Fungsi Sistem Proteksi
description
Transcript of Fungsi Sistem Proteksi
FUNGSI SISTEM PROTEKSI
Posted: Juni 14, 2012 in Uncategorized 0
I. Fungsi Sistem Proteksi dan Pentanahan
Pada dasarnya semua konstruksi jaringan distribusi tidak ada yang benar-benar aman dari gangguan yang datangnya dari dalam sistem itu sendiri maupun dari dari luar sistem. Gangguan tersebut merupakan potensi yang merugikan ditinjau dari beberapa hal, maka perlunya dipasang sistem proteksi yang berfungsi sebagai berikut:
Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya Menjaga keselamatan umum Meningkatkan kontinuitas pelayanan
Pada sistem distribusi 20 kV hal yang terpenting pada sistem proteksi selain alat proteksi itu sendiri, sistem pentanahan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan fasa yang bocor ke tanah, maka bila sistem pentanahan tidak sesuai dengan sistem distribusi yang diproteksi, maka alat proteksi tidak akan bekerja dengan benar, sehingga dapat merusak peralatan jaringan maupun membahayakan keselamatan manusia.
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola, sehingga sistem proteksinya juga berbeda-beda.
Pada perencanaan konstruksi jaringan distribusi untuk menentukan komponen jaringan, misalnya penghantar, harus dipertimbangkan besarnya arus gangguan hubung singkat ke tanah dan selanjutnya sistem proteksi yang sesuai, sehingga tujuan membangun konstruksi jaringan distribusi yang aman dan menguntungkan dapat tercapai.
II. Prinsip Kerja Sistem Proteksi
Melakukan koordinasi dengan tegangan sistem tegangan tinggi (GI, Transmisi, Pembangkitan)
Mengamankan peralatan dari kerusakan dan gangguan Menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan Melokalisir gangguan Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan (manuver) Mengurangi frekwensi pemutusan
III. Syarat-Syarat Sistem Proteksi
Peka (sensitif) Cermat (selektivitas) Andal (reliability) Cepat
IV. Penyebab Timbulnya Gangguan
4.1. Pada SKTM
Gangguan dari dalam: pemasangan kurang baik, beban lebih Gangguan dari luar: pekerjaan galian, kendaraan yang lewat diatasnya deformasi tanah,
binatang Sifat gangguan pada umumnya permanen
4.2. Pada SUTM
Sebagian besar dari luar : angin dan pohon, kegagalan pengaman, peralatan rusak, hujan dan cuaca, manusia, binatang benda-benda asing (benang layang-layang), sambaran petir
Sifat gangguan, gangguan sementara/permanen
V. Macam-Macam Gangguan Pada JTM
Gangguan hubung singkat 3 fasa Gangguan hubung singkat 2 fasa Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah Gangguan simpatik Gangguan tegangan lebih sambaran petir (lightning surge) Gangguan tegangan lebih pemutusan (switching surge)
VI. Macam-Macam Alat Proteksi pada Saluran Distribusi TM
1. Proteksi arus lebih: o Pengaman: fco, hrc fuseo Relai arus lebih dipasang pada pmt, pbo, ssoo Relai hubung tanaho Relai arus lebih terarah
2. Proteksi tegangan lebih: o Kawat tanaho Sela batango Rod gapo Arrester
VII. Proteksi Terhadap Gangguan Arus Lebih
Arus lebih terjadi disebabkan terjadinya hubung singkat antara konduktor fasa dengan fasa, atau antara fasa dengan tanah. Faktor yang mempengaruhi besar arus lebih adalah:
Tegangan Impedansi Jenis gangguan Tahanan pentanahan
Saat mulai gangguan Faktor daya
7.1. Hubungan sistem pentanahan dan pola proteksi arus lebih
Yang dimaksud dengan hubungan sistem pentanahan di atas adalah hubungan antara titik netral sisi skunder trafo (20 kV) terhadap pentanahan. Pada saat ini di PLN hubungan sistem pentanahan ada 3 (tiga) macam, dimana masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap besarnya arus gangguan hubung tanah, sehingga pola pengamanan yang dilakukan berbeda juga.
7.1.1. Sistem pentanahan tahanan rendah
Sistem ini terdapat pada sistem distribusi yang ada di banyak tempat diIndonesiakecuali Jatim dan Jateng. Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan adalah 40 untuk SUTM dan 12 untuk SKTM atau gabungan SUTM dan SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:
Arus gangguan hubung singkat antara fasa dan tanah cukup besar (max :1000 A untuk SUTM dan 300 A untuk SKTM)
Karakteristik relai arus yang digunakan pada PMT utama adalah jenis waktu tetap (definite time)
PMT saluran utama dilengkapi dengan relai gangguan tanah dan penutup balik bagi saluran udara
Pelebur boleh dipasang sebagai pengaman saluran percabangan atau pengamanan trafo distribusi
7.1.2. Sistem pentanahan tahanan tinggi
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jatim. Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan adalah 500 untuk SUTM maupun SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:
Lebih kebal terhadap gangguan fasa dengan tanah yang sifatnya sementara, karena arus gangguan kecil (< 25 A)
Pengaman arus lebih pada PMT harus dilengkapi relai gangguan tanah terarah Pelebur dapat dipasang pada titik percabangan saluran utama, saluran cabang tanpa SSO
dan sisi primer trafo
7.1.3. Sistem pentanahan langsung
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jateng. Pentanahan dihubungkan langsung tanpa melalui tahanan. Pada jaringan terdapat hantaran netral yang sekaligus merupakan hantaran netral sistem tegangan rendah (disebut multi grounded). Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:
Arus gangguan hubung tanah relatif sangat besar, sehingga dapat digunakan pmt + relai (berpengamanan sendiri yang bekerja cepat
Pada saluran kabel tanah, PMT tidak dilengkapi penutup balik Karakteristik relai arus yang digunakan adalah jenis waktu terbalik (inverse time) Dapat dilakukan koordinasi proteksi antara PMT + relai atau PBO dengan fuse Pengaman gangguan tanah dengan menggunakan PBO, SSO dan fuse PBO dipasang pada saluran utama sebagai pengaman utama jaringan, maupun sebagai
alat memutus tetap atau sesaat SSO dapat dipasang sepanjang saluran utama atau percabangan Pelebur dipakai sebagai pengaman saluran percabangan dan trafo
7.1.4. Koordinasi proteksi
Yang dimaksud dengan koordinasi pengamanan adalah mengatur/menyetel agar alat pengaman yang dipasang dengan tujuan mengamankan peralatan dapat bekerja memutus arus gangguan sebelum peralatan yang diamankan mengalami kerusakan (percepatan penuaan).
Kondisi yang aman, adalah bila selisih waktu antara bekerjanya alat pengaman dengan alat yang diamankan adalah 25 %.
Batas ketahanan penghantar, menurut SPLN 64 : 1985:
Batas ketahanan penghantar telanjang:Kurva pelunakan untuk penghantar AAC dan AAAC dengan persamaan:
( untuk penghantar AAC )
( untuk penghantar AAAC)
Kurva saat leleh untuk penghantar ACSR
dimana:
A = luas penampang penghantar
I = arus hubung singkat (kA)
T = lamanya hubung singkat (detik)
Batas ketahanan penghantar berisolasi (kabel):
Batas ketahanan trafo distribusi:
7.1.5. Pemilihan alat proteksi
1. Pelebur sebagai proteksi saluran cabang:Faktor untuk pemilihannya:
o Kemampuan pelebur terhadap arus beban maksimum, arus beban normal, beban lebih dan perkiraan pertumbuhan beban
o Koordinasi dengan alat pengaman yang laino Kemampuan pemutusano Batas ketahanan penghantar terhadap hubung singkato KHA pelebur > arus beban terus-meneruso Arus beban terus-menerus maksimum < KHA penghantaro KHA peleburo Tipe T dan K:
1,5 x In (untuk pelebur 6,3 a s/d 100 a)1,3 x In (untuk pelebur 125 a s/d 160 a)1,0 x In (untuk pelebur 200 a)
o Tipe h 1,0 x Ino Tipe pembatasan arus 1,0 x In
Syarat pemilihan pelebur sebagai pengaman penghantar: kurva pelebur harus berada di bawah kurva ketahanan penghantar telanjang dan kabel maximum 75 % skala waktu).
2. Pelebur bagi proteksi trafo distribusi:Garis batas ketahanan ditentukan oleh titik-titik sbb.:
o 2 x In (selama 100 detik – beban lebih)o 3 x In (selama 10 detik)o 6 x In (selama 1 detik)o 25 x In (selama 0,2 detik)
7.1.6. Kegagalan proteksi gangguan arus lebih dan penyebabnya
1. Kurva arus waktu ketahanan peralatan jaraknya kurang dari 25 % dari kurva pengaman2. Kurva ketahanan peralatan tidak sesuai standar/data dari pabrik3. Terjadi perubahan kurva peralatan atau pengaman:
o Relai: terlalu banyak beroperasi, tua, kotor atau rusako Pelebur: tua, kotor atau rusako PMT: banyak beroperasi, tua, tahanan isolasi turuno Trafo: pendinginan kurang baik, sambungan kumparan kurang baiko Sambungan terminal bushing kurang kencang, sering kena surja petir, beban
lebih, mutu inti/kumparan jelek, kotoro Penghantar: kotor karena polusi, perubahan penampang, sering kena surja petir,
arus lebih/hubung singkat, mutu penghantar kurang baik
VIII. Proteksi terhadap Gangguan Tegangan Lebih
8.1.Timbulnya tegangan lebih
Ditinjau dari asal gangguan terhadap sistem:
Dari dalam sistem dengan jenis gangguan surya hubung (switching surge)terjadi karena: o Transient: mempunyai frekwensi yang tidak ada hubungannya dengan frekwensi
sistem; penyebabnya:– operasi PMT dengan beban induktif/kapasitif– hubung singkat satu fasa – bumi pada sistem– pentanahan mengambang
o Dinamis: mempunyai frekwensi yang sama dengan frekwensi sistem berlangsung beberapa detik; penyebabnya: pelepasan/penambahan tiba-tiba generator hingga terjadi putaran lebih
o Statis: mempunyai frekwensi yang sama dengan frekwensi sistem berlangsung sampai waktu yang lama dengan penyebabnya hubung singkat satu fasa – bumi
Tegangan lebih hubung dapat terjadi karena:
o Penutupan / penutupan kembali saklar pada hantaran panjang yang terbukao Penutupan saklar pada saluran dengan trafo hantaran dengan beban atau tidako Pelepasan beban tiba-tiba pada ujung hantaran yang diikuti dengan pelepasan
beban pada ujung pengirimo Pelepasan trafo tanpa bebano Pelepasan beban induktip trafo gangguan tersiero Pelepasan gardu antarao Gangguan satu fasa ke bumi
Dari luar sistem dengan jenis gangguan surya petir (lightning surge):Terjadi karena adanya pelepasan muatan-muatan di atmosfer, contohnya adalah sambaran petir ke konduktor SUTM.
8.2. Akibat dari terjadiya tegangan lebih
Peninggian tegangan yang melebihi tingkat ketahanan isolasi peralatan, menyebabkan rusaknya isolasi dan akhirnya mengakibatkan terjadinya hubung singkat.
8.3. Alat proteksi terhadap gangguan tegangan lebih
Kawat tanah (over head statics): Cara ini banyak digunakan pada saluran transmisi dan sebagian di SUTM tujuannya menghindari sambaran petir secara langsung, dipasang diatas kawat fasa
Sela batang (spark gap) atau Arcing Horn: Dipasang pada bushing trafo sisi tegangan menengah dan isolator gantung
Lightning arrester: Cara ini paling banyak digunakan baik saluran transmisi dan SUTM yang dipasang seluruh fasa
8.4. Pemasangan pengaman tegangan lebih
Arrester pada trafo GI sisi 20 kV Arrester pada trafo Gardu Distribusi sisi 20 kV Arrester pada kapasitor distribusi
Arrester pada SUTM pada titik percabangan SUTM Arrester pada ujung saluran yang panjang Arrester pada SKTM yang digabung dengan SUTM
8.5. Kegagalan proteksi tegangan lebih dan penyebab-penyebabnya
Kerusakan pada arrester:
Sambungan-sambungan kawat fasa, jaringan dengan terminal arrester serta pentanahan Sambungan kawat pentanahan dengan elektrode kurang baik Tahanan pentanahan arrester terlalu tinggi (> 1 ohm) Jarak arrester satu dengan yang lain terlalu jauh Arrester tidak bekerja optimal
Gangguan pada rod gap / spark gap:
Jarak antara rod gap / spark gap tidak tepat Rod gap / spark gap kotor
Isolator:
Kotor Retak/pecah
Trafo:
Sudah tua, isolasi kumparan turun Minyak trafo kotor, mengandung endapan karbon, uap atau air
Kawat tanah:
Jarak antara kawat tanah dan fasa terlalu besar Tarikannya kendor, tiang miring
Sumber :
Hernadi Buhron (Sub-Komite) (22 October 2008) http://jendeladistribusi.co.cc
Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT-bagian I 10/11/2008 HaGe 5 komentar
Pengertian CB atau PMT
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubungsingkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut terpasang3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000 meter diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka tegangan operasi maksimum dari PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang
diberikan pada tabel 1.
Tabel 1. Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi
Proses Terjadinya Busur Api
Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik maka pada PMT akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak akan menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 3.1 Pembentukan Busur Api
Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral media isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan kontak anoda.
Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah yang disebut busur api.
Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari sela kontak.2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika busur api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan medan elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang lebih besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka busur api akan terjadi lagi.
bersambung....selanjutnya akan di bahas mengenai jenis-jenis circuit breaker atau sakelar pemutus tenaga-PMT di sini.
Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT-- Bagian II, Tamat 10/11/2008 HaGe 9 komentar
Klasifikasi Circuit Breaker
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar dengan gas SF6.
1. Sakelar PMT Minyak
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.
Gambar 1. Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak
Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyakini melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus. Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker), pada tipe ini minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api listrik selama terjadi pemutusan kontak dan sebagai isolator antara bagian-bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga ada yang dilengkapi dengan alat pembatas busur api listrik.2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker), pada tipe ini minyak hanya dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api listrik, sedangkan sebagai bahan isolator dari bagian-bagian yang bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari jenis organic.
Tabel 1. Batas-batas pengusahaan minyak pemutus tenaga
2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang).
Gambar 2. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus
Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara. Pada sakelar PMT kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk kapasitas
besar tidak demikian halnya.
3. Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV. Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.
Gambar 3. Kontak pemutus daya vakum.
Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur api dapat dipadamkan.
4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka.
Tabel 2. Karakteristik gas SF6
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu lingkungan.
Tabel 3. Batas tekanan gas SF6 pada pemutus tenaga, pada suhu 20ºC, tekanan atmosphir 760 mmHg.
Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi dengan gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 . selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api. Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi.
Daftar Pustaka
Bonggas L. Tobing, “ Peralatan Tegangan Tinggi”, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Groupe Schneider Electric, “Training Manual 150 kV System”, Jakarta : Groupe Schneider Electric, 1999.
Groupe Schneider Electric, “Design, Operation and Maintenace Electrical Substation”, Jakarta : Groupe Schneider Electric, 1999.
PT PLN, “Buku Petunjuk Operasi & Memelihara Peralatan Untuk Pemutus Tenaga”, Jakarta : PT PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat, 1993.
Ditulis Oleh HANIF GUNTORO, Sebagai bahan Laporan Kerja Praktek, Teknik Elektro-Universitas Mercu Buana-Jakarta, PKL dilakukan di PLTGU Cikarang Listrindo.
Media Pemadam Busur Api Pada Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
SF6 Circuit Breaker
Apa yang anda ketahui tentang Media Pemadam Busur Api?Media ini sering ditemui pada alat pemutus tenaga atau circuit breaker. Ada beberapa macam jenis media pemadam busur api yang digunakan pada PMT. Secara fungsi media pemadam busur api efektif digunakan pada saat PMT bekerja membuka atau menutup. Media pemadam busur api PMT dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
1. Pemadam busur api dengan gas SF6Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan pertambahan tekanan. Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal (single pressure type), dimana selama operasi membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan ke dalam suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
Oil Circuit Breaker
2. Pemadam busur api dengan oil / minyakJenis PMT yang menggunakan minyak sebagai media pemadam busur api dapat dibedakan menjadi :
PMT menggunakan banyak minyak (bulk oil) PMT menggunakan sedikit minyak (small oil)
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai 50 kA.
Vacuum Circuit Breaker
3. Pemadam busur api dengan udara hembus / air blastTeknologi Pemadam busur api dengan menggunakan media udara hembus saat ini sudah mulai ditinggalkan. Disamping sering terjadinya kendala kebocoran pada pipa saluran udara bertekanan, PMT yang menggunakan media udara tekan sangat rawan terjadi breakdown ataupun macet. Tentunya pada penyaluran tenaga listrik dalam kapasitas yang besar apabila sering terjadi kemacetan kerja PMT hal ini akan sangat berbahaya sekali bagi sistem maupun peralatan lainya.
4. Pemadam busur api dengan Hampa Udara (Vacuum)Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk tegangan menengah (24kV). Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini dengan dihubungkan secara serie. Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.
sistiem proteksi pada jaringan transmisi
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran daya dari satu tempat
ke tempat yang lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi tenaga listrik yang baik salah satunya
adalah aman selain andal dan ekonomis. Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin
bahwa dalam transmisi tenaga lisrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam
transmisi tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan transmisi dari
gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh pemindahan daya listrik
dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga listrik. Dengan
proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada sebuah gangguan yang bersifat
sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika
dalam suatu transmisi terjadi gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan
yang lain dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman dapat dipadukan menjadi
nilai andal. Andal yang dimaksud disini adalah tidak membahayakan manusia yang berada disekitar
transmisi tenaga listrik sehingga manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami gangguan
kesehatan maupun gangguan material.
Pembuatan makalah ini berdasarkan tugas mata kuliah konsentrasi yaitu sistem proteksi. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut, para penyusun juga berharap mendapatkan ilmu yang
lebih berdasarkan topic yang diusung oleh penyusun. Dengan demikian, penyusun tidak hanya memiliki
nilai sebagai buah hasil pembuatan makalah ini tetai juga mendapatkan kompetensi yang lebih.
1.2. Rumusan masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa permasalasahan. Diantaranya adalah :
1.2.1. Bagaimana proteksi transmisi tenaga listrik itu bekerja?
1.2.2. Dimanakah proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan?
1.3. Batasan Masalah
Mengingat permasalahan dalam gangguan pada sistem tenaga listrik sangat luas maka penulisan
makalah ini akan dibatasi pada pengertian proteksi transmisi tenaga listrik, bagaimana proteksi tersebut
bekerja, dimana letak porteksi tersebut, dan apa saja alatnya.
1.4. Tujuan
Tujuan dari proteksi transmisi tenaga listrik ini adalah agar proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga lustrik(Power Plant) hingga saluran distribusi listrik(sucstation distribution)
dapat disalurkan sampai pada consumer pengguna listrik yang aman. Proteksi transmisi ini di terapkan
agar jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak mengalami
kerusakan.
1.5. Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah membaca makalah ini adalah pembaca mengetauhi proteksi
transmis tenaga listrik yang digunakan pada umumnya, bagaimana proteksi tersebut bisa bekerja,
penerapannya dibagian sebelah mana, dan macam alat pengaman transmisi tenaga listrik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. . Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluaran tenaga listrik
dari tempat pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation
distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman. Proteksi transmisi
tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi gangguan peralatan yang
berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi
perawatan dalam kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan
tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang haurus bekerja demi
mengamankan sistem dan manusia yang sedang melaukukan perawatan.
Transmisi tenaga listrik terbagi dalam beberapa kategori. Kategori yang pertama adalah
transmisi dengan tegangan sebesar 500Kv. Ini merupakan transmisi yang sangat tinggi. Karena di
Indonesia masih menggunakan sistem 500 kv. Kategori yang kedua adalah transmisi dengan tegangan
sebesar 150 kv. Dan yang ketiga adalah transmisi 75 kv. Untuk dibawah 75 kv selanjutnya dinamakan
dengan distribusi tenaga listrik.
Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti system tersebut
tidak merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan
gangguan tersebut namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak
mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama. Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat
berupa :
a. Gangguan transmisi akibat hubung singkat.
b. Gangguan transmisi akibat sambaran petir.
c. Gangguan transmisi akibat hilangnya salah satu kabel fasa disebabkan dicuri oleh manusia.
2.2. Peralatan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Peralatan transmisi tenaga listrik diantaranya adalah :
a. Rele arus lebih
Merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada
Jaringan Tegangan tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga. Rele ini
berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.
b. Rele hubung tanah
Merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada
jaringan Tegangan tinggi,Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga.
c. Rele Diferensial
Rele diferensial ini berfungsi untukbmengamankan transformator tenaga terhadap gangguan
hubung singkat yang terjadi didalam daerah pengaman transformator, yang disambung ke instalasi trafo
arus ( CT ) dikedua sisi..
d. Rele jarak
i. Dapat menentukan arah letak gangguan Gangguan didepan relai harus bekerja.
ii. Gangguan dibelakang relai tidak boleh bekerja Dapat menentukan letak gangguan.
iii. Gangguan di dalam daerahnya relai harus bekerja.
iv. Gangguan diluar daerahnya relai tidak boleh bekerja.
v. Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya.
e. Kawat tanah
Kawat tanah atau overhead grounding adalah media pelindung kawat fasa dari sambaran petir.
Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut perlindungan sekecil mungkin karena dianggap petir
menyambar diatas kawat. Pada umumnya ground wire terbuat dari kawat baja (steel wire) dengan
kekuatan St 35 atauSt 50, tergantung dari spesifikasiyang ditentukan oleh PLN. Dalam melindungi kawat
phasa tersebut.
Misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah. Dengan menggunakan nilai-nilai yang
terdapat pada gambar tersebut, titik b dapat ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi
groundwire terletak di dalam daerah yang diarsir. Di dalam zona tersebut, diharapkan tidak terjadi
sambaran petir langsung sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan.
f. Pemutus Tenaga ( PMT )
Adalah untuk memisahkan / menghubungkan satu bagian instalasi dengan bagian instalasi lain,
baik instalasi dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian
instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih.
2.3. Cara Kerja Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
a. Rele arus lebih
Jika dalam suatu transmisi terdapat gangguan yang berupa atus lebih, maka dalam waktu yagn
singkat rele arus lebih akan bekerja sehingga jaringan transmisi akan tidak terhubung sementara. Jika
gangguan telah hilang, maka jaringan transmisi akan terhubung kembali.
b. Rele hubung tanah
Jika dalam transmisi tenaga listrik terjadi hubung singkat antara kabel fasa dengan tanah, maka
rele hubung tanah akan langsung bekerja dalam waktu yang sangat singkat, sehingga sistem menjadi
aman karena tidak terjadi kerusakan yang sangat banyak.
c. Rele Diferensial
Relay differensial adalah suatu alat proteksi yang sangat cepat bekerjanya dan sangat selektif
berdasarkan keseimbangan (balance) yaitu perbandingan arus yang mengalir pada kedua sisi trafo daya
melalui suatu perantara yaitu trafo arus (CT). Dalam kondisi normal, arus mengalir melalui peralatan
listrik yang diamankan (generator, transformator dan lain-lainnya). Arus-arus sekunder transformator
arus, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui jalur IA. Jika relay pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2,
maka dalam kondisi normal tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya.
Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik yang diamankan (external fault),
maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan pada
kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan bekerja untuk gangguan luar tersebut. Jika
gangguan terjadi didalam (internal fault), maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik,
menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir melalui
relay pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder transformator arus
sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir melalui kumparan kerja (operating coil) relay
pengaman, tetapi setiap gangguan (antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan
terganggu, akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka relai
pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada circuit breaker (CB) sehingga
peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari sistem tenaga listrik.
d. Rele jarak
Rele jarak merupakan proteksi yang paling utama pada saluran transmisi. Rele jarak
menggunakan pengukuran teganan dan arus untuk mendapatkan impedansi saluran yang harus
diamankan. Jika impdansi yang terukur didalam batas settingnya, maka rele akan bekerja. Di sebut rele
karena jarak, karena impedansi pada saluran bersarnya akan sebanding dengan panjang saluran. Oleh
karena itu, rele jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang terjadi, tetapi tergangung pada
jarak gangguan yang terjadi terhadap rele proteksi. Impedansi yang diukur dapat berupa Z, R saja
ataupun X saja. Tergantung rele yang dipakai.
e. Kawat Tanah
Kawat tanah atau overhead grounding adalah media pelindung kawat fasa dari sambaran petir.
Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut perlindungan sekecil mungkin karena dianggap petir
menyambar diatas kawat. Kawat ini merupakan proteksi transmisi tenaga listrik yang bersifat pasif. Jika
terjadi sambaran petir, maka kawan ini akan mebyalurkan arus petir langsung ketanah. Sehingga sistem
transmisi aman dari gangguan. Kawat yang bagus adalah yang memiliki tahanan kurang dari 4 ohm. Jika
lebih dari 4 ohm, maka arus yang mengalir tidak bisa cepat, dapat menyebabkan putusnya kawat atau
terjadinya flashover antara kawat dasa dengan kawat tanah.
f. Pemutus Tenaga ( PMT )
PMT termasuk proteksi terhadap transmisi tenaga listrik. PMT dapat membuka dan menutup
baik secara otomatis maupun secara manual. Sehingga, jika transmisi sedang dalam pemeliharaan, maka
jaringan transmisi dapat diputus sementara.
2.4. Penerapan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Proteksi transmisi tenaga listrik diberlakukan di semua transmisi tenaga listrik. Namun, untuk
pemasangannya hanya berada di gardu induk. Pemasangannya pada saluran masuk ke gardu induk dan
di saluran keluar garu induk. Sehingga jika jaringan transmisis terjadi gangguan, maka gardu induk tidak
mengalami kerusakan. Jika terjadi kerusakan, maka kerusakannya minimal. Kecuali kawat tanah. Kawat
tanah dipasang diatas kawat fasa yang berfungsi untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir.
Sehingga pemasanggannya berada diseluruh jaringan transmisi tenaga listrik.
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam transmisi sangat tergantung sekali
dengan proteksi transmisi tenaga listrik. Oleh sebab itu dalam perencangan jalur transmisi tenaga listrik,
perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem melalui analisa
gangguan seperti gangguan petir, gangguan hubung singkatakibatalam.
Pada dasarnya gangguan dapat terjadi karena kegagalan operasi peralatan dalam sistem, kesalahan
manusia dan karena alam. Gangguan yang disebabkan oleh alam, manusia tidak bias mengelak lagi.
Tetapi manusia bisa memperkecil kerusakan transmisis yang diesbabkan oleh gangguan alam yakni
dengan memasang kawat tanah.
3.2. Saran
Bagi para pembaca, silahkan untuk melengkapi materi yang berada didalam makalah ini. Karena
materi yang berada didalam makalah ini sangatlah sedikit. Dikarenakan waktu yang digunakan untuk
membuat makalah ini sangat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Fauzi Aditya,dkk.2010.Pengaman Surja Kawat Tanah. BALI : Universitas Udayana
Tobing, Cristof. 2008. Rele Jarak Sebagai Proteksi Saluran Transmisi.
http://www.plnkalselteng.co.id/webpln/book/Buku%20Kelistrikan/OPERASI%20&%20PEMELIHARAAN
%20SISTEM%20PROTEKSI%20PENYALURAN.pdf
http://arnoy24.wordpress.com/
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/11/dasar-dasar-sistem-proteksi.htm
PMT DAN PMS
A.PMT
Pengertian CB atau PMT
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian
listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian
listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada
kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah
sebagai berikut:
1.Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat
tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak
pemutus tenaga itu sendiri.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan
dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini tergantung
pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut
terpasang
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini berhubungan
dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000 meter
diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter,
maka tegangan operasi maksimum dari PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang
diberikan pada tabel 1.
Tabel 1. Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi
Proses Terjadinya Busur Api
Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik maka pada PMT
akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda
potensial diantara kontak akan menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.
Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan menghasilkan emisi
thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi
pada kontak katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan
bergerak menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral media
isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan
demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan muncul ion
positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda
menimbulkan arus dan memanaskan kontak anoda.
Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda. Jika kontak
terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif
akan akan menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat.
Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion positif akan
menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi akan
melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung
dan inilah yang disebut busur api.
Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan
proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:
1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari sela
kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar bagi
proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi peluang yang
lebih besar bagi proses rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-elektron bebas
tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada
penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika busur api
padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan medan elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan
medan elektrik yang lebih besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka busur
api akan terjadi lagi.
Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya, adalah terbagi
menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara hembus, sakelar PMT
vakum dan sakelar dengan gas SF6.
1. Sakelar PMT Minyak
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada rangkaian
bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam
minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur
api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan
menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu,
pemadaman busur api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga
tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.
Gambar 1. Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak
Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga
minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di leher bilik, minyakini melakukan kontak yang
intim dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses
rekombinasi dan menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan arus. Kelemahannya adalah
minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga
tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit Breaker), pada tipe ini
minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api listrik selama terjadi pemutusan kontak
dan sebagai isolator antara bagian-bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga
ada yang dilengkapi dengan alat pembatas busur api listrik.
2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker), pada
tipe ini minyak hanya dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api listrik, sedangkan
sebagai bahan isolator dari bagian-bagian yang bertegangan digunakan porselen atau material
isolasi dari jenis organic.
2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian
bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada
PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat
dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi
dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara
kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-
partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage
(tegangan pukul ulang).
Gambar 2. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus
Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga katup hembusan udara. Pada sakelar
PMT kapasitas kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk kapasitas
besar tidak demikian halnya.
3. Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV. Pada
PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara masuk
kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan
perapat logam.
Gambar 3. Kontak pemutus daya vakum.
Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang
tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju
anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi
proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan
busur api. Dengan kata lain, busur api dapat dipadamkan.
4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian
bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur
hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak
mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic
dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan
kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah
mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi
busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka.
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan dan akan
panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh
karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada
saat gas SF6 pada suhu lingkungan.
Tabel 3. Batas tekanan gas SF6 pada pemutus tenaga, pada suhu 20ºC, tekanan atmosphir 760
mmHg.
Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:
1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi dengan gas SF6
dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 . selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam
suatu tabung yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas
SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.
2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak
diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas
sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api. Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas
SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih
2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan
tinggi.
B.PMS
Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.
Mengenai Sakelar pemisah akan dibahas pada postingan selanjutnya.
Saklar Pemisah [PMS]
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus yang kecil, misalnya
arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan penutupannya harus dilakukan
setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan saling mengunci
(interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang terdapat di GI dalam rangkaian
kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus
tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan dengan tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan
kerja, dipakai lampu sebagai tanda “boleh kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol. Cara
lain adalah dengan menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap
(doublet). Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem dan
perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.
Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.
2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada gangguan listrik.
3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
Dari definisi diatas maka dapatdiketahui fungsi dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang
dapat menyambung ataumemutuskan rangkaian dengan arus yangrendah kurang lebih lima
ampere (5A).Sesuai dengan fungsinya pemisahdibagi menjadi dua yaitu :
Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua yaitu :
• Pemisah tanah
Saklar pemisah tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan dari tegangan sisayang timbul
darisebuah jaringan SUTT yang telah diputuskan, dapat juga untuk mengamankan dari tegangan
induksi yang berasal dari kabel pengahantar atau kabelkabel yang lainnya.
• Pemisah peralatan
Saklar pemisah peralatan ini berfungsi untuk mengisolasikan atau melindungi peralatan listrik
dari peralatan-peralatan lainnya pada suatu instalasi bertegangan tinggi. Saklar pemisah ini harus
dioperasikan saat kondisi tanpa beban. Jadi harus diperhatikan bahwa pada waktu pelepasan
sedang tidak ada arus yang mengalir pada peralatan.
2.1 Prinsip Kerja Pemisah (PMS)
Pada dasarnya prinsip PMS ini sama dengan prinsip saklar biasa. Pada dasarnya PMS dipakai
untuk membebaskan PMT dari tegangan yang mengalir pada PMT tersebut. Agar dapat
dilakukan perawatan atau perbaikan pada PMT tersebut, maka PMS harus dibuka agar pada PMT
tersebut tidak terdapat tegangan dan PMT aman bagi teknisi yang akan melakukan perawatan.
Pada PMS terdapat mekanisme interlocking yang berfungsi untuk mengamankan pembukaan dan
penutupanPMS. Mekanisme interlocking tersebutadalah:
• PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
• Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat di tutup hanya pada saat PMS dalam keadaan
terbuka.
• PMS dapat di tutup ketika PMT dan Saklar pembumian terbuka.
• PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah tertutup.
2.2 Jenis-jenis Pemisah
Menurut fungsi penempatan, pemisah dapat dibagi menjadi lima tempat yaitu :
Ø Saklar Pemisah Penghantar
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi penghantar.
Ø Saklar Pemisah Rel
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi rel atau bus, sehingga rel tersebut terpisah menjadi dua
seksi.
Ø Saklar Pemisah Kabel
Saklar pemisah ini terpasang pada sisi kabel.
Ø Saklar Pemisah Seksi
Saklar pemisah ini terpasang pada suatu rel atau bus yang terpisah menjadi dua seksi. Saklar ini
berada didekat jalur bus A dan bus B.
Ø Saklar Pemisah Tanah
Saklar pemisah ini terpasang pada penghantar atau kabel yang menuju atau yang
menghubungkan ke tanah. Sedangkan menurut gerakan dari lengannya pemisah dibagi menjadi
lima yaitu:
1. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak diam dan dua buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
2. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya bergerak keatas dan kebawah saja. Model
saklar pemisah ini biasanya berada di dalam kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain dan di
letakkan di dalam Gardu Induk.
3. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak gerak
yang gerakannya hanya mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar Gardu Induk.
4. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satu kontak diam dan satu engsel yang dapat membuka ke
atas dengan sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini gerakannya dari engsel yang biasanya
digunakan untuk tegangan menengah 20 kV – 6 kV. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar Gardu Induk.
5. Pemisah Pantograph
Saklar pemisah pantograph ini mempunyai kontak diam yang terletak pada rel dan kontak gerak
yang terpasang pada ujung lengan-lengan pantograph. Model saklar pemisah ini biasanya di
letakkan di luar Gardu induk. Pemisah pantograph biasanya digunakan di jaringan 500 kV.
2.3 Bagian-bagian dari Pemisah
Dilihat dari segi konstruksinya pemisah dapat dibagi menjadi dua yaitu :
• Tiga isolator pendukung, pendukung tengah berputar, pemisah ganda.
• Dua isolator pendukung, pemisah tunggal.
3.3 Pemeliharaan Pemisah
Pemeliharaan rutin pada pemisah sebagai berikut:
1. Mengecek kondisi fisiknya Peralatan yang di periksa Sebelum Sesudah
1. Pentanahan (Grounding)
a. Kawat pentanahan baik baik
b. Terminal pentanahan baik baik
2. Isolator
a. Kebersihan kotor bersih
b. Retak atau pecah tidak ada tidak ada
3. Pembersihan
a. Pisau-pisau kotor bersih
b. Kontak-kontak kotor bersih
4. Kekencangan Baut
a. Terminal utama kencang kencang
b. Tangkai Penggerak kencang kencang
5. Tangkai Penggerak
a. Keadaan sambungan baik baik
b. Keadaan terkunci ya ya
6. Box Mekanik
a. Roda gigi normal normal
b. Motor penggerak normal normal
c. Kontak-kontak bantu kotor bersih
7. Pondasi
a. Keretakan tidak ada tidak ada
b. Kemiringan tidak ada tidak ada
Dari pemeliharaan diatas dapat dilihat bahwa sebelum diadakan pemeliharaan kondisi pemisah
pada kondisi cukup baik karena tidak ada kerusakan yang parah, oleh karena itu pemisah perlu
diadakan pemeriksaan secara berkala.
PENGERTIAN KUBIKEL
1.Pengertian Kubikel
Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik.
Gambar 1 Bentuk Kubikel 2.3 Fungsi Kubikel :
o Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
o Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
o Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)
2 Peralatan di dalam Kubikel
3.2.1 Busbar
Busbar digunakan untuk mengumpulkan tenaga listrik dengan tegangan 20 kV serta membaginya ke tempat-tempat yang diperlukan.
Gambar 2 Busbar
3.2.2 Pemutus Daya Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Pada saat terjadi pemutusan maka akan terjadi busur api. Pemadam busur api listrik pada waktu pemutusan dapat dilakukan oleh beberapa macam bahan seperti minyak, udara atau gas.
Berikut macam PMT :
a. Pemutus daya udara (Air Circuit Breaker)
PMT jenis ini menggunakan metode yang paling sederhana, yaitu memperpanjang lintasan arc. Karena efek pemanjangan lintasan ini diharapkan arc dapat segera dipadamkan. Beberapa bentuk pemanjangan lintasan pada kontak PMT sebagai
berikut :
1. Kontak Sela Tanduk
Pada PMT ini arc dihilangkan dengan memperpanjang lintasan arc hingga ujung terjauh kontak. PMT jenis ini biasa digunakan ada instalasi listrik AC dan DC tegangan rendah dengan arus pemutusan hingga ratusan ampere.
Gambar 3 Air CB Kontak Sela Tanduk
2. Kontak Tabir Konduktor
Pada PMT ini, konduktor metal yang terletak di antara kontak memotong arc yang muncul sehingga hasil pemotongan arc pada tiap tabir mengalami pemanjangan lintasan dan pendinginan dan arc dapat segera dipadamkan. PMT jenis ini dapat digunakan hingga tegangan beberapa ribu volt dan arus hingga beberapa ribu ampere.
Gambar 4 Air CB Tabir Konduktor
3. Kontak Tabir Isolator
Pada PMT ini, tabir isolator yang terdapat di antara kontak membuat arc terpaksa menelusuri permukaan tabir untuk bisamencapai kontak. PMT jenis ini dapat digunakan hingga tegangan 10kV dan arus hingga 50kA
Gambar 5 Air CB Tabir Isolator
Berikut contoh ACB
Gambar 6 ACB (Air Circuit Breaker)
(ACB) yang dapat dijumpai dipasaran adalah sbb: 1. LV-ACB:
Ue = 250V dan 660V
Ie = 800A-6300A
Icn = 45kA-170kA
2. LV-ACB:
Ue = 7,2kV dan 24kV
Ie = 800A-7000A
Icn = 12,5kA-72kA
Pemutus daya minyak (Oil Circuit Breaker)
Prinsip kerjanya, kontak dipisahkan, busur api akan terjadi di dalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api.
Gambar 3.8 Oil CB
Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat serta dimensi PMT yang terlalu besar.
Gambar 3.9 OCB (Oil Circuit Breaker) Pemutus daya udara tekan
Pemutus daya ini dirancang untuk mengatasi kelemahan pada pemutus daya minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat.
Gambar 3.10 Air blast CB
Saat busur api timbul, udara bertekanan tinggi ditiupkan untuk mendinginkan busur api dan menyingkirkan partikel bermuatan dari sela kontak.
d. VCB (Vakum Circuit Breaker)VCB t Brker
Gambar 3.11 Kontak pemutus daya vakum.
Pada dasarnya kerja dari CB ini sama dengan jenis lainnya hanya ruang kontak dimana terjadi busur api merupakan ruang hampa udara yang tinggi sehingga peralatan dari CB jenis ini dilengkapi dengan seal penyekat udara untuk mencegah kebocoran.
Gambar 3.12 Vacuum CB Rating 12-24kV
SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)SF6
Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic serta memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV – 760 KV.
Gambar 3.13 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
3 Pemisah (PMS)
Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah yang dapat memutus dan menyambung rangkaian dengan arus yang rendah (±5A), biasa dipakai ketika dilakukan perawatan atau perbaikan. PMS terletak di antara sumber tenaga listrik dan PMT serta di antara PMT dan beban.
Gambar 3.14 Diagram Sistem PMS
di mana,
SP = Saklar Pemutus
PD = Pemutus Daya
SB = Saklar Bumi
Mekanisme interlocking tersebut adalah :
1. PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
2. Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika PMS dalam keadaan terbuka.
3. PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.
4. PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah terbuka atau telah tertutup.
3.3 Peralatan Pengaman
3.3.1 Sekering
Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang sering disebut sebagai solefuse. Rating tegangannya bisa mencapai 34 kV, dan mampu bekerja pada arus 31.5 kA. Solefuse ini digunakan untuk melindungi trafo tegangan dari gangguan.
Gambar 3. 17 Solefuse dalam melindungi trafo tegangan
Rele Arus Lebih (OCR) Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya didasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam waktu tertentu, sehingga rele ini dapat dipakai sebagai pola pengamanan arus lebih.
Keutungan dan fungsi rele arus lebih:
• Sederhana dan murah
• Mudah menyetelnya
• Merupakan rele pengaman utama dan cadangan
• Mengamankan gangguan hubung pendek antara fasa
maupun hubung pendek satu fasa ke tanah dan dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai
pengaman beban lebih (overload).
• Pengamanan utama pada jaringan distribusi dan subtransmisi radial
• Pengaman cadangan untuk generator, trafo tenaga dan saluran transmisi.
4. PEMELIHARAAN KUBIKEL
4.1 Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan upaya untuk mempertahankan atau mengembalikan pada tingkat prestasi awal dan dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi sehingga kontinuitas pelayanan listrik akan tercapai. Apabila pemeliharaan tidak dilaksanakan kemudian peralatan menjadi rusak atau terjadi gangguan maka dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar.
4.2 Tujuan Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaannya adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan.
4.3 Jenis-jenis pemeliharaan
a. Pemeliharaan preventive : Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan
b. Pemeliharaan Prediktif : Dilakukan dengan cara memprediksi kondisi peralatan listrik
c. Pemeliharaan korektif :Pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatn listrik mengalami kelainan
d. Pemeliharaan darurat : Pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak
Apabila pemeliharaan tidak dilaksanakan kemudian peralatan menjadi rusak atau terjadi gangguan Misalnya busbar akan berkarat, atau solefuse akan terbakar tanpa diketahui.
Gambar 4.1 Busbar yang berkarat
4.4 Pemeliharaan Peralatan
4.4.1 Program Pemeliharaan Transformator
Tegangan / Arus
Berikut salah satu contoh jadwal perawatan pada
transformator tegangan setiap tahunnya:
Lokasi : Matahari Dept. Store
Class : 0,5 No. Seri: R : 93-58736
Burden : 20000/5 A S : 93- 58739
Ratio : 20000/100V T : 93-58743
Merk : Merin Gerin
Type : RTM 6