FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

101
FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN DISIPLIN ANGGOTA (Penelitian di Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintah Daerah DISUSUN OLEH : TEGAR ARI WIBOWO,S.H. NIM 17610013 PROGRAM MAGISTER SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

Transcript of FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

Page 1: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

DISIPLIN ANGGOTA

(Penelitian di Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada

Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintah Daerah

DISUSUN OLEH :

TEGAR ARI WIBOWO,S.H.

NIM 17610013

PROGRAM MAGISTERSEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA2019

Page 2: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

ii

PENGESAHAN

TESIS

FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

DISIPLIN ANGGOTA

(Penelitian di Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta)

Oleh :TEGAR ARI WIBOWO

17610013

Disahkan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : 22 Oktober 2019

Susunan Tim Penguji

Pembimbing (Ketua Tim Penguji)Dr. EW Tri Nugroho ................................

Penguji IDrs. Hardjono, M.Si. ................................

Penguji IIDr. R. Widodo Triputro ................................

Yogyakarta, 22 Oktober 2019

MengetahuiDirektur Program MagisterProgram Studi Ilmu Pemerintahan

Dr. Supardal, M.Si

Page 3: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN
Page 4: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN
Page 5: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : TEGAR ARI WIBOWO

NIM : 17610001

Prodi : Magister Ilmu Pemerintahan

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul: FUNGSI

PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN DISIPLIN

ANGGOTA (Penelitian di Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian

Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta), adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam tesis ini telah disebutkan dalam teks dan telah

dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh dari tesis ini.

Yogyakarta, 10 Oktober 2019

Penulis

Tegar Ari Wibowo

Page 6: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

iv

MOTTO

”Lebih baik diasingkan daripada menyerah dan tunduk pada kemunafikan”

(Tegar Ari Wibowo)

Page 7: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

v

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya

sehingga dapat menyelesaikan karya ini. Karya ini dipersembahkan untuk:

1. Keluarga besar saya yang selalu menjadi kekuatan dan dorongan bagi penulis

untuk terus maju menyelesaikan skripsi ini serta senantiasa memberikan doa,

restu, dan kasih sayang.

2. Keluarga kecil saya, yang menjadi penyemangat agar segera menyelesaikan

gelar Magister ini.

Page 8: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal tesis sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program Studi Magister (S2) Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

Penelitian berjudul “Fungsi Profesi dan pengamanan dalam Pembinaan

Disiplin Anggota (Penelitian di Bidang Profesi dan Pengamanan Polda

D.I.Yogyakarta)”

Penelitian ini mendeskripsikan Fungsi Profesi dan pengamanan dalam

Pembinaan Disiplin Anggota sebagai salah satu struktur organisasi yang membina

disiplin anggota Polri yang baik untuk mencapai Polri yang Profesional dan

dipercaya masyarakat. Dengan Fungsi PROPAM dalam Pembinaan Disiplin

Anggota Polri yang baik akan membawa dampak positif bagi masyarakat dan

membentuk kesadaran Internal Polri akan pentingnya disiplin guna menunjang

kinerja Polri.

Terselesaikannya penyusunan proposal tesis ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan maupun saran-saran yang

berguna dalam penyusunan proposal tesis ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan semua pihak

yang telah membantu dan mendukung sehingga penyusunan proposal tesis ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Page 9: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

vii

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan dan melimpahkan Rahmat

dan Karunia-Nya kepada dosen dan semua pihak atas segala bantuan yang telah

diberikan kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga proposal tesis ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi semua pihak

yang berminat pada penelitian dibidang ini.

Yogyakarta, 10 Oktober 2019

Penulis

Tegar Ari Wibowo

Page 10: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR.................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xii

INTISARI ....................................................................................................... xiv

ABSTRACT.................................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................ 14

C. Rumusan Masalah ..................................................................... 14

D. Tujuan Penelitian....................................................................... 14

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 15

F. Kerangka Konseptual ................................................................ 15

G. Metode Peneltian ....................................................................... 42

1. Jenis Penelitian .................................................................... 42

2. Objek Penelitian .................................................................. 43

3. Lokasi Penelitian ................................................................. 43

4. Teknik Pemilihan Subyek.................................................... 43

5. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 44

6. Teknik Analisis Data ........................................................... 45

BAB II. GAMBARAN UMUM BIDPROPAM POLDA D.I.

YOGYAKARTA............................................................................ 46

A. Deskripsi Polda D.I.Yogyakarta................................................ 46

Page 11: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

ix

1. Sejarah Polda D.I.Yogyakarta .............................................. 46

2. Asta Gatra ............................................................................. 47

3. Makna dan Arti Lambang..................................................... 52

4. Struktur Organisasi Polda D.I.Yogyakarta ........................... 55

B. Deskripsi Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta............................. 56

C. Peraturan Disiplin Polri ............................................................. 64

BAB III. ANALISIS FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN

POLDA D.I.YOGYAKARTA DALAM PEMBINAAN

DISIPLIN ANGGOTA.................................................................. 78

A. Fungsi Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta dalam Pembinaan

Disiplin Anggota ....................................................................... 78

1. Jenis-jenis Pelanggaran........................................................ 80

2. Pembinaan dan Penindakan Disiplin Anggota .................... 87

B. Kendala yang Dihadapi Bipropam Polda D.I.Yogyakarta

dalam Pembinaan Disiplin Anggota .......................................... 95

BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 105

A. Kesimpulan................................................................................ 105

1. Fungsi Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta dalam

Pembinaan Dispilin Anggota............................................... 105

2. Kendala yang Dihadapi Bipropam Polda D.I.Yogyakarta

dalam Pembinaan Disiplin Anggota .................................... 106

B. Saran .......................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 108

LAMPIRAN.................................................................................................... 111

Page 12: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Sifat Atribusi dalam Analisis Kinerja ........................................... 21

Tabel I.2. Perbedaan Antara Profesional dan Amatir .................................... 31

Tabel I.3. Daftar Narasumber ........................................................................ 40

Tabel II.1 Jumlah Penduduk D.I.Yogyakarta ................................................ 45

Tabel II.2. Gaji Pokok Personel Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta Berdasarkan

Pangkat ........................................................................................... 56

Tabel II.3. Agama yang Dianut Personel Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta. 57

Tabel II.4. Sarana dan Prasarana Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta............. 57

Tabel II.5. Aggaran Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta .................................. 58

Tabel II.6. Tabel Pelanggaran dan Hukuman Disiplin yang Dijatuhkan ........ 66

Page 13: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Rantai Kinerja ............................................................................. 21

Gambar II.1. Logo Polda D.I.Yogyakarta ........................................................ 48

Gambar II.2. Bagan Struktur Organisasi Polda D.I.Yogyakarta ...................... 51

Gambar II.3. Logo Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta ..................................... 53

Gambar II.4. Struktur Organisasi Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta .............. 54

Page 14: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

xii

DAFTAR SINGKATAN

AD = Angkatan DaratAL = Angkatan LautAU = Angkatan UdaraBensat = Bendahara KesatuanBidpropam = Bidang Profesi dan PengamananDik = PendidikanDikbangspes = Pendidikan Pengembangan SpesialisasiDikjur = Pendidikan KejuruanDivpropam = Divisi Profesi dan PengamananGakkum = Penegakan HukumGaktibplin = Penegakan Ketertiban dan DisiplinIntelkam = Intelijen KeamananKabid = Kepala BidangKapolda = Kepala Kepolisian DaerahKapolres = Kepala Kepolisian ResortKapolri = Kepala Kepolisian Negara Republik IndonesiaKapolsek = Kepala Kepolisan SektorKasubbid = Kepala Sub BidangLantas = Lalu LintasLat = LatihanLidik = PenyelidikanLog = LogisitikMabes = Markas BesarOps = OperasiOTT = Operasi Tangkap TanganPaminal = Pengamanan InternalPatsus = Tempat KhususPerkap = Peraturan KapolriPolda = Kepolisian DaerahPolres = Kepolisian ResortPolri = Kepolisian Negara Republik IndonesiaPolsek = Kepolisian SektorPOM = Polisi MiliterPPRI = Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaPropam = Profesi dan pengamananProvos = ProvostRehabpers = Rehabilitasi PersonelRena = Rencana dan anggaranRenmin = Rencana dan AdministrasiReskrim = Reserse KriminalRiksa = PemeriksaSDM = Sumber Daya ManusiaSerse = ReserseSidik = Penyidikan

Page 15: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

xiii

Siepropam = Seksi Profesi dan pengamananSOTK = Struktur Organisasi Tingkat KepolisianSP2HP = Surat Pemberitahuan Permulaan Hasil PenyidikanSPN = Sekolah Polisi NegaraSubbag = Sub BagianSubbid = Sub BidangTNI = Tentara Nasional IndonesiaUr = UrusanUU = Undang- undangWabprof = Petanggungjawaban ProfesiYanduan = Pelayanan dan Pengaduan

Page 16: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

xiv

INTISARI

Polri sebagai salah satu organisasi pengemban tugas pokok fungsipelindung, pengayom, pelayan masyarakat, penegakan hukum, serta menjagakeamanan dan ketertiban masyarakat. Namun pada kenyataanya banyak oknumanggota Polri yang melakukan pelanggaran dan penyimpangan. Oleh karena ituPolri berkewajiban untuk meningkatkan kinerja yang profesional, modern,bermoral dan dapat dipercaya masyarakat. Dengan menyusun program yangdititik beratkan pada perubahan perilaku anggota Polri dalam melaksanaskantugas dan tanggung jawabnya dengan harapan dapat menjawab tuntutan yangdiharapkan masyarakat.

Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif untuk memberikan gambarantentang Kinerja Propam Polda D.I.Yogyakarta dalam pembinaan disiplin anggotabagi anggota Polri yang terbukti melanggar peraturan disiplin sebagaimana diaturdalam UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia danPPRI No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. Kemudiandalam penyelesaian pelanggaran disiplin Propam mengacu pada Perkap No. 2tahun 2016 tentang mekanisme penyelesaian pelanggaran disiplin anggota Polri.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja Propam sudah baik dalampembinaan disiplin anggota sesuai dengan fungsinya. Mekanisme dalampembinaan yang dilakukan Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta dengan melakukansosialisasi tentang pentingya kedisiplinan. Kemudian melakukan Operasipenegakan ketertiban dan disiplin secara terencana dan rutin. Pelaksanaanya jugabersinergi dengan Polisi Militer TNI AD, AU dan AL. Bentuk penindakannyauntuk pelanggaran bersifat ringan dilaksanakan langsung dengan cara penindakanfisik dan teguran lisan yang bersifat membina. Pelanggaran bersifat sedangdilaksanakan melalui sidang disiplin dan dengan dijatuhi hukuman disiplin berupateguran tertulis;penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun,penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama1 (satu) tahun, mutasi yang bersifat demosi, pembebasan dari jabatan danpenempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu) hari.Penindakan pelanggaran berat melalui sidang kode etik profesi Polri denganhukuman terberat pemecatan atau rekomendasi pemberhentian tidak denganhormat (PTDH)

Kendala dalam penindakan disiplin yang di hadapi Propam yaitu masih adaewuh pekewuh ketika melaksanakan penindakan. Masih banyaknya anggotaPropam yang belum memiliki sertifikat pemeriksa dan akreditor. Belummemahami tugas pokoknya. Kurangnya sarana prasarana yang memadai untukmenunjuang penindakan disiplin seperti Komputer, Laptop dan belum adanyaruang pemeriksaan yang layak serta ruang sidang sendiri.

Kata kunci: fungsi, pembinaan,disiplin

Page 17: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

xv

ABSTRACT

Polri as one of organization which carrying out main duties as patron,protector, a public servant, law enforcement, as well as maintaining security andorderliness of public. However, there were many polices committed violations anddeviations. Therefore, Polri is obliged improving professional, modern, moral andtrustworthy performance of the society. By compiling a program that focused onchanging the behavior of Polri members in executing their duties andresponsibilities it is expected to be able to answer the demands that people wereexpected to.

This study was descriptive qualitative to provide an overview of theperformance of Special Region of Yogyakarta’s Police Propam in foundingmember discipline for Polri members who have proven violate disciplinary rulesas regulated in UU No. 2 year of 2002 concerning the Indonesian National Policeand PPRI No. 2 year of 2003 concerning Discipline Regulations of PolriMembers. Afterwards in solving of discipline violations, Propam refers to PerkapNo. 2 year of 2016 concerning the mechanism of resolving Polri members’disciplinary violations.

The result of this study indicated that Propams’ performance was good infounding member discipline according to its function. The founding mechanismwhich was conducted by Bidpropam Polda DIY was conducting by socializationabout the importance of discipline. Then conducting law and disciplineenforcement were conducted in a planned and routine manner. Theimplementation also synergizes with Polisi Militer of TNI AD, AU and AL. Theforms of action for minor violation conducted directly by physically action andconstructive verbal warning. Moderate violations conducted through disciplinaryhearings and disciplined in the form of written warning, postponement ofeducation for maximum a year, postponement of periodic salary increases,postponement of promotion for maximum a year, demotion mutations, exemptionfrom position and placement in a special place no later than 21 days. Theenforcement for serious violations conducted through the code ethics hearings ofPolri profession with the heaviest penalty of dismissal or recommendation ofdismissal with no respect (PTDH).

The obstacle in disciplinary action that was faced by Propam was thatthere were reluctant feelings when carrying out their actions. There were stillmany Propam members who don’t have examiner and accrediting certificates yet.Not yet understood their main task. There were lack of facilities to supportdisciplinary actions such as computers, laptops and lack of proper investigationsroom and also hearings room.

Keywords: Function, founding, discipline

Page 18: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu organisasi

pengemban tugas pokok fungsi pelindung, pengayom, pelayan masyarakat,

penegakan hukum, serta menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Tugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia sudah diatur dalam Undang-Undang

No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Di era yang

serba digital saat ini Kepolisian Negara Republik Indonesia berkewajiban

untuk meningkatkan kinerja yang profesional, modern, bermoral dan dapat

dipercaya masyarakat. Oleh karena itu, perlu menyusun program yang

dititikberatkan pada perubahan perilaku anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan harapan

dapat menjawab tuntutan yang diharapkan masyarakat. Dengan perubahan

perilaku tersebut diharapkan perubahan Kepolisian Negara Republik Indonesia

menuju Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mandiri, profesional,

proporsional, adil dan dipercaya masyarakat.

Tetapi dengan segala macam informasi dan berbagai macam akses

yang bisa didapatkan dengan mudahnya pada era digital saat ini, Kepolisian

Negara Republik Indonesia tidak dapat memungkiri terkait masih adanya

perilaku oknum anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

menjalankan tugas dan kewenangannya masih banyak ditemukan pelanggaran

Page 19: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

2

dan penyimpangan, sehingga menimbulkan penilaian yang negatif atau bisa

dikatakan buruk dimata masyarakat. Dengan masih banyaknya oknum anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melakukan pelanggaran baik itu

secara kedinasan maupun kehidupan bermasyarakat.

Perkara pelanggaran disiplin Polri yang terjadi masih banyaknya

oknum-oknum anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

melakukan pungutan liar atau disebut pungli, bolos kerja, tidak masuk kerja

tanpa ijin, melakukan perjudian, menggunakan narkoba, melakukan tindakan

kekerasan, menelantarkan keluarga, perselingkuhan, membekingi tempat-

tempat perjudian dan tempat-tempat terlarang lainya, berlaku tidak sopan serta

melanggar norma-norma kehidupan bermasyarakat, dan masih banyak hal

yang lainya yang dapat menurunkan harkat martabat negara dan Kepolisian

Negara Republik Indonesia yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Contoh perkara pelanggaran disiplin baru-baru ini terjadi di Polda

Metro Jaya. Pelanggaran tersebut dilakukan oleh oknum anggota Polri

berdinas aktif yaitu melakukan atau membuat video dengan kata-kata yang

dianggap tidak selayaknya dilakukan oleh anggota Polri yang sedang

berpakaian dinas. Perkara tersebut sedang viral di media sosial tentang ajakan

minum kopi dan foto-foto selfie yang mana menonjolkan kekayaan atau gaya

hidup glamor (menggunakan perhiasan yang berlebihan). Pelanggaran tersebut

dilakukan dari pangkat terendah Tamtama atau Bhayangkara, Bintara atau

Page 20: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

3

Brigadir sampai dengan Perwira Pertama, Perwira Menengah bahkan Perwira

Tinggi. Kemudian perkara pelanggaran disiplin lainya beberapa oknum

anggota Lalu Lintas melakukan razia gelap dan pungutan liar kepada

pelanggar lalu lintas di daerah Semanggi wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Sehingga dari beberapa contoh kejadian pelanggaran disiplin tersebut Kapolda

Metro Jaya memerintahkan kepada Bidang Profesi dan Pengamanan untuk

meningkatkan kinerjanya.

Markas besar Kepolisian Negara Republik Indonesia juga

memerintahkan Divisi Propam untuk turun ke lapangan dengan melakukan

Operasi Tangkap Tangan (OTT) terkait masih banyaknya oknum anggota

Polri yang melakukan pelanggaran. Divisi Propam Mabes Polri banyak

melakukan Operasi Tangkap Tangan terkait pelayan publik yaitu pelayanan

SIM (Surat Ijin Mengemudi). Hal tersebut dilakukan di seluruh Kepolisian

Daerah di Indonesia.

Dalam Wilayah hukum Kepolisian Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta juga ada beberapa contoh kasus yaitu antara lain masih banyak

ditemukannya pelanggaran tentang penanganan perkara yang tidak

professional, penelantaran keluarga, dan perkara tentang penyalahgunaan

wewenang. Hal ini juga menjadi evaluasi di jajaran Kepolisian Daerah Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Melihat beberapa contoh perkara pelanggaran disiplin yang dilakukan

oknum anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia maka kemandirian

Polri dalam menjalankan tugasnya belum sesuai dengan harapan masyarakat

Page 21: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

4

sehingga masih perlu upaya perubahan, peningkatan kinerja, dan manajemen

dalam pengawasan internal Kepolisian Negara Republik Indonesia serta

pembinaan disiplin di internal Kepolisian Negara Republik Indonesia sendiri.

Peningkatan kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia (Syamsir Torang

2016:74) Kinerja (performance) adalah kuantitas dan atau kualitas hasil kerja

individu atau sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur,

kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi.

Kemudian Kinerja menurut Mc Clelland (dalam Syamsir Torang 2016:74)

menentukan beberapa karakteristik kinerja yaitu; bertanggung jawab dalam

pemecahan masalah, menetapkan tujuan, ada umpan balik dan dapat

diandalkan.

Anggota Kepolisian Republik Indonesia diberikan kewenangan penuh

oleh undang-undang. Sebagai aparatur negara penegak hukum di Indonesia

disamping sebagai pelindung, pengayom, pelayan masyarakat, serta menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat, merupakan kewenangan yang sangat

luas. Karena dalam kewenanganya yang sangat luas, hal ini dapat memberikan

peluang bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

pelaksanaan tugasnya melakukan pelanggaran dan penyimpangan bahkan

menjurus pada perbuatan pelanggaran hukum pidana.

Untuk mencegah dan menindak setiap pelanggaran disiplin anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh personil

Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut, maka Kepolisian Negara

Page 22: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

5

Republik Indonesia membentuk wadah atau struktur organisasi Divisi Propam

dari tingkat Mabes yang tertinggi atau deitingkat pusat. Untuk tingkat

Kepolisian daerah atau Provinsi disebut Bid Propam (Bidang Profesi dan

Pengamanan). Tingkat Kabupaten/Kota Madya (Kepolisian Resort/Resort

kota) disebut dengan Si Propam (Seksi Profesi dan Pengamanan) sampai

tingkat terbawah di Polsek (masing-masing kecamatan) disebut Unit Propam

yang di dalamnya diisi oleh Unit Provos yang bertanggung jawab mengawasi

perilaku anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehari-hari dalam

pelayanan bidang pembinaan dan penegakan disiplin Kepolisian Negara

Republik Indonesia, serta pemeliharaan ketertiban di lingkungan kerjanya.

Menurut (Syamsir Torang 2016: 25-26) Organisasi adalah sistem peran, aliran

aktivitas dan proses (pola hubungan kerja) dan melibatkan beberapa orang

sebagai pelaksana tugas yang didesain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Robbins (dalam Syamsir Torang 2016: 25-26) organisasi adalah

suatu entitas social yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau

lebih dengan batasan yang relative teridentifikasi, yang berfungsi secara

berkelanjutan untuk mencapai seperangkat sasaran.

Dalam struktur organisasi di Divisi Profesi dan Pengamanan

(Divpropam Polri) pimpinan tertinggi di tingkat Markas Besar Kepolisian

Negara Republik Indonesia dipimpin Jenderal Bintang Dua yaitu berpangkat

Inspektur Jenderal Polisi yang disebut Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan

(Kadivpropam). Di dalam struktur organisasi Propam ada bagian-bagian di

bawah komando Kadivpropam yaitu Biro Provos, Biro Profesi dan Biro

Page 23: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

6

Paminal, masing-masing Biro dipimpin oleh pimpinan Polri berpangkat

Brigadir Jenderal Polisi yaitu Jenderal Bintang Satu. Pada tingkat Polda atau

Kepolisian Daerah Bidang Profesi dan Pengamanan untuk pimpinan tertinggi

tergantung dari tipe Daerah tersebut, Tipe A berpangkat Komisaris Besar

Polisi (Kombespol) untuk Tipe B berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi

(AKBP). Disisi lain menurut Presthus dan Etzioni (dalam Syamsir Torang

2016:25-26): ‘our society is an organizational society’. Selanjutnya Etzioni

menyatakan bahwa kita dilahirkan dalam organisasi, dididik oleh organisasi,

dan hampir semua diantara kita menghabiskan hidup kita bekerja untuk

organisasi. Kemudian Mandra berpendapat bahwa organisasi adalah suatu

sistem hubungan kerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan.

Organisasi harus memiliki: (1) sejumlah orang, (2) tujuan bersama, (3)

interaksi yang selalu dapat diukur atau diterangkan menurut suatu strukutur

tertentu, (4) setiap orang dalam organisasi mempunyai tujuan pribadi, dan (5)

interaksi selalu diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dapat dikatakan

bahwa organisasi adalah suatu proses interaksi dari orang yang mengikuti

suatu struktur tertentu dalam mencapai tujuan pribadi dan tujuan bersama.

Propam dijadikan garda terdepan dalam penegakan disiplin dan

benteng terakhir penjaga citra Polri. Propam melakukan pembinaan dan

pengawasan melekat terhadap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

baik yang sedang berdinas maupun anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia di lingkungan masyarakat. Di dalam Propam juga terdapat

pengemban tugas penyidikan, penyelidikan dan adanya persidangan disiplin

Page 24: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

7

dan kode etik profesi Polri. Penyelidikan dilakukan oleh penyelidik

pengamanan internal atau disebut dengan PAMINAL, penyidikan dan sidang

disiplin dilakukan oleh PROVOS POLRI, untuk penyidikan dan sidang kode

etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan oleh PROFESI,

sebagai penerima laporan pengaduan masyarakat dilaksanakan oleh Bagian

Sentra Pelayanan Pengaduan (SPP).

Dalam penegakan hukum disiplin anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Untuk Pegawai Negri Sipil Kepolisian Negara Republik Indonesia juga

diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010

Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sebagai petugas pengemban fungsi

pembinaan dan penindakan pelanggaran disiplin Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang bertugas di Divisi Propam harus bisa memberikan contoh yang

baik atau suri tauladan bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang lainnya, dan dalam pelaksanaan tugasnya dituntut untuk bertindak lebih

professional, baik menyangkut kedinasan maupun di lingkungan berkehidupan

di masyarakat.

Dari banyaknya pelanggaran yang terjadi di internal Kepolsian Negara

Republik Indonesia, pelanggaran disiplin dikategorikan 3 (tiga) yaitu

pelanggaran disiplin ringan, sedang dan berat. Kategori itu ditentukan dari

Page 25: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

8

hasil penyelidikan dan penyidikan yang sudah dilakukan oleh Penyidik atau

Pemeriksa yang diemban oleh fungsi Provos Propam Polri.

Pada tugas Propam Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih

melaksanakan pembinaan disiplin, pengawasan internal dan penegakan hukum

di internal Kepolisian Negara Republik Indonesia sering terjadi gesekan

dengan teman sendiri atau sesama rekan anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri oleh anggota Propam Kepolisian

Negara Republik Indonesia sendiri. Terkadang masih ada rasa tidak enak atau

bahasa lainya “ewuh pekewuh”.

Bisa saja terjadi oknum yang melakukan pelanggaran tersebut adalah

keluarga sendiri ataupun teman dekat, teman satu angkatan dan bisa terjadi

juga antara anak dan orang tuanya sendiri. Anggota Propam Kepolisian

Negara Republik Indonesia sendiri terkadang juga masih belum memahami

tugasnya maka perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan kejuruan atau

spesialisasi Propam Polri. Masih menjadi ketakutan tersendiri karena Propam

belum mandiri seperti di dalam Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia

(TNI), karena anggota masih bisa dipindahkan difungsi tugas kepolisian yang

lain di luar Propam.

Propam Kepolisian Negara Republik Indonesia juga melakukan

kerjasama dengan Polisi Militer Tentara Nasioanal Indonesia baik dari Polisi

Militer Angkatan Darat (POM TNI AD), Polisi Militer Angkatan Udara (POM

TNI AU) dan Polisi Militer Angkatan Laut (POM TNI AL) dalam

melaksanakan tugas. Tugas yang biasa dilakukan adalah melaksanakan

Page 26: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

9

kegiatan oprasi gabungan TNI dan Polri. Contoh dari kegiatan oprasi

gabungan yaitu melakukan oprasi di tempat-tempat hiburan malam,

perhotelan, klub karaoke dan oprasi kendaraan bermotor di jalan raya baik itu

kendaraan bermotor dinas maupun kendaraan pribadi serta kelengkapan surat-

surat pribadi dan kendaraan.

Dari beberapa kegiatan bersama yang dilaksanakan oleh Propam

Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Polisi Militer TNI masih banyak

pelanggaran disiplin contohnya yaitu masih ditemukan oknum-oknum yang

memasuki tempat-tempat terlarang seperti yang sudah disebutkan di atas yang

dapat menurunkan harkat dan martabat Pemerintah dan Negara yang sudah

diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonseia Nomor 2 Tahun 2003

tentang peraturan disiplin anggota Polri. Kemudian pelanggaran di jalan raya

mengenai kendaraan juga masih banyak ditemukan seperti tidak membawa

surat-surat atau kelengkapan berkendara.

Kerja sama atau sinergitas dalam pelaksanaan tugas antara POM TNI

dan Kepolisian Negara Republik Indonesia ini sangat penting mengingat

tindakan ketidak disiplinan ini tidak hanya dilakukan oleh anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia sendiri. Karena hambatan yang terjadi di lapangan

terkandang ditemukan gesekan antar sesama rekan maupun dari TNI. Oleh

sebab itu maka untuk penindakan dari TNI dilakukan oleh masing-masing

POM TNI di masing-masing angkatan.

Dengan berkembangnya pola pikir masyarakat pada saat ini, dan

kondisi kehidupan masyarakat yang semakin maju, akan mendorong rasa

Page 27: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

10

keberanian yang tinggi untuk menyampaikan pendapat dan melaporkan

masalah kurang atau tidak profesionalnya personil Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas yang dibebankan pimpinan.

Sehingga Kepolisian Negara Republik Indonesia dianggap masih

belum professional dan proporsional dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini

yang memacu agar peningkatan pelayanan di bidang pembinaan disiplin,

pengawasan internal dan penegakan hukum disiplin di internal Kepolisian

Negara Republik Indonesiadi Divisi Propam pada tingkat Mabes Kepolisian

Negara Republik Indonesiadan Bidang Propam pada tingkat Polda

(daerah/provinsi) khusus untuk personel di bidang Propam agar meningkatkan

kinerjanya dengan memberikan pelatihan, pendidikan kejururan atau disebut

dengan pendidikan pengembangan spesialisasi serta pemahaman hukum dan

perundang-undangan yang berlaku. Kemudian memberikan sosialisasi atau

menjadi narasumber di masyarakat, sekolah, kampus, dan dalam seminar

sehingga harapannya anggota Propam Polri lebih professional dalam

memberikan pelayanan, sesuai harapan masyarakat serta menjadikan

Kepolisiam Negara Republik Indonesia yang bersih dan dan menjadi

percontohan Organisasi yang berani membuka kekuranganya sendiri dan

berani menegakan hukum kepada anggotanya sendiri yang terbukti melakukan

pelanggaran.

Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian tentang Kinerja Propam

dalam pembinaan disiplin anggota Polri. Ada beberapa peneliti lain yang telah

melakukan penelitian sebidang yaitu:

Page 28: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

11

Angkylina Niken, Yogyakarta, 2017 Penegakan disiplin bagi anggota

Polri yang melakukan pelanggaran di Polda D.I.Yogyakarta, Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan di Polda

D.I.Yogyakarta. Pelanggaran bagi anggota Polri tidak bisa dihindari dalam

kehidupannya sebagai makhluk sosial, meskipun anggota Polri setiap tindak

tanduknya terikat dengan peraturan, namun masih didapati anggota Polri

melakukan pelanggaran, salah satunya pelanggaran mengenai kedisiplinan.

Pelanggaran disiplin anggota Polri dapat diproses dengan tindakan dan

hukuman melalui sidang disiplin. Tindakan disiplin berupa teguran lisan dan

tindakan fisik diberikan kepada anggota Polri yang melanggar ketertiban

sedangkan hukuman disiplin diberikan kepada anggota Polri yang melanggar

ketentuan pada pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

penjatuhan hukumannya melalui sidang disiplin. Untuk itu setiap anggota

Polri harus menghayati dan mengamalkan Tribrata dan Catur Prasetya sebagai

doktrin kepolisian yang mengandung pikiran dasar dalam menyelenggarakan

kepolisian. Penelitian ini merupakan penelitian empiris sosiologis. Hasil

penelitian penegakan disiplin dilakukan dengan adanya laporan, pemeriksaan

pendahuluan, pemeriksaan di depan sidang disiplin, penjatuhan hukuman,

pelaksanaan hukuman dan pencatatan dalam data personel perseorangan.

Faktor yang menghambat penegakan disiplin yaitu kesadaran yang dimiliki

anggota Polri kurang dan faktor lingkungan atau keluarga.

Page 29: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

12

Novriza Trianda, Palembang, 2019, Kewenangan propam Polri dalam

memberikan sanksi terhadap anggota Polri yang melakukan kekerasan

terhadap juniornya berdasarkan Peraturan Kapolri nomor 14 tahun 2011

tentang kode etik profesi Polri. masters thesis, Universitas Muhammadiyah

Palembang. Institusi Kepolisian merupakan alat negara yang berperan

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Suatu institusi selalu

mempunyai aturan intern dalam rangka meningkatkan kinerja,

profesionalisme, budaya organisasi maupun kebersamaan, kehormatan dan

kredibilitas organisasi tersebut. Kekerasan senior terhadap junior di Institusi

Polri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah Kewenangan Propam

Polri dalam memberikan sanksi terhadap Anggota Polri yang melakukan

kekerasan terhadap juniornya? Upaya apa yang dapat dilakukan Propam Polri

untuk mencegah terjadinya kekerasan oleh Senior terhadap Junior di Institusi

Polri? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Data

dianalisis secara kualitatif dan penarikan kesimpulan. Kewenangan Propam

Polri terletak pada Kode Etik Kepolisian diatur dalam Perkap No.14 Tahun

2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kode

Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan pedoman

perilaku dan sekaligus pedoman moral bagi anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Page 30: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

13

Tajuddin, Jakarta, 2014, Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Aparat Polri Pada Bidang Hukum Dan Propam

Polda Maluku Utara. Masters thesis, Universitas Terbuka. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah kepemimpinan dan Budaya Organisasi

dapat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Aparat Polri

pada Bidang Hukum dan Propam Polda Maluku Utara, penelitian ini di

lakukan dengan cara tatap muka dan Kuesioner pada Personil Bidang Hukum

dan Propam Polda Maluku utara dimana penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan Kinerja Aparat Polri Pada Bidang Hukum Dan

Propam Polda Maluku Utara sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana

pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Aparat

Polri Pada Bidang Hukum dan Propam Polda Maluku Utara. Penelitian ini

adalah penelitian dengan menggunakan eksperimen lapangan dan dilakukan

untuk menjawab dua hipotesis utama yaitu kuisioner dan wawancara. Hal ini

dilakukan untuk mengukur Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

secara Positif dan Signifikan terhadap Kinerja Aparat Polri pada Bidang

Hukum Dan Propam Polda Maluku Utara. Adapun subjek penelitian ini adalah

Aparat Polri Pada Bidang Hukum Dan Propam Polda Maluku Utara. Hasil

analisis penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan dan budaya organisasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Aparat Polri Bidang

Hukum dan Propam Polda Maluku Utara. Sebagai kesimpulan penelitian ini

membuktikan bahwa kepemimpinan dan budaya organisasi berpengaruh

Page 31: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

14

Positif dan Signifikan untuk meningkatkan kinerja Aparat Polri Pada Bidang

Hukum dan Propam Polda Maluku Utara.

B. Fokus Penelitian

1. Fungsi Propam Polda D.I. Yogyakarta 2018

2. Deskripsi jenis-jenis pelanggaran

3. Deskripsi Pembinaan dan penindakan disiplin anggota

4. Kendala Propam dalam pembinaan disiplin anggota.

C. Rumusan masalah

1. Bagaimana Fungsi Propam Polda D.I.Yogyakarta dalam pembinaan

disiplin anggotanya?

2. Apa kendala yang dihadapi Propam Polda D.I.Yogyakarta dalam

pembinaan disiplin anggotanya?

D. Tujuan penelitian

1. Mendeskripsikan Fungsi Propam Polda D.I.Yogyakarta dalam pembinaan

disiplin anggotanya.

2. Mengetahui kendala yang dihadapi Propam dalam pembinaan disiplin

anggotanya.

Page 32: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

15

E. Manfaat penelitian

1. Memberikan motivasi dalam pembinaan disiplin dan pengawasan anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia

2. Memberikan gambaran kepada pimpinan dalam mengambil kebijakan

tentang permasalahan yang dihadapi oleh Propam Polri

3. Memberikan contoh untuk organisasi yang lain dalam pembinaan disiplin

dan pengawasan internal.

F. Kerangka Konseptual

1. Kinerja

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang

tidak dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga

pemerintahan maupun lembaga swasta. Kinerja berasal dari kata Job

Performance atau Actual Performance yang merupakan prestasi kerja atau

prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang.

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama.

Kinerja berasal dari kata “to Performance” dan menurut The

Scibner English Dictionarry yang dikutip Widodo mengartikan sebagai

berikut:

Page 33: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

16

a. To door carry out, execute (Melakukan, menjalankan, melaksanakan).

b. To discharge of fulfill; as a vow (Menggambarkan atau menjalankan

kewajiban suatu nazar)

c. To portray, as a character in a play (Menggambarkan suatu karakter

dalam suatu permainan)

d. To render by the voixce or a musical instrument (Menggambarkanya

dengan suara atau alat musik)

e. To excute or complete an undertaking (Melaksanakan atau

menyempurnakan tanggung jawab)

f. To act a part a in a play (Melaksanakan suatu kegiatan dalam suatu

permainan)

g. To perform music (Memankan/pertunjukan musik)

h. To do what is expected of a person a machine (Melakukan suatu yang

diharapkan oleh seorang atau mesin. (Dalam Widodo,2005:78)

Senada dengan pendapat tersebut, Fustino Cardosa Gomes

mengungkapkan bahwa kinerja karyawan sebagai “Ungkapan seperti

output, efisien serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktifitas”

(Fustino Cardosa Gomes dalam Anwar Prabu Mangkunegara, 2009: 9).

Pendapat tersebut menyatakan bahwa kinerja suatu pegawai tidak lepas

dari hasil yang dicapai, serta efektif dalam meningkatkan produktivitas.

Istilah kinerja berasal dari kata Job performance atau actual

performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) menurut Anwar Prabu

Page 34: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

17

Mangkunegara (2001:67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja sumber daya

manusia adalah prestasi kerja atau hasil (output) baik kualitas maupun

kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan

tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Faktor-faktor penentu pencapaian kerja atau kinerja individu dalam

organisasi menurut (Anwar Prabu Mangkunegara, 2005:16-17) sebagai

berikut:

- Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang

memiliki integritas yang tinggi antar fungsi psikis (rohani) dan

fisiknya (jasmani), Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi

psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang

baik. Konsentrasi yang baik merupakan modal utama individu manusia

untuk mampu mengelola dan mendaya gunakan potensi dirinya secara

optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari

dalam mencapai tujuan organisasi.

- Faktor lingkungan oragnisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi

individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi

yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang

Page 35: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

18

memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif,

hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang

berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Dari pendapat di

atas dapat dijelaskan, bahwa factor individu dan lingkungan organisasi

berpengaruh terhadap kineja pegawai.

Kinerja dapat dilihat langsung dalam kehidupan sehari-hari sebagai

kegiatan profesional. Dalam hal ini, berdasarkan perbandingan kinerja dan

kualifikasinya, seseorang dapat dikelompokkan ke dalam kategori, sebagai

berikut.

a. Penggerak (dynamo)

Seseorang bertindak seolah-olah masih berada dalam posisi di

tengah-tengah saat meniti karier (bukan saat melakukan pekerjaan) ke

atas. Selalu punya rencana strategi personal yang terus dilakukan dan

dipenuhi. Orang ini selalu bekerja untuk mempelajari sesuatu yang

baru dan kontinyu mengasah kemampuan serta keahliannya.

b. Penjelajah (cruisers)

Bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, sehingga

sebagai konsekuensinya jauh dari stres dan sangat menikmati

kehidupan pekerjaannya. Sesekali penjelajah dapat pula mengerjakan

sesuatu dengan baik, meski sebenarnya tak terkait dengan kemampuan

yang digunakannya dalam keseharian pekerjaan.

Page 36: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

19

c. Pecundang (loosers)

Dalam dunia profesi, seseorang biasa dikatakan pecundang jika

tidak mempunyai keahlian, meski hanya standar dasar. Ada berbagai

pendapat tentang hakikat kinerja yang dikemukakan para ahli.

Sementara, penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan

menghargai kinerja yang digunakan untuk menentukan kinerja yang

ampuh. Dalam penilaian kinerja yang efektif melibatkan komunikasi dua

arah, sehingga berbagai peluang untuk saling umpan-balik yang

konstruktif dan membangun akan diperoleh, dan akhirnya akan

meningkatkan keseluruhan kontribusi karyawan. Mengenai administrasi

pengupahan, ini berarti kinerja yang baik akan berimplikasi pada

pemberian imbalan atau upah yang layak.

Dalam teori ini terdapat dua kategori dasar atribusi, yaitu yang

bersifat internal atau disposisional (dihubungkan dengan sifat-sifat orang),

dan yang bersifat eksternal atau situasional dihubungkan dengan

lingkungan seseorang. Misalnya, perilaku—dalam hal ini kinerja suatu

pekerjaan—dapat ditelusuri hingga ke faktor-faktor spesifik, seperti

kemampuan, upaya, kesulitan tugas atau nasib baik. Kemampuan dan

upaya adalah penyebab-penyebab yang bersifat internal bagi seseorang,

sementara kesulitan tugas dan keberuntungan bersifat eksternal. Meskipun

demikian, sejumlah faktor lain dapat juga memengaruhi kinerja, seperti

perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan, atau

Page 37: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

20

pimpinan; kendala-kendala sumber daya; keadaan ekonomi, dan

sebagainya.

Tabel berikut menyimpulkan sifat atribusi yang dapat diterapkan

dalam analisis kinerja diri sendiri atau kinerja orang lain.

Tabel I.1. Sifat Atribusi dalam Analisis Kinerja

Apa di Balik Keberhasilan dan Kegagalan Kinerja?

Internal (pribadi) Eksternal (lingkungan)

Kinerja baik • Kemampuan tinggi «Pekerjaan mudah

• Kerja keras «Nasib baik

• Bantuan dari rekan-rekan kerja

• Pimpinan yang baik

Kinerja jelek • Kemampuan rendah «Pekerjaan sulit

• Upaya sedikit «Nasib buruk

• Rekan-rekan kerja tidak produktif

• Pimpinan yang tidak simpatik

Sumber: (A. Dale Timpe, dalam Sofyan Cikmat,terj.2000:33)

Agar dapat mengelola lingkungan kerja yang baik, maka penting

untuk mengenali elemen-elemen kunci dalam lingkungan kerja yang dapat

mempengaruhi kinerja, produktivitas, dan profesionalitas. Pada umumnya,

elemen-elemen tersebut adalah sifat pekerjaan itu sendiri, sumber daya

yang ada bagi individu, individu, umpan-balik yang diterima, dan akibat-

akibat dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Selain itu, penting juga untuk memahami sifat-sifat lingkungan

kerja produktif. Karena orang akan bekerja seefektif mungkin dalam

kondisi berikut tugas atau pekerjaan jelas. Mereka mengetahui apa yang

diharapkan dari mereka; sumber daya yang diperlukan untuk melakukan

Page 38: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

21

pekerjaan mudah diperoleh; termasuk inovasi, waktu, uang, dan peralatan

yang tepat; individu mempunyai kapasitas, keterampilan, dan pengetahuan

yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut; individu sering

menerima umpan-balik tentang seberapa baik dia bekerja dibandingkan

dengan harapan-harapan kerja; dan individu merasa puas dengan

konsekuensi atau penghargaan yang mengikuti keberhasilan pelaksanaan

tugas.

Berikut ini adalah gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja, yaitu sebagai mata rantai yang menekankan saling ketergantungan

di antara mereka. Kinerja mungkin akan tidak seperti yang diharapkan bila

terdapat kelemahan di antara mata rantai berikut ini.

Gambar I.1 Rantai Kinerja

Sumber : (A. Dale Timpe,dalam Sofyan Cikmat,terj. 2000:132)

Page 39: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

22

Rantai kinerja ada dan selalu bekerja, suka atau tidak. Semua

kinerja ditentukan oleh efektivitas keseimbangan antara pekerja individu

dan lingkungan yang berada di dekatnya. Di samping itu, kinerja atau

produktivitas manusia akan dapat diperbaiki dalam jangka panjang, hanya

melalui perubahan yang hati-hati dan bijaksana dalam komponen-

komponen rantai kinerja.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi kinerja seorang pegawai, yaitu usaha, motivasi,kemampuan,

keterampilan, ketepatan persepsi terhadap peran atau tugas, kesempatan

untuk berkinerja, ketersedian sumber daya yang dibutuhkan, faktor

kelompok, dan faktor organisasi dan lingkungan, seperti gaya

kepemimpinan atasan, keamanan tempat kerja, dan iklim organisasi.

Gambaran bahwa kinerja seorang pegawai dapat berubah-ubah

berdasarkan faktor internal, maupun ekternal yang memengaruhinya. Ada

saatnya, kinerja bisa berada pada tingkat yang tinggi, pada saat lain berada

dalam taraf normal atau biasa saja, dan pada waktu yang lainnya dapat

juga mengalami kemandekan. Hal tersebut sangat tergantung pada kondisi

dan situasi yang memengaruhi karyawan tersebut. Walaupun taraf

kecakapannya tergolong tinggi dan pengalamannya cukup luas, tetapi bila

vitalitas atau kondisi fisiknya sedang kurang baik, maka kinerjanya bisa

jadi kurang maksimal.

Orang yang memiliki motivasi kuat dalam melaksanakan tugasnya

cenderung memiliki kinerja yang tinggi. Namun, motivasi yang kuat saja

Page 40: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

23

tidak cukup, tanpa diimbangi pengetahuan dan keterampilan yang

memadai dan sesuai untuk melakukan kerja. Dengan adanya pengetahuan

dan keterampilan, memungkinkan seseorang dapat melakukan pekerjaan

dengan tepat. Di samping itu, faktor persepsi atau pemahaman terhadap

perannya juga sangat berpengaruh.

Seorang pegawai akan dapat berkinerja baik bila ia memiliki

peluang untuk mewujudkan kinerjanya. Pegawai yang memiliki motivasi

tinggi, memiliki kemampuan, keterampilan, serta memiliki persepsi yang

tepat mengenai suatu pekerjaan, tetapi ia tidak mendapatkan peluang untuk

melakukan kerja tersebut, maka faktor lain yang telah dimiliki akan

menjadi mubazir. Di samping itu, pegawai juga memerlukan sumber daya

untuk melakukan pekerjaan.

Tersedianya sumber daya seperti peralatan kerja yang memadai

akan memungkinkan pegawai dapat bekerja secara maksimal. Hal ini

menegaskan kepada pimpinan untuk memperhatikan faktor kesempatan

penyediaan fasilitas kerja, agar bawahannya dapat bekerja dengan baik,

sehingga memperoleh kinerja yang maksimal. Di samping itu, pada

dasarnya setiap manusia memiliki perbedaan-perbedaan pada tingkat

upaya, motivasi, persepsi, kemampuan, dan keterampilan yang mereka

miliki. Oleh karena itu, kinerja di antara pegawai juga berbeda.

Untuk memperoleh gambaran tentang kinerja atau hasil kerja

seseorang atas tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya, Haynes

Page 41: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

24

menjelaskan bahwa ada enam langkah yang harus diikuti, yaitu sebagai

berikut.

1. Developing performance expectation atau menetapkan tingkat kinerja

yang diharapkan. Dalam hal ini ditetapkan analisa pekerjaan, kualitas,

dan kuantitas pekerjaan yang harus dilaksanakan, metode dan prosedur

yang harus dilakukan, dan perilaku yang diterapkan dalam pekerjaan.

2. Monitoring performance progress atau memantau kemajuan dengan

memfokuskan pada hasil yang dicapai.

3. Evaluating performance atau melakukan evaluasi atas tingkatan

kinerja (prestasi kerja) dibanding dengan kinerja yang diharapkan

sebelumnya.

4. Providing feedback on performance atau memberikan umpan-balik

atas kinerja.

5. Making administrative decition atau membuat keputusan administratif

atas kinerja yang dicapai.

6. Developing performance improvement plans atau mengembangkan

rencana-rencana peningkatan kinerja. Dari penjelasan di atas dapat

diketahui bahwa untuk mengetahui atau menghasilkan gambaran

tentang kinerja yang diharapkan, maka penting adanya penetapan

standar tertentu yang akan membantu keberhasilan kinerja. Dengan

demikian, akan mudah bagi kita melakukan penilaian atas kinerja.

Sebab, salah satu tugas penting pimpinan dalam mengelola sumber

daya manusia adalah melakukan penilaian terhadap kinerja pegawainya.

Page 42: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

25

Kegiatan tersebut penting dilaksanakan agar pimpinan mendapatkan

umpan-balik atas upaya-upaya staf, atau pegawai tentang pelaksanaan

kerja mereka. Dengan demikian, mereka dapat dibentuk dan

dikembangkan menjadi kelompok-kelompok kerja yang kohesif guna

tercapainya tujuan organisasi.

Namun, sumber lain menyatakan bahwa mengevaluasi kinerja

merupakan salah satu hal sulit dalam mengelola manusia.

Menurut Newstrom dan Davis, penilaian kinerja adalah proses

penilaian prestasi. Sementara itu, Stoner dan Freeman menyatakan bahwa

penilaian kinerja adalah membandingkan kinerja seorang pegawai dengan

standar atau sasaran yang dikembangkan posisi pegawai tersebut. Dalam

pendekatan yang serupa, Handoko menyatakan bahwa penilaian prestasi

kerja (performance appraisal) adalah proses melalui organisasi-organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.(dalam Uno Hamzah B

dan Nina Lamatenggo, 2012:136)

Berdasarkan definisi di atas, tampak diperlukan ukuran atau

standar tertentu untuk melakukan proses penilaian kinerja. Berdasarkan

ukuran atau standar tersebut, pimpinan dapat mengetahui bagaimana

tingkat kinerja yang dimiliki pegawainya. Sebab, penilaian kinerja harus

memberikan gambaran yang akurat mengenai kinerja pegawai. Oleh

karena itu, sistem penilaian yang digunakan harus dihubungkan dengan

pekerjaan (job related), praktis dan memiliki standar-standar dengan

menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan (reliable).

Page 43: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

26

Pengertian yang terkandung dalam prinsip "berhubungan dengan

pekerjaan" (job related) adalah sistem penilaian dapat digunakan untuk

menilai perilaku-perilaku kritis yang mewujudkan keberhasilan

perusahaan atau organisasi. Sementara itu, yang disebut dengan prinsip

"praktis" mengandung makna bahwa sistem penilaian dapat dipahami atau

dimengerti oleh para penilai dan karyawan yang dinilai. Hal yang juga

diperlukan adalah adanya standar-standar pelaksanaan kerja (performance

standards), sehingga kinerja dapat diukur.

Penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui kondisi pegawai.

Asumsi ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Calcio, yang

menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah uraian sistematis dari

pekerjaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan individu atau

kelompok. Definisi ini menjelaskan bahwa dengan menggunakan data

penilaian kinerja, pimpinan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan

pegawainya. Kekuatan yang ada harus dipertahankan dan kalau mungkin

ditingkatkan, sedangkan kelemahan yang ada ditutupi atau diperbaiki.

Menurut Newstrom dan Davis, penilaian kinerja diperlukan untuk

mengalokasikan sumber daya dalam lingkungan yang dinamis,

memberikan motivasi dan imbalan kepada pegawai, memberikan umpan-

balik kepada pegawai tentang hasil kerja mereka, membina hubungan yang

baik dalam kelompok, melatih dan mengembangkan pegawai, mematuhi

peraturan perundang undangan. Sementara itu, Torrington, Weigtman, dan

Johns menyebutkan penilaian kinerja juga memiliki manfaat bagi pegawai.

Page 44: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

27

Beberapa manfaat tersebut, yaitu mempertinggi kemampuan, motivasi,

sasaran karier, dan pengembangan karier. (dalam UnoHamzah B dan Nina

Lamatenggo, 2012:138)

Uraian di atas menunjukkan bahwa penilaian kinerja penting untuk

dilakukan, karena begitu besarnya manfaat yang dapat diperoleh, baik bagi

pihak manajer maupun bagi pegawai. Selain itu, penilaian kinerja

hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar hasil penilaian

benar-benar menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Pada uraian di atas, telah dikemukakan bahwa penilaian kinerja

adalah suatu proses. Agar proses tersebut dapat terlaksana dengan baik,

perlu dipahami langkah-langkah yang harus dijalankan dalam melakukan

penilaian kinerja.

Dale Furtwengler menegaskan bahwa penilaian kinerja mencakup

perbaikan kinerja, pengembangan karyawan, kepuasan karyawan,

keputusan kompensasi, dan keterampilan berkomunikasi. Berkaitan

dengan perbaikan kinerja, hak ini dapat diukur dalam hal kecepatan,

kualitas, layanan, dan nilai. Ukuran ini menjadi semakin penting dalam

mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing. Pengembangan

karyawan berkaitan dengan keahlian, karier, pelatihan, minat, dan

pengembangan keterampilan untuk masa depan. Sedangkan kepuasan

karyawan, keputusan kompensasi, dan keterampilan berkomunikasi terkait

dengan interaksi hubungan yang harmonis dan kepuasan dalam bekerja.

(Dale Furtwengler dalam UnoHamzah B dan Nina Lamatenggo,2012:139)

Page 45: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

28

Penilaian kinerja merupakan proses berkesinambungan yang

mencakup evaluasi terhadap kinerja saat ini; sasaran untuk meningkatkan

kinerja; definisi penghargaan atas pencapaian sasaran di masa mendatang;

sistem umpan-balik yang memungkinkan pemimpin dan karyawan

memantau kinerjanya; pertemuan secara periodik antara pemimpin dengan

karyawan untuk membahas kemajuan karyawan terhadap sasarannya; dan

tindakan koreksi ketika karyawan tersebut berusaha mencapai sasaran.

Kemudian berkaitan dengan istilah profesional, ada beberapa term

yang berhubungan dengan kata profesional. Term-term tersebut adalah

kata profesi, profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme yang pada

dasarnya memiliki kesamaan. Dalam pembahasan ini akan dicoba

mendeskripsikan term-term tersebut.

Kata profesi masuk ke dalam kata bahasa Indonesia diserap dari

bahasa Inggris (professiori) atau bahasa Belanda (professie). Kedua bahasa

tersebut menerima kata ini dari bahasa Latin. Dalam bahasa Latin kata

professio berarti "pengakuan" atau "pernyataan". Kata kerja untuk "tindak

mengaku" atau "tindak menyatakan" ialah profiteri. Apa yang dinyatakan

atau diakui disebut professus. Dengan demikian, berdasarkan pengertian-

pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa kata "profesi" yang

dipergunakan sekarang ini artinya tidak lain dari pernyataan atau

pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian yang dipilih.

(Uno Hamzah B dan Nina Lamatenggo, 2012:141)

Page 46: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

29

Sahertian menyebutkan, profesi pada hakikatnya adalah suatu

pernyataan atau janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang

menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan

atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat

pekerjaan itu. Selanjutnya, dengan mengutip Everett Hughes, Sahertian

menjelaskan bahwa profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan

selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri. (dalam UnoHamzah B dan Nina

Lamatenggo, 2012:141-142)

Menurut Mc Cully, sebagaimana dikutip oleh Rusyan dan

Hamijaya, bahwa profesi adalah a vocation an wich professional

knowledge of some departement a learning science is used in its

application to the ofother or in the practice o f a n artfound it. Dari

pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa dalam suatu pekerjaan yang

bersifat profesional, dipergunakan teknik dan prosedur yang bertumpu

pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan

kemudian secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan orang lain.

(Mc Cully, dalam Uno Hamzah B dan Nina Lamatenggo, 2012:142).

Dari berbagai pengertian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

bahwa profesi merupakan pekerjaan yang menuntut keahlian berdasarkan

disiplin ilmu yang secara khusus disiapkan untuk pekerjaan yang sesuai

dengan disiplin ilmunya, baik diperoleh melalui pendidikan formal

maupun diperoleh melalui latihan-latihan, bukan berdasarkan disiplin ilmu

yang lain dan berbeda dengan lapangan pekerjaannya.

Page 47: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

30

Dengan demikian, kata profesi mendapatkan arti yang lebih jelas

atau lebih ketat. Dalam hal ini, ada dua ketentuan mengenai penggunaan

kata "profesi". Pertama, suatu kegiatan hanya dapat dikatakan "profesi"

jika kegiatan itu dilakukan untuk mencari nafkah. Kedua, ditentukan pula,

suatu kegiatan untuk mencari nafkah hanya boleh disebut "profesi" kalau

dilakukan dengan tingkat keahlian yang cukup tinggi.

Penjelasan tersebut menegaskan bahwa profesi mencakup dimensi

tujuan (mencari nafkah atau kesenangan) dan dimensi kemahiran (rendah,

sedang, dan tinggi). Selain itu, ada dimensi lain yang juga penting untuk

dimasukkan dalam profesi, yaitu dimensi moral. Untuk itu, maka profesi

dipahami sebagai pekerjaan (kegiatan, aktivitas, atau usaha) yang

dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan

keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi yang

mendalam. Jadi, untuk mengetahui seseorang itu memiliki profesi, maka

dapat dilihat dari bidang yang ditekuninya, keterampilan atau kompetensi

teknisnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka seorang pekerja profesional perlu

dibedakan dari seorang teknisi. Keduanya—pekerja profesional dan

teknisi—dapat saja tampil dalam unjuk kerja yang sama, misalnya

menguasai teknik kerja yang sama, mempunyai prosedur kerja yang sama,

dapat memecahkan masalah-masalah teknis dalam bidang kerjanya. Akan

tetapi, seorang pekerja profesional dituntut untuk menguasi visi yang

mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis,

Page 48: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

31

pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang positif dalam

melaksanakan serta memperkembangkan mutu karyanya.

Kemudian, istilah profesionalisasi merupakan suatu usaha untuk

mencapai tingkat profesional. Dengan kata lain, profesionalisasi ialah

suatu proses perubahan dalam status suatu pekerjaan dari yang nonprofesi

atau semi profesi ke arah profesi sungguhan. Maka konsep profesionalisasi

dapat dipakai untuk menunjuk kepada suatu proses yang dinamis, di mana

pekerjaan-pekerjaan mengubah sifat-sifatnya yang esensial ke arah suatu

profesi sungguh, walaupun di antara mereka mungkin tidak banyak

bergerak terlalu jauh ke arah ini. Pengertian ini mengandung makna bahwa

dalam praktik profesionalisasi, ada proses pekerjaan yang harus dilakukan

untuk mewujudkan profesi sungguhan.(Piet A Sahertian,dalam

UnoHamzah B dan Nina Lamatenggo, 2012:146)

Dalam hal ini, seorang profesional dapat dibedakan dengan seorang

amatir. Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang profesional, antara lain

bertujuan untuk mendapatkan nafkah. Sementara, seorang amatir

melakukan kegiatannya pertama-tama dan terutama, untuk kesenangan

pribadi atau sekadar mengisi waktu luang. Biasanya kegiatan itu disebut

hobi. Untuk lebih jelasnya, perbedaan antara seorang profesional dengan

seorang amatir dapat dilihat dalam tabel berikut.

Page 49: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

32

Tabel I.2. Perbedaan antara Profesional dan Amatir

Profesional Amatir

Tujuan

Utama

Melakukan kegiatan atau

pekerjaan untuk

mendapatkan nafkah

Melakukan kegiatan atau

pekerjaan untuk kesenangan

semata

Kemahiran

Teknis

Tingkat kemahiran atau

kompetensi teknis yang

tinggi

Tiga tingkatan:

• Delittante (dangkal dalam

pengetahuan dan

keterampilan)

• Amatir

• Amatir yang serius

Tanggung

Jawab Moral

Bertangung jawab terhadap

dampak maupun hasil

pekerjaan terhadap orang

yang dilayani maupun

profesinya

Tidak memiliki tanggung

jawab moral.

Sumber: (Andrias Harefa dalam UnoHamzah B dan NinaLamatenggo,2012:148)

Tabel tersebut menunjukkan, orang-orang profesional adalah

orang-orang yang diandalkan dan dipercaya karena mereka ahli, terampil,

punya komitmen moral, bertanggung jawab, tekun, penuh disiplin, dan

serius dalam menjalankan tugas pekerjaannya. Semua itu membuat istilah

profesional identik dengan mutu, komitmen, tanggung jawab, dan bayaran

yang tinggi.

(Wibowo B.S. dkk, 2002:405) menjelaskan hakikat makna

profesional dengan cukup detail. Menurutnya, yang dimaksud dengan

profesional adalah seseorang yang mempunyai karakter sebagai berikut:

Page 50: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

33

1. Bangga dengan apa yang sudah dikerjakan, apapun hasilnya, serta

memperlihatkan komitmen terhadap kualitas kerja.

2. Memperlihatkan tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan.

3. Mengantisipasi sesuatu dan bukannya menunggu sampai harus disuruh

melakukan sesuatu.

4. Melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan.

5. Selalu mencari cara untuk memudahkan sesuatu bagi yang dilayani,

mendengar kebutuhan pihak yang dilayani, serta berpikir seperti pihak

yang dilayani.

6. Terus belajar sekeras mungkin mengenai bidang bisnis yang digeluti.

Siap bekerja sebagai tim, loyal, jujur, dan dapat dipercaya.

7. Kunci sukses profesional adalah menyukai sekaligus menikmati apa

yang dikerjakannya. Kepedulian seseorang terhadap suatu pekerjaan,

mencerminkan apakah orang tersebut menyukai dan menikmati

pekerjaannya atau tidak.

8. Seorang dikatakan profesional jika ia melakukan pekerjaan dengan

keahlian khusus dan menghasilkan produk yang berkualitas,

bertanggung jawab, dan sistematis.

9. Profesional memerlukan komponen TRUST: spiritual, emosional,

intelektual, menjaga kesehatan, dan terus menjaga diri untuk belajar

dan mengembangkan pendidikan diri.

10. Profesional harus sinergi dengan nilai-nilai ihsan, yaitu kebersihan

niat, kerja yang rapi, penyelesaian yang tuntas.

Page 51: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

34

Sebagaimana dijelaskan oleh (Suyanto,dalam Uno Hamzah B dan

Nina Lamatenggo, 2012:153) menegaskan bahwa suatu pekerjaan

dikatakan profesional jika itu memiliki kriteria tertentu. Karakteristik atau

ciri-ciri suatu pekerjaan yang profesional harus memiliki landasan

pengetahuan yang kuat, berdasarkan atas dasar kompetensi individual

bukan atas dasar KKN, memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, ada kerja

sama dan kompetisi yang sehat antarsejawat, ada kesadaran profesional

yang tinggi, memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik), memiliki sistem

sanksi profesi, adanya militansi individual, dan memiliki organisasi

profesi.

Menurut kriteria-kriteria profesi yang dapat membantu

mengidentifikasi bagian yang dianggap sebagai profesional, sebagai

berikut.

1. Suatu profesi itu berlandaskan pada suatu bentuk pengetahuan yang

sistematis dan teruji, dengan demikian menuntut latihan (training

intelektual).

2. Suatu profesi memiliki sikap senang mencoba/mengadakan percobaan

terhadap informasi, dengan demikian haus akan ide-ide baru.

3. Positively (berpikir positif).

4. Result oriented (berorientasi pada hasil).

5. Setsgoals (menetapkan tujuan).

6. Integrity (integritas).

Page 52: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

35

Sementara itu, (David H. Maister dalam Uno Hamzah B dan Nina

Lamatenggo, 2012:156) menjelaskan bahwa untuk memberikan gambaran

mengenai sosok manusia profesional, sedikitnya ada tiga belas hal yang

ada pada mereka, yaitu:

1. Bangga pada pekerjaan, dan menunjukkan komitmen pribadi pada

kualitas;

2. Berusaha meraih tanggung jawab;

3. Mengantisipasi dan tidak menunggu perintah, menunjukkan inisiatif;

4. Mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk merampungkan tugas;

5. Melibatkan diri secara aktif dan tidak sekadar bertahan pada peran

yang telah ditetapkan;

6. Selalu mencari cara untuk membuat berbagai hal menjadi lebih mudah

bagi orang-orang yang mereka layani;

7. Ingin belajar sebanyak mungkin mengenai bisnis orang-orang yang

mereka layani;

8. Benar-benar mendengarkan kebutuhan orang-orang yang mereka

layani;

9. Belajar memahami dan berpikir seperti orang-orang yang mereka

layani, sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang itu tidak ada

di tempat;

10. Pemain tim;

11. Bisa dipercaya memegang rahasia;

Page 53: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

36

12. Jujur, bisa dipercaya, dan setia; serta

13. Terbuka terhadap kritik-kritik yang membangun mengenai cara

meningkatkan diri.

Kemudian kesuksesan seorang profesional sesungguhnya

memerlukan berbagai persyaratan sebagai berikut :

1. Dorongan (motivasi).

2. Inisiatif.

3. Komitmen.

4. Keterlibatan langsung (dengan pekerjaan).

5. Antusiasme.

Lebih lanjut lagi menegaskan bahwa kunci keunggulan dalam

pelayanan profesional bukanlah strategi kreatif, kemampuan intelektual,

atau teknologi canggih. Lebih tepat lagi, keunggulan persaingan

profesional sangat ditentukan oleh passion (semangat, gairah) dan

ketekunan. Mereka yang menang tidak selalu lebih cerdik dari pesaing-

pesaing mereka, tetapi mereka menunjukkan energi, gairah, antusiasme,

dorongan, dan komitmen lebih besar.

Lebih dari itu, profesionalisme adalah nyawa yang menghidupi

aktivitas-aktivitas bisnis dan organisasi. Tanpa profesionalisme, sebuah

institusi bisnis atau organisasi tidak akan langgeng, tidak sungguh-

sungguh hidup. Dalam hal ini, masalah profesionalisme adalah soal jiwa,

nyawa, roh, dan karakter. Manusia-manusia profesional sejati memiliki

Page 54: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

37

ciri-ciri, anatomi jiwa yang membedakannya dengan pseudo profesional,

dengan pekerja biasa, dengan teknisi, dan dengan kaum amatir.

Manusia profesional digerakkan, dimotivasi, dan dipandu oleh hati

nurani. Dengan mengikuti suara hati nurani ini, maka manusia profesional

menjadikan cinta, kesetiaan, dan tanggung jawab sebagai dasar, fondasi,

dan landasan utama profesionalisme. Hal inilah yang menjadi inti dari jiwa

profesionalisme, cinta, dan kebahagiaan, kesetiaan dan komitmen, serta

tanggung jawab dan kepedulian.

Cinta, sebagai belahan jiwa profesional yang pertama mengandung

arti, seperti dikatakan Khalil Gibran, "cinta dapat membuat bahagia

sekaligus sengsara. Cinta itu menghidupkan, sekaligus menyalibkan. Cinta

membuat kita jadi kaya, tapi juga membuat kita miskin. Cinta melahirkan

tawa dan juga tangisan pilu. Cinta tidak mengambil apa-apa, tidak juga

memberi apa-apa, kecuali dirinya sendiri, utuh penuh."

Dalam hal ini, cinta seorang profesional pertama-tama ditujukan

kepada Tuhan. Cinta kepada Tuhan ini membuat profesional sejati selalu

berjuang untuk melaksanakan hukum-hukum dan kehendak Tuhan, dan

menjauhi larangan-larangan-Nya. Cinta seorang profesional juga ditujukan

kepada ciptaan Tuhan: manusia (termasuk dirinya) dan segala isi alam

semesta (lingkungan hidup).

Mengenai kesetiaan, sebagai belahan jiwa profesional kedua,

mengandung arti bahwa atas dasar cinta tersebut di atas, profesional sejati

menunjukkan kesetiaan kepada etika profesi yang dipilihnya. Ia

Page 55: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

38

menjunjung tinggi nilai-nilai etis (norma etika), seperti kejujuran,

keadilan, kerendahan hati, kehormatan, kesucian diri, kebersihan lahir

batin, ketepatan janji, dan kesederhanaan. Ia menjaga nama baik,

mendisiplin diri untuk menjadi manusia berbudi luhur dan mulia.

Belahan jiwa profesional ketiga, yaitu tanggung jawab. Artinya,

profesional sejati menerima tanggung jawab untuk belajar meningkatkan

kompetensi yang mendukung profesinya, bekerja keras, bekerja tuntas,

rajin, dan tekun berusaha. Sehingga, ia dapat menghasilkan kinerja

(performance) dan karya yang berkualitas tinggi.

Selanjutnya, dengan mengaktualisasikan jiwa profesional di atas,

maka akan melahirkan sikap dan perilaku profesional berikut ini :

1. Profesional sejati memiliki kebiasaan belajar dengan tahap dari

pengalaman dan pendidikan di universitas kehidupan. Ia mengejar

kesempurnaan, suatu standar yang tinggi melampaui ekspektasi

masyarakat umum. Hal ini membuat profesional sejati selalu

menunjukkan kinerja dan karya berkualitas tinggi, sekaligus

membuktikan bahwa ia adalah orang yang kompeten di bidangnya,

orang yang memiliki atau kemahiran tingkat tinggi.

2. Profesional sejati melakukan pekerjaannya bukan hanya sekadar untuk

mencari nafkah lahiriah. Dengan dorongan.

3. cinta, kesetiaan, dan tanggung jawab, maka segala pekerjaannya

dilakukan untuk sesuatu yang mulia, sesuatu yang luhur, sesuatu yang

terpuji. Sehingga, kaum profesional sejati memiliki kesediaan

Page 56: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

39

berkorban untuk kepentingan yang lebih besar (altruistik). Sikap

altruistik inilah yang membuat manusia profesional mampu menjaga

antusiasme dan kegairahan dalam bekerja. Sekalipun imbal jasa atau

gaji rendah, fasilitas terbatas, situasi serba sulit, dan tidak

menyenangkan.

4. Profesional sejati selalu melayani sepenuh hati. Ia lebih banyak

memikirkan apa yang dapat saya berikan, apa yang dapat saya

sumbangkan, dan bukan apa yang akan saya peroleh. Ia memberikan

perhatian serius terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat luas,

termasuk kepuasan pelanggan, konsumen, atau klien yang menikmati

jasa pelayanannya.

5. Profesional sejati menunjukkan keberanian (courage) untuk

menyatakan kebenaran. Ia tidak takut menderita, ia lebih takut tidak

memberikan yang terbaik. Ia tidak takut mengalami kegagalan, ia lebih

takut tidak melakukan apa-apa. Ia takut kepada hal-hal yang merusak

dan menyesatkan jiwanya, dan bukan pada hal-hal yang mengancam

tubuh dan pekerjaannya.

6. Profesional sejati menundukkan diri, taat dan patuh, pada nilai-nilai

etis (norma etika) yang telah dikodifikasikan dalam bentuk kode etik,

peraturan perundangan, rule of law, dan hukum. Sepanjang hal tersebut

sesuai dengan hati nurani dan nilai-nilai kemanusiaan dan

kemasyarakatan. Sehingga, ia berusaha hidup jujur, transparan, otentik,

Page 57: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

40

dan apa adanya. Ia berjuang untuk tidak munafik, untuk punya

integritas yang kokoh, komitmen, dan dapat dipercaya.

7. Profesional sejati selalu berusaha menjadi manusia yang pantas

dibanggakan oleh masyarakatnya. Ia memelihara "rasa malu". Ia peka

terhadap kesalahan, betapapun kecilnya. Ia bersedia menerima sanksi-

sanksi atas kesalahannya. (Andrias Harefa, Uno Hamzah B dan Nina

Lamatenggo, 2012:160-161).

Secara singkat, dapat dikatakan bahwa ada tiga komponen atau

karakter dasar yang selalu dapat dilihat dan melekat pada setiap

profesional yang baik mengenai cara kerja mereka. Ketiga cara atau

karakter dasar itu adalah keinginan untuk menjunjung tinggi pekerjaan

(job quality), menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan

keinginan untuk memberikan pelayanan pada masyarakat melalui

pekerjaan'untuk karya profesionalnya.

Kalau dikaitkan dengan kinerja, maka ketiga komponen tersebut

sangat berkaitan dan saling mendukung. Hal ini dapat kita simak dalam

penjelasan sebelumnya, yang menegaskan bahwa kinerja adalah

serangkaian perilaku atau kegiatan kerja seseorang dalam menjalankan

tugasnya dengan dasar pemahaman, kompetensi, keterampilan, penuh

dedikasi, bergairah, dan motivasi tinggi untuk meraih prestasi, dan

mencapai keberhasilan tujuan organisasi. Di dalamnya, mencakup posisi

kerja, tata tertib di tempat kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan

kerja sama dengan orang lain.

Page 58: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

41

Untuk menggambarkan tentang kinerja Propam dalam pembinaan

disiplin anggota Polri perlu juga melihat akan fungsi Propam itu sendiri.

Apa saja fungsi Propam di dalam organisasi Polri ada dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan

disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Atas dasar

peraturan itulah Propam mempunyai tugas pokok dan fungsinya sebagai

salah satu fungsi pada Kepolisian yang bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi pertanggung jawaban profesi, pengamanan

internal, penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polda, termasuk

pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan

anggota Polri/PNS termasuk pemberian rehabilitasi sesuai ketentuan yang

berlaku.

Terkait dengan fungsi Propam pada Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Pada PPRI nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan disiplin

anggota Polri tersebut diatur bahwasanya Propam memiliki fungsi

pencegahan, pembinaan, penyelenggara, dan penindak bagi anggota Polri

yang melakukan pelanggaran dan penyimpangan. Van Vallenhoven

(dalam Marwan Effendi 2005:49) menyebutkan ada 4 dalam fungsi dan

tujuan Negara yang disebut (catur praja) antara lain (Regelling) fungsi

membuat peraturan, (Bestuur) fungsi menyelenggarakan pemerintah,

(Rechtspraak) fungsi mengadili, (Politie) fungsi ketertiban dan keamanan.

Apa yang telah dikemukakan oleh Van Vallenhoven tersebut sangat

Page 59: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

42

relevan dengan tugas pokok fungsinya Propam dalam pembinaan disiplin

anggota Polri.

Fungsi Propam dalam pembinaan disiplin anggota Polri sangat

berperan penting untuk membantu pimpinan dalam mendisiplinkan

anggotanya. Karena tanpa ada adanya fungsi pengawasan pimpinan tidak

bisa mengetahui sampai dimana tingat kedisiplinan anggotanya.

Organisasi yang baik dapat dikatakan adanya divisi yang mengawasi

anggotanya agar tercapai suatu organisasi yang sehat.

G. Metode Peneltian

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kinerja

organisasi secara jelas dan cermat. Menurut Moleong (2011:6) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dengan menperhatikan hal tersebut dan untuk mendapatkan

kesimpulan yang objektif, maka penulis akan menggunakan metode

penlitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana sumber data berada

Page 60: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

43

dalam situasi yang wajar (natural setting), tidak dimanipulasi oleh angket

dan tidak dibuat-buat oleh eskperimen.

Dalam penelitian ini penulis mengutamakan proses daripada

produk mencari makna yang dipandang dari pikiran dan perasaan

responden, dengan mementingkan data langsung, oleh sebab itu

pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan

dokumentasi.

2. Objek penelitian

Dalam mempermudah serta agar data yang diperoleh nanti sesuai

dengan data yang diperlukan, maka objek penelitian dibatasi fokus pada

penelitian di kinerja Propam dalam pembinaan disiplin anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bidang Profesi dan Pengamanan

(Bidpropam) Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Teknik Pemilihan Subyek

Narasumber merupakan sumber data dalam penelitian. Dalam

penelitian ini, yang menjadi sasaran objek penelitian adalah para

Perwira, BintaraASN, pelapor, dan terduga pelanggar. Besarnya jumlah

narasumber yang diambil dari penelitian ini berjumlah 12 (dua belas)

orang. Untuk menggambarkan secara rinci identitas narasumber,

penulis akan menyajikan data narasumber dan pengaruhnya terhadap

Page 61: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

44

kinerja dalam pembinaan disiplin anggota polri di Kepolisian Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel I.3. Daftar Narasumber

No. Nama L/P Usia Pendidikan Jabatan/

pekerjaan

1 Sutiyono,S.H L 57 S1 Polri

2 Yusuf Purwana,S.H L 45 S1 Polri

3 Dadang Aruman,S.Sos,M.H L 42 S2 Polri

4 Adi Sumarwan ,S.H L 39 S1 Polri

5 Sofiadi Yunianto,S.H L 38 S1 Polri

6 Andrik Pratomo,S.E L 37 S1 Polri

7 Monica Dwi Putri, S.Psi, M.IP. L 33 S2 Polri

8 Ginanjar Satrio Alit L 34 SMA Polri

9 Sigit Hari Prasetiyo, S.E L 36 S1 PNS

10 Taufik Arigunawan, S.E L 34 S1 PNS

11 Teguh,S.H L 36 S1 PNS

12 Agus L 36 SMA PNS

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penulisan sebelum melakukan pembahasan, maka

penulis terlebih dahulu melakukan pengumpulan data. Untuk dipakai

sebagai uraian, maka dalam penulisan ini menggunakan dua jenis cara

menurut Sutopo (2006:9) yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non

interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta

sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi tak berperan serta,

teknik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan. Teknik

Page 62: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

45

yang digunakan dalam penulisan ini yaitu interview atau wawancara,

observasi dan dokumentasi.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data secara interaktif seperti yang diungkapkan oleh Miles

dan Huberman (dalam Sugiyono, 2018:383). Analisis data kualitatif

meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing/verivication.

Data reduction adalah bagian dari analisis data dengan cara memfokuskan

dan membuat data menjadi lebih sederhana. Data display merupakan

proses pengorganisasian data, membuat informasi mejadi lebih padat,

sehingga informasi yang diperoleh lebih mudah dipahami. Sejak awal

pengumpulan data, peneliti mulai memutuskan untuk member “makna”

dari setiap temuan datanya, meskipun hal tersebut bukanlah kesimpulan

akhir penelitian, karena pemberian “makna” tersebut masih terlalu jauh

untuk dijadikan sebagai sebuah kesimpulan. Pemaknaan yang diberikan

oleh peneliti diverifikasi dengan melihat kembali catatan lapangan,

sehingga kesimpulan yang disajikan teruji validitasnya.

Page 63: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

46

BAB II

PROFIL BIDPROPAM POLDA D.I.YOGYAKARTA

A. Deskripsi Polda D.I.Yogyakarta

1. Sejarah Polda DIY

POLWIL Yogyakarta lepas dari Polda Jateng menjadi Kepolisian

Daerah D.I.Yogyakarta tipe C, karena semakin kompleknya berbagai

kasus yang terjadi di Yogyakarta dengan berdasarkan Keputusan Kapolri

No. Pol: Kep/08/IX/1996 tanggal 16September 1996, menyusul 3 tahun

kemudian berdasarkan Keputusan Menhankam/Panglima TNI No. Pol:

Kep/14/M/1999 tanggal 30 Agustus 1999Kepolisian Daerah mengalami

validasi dari Polda tipe C menjadi tipe B, dan disusul 2Skep Kapolri yaitu:

a. Keputusan Kapolri No.Pol: Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002

tentang perubahan struktur Polda pola umum Polda DIY.

b. Keputusan Kapolri No. Pol: Kep/58/2002 tanggal 17 Oktober 2002

tentang penetapan Dik Pam Pariwisata di Polda DIY dan Polda Bali.

Berawal dari penetapan pemerintah Republik Indonesia nomor 11

sampai dengan Tahun1946, Kepolisian Republik Indonesia dikeluarkan

dari Kementerian Dalam Negeri dan dijadikan Jawatan Kepolisian Negara

yang langsung di bawah Perdana Menteri serta di tingkat provinsi dibentuk

penilik kepolisian yang membawahi Polisi Karesidenan, termasuk Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY), dijadikan kepolisian tingkat Karesidenan.

Page 64: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

47

Pada tanggal 10 Juli 1948 Undang-Undang No. 2 Tahun1948 yang

ditetapkan di Yogyakarta, Kepala Penilik Kepolisian merubah namanya

menjadi Kepala Kepolisian Provinsi DIY menjadi Kepolisian Wilayah

Yogyakarta. Pada saat itu Polisi Wilayah hanya terdiri dari 3 bagian saja

dan belum seperti kondisi saat ini yang jauh lebih banyak, adapun bagian-

bagian Polisi Wilayah pada saat itu adalah sebagai berikut:

a. Bagian Umum;

b. Bagian Reserse Kriminal;

c. Bagian Pengawas Aliran Masyarakat.

Sampai dengan saat ini Polda DIY memiliki 1 Polresta, 4 Polres

dan 82 Polsek yang tersebar di seluruh wilayah dengan perincian sebagai

berikut:

a. Polresta Yogyakarta membawahi 14 Polsek;

b. Polres Sleman membawahi 19 Polsek;

c. Polres Bantul membawahi 17 Polsek;

d. Polres Kulonprogo membawahi 18 Polsek;

e. Polres Gunung Kidul membawahi 14 Polsek.

Sumber: Sejarah Polda DIY diakses oleh peneliti dari google denganlink: http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=1821pada tanggal 1Agustus 2019.

2. Asta Gatra Polda DIY

Astagatra merupakan konsepsi dasar ketahanan nasional yang

merupakan perangkat hubungan bidang kehidupan manusia dan budaya

yang berlangsung di atas bumi dengan memanfaatkan segala kekayaan

Page 65: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

48

alam yang dapat dicapai menggunakan kemampuannya. Astagatra

merupakan gabungan dari trigatra dan pancagatra yang keduanya saling

berhubungan erat.

Sumber: Astagrata diakses oleh peneliti dari google dengan link:https://brainly.co.id/tugas/6179746pada tanggal 7 Agustus 2019.

a. Geografi

1) Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7o .33’- 8o .12’

Lintang Selatan dan 110o .00’- 110o .50’ Bujur Timur, tercatat

memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia

(1.860.359,67 km2 ) merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi

DKI Jakarta yang terdiri dari Kabupaten Kulonprogo dengan luas

586,27 km2 (18,40 persen), Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85

km2 (15,91 persen), Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36

km2 (46,63 persen), Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km2

(18,04 persen) dan Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2 (1,02

persen).

2) Batas Wilayah

Batas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian

Selatan berbatasan dengan lautan Indonesia. Sedangkan di bagian

tengggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, bagian timur

laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten, bagian barat laut

Page 66: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

49

berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan di bagian barat

berbatasan dengan Kabupaten Purworejo.

b. Demografi

1) Jumlah Penduduk

Tanggungjawab Polda D.I.Yogyakarta cukup besar, karena

harus melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat di

wiliayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut PBB Rasio Polisi

yang ideal adalah 1 : 400. Besar kecilnya Rasio Polisi menentukan

efektivitas pelayanan kepolisian kepada masyarakat. Logikanya

semakin kecil Rasio Polisi semakin efektif pelayanan kepolisian

kepada masyarakat. Sebaliknya semakin besar Rasio Polisi akan

menyebabkan pengaduan masyarakat tidak tertangani dengan baik,

penyidikan berlarut-larut, intensitas patroli rendah, atau kehadiran

polisi di tempat kejadian perkara (quick response) tidak tepat

waktu.Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah personil polisi

tidak selalu menekan angka kejahatan. Karena pada dasarnya

tindak kejahatan dapat terjadi karena ada kemauan dan kesempatan

yang didukung oleh adanya gab kondisi sosial ekonomi suatu

masyarakat.

c. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam yang ada di Provinsi D.I.Yogyakarta ada

berbagai macam. Sumber daya hasil laut berada di Kab. Gunung Kidul,

Kab. Bantul dan Kab. Kulon Progo. Penambangan batu kalsit berada di

Page 67: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

50

Kab. Gunung Kidul, penambangan batu kapur di Kab.Gunung Kidul

dan Kab. Kulon Progo, penambangan pasirdan perkebunan salak

berada di Kab. Sleman, sedangkan pasir besi di pantai Kulon Progo

yang belum dikelola sama sekali.

d. Hankam (Pertahanan Keamanan)

Satuan atas dari Polda D.I.Yogyakarta adalah Mabes Polri.

Artinya Polda D.I.Yogyakarta berada di bawah kendali Mabes Polri

secara langsung. Kemudian untuk satuan samping adalah Korem 072

Pamungkas di bawah Komando Daerah Militer IV Diponegoro.

Kesatuan samping tersebut berarti kesatuan yang bersinergi untuk

menjaga keamanan dan pertahanan wilayah hukum D.I.Yogyakarta.

e. Ideologi

Pancasila sebagai tatanan bangsa Indonesia kenyataannya

belum mencapai sasaran terlihat masih sering timbul konflik politik,

terjadinya kerusuhan diberbagai daerah, masih adanya gerakan yang

ditimbulkan oleh ekstrim kanan dan ekstrim kiri serta eks

Napi/tahanan G30S/PKI belum sepenuhnya diyakini steril dari faham

komunis.

f. Politik

Masih terjadi pertentangan antar elit politik di tingkat pusat dan

kemungkinan timbulnya politik praktis yang akan mengontrol atau

mengkritik masih tinggi. Kebijakan pemerintah secara inkonstitusional

Page 68: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

51

dan penyebaran informasi oleh media massa dalam menghadapi era

globalisasi.

g. Ekonomi

Angka inflasi di Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan angka

tinggi. Pembobolan rekening dengan internet masih sering terjadi di

wilayah ini. Peran kepolisian dibutuhkan untuk menjaga ketertiban dan

keamanan yang nantinya akan berpengaruh kepada politik dan

ekonomi yang berjalan baik. Peranan polisi yaitu melayani dan

mengayomi masyarakat, adalah fungsi ketertiban itu sendiri, fungsi

bagaimana ketertiban masyarakat berjalan dengan baik. Jika rakyat

bekerja dengan baik maka ekonomi, pajak akan naik, pajak naik

anggaran kita naik, dan tentunya (anggaran naik).

h. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara

lain meliputi kependudukan, tenaga kerja, transmigrasi, kesejahteraan

sosial, kesehatan, pendidikan, kebudayaan dan keagamaan, Daerah

Istimewa Yogyakarta juga mempunyai beragam potensi budaya, baik

budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik).

Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan

benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti

gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau

perilaku sosial yang ada dalam masyarakat. Artinya, semakin berbagai

Page 69: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

52

macam sosial budaya di suatu wilayah makan akan meningkatkan

pencapaian kinerja suatu organisasi , salah satunya yaitu Polri.

3. Makna dan Arti Lambang Polda DIY

Gambar II.1. Logo Polda DIY

Sumber: Logo Polda DIY diakses oleh peneliti dari google dengan link:https://www.google.com/search?q=logo+polda+diy+png&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjG9P2t7cjcAhVLqI8KHaiWBDMQ_AUICigB&biw=1366&bih=623#imgrc=55_ZgNTCxtQtCM padatanggal 3 November 2018.

a. Gapura dan 9 Anak Tangga

1) Polda DIY berada di wilayah kerajaan Mataram yang merupakan

pusat seni adiluhung dari masa ke masa.

2) Jumlah sembilan tangga bermakna untuk mencapai hasil tugas

sebagai prajurit Bhayangkara harus melewati ujian-ujian (hindari

nafsu angkara murka yang ada pada manusia untuk bersih dan

tidak tercela).

3) Yogyakarta merupakan daerah istimewa yang mempunyai latar

belakang sejarah perjuangan kemerdekaan RI di masa revolusi

Page 70: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

53

dengan pantang menyerah, ini merupakan cerminan dari

perjuangan dari raja-raja Mataram tempo dulu saat melawan

penjajah Belanda.

b. Kelopak Bunga 5 Buah Warna Putih

1) Sapda Pandita Ratu bermakna apa yang dipikirkan sempurna dan

tidak akan berubah.

2) Berbudi Bawaleksana bermakna tidak segan-segan memuji

kepada yang berjasa, serta menghukum kepada yang bersalah

demi tegaknya kewibawaan.

Visi

Terwujudnya Polda D.I.Yogyakarta yang profesional, unggul,

terpercaya, berkepribadian dan semakin dicintai masyarakat guna

mendukung terciptanya Jogja Istimewa berlandaskan semangatgotong-

royong.

Misi

a. Menyelenggarakan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat yang semakin gumregah (menggeliat)

mewujudkan keamanan Yogyakarta yang kondusif melalui kegiatan

pre-emtif, preventif sepanjang waktu;

b. Meningkatkan kualitas personel yang profesional, kompeten, unggul,

terpercaya, berkepribadian dan dicintai masyarakat melalui seleksi

yang obyektif, bersih, transparan, akuntabel dan humanis;

Page 71: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

54

c. Meningkatkan kegiatan deteksi dini, peringatan dini dan cegah dini

secara cepat, akurat dan efektif untuk menghasilkan deteksi aksi

yang unggul;

d. Memperbanyak dan memberdayakan Bhabinkamtibmas di Desa/

Kelurahan dalam rangka meningkatkan strategi Polmas untuk

mewujudkan Polisi sahabat masyarakat yang semakin dicintai

masyarakat;

e. Meningkatkan penyelenggaraan kemitraan dan sinergi polisional

dengan masyarakat, Lembaga/Instansi terkait yang mengedepankan

semangat kegotong-royongan;

f. Menyelenggarakan penegakan hukum yang berkeadilan, menjunjung

tinggi HAM dan anti KKN;

g. Menyelenggarakan kamseltibcar lantas untuk menjamin keselamatan

dan kelancaran arus barang dan orang;

h. Menyelenggarakan pengadaan dan pemeliharaan teknologi maupun

sistem informasi kepolisian guna meningkatkan dan mengoptimalkan

kinerja Polri;

i. Meningkatkan kemampuan intelijen kepolisian yang profesional dan

kompeten untuk mendukung terciptanya keamanan yang kondusif,

pencegahan dini kriminal dan pengambilan keputusan yang tepat

pada kebijakan keamanan;

Page 72: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

55

j. Meningkatkan pengamanan kegiatan masyarakat, obyek vital

nasional dan obyek vital lainnya serta memberikan pertolongan dan

pencarian;

k. Menjaga keamanan wilayah D.I.Yogyakarta sebagai kota budaya,

kota pelajar, kota wisata dan kota perjuangan serta mendorong

terciptanya Jogja Istimewa.

Sumber: Visi Misi Polda DIY diakses oleh peneliti dari google denganlink: http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=1821pada tanggal 1Agustus 2019.

4. Struktur Organisasi Polda DIY

Gambar II.2. Bagan Struktur Organisasi Polda DIY

Sumber: Data Dokumen tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerjapada Tingkat Kepolisian Daerah Polda DIY diolah oleh peneliti padatanggal 3 November 2018.

Page 73: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

56

Kapolda adalah unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda bertugas memimpin,

membina, dan mengkoordinasikan satuan-satuan organisasi dalam

lingkungan Polda, dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolri.

Wakapolda adalah unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kapolda. Wakapolda bertugas membantu

Kapolda dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan

pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran

Polda dan memimpin Polda dalam hal Kapolda berhalangan sesuai

dengan batas kewenangannya. Dalam struktur organisasi tersebut

Bidpropam selaku unsure pengawasan internal bertanggungjawab

kepada Kapolda sebagai pimpinan tertinggi di lingkup Kepolisian

Daerah.

B. Deskripsi Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda

D.I.Yogyakarta

Bidpropam adalah salah satu fungsi pada Kepolisian yang bertugas

membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggung jawaban profesi,

pengamanan internal, penegakan disiplindanketertiban di lingkungan Polda,

termasuk pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan

tindakan anggota Polri/PNS termasuk pemberian rehabilitasi sesuai ketentuan

yang berlaku.Bidpropam terdiri dari:

1. Subbidwabprof (Sub Bidang Pertanggungjawaban Profesi). Bertugas

menyelenggarakan fungsi pembinaan pertanggungjawaban profesi, yang

Page 74: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

57

meliputi penilaian akreditasi profesi, pembinaan dan penegakkan etika

profesi termasuk audit investigasi serta penyelenggaraan kesekretariatan

Komisi Kode Etik Polri dan melaksanakan rehabilitasi terhadap anggota

dan PNS polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

2. Subbidpaminal (Sub Bidang Pengamanan Internal). Bertugas membina

dan menyelenggarakan pengamanan internal yang meliputi personel,

materil logistik, kegiatan dan bahan keterangan.

Dalam melaksanakan tugasnya subbidpaminal menyelenggarakan fungsi:

a. Pembinaan teknis pengamanan internal di lingkungan polda dan

jajaran.

b. Pengamanan internal terhadap personel, materil logistik kegiatan dan

bahan keterangan.

c. Penyelidikan terhadap pelanggaran yang diduga dilakukan oleh

anggota atau PNS polri

d. penelitian, pencatatan, pendokumentasian dan pengadministrasian

kegiatan pengamanan internal sesuai lingkup tugasnya

3. Subbidprovos (Sub Bidang Provos). Bertugas untuk membina dan

menyelenggarakan penegakan disiplin serta tata tertib di lingkungan

polda. Dalam pelaksanaan tugasnya Subbidprovos menyelenggarakan

fungsi :

a. Pemeliharan dan pembinaan disiplin di lingkungan polda

b. Pemeliharaan dan tata tertib di lingkungan polda

c. Pemeriksaan, penuntutan dan pelaksanaan sidang pelanggaran disiplin

anggota Polda

Page 75: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

58

d. Pengawasan pelaksanaan putusan hukuman disiplin

e. Pengawalan dan pengamanan pelaksanaan sidang disiplin.

Gambar. II.3. Logo Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta

Sumber: Logo Bidpropam diakses oleh peneliti dari google denganlink: http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=2167:diunduh padatanggal 3 Desember 2018

Gambar. II.4. Struktur Organisasi Propam

Sumber: Struktur Organisasi diakses oleh peneliti dari google denganlink: http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=2167:diunduh padatanggal 3 Desember 2018.

Page 76: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

59

Visi Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta:

Terwujudnya Pengamanan Internal, penegakan tata tertib, disiplin dan

tegaknya hukum serta terbinanya dan terselenggaranya pertanggungjawaban

Profesi sehingga terminimalisasinya penyimpangan perilaku anggota/PNS

Polri.

Misi Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta

Berdasarkan Visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya dijabarkan

dalam bentuk Misi Divpropam Polri ke depan dalam pelaksanaan tugas

pokoknya, baik di bidang pembangunan kekuatan, pembinaan kekuatan

maupun kegiatan operasional yaitu:

a. Menyelenggarakan fungsi pelayanan terhadap pengaduan/laporan

masyarakat tentang sikap perilaku dan penyimpangan anggota/PNS Polri.

b. Menyelenggarakan dan Pengamanan Internal, meliputi Pengamanan

Personil Materil, Kegiatan dan Bahan Keterangan di lingkungan Polri

termasuk penyelidikan terhadap kasus dugaan pelanggaran dan

penyimpangan dalam pelaksanaan tugas Polri.

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat akan kinerja dan profesionalisme.

d. Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan

menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia dengan

menyelesaikan perkara dan penanganan personil Polri.

e. Meningkatkan upaya konsolidasi kedalam (Internal Divpropam Polri)

sebagai upaya menyamakan Visi dan Misi Divpropam Polri ke depan.

Page 77: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

60

f. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan personil guna peningkatan

pelaksanaan tugas.

Sumber: Visi Misi Bidpropam DIY diakses oleh peneliti dari googledengan link: http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=2167pada tanggal1 Agustus 2019.

Jumlah keseluruhan personel Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta

adalah 110 personel. Hal tersebut menggambarkan bahwa jumlah personel

Bidpropam sudah cukup memadai sehingga tugas pokok fungsi satuan kerja

sudah terpenuhi. Jadi ketika tugas pokok terpenuhi maka personel akan fokus

untuk melaksanakan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya.

Pendapatan personel Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta adalah sebagai

berikut:

Tabel II.1. Gaji Pokok Personel Bidpropam Polda D.I. YogyakartaBerdasarkan Pangkat

NO PANGKAT/ GOLONGAN GAJI POKOK

1 KOMBESPOL Rp 3.190.700,-

2 AKBP Rp 3.093.900,-

3 KOMPOL Rp 3.000.100,-

4 AKP Rp 2.909.100,-

5 IPTU Rp 2.820.800,-

6 IPDA Rp 2.735.300,-

7 AIPTU Rp 2.454.000,-

8 AIPDA Rp 2.379.500,-

9 BRIPKA Rp 2.307.400,-

10 BRIGADIR Rp 2.37400,-

11 BRIPTU Rp 2.169.500,-

12 BRIPDA Rp 2.103.700,-

Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun2019 Tentang Pertubahan Kedua Belas Atas Peraturan PemerintahNomor 29 Tahun 2001 Tentang Peraturan Gaji Anggota KepolisianNegara Republik Indonesia.

Page 78: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

61

Jumlah gaji yang diterima personel Polri sudah ditentukan

berdasarkan beban kerja, tanggungjawab dan tugas pokok yang dilaksanakan.

Semakin tinggi pangkat maka beban tanggungjawab akan semakin tinggi.

Dengan gaji yang tertera tersebut di atas, personel Bidpropam dapat

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara professional. Namun gaji

pokok yang sudah diberikan kepada Personil Polri pada keseluruhan setiap

bulan ini tetap saja masih membuat oknum-oknum anggota Polri untuk

melakukan penyimpangan dan pelanggaran. Hal ini yang menjadi tantangan

Propam untuk melakukan pembinaan terhadap anggota yang melakukan

pelanggaran dan penyimpangan tersebut.

Agama yang dianut oleh personel Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta

adalah sebagai berikut:

Tabel II.2. Agama yang dianut personel Bidpropam Polda D.I.

Yogyakarta

NO AGAMA JUMLAH

1 ISLAM 103

2 KATOLIK 3

3 KRISTEN 3

4 HINDU 1

5 BUDHA -

TOTAL 110

Sumber: Data Personel Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta Tahun2018.

Page 79: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

62

Dari data tersebut bisa dilihat bahwa agama yang dianut personel

Bidpropam sangat beragam. Dalam aplikasi pada saat melaksanakan tugas

hal tersebut sangat berpengaruh terutama dalam hal toleransi antar umat

beragama saat bertugas di lapangan. Namun pada saat hari raya umat

beragama anggota Bidpropam tidak semua dapat berkumpul dan merayakan

bersama keluarga karena tuntutan tugas. Kemudian dari tabel agama yang

dianut sudah dapat dipastikan bahwa personel Polri seluruhnya memiliki

agama dan keyakinan yang dianut. Seharusnya agama menjadi pedoman agar

tidak melakukan pelanggaran dan penyimpangan. Namun pada kenyataanya

saat ini meskipun beragama juga masih melakukan pelanggaran yang tidak

sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

Sarana dan prasarana yang dimiliki Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta

adalah sebagai berikut:

Tabel II.3. Sarana dan Prasarana Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta

NO JENIS JUMLAH

1 Kendaraan dinas R 4 4 unit

2 Kendaraan dinas R 2 2 unit

3 Gedung kantor 11 ruang

4 Komputer 25 unit

5 Laptop 10 unit

6 Printer 25 unit

Sumber:Data Sarana dan Prasarana Bidpropam Polda D.I. YogyakartaTahun 2018.

Sarana dan prasarana yang tersedia di Bidpropam sudah ada dan

terdukung oleh dinas. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut dapat

mendukung kinerja personel sehari-hari.

Page 80: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

63

Anggaran Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Tabel II.4. Anggaran Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta

KODE URAIAN PAGUGIAT

060.01.02PROGRAM PENINGKATAN SARANA DANPRASARANA 62,430,000APARATUR POLRI

5059 Dukungan Manajemen dan teknis sarpras 62,430,000

AYPEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR RODA4/6/10 47,000,000

BH PEMELIHARAAN PERALATAN KANTOR 15,430,000

060.01.03PROG WAS DAN KAT AKUNTABILITASAPARATUR 7,730,081,000

3087 POLRI DUK MANAJ & TEK WASUM & LIHAN 7,485,392,000PROFESI & PENGAMANAN

A PEMBAYARAN GAJI DAN TUNJANGAN 7,101,130,000

ESUNNASKAH RANCANGAN RENJA, RENJA &TAPKIN 1,050,000

F PENYUSUNAN RKAKL, SRAA DAN DIPA 1,859,000G PENYUSUNAN DAN EVALUASI LAKIP 1,608,000

BWPENGADAAN PERALATAN/PERLENGKAPANKANTOR 122,620,000

SV PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA 493,000

ADRAPATKOORDKERJA/DINAS/PIMPINAN/POKJA/KOSULTASI 1,000,000

FS DUKUNGAN OPERASIONAL SATKER 130,257,000FY ULP NON ORGANIK/JAGA FUNGSI 113,150,000HB PERAWATAN TAHANAN 6,825,000

JZHONOR SAI/SAKPA/SIMAK/SMAP/PENGELOLAKEUANGAN 5,400,000

3088 PERTANGGUNGJAWABAN PROFESI 79,300,000GP PEMBINAAN PENGAMANAN KEPOLISIAN 79,300,000

3089PENYELENGGARAN PENGAMANAN INTERNALPOLRI 35,627,000

GP PEMBINAAN PENGAMANAN KEPOLISIAN 35,627,000

3090 PENEGAKAN TATA TERTIB DAN DISIPLIN POLRI 129,762,000DC PENEGAKAN HUKUM ANGGOTA/PNS POLRI 54,762,000

( SIDANG DISIPLIN/KODE ETIK)IZ QUICK WINS 75,000,000

JUMLAH 7,792,511,000Sumber:Data Anggaran dan Keuangan Bidpropam Polda D.I. YogyakartaTahun 2018.

Page 81: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

64

Anggran yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas

sebanyak Rp 7,792,511,000. Anggaran tersebut terdistribusi ke masing-

masing Sub Bidang pada satuan kerja Bidpropam untuk mendukung

pelaksanaan tugas masing-masing. Anggaran yang diberikan setiap tahunya

berdasarkan penyerapan anggaran tahun sebelumnya. Pada prinsipnya semua

kegiatan anggota Polri didukung oleh anggaran. Tetapi dengan adanya

dukungan anggaran harusnya menjadikan kinerja Polri lebih professional

namun masih sangat disayangkan dengan adanya pelanggaran dan

penyimpangan yang dilakukan oleh anggota Polri.

C. Peraturan Disiplin Polri

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Peraturan Disiplin Polri, pada peraturan pemerintah tersebut memutuskan dan

menetapkan Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Disiplin Anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal 1 :

1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri

pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh terhadap

peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah

serangkaian norma untuk membina, menegakkan disiplin dan memelihara

tata tertib kehidupan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 82: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

65

4. Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah ucapan, tulisan, atau perbuatan

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar peraturan

disiplin.

5. Tindakan disiplin adalah serangkaian teguran lisan dan/atau tindakan fisik

yang bersifat membina, yang dijatuhkan secara langsung kepada anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

6. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh atasan yang

berhak menghukum kepada anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia melalui Sidang Disiplin.

7. Penempatan dalam tempat khusus adalah salah satu jenis hukuman disiplin

yang dijatuhkan kepada anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang telah melakukan pelanggaran disiplin dengan menempatkan

terhukum dalam tempat khusus.

8. Sidang disiplin adalah sidang untuk memeriksa dan memutus perkara

pelanggaran disiplin yang dilakukan anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

9. Atasan adalah setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

karena pangkat dan/atau jabatannya berkedudukan lebih tinggi dari pada

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lain.

10. Atasan langsung adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang karena jabatannya mempunyai wewenang langsung terhadap

bawahan yang dipimpinnya.

Page 83: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

66

11. Atasan tidak langsung adalah setiap anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap bawahan.

12. Bawahan adalah setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang pangkat dan/atau jabatannya lebih rendah dari Atasan.

13. Atasan yang berhak menghukum, selanjutnya disingkat Ankum, adalah

atasan yang karena jabatannya diberi kewenangan menjatuhkan hukuman

disiplin kepada bawahan yang dipimpinnya.

14. Atasan Ankum adalah atasan langsung dari Ankum.

15. Provos adalah satuan fungsi pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang bertugas membantu pimpinan untuk membina dan menegakkan

disiplin serta memelihara tata tertib kehidupan anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

16. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut

Kapolri adalah pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan

penanggung jawab penyelenggaraan fungsi kepolisian.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003

tentang Peraturan Disiplin Polri, disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan yang

sunguh-sungguh terhadap peraturan disiplin anggota Polri. Disiplin anggota

Polri adalah kehormatan sebagai anggota Polri yang menunjukan kredibilitas

dan komitmen sebagai anggota Polri, karenanya adanya peraturan disiplin

bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kredibilitas dan komitmen

yang teguh. Dalam hal ini kredibilitas dan komitmen anggota Polri adalah

sebagai pejabat negara yang diberi tugas dan kewenangan selaku pelindung,

Page 84: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

67

pengayom, dan pelayan masyarakat, penegak hukum dan pemelihara

keamanan. Komitmen berbeda dengan loyalitas, loyalitas cenderung mengarah

keloyalitas mutlak dan berujung pada kecenderungan penguasa/pimpinan

untuk menyalahgunakan loyalitas tersebut (abuse of power). Oleh karena ini

pelaksanaan disiplin itu harus didasarkan pada kesadaran daripada anggota

Polri, rasa takut, dan didasarkan kepada komitmen dari pada loyalitas.

Dalam rangka pemeliharaan disiplin dan penegakan hukum disiplin di

lingkungan Polri, sanksi disiplin yang dijatuhkan harus sesuai dengan

pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri. Oleh karena itu,

Ankum wajib memeriksa lebih dahulu dengan sesama anggota Polri yang

melakukan pelanggaran disiplin. Selain itu, Ankum juga harus

mempertimbangkan suasana lingkungan dan emosional anggota Polri yang

melangar peraturan disiplin yang dampaknya akan merusak kredibilitas Polri.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003,

tentang Peraturan Disiplin Pollri, dalam rangka kehidupan bernegara dan

bermasyarakat, anggota Polri wajib:

1. Setia dan taat sepeneuhnya kepada pancasila, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara dan Pemerintah;

2. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau

golongan menghindari segala sesuatu yang dapat merugikan kepentingan

negara;

3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah, dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Page 85: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

68

4. Menyimpan rahasia negara dan/atau rahasia jabatan dengan sebaik-

baiknya;

5. Hormat-menghormati antar pemeluk agama;

6. Menjunjung tinggi hak asasi manusia;

7. Menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang

berhubungan dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum;

8. Melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan dan/atau merugikan negara/pemerintah;

9. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat;

10. Berpakaian rapi dan pantas.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 4 dalam pelaksanaan tugas, anggota

Polri wajib:

1. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dengan sebaik-

baiknya kepada masyarakat;

2. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya laporan

dan/atau pengaduan masyarakat;

3. Menaati sumpah atau janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

serta sumpah atau janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

4. Melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan penuh kesadaran dan rasa

tanggungjawab;

5. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan

kesatuan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Page 86: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

69

6. Menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan

yang berlaku;

7. Bertindak dan bersikap tegas serta berlaku adil dan bijaksana terhadap

bawahannya;

8. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas;

9. Memberikan contoh dan teladan yang baik terhadap bawahannya;

10. Mendorong semangat bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja;

11. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan

karir;

12. Menaati perintah kedinasan yang sah dari atasan yang berwenang;

13. Menaati ketentuan jam kerja;

14. Mengunakan dan memelihara barang milik dinas dengan sebaik-baiknya;

15. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 5 yang termasuk pelanggaran disiplin

adalah:

1. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat

negara, pemerintah, atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;

2. Melakukan kegiatan politik praktis;

3. Mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa;

4. Berkerjasama dengan orang lain di dalam atau di luar lingkungan kerja

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, golongan, atau

Page 87: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

70

pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan

kepentingan negara;

5. Bertindak selaku perantara bagi penguasa atau golongan untuk

mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi Kepolisian

Negara Republik Indonesia demi kepentingan pribadi.

6. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada

dalam ruang lingkup kekuasaannya;

7. Bertindak sebagai pelindung di tempat perjudian, prostitusi, dan tempat

hiburan;

8. Menjadi penagih piutang atau menjadi pelindung orang yang punya utang;

9. Menjadi perantara/makelar perkara;

10. Menelantarkan keluarga.

Selanjutnya Pasal 6 dalam pelaksanaan tugas, anggota Polri dilarang:

1. Membocorkan rahasia operasi kepolisian;

2. Meningalkan wilayah tugas tanpa izin pimpinan;

3. Menghindarkan tanggungjawab dinas;

4. Menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi;

5. Menguasai barang milik dinas yang bukan diperuntukkan baginya;

6. Mengontrakan/menyewakan rumah dinas;

7. Menguasai rumah dinas lebih dari 1 (satu) unit;

8. Mengalihkan rumah dinas kepada yang tidak berhak;

9. Menggunakan barang bukti untuk kepentingan pribadi;

10. Berpihak dalam perkara pidana yang sedang ditangani;

Page 88: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

71

11. Memanipulasi perkara;

12. Membuat opini negatif tentang rekan sekerja, pimpinan, dan/atau

kesatuan;

13. Mengurusi, mensponsori, dan/atau mempengaruhi petugas dengan pangkat

dan jabatannya dalam penerimaan calon anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

14. Mempengaruhi proses penyidikan untuk kepentingan pribadi sehingga

mengubah arah kebenaran materil perkara;

15. Melakukan upaya paksa penyidikan yang bukan kewenangan;

16. Melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan, menghalangi, atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan

kerugian bagi pihak yang dilayani;

17. Menyalahgunakan wewenang;

18. Menghambat kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan;

19. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;

20. Menyalahgunakan barang, uang, atau surat berharga milik dinas;

21. Memiliki, menjual membeli, menggadaikan, menyewakan, meminjamkan,

atau menghilangkan barang, dokumen, atau surat berharaga milik dinas

secara tidak sah;

22. Memasuki tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat

Kepolisian Negara Republik Negara Indonesia, kecuali karena tugasnya;

23. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun untuk kepentingan

pribadi, golongan, atau pihak lain;

Page 89: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

72

24. Memakai perhiasan secara berlebihan pada saat berpakaian dinas

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya Pasal 7 menyebutkan bahwa anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang ternyata melakukan pelanggaran Peraturan Disiplin

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dijatuhi sanksi berupa

tindakan disiplin dan/atau hukuman disiplin.

Data Pelanggaran dan Hukuman Disiplin pada Tahun 2018

Tabel II.5. Tabel Pelanggaran dan Hukuman Disiplin yang

DijatuhkanTahun 2018

No Identitas Jenis Pelanggaran Hukuman

1N/Bripka/ Ba Biro Rena

Polda Diy

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003Teguran Tertulis

2Nik/ Briptu/ Ba DitSabhara Polda Diy

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Gaji BerkalaSelama 6 Bulan

3 H/Aipda/Ba Polda DiyMelanggar Pasal 5

Huruf (A) Ppri No.2Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik Selama 12Bulan

4Ps/Brigadir/ Banit Spkt

Polsek Depok Barat

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Dan Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1. Penundaan PangkatSelama 1 Periode2.Patsus 21 Hari

5B/Aiptu/ Banit Reskrim

Polsek Godean

MelanggarPasal 4Huruf (A) Dan AtauPasal 4 Huruf (F) PpriNo.2 Tahun 2003

Teguran Tertulis

6

Mgs/Aiptu/ BaSatreskrimPolres

SlemanS/Aiptu//BaSatresnarkoba Polres

Sleman

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Tahun 2003

Tunda Dik Selama 6Bulan

7Oi/Aiptu/ Banit Sabhara

Polsek Sewon

Melanggar Pasal 6Huruf (V) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tuda Dik Selama 12Bulan

Page 90: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

73

8Ds/Akp/Kanit Sabhara

Polsek Sedayu

Melanggar Pasal 4Huruf (F) Dan (I) DanPasal 6 Huruf (C) Ppri

No.2 Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Pembebasan DariJabatan3.Tunda Dik Selama 12Bulan4.Mutasi Demosi

9DmBrigadir/ Ba Sium

Polres Bantul

Melanggar Pasal 3Huruf (G) Dan AtauPasal 4 Huruf (F)Ppri

No.2 Tahun 2003

1.Penundaan PangkatSelama 1 Periode2.Tunda Dik Selama12Bulan3.Patsus 21 Hari

10MBripka/ Banit Sabhara

Sek Dlingo

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik Selama 6Bulan

11Ap/Bripka/ Ba Polsek

Kraton

Melanggar Pasal 5Huruf (J) Ppri No.2

Tahun 2003

1. Patsus 21 Hari2.Tunda Dik 1 Tahun3. Tindakan Disiplin

12Br/Brigadir Ba SatSabhara Polresta

Yogyakarta

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Patsus 21 Hari2.Tunda Gaji Berkala 1th3. Tunda Dik 1 Tahun4.Tindakan Disiplin

13Dm/Brigadir / Ba Sium

Polres Bantul

Melanggar Pasal 6Huruf (C) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 1 Tahun3.Tunda Berkala 1 Tahun4.Tunda KenaikanPangkat 1 Periode5.Patsus 21 Hari

14Aep/Ipda/ Kanit DikyasaSat Lantas PolresGunungkidul

Melanggar Pasal 3Huruf (G) Ppri No.2

Tahun 2003Teguran Tertulis

15Iyakbp/ Anjak BidangSubdit 1 Ditreskrimum

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Dan (F)

Ppri No.2 Tahun 2003Teguran Tertulis

16

Fn/Brigadir / Ba YanmaPolda Diy

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Gaji BerkalaSelama 6 Bulan3.Patsus 14 Hari

17HBripka/ Ba Bid Propam

Polda DiyMelanggar Pasal 5

Huruf (A) Ppri No.2Tahun 2003

1.Tunda Dik Selama 1Tahun2.Patsus 7 Hari

18Dm/Brigadir / Ba Sium

Polres Bantul

Melanggar Pasal 3Huruf (G) Dan Pasal 4

Huruf (F) Ppri No.2Tahun 2003

1.Tunda Dik 1 Tahun2.Tunda Pangkat Selama2 Periode3. Patsus 21 Hari

Page 91: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

74

19Bs./Aipda Ba Dit Tahti

Polda Diy

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Th 2003

1.Tunda Dik 1 Tahun2.Tunda Berkala 1 Tahun

20Rtw/Bripka/ Banit Lantas

Polsek Danurejan

MelanggarPasal 4Huruf (D) Dan (I) Ppri

No.2 Th 2003

1. Patsus 21 Hari2.Tunda Dik 6 Bulan3. Tindakan Disiplin

21Ftw/Aiptu/Jabatan Ba Sat

Tahti PolrestaYogyakarta

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Th 2003

1.Patsus Selama 21 HariDitambah 7 Hari2.Tunda Dik 1 Tahun3 .Tindakan Disiplin

22W/Aiptu/Jabatan Banit 1Sabhara Polsek Kalasan

Melangar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Th 2003Patsus Selama 7 Hari

23

Dppa M.H/Iptu/KanitReskrim Polsek

MlatiHs/Bripka/BaPolsek Mlati

Melanggar Pasal 6Huruf (Q) Ppri No.2

Tahun 2003

Tunda Dik 6 BulanPatsus14 Hari

24Aw/Brigadir/ Banum 2Urren Subbag Renmin

Ditreskrimum

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Dan (F)Ppri No.2 Th 2003

Patsus 21 Hari

25Np/Aiptu/ Baur SamsatSatlantas Polres Bantul

Melanggar Pasal 6Huruf (Q) Dan (W)Ppri No.2 Th 2003

Teguran Tertulis

26Rip/Briptu BaurharbangSubbagharbaling Yanma

Polda Diy

Melanggar Pasal 5Huruf (A)Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 1 Tahun3. Mutasi Demosi4.Patsus 21 Hari

27Gs/Bripka// Ba Unit Ppa

Satreskrim PolrestaYogyakarta

Melanggar Pasal4Huruf(B) Ppri No.2

Tahun 2003Teguran Tertulis

28K/Aiptu/ Ps Panit 1

Intelkam PolsekGondomanan

Melanggar Pasal 6Huruf (Q) Ppri No.2

Tahun 2003Teguran Tertulis

29Aws/Brigadir/ Ba Sat

Sabhara Polres Sleman

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Th 2003Patsus 21 Hari

30

As/Aipda/ Banit SabharaPolsek TuriAr/Bripka/Ba Sat Sabhara Polres

Sleman

Melanggar Pasal 5Huruf(A),6 (R),4(O)Ppri No.2 Th 2003

Patsus 7 Hari

31Tsa/Bripka/ Ba Unit Idik

1 Satreskrim PolresKulon Progo

Melanggar Pasal 6Huruf (Q) Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 6 Bulan3.Patsus 21 Hari

32P/Pengatur 1/Ba Sium

Polsek Pandak

Melanggar Pasl 4Ayat 1 Ppri No.53

Tahun 2010Teguran Tertulis

Page 92: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

75

33Nik S.H./Briptu/Ba Dit

Sabhara Polda Diy

MelanggarPasal 4Huruf (A) Ppri No. Th

2003

1.Teguran Tertulis2.Patsus 7 Hari

34P/Aiptu / Ditreskrimum

Polda Diy

MelanggarPasal 4Huruf (B) Ppri No.2

Tahun 2003Teguran Tertulis

35Cfm/Bharada/ Ta Subden

1 Den B Pelopor

Melanggar Pasal 6Huruf (C) Ppri No.2

Th 2003

1.Tunda Ukp 2 Periode2.Tunda Dik 1 Tahun3.Patsus 21 Hari

36 Ayt/Bripka/Ba SiumPolsek Wirobrajan

Melanggar Pasal 4Huruf(F)Dan Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

Patsus14 Hari

37 Ld/Aiptu/Ba ReskrimPolsek Wirobrajan

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Dan Pasal6Huruf (L) Ppri No.2

Tahun 2003

Patsus14 Hari

38 Os/Bripda/Banit IiSabhara Polsek Wates

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda KenaikanPangkat Selama 1Periode

39 Awdbripka/Ba JatanrasDitreskrimum Polda Diy

Melanggar Pasal 6Hurf (Q) Ppri No.2 Th

2003Teguran Tertulis

40 S./Ipda/ Paur Min OpsDit Pol Air Polda Diy

Melanggar Pasal 6Huruf (Q) Ppri No.2

Tahun 2003-Teguran Tertulis

41 Kh/Brigadir/Ba PolsekKraton P

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Dan (J)Ppri No.2 Th 2003

1.Patsus 7 Hari2.Tunda Dik 1 Tahun3.Tindakan Disiplin

42Aw/Aipda/ Ba SiePropam Polresta

Yogyakarta

Melanggar Pasal3Huruf (I) Dan Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 6 Bulan3.Tindakan Disiplin

43 Ms/Bripk/ Ba SatSabhara Polres Sleman

Melanggar Pasal 4Huruf(A) Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 6 Bulan

44 Hs/Bripk/ Ba Sat SabharaPolres Sleman

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 1 Tahun3.Patsus 14 Hari

45 S/Aipda/ Banit IntelkamPolsek Girimulyo

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2. Tunda Dik 6 Bulan

46

M/Aiptu// Ka SpktPolsek

PiyunganAh/Aiptu/ BaSpkt Polsek Piyungan

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 6 Bulan3.Patsus 7 Hari

Page 93: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

76

47

Rk/ Bripda// Propam ResGunungkidul

Pasal 4 Huruf (D)Pasal 5 Huruf (A) Ppri

No 2 Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Ukp 1 Periode3.Mutasi Demosi4.Patsus 21 Hari

48 S/ Aiptu// Ka Spkt IiPolsek Karangmojo

Pasal 5 Huruf (A) PpriNo 2 Th 2003

1.TeguranTertulis2.Mutasi Demosi

49 Ks/ Bripka/ BaBiddokkes Polda Diy

Melanggar Pasal 6Huruf (M) Dan Pasal5 Huruf (A) Ppri No 5

Th 2003

1. Teguran Tertulis2.Tunda Dik 6 Bulan

50 Ss/Kompol/KapolsekTempel

Melanggar Pasal 4Huruf (B) Ppri No.2

Th 2003Teguran Tertulis

51 Abs./Aipda/BaDitreskrimum

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Patsus 21 Hari2. Mutasi Demosi

52

S./Kompol/Kassubaganev Bagbinopsnal Dit

Polairmu/Aiptu/71120016/ps. Panit unit IIsiepatwal satrolda

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Dan Pasal 5

Huruf(A) Ppri No.2Tahun 2003

Teguran Tertulis

53

SilviaKusumaningrum/Bripka/

85060069/Ba PolrestaYogyakarta

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Dan (J)Ppri No.2 Th 2003

Teguran Tertulis

54T/Iptu/Panit Lantas

Polsek Kretek

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Dan Pasal 5

Huruf(A) Ppri No.2Tahun 2003

Teguran Tertulis

55Er./Kompol/Kanit Siaga

Spk 2 Spkt Polda Diy

Melanggar Pasal 3Huruf (G) Dan Pasal 5

Huruf(A) Ppri No.2Tahun 2003

1. Teguran Tertulis2.Patsus 7 Hari

56Jak/Bripda/Ba DitSabhara Polda Diy

MelanggarPasal 5Huruf (A)Ppri No.2

Th 2003

1.Patsus 21 Hari2.Tunda GajiBerkalaSelama 6 Bulan

57Magn/Brigadir/Ba Den BPelopor Satbrimob Diy

Melanggar Pasal 6Huruf (C) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Tunda Ukp 2 Periode2.Patsus 21 Hari3.Tindakan Disiplin

58Ahhybrigadir/Ba Sat

Sabhara PolrestaYogyakarta

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Patsus 14 Hari2.Tunda Dik 6 Bulan3.Tindakan Disiplin

59Jps/Bripka/Ba SpktPolsek Pakualaman

Melanggar Pasal 3Huruf (G) Pp Ri No. 2

Tahun 2003

1.Patsus 7 Hari2.Tunda Dik 6 Bulan3.Tindakan Disiplin

Page 94: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

77

60Dk/Aiptu/Ps.Panit 2

Reskrim Polsek Tempel

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Thun 2003

1.Teguran Tertulis2.Patsus 7 Hari

61An/Brigadir/Banit

Reskrim Polsek Pakem

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Patsus 14 Hari

62Hs./Bripka/Ba Sat

Sabhara Polres Sleman

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Tunda Ukp 1 Periode2.Tunda Dik 1 Tahun

63 Dha/Bripka/Ba SpktPolsek Wates

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri. No2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 6 Bulan3.Patsus 14 Hari

64Paw/Bripka/Ba Unit

Sabhara PolsekDanurejan

Melanggar Pasal 4Huruf (D) Ppri No.2

Tahun 2003

1.Patsus 21 Hari2.Tunda Ukp 1 Tahun3.Tunda Dik 1 Tahun4.Mutasi Bersifat Demosi5.Tindakan Disiplin

65Waw/Brigadir/Ba Polsek

Umbulharjo

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Dan (I) PpRi No. 2 Tahun 2003

1.Patsus 14 Hari2.Tunda Dik 6 Bulan3.Tindakan Disiplin

66Iw/Brigdir/ Ba Unit

Sabhara Polsek Wates

Melanggar Pasal 4Huruf (I) Ppri. No2

Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Patsus 7 Hari

67Kds/Aipda/ Banit Lantas

Sek Piyungan

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No 2

Th 2003

1.Teguran Tertulis2.Tunda Dik 1 Tahun

67Dt/Bripka/ Banit Sabhara

Polsek Patuk

Melanggar Pasal 5Huruf (A) Ppri No.2Tahun 2003

1.Teguran Tertulis2.Patsus 14 Hari

Sumber: Data Pelanggaran dan Hukuman Disiplin Bidpropam PoldaD.I.Yogyakarta Tahun 2018.

Jumlah pelanggaran disiplin anggota Polri di Polda D.I.Yogyakarta

yang terjadi pada tahun 2018 sejumlah 67 pelanggaran. Hukuman disiplin

yang paling banyak dijatuhkan oleh Atasan Hukum (Ankum) kepada para

pelanggar/terhukum adalah teguran tertulis. Hukuman tersebut akan tercatat

pada administrasi anggota Polri selama berdinas.

Page 95: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

108

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Maruf. M. 2013. Manajemen Bisnis Syariah, Aswaja, Yogyakarta.

_____________. 2014. Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan, AswajaPersindo, Yogyakarta.

Afan Gaffar. 2000. Politik Indonesia,Transisi Menuju Demokrasi, PustakaPelajar, Yogyakarta.

Anwar Prabu Mangkunegara. 2001. Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

_____________. 2005. Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung.

Dale Furtwengler. 2002. Ten Minute Guide To Performance Appraisals,terjemahan: Fandy Tjiptono, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Dale Timpe, A. 2000. The Art and Science of Business Management Performance,Terjemahan: Sofyan Cikmat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Effendy Marwan, 2005, Kejaksaan RI: Posisi dan FUNGSINYa dari PrespektifHukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hasibuan, SP M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.

Meleong, Lexy. J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Grafindo Persada,Jakarta.

Raharjo Satjipto. 2008. Lapisan-lapisan Dalam Studi Hukum. Banyumedia,Malang.

Simamora, Bilson. 2003. Penilaian Kinerja dalam Manajemen Perusahaan,Gramedia Pustaka, Jakarta.

Sudjiono. 2005. Mengenal Hukum Kepolisian, Prespektif Kedudukan danHubungannya Dalam Hukum Administrasi LAKsbang meditama,Surabaya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&B. Alfabeta,Bandung

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi(Miixed Methods, Alfabeta, Bandung.

Page 96: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

109

Sulistyani, Ambar T. dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R dan D, Alfabeta,Bandung.

Torang, Syamsir. 2016. Organisasi & Manajemen, Alfabeta, Bandung.

Uno, Hamzah. B dan Nina Lamatenggo. 2012. Teori Kinerja dan Pengukuranya,Bumi Aksara, Jakarta.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wibowo. B.S, dkk. 2002. SHOOT: Sharpening Our Concept and Tools, PT.Syamil Cipta Media, Bandung.

Widodo, Joko. 2005. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Bayu MediaPublishing, Malang.

Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Salemba Empat,Jakarta.

Sumber lain

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara KepolisianNegara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003 tentangPemberhentian Anggota Polri

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang PeraturanDisiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentangPelaksanaan Teknis Institusional Peradilan Umum Anggota Polri

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang DisiplinPegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 TentangPertubahan Kedua Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun2001 Tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia.

Perkap Nomor 21 Tahun 2010 tentang SOTK Mabes Polri

Perkap Nomor 22 Tahun 2010 tentang SOTK Polda

Perkap Nomor 23 Tahun 2010 tentang SOTK Polres dan Polsek

Page 97: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

110

Peraturan Kapolri Nomor 02 Tahun 2016 tentang Penyelesaian PelanggaranDisiplin Anggota Polri

Logo Bidpropam diakses oleh peneliti dari google dengan link:http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=2167:diunduh pada tanggal 3Desember 2018

Struktur Organisasi diakses oleh peneliti dari google dengan link:http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=2167:diunduh pada tanggal 3Desember 2018.

Data Dokumen tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja pada TingkatKepolisian Daerah Polda DIY diolah oleh peneliti pada tanggal 3November 2018.

Logo Polda DIY diakses oleh peneliti dari google dengan link:https://www.google.com/search?q=logo+polda+diy+png&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjG9P2t7cjcAhVLqI8KHaiWBDMQ_AUICigB&biw=1366&bih=623#imgrc=55_ZgNTCxtQtCM pada tanggal 3November 2018.

Struktur Organisasi Polri oleh peneliti dari google dengan link:https://www.polri.go.id/tentang-struktur.php: pada tanggal 3 November2018.

Sejarah Polda DIY diakses oleh peneliti dari google dengan link:http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=1821pada tanggal 1 Agustus2019.

Visi Misi Polda DIY diakses oleh peneliti dari google dengan link:http://jogja.polri.go.id/website/?page_id=1821pada tanggal 1 Agustus2019.

Sumber: Astagrata diakses oleh peneliti dari google dengan link:https://brainly.co.id/tugas/6179746pada tanggal 7 Agustus 2019.

Page 98: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

111

Page 99: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

112

Page 100: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

113

Page 101: FUNGSI PROFESI DAN PENGAMANAN DALAM PEMBINAAN

114