Gabungan Semua. Fix 24 Juli 2014

69
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang Depresi merupakan gangguan alam perasaan dengan gejala seperti perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, daya konsentrasi, anhedonia, kelelahan, keputusasaan serta keinginan untuk bunuh diri [1] Sebanyak dua pertiga penderita depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut, karena itu mereka tidak mencari bantuan profesional. Selain itu, faktor ketidaktahuan dan kesalahan persepsi pada masyarakat, termasuk banyak penyedia layanan kesehatan, sebagai kelemahan pribadi atau gagal yang dapat menghendaki atau ingin pergi mengarah pada stigmatisasi yang menyakitkan dan menghindari diagnosa dengan banyak dari mereka yang terkena dampak. Dalam pengaturan perawatan primer, keluhan utama yang sering adalah gangguan somatik, seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan perut, atau masalah tidur [2] Menurut World health organization (WHO) Age- standardised disability-adjusted life year (DALY) rates per 100,000 inhabitant tahun 2004, Wilayah Amerika utara dan Asia selatan memiliki tingkat depresi tertinggi. Dalam data yang sama menyebutkan 3 negara yang memiliki tingkat depresi tertinggi Amerika serikat (DALY 1,454.74), Nepal (1,454.74), Timor leste (1,404.10). Sedangkan 1

description

proposal skripsi

Transcript of Gabungan Semua. Fix 24 Juli 2014

BAB I

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangDepresi merupakan gangguan alam perasaan dengan gejala seperti perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, daya konsentrasi, anhedonia, kelelahan, keputusasaan serta keinginan untuk bunuh diri[1] Sebanyak dua pertiga penderita depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut, karena itu mereka tidak mencari bantuan profesional. Selain itu, faktor ketidaktahuan dan kesalahan persepsi pada masyarakat, termasuk banyak penyedia layanan kesehatan, sebagai kelemahan pribadi atau gagal yang dapat menghendaki atau ingin pergi mengarah pada stigmatisasi yang menyakitkan dan menghindari diagnosa dengan banyak dari mereka yang terkena dampak. Dalam pengaturan perawatan primer, keluhan utama yang sering adalah gangguan somatik, seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan perut, atau masalah tidur[2] Menurut World health organization (WHO) Age-standardiseddisability-adjusted life year(DALY) rates per 100,000 inhabitant tahun 2004, Wilayah Amerika utara dan Asia selatan memiliki tingkat depresi tertinggi. Dalam data yang sama menyebutkan 3 negara yang memiliki tingkat depresi tertinggi Amerika serikat (DALY 1,454.74), Nepal (1,454.74), Timor leste (1,404.10). Sedangkan untuk wilayah asia tenggara, 3 negara yang memiliki tingkat depresi tertinggi adalah Indonesia (927.707), Thailand (925.765) dan Singapura (919.158), Tingginya angka depresi pada negara tersebut tidak lepas dari faktor seperti bencana alam, krisis ekonomi, tingginya tuntutan dalam pekerjaan atau akademik, letak geografis, ras sampai genetika[3]. Menurut statistik di Amerika serikat, gangguan depresi memiliki prevalensi lebih tinggi pada wanita, yaitu sebesar 20%, sedangkan pada pria sebesar 12%. Klerman dan Gershon melaporkan bahwa terjadi peningkatan insiden depresi dalam 70 tahun terakhir[4]. Pada tahun 2010, Centers for Disease Control ( CDC ) merilis sebuah laporan yang memperkirakan prevalensi depresi pada orang dewasa saat ini dari tahun 2006-2008. Dari 235.067 orang dewasa, 9 % memenuhi kriteria untuk depresi[5]. Studi oleh Kashani dan Sherman pada tahun 1988 mendapatkan insiden depresi pada anak usia pra-sekolah 0,9%, 1,9% usia sekolah dan 4,7% remaja[6]. Pada anak-anak pra-pubertas, anak laki-laki dan perempuan yang terpengaruh sama. Hankin et al menemukan bahwa waktu yang paling penting untuk perbedaan jenis kelamin dalam depresi muncul adalah dari usia 15-18 tahun[7]. Studi populasi telah secara konsisten menunjukkan depresi lebih berat pada wanita dibandingkan dengan pria, meskipun tidak jelas mengapa hal ini terjadi dan faktor apa saja yang turut mempengaruhi. Peningkatan relatif dalam kejadian ini terkait dengan pubertas pembangunan dan bukan usia kronologis, mencapai rasio dewasa antara usia 15 dan 18, dan muncul terkait dengan psikososial lebih dari faktor hormonal[8].Menurut Children Depression Inventory ( CDI ), pemuda Hispanik di Los Angeles, Amerika serikat ( usia 12-17 tahun ) melaporkan lebih banyak gejala depresi bila dibandingkan dengan remaja Amerika putih, hitam, atau Asia, terlepas dari status sosial ekonomi [9].Faktor risiko psikososial yang dapat menimbulkan perasaan depresi adalah gangguan dukungan sosial, melahirkan, menopause, krisis ekonomi, masalah pekerjaan, diagnosis medis, intimidasi, kehilangan orang yang dicintai, bencana alam, isolasi sosial, masalah hubungan, cemburu, kesendirian dan bencana alam[10][11]. Peristiwa traumatis yang terjadi di masa kecil dapat menyebabkan depresi. Meskipun trauma masa kecil tidak selalu merupakan faktor depresi dewasa, namun hal ini mungkin membuat jalur psikologis yang dapat menyebabkan depresi[12].Menurut American College Health AssociationNational College Health Assessment (ACHANCHA) pada tahun 2011 menemukan setidaknya dalam 2-4 tahun sekitar 30% mahasiswa merasa depresi sehingga sulit untuk melakukan aktivitas[13]. Depresi dapat beakibat pada prestasi akademik mahasiswa. Setidaknya tiga studi mengatakan bahwa mahasiswa dengan gangguan depresi akan sangat sulit meraih prestasi akademis[14][15]. Faktor stressor yang dapat memicu terjadinya depresi selama menjadi mahasiswa seperti tingginya tuntutan akademik, tinggal jauh dari keluarga, berubahnya kehidupan sosial sekitar, penyesuaian diri dengan lingkungan baru, orang baru, ide baru dan kekhawatiran diri setelah lulus[16][17]. Faktor seperti penyesuaian diri terhadap lingkungan baru sering terjadi pada mahasiswa baru yang mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru yang asing dan kemudian sulit beradaptasi sehingga menjadi mengucilkan diri dari lingkungan dan sosial baru disekitarnya dan menjadi kurang percaya diri. Akibat dari gagalnya adaptasi tersebut bisa memicu mahasiswa memilih keputusan yang buruk seperti dengan penggunaan obat telarang atau minuman keras[20]. Mahasiswa kedokteran diketahui memilki tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum dan untuk rekan-rekan seusia mereka[18]. Perbedaan antara tingkat depresi dan kecemasan juga telah dicatat antara mahasiswa kedokteran baik negeri atau swasta. Prevalensi depresi di kalangan mahasiswa kedokteran di perguruan tinggi negeri diperkirakan 10,4% di Yunani, 15,2% di Amerika Serikat, 21,7% di Malaysia, 24% di Inggris, 29,1% di India, dan 43,8% di Pakistan. Sedangkan prevalensi depresi di kalangan mahasiswa kedokteran swasta, telah diperkirakan 19% di Amerika Serikat, 49,1% di India, dan 60% di Pakistan[19]

1.2 Perumusan masalahPada mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stress tinggi. Faktor-faktor seperti penyesuaian diri terhadap lingkungan baru, tingginya tuntutan akademik, tinggal jauh dari keluarga, berubahnya kehidupan sosial sekitar, orang baru, ide baru dan kekhawatiran diri setelah lulus sering menjadi faktor terjadinya depresi pada kalangan mahasiswa. Ditambah dua pertiga penderita depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut dan berpikir bahwa gejala yang dikeluhkan tidak spesifik seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan perut, atau masalah tidur sehingga bila tidak terdiagnosis secara dini bisa mempengaruhi proses belajar, kemampuan akademis, membuat keputusan yang buruk hingga bunuh diri.

1.3.Tujuan1.3.1Tujuan umumMengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan depresi pada mahasiswa kedokteran universitas Trisakti angkatan 2013-2014.1.3.2Tujuan khusus Menilai hubungan tempat tinggal dan tingkat depresi Menilai hubungan angkatan dan tingkat depresi

1.4. Hipotesis Terdapat hubungan antara tempat tinggal dan tingkat depresi Mahasiswa tingkat pertama (2014) memiliki tingkat depresi lebih tinggi bila dibandingkan dengan mahasiswa tingkat kedua (2013)

1.5 Manfaat penelitian1.5.1 Bagi ilmu pengetahuanHasil penelitian ini sebagai referensi tambahan ilmu pengetahuan di bidang psikiatri dan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya

1.5.2 Bagi profesiHasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pelayanan kesehatan untuk lebih memperhatikan kejadian depresi pada mahasiswa agar tidak mengalami keterlambatan dalam diagnosis sehingga fokus dalam belajar dan menuntut ilmu tidak terganggu dan mampu mengejar prestasi.

1.5.3 Bagi masyarakatHasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat agar paham bahwa depresi dapat terjadi pada usia muda sehingga masyarakat, terutama anggota keluarga dan kerabat dapat memberikan dukungan moril dan semangat. Juga para mahasiswa agar lebih memperhatikan faktor risiko serta tanda-tanda yang mengarah ke depresi dan kesadaran pentingnya penatalaksanaan yang lebih baik

1.5.4 Bagi penulisSebagai pengalaman dalam menulis dan menganalisis hasil penelitian di bidang kedokteran, terutama di bidang psikiatri atau pendidikan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Depresi2.1.1 DefinisiDepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Depresi merupakan salah satu dari gangguan mood. Gangguan mood adalah keadaan emosi yang menetap selama lebih dari seminggu, yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang. Kunci dari gejala depresi adalah mood yang depresif serta hilangnya minat atau kesenangan[21]2.1.2 EpidemiologiMenurut statistik di Amerika serikat, gangguan depresi memiliki prevalensi lebih tinggi pada wanita, yaitu sebesar 20%, sedangkan pada pria sebesar 12%. Klerman dan Gershon melaporkan bahwa terjadi peningkatan insiden depresi dalam 70 tahun terakhir[4]. Pada tahun 2010, Centers for Disease Control ( CDC ) merilis sebuah laporan yang memperkirakan prevalensi depresi pada orang dewasa saat ini dari tahun 2006-2008. Dari 235.067 orang dewasa, 9 % memenuhi kriteria untuk depresi [5].. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insiden gangguan depresi mungkin bisa terjadi pada usia kurang dari 20 tahun[21]. Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan emosional seperti depresi memiliki prevalensi sekitar 6%, berbeda dengan Riskesdas 2007 yang memiliki prevalensi sebesar 11,6%. Berikut adalah perbandingan data prevalensi Riskesdas 2007 Riskesdas 2013[29][30]

Tabel 1. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)[29]

Gambar 1. Prevalensi gangguan mental emosional berdasarkan karakteristik, Riskesdas 2007 dan 2013[30]

2.1.3 Gejala dan diagnosisMenurut buku PPDGJ-III, episode depresif (F32) baik ringan, sedang atau berat memiliki gejala utama berupa 1. Afek depresif2. Kehilangan minat dan kegembiraan3. berkurangnya energi yang yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitasJuga gejala lainnya yang meliputi episode depresif berupa:1. Konsentrasi dan perhatian kurang2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna4. Pandangan akan masa depan yang suram dan pesimistik5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri dan bunuh diri6. Tidur terganggu7. Menurunnya nafsu makanUntuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan waktu minimal 2 (dua) minggu untuk penegakkan diagnosis,akan tetapi periode penilaian yang lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepatKategori diagnosis episode depesif terbagi menjadi tiga, yaitu episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)

Tabel 2. Penggolongan depresi menurut PPDGJ-III[23]Tingkat depresifGejala utamaGejala lainFungsi

Ringan22Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

Sedang23-4Terdapat kesulitan yang nyata dalam pekerjaan, urusan rumah tangga dan kegiatan sosial

Berat34Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau rumah tangga, kecuali pada taraf yang terbatas

Untuk skala penilaian objektif, dapat dipergunakan the Zung self-rating depression scal terdiri dari 20-item skala pelaporan. Skor depresi adalah 50. skala tersebut meliputi indeks global intensitas gejala depresi pasien, termasuk kecenderungan depresi dari ekspresi[22][23]

2.1.4 EtiologiFaktor penyebab dapat lebih mudah dikenali dengan pembagian secara buatan menjadi faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Dalam hal ini pembagian faktor penyebab disebut buatan karena setiap faktor tidak bisa berdiri sendiri tetapi dengan adanya salah satu faktor yang terjadi menyebabkan terpengaruhnya faktor lain1. Faktor biologisa. Hipotesis defisiensi amin biogenikAmin biogenik antara lain terdiri dari norepinefrin dan serotonin yang merupakan dua neurotransmitter berada dalam otak dan selalu dikeluarkan ke bagian otak lain untuk memodulasi area perasaan, pikiran dan perilaku. Oleh karena itu, keduanya memegang peranan penting dalam patofisiologi gangguan moodPenurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinik anti depresan mungkin merupakan peran langsung sistem non-adrenergik dalam depresi. Beberapa bukti lain juga melibatkan reseptor 2-presinaptik pada depresi, telah mengaktifkan reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norephinefrine. Reseptor 2-presinaptik juga terletak pada neuron serotogenik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin[22]Aktivitas dopamine mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik dan pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dengan gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur dopamin mesolombik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan rseptor dopamin D1 mungkin hiperaktif pada depresi[22]Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. serotonin bertanggung jawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur, dan nafsu makan. Pada beberapa penelitian ditemukan jumlah serotonin yang berkurang pada celah sinaps yang diyakini bertanggung jawab untuk terjadinya depresi[22]Mekanisme ini belum dapat dijelaskan sepenuhnya tetapi dapat dibuktikan dengan keefektifan dalam pengobatan menggunakan antidepresan yang bekerja menghalangi reuptake dari serotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan kadar serotonin dan norepinefrin di sinaps. Peningkatan ini menstimulasi neuron postsinaps yang pada akhirnya memodulasi area perasaan, pikiran dan perilaku[24]

Gambar 2.Jalur neurotransmitter amin biogenic[24]b. Stress dan hipotalamus-pituitari-adrenal axisRespon terhadap stress yang diterima korteks serebri akan ditransmisi ke hipotalamus. Hipotalamus adalah pusat regulasi sumbu neurohormonal yang banyak menerima masukan melalui neurotransmitter amin biogenik. Transmisi ini memicu pengeluaran Corticotropin Releasing Hormone (CRH) ke reseptor pituitari. Pituitari mensekresi kortikotropin masuk ke dalam plasma menstimulasi reseptor kortikotropin di korteks adrenal, sehingga terjadi pengeluaran kortisol ke dalam darah. Sebagai respon homeostasis terdapat reseptor kortisol di hipotalamus yang merespon penurunan produksi CRH apabila kadar kortisol berlebihan yang merupakan umpan balik cepat.Terdapat juga umpan balik lambat, yang sensitif terhadap konsentrasi kortisol mantap, yang bekerja pada reseptor hipofisis dan adrenal. [24]

Gambar 3. Jalur neurohormonal[24]Terdapat juga beberapa temuan yang mendukung hipotesis hipotalamus-hipofisis-kortisol bahwa pada pasien yang depresi terjadi disregulasi neuroendokrin. Hal tersebut ditandai dengan temuan kadar kortisol meningkat di plasma pada depresi berat, ukuran hipofisis anterior dan korteks adrenal meningkat, dan tingkat CRH dalam cairan serebrospinal dan ekspresi CRH di daerah otak limbik juga meningkat. Ukuran hipokampus dan jumlah neuron dan glia mengalami penurunan, mungkin mencerminkan pengurangan neurogenesis karena tingkat kortisol tinggi atau karena berkurangnya faktor neurotropik yang diturunkan dari otak. [24]

c. InflamasiSalah satu faktor yang meningkatkan risiko depresi dikaitkan dengan peradangan sistemik, termasuk stressor psikososial, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, gangguan permeabilitas usus, riwayat atopi, perawatan gigi, pola tidur dan kekurangan vitamin D[31]Pada proses inflamasi terjadi pengeluaran dari sitokin ke perifer. Oleh karena sitokin yang keluar berjumlah sangat besar dari sitokin maka terjadi kesulitan dalam melewati blood brain barrier (BBB). Sitokin memasuki otak melalui tiga cara yaitu masuk melalui celah di BBB seperti organ sirkumventrikular, mengikat pada molekul transport spesifik sitokin di epitelium otak, dan aktivasi jalur afferent dari vagal dimana terjadi transmisi signal sitokin ke bagian spesifik nukleus otak, seperti inti dari traktus soliter, dimana berfungsi sebagai relay station ke bagian nucleus otak lain, seperti nucleus paraventrikular di hipotalamus.

Gambar 4.Interaksi antara depresi, imun dan stress[25]Di dalam otak terdapat jaringan sitokin sistem saraf pusat kyang tedapat pada sel, berfungsi untuk memproduksi sitokin., mengespresikan reseptor sitokin dan juga memperkuat sinyal sitokin, dimana dapat berefek kepada neurotransmitter dan fungsi CRH. Pada proses depresi, sitokin mempengaruhi perilaku melalui perubahan pada metabolisme serotonin, norepinefrin dan dopamin di bagian otak yang meregulasi emosi, termasuk sistem limbik (amigdala, hipokampus dan nucleus accubens) yang meregulasi fungsi psikomotor dan tindakan balasan, dan juga ganglia basal[25][27]. 2. Faktor genetikaPenelitian yang dilakukan terhadap anak kembar yang memiliki gangguan bipolar I menunjukan faktor genetika monozigot dapat mempengaruhi sebesar 50 persen, dan dizigot sebesar 10-25 persen. [22] [24]3. Faktor psikososialA. Peristiwa kehidupan dan stress lingkunganPeristiwa kehidupan dengan tingkat stress tinggi sering mendahului episode pertama, jika dibandingkan dengan episode berikutnya. Ada teori yang mengemukakan adanya stress sebelum episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmitter dan sistem intraneuron. Termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak antar sinap yang mengakibatkan seorang individu mengalami episode berulang gangguan mood walau tanpa stressor dari luar. [22] [24]B. Faktor kepribadianOrang dengan gangguan kepribadian seperti obsesif-kompulsif beresiko tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan kepribadian paranoid atau anti-sosisal. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko menjadi gangguan depresi berat. Peristiwa dengan tingkat stress tinggi merupakan prediktor terkuat untuk kejadian episode depresi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stress akibat tidak adanya kepercayaan diri lebih sering mengalami depresi[22]C. Faktor psikodinamikMenurut Sigmond Freund dan Karl Abraham, Faktor psikodinamik termasuk empat hal utama1. Gangguan ibu-anak selama fase oral (usia 10-18 bulan)2. Kenyataan atau bayangan kehilangan objek3. Introjeksi (terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatas penderitaan yang berkaitan dengan kehilangan objek)4. Akibat kehilangan objek cinta [22] [24]

2.1.5 TatalaksanaPada penatalaksanaan gejala depresi beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu keselamatan pasien, kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan, rencana terapi untuk gejala dan kesehatan jiwa pasien kedepannya. Walaupun penatalaksanaan farmakoterapi dan psikoterapi telah diberikan, peristiwa dalam kehidupan yang penuh ketegangan dapat mengakibatkan kekambuhan pasien dengan gangguan mood. Terapi harus dapat menurunkan banyak stressor berat dalam kehidupan pasien, sehingga bila ada gaangguan mood perlu dirujuk kepada psikiater. Remisi penuh akan dialami pasien dalam waktu 4 bulan dengan pengobatan yang adekuat[21][22]Indikasi yang jelas dari rawat inap pada pasien depressi adalah kebutuhan untuk prosedur diagnostik, risiko untuk bunuh diri, ada risiko untuk melakukan pembunuhan, dan berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan makanan dan tempat berlindung. Riwayat dengan gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan terhadap pasien juga indikasi dari rawat inap. Sistem pendukung pasien harus tidak mencampuri maupun menjauhi pasien. Tiap perubahan yang kurang baik pada gejala atau tingkah laku atau sikap pasien merupakan indikasi dari rawat inap. Sayangnya pasien dengan gangguan mood memilih untuk tidak dirawat karena pasien tidak dapat mengambil keputusan karena lambat berpikir, berpikir negatif dan tidak mempunyai harapan[21][22]Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood dapat diatasi keluarga. Terapi keluarga menguji peran pasien dengan gangguan mood juga menguji peran dari keluarga untuk menangani pasien[21][22]Prinsip pemberian antidepresi adalah episode depresi berat. Gejala pertama yang menjadi acuan adalah sulit tidur dan sulit makan. Gejala lain yang dapat timbul adalah mengamuk, cemas, rasa putus asa. target gejala lainnya termasuk energi menurun, kurang konsentrasi, tidak berdaya dan menurunnya libido. Diperlukan edukasi pasien yang adekuat tentang kegunaan antidepresan sebagai hal penting dalam keberhasilan terapi termasuk pemilihan obat dengan dosis yang sesuai[21][22]2.1.6 KomplikasiDepresi bila tidak tertatalaksana atau tidak tertatalaksana dengan baik dalam beberapa tahun akan mengakibatkan penurunan fungsi fisik, perburukan kualitas hidup, meningkatkan angka bunuh diri, kesulitan dalam hubungan sosial, ketidakpatuhan dalam pengobatan dan memperburuk masalah penyakit kronis yang diderita sehingga meningkatkan angka kematian[32][33]2.1.7 Prognosis Empat puluh persen individu dengan gangguan depresi mayor yang tidak diobati dalam 1 tahun akan memiliki remisi parsial. Remisi parsial atau riwayat episode depresi utama kronis sebelumnya merupakan faktor risiko untuk episode berulang dan pengobatan yang gagal. Sebuah studi tentang episode pertama depresi psikotik oleh Tohen et al menemukan bahwa kebanyakan pasien mencapai Sindrom remisi( 86 % ) dan pemulihan ( 84 % ), namun, hanya 35 % yang pulih fungsional . Pemulihan sindrom sebelumnya dikaitkan dengan onset subakut, skor depresi awal yang lebih rendah, dan kurangnya fitur psikotik suasana hati. Dalam waktu 2 tahun, hampir setengah pasien mengalami episode baru.[26]

2.2 Depresi pada mahasiswa kedokteranMahasiswa kedokteran diketahui memilki tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum dan untuk rekan-rekan seusia mereka[18]. Perbedaan antara tingkat depresi dan kecemasan juga telah dicatat antara mahasiswa kedokteran baik negeri atau . Prevalensi depresi di kalangan mahasiswa kedokteran di perguruan tinggi negeri telah diperkirakan 10,4% di Yunani, 15,2% di Amerika Serikat, 21,7% di Malaysia, 24% di Inggris, 29,1% di India, dan 43,8% di Pakistan. Prevalensi depresi di kalangan mahasiswa kedokteran swasta, bagaimanapun, telah diperkirakan 19% di Amerika Serikat, 49,1% di India, dan 60% di Pakistan[19]Berdasarkan pada sebuah studi pada mahasiswa kedokteran Estonia, 21,9% memiliki gejala anxietas dan 30,6% gejala adalah depresi. Pada studi ini, 20,3% dari mahasiswa kedokteran berada di atas batas tingkat anxietas dan 29,3% untuk depresi. Sementara beberapa studi melaporkan bahwa perempuan dominanDalam anxietas dan tingkat depresi, lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan gender. Beberapa catatan bahwa laki-laki lebih kesepian tetapi skor perempuan lebih tinggi pada tingkat anxietas secara umum dan tidak terdapat perbedaan dalam depresi. Yang mencolok pada semua studi ini meskipun tidak terdapat perbedaan gender untuk anxietas, laki-laki secara signifikan lebih depresi dalam studi ini. Hal ini dapat merupakan konsekuensi dari faktor-faktor budaya. Anak laki-laki di turki yang mengambil peran sebagai ayah untuk keseluruhan keluarga memiliki tanggung jawab lebih dan harus lebih kompeten. Di samping itu, efek negatif dari pendidikan kedokteran pada kondisi psikologis mahasiswa agak lebih berat diantara mahasiswa kedokteran Turki. Studi saat ini menemukan 7,6% dan 9,3% mahasiswa tahun pertama berada di atas dari tingkat batas anxietas dan depresi. Skor anxietas dari mahasiswa tahun kedua lebih tinggi namun skor depresi telah secara signifikan lebih tinggi daripada mahasiswa tahun pertama. [28].

3

Tabel 3. Gambaran anxietas pada mahasiswa kedokteran Turki berdasarkan jenis kelamin dan tahun ajaran[28]

Tabel 4. Gambaran depresi mahasiswa kedokteran Turki berdasarkan jenis kelamin dan tahun ajaran[28]

2.3 Ringkasan pustakaTabel 5. Ringkasan pustakaPenelitian 1Penelitian 2Penelitian 3

PenelitiOthieno, CJ. Okoth RO,Peltzer K,Pengpid S,Malla LO

Wahab, S. Rahman, FN.Wan Hasan, WM.Zamani, IZ.Arbaiei, NC.Khor, SL.Nawi, AMSaravanan, C. Wilks, R

Lokasi penelitianKenyaMalaysiaMalaysia

Studi desainStudi analitik cross-sectionalStudi analitik cross-sectionalStudi analitik cross-sectional

Subjek penelitianMahasiswa university of Nairobi350 siswa sekolah menengah atas yang tinggal di asrama 358 mahasiswa kedokteran universitas negeri atau swasta di Malaysia

Variabel yang diteliti Prevalensi Depresi pada mahasiswa sosiodemografi pada depresi Prevalensi stress, anxietas dan depresi hal yang mempengarustress, anxietas dan depresi Prevalensi depresi dan kecemasan hubungan antara variabel demografis (jenis kelamin, tahun studi, dan tahap pelatihan (klinis dan non klinis) dan tingkat depresi dan kecemasan

Lama waktu studiTidak diketahuiTidak diketahui6 bulan

Hasil studiRata-rata prevalensi gejala depresi moderat adalah 35,7% (33,5% laki-laki dan 39,0% perempuan) dan depresi berat adalah 5,6% (5,3% pria dan 5,1% perempuan) Prevalensi depresi kecemasan dan stres adalah 39,7%, 67,1% dan 44,9% Semua stres (akademik, interpersonal, intrapersonal, guru, belajar dan kelompok sosial) memiliki hubungan yang signifikan dengan depresi, kecemasan dan stres. Prevalensi anxietas sebesar 44% dan depresi sebesar 34.9% Wanita cenderung lebih banyak menderita anxietas atau depresi jika dibandingkan dengan pria

31

2.4 Kerangka teori

Faktor biologiDefisiensi amin biogenikStress dan hipotalamus-pituitari-adrenal axisInflamasiFaktor psikososialFaktor kehidupan dan stress lingkunganFaktor psikodinamikFaktor kepribadian

Faktor genetik

PrognosisKebanyakan mencapai sindrom remisi( 86 % ) dan pemulihan (84%)35 % pulih fungsional

KomplikasiPenurunan fungsi fisikPerburukan kualitas hidupIde untuk bunuh diriMemperburuk masalah sosialKetidak patuhan dalam berobatMemperparah penyakit kronis Depresi

Gambar 5. Kerangkat teoriBAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 Kerangka konsep

Tempat tinggalIndekostNon-indekost

Karakteristik mahasiswaUsiaJenis kelaminAnak ke berapaAngkatan

Tingkat Depresi

Faktor psikososialDukungan sosial1. Waktu perjalanan2. Jenis trasnportasi3. Kemacetan4. Pulang kerumah5. Dukungan sekitar6. Lingkungan belajar7. Kecukupan biayaIntimidasiBencana alamKehilangan sosok yang dicintaiPeristiwa traumatis saat masih anak-anak

Gambar 6. Kerangka konsep

3.1.1 Variabel tergantungPenilaian tingkat depresi pada penelitian ini akan dilakukan menggunakan kesioner metode Zung dengan 20 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan bersifat positif dan 10 pertanyaan bersifat negatif. Untuk setiap pertanyaan, tingkat subjek pertanyaan tersebut 1 = kurang sering 2 = agak sering 3 = sering 4 = sangat waktu

Dengan penilaian diagnosis sebagai berikut 120 menit (panjang)Ordinal

8.Jenis trasnportasiKendaraan yang dipakai subjek menuju kampusKuesionerPengisian kuesioner- Pribadi- Umum- Jalan kakiNominal

9.KemacetanPadatnya arus lalu lintas saat perjalanan dari rumah menuju kampusKuesionerPengisian kuesioner- Ya-TidakNominal

10.Pulang kerumahFrekuensi subjek kembali ke rumah orangtua selama tinggal jauh dari orangtua dalam satu bulanKuesionerPengisian kuesioner- Tidak pernah (0)- Jarang (1-2 kali)- Sering (2-3 kali)- Sering sekali (> 4 kali)Ordinal

11.Dukungan sekitarAda tidaknya dukungan moral dari keluarga, kerabat, teman dan lingkunganKuesionerPengisian kuesioner- Ya- TidakNominal

12.Lingkungan belajarKondisi sekitar subjek secara umum saat belajarKuesionerPengisian kuesioner- Ya- TidakNominal

13.Kecukupan biayaKondisi keuangan subjek untuk memenuhi kehidupan dan gaya hidup dalam satu bulanKuesionerPengisian kuesioner- Lebih dari cukup- Cukup- Kurang cukupOrdinal

14.Intimidasi

Perlakuan tidak pantas yang tertuju ke subyekKuesionerPengisian kuesioner- Ya- TidakNominal

15.Bencana alam

Peristiwa alam yang menimpa subjekKuesionerPengisian kuesioner- Ya - TidakNominal

16.Kehilangan sosok yang dicintai

Perpisahan subjek dengan kerabat sekitar nya KuesionerPengisian kuesioner- Ayah- Ibu- Ayah dan ibu- Adik atau kakak- Tidak adaNominal

17.Peristiwa traumatis saat masih anak-anak

Kejadian yang membuat subjek traumaKuesionerPengisian kuesionert- Ya- TidakNominal

BAB IV METODE PENELITIAN4.1 Desain penelitianPenelitian ini menggunakan desain observasional secara potong lintang (cross-sectional) untuk mecari hubungan dari variabel bebas yang ditentukan (Tingkat depresi) dengan variabel tergantung (Mahasiswa indekost dan non-indekost)4.2 Lokasi dan waktuPenelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta barat pada periode September 2014-Oktober20144.3 Populasi dan sampel penelitian4.3.1 Populasi penelitian1. Populasi target pada penelitian ini mahasiswa angkatan 2013 dan 20142. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2013 dan 2014Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Subjek merupakan mahasiswa Trisakti aktif angkatan 2013 dan 2014Sementara kriteria eksklusi sampel adalah sebagai berikut: Subjek menolak berpartisipasi dalam penelitian

4.3.2 SampelSampelJumlah sampel pada penelitian ini dihitung sesuai dengan rumus sbb:

Jumlah ini kemudian dimasukkan kedalam rumus koreksi populasi finit sbb:

Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 74 subjek.Keterangan: n = jumlah sampel populasi infinit Z = simpang baku dari tingkat kemaknaan sebesar 95% untuk hipotesis positif dua arah = 1.96 p = prevalensi depresi di Indonesia = 6%[30] q = 1 p = 94% d = presisi penelitian = 0.05 N = jumlah sampel populasi finit N0 = jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2013 dan 20144.4. Bahan dan instrumen penelitianData pada penelitian ini diperoleh melalui kuesioner depresi Zung yang memiliki 20 butir pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan bersifat positif dan 10 pertanyaan bersifat negatif dengan skoring dibawah 50 adalah tidak depresi. 50-59 adalah depresi ringan, 60-69 adalah depresi sedang dan 70 atau lebih adalah depresi berat. Juga akan diberikan kuesioner tambahan untuk mengetahui faktor psikososisal dan karakteristik mahasiswa4.5 Analisis dataAnalisis data dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) dengan melakukan uji statistik dasar (univariat) serta uji kemaknaan statistik menggunakan uji chi-square (bivariat).4.5.1 Analisis univariatAnalisis univariat adalah cara analisis untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul apa adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari masing-masing variabel. Abalisis univariat pada penelitian ini adalah1. Tingkat depresi dengan skala ordinal2. Tempat tinggal dengan skala nominal4.5.2 Analisis bivariatAnalisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel bebas yang diteliti dengan variabel tergantung. Masing-masing variabel menggunakan data ordinal. pada analisis ini digunakan uji statistik chi-square.

Adapun syarat chi-square chi-square sebagai berikutA. Untuk mengetahui adanya hubungan antar variabelB. Variabel yang dihubungkan kategori-kategoriC. Kelompok yang dibandingkan adalah variabel independent dan variabel bebas

Berikut adalah rumusan chi-square 0= Frekuensi hasil observasiE= Frekuensi yang diharapkanDengan analisis uji chi-square. masing-masing tingkat kepercayaan sebesar 95% (=0,005)

4.6 Alur penelitianPersiapan penelitian- Lokasi penelitian yaitu fakultas kedokteran universitas Trisakti- Persiapan kuesioner

Kunjungan ke kelas

Tidak bersediaInformed consent

Bersedia

Analisis dataPengambilan data

Gambar 7. Alur penelitian4.7 Etika penelitianPenelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan perizinan dari instansi yang terkait, yakni dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Adapun perizinan ini merupakan rangkaian prosedural yang untuk menghindarkan penelitian ini dari proses hukum yang berlaku.

4.8 Jadwal penelitianTabel 7. Jadwal penelitianKegiatanWaktu

SeptemberOktoberNovemberDesemberJanuari

Persiapan dan pengumpulan data

Penyusunan dan penyelesaian BAB I

Penyusunan dan penyelesaian BAB II

Penyusunan dan penyelesaian BAB III

Penyusunan dan penyelesaian BAB IV

Penyusunan dan penyelesaian BAB V

Penyusunan dan penyelesaian BAB VI

Persiapan ujian skripsi

Penyusunan manuskrip E-journal

4.9 PembiayaanPenelitian ini tidak memerlukan biaya. Adapun pada situasi dan kondisi yang berubah, pembiayaan pada penelitian ini dilakukan secara mandiri oleh peneliti.

Daftar pustaka1. National Mental of Institute [Internet], Bethesda, [updated 2011. Available from: http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/index.shtml.Accesed May 24 20142. Halverson JL, Bienenfield, D, editors. Depression: background [Internet]. California. Medscape: 2014. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#aw2aab6b2b2. Accesed May 24 20143. World Health Organization [internet], Geneve, [Updated 2004] avaiable from: http://www.who.int/entity/healthinfo/global_burden_disease/gbddeathdalycountryestimates2004.xls Accesed May 24 20144. Halverson JL, Bienenfield, D, editors. Depression: Epidemiology [Internet]. California. Medscape: 2014. Available from http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#a0156.Accesed May 24 20145. Current depression among adults---United States, 2006 and 2008.MMWR Morb Mortal Wkly Rep. Oct 1 2010;59(38):1229-35.6. Dal Kashani JH, Sherman DD. Childhood depression: epidemiology, etiological models, and treatment implications.Integr Psychiatry. 1988;6:1-87. Hankin BL, Abramson LY, Moffitt TE, Silva PA, McGee R, Angell KE. Development of depression from preadolescence to young adulthood: emerging gender differences in a 10-year longitudinal study.J Abnorm Psychol. Feb 1998;107(1):128-40.8. Kuehner C. Gender differences in unipolar depression: an update of epidemiological findings and possible explanations. Acta Psychiatr Scand. 2003 Sep;108(3):163-74.

9. Siegel JM, Aneshensel CS, Taub B. Adolescent depressed mood in a multiethnic sample.J Youth Adolesc. 1998;210. Schmidt, Peter. "Mood, Depression, and Reproductive Hormones in the Menopausal Transition".The American journal of medicine. 2005; 118 Suppl 12B (12): 54811. Rashid, T.; Heider, I.."Life Events and Depression".Annals of Punjab Medical College2. 200812. Hill, J.Current Opinion in Psychiatry16(1): 36 2003 avaiable from http://journals.lww.com/co-psychiatry/Abstract/2003/01000/Childhood_trauma_and_depression.2.aspx.Accesed May 24 201413. American College Health Association.American College Health Association-National College Health Assessment II: Reference Group Executive Summary Fall 2011. Hanover, MD: American College Health Association; 201214. Eisenberg D, Gollust SE, Golberstein E, Hefner JL. Prevalence and correlates of depression, anxiety, and suicidality among university students.Am J Orthopsychiatry. 2007 Oct;77(4):53442. PubMed PMID: 1819403315. Cranford JA, Eisenberg D, Serras AM. Substance use behaviors, mental health problems, and use of mental health services in a probability sample of college students.Addict Behav. 2009 Feb;34(2):13445. Epub 2008 Sep 17. PubMed PMID: 1885189716. University health service UHS [internet]. Columbia [updated 2004]. avaiable from https://uhs.berkeley.edu/home/healthtopics/pdf/depresstudents.pdf.Accesed June 14 201417. Mowbray CT, Megivern D, Mandiberg JM, Strauss S, Stein CH, Collins K, Kopels S, Curlin C, Lett R. Campus mental health services: recommendations for change.Am J Orthopsychiatry. 2006 Apr;76(2):22637. PubMed PMID: 16719642.18. Dahlin, M. Joneborg, N, et alStress and depression among medical students: a cross-sectional study,Medical Education, vol. 39, no. 6, pp. 594604, 200519. Saravanan C,Wilks R Medical Students Experience of and Reaction to Stress: The Role of Depression and Anxiety, Scientific World Journal.2014 Jan 29;2014:737382. doi: 10.1155/2014/737382. eCollection 201420. Tartakovsky, M. (2008). Depression and Anxiety Among College Students.Psych Central. Retrieved on June 14, 2014, from http://psychcentral.com/lib/depression-and-anxiety-among-college-students/000142521. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC;2010.p. 791-422. Ismail, RI, Siste, K buku ajar psikiatri,1st ed. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010 p209-1623. Maslim, R, diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkan PPDGJ-III 1st ed, Jakarta, Penerbit Ilmu Kedokteran Jiwa Unversitas Atmajaya, 2003, p64-524. Belmaker RH, Agam G. Major Depressive Disorder. N England Journal of Medine 2008;358:55-6825. Raison CL, Capuron L, Miller AH. Cytokines sing the blues: inflammation and the pathogenesis of depression. Trends in immunology 2005;27:1471-490626. Tohen M, Khalsa HM, Salvatore P, et al. Two-year outcomes in first-episode psychotic depression The McLean-Harvard first-episode project.J Affect Disord. Jan 2012;136(1-2):1-827. Dantzer R. Cytokine-induced sickness behaviour: a neuroimmune response to activation of innate immunity. Eur. J. Pharmacol 2004;500:39941128. Hanvindra, A. Khairi, H et al. Kecemasan dan Depresi pada Mahasiswa Kedokteran yang Berkaitan dengan Keinginan dan Harapan dari Karier Kedokteran; Bagian ilmu kedokteran jiwa fakultas kedokteran Universitas Andalas, 2010, p 2-329. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian republik Indonesia, RISKESDAS 2007. 2008, des .p 120

30. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian republik Indonesia, RISKESDAS 2013. 2013.p 128-931. Berks M, Williams LJ, Maes, M, et al. So depression is an inflammatory disease, but where does the inflammation come from?.BMC Medicine. September 2013; p 1-932. Katon WJ. Clinical and health services relationships between major depression, depressive symptoms, and general medical illness. Biol Psychiatry 2003;54:216-2633. Blazer DG. Depression in late life: Review and commentary. J. Gerontol. A Biol. Sci. Med. Sci 2003;58:24965

Lampiran 1INFORMED CONSENTSaya Adhi rizky putra, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti akan melaksanakan suatu penelitian dengan judul Perbedaan tingkat depresi antara mahasiswa indekost dengan non-indekost di Fakultas kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2013 dan 2014. Depresi merupakan penyakit mental yang sering tidak terdeteksi pada layanan kesehatan primer dan dapat menganggu kehidupan dan kegiatan pasien bila tidak terdeteksi atau tidak tertatalaksana dengan baik. Maka peneliti ingin mencari dan mengukur tingkat depresi agar dapat mendeteksi dini dengan memperhatikan pasien yang berisiko.

Oleh karena itu, saya mengharapkan saudara untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila saudara bersedia maka peneliti akan memberikan kuesioner Zung Self-Rating Depression Scale dan kuesioner yang berisi identitas saudara. Hasil pemeriksaan ini akan diinformasikan kepada saudara dan semua hasil pemeriksaan yang didapat akan diproses dengan merahasiakan identitasnya.Secara keseluruhan penelitian ini tidak memiliki resiko atau efek samping karena teknik yang digunakan pada penelitian ini tidak bersifat invasif atau membahayakan.Bila selama menjalani penelitian atau setelahnya, ada pertanyaan, yang berhubungan dengan penelitian saudara dapat menghubungi peneliti yaitu Adhi rizky putra di nomor 083899822870. Partisipasi saudara adalah sukarela serta bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini tanpa mendapat paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Bila saudara bersedia ikut dalam penelitian ini saya mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan di lembar setelah ini. Atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.Jakarta, ...... ............ 2014Adhi rizky putraFORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian :

Tanda tangan :

Tanggal :

Lampiran 2Kuesioner 1

Nama:Usia: Jenis kelamin:Anak ke: dari bersaudaraAngkatan:Tempat tinggal asal:Tempat tinggal kost:

Buatlah tanda () di depan jawaban yang sesuaiNoUraianHanya sedikitKadang-kadangCukup seringHampir sepanjang waktu

1Saya merasa mental saya jatuh dan sedih

2Pagi adalah saat dimana perasaan saya paling baik

3Saya merasa ingin menangis

4Saya mengalami problem tidur di malam hari

5Saya makan sebanyak biasa saya lakukan

6Saya tetap dapat menikmati seks

7Saya perhatikan berat badan saya turun

8Saya punya masalah buang air besar

9Detak jantung saya lebih cepat dari biasanya

10Saya lelah tanpa sebab

11Pikiran saya sejernih bagaimana biasanya

12Saya merasa mudah untuk melakukan hal-hal yang dulu saya biasa lakukan

13Saya merasa tidak tenang dan tidak dapat berdiam diri

14Saya merasa penuh harapan dan masa depan

15Saya lebih mudah tersinggung dari biasanya

16Saya merasa mudah untuk memutuskan sesuatu

17Saya merasa berguna dan dibutuhkan

18Kehidupan saya baik-baik saja

19Saya merasa orang lain akan lebih baik jika saya meninggal

20Saya masih menikmati hal-hal yang dulu suka saya lakukan

Kuesioner 2

1. Dimana kamu tinggal selama menjadi mahasiswaRumah orangtua, rumah kerabat, rumah saudara, dll (jika pilih ini, lanjut ke bulir pertanyaan dibawah dan lewatkan pertanyaan nomor 2)Indekost, asrama, sewa rumah bersama teman dll ( jika pilih ini, lanjut ke pertanyaan nomor 2 dan lewatkan bulir pertanyaan dibawah)1.a. Berapa lama waktu (menit) yang dibutuhkan dari rumah ke kampus kamu?1-30 31-60 61-9091-120 4 kali

3. Apakah keluarga, kerabat, teman dan lingkungan sekitarmu mendukung kamu dalam usaha kamu menggapai apa yang kamu inginkan YaTidak

4. Apakah lingkungan disekitar kamu kondusif untuk belajar dan beristirahatYaTidak

5. Apakah kamu pernah menjadi korban intimidasi oleh teman atau lingkungan sekitar kamuYa (jika pilih ini, jawab bulir pertanyaan dibawah kemudian lanjut ke nomor 6Tidak (jika pilih ini, langsung ke pertanyaan nomor 6 dan lewatkan bulir pertanyaan dibawah)5a. Seberapa sering kamu menjadi korban intimidasiSering Kadang-kadangJarang6. Apakah uang yang diberikan oleh orangtua dalam satu bulanb cukup untuk menunjang kebutuhan hidup atau gaya hidup kamuLebih dari cukupCukupKurang cukup

7.Siapa anggota keluarga kamu yang tidak lagi bersama kamuAyahIbuAyah dan ibuAdik atau kakak Tidak ada

8. Apakah kamu pernah terkena peristiwa bencana alam yang membekas dalam ingatan kamu hingga saat iniYaTidak

9. Saat kecil, apakah kamu pernah mengalami peristiwa yang membuat kamu trauma hingga saat iniYaTidak