Furunkulosis

10
Furunkulosis, Penyakit Kulit Akibat Infeksi Kuman Tue, Oct 21, 2008 health: kesehatan Apakah anda atau anak anda sering terkena penyakit kulit karena alergi atau infeksi? Tahukah anda kalo penyakit kulit itu tidak lah sama jenis maupun obatnya. Maka hati-hatilah mengobati penyakit kulit anda dengan obat-obat yang sering ditemukan dipasaran, salah- salah penyakit kulit anda tambah parah jadinya. Ulasan ini adalah tentang salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi, yang sangat sering ditemukan di masyarakat terutama pada anak-anak. Furunkolosis namanya, adalah salah satu bentuk daripada pioderma. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga terbanyak, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.

Transcript of Furunkulosis

Page 1: Furunkulosis

Furunkulosis, Penyakit Kulit Akibat Infeksi Kuman

Tue, Oct 21, 2008

health: kesehatan

Apakah anda atau anak anda sering terkena

penyakit kulit karena alergi atau infeksi? Tahukah anda kalo penyakit kulit itu tidak lah

sama jenis maupun obatnya. Maka hati-hatilah mengobati penyakit kulit anda dengan

obat-obat yang sering ditemukan dipasaran, salah-salah penyakit kulit anda tambah parah

jadinya. Ulasan ini adalah tentang salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi,

yang sangat sering ditemukan di masyarakat terutama pada anak-anak. Furunkolosis

namanya, adalah salah satu bentuk daripada pioderma. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat

ketiga terbanyak, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.

Furunkolosis dapat menimbulkan komplikasi yang fatal. Salah satunya adalah furunkel

maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan

pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial. Masalah lain

yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau lebih luas sehingga bisa juga

terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis penderita jelek atau menderita

diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh. Berikut akan dipaparkan dari

penyebab, patogenesis, sampai penanganannya.

Mengenai Pengertian dari Penyakit ini

Page 2: Furunkulosis

Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus

atau oleh keduanya. Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang

disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Apabila furunkelnya lebih

dari satu maka disebut furunkolosis.

Penyebaran

Pioderma merupakan penyakit yang sering

dijumpai di masyarakat. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat

dengan keadaan sosial ekonomi.

Furunkel lebih sering pada musim panas, karena banyak berkeringat. Dari segi umur

onsetnya dapat terjadi pada anak-anak dan juga orang muda. Frekuensinya lebih banyak

pada anak laki-laki.

Etiologi  / Penyebab

Etiologinya kebanyakan oleh  Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel berbentuk bola

atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus

aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain,

dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif

merupakan flora normal manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang

membedakannya dengan streptococcus.

Faktor Predisposisi yang mempengaruhi munculnya penyakit ini

Page 3: Furunkulosis

Sebenarnya yang mempengaruhi untuk terjadinya pioderma, khususnya furunkel atau

furunkolosis ada tiga faktor yaitu faktor host, agent, dan lingkungan.

Faktor host

1. higinis yang jelek

2. diabetes militus

3. kegemukan

4. sindrom hiper Ig E

5. carier kronik S. aureus (hidung)

6. gangguan kemotaktik

7. ada penyakit yang mendasari seperti HIV

8. sebagai komplikasi dari dermatitis atopi, ekscoriasi, scabies atau pedikulosis

(adanya lesi pada kulit atau kulit tidak utuh bisa juga karena garukan atau sering

bergesekan)

Agent : biasanya S. aureus

Lingkungan

1. lingkungan yang kotor atau kebersihannya jelek

2. iklim panas

Patofisiologi, Patogenesis, Patologi

Page 4: Furunkulosis

Banyak hal yang mempengaruhi seseorang

sampai terjadinya pioderma antara lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang

telah dipaparkan diatas dimana adanya ketidak seimbangan antara ketiga faktor tersebut.

Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer

polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton

kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini

merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat

interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat kimia

penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip

endotoksin, mengaktifkan komplement.

Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.

Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis

jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan didalam

saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi preses dan

diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah

lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan

abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik

mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan

akhirnya sembuh.

Gambaran Klinik

Page 5: Furunkulosis

Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan

perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang

berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi

dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah lesi

terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul

(core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan khusus

ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang

dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam

intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau

lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis

penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh.

Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah,

punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang banyak

bergesekan.

Efloresensi, lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar membentuk nodul eritematosa

berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul), kemudian melunak menjadi abses,

pecah, terbentuk ulkus.

Bagaimana Mendiagnosisnya.

Diagnosis furunkel atau furunkolosis kebanyakan dapat ditegakkan secara klinis

mengingat gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar

membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul),

kemudian melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus. Tetapi untuk lebih

menegakkan diagnosisnya yaitu dari segi :

1. anamnesis : timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.

2. pemeriksaan fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk kerucut, dan

ditengahnya terdapat core

3. pemeriksaan penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas

Diagnosis banding

Page 6: Furunkulosis

Diagnosis banding furunkolosis adalah folikulitis dan karbunkel. Antara furunkolosis dan

folikulitis dapat dibedakan dari segi efloresensinya kalau pada folikulitis berupa macula

eritematus, papul, pustula, tidak terdapat core dan jaringan disekitarnya tidak meradang.

Antara furunkolosis dengan karbunkel, dapat dibedakan dari segi efloresensinya mirip

dengan furunkel hanya saja ukurannya lebih besar dan mata bisulnya lebih dari satu. Dan

biasanya sering dijumpai pada penderita DM.

Komplikasi

Berikut adalah beberapa komplikasi furunkel:

1. furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi

oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam

intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena

tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang

nantinya bisa menjadi meningitis.

2. selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.

3. bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup

jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal

4. furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk

Tentang Penatalaksanaan / Pengobatannya

Adapun penatalaksanaan untuk furunkelatau furunkolosisi adalah sebagai berikut:

1. Topikal

Topical diberikan salep yang mengandung basitrasin dan neomisin, asam fusidat ,

natrium fusidat atau yang mengandung mupirosin. Bila terjadi ulkus atau lesi masih

eksudatif dilakukan kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/ 5000,

larutan rivanol 0,1% atau povidin iodine 5%-10%.

1. Sistemik

Page 7: Furunkulosis

Sistemik diberikan antibiotic, seperti

Koksasilin 3 x 500 mg per oral/ hari selama 5-7 hari atau

Sefadroksil 2 x 500 mg peroral/ hari selama 10-14 hari

Bila alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin

Pada furunkel maligna diberikan sefotaksim 1 gram intramuskuler per 8 jam selama

10 hari.

Prognosis

Umumnya baik. Asalkan mendapatkan penanganan yang adekuat dan faktor penyebab

dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik bila terjadi komplikasi.

Sumber Tulisan ini:

1. Djuanda, A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, 2005, p. 110-112 , 379-381

2. Duarsa, W., Pindha, S., Bratiartha, Adiguna, S., Wardhana, Darmada, Wiraguna, Nusantara, A.

Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat

Denpasar, Fakultas Kedokteran Udayana, Denpasar, 2007, p. 27-28

3. Freeberg, I.M., Elsen, A.Z., Wolff, K. Fitzpatrieks Dermatology in General Med, 6 th ed,

McGraw Hill, 2003, vol 2 p. 1856-1863.

4. Fitzpatrieks Color atlas and Synopsis of Clinical Dermatologg, 5 th ed, McGraw Hill, 2003, p.

595-597

5. Katzung, B.G. Basic & Clinical Pharmacology, 9 th ed, McGraw Hill, 2004, p. 801-806

6. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi kedua, EGC, Jakarta, 2004, p. 80-81,

84-87

7. Jawetz, dkk., Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20, EGC , 1996.