FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

18
1 UNIVERSITAS INDONESIA FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS ELEGANT GOTHIC LOLITA DI DUNIA MAYA MAKALAH NON-SEMINAR MARSHELLA ELVINA 1106000615 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI 2016 Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Transcript of FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

Page 1: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

1    

UNIVERSITAS INDONESIA

FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS ELEGANT GOTHIC LOLITA DI DUNIA MAYA

MAKALAH NON-SEMINAR

MARSHELLA ELVINA 1106000615

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK

JANUARI 2016

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 2: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

2    

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 3: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

3    

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 4: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

4    

Fungsi Kultural Gaya Busana Lolita pada Komunitas Elegant Gothic Lolita di Dunia Maya

Marshella Elvina (1106000615)

Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Jurnal ini membahas fungsi kultural gaya busana Lolita pada komunitas Elegant Gothic Lolita di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja fungsi kultural yang terdapat dalam gaya busana Lolita di komunitas tersebut. Pembahasan dalam jurnal ini menggunakan konsep gaya busana oleh Barnard Malcolm dalam bukunya yang berjudul Fashion as Communication (1996). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang difokuskan pada komunitas Elegant Gothic Lolita di situs Livejournal dengan melakukan observasi partisipan serta wawancara tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya busana Lolita memiliki fungsi-fungsi kultural yang ditunjukkan oleh penggunanya.

Kata kunci: Gaya busana, Fungsi Kultural, Lolita

ABSTRACT

The focus of this study is cultural function of Lolita fashion in an online community called Elegant Gothic Lolita. The purpose of this study is to analyze the cultural functions in Lolita fashion which is shown by the member of the community. This study uses Barnard Malcolm’s concept of fashion as described in his book titled Fashion as Communication (1996). This research is qualitative research, focused on Elegant Gothic Lolita community in Livejournal website by performing participant observation and indirect interview. The result of this study shows that Lolita fashion has cultural functions shown by the wearer.

Key words: Fashion, Cultural Function, Lolita

1. PENDAHULUAN

Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki keunikan dalam gaya busananya.1

Harajuku, sebuah distrik di Tokyo, merupakan daerah yang terkenal dengan Street Fashion

dan mode. Street Fashion merupakan gaya busana yang terbentuk bukan melalui desainer

profesional melainkan terbentuk oleh khalayak ramai.2 Orang-orang inilah yang memadukan

gaya mereka sendiri menggunakan beberapa elemen busana untuk mengidentifikasikan bahwa

mereka berbeda dari masyarakat umum. Hingga saat ini, Harajuku dipenuhi dengan toko-toko

                                                                                                                         1 http://injapan.gaijinpot.com/play/culture/2012/03/10/unique-japanese-fashion-styles/ 2 Jiratanatiteenun et al (2012), hlm. 292

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 5: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

5    

kecil yang menjual busana Cosplay, Punk, Lolita, dan busana-busana feminin. Di antaranya,

Cosplay dan Lolita merupakan yang paling terkenal. (Jiratanatiteenun et al, 2012: 294)

Secara umum, ketika seseorang mendengar kata Lolita, apa yang akan terbesit adalah

tokoh Lolita dalam karya Vladimir Nabokov berjudul “Lolita” yang diterbitkan pada tahun

1958 (pertama kali dipublikasikan di Paris pada 1955)3. Novel ini menceritakan seorang

pedofil paruh baya, Humbert Humbert, dalam kisahnya yang menodai seorang gadis berumur

12 tahun bernama Dolores Haze (yang dimaksudkan sebagai Lolita pada judul bukunya) yang

juga merupakan anak tirinya.

Meskipun istilah Lolita sering diasosiasikan dengan novel karya Nabokov tersebut,

gaya busana Lolita di Jepang tidak ada kaitannya dengan Lolita complex dan bahkan memiliki

konsep yang berbeda. Lolita, yang juga dikenal sebagai “Lolis”, adalah remaja perempuan dan

laki-laki yang berpakaian sebagai representasi anakronistik dari boneka zaman Victorian

(1837-1901), yang menggunakan banyak renda-renda, ruffle, dan pita-pita dari kepala hingga

kaki (Winge, 2008: 47). Lolita memiliki ciri khas yaitu gaun dengan bentuk rok seperti

lonceng (gambar 1.1) atau huruf “A” (gambar 1.2) dengan hiasan renda dan pita. Sepatu dan

hiasan kepala seperti bando, bonnet, dan topi baret juga merupakan bagian penting dalam

gaya busana ini.

Gambar 1.1 Rok Berbentuk Lonceng Gambar 1.2 Rok Berbentuk Huruf “A”

(sumber: Gothic & Lolita Bible vol. 34) (sumber: Gothic & Lolita Bible vol. 42)

                                                                                                                         3 Hinton (2013), hlm.1584

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 6: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

6    

Sejak tahun 1990-an, subkultur Lolita mengalami perkembangan yang menjadikannya

tidak hanya sebuah Street Fashion di Harajuku. Pada tahun 2013, 日本ロリータ協会 atau

Japan Lolita Association, sebuah komunitas Lolita resmi, didirikan oleh seorang model

majalah Gothic & Lolita Bible4 yang bernama Aoki Misako. Selain komunitas fisik tersebut,

juga terdapat komunitas Lolita yang aktif di dunia maya yang bernama Elegant Gothic Lolita

(EGL). Komunitas ini didirikan di situs Livejournal pada tahun 2001 yang masih aktif hingga

saat ini (2015).5 Di komunitas ini para anggota yang berjumlah lebih dari 18.000 orang dapat

berdiskusi mengenai gaya busana Lolita.

2. TINJAUAN TEORETIS

2.1 Fungsi Kultural Gaya Busana

Malcolm Barnard dalam bukunya yang berjudul Fashion as Communication (1996:

11) menjelaskan arti gaya busana secara etimologi. Kata gaya busana, yang dalam bahasa

Inggris adalah fashion, berkaitan dengan bahasa Latin, factio dan facere yang artinya

membuat atau melakukan. Karena itu, arti asli gaya busana mengacu pada kegiatan; gaya

busana merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tak seperti dewasa ini, yang memaknai

gaya busana sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.6

Dalam buku Fashion as Communication, Barnard menguraikan tentang fungsi kultural

pakaian dan gaya busana yang akan digunakan dalam penelitian ini. Fungsi tersebut antara

lain sebagai berikut:

1. Fungsi komunikasi

Fungsi komunikasi dari gaya busana dan pakaian yaitu untuk

mengomunikasikan keanggotaan satu kelompok kultural, baik pada orang-orang

yang menjadi anggota kelompok tersebut maupun bukan.7 Dalam hal ini, gaya

busana dan pakaian secara simbolik mengikat satu komunitas.

                                                                                                                         4 Gothic and Lolita Bible (GLB) merupakan majalah dengan subkultur Gotik dan Lolita sebagai bahasan utama. Majalah ini terbit pertama kali pada tahun 2001 dan diterbitkan 4 bulan sekali sesuai musim. 5 http://egl.livejournal.com/ 6 Barnard (1996), hlm. 10 7 Ibid, hlm. 83

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 7: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

7    

2. Fungsi ekspresi individualistik

Fungsi ekspresi individualistik adalah, fungsi bahwa gaya busana dan pakaian

merupakan cara yang digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri

sebagai individu dan menyatakan beberapa bentuk keunikannya.8 Pemakai juga

mengekspresikan perasaan mereka melalui pakaiannya.

3. Fungsi nilai sosial atau status

Fungsi nilai sosial atau status dilihat dari pakaian dan gaya busana yang sering

digunakan karena orang kerap membuat penilaian terhadap nilai sosial atau status

orang lain berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut.9 Status bisa merupakan

hasil atau berkembang dari berbagai sumber seperti jabatan, keluarga, jenis

kelamin, usia, atau ras.

4. Fungsi definisi peran sosial

Pakaian dan gaya busana pun digunakan untuk menunjukkan atau

mendefinisikan peran sosial yang dimiliki seseorang, hal ini merupakan fungsi

gaya busana sebagai definisi peran sosial.10

5. Fungsi nilai ekonomi atau status

Fungsi nilai ekonomi atau status dari gaya busana dan pakaian yaitu

merefleksikan bentuk organisasi ekonomi tempat seseorang hidup di samping

merefleksikan statusnya di dalam ekonomi itu.11

6. Fungsi simbol politis

Fungsi gaya busana dan pakaian pun terkait erat dengan bekerjanya kekuasaan,

ini adalah fungsi gaya busana sebagai simbol politis.12

7. Fungsi kondisi magis-religius

Fungsi religius gaya busana dilihat dari busana yang menunjukkan

keanggotaan, atau afiliasi, pada kelompok atau jamaah kelompok agama tertentu

(baik dikenakan secara permanen maupun secara berkala).

8. Fungsi ritual sosial

Fungsi ritual sosial dalam gaya busana dan pakaian adalah sebagai pembedaan

antara yang ritual (seperti pernikahan dan pemakaman) dan nonritual. Misalnya,

                                                                                                                         8 Barnard (1996), hlm. 84-86 9 Ibid, hlm. 86 10 Ibid, hlm. 89 11 Ibid, hlm. 90 12 Ibid, hlm. 92

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 8: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

8    

seseorang tidak biasa mengenakan pakaian yang biasa dipakainya sehari-hari saat

menghadiri pernikahan atau pemakaman.13

9. Fungsi rekreasi

Terakhir, fungsi rekreasi ditunjukkan bahwa gaya busana dan pakaian sekadar

untuk kesenangan, cara menimbulkan kenikmatan.14 Gaya busana dan pakaian

dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan dan nyaman. Kenikmatan dapat

diperoleh dari merasakan tekstil dan pakaian tertentu, dan merasakan pakaian

menyentuh kulit.

2.2 Gaya Busana Lolita

Lolita merupakan gaya busana yang terinspirasi dari boneka zaman Victorian, atau

pakaian zaman Edwardian (1901-1910)15 dan Rococo (sekitar abad ke-18). Gaya busana

Lolita di Jepang tidak memiliki hubungan dengan Lolita-complex atau novel karya Nabokov

yang berjudul Lolita.

Kata Lolita (ロリータ) mulai digunakan sebagai istilah Lolita Fashion (ロリータ・

ファッション) dalam majalah Fashion Nenkan pada tahun 1987.16 Dalam majalah tersebut,

Lolita adalah istilah gaya busana baru yang diperkenalkan sebagai berikut:

「少女のようにかわいらしい幼い感じのファッションに対する

総称として用いられる。フリルのたくさんついたブラウス、レースカ

ラーやリボン使いのドレス、花柄のスカートなどを、特に少女でない

人が着るときにいう」

Digunakan sebagai istilah terhadap gaya busana dengan kesan muda

yang manis seperti anak perempuan. Terutama digunakan untuk menyebut

orang yang bukanlah anak perempuan dan mengenakan blouse yang memiliki

banyak kerutan, gaun yang menggunakan pita dan kerah berenda, atau rok

dengan motif bunga.

Dalam gaya busana Lolita, siluet merupakan hal yang penting. Misalnya bentuk rok

yang bervolume pada pakaian Lolita dengan penggunaan petticoat. Penggunaan hiasan kepala

                                                                                                                         13 Barnard (1996),, hlm. 97 14 Ibid hlm. 98 15 http://www.edwardianpromenade.com/the-edwardian-era/ 16 Yahata dan Watanabe (2013), hlm. 12

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 9: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

9    

seperti bando, pita, atau bonnet, dan sepatu mary jane juga merupakan hal penting dalam

estetika Lolita.

Lolita memiliki beberapa varian gaya (juga biasa disebut sub-style) seperti Sweet

Lolita yang didominasi oleh warna pastel; Classic Lolita dengan warna redup dan kesan yang

lebih dewasa, elegan, dan antik; Gothic Lolita yang memiliki warna gelap dan kesan

misterius; Punk Lolita yang terinspirasi oleh gaya punk; serta Ouji Style dengan gaya yang

menyerupai anak lelaki.

3. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan studi dokumen. Dokumen

yang dijadikan dasar teori utama mengenai gaya busana yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah fungsi gaya busana yang dibahas oleh Malcolm Barnard dalam bukunya

yang berjudul Fashion as Communication (1996). Selain itu, data juga dikumpulkan melalui

sumber tertulis lainnya seperti buku, majalah, jurnal, dan sumber internet yang memiliki

keterkaitan dengan gaya busana dan Lolita.

Selanjutnya, analisa data dilakukan dengan melakukan observasi partisipan terhadap

konten, jurnal, maupun diskusi yang ada dalam komunitas Elegant Gothic Lolita (EGL) di

situs Livejournal yang beralamatkan di http://egl.livejournalcom/. Metode observasi

partisipan dipilih karena peneliti ikut menjadi anggota dalam komunitas tersebut, serta

melakukan wawancara jarak jauh dengan menulis jurnal yang berisi pertanyaan terhadap

anggota komunitas tersebut. Komunitas EGL dipilih karena memiliki anggota lebih dari

18.000 orang, telah ada sejak tahun 2001, dan terlepas dari kemunculan berbagai macam

jejaring sosial lainnya, komunitas tersebut masih aktif hingga saat ini.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Fungsi Komunikasi Gaya Busana Lolita

Gaya busana dan pakaian memiliki fungsi komunikasi yaitu mengomunikasikan

keanggotaan suatu kelompok kultural, baik pada orang-orang yang menjadi anggota

kelompok tersebut maupun bukan. Kesamaan gaya busana dan pakaian yang dikenakan

seorang individu menandakan keanggotaannya dalam suatu kelompok.

Seseorang yang mengenakan gaya busana Lolita merupakan bagian dari subkultur

Lolita. Dalam observasi yang dilakukan pada komunitas Elegant Gothic Lolita di situs

Livejournal, anggota-anggota dalam komunitas tersebut menyatakan bahwa seseorang dapat

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 10: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

10    

dikatakan sebagai Lolita jika ia mengenakan gaya busana Lolita. Berikut adalah kutipan dari

salah satu komentar anggota dalam jurnal yang ditulis oleh akun sherrayumi17 mengenai

apakah seseorang dapat dianggap sebagai Lolita atau tidak meskipun hanya memakai gaya

busana Lolita sebanyak satu kali (http://egl.livejournal.com/19989153.html, dipos tanggal 29

Oktober 2015, 17:08:00 UTC):

“… I think if people are lolita at heart they they can consider themselves a lolita. If a

person were to wear lolita once and never wear it again or think about it again, then

they are not lolita. BUT If they wore it once, love to follow the fashion and even if

they can't buy the dresses or wear it often and they like to do the activities associated

with lolita then I would say they are one. …”

(dipos oleh mintyxtangerine, 30 Oktober 2015, 07:10:08 UTC)

— “… Kurasa jika orang-orang merupakan Lolita dari hatinya mereka dapat

menganggap diri mereka seorang Lolita. Jika seseorang hanya memakai Lolita

sekali dan tidak pernah memakainya lagi atau tidak memikirkannya lagi, maka

mereka bukanlah Lolita. TETAPI jika mereka memakainya sekali, ingin mengikuti

gaya busana Lolita dan meski mereka tidak bisa membeli pakaian atau jarang

memakainya dan mereka suka melakukan aktivitas yang berkaitan dengan Lolita

maka aku dapat mengatakan bahwa mereka adalah seorang Lolita. …”

Dari observasi tersebut, dapat dikatakan bahwa seseorang dapat dianggap sebagai

seorang Lolita dan menjadi bagian dari subkultur Lolita meskipun ia hanya pernah memakai

gaya busana Lolita satu kali. Tetapi, jika orang tersebut memutuskan untuk tidak lagi

memakai gaya busana Lolita, maka ia bukan lagi bagian dari subkultur Lolita. Hal ini

menunjukkan bahwa gaya busana Lolita memiliki fungsi sebagai pengikat dalam suatu

kelompok yaitu subkultur Lolita.

Namun, jika elemen busana Lolita tidak dikenakan dengan baik sesuai estetika gaya

busana Lolita yang diterapkan oleh para anggota subkultur Lolita, terutama komunitas EGL,

maka seorang Lolita akan dicap sebagai “Ita”. Ita merupakan istilah yang berasal dari kata 痛

い (itai) yang berarti sakit. Istilah ini digunakan ketika seseorang memakai pakaian yang

memalukan dan tidak memakai gaya busana Lolita secara benar sehingga menimbulkan kesan

‘menyakitkan’ saat melihatnya.18 Tidak menggunakan petticoat, kualitas pakaian yang buruk,

renda yang terlalu banyak, rok yang terlalu pendek, dan koordinasi yang buruk dianggap                                                                                                                          17 Akun sherrayumi merupakan akun peneliti yang dibuat khusus untuk menjadi anggota di komunitas EGL agar dapat menulis jurnal di komunitas tersebut. 18 http://lang-8.com/17246/journals/243429081602752859129843174120243550860

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 11: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

11    

sebagai beberapa hal yang merupakan penentu pelabelan “Ita” terhadap seseorang yang tidak

sesuai dengan peraturan yang ada dalam gaya busana ini.19

Berdasarkan hasil observasi tersebut, gaya busana dalam subkultur Lolita berfungsi

untuk mengomunikasikan apakah seseorang tergolong sebagai Lolita atau bukan. Namun jika

seorang Lolita gagal menampilkan estetika Lolita, maka ia akan diberi label sebagai Ita dan

tidak dianggap sebagai Lolita sepenuhnya.

4.2 Fungsi Ekspresi Individualistik Gaya Busana Lolita

Gaya busana merupakan cara individu mengekspresikan keunikannya dan

membedakan dirinya sendiri sebagai individu. Perasaan individu juga ditunjukkan melalui

gaya busana dan pakaian yang dikenakannya. Beberapa anggota menyatakan bahwa mereka

menyukai gaya busana Lolita karena mereka dapat mengekspresikan diri mereka melalui gaya

busana tersebut. Salah satu anggota komunitas EGL menunjukkannya dalam komentar

sebagai berikut:

“I like wearing lolita because it allows me to express myself personally much

better. :3 Normal clothes don`t feel "right" for me to wear, if that makes sense. >A>;

I feel more like myself when I wear lolita, and it makes me happy wearing such

elegant and cute clothes, and getting all dressed up. I like wearing it to express and

show myself fully through my clothes. :3”

(dipos oleh peach_flower, 17 Januari 2011, 02:31:48 UTC)

— “Aku suka memakai Lolita karena Lolita membuatku dapat mengekspresikan

diriku dengan lebih baik. :3 Pakaian-pakaian biasa tidak terasa “tepat” untuk

kugunakan, jika itu masuk akal. >A>; aku lebih merasakan diriku ketika

memakai Lolita, dan mengenakan pakaian yang elegan dan manis membuatku

bahagia, seperti halnya berdandan. Aku suka memakainya untuk

mengekspresikan dan menunjukkan diriku sepenuhnya melalui pakaianku. :3”

Dari komentar tersebut, dapat dipahami bahwa pemakai gaya busana Lolita

mengekspresikan keunikan diri mereka melalui Lolita, membedakan diri mereka dengan

individu lainnya, serta menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya.

                                                                                                                         19 http://egl.livejournal.com/18914607.html, 10 November 2012, 21:24:00 UTC

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 12: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

12    

Meskipun gaya busana Lolita kerap dikaitkan dengan kesan kekanak-kanakan, makna

dari gaya busana Lolita akan berbeda berdasarkan tujuan dan perasaan pemakainya. Misalnya,

melalui varian gaya busana Lolita, tujuan dan perasaan pemakai juga berbeda-beda. Bagi

mereka, beberapa varian gaya dapat mengekspresikan diri mereka, namun tidak untuk varian

gaya yang lainnya. Misalnya, gaya kekanakan dapat diekspresikan dengan menggunakan

Sweet Lolita, gaya klasik dan antik diekspresikan melalui Classic Lolita, dan keinginan untuk

menjadi punk namun dengan nuansa yang manis dan imut-imut diekspresikan melalui Punk

Lolita. Menggunakan varian gaya yang berbeda juga berarti menunjukkan ekspresi yang

berbeda. Dengan ini, mereka tetap menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya sama

dengan anggota lain dalam subkultur Lolita dan memiliki keunikan sebagai individu melalui

koordinasi pakaian mereka.

4.3 Fungsi Nilai Sosial atau Status Gaya Busana Lolita

Gaya busana dan pakaian memiliki fungsi nilai sosial atau status yang dilihat dari gaya

busana dan pakaian yang sering dikenakan seseorang. Barnard pun menyatakan bahwa gaya

busana atau pakaian salah satunya digunakan untuk membedakan pria dari wanita.20 Maka

status yang dapat dilihat secara langsung dari gaya busana Lolita adalah penilaian bahwa

orang yang memakai gaya busana Lolita adalah perempuan karena rok merupakan elemen

busana yang kerap dipakai perempuan. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada laki-laki

yang mengenakan gaya busana Lolita.

Laki-laki yang mengenakan pakaian Lolita disebut ‘Brolita’ dalam komunitas EGL.

Pemberian status ini diberikan kepada laki-laki yang mengenakan pakaian Lolita, dan tidak

terbatas kepada laki-laki yang menggunakan varian gaya Ouji Style (dengan celana sebagai

elemen utama), namun juga kepada laki-laki yang menggunakan varian gaya Lolita yang

lainnya dengan rok sebagai elemen utama dalam busananya.

Dalam jurnal yang ditulis oleh akun sleepwthshadows

(http://egl.livejournal.com/19412106.html, 8 November 2013, 22:14:00 UTC), ia

mengungkapkan bahwa istilah “Brolita” merupakan istilah yang problematik. Beberapa

anggota EGL yang lain menyatakan bahwa istilah ini menarik dan lucu, namun beberapa

anggota yang lain menganggap istilah ini ofensif. Berikut salah satu kutipan komentar

mengenai istilah ini:

                                                                                                                         20 Barnard, hlm. 87

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 13: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

13    

“…as far as I know, the term 'brolita' just seems to be a fun little term for men that

wear the fashion. I don't think it really implies anything, other than it's a 'bro'

wearing lolita.”

(dipos oleh lafarat, 8 November 2013, 22:55:20 UTC)

— “… sepengetahuanku, istilah ‘brolita’ hanya terlihat sebagai istilah kecil yang

lucu untuk pria yang memakai gaya busana tersebut. Aku tidak merasa istilah itu

benar-benar menyiratkan apapun, selain bahwa itu adalah seorang ‘bro’ (brother,

saudara laki-laki) yang memakai Lolita.”

Dari hasil observasi yang dilakukan di jurnal tersebut, gaya busana dan pakaian

berfungsi sebagai nilai sosial atau status sebagai penentu apakah seseorang adalah Lolita atau

Brolita. Jika seorang perempuan memakai gaya busana Lolita, maka ia adalah seorang Lolita.

Namun, jika seorang laki-laki memakai gaya busana Lolita, maka ia akan diberi status sebagai

Brolita meskipun masih ada pro dan kontra mengenai penggunaan istilah ini dalam komunitas

EGL.

4.4 Fungsi Nilai Ekonomi atau Status Gaya Busana Lolita

Gaya busana dan pakaian merefleksikan kedudukan seseorang di dalam suatu ekonomi.

Meskipun gaya busana dan pakaian dapat menunjukkan jenis pekerjaan seseorang, fungsi

nilai ekonomi atau status dalam gaya busana Lolita tidak memperlihatkan jenis pekerjaan

pemakainya, tetapi level ekonomi dimana seseorang pemakainya berada dapat dinilai melalui

merek pakaian Lolita yang sering dipakai olehnya.

Dalam komunitas EGL, terdapat empat kategori pakaian yang sering digunakan, yaitu

brand, indie-brand, Bodyline, dan off-brand. Keempat kategori ini akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Brand merupakan sebutan untuk merek-merek Lolita yang mayor di Jepang seperti

Angelic Pretty, BABY, THE STARS SHINE BRIGHT (sering disingkat Baby atau

BtSSB), Innocent World, Victorian Maiden, Mary Magdalene, dan Moi-meme-

Moitie. Harga dari pakaian yang dijual oleh merek mayor tersebut berkisar antara

20.000 hingga 40.000 yen (dua – empat juta rupiah).

2. Indie-brand merupakan sebutan untuk merek-merek independen dengan harga

yang lebih murah dibandingkan brand (10.000 – 30.000 yen atau satu - tiga juta

rupiah), merek-merek indie yang terkenal di komunitas EGL biasanya merupakan

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 14: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

14    

merek-merek Cina yang dijual di situs berbelanja Taobao (www.taobao.com) dan

situs-situs lokal lainnya.

3. Bodyline merupakan sebuah toko di Jepang yang menjual baju cosplay dan

pakaian yang dapat dikategorikan sebagai Lolita. Pada awalnya Bodyline

merupakan sebuah merek Lolita yang sempat diliput dalam majalah Gothic &

Lolita Bible. Namun, karena pakaian yang mereka buat diproduksi dalam jumlah

banyak sehingga harga pakaian dapat dijual lebih murah, maka nilai ekslusif yang

seharusnya dimiliki oleh sebuah brand menghilang. Oleh karena itu, Bodyline

tidak dikategorikan sebagai brand maupun indie-brand. Kisaran pakaian Lolita

yang dijual di Bodyline adalah 3.000 hingga 6.000 yen (300.000 – 600.000 rupiah),

jauh lebih murah daripada pakaian yang dijual oleh brand.

4. Kategori terakhir, yaitu off-brand, merupakan pakaian yang dapat digunakan untuk

gaya busana Lolita, memiliki estetika Lolita, namun tidak berasal dari merek-

merek yang khusus menjual pakaian Lolita.

Pembagian merek ini secara tersirat menjadi suatu pembagian kelas yang

memperlihatkan level ekonomi pemakainya. Dalam jurnal yang dipos oleh shmennivie

mengenai tipe-tipe pemakai gaya busana Lolita,21 terlihat sebuah stereotip mengenai kelas

ekonomi yang ditentukan oleh merek. Shmennivie menyebutkan istilah “Brandwhore”, yang

meskipun memiliki kesan negatif, istilah ini mengacu pada Lolita yang hanya membeli

pakaian brand dan pakaian Lolita selain dari merek-merek besar tidak dapat diterima. Dalam

jurnal-jurnal lainnya, istilah elitist juga sering dipakai untuk menyebut Lolita yang hanya

memakai pakaian bermerek.

Orang yang baru pertama kali memakai gaya busana Lolita, yang di dalam komunitas

EGL disebut newbie/noobs, biasanya tidak membeli pakaian brand karena terlalu mahal.

Sehingga, indie-brand dan Bodyline dijadikan alternatif untuk penggemar gaya busana Lolita

dengan anggaran yang sedikit. Di Jepang, Bodyline tidak dianggap sebagai merek yang

menyajikan gaya busana Lolita karena toko tersebut menyamaratakan Lolita sebagai kostum

bukan sebagai gaya busana.22 Mendapatkan pengaruh tersebut, beberapa Lolita di luar Jepang

mulai menganggap Bodyline sebagai sesuatu yang tidak cocok untuk gaya busana Lolita.23

Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa seorang Lolita yang

memakai brand memiliki status ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan Lolita lainnya yang                                                                                                                          21 http://egl.livejournal.com/17776233.html, 18 November 2015, 20:09:00 UTC 22 http://detail.chiebukuro.yahoo.co.jp/qa/question_detail/q1442994604 23 Salah satunya adalah jurnal yang dipos oleh enbyprincess (http://egl.livejournal.com/19995194.html, 18 November 2015, 20:09:00 UTC) yang mempertanyakan apakah memakai Bodyline adalah sesuatu yang tabu.

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 15: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

15    

memakai pakaian indie-brand atau Bodyline. Bodyline dianggap sebagai pakaian untuk

pemula dan orang-orang yang memiliki anggaran yang sedikit, sementara Lolita yang

memiliki anggaran yang banyak cenderung akan membeli pakaian brand atau indie-brand.

4.5 Fungsi Ritual Sosial Gaya Busana Lolita

Gaya busana dan pakaian memiliki fungsi ritual sosial yaitu sebagai pembedaan antara

yang ritual dan nonritual. Maksudnya, pakaian yang digunakan sehari-hari berbeda dengan

pakaian yang digunakan saat menghadiri acara khusus seperti pernikahan atau pemakaman.

Beberapa orang di komunitas EGL tidak mengenakan pakaian Lolita setiap hari dan hanya

menggunakannya ke acara pertemuan bersama Lolita lainnya (meet-up) atau ke konvensi

anime. Misalnya salah satu komentar dalam jurnal yang ditulis oleh akun sherrayumi24

mengenai pertanyaan apakah para anggota komunitas EGL mengenakan gaya busana Lolita

setiap hari atau tidak:

“… Personally I am not able to wear Lolita every day for practical reasons so it's

mainly for meetups, cons and other special occasions. …”

(dipos oleh sweetcarolanne, 29 Oktober 2015, 23:59:21 UTC)

— “… Secara personal aku tidak dapat mengenakan Lolita setiap hari untuk alasan

praktikal jadi sebagian besar hanya untuk pertemuan, konvensi, dan acara-acara

spesial lainnya. …”

Komentar-komentar tersebut menunjukkan bahwa gaya busana Lolita memiliki fungsi

ritual sosial dan digunakan untuk menghadiri acara-acara tertentu seperti pertemuan Lolita,

pesta teh Lolita, dan acara konvensi anime. Sementara itu, pakaian-pakaian kasual masih

menjadi pakaian sehari-hari mereka.

4.6 Fungsi Rekreasi Gaya Busana Lolita

Kesenangan dan kenyamanan yang didapat saat mengenakan gaya busana dan pakaian

merupakan fungsi rekreasi gaya busana. Gaya busana merupakan cara untuk mendapatkan

kesenangan dan menimbulkan kenikmatan yang diperoleh dari merasakan tekstil dan pakaian

tertentu saat menyentuh kulit. Beberapa anggota komunitas EGL menyatakan bahwa mereka

merasa bahagia saat memakai gaya busana Lolita. Salah satunya dipos dalam komentar pada

                                                                                                                         24 http://egl.livejournal.com/19989153.html, 29 Oktober 2015, 17:08:00 UTC

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 16: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

16    

jurnal yang ditulis oleh akun sevalprincess25 mengenai permintaannya kepada anggota lain

untuk memberikan alasan mengapa mereka menyukai Lolita sebagai berikut:

“I love lolita because I feel so happy just wearing the outfits. …”

(dipos oleh akane1313, 17 Januari 2011, 21:51:21 UTC)

— “Aku menyukai Lolita karena aku merasa begitu bahagia hanya dengan memakai

pakaian itu. …”

Dari halaman jurnal yang sama, anggota lainnya menyatakan bahwa mereka menyukai

gaya busana tersebut karena dengan mengenakan gaya busana Lolita dapat membuat mereka

merasa bahagia. Kenyamanan dan rasa percaya diri juga timbul dalam diri mereka saat

memakai gaya busana Lolita. Perasaan bahagia, dan kenyamanan yang ditimbulkan ini adalah

fungsi rekreasi gaya busana Lolita.

5. KESIMPULAN

Gaya busana Lolita memengaruhi anggota komunitas Elegant Gothic Lolita untuk

dapat mengekspresikan diri serta mendapatkan kesenangan melalui Lolita. Fungsi ekspresi

individualistik Lolita dan fungsi rekreasi gaya busana Lolita ini merupakan fungsi yang paling

menonjol karena para anggota komunitas Elegant Gothic Lolita menjadikan kedua fungsi

tersebut sebagai alasan utama mereka menyukai Lolita.

Gaya busana Lolita, terutama pada komunitas Elegant Gothic Lolita memiliki

beberapa fungsi kultural yang sesuai dengan konsep gaya busana Malcolm Barnard (1996)

dalam bukunya yang berjudul Fashion as Communication. Fungsi-fungsi tersebut antara lain

fungsi komunikasi, ekspresi individualistik, nilai sosial atau status, nilai ekonomi atau status,

ritual sosial, dan rekreasi. Tetapi, ada beberapa fungsi yang tidak terdapat dalam gaya busana

Lolita yaitu fungsi definisi peran sosial, fungsi simbol politis, dan fungsi kondisi magis-

religius karena dalam gaya busana Lolita tidak ada peran sosial, tidak memiliki simbol politis,

serta tidak berkaitan dengan agama tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Aoki, Misako. (2014). ロリータファッション BOOK. Tokyo: Mynavi

                                                                                                                         25 http://egl.livejournal.com/16798565.html, 17 Januari 2011, 17:01:00 UTC

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 17: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

17    

Barnard, Malcolm. (2007). Fashion sebagai Komunikasi. (Idy S. Ibrahim & Yosal Iriantara,

Penerjemah.) Yogyakarta: Jalasutra

Barnard, Malcolm. (2011). Fashion Statements: Communication and Culture. In Scapp, R.,

and Seitz, B. (eds.) Fashion Statements: On Style, Appearance, and Reality (hlm.23-

34). New York: Palgrave Macmillan

Berry, Sarah. (2001). Fashion. A companion to Cultural Studies. 454-470.

Corte, Ugo. (2012). Subcultures and Small Groups – A Social Movement Theory Approach.

Uppsala: Uppsala University

Entwistle, Joanne. (2000). The Fashioned Body: Fashion, Dress and Modern Social Theory.

London: Polity Press

Heymann, Nadine. (2013). Visual Kei: Representations of gender and body in a translocal

subculture. Dalam Franklin, Alex. Urbane Guerillas. Cultures of Resistance, hg. V.

Oxford

Hinton, Perry R. (2013). Returning in a Different Fashion: Culture, Communication, and

Changing Representations of Lolita in Japan and the West. International Journal of

Communication, Vol. 7, 1582-1602.

Jiratanatiteenun, Aliyaapon, et al. (2012). The Transformation of Japanese Street Fashion

between 2006 and 2011. Advances in Applied Sociology, Vol. 2, No. 4, 292-302.

Johnston, Hank, & David A. Snow. (1998). Subcultures and the Emergence of the Estonian

Nationalist Opposition 1945-1990. Sociological Perspectives Vol. 41, No. 3, 473-497.

Kang, Z.Y., & Cassidy, T. (2015). Lolita Fashion: a trans-global subculture.

http://eprints.hud.ac.uk/id/eprint/23676

Kawamura, Yuniya. (2005). Fashion-ology, An Introduction to Gaya busana Studies. New

York: Berg

Miller, Laura. (2004). Youth Fashion and Changing Beautification Practices. dalam Mathews,

Gordon, & White, Bruce. (Eds.) (2012) Japan’s Changing Generations: Are Young

People Creating a New Society? Oxron, OX: Routledge Curzon, 83-98

Steel, Valerie. (Ed.). (2004). Encyclopedia of Clothing and Fashion (Vols. 1-3). Farmington

Hills: Thomson Gale

Williams, Patrick J. (2007). Youth-Subcultural Studies: Sociological Traditions and Core

Concepts. Sociology Compas 1/2, 572-593.

Winge, Theresa. (2008). Undressing and Dressing Loli: A Search for the Identity of the

Japanese Lolita. Mechademia, Vol. 3, 47-63.

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016

Page 18: FUNGSI KULTURAL GAYA BUSANA LOLITA PADA KOMUNITAS …

18    

Yahata, Mariko, & Watanabe, Asuka. (2013). ロリータ・ファッションのルーツ:1980年

代以降のストリートファッションに着目して. 共立女子短期大学生活科学科紀

要、Vol. 56, 11-31.

Yinger, J.M. (1960). Contraculture and Subculture. American Sociological Review, Vol. 25,

No. 5, 625-635.

Young, K., & Mack, R.W. (1959). Sociology and Social Life. New York: American Book

Younker, Terasa. (2011). Lolita: Dreaming, Despairing, Defying. Stanford Journal of East

Asian Affairs. Vol. 1, No. 1, 97-110

Sumber Internet

Gaijinpot. (2012) Uniqe Japanese fashion styles

http://injapan.gaijinpot.com/play/culture/2012/03/10/unique-japanese-fashion-styles/

(diakses 12 Oktober 2015, 22:21)

Halaman Muka Komunitas Elegant Gothic Lolita

http://egl.livejournal.com/

Tokyo Fashion News

http://tokyofashion.com/

可愛すぎでテンションあがる原宿系フェアリーファッションコーデ

http://masi-maro.com/det/1603 (diakses 6 November 2015, 19:31)

日本ロリータ協会について

http://jlolita.org/about/ (diakses 7-9 Oktober 2015, 21:27)

Fungsi Kultural ..., Marshella Elvina, FIB UI, 2016