sistem proteksi

24
PENGKLASIFIKASIAN RELAY Mata Kuliah Sistem Pentanahan dan Proteksi Disusun Oleh : M Yudha Rizki P (115060300111036) Nurumar Setiyo Agung (115060307111044)

description

makalah

Transcript of sistem proteksi

Page 1: sistem proteksi

PENGKLASIFIKASIAN RELAY

Mata Kuliah Sistem Pentanahan dan Proteksi

Disusun Oleh :

M Yudha Rizki P (115060300111036)

Nurumar Setiyo Agung (115060307111044)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: sistem proteksi

KATA PENGANTAR

Pertama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmatNya kepada kami. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Harry

Soekotjo Dachlan selaku dosen mata kuliah Sistem Pentanahan dan Proteksi, sehingga

makalah ini bisa terselesaikan.

Kami sebagai penyusun makalah berharap dengan makalah pengklasifikasian relay

ini bisa menambah pengetauhan dan pengertian tentang mata kuliah Sistem Pentanahan

dan Proteksi khususnya bagi kami sendiri, dan pembaca. Selain itu kami juga menyadari

masih banyaknya kekurangan pada makalah ini.

Malang, April 2014

Penulis

Sistem Pentanahan dan Proteksi 2

Page 3: sistem proteksi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem penyaluran tenaga listri baik dalam tegangan tinggi (high voltage) yakni

jaringan tansmisi maupun untuk tegangan rendah (low voltage) yakni jaringan distribusi,

dibutuhkan menjadi sistem penyaluran yang baik dan sesuai standar yakni dapat

menyalurkan dengan baik dan kontinyu, artinya berkelanjutan tanpa adanya ganguan baik

secara teknis maupun nonteknis. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu

alat proteksi yag baik agar dapat mendeteksi kesalahan atau gangguan secara baik dan

dapat pula memperbaikinya dengan baik pula.

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan relay sudah banyak dijumpai. Di bidang

rumah tangga, komunikasi, transportasi, komersil, dan industri relay merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan lagi. Di setiap aspek yang menggunakan listrik, maka kemungkinan

terdapat penggunaan relay.

Salah satu alat yang umum digunakan tersebut adalah relay, relay merupakan suatu

alat proteksi yang dapat memproteksi beberapa jenis ganguan yang umum terjadi pada

suatu jaringan transmisi maupun distribusi. Untuk itu dibutuhkan pemahaman mengenai

relay tersebut terutama bagi mahasiswa teknik elektro yang bergerak dibidang kelistrikan.

Itulah yang menjadi latar belakang penulis menyusun makalah yang berjudul

“Pengklasifikasian Relay ”. 

Hal yang paling penting pada penggunaan relay terdapat pada sistem daya listrik, dari

sisi pembangkit, transmisi, distribusi, dan beban. Relay disini berfungsi sebagai pendeteksi

dan proteksi terhadap gangguan sistem. Jenis relay beragam dengan fungsi yang beragam

pula. Makalah pengklasifikasian relay ini dibuat untuk mengetauhi jenis-jenis dan fungsi

relay-relay yang sering digunakan pada sistem daya elektrik.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 3

Page 4: sistem proteksi

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Relay secara umum

Relay merupakan perangkat elektronik yang didesain untuk merespon sebuah masukan

tertentu dengan kondisi tertentu, sehingga ketika kondisi telah penuh alat tersebut

memberikan sinyal keluaran yang digunakan perangkat lain untuk melakukan operasi pada

sistem. Input yang digunakan relay merupakan besaran elektris (arus, tegangan, dan daya),

mekanis, thermal, atau kombinasi dari besaran besaran di atas.

2.2 Prinsip Kerja Relay dan Fungsi Secara Umum

Relay pada dasarnya bekerja mengubah sinyal masukan berupa besaran elektris,

mekanis, atau thermal dengan suatu kondisi tertentu (integrasi waktu) menjadi sinyal

keluaran yang akan digunakan perangkat lain untuk beroperasi.

Relay apabila bekerja sendiri hanyalah merupakan sebuah pendeteksi gangguan yang

sifatnya sebagai alarm. Relay tidak mampu mengatasi gangguan pada sistem tanpa adanya

circuit breaker. Relay diibaratkan otak yang digunakan untuk mesensing gangguan dan

circuit diibaratkan otot yang dikendalikan relay untuk membuka rangkaian dan

mengisolasi area yang bermasalah pada sistem daya.

Relay adalah komponen listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi medan

elektromagnetis. Jika sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik, maka di sekitar

Sistem Pentanahan dan Proteksi 4

Page 5: sistem proteksi

penghantar  tersebut timbul medan magnet. Medan magnet yang dihasilkan oleh arus listrik

tersebut selanjutnya diinduksikan ke logam ferromagnetis.

Logam ferromagnetis adalah logam yang mudah terinduksi medan elektromagnetis.

Ketika ada induksi magnet dari lilitan yang membelit logam, logam tersebut menjadi

"magnet buatan" yang sifatnya sementara. Cara ini kerap digunakan untuk membuat

magnet non permanen. Sifat kemagnetan pada logam ferromagnetis akan tetap ada selama

pada kumparan yang melilitinya teraliri arus listrik. Sebaliknya, sifat kemagnetannya akan

hilang jika supply arus listrik ke lilitan diputuskan.

Penjelasan Gambar:

1. Amarture, merupakan tuas logam yang bisa naik turun. Tuas akan turun jika tertarik

oleh magnet ferromagnetik (elektromagnetik) dan akan kembali naik jika sifat

kemagnetan ferromagnetik sudah hilang.

2. Spring berfungsi sebagai penarik tuas. Ketika sifat kemagnetan ferromagnetik

hilang, maka spring berfungsi untuk menarik tuas ke atas.

3. Shading Coil, ini untuk pengaman arus AC dari listrik PLN yang tersambung dari C

(Contact).

4. NC Contact, NC (Normally Close). Kontak yang secara default terhubung dengan

kontak sumber (kontak inti, C) ketika posisi OFF.

5. NO Contact, NO (Normally Open). Kontak yang akan terhubung dengan kontak

sumber (kontak inti, C) ketika posisi ON.

6. Electromagnet, kabel lilitan yang membelit logam ferromagnetik. Berfungsi

sebagai magnet buatan yang sifatya sementara. Menjadi logam magnet ketika lilitan

dialiri arus listrik, dan menjadi logam biasa ketika arus listrik diputus.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 5

Page 6: sistem proteksi

7. Aplikasi Rangkaian Pemicu Relay ini adalah rangkaian yang akan memicu relay

untuk menjadi ON pada kondisi tertentu. Rangkaian pemicu ini biasanya memiliki

sensor atau rangkaian timer (memanfaatkan 'time delay'). Rangkaian yang

menggunakan sensor misalnya sensor suhu, sensor air, sensor cahaya, sensor arus,

dll. Sedangkan rangkain timer misalnya timer pada mesin cuci,  dll.

Sebenarnya aplikasi relay banyak sekali. Dari mobil-mobilan, kulkas, lampu sein

motor dan mobil, pompa air otomatis, hingga peralatan pada pesat terbang. Dari relay yang

jenisnya kecil hingga yang mempunyai daya besar. Dari relai DC 5 volt, 12 volt hingga

yang bervoltase tinggi. Keuntungan dari penggunaan relay sendiri adalah:

Kita bisa membuat rangkaian switch  otomatis tegangan  AC dan DC

Relay bisa digunakan pada tegangan tinggi

Relay juga menjadi solusi pada switch dengan arus yang besar

Bisa melakukan switch pada banyak kontak dalam waktu yang bersamaan

Contoh pemasangan relay pada saluran sistem daya 3 fasa.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 6

Page 7: sistem proteksi

2.3 Pengklasifikasian Relay

Relay berdasarkan fungsinya diklasifikasikan menjadi :

1. Relay proteksi

2. Relay regulasi

3. Relay reclosing, pengecek sinkronisasi, sinkronisasi

4. Relay monitoring

5. Relay auxiliary

2.3.1 Relay Proteksi

Relay ini beroperasi pada keadaan yang tidak bisa ditoleransi oleh sistem. Relay ini

sangat penting dan dipasang di semua peralatan sistem daya elektrik, mulai dari sisi

pembangkitan, transmisi, distribusi dan sisi beban.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 7

Page 8: sistem proteksi

2.3.1.1 Pengertian Relay Proteksi

Relay adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur /memasukan

suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain.

2.3.1.2 Perangkat Sistem Proteksi

Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari

komponen-komponen berikut :

1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya

memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).

2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik

primer dari sistem yang diamankan ke relai (besaran listrik sekunder).

3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.

4. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk

bekerjanya relai, peralatan bantu triping.

5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau tegangan),

sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.

Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama. Masing-

masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Elemen pengindera.

Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan,

frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran

yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan

gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke

elemen pembanding.

2. Elemen pembanding.

Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima

oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat

keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.

3. Elemen pengukur/penentu.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 8

Page 9: sistem proteksi

Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepat pada besaran ukurnya

dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.

Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah

keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat

pembanding sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan

besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja

relay.

Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya,

maka kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda

dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT.

Sebagai sumber energi penggerak adalah sumber arus searah atau baterai.

2.3.1.3 Syarat-syarat Relay Proteksi

Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem proteksi

yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Sensitif.

Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari

suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk dalam jangkauan

pengamanannya. Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah

pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan

rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk

memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal

ini tidak boleh terbuka.

2. Selektif.

Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam

mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya

gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Relay

proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi

didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan

gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.

3. Cepat.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 9

Page 10: sistem proteksi

Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan

akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang

ditimbulkan oleh gangguan.

4. Handal.

Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak

bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila

diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relay gagal bekerja dapat

mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pda peralatan yang diamankan atau

mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang

lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka relay proteksi harus dilakukan

pengujian secara periodik.

5. Ekonomis.

Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi mempunyai

kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.

6. Sederhana.

Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel.

2.3.1.4 Karakteristik Waktu Kerja Relay Proteksi

1. Relay arus lebih seketika (instanstaneous over current relay)

Relay arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah jika jangka waktu

relay mulai saat relai arusnya pick up (kerja) sampai selesainya kerja relai sangat singkat

(20-100 ms), yaitu tanpa penundaan waktu. Relay ini pada umumnya dikombinasikan

dengan relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu

terbalik (inverse time) dan hanya dalam beberapa hal berdiri sendiri secara khusus.

2. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time over current relay)

Relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka waktu mulai

relay arus pick up sampai selesainya kerja relai diperpanjang dengan nilai tertentu dan

tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakan. Relay ini bekerja berdasarkan

waktu tunda yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak tergantung pada perbedaan

besarnya arus.

3. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time over current relay)

Sistem Pentanahan dan Proteksi 10

Page 11: sistem proteksi

Relay dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai relay arus

pick up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang berbanding

terbalik dengan arus yang menggerakkan. Relay ini bekerja dengan waktu operasi

berbanding terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh relai. Relay ini mempunyai

karakteristik kerja yang dipengaruhi baik oleh waktu maupun arus.

4. Inverse Definite Time Relay

Relay ini mempunyai karakteristik kerja berdasarkan kombinasi antara relai invers dan

relay definite. Relay ini akan bekerja secara definite bila arus gangguannya besar dan

bekerja secara inverse jika arus gangguannya kecil.

Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Relay, jenis-jenis relay ini dapat di

gunakan pada system pembangkitan, transmisi tenaga listrik, system distribusi dll.

2.3.1.5 Jenis-jenis Relay Proteksi

Adapun jenis-jenisnya adalah sbb :

No Nama Relay Fungsi Relay

1 Relay jarak (distance relay)Untuk mendeteksi gangguan 2 fasa atau 3 fasa di muka generator sampai batas

jangkauannya.

2 Relay periksa sinkronPengaman Bantu generator untuk

mendeteksi persaratan sinkronisasi (parallel).

3Relay tegangan kurang (under

voltage relay)

Mendeteksi turunnya tegangan sampai dibawah harga yang di izinkan (relay ini bekerja apabila sebelum rele loss of field

bekerja)

4Relay daya balik (reverse power

relay)

Untuk mendeteksi daya balik, sehingga mencegah generator bekerja sebagai

motor.

5 Relay kehilangan medan penguatUntuk mendeteksi kehilangan medan

penguat generator.

No Nama Relay Fungsi Relay

6 Relay fasa urutan negatif

Untuk mendeteksi arus urutan negatif yang disebabkan oleh beban tidak

seimbang pada batas-batas yang tidak diizinkan

7 Relay arus lebih seketika (over current relay instanteneous)

Untuk mendeteksi besaran arus yang melebihi batas yang ditentukan dalam

Sistem Pentanahan dan Proteksi 11

Page 12: sistem proteksi

waktu seketika.

8Relay arus lebih dengan waktu tunda (time over current relay)

Untuk mendeteksi besaran arus yang melebihi batas dalam waktu yang

diizinkan.

9Relay penguat lebih (over

excitation relay)Untuk mendeteksi penguat lebih pada

generator.

10 Relay tegangan lebih

1. bila terpasang di titik netral generator atau trafo tegangan yang di hubungkan

segitiga terbuka untuk mendeteksi gangguan stator hubungan tanah.

2. bila terpasang pada terminal generator untuk mendeteksi tegangan lebih.

11Relay keseimbangan tegangan

(voltage balanced relay)

Untuk mendeteksi hilangnya tegangan dari trafo tegangan pengatur tegtangan

otomatis (AVR dan relay).12 Relay waktu (time delay) Untuk memperlambat waktu.

13Relay stator gangguan tanah (stator

ground fault relay)

Untuk mendeteksi kondisi a sinkron pada generator yang sudah paralel

dengan sistem.

14Relay kehilangan sinkronisasi (out

of step relay)

Untuk mendeteksi kondisi a sinkron pada generator yang sudah paralel

dengan sistem.

15 Relay pengunci (lock out relay)

Untuk menerima signal trip dari relay-relay proteksi dan kemudian meneruskan signal trip ke PMT, alarm dan peralatan

lain serta mengunci.

16 Relay frekuensi (frecuency relay)Mendeteksi besaran frekuensi

rendah/lebih di luar harga yang diizinkan.

17Relay diferensial (differential

relay)Untuk mendeteksi gangguan hubungan singkat pada daerah yang diamankan.

 

2.3.2 Relay Regulasi

Relay ini beroperasi pada keadaan sistem yang normal, apabila terjadi gangguan maka

sistem ini tidak akan bekerja. Relay ini berfungsi sebagai pengatur suatu besaran elektrik.

Relay ini biasanya diterapkan sebagai tap changer pada trafo dan voltage regulator pada

pembangkit, untuk mengontrol tegangan pada beban yang berubah ubah.

2.3.3 Relay reclosing, pengecek sinkronisasi, sinkronisasi

Relay ini biasanya digunakan sebagai pengenergize atau pemulih saluran agar

beroprasi kembali setelah terjadinya gangguan, dan interkoneksi peralatan yang

preenergize pada sistem

Sistem Pentanahan dan Proteksi 12

Page 13: sistem proteksi

2.3.4 Relay monitoring

Relay ini digunakan untuk mengetahui kondisi suatu sistem daya ataupun keadaan

sistem proteksi. Pada sistem, relay ini berfungsi untuk memonitor keadaan rangkaian, dan

alarm. Contoh relay ini adalah relay arah, pendeteksi gangguan, pengecek tegangan dimana

relay ini hanya mensensor gangguan pada sistem daya secara tidak langsung.

2.3.5 Relay Auxiliary

Relay ini digunakan di hamper semua sistem proteksi dengan tujuan yang berbeda

beda. Pada dasarnya relay ini dikategorikan menjadi 2 yaitu contact multiplication dan

pengisolasi rangkaian

2.4 Pengklasifikasian lain

Di atas telah dibahas pengklasifikasian relay berdasarkan fungsinya. Dalam sistem

daya elektrik terdapat banyak jenis relay yang digunakan, selain berbeda fungsi terdapat

relay yang masukannya berbeda, prinsip kerjanya, dan karakteristik performanya.

1. Relay berdasarkan masukannya diklasifikasikan menjadi :

- Relay arus

- Relay tegangan

- Relay daya

- Relay frekuensi

- Relay suhu

2. Relay berdasarkan prinsip kerjanya diklasifikasikan menjadi :

- Relay elektromekanis

- Relay solid state

- Relay digital

- Relay percentage differential

- Relay multi restraint

- Relay product unit

3. Relay berdasarkan karakteristik performanya diklasifikasikan menjadi :

- Relay jarak

Sistem Pentanahan dan Proteksi 13

Page 14: sistem proteksi

- Relay reaktansi

- Relay arah arus lebih

- Relay fasa

- Relay ground

- Relay cepat

- Relay lambat

- Relay arus lebih

- Relay undervoltage

- Relay overvoltage

- Relay pembanding fasa

- Dll

BAB IIIPENUTUP

Sistem Pentanahan dan Proteksi 14

Page 15: sistem proteksi

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Relay adalah suatu alat yang

bekerja secara otomatis untuk mengatur /memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip

atau alarm) akibat adanya perubahan lain. Perangkat relay proteksi dibagi dalam beberapa

elemen diantaranya adalah elemen pegindraan, elemen pembanding, elemen pengukur atau

eleme penentu.

Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa syarat relay

proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif, handal, cepat, lebih

ekonomis, sederhana. Sederhana disini maksudnya adalah sederhana dari segi teknik

pemasangan dan pengoperasiannya. Adapaun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya

adalah Relay jarak (distance relay), Relay periksa sinkron, Relay tegangan kurang (under

voltage relay), Relay daya balik (reverse power relay), Relay kehilangan medan penguat,

Relay fasa urutan negative, Relay arus lebih seketika (over current relay instanteneous),

Relay arus lebih dengan waktu tunda (time over current relay), Relay penguat lebih (over

excitation relay), Relay tegangan lebih , Relay waktu (time delay) (voltage balanced

relay), Relay stator gangguan tanah (stator ground fault relay), Relay kehilangan

sinkronisasi.

Sistem Pentanahan dan Proteksi 15

Page 16: sistem proteksi

DAFTAR PUSTAKA

http://smart-chameleon.blogspot.com/2013/11/Cara-Kerja-Dan-Kegunaan-Komponen-

Elektronika-Relay.html

Sutrisno. (2000). Sistem Proteksi Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi

Bandung Press.

Thomas J. Domin & J. Lewis Blackburn (2007). Protective Relaying: CRC Press

Sistem Pentanahan dan Proteksi 16

Page 17: sistem proteksi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Relay secara umum...............................................................................4

2.2 Prinsip Kerja Relay dan Fungsi Secara Umum.......................................................4

2.3 Pengklasifikasian Relay...........................................................................................7

2.3.1 Relay Proteksi......................................................................................................7

2.3.1.1 Pengertian Relai Proteksi.....................................................................................7

2.3.1.2 Perangkat Sistem Proteksi...................................................................................7

2.3.1.3 Syarat-syarat Relai Proteksi.................................................................................8

2.3.1.4 Karakteristik Waktu Kerja Relai Proteksi...........................................................9

2.3.1.5 Jenis-jenis Relay Proteksi..................................................................................10

2.3.2 Relay Regulasi...................................................................................................11

2.3.3 Relay reclosing, pengecek sinkronisasi, sinkronisasi........................................12

2.3.4 Relay monitoring...............................................................................................12

2.3.5 Relay Auxiliary..................................................................................................12

2.4 Pengklasifikasian lain............................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

Sistem Pentanahan dan Proteksi 17