Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

62
Fungsi Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Teraupetik Disusun Oleh: Putri Ayu Prima Dewi (220110100112) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

Transcript of Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Page 1: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Fungsi Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Teraupetik

Disusun Oleh:

Putri Ayu Prima Dewi (220110100112)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

Page 2: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah subhanahu wata’ala,karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fungsi Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Teraupetik”.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memmberikan informasi kepada pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jatinangor, Desember 2010

Penulis

Page 3: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

PENDAHULUAN

Sebagaimana yang kita ketahui bersama,Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi

bangsa Indonesia.Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia,yang terdiri

atas berbagai suku dan etnis dengan latar belakang bahasa yang berbeda.Disini bahasa

indonesia berperan penting dalam komunikasi,untuk penyampaian maksud seseorang kepada

orang lain.Tidak mungkin komunikasi akan berjalan lancar jika bahasa untuk

penyampaiannya tidak tersusun dengan baik pula. Dalam berbagai bidang, komunikasi

merupakan faktor pertama dan utama agar hubungan dengan orang lain dapat berjalan dengan

lancar. Tanpa adanya komunikasi tentu akan membuat pekerjaan atau pun aktivitas kita

terganggu.

Dalam bidang keperawatan komunikasi ini juga suatu hal yang sangat penting,karena

dalam dunia keperawatan,profesinya lebih menuntut seorang perawat untuk bisa

berkomunikasi dengan kliennya dengan bahasa komunikasi yang baik.Dengan adanya

komunikasi yang baik antara perawat dengan kliennya maka akan terjalin hubungan yang

baik,dan akan terbina rasa saling percaya sehingga tujuan keperawatan yang sebenarnya akan

dapat dicapai dengan baik.

Oleh karena itu bahasa indonesi sangatlah penting fungsinya dalam komunikasi antara

seseorang dengan orang lain.

Page 4: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

PEMBAHASAN

A.Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

FUNGSI BAHASA INDONESIAFungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan

secara khusus. Dalam literatur bahasa, dirumuskannya fungsi bahasa secara umum bagi setiap orang

adalah

1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.

Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:

Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita. Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

2. Sebagai alat komunikasi.

Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.

Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.

4. Sebagai alat kontrol Sosial.

Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.

Page 5: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Fungsi bahasa secara khusus :

1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.

Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non formal.

2. Mewujudkan Seni (Sastra).

Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni, seperti syair, puisi, prosa dll. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.

3. Mempelajari bahasa- bahasa kuno.

Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan prasasti-prasasti.

4. Mengeksploitasi IPTEK.

Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum didalam :

1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Page 6: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai :

1. Bahasa Nasional

Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

Lambang kebanggaan Nasional.

Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

Lambang Identitas Nasional.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.

Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Alat penghubung antarbudaya antardaerah.

Page 7: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :

Bahasa resmi kenegaraan.

Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.

Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).

Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.

Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

Page 8: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

HAKIKAT BAHASA INDONESIA

Bahasa sebagai sarana interaksi social

Bahasa adalah ujaran

Bahasa meliputi dua bidang yaitu:

1. Bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap yaitu getaran yang bersifat fisik

yang merangsang alat pendengaran kita;

2. Arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang

menyebabkan adanya reaksi itu.

Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula

Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat:

a) Sistematik: yaitu bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar

dapat dipahami oleh pemakainya

b) Mana suka: karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar, tidak

ada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Pilihan

suatu kata disebut kursi, meja, guru, murid dan lain-lain ditentukan bukan atas

dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka

c) Ujar: bentuk dasar bahasa adalah ujaran, karena media bahasa terpenting

adalah bunyi

d) Manusiawi: karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang

memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya

e) Komunikatif: karena fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat

penghubung antara anggota-anggota masyarakat.

Bahasa dibentuk oleh kaidah atau aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar

agar tidak menyebabkan gangguan dalam berkomunikasi. Kaidah atau aturan dan

Page 9: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Bahasa

penting dikusai oleh pengirim maupun penerima pesan agar komunikasi yang terjadi

anta keduanya dapat berjalan dengan lancar. Bahasa adalah suatu sistem dari

lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat

komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri (Godam,2008). Bahasa terdiri dari dua

jenis, yaitu bahasa lisan sebagai bahasa primer, dan bahasa tulisan merupakan bahasa

sekunder.

Manfaat Penggunaan Bahasa Dalam Masyarakat :

1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

3. Alat untuk mengidentifikasi diri.

Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia

1) Ragam menurut golongan penutur bahasa, terdiri atas:

a)Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat atau dialek

b)Ragam Pendidikan, terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku

c)Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau gaya

2) Ragam menurut jenis pemakaian bahasa, terdiri atas

a. Ragam dari sudut pandang bidang/pokok persoalan. Misalnya, ragam bahasa

bidang politik (istilah khusus)

b. Ragam menurut sarananya: ragam lisan dan tulisan.

B.Komunikasi

1.Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis

atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini

bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau

‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau

kesamaan makna.

Page 10: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam

komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan

Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships,

group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the

environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan

individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang

merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

2.Komponen Komunikasia. Lingkungan komunikasiLingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:

1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.

1. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,

2. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

b. Sumber-PenerimaKita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan

Page 11: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.

c. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.

Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi KomunikasiKompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

Page 12: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

e. Pesan Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.

f. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).

g. Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.

Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.

h. GangguanGangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.

Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.

Page 13: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Macam Definsi Contoh

Fisik Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain

Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata

Psikollogis Interferensi kognitif atau mental

Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit

Semantik Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan

Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.

i. Efek Komunikasi

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.

j. Etik dan Kebebasan MemilihKarena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Page 14: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).

Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian

Page 15: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.

3. Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).

a. MenemukanSalah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.

Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."

Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua

Page 16: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

sumber ini.

b. Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.

c. Untuk meyakinkanMedia masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.

d. Untuk bermainKita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya

Page 17: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.

3. Prinsip-prinsip komunikasi

Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya.

1. Komunikasi Adalah Paket IsyaratPerilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam "paket". Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.

Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil, pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.

Pesan yang Kontradiktif Bayangkanlah seseorang yang mengatakan "Saya begitu senang bertemu dengan anda," tetapi. berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat kesana-kemari untuk mengetahui siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif (juga dinamai "pesan berbaur" oleh beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak disukai pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak saling menyentuh.

Pesan-pesan tersebut ada juga yang mengatakan sebagai "diskordansi" (discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua emosi atas perasaan yang berbeda. Sebagai contoh, anda mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini, tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga. Hasilnya adalah anda

Page 18: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu secara verbal dan lainnya secara nonverbal.

2. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan.

Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.

3. Komunikasi Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan

Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, "Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational).

Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan "Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini" atau "Dapatkah kita bertemu setelah rapat ini?" Dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama—tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan. Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.

Page 19: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Ketidakmampuan Membedakan Dimensi Isi dan HubunganBanyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang menyangkut dimensi isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan soal isi.

4. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan.

Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain. Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara kedua pihak dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah . Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya, hubungan antara guru dan murid, atau antara atasan dan bawahan—. Walaupun hubungan komplementer umumnya produktif di mana perilaku salah satu mitra melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain, masih ada masalah. Salah satu masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan. Sementara hubungan komplementer antara seorang ibu yan melindungi dan membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat sanglt penting dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang sama ketika anak ini beranjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak itu selanjutnya. Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi.

5. Rangkaian Komunikasi Dipunkuasi

Page 20: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau tanggapan.

Setiap tindakan merangsang tindakan yang lain. Masing-masing tindakan berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak ada stimulus awal. Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai stimulus dan masing-masing kejadian dapat pula dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa ditentukan mana yang stimulus dan mana yang tanggapan. Jika kita menghendaki komunikasi efektif—jika kita ingin memahami maksud orang lain—maka kita harus melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya, kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang unik dan bisa keliru.

Komunikasi adalah proses transaksionalKomunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.

Komunikasi adalah ProsesKomunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah —kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita—.

Komponen-komponen Komunikasi Saling TerkaitDalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain. Misalnya, anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk ke kelompok. Perubahan "khalayak" ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau teman-teman anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini juga dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara, dan seterusnya. Apa pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai akibatnya.

Page 21: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Komunikator bertindak sebagai satu kesatuanSetiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita —pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara berbeda.

6. Komunikasi Tak Terhindarkan Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.

Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.

7. Komunikasi Bersifat Tak Reversibel Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel. Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Tentu

Page 22: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat saja, misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan, nasi telah menjadi bubur.) lPrinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen—pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala macam variasinya— juga perlu diperhatikao , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi masa, di mana pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.

4. Persepsi dalam konteks komunikasi

Proses Persepsi

Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di "luar sana" dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi.

1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi (dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita, Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan.

2. Stimulasi terhadap Alat Indra DiaturPada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur berbagai prinsip. (makalah persepsi)

3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-DievaluasiTahap ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.

Page 23: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii ini belum tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian cukup besar orang.

PROSES KOMUNIKASI

Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses

komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai

media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal

(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya)

yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan

komunikator kepada komunikan.

Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna

dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses

membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,

pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan

disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan

atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh

komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari

komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau

perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses

penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat

menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan

berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator

cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan

pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan.

Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting

juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang

Page 24: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang

pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul

kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh

Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai

perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A

tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut

dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut

membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses

komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A.

Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,

pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.

Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan

baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya

apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu

mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan

tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata

lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari

komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan

komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau

jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb

adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara

sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat

kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).

FUNGSI KOMUNIKASI

Page 25: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi

komunikasi menjadi empat, yaitu:

1. Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi

itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup,

untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat

komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui

komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar,

perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan

itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.

Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita,

namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda

telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap

anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga

mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)

mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang

disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita.

Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang

yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966)

menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai

ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri

kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan)

yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap

pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya

dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih

kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma

dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian

dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.

b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.

Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri.

Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam

Page 26: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara

singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara

panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak

relevan.

c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.

Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu

dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita

seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan

kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan

untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan

sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik

dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima

kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri,

dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu

sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu

kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi

kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan

keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki

dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan.

Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang

dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan

solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan

sosial serta hiburan.

2. Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-

perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan

sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat

disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku

nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya.

Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya

Page 27: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa

kampus dengan melakukan demontrasi.

3. Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang

hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran,

sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu

orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-

ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara

bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul

Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk

komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga,

suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.

4. Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan,

mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.

Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun

hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat

kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk

bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi

instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek

ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,

menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi,

dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression

management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral

janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan

kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya

keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu

(jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan

Page 28: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa

keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan

sosial, dan kekayaan.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang

bila dicermati saling melengkapi. Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat

fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan

mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27)

memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:

1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan

ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi

lingkungannya .

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

RAGAM TINGKATAN KOMUNIKASI ATAU KONTEKS-KONTEKS

KOMUNIKASI

Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang

terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca

indera dan sistem syaraf manusia.

2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi

yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih

bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan

psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah

perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau

informasi yang disampaikan bersifat pribadi.

3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di

antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner

dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap

muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang

Page 29: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah

sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya

dengan akurat.

4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan

penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal

dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).

5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan

sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar,

heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan

yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74)

juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah

komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang

tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,

ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah

komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.

KEGUNAAN BELAJAR ILMU KOMUNIKASI

Mengapa kita mempelajari ilmu komunikasi ?Ruben&Steward, (2005:1-8) menyatakan

bahwa

1. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.

Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat

penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa

komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial

manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang lain

akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk,

bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok,

komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu

komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat

fundamental dalam kehidupan kita.

2. Komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas komplek.

Page 30: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini

ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai

kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga

komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam

Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita

memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru

dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu persepektif di

kehidupan manusia.

3. Komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi yang efektif.

Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan dalam

memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif,

memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas

kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai

kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai kompetensi

komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan

interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain

sebagainya.

4. Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik.

Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat

common sense dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal

sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik

karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan

tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal, ada ketrampilan komunikasi

dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal,

ataupun secara kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan

baik, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam

berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan

berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam

berinteraksi dengan manusia lainnya. Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.

5. Komunikasi adalah populer.

Page 31: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai popular. Banyak bidang-

bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan,

ada juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya

termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain.

Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni yang

diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain

seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya.

C.Komunikasi Teraupetik

Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).

Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

Tujuan Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

Jenis Komunikasi Terapeutik

Page 32: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis

Page 33: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5) Waktu dan Relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6) Humor

Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

1) Lengkap

Page 34: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

2) Ringkas

3) Pertimbangan

4) Konkrit

5) Jelas

6) Sopan

7) Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.

4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.

Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:

1) Adanya dokumen tertulis

2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman

3) Dapat meyampaikan ide yang rumit

4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan

5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai

6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.

7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian

8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:

1) Memakan waktu lama untuk membuatnya

2) Memakan biaya yang mahal

Page 35: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal

4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran

5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera

6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan

7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

1) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

2) Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.

3) Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.

4) Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh,

Page 36: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.

5) Artifak

Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.

6) Logo dan Warna

Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.

7) Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).

1. Ikhlas (Genuiness)

Page 37: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati (Empathy)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

Fase – fase dalam komunikasi terapeutik

1. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

2. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

3. Penyelesaian (Termination)

Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

Faktor – faktor penghambat komunikasi

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):

Page 38: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

1. Perkembangan.

2. Persepsi.

3. Nilai.

4. Latar belakang sosial budaya.

5. Emosi.

6. Jenis Kelamin.

7. Pengetahuan.

8. Peran dan hubungan.

9. Lingkungan.

10. Jarak.

11. CitraDiri.

12. Kondisi Fisik.

D.PERAN BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Seperti tang telah dijelaskan bahwa Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang

mendorong proses penyembuhan klien atau dalam pengertian lain komunikasi terapeutik

adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara

sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.

tentu dalam hal berkomunikasi yang baik, bahasa Indonesia sangat berperan penting. Selain

merupakan bahasa kesatuan kita, bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang paling

dimengerti oleh masyarakat, khususnya pasien atau klien. Dalam rangka komunikasi yang

bertujuan untuk mendorong penyembuhan seseorang, jelas sekali bahasa adalah faktor utama

kita dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana

komunikasi kita kepada klien tentu akan lebih mempermudah hubungan kita dengan klien.

Informasi-informasi mengenai penyakit ataupun kesehatan klien akan lebih jelas apabila kita

menggunakan bahasa Indonesi

Disamping itu dengan menggunakan bahasa Indonesia tidak akan terjadi

kesalahpahaman mengenai informasi yang berkaitan dengan kesehatan atau penyakit klien.

Page 39: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

Pengaruh Bahasa Indonesia dalam Pelayanan Kesehatan

Beragamnya bahasa yang ada di Indonesia dapat menyebabakan banyaknya arti dari

setiap kata. Tidak tersampianya pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan dapat

mengindikasikan adanya hambatan dalam komuniksi tersebut. Perbedaan bahasa antara

pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini perawat dengan klien dapat menjadi hambatan

dalam komunikasi antar keduanya. Oleh karena itu dibutuhkan bahasa yang dapat dimengerti

oleh hampir seluruh warga Indonesia dan dapat digunakan dimana saja perawat dan klien itu

berada, bahasa tersebut adalah Bahasa Indonesia karena bahasa ini merupakan bahasa

pemersatu semua penduduk yang ada di Indonesia.

Komunikasi yang jelas dan efektif adalah aspek penting ketika berhubungan dengan

klien, terutama jika perbedaan bahasa menciptakan rintangan kultural antara perawat dan

klien. Perbedaan bahasa yang terjadi antar aperawat dan klien harus dijembatani oleh orang

ketiga agar pesan yang disampaikan oleh perawat dapat diterima klien tanpa adanya

kesalahpahaman arti. Jika terjadi kesalahpahaman maka komunikasi yang terjadi antara

menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari

informasi lebih lanjut.

Bahasa Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar tehadap pelayanan

kesehatan. Hampir seluruh penduduk di Indonesia mengerti dan memahami arti dari

penggunaan bahasa Indonesia yang baik. Oleh karena itu dalam memberikan pelayanan

kesehatan seorang perawat harus menggunakan bahasa Indonesia yang benar agar tidak

terjadi kesalahpahaman. Beberapa pengaruh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dalam

berkomunikasi dalam pelayanan kesehatan adalah:

a. Memberikan kemudahan bagi penerima pelayanan kesehatan untuk memahami

maksud dari pemberi pelayanan kesehatan

b. Bahasa Indonesia mudah digunakan oleh penduduk Indonesia sehingga perawat

dapat menerapkan komunikasi teraupetik dalam memberikan pelayanan kesehatan

c. Bahasa Indonesia dapat mengurangi hambatan yang ada. Dalam hal ini adalah

hambatan dalam proses komunikasi dan hambatan smantik

d. Penggunaan bahasa Indonesia dapat memberikan kemudahan dalam berkomunikasi

sehingga perawat dapat memberikan asuhan yang tepat dan klien juga dapat

mengikuti perintah yang diberikan. Apabila komunikasi yang terjadi baik maka

seorang perawat tidak akan menemukan hambatan dalam memberikan intervensi

keperawatan

Page 40: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

e. Bahasa Indonesia dapat digunakan dimana saja diwilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan

pemberian pelayanan kesehatan dapat diberikan disemua lingkup bermasyarakat, baik itu di

puskesmas, rumah sakit maupun di komunitas yang ada di masyarakat.f. Memudahkan

terjadinya umpan balik antara penerima dan pemberi pelayanan kesehatan. Manfaat Bahasa Indonesia dalam Pelayanan Kesehatan

Jenis pelayanan kesehatan yang ada Indonesia sangat beragam mulai dari lingkup

yang sederhana sampai yang luas cakupannya. Pelayanan kesehatan diberikan mulai dari

lingkup personal, keluarga, dan yang berada di lingkungan masyarakat. Pelayanan

kesehatan dalam lingkungan masyarakat dapat meliputi pelayanan kesehatan di puskesmas,

kelompok-kelompok masyarakat atau komunitas dan Rumah Sakit. Komunikasi merupakan

hal yang penting dan harus diperhatikan oleh orang yang memberikan pelayanan kesehatan.

Dalam komunikasi faktor yang sangat berpengaruh adalah bahasa. Oleh karena itu

dibutuhkan kesamaan jenis bahasa yang digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman

dalam berkomunikasi. Di Indonesia penggunaan bahasa Indonesia lebih ditekankan

penggunaannya dari pada bahasa daerah. Hal ini dilakukan oleh perawat agar klien

memahami bahasa yang perawat gunakan. Namun, sebagai seorang perawat harus tetap

menghormati bahasa yang digunakan oleh kliennya.

Adapun manfaat dari penggunaan Bahasa Indonesia dalam pelayanan kesehatan

adalah:

a. Mengurangi hambatan dalam berkomunikasi antara pemberi dan penerima

Page 41: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik

pelayanan kesehatan

b. Memberi kemudahan bagi pemberi pelyanan kesehatan khususnya perawat dalam

memberikan intervensi kepada kliennya

c. Memudahkan klien dan perawat dalam berkomunikasi

d. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pemersatu mudah dimengerti oleh

hampir seluruh penduduk Indonesia sehingga penerima pelayanan keperawatan

mudah memahami dan menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan

d. Perawat akan lebih mudah dalam menerapkan komunikasi teraupetik kepada klien

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa pemersatu bangsa,sangatlah

penting bagi seorang perawat.Karena dengan adanya bahasa indonesia ini komunikasi

seorang perawat dengan kliennya akan berjalan dengan baik.Tapi ini bukan berarti seorang

perawat selalu mengutamakan bahsa indonesia dalam berkomunikasi dengan kliennya,karena

perawat juga tetap harus menghargai budaya klien dan juga bahasa klien,seperti bahasa

daerah dan bahasa yang sudah biasa digunakan klien.Bahasa Indonesia dapat memberikan

pengaruh yang besar terhadap komunikasi yang terjadi antara pemberi dan penerima

pelayanan kesehatan, diantaranya dapat mengurangi hambatan komunikasi dan mudahnya

terjalin komunikasi teraupetik antar keduanya sehingga intervensi yang dilakukan akan lebih

mudah dilakukan karena sudah ada kesepakatan terlebih dahulu antar keduanya. Bahasa

Indonesia yang baik sangat penting digunakan oleh perawat diamanapun lingkup pelayanan

kesehatan yang diberikan, baik itu di lingkup personal, keluarga, rumah sakit maupun di

lingkungan komunitas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pemberi

dan penerima pelayanan kesehatan yang dapat mengganggu komunikasi antar keduanya.

B.Saran

Sebagai seorang calon perawat yang profesional hendaknya kita mahasiswa

keperawatan bisa memahami dan mengerti bagaimana pentingnya bahasa indonesia dalam

berkomunikasi dengan klien,oleh sebab itu hendaknya kita menerapkan bahasa indonesia

yang baik dalam mengahadapi klien agar terbina hubungan yang baik dan terjalin komunikasi

teraupetik yang baik pula.

Page 42: Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Teraupetik