatan.
2. Manusia akan tumbuh lebih efektif dan bahagia ketika mampu berhubungan dengan orang lain secara sosial.
3. Untuk meningkatkan kemampuan dalam perawatan diri.
4. Kesejahteraan psikologis melengkapi efek optimal kesehatan fisik yang baik.
11
3.4 Evaluasi
3.4.1 Pengertian
Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk mekengkapai
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitir
”kealpaan” yang terjadi dalam tahap pengkajian , analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2001)
3.4.2 Menetapkan Evaluasi
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP / SOAPIE /
SOAPIER. Penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat.
( Rohmah, N dan Walid, S, 2009 ).
1. S : Data Subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. O : Data Obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung kepada klien, dan dirasakan klien
setelah tindakan keperawatan
12
3. A : Analisis
Interpretasi dari data subyektif dan data obyektif. Merupakan
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,
atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif.
4. P : Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
modifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
5. I : Implementasi
Adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen
P (Perencanaan ). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam
pelaksanaan.
6. E : Evaluasi
Adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
7. R : Reassesment
Adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan
setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan
perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, elizabeth. (2009). Buku saku patofisiologi. EGC : jakarta
Hidayat, A.Azis alimul. (2006). Kebutuhan dasar manusia 1. salemba
medika: Jakarta
Nursalam. (2001). Proses & dokumentasi keperawatan. salemba medika:
Jakarta
Paula krisyanty, santa manurung, dkk. (2009). Asuhan keperawatan gawat
darurat. CV.trans info medika : jakarta timur
Santosa, budi. (2005). Panduan diagnosa keperawatan nanda. Prima
medika: jakarta
http://forbetterhealth.wordpress.com