Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif
-
Upload
heldasari-sianturi -
Category
Documents
-
view
70 -
download
2
Transcript of Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif
Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif (Lengkap)
Apa itu Skripsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang
diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa,
skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi
momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik
sakit gigi daripada bikin skripsi".
skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar
sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan
sarjana (S1) dan diploma (D3).
Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap
universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan
yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS,
tidak boleh ada nilai C, D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.45, dan seterusnya.
Anda mungkin saat ini belum "berhak" untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya
untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.
Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing.
Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi
nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi
Anda (tidak lulus).
Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang
diharuskan untuk menemukan dan
menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau
memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara
untuk mahasiswa S1, skripsi adalah "belajar meneliti".
Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi
sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.
Miskonsepsi tentang Skripsi
Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya "ditujukan" untuk mahasiswa-mahasiswa
dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi
antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi
tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang
bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat
menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata.
Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul
dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi
sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah
keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi
ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua
pendekatan yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik
(scientific approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif
(statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist
approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori,
hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan
sejalan dengan grounded theory.
Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan
pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu
minder jika Anda mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan
pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan
menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.
Kiat Memilih Dosen Pembimbing
Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di
tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama
penulisan skripsi. Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang "benar-benar
membimbing" skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan "melepas"
dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing
adalah salah satu elemen penting yang mendukung kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.
Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa
memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang
memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih "enak" kalau Anda bisa memilih
sendiri dosen pembimbing untuk skripsi Anda.
Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?
Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1) Dosen senior, dan (2) Dosen junior.
Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau
professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di
bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan
kampus.
Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh,
kalau Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan
sebagai berikut:
* Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.
* Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang
tinggi dan jadwal yang sangat padat.
Tapi, keuntungannya:
* Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.
* Anda akan "tertolong" saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang
kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk "membantai"
Anda.
* Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.
Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama
proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam
terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak "jaim" dan "tidak sok"
kepada mahasiswanya.
Tapi, kerugiannya, Anda akan agak "sendirian" ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen
penguji lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan "dihajar"
cukup telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa
membantu/membela Anda.
Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.
Tahap-tahap Persiapan dalam menyusun skripsi
Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul
skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek
penelitian dan Anda akan "ditarik" masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi
jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen
pembimbing.
Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas
mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan
sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.
Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut
bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif
topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.
Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan
diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi
pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda
pun akan cukup berkualitas.
Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih
menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas,
penguji biasanya sudah "hafal di luar kepala" sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan
Anda pada ujian skripsi nantinya.
Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada
referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur
referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada
melacak referensi yang bertahun 1970-1980.
Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak
selalu harus ditulis secara "baku". Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi
kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu
keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda
mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi
indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen
untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan dalam menyusun skripsi
Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan
kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan
dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan
seberat apapun.
Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda
tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya
bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau
Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk
membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan
semangat untuk menyelesaikan skripsi.
Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning
yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul,
kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah
benar-benar selesai.
Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari
referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa
ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau
ProQuest.
Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang "bertugas" membimbing Anda. Akan tetapi, Anda
tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah
proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, "mengejar" untuk bimbingan, dan
seterusnya.
Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat "ketidakpastian" tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah
setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang
dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati
sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi
dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan
hal-hal yang demikian itu.
Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa "pihak ketiga" yang akan membantu membuatkan
skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda
sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan
besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus,
pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.
Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada
sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos
untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden,
dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis
kan?
Format Skripsi yang Benar
Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil
penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul,
hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil
penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut.
Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi
penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan
kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.
Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas
di bab pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan
bahwa bagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa
yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan
nggak nyambung.
Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang
dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang
digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.
Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil
pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis
yang diajukan.
Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus
disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus
menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang
didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian
mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.
Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk
memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan
skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang
kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda),
kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua
(apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).
Beberapa Kesalahan Pemula dalam membuat Skripsi
Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat,
jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan
fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang)
berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.
Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan
riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi,
bukan untuk mendapatkan gelar S1.
Bab I : Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari
sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan
jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian
terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa
dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca
juga: Joint Hypotheses)
Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan
terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang
bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa
yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak
ditemukan dalam daftar acuan.
Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara
fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu
bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu
pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda
akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya),
bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.
Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset
dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi
(atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan
periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.
Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor
atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas
dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini,
apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam
menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.
Menghadapi Ujian Skripsi
Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination).
Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi
ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan,
grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.
Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji.
Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus
tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang
diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga
keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan
biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.
Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana
pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata
kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa
pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.
Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu
disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah "konfirmasi" atas apa
yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang
Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.
Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda
lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu
Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan
menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik.
Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.
Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan
sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.
Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan
kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan jam terbang
sangat tinggi. Selama berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari
sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat nilai A.
Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa,
seharusnya Anda sekalian pun bisa.
Pasca Ujian Skripsi
Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang
jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar.
Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang
selama ini Anda inginkan.
Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa
melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?
Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian
dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di
dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3.
Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan
bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.
Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan
serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan
tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat
bangkit mengejar ketertinggalan.
Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?
Tips Cara Cepat Menyusun Skripsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang
diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa,
skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi
momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik
sakit gigi daripada bikin skripsi”.
Saya juga sering mendapat kiriman pertanyaan tentang bagaimana menyusun skripsi dengan
baik dan benar. Ada juga beberapa yang menanyakan masalah teknis tertentu dengan
skripsinya. Karena keterbatasan waktu, lebih baik saya jawab saja secara berjamaah di sini.
Sekalian supaya bisa disimak oleh audiens yang lain.
Karena target pembacanya cukup luas dan tidak spesifik, maka tulisan ini akan lebih
memaparkan tentang konsep dan prinsip dasar. Tulisan ini tidak akan menjelaskan terlalu jauh
tentang aspek teknis skripsi/penelitian. Jadi, jangan menanyakan saya soal cara menyiasati
internal validity, tips meningkatakan response rate, cara-cara dalam pengujian statistik,
bagaimana melakukan interpretasi hasil, dan seterusnya. Itu adalah tugas pembimbing Anda.
Bukan tugas saya.
Apa itu Skripsi
Saya yakin (hampir) semua orang sudah tahu apa itu skripsi. Seperti sudah dituliskan di atas,
skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar
sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan
sarjana (S1) dan diploma (D3).
Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap
universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan
yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS,
tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya.
Anda mungkin saat ini belum “berhak” untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya
untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.
Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing.
Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi
nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi
Anda (tidak lulus).
Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang
diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa
bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan
teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah “belajar meneliti”.
Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi
sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.
Miskonsepsi tentang Skripsi
Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya “ditujukan” untuk mahasiswa-mahasiswa
dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi
antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi
tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang
bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat
menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata.
Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul
dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi
sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah
keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi
ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua
pendekatan yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik
(scientific approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif
(statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist
approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori,
hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan
sejalan dengan grounded theory.
Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan
pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu
minder jika Anda mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan
pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan
menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan
Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan
kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan
dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan
seberat apapun.
Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda
tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya
bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau
Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk
membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan
semangat untuk menyelesaikan skripsi.
Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning
yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul,
kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah
benar-benar selesai.
Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari
referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa
ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau
ProQuest.
Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda
tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah
proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk bimbingan, dan
seterusnya.
Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah
setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang
dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati
sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi
dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan
hal-hal yang demikian itu.
Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan
skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda
sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan
besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus,
pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.
Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada
sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos
untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden,
dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis
kan?
Tahap-tahap Persiapan
Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul
skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek
penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi
jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen
pembimbing.
Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas
mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan
sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.
Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut
bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif
topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.
Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan
diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi
pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda
pun akan cukup berkualitas.
Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih
menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas,
penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan
Anda pada ujian skripsi nantinya.
Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada
referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur
referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada
melacak referensi yang bertahun 1970-1980.
Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak
selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk
direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak
terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika
Anda mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa
menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar
berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
Kiat Memilih Dosen Pembimbing
Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di
tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama
penulisan skripsi. Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang “benar-benar
membimbing” skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan “melepas”
dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing
adalah salah satu elemen penting yang mendukung kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.
Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa
memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang
memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih “enak” kalau Anda bisa memilih
sendiri dosen pembimbing untuk skripsi Anda.
Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?
Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1) dosen senior, dan (2) dosen junior.
Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau
professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di
bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan
kampus.
Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh,
kalau Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan
sebagai berikut:
* Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.
* Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang
tinggi dan jadwal yang sangat padat.
Tapi, keuntungannya:
* Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.
* Anda akan “tertolong” saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang
kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk “membantai”
Anda.
* Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.
Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama
proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam
terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak “jaim” dan “sok” kepada
mahasiswanya.
Tapi, kerugiannya, Anda akan benar-benar “sendirian” ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau
dosen penguji lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan
“dihajar” cukup telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa
membantu/membela Anda.
Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.
Format Skripsi yang Benar
Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil
penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul,
hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil
penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut.
Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi
penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan
kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.
Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas
di bab pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan
bahwa bagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa
yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan
nggak nyambung.
Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang
dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang
digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.
Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil
pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis
yang diajukan.
Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus
disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus
menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang
didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian
mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.
Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk
memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan
skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang
kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda),
kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua
(apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).
Beberapa Kesalahan Pemula
Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat,
jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan
fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang)
berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.
Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan
riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi,
bukan untuk mendapatkan gelar S1.
Bab I: Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari
sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan
jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian
terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa
dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca
juga: Joint Hypotheses)
Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan
terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang
bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa
yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak
ditemukan dalam daftar acuan.
Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara
fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu
bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu
pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda
akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya),
bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.
Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset
dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi
(atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan
periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.
Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor
atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas
dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini,
apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam
menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.
Menghadapi Ujian Skripsi
Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination).
Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi
ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan,
grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.
Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji.
Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus
tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang
diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga
keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan
biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.
Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana
pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata
kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa
pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.
Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu
disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa
yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang
Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.
Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda
lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu
Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan
menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik.
Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.
Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan
sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.
Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan
kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan jam terbang
sangat tinggi. Selama berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari
sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat nilai A.
Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa,
seharusnya Anda sekalian pun bisa.
Pasca Ujian Skripsi
Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang
jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar.
Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang
selama ini Anda inginkan.
Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa
melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?
Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian
dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di
dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3.
Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan
bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.
Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan
serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan
tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat
bangkit mengejar ketertinggalan.
Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?
Possibly Related:
* Mari Kita Membeli Ijazah
* Berapa Sih Harga Satu Menit?
* Lulusan Jaman Sekarang
* Mari Memasak Steak
* Tentang Akuntansi Manajemen
Trackbacks/Pings
1. Lulusan Jaman Sekarang » Nofie Iman
November 6th, 2006 at 8:44 am
2. ohh…yeah… » Cara mudah menyusun skripsi
March 5th, 2007 at 3:36 pm
3. Kopidangdut: Antara Idea dan Realita Kehidupan … Skripsi Hukum dan Skripsi Pada Umumnya
Serta Permasalahannya «
August 6th, 2007 at 10:38 am
4. Catatan Akhir Kuliah » :: Tinggal 2 semester lagi..
February 17th, 2008 at 11:52 pm
5. Kiat Cepat Menyusun Skripsi « Bahan Kuliah/ Lecture/ Reader
February 25th, 2008 at 10:12 am
6. Mencari Judul Skripsi Terbaru? » Blog Archive » Jangan menulis skripsi sebelum mengunjungi
blog ini
April 27th, 2008 at 11:34 pm
7. SKRIPSI yuk « Enlightning
May 3rd, 2008 at 2:08 am
8. Metodologi Penelitian & Sistem Informasi Manajemen :: Cara Cepat Menyusun Skripsi :: May ::
2008
May 7th, 2008 at 1:29 pm
9. Cara Menyusun Skripsi « Joe.golan
September 29th, 2008 at 1:45 pm
10. Jangan menulis skripsi sebelum mengunjungi blog ini | ngampus.com
November 20th, 2008 at 11:36 pm
11. LuLusAN zAMan SekAraNG « Luphiz’s Blog
May 8th, 2009 at 1:32 pm
sekadar tambahan: (forward dari milis)
Belajar merupakan proses kontinu/berkesinambungan yang merupakan kombinasi antara:
menguasai sesuatu yang baru, menggunakan sesuatu yang sudah dikuasai, dan mengajarkan
sesuatu yang sudah dikuasai pada orang lain.
Semua manusia pada dasarnya melakukan tiga hal di atas selama hidupnya (belajar berjalan,
membaca, berbicara, dll). Tinggal ganti `sesuatu’ dengan fisika/topik fisika/bidang ilmu yang kita
minati. Itu menurut saya langkah yang paling alamiah dan wajar untuk menjadi fisikawan. Hal di
atas juga tidak didikte oleh latar belakang (umur, agama, kelamin, pendidikan, dll).
Ini beberapa point penjabaran:
* Fisika (atau ilmu apa saja) itu luaassss sekali. Orang sepintar apa pun tidak akan pernah bisa
menguasai fisika (atau bidang ilmu lainnya) semuanya. Bahkan bagian pokoknya saja masih
luas. Jadi jangan pernah khawatir kalau tidak tahu sesuatu.
* Belajar itu proses kumulatif (akumulasi) sedikit demi sedikit. Yang sering sekali dilupakan
adalah karena mempelajari sesuatu yang kecil, lantas tidak dianggap serius. Sekecil atau
semudah apa pun yang mau dipelajari, sebaiknya dipelajari dengan baik.
* Tujuan utama BUKAN menyelesaikan problem/topik besar (saya mau buat teori kuantum
gravitasi ! Saya mau jago fisika sampai nguasai segala macam teori medan kuantum dan
kosmologi ! Nah loh !), tapi bagaimana untuk selalu bisa menggunakan ilmu/pengetahuan yang
sudah dikuasai. Tidak perlu malu atau minder kalau pengetahuan belum banyak. Hampir selalu
ada hal-hal (kadang penting) yang bisa dilakukan dengan pengetahuan, sesedikit apa pun.
* Belajar mandiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki. Definisi belajar mandiri bukan
berarti sendirian (single-fighter/alone): sambil pegang buku setumpuk coba di baca semua dan
diselesaikan soalnya ! Tetapi bagaimana bisa memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri.
Perhatikan kata kuncinya: inisiatif sendiri ! Sumber pengetahuan banyak: buku, jurnal, internet,
paper, tanya orang lain pun termasuk, eksperimen, coba-coba, iseng-iseng, denger kebetulan di
tengah kumpul-kumpul, melihat seminar! Jadi bagaimana dengan inisiatif sendiri kita
menggunakan semua sumber pengetahuan untuk mendapatkan ilmu.
* Baca-baca-baca-baca ! Banyak sekali pengetahuan yang sudah tertulis di buku/paper dan kita
tinggal membaca. Bagaimana mencari buku/paper/jurnal/webpage yang tepat dimana tertulis
sesuatu yang kita butuhkan, adalah seni dan teknik yang tidak mudah tapi bisa dipelajari. Tools
seperti Google saja bisa sangat membantu untuk belajar. (Terus terang, Google adalah tempat
bertanya saya yang pertama kali umumnya kalau saya ada masalah, masalah apa saja)
* Tanya-tanya-tanya-tanya ! Kuliah itu diadakan untuk bertanya. Bahan yang dicatat di papan
tulis sebagian besar disalin dari buku (kecuali kalau yang ngasih kuliah jago banget dan punya
ilmu baru).
o Kenapa kita harus bertanya ? Karena tidak akan pernah dosen/pengajar bisa memberikan
semuanya pada murid kalau cuman dosen/pengajar sendiri yang ngomong di kelas. Mungkin
dosen/pengajar menganggap mahasiswa tahu X, padahal mahasiswa belum tahu. Mungkin
dosen/pengajar tanpa sengaja melewatkan materi Y, padahal materi Y penting, dan baru setelah
ada yang tanya tentang materi Y, sang dosen/pengajar sadar (Oh iya, saya lupa tentang Y,
kuliah berikut kita bahas). Mungkin … tanya saja, adalah hak anda untuk bertanya, meski belum
tentu dijawab.
o Di Indonesia, yang satu ini sudah budaya mengakar: orang sulit bertanya. That’s really bad.
Akibat yang paling buruk karena orang jarang/tidak pernah bertanya: orang tidak tahu
bagaimana cara bertanya ! Padalah pertanyaan adalah kunci mencari pengetahuan, baik
pengetahuan baru atau lama.
o Komunikasi dan interaksi adalah kunci pengajaran, pembelajaran, dan penyebaran ilmu.
* Terkait soal sebelumnya: karena orang tidak tahu bagaimana bertanya, orang tidak bisa
membedakan antara bertanya dan meminta orang lain untuk mengerjakan perkerjaannya. Itu 2
hal yang berbeda, tapi tipis. Mula-mula kalau anda baru belajar untuk bertanya (iya, tidak tahu
bagaimana memformulasi pertanyaan, jadi belajar bertanya), anda mungkin tidak tahu bedanya.
Tapi kalau sudah biasa bertanya (dan menjawab pertanyaan orang lain tentunya), anda akan
tahu, bedanya di mana. Anda bisa mengenali: Oh si A itu cuman malas doank, dia nggak mau
kerja. Oh si B itu dia ingin tahu, kalau sudah diberitahu dia akan coba dan kerjakan sendiri.
Ketidakbisaan membedakan 2 hal di atas itu buruk sekali. Itu memicu kemalasan di satu pihak
yang pemalas (merasa dia bertanya, padahal dia minta orang lain ngerjakan kerjaanya), dan
juga memicu keseganan untuk bertanya di pihak yang rajin (merasa takut kalau pertanyaan dia
dianggap malas, padahal dia memang ingin bertanya). Dua-duanya kontraproduktif untuk
perkembangan ilmu.
* Tulis-tulis-tulis. Dulu saya malas nyatat dan nulis, tapi itu ternyata salah. Otak saya terbatas
kapasitasnya dan gampang lupa, jadi mendingan ditulis. Kalau anda punya ide/pikiran atau apa,
tulis. Tidak perlu rapi sekali asal jelas, tapi tulis. Sebab siapa tahu ide/pikiran anda ternyata
berguna kemudian. Kalau ada masalah, tulis masalahnya. Kalau nemu buku/paper bagus, tulis
siapa pengarangnya. Kalau ketemu orang atau siapa yang kira-kira pintar dan baik dan bisa
ditanya, tulis email/alamatnya. Tulis-simpan-baca-lagi.
* Jangan dikira hanya ada 1 metode atau cara dalam fisika/ilmu. Ada kisah tentang seorang
dosen yang ngasih PR tentang medan magnet dari suatu rangkaian listrik. Dari seluruh anak di
kelas, hanya ada 1 yang bisa mengerjakan. Kok bisa ? Ternyata problem itu tidak mudah untuk
diselesaikan secara analitik (diturunkan atau pakai integral atau apa), tapi rangkaian listrik itu
bisa dibikin di lab elektronik, dan medan magnetnya bisa diukur ! Satu anak yang dapet jawaban
adalah orang yang pergi ke lab dan membuat rangkaiannya di lab, lalu mengukur.
Fisikawan menggunakan segala macam cara dalam riset: cara-cara yang mungkin tidak
terbayang kalau kita masih baru, tapi ternyata sahih dari segi prinsip ilmiah.
* Jebakan/pitfall/trap dalam belajar atau kerja di fisika (serta bidang ilmu lainnya) itu banyak.
Tidak semua textbook/paper (seterkenal apa pun pengarangnya) itu bagus dan benar. Tidak
semua orang yang kerja di fisika itu tahu fisika dengan benar (ini fakta - but life goes on). Dan
hanya anda sendiri yang bisa mencegah jatuh ke dalam jebakan tsb, dengan selalu bersikap
kritis, terbuka, dan ingin tahu. Saya sudah terjebak teksbook/penjelasan yang kurang bagus,
konsep/ide yang salah/kurang tepat, kata-kata atau pendapat orang lain yang ternyata salah
berkali-kali jadi kalau kelak anda mengalami nasib serupa jangan patah semangat - semua
orang bisa jadi mengalami hal sama.
Dunia fisika, misalnya, tidak se-innocent dan se-polos dan se-ideal dugaan anda. (Wah,
fisika/fisikawan itu idealis yah .. wah salah besar ini). Meng-idealisasi fisika sejak awal adalah
kesalahan fatal !
* Jangan takut salah ! Terutama bagi yang sudah senior atau apa, karena takut tampak bodoh di
depan murid. Lebih baik bilang tidak tahu daripada sok tahu ! Dengan sendirinya, juga jangan
menyalahkan/mencela orang lain kalau orang lain tidak tahu, tapi bantu !
* Luangkan waktu untuk mengajarkan apa yang sudah anda ketahui, dan menjawab pertanyaan
orang lain. Setiap orang yang bekerja dalam bidang ilmu adalah juga pengajar (meskipun ybs
tidak berprofesi sebagai guru atau profesor). Beberapa hal positif dari menjawab pertanyaan:
menyegarkan kembali pengetahuan di otak, memberi saya cara pandang baru pada suatu
masalah, memberi saya petunjuk dan kesempatan menemukan jebakan/pitfall/trap terkait point
10 di atas, dan dengan sendiri-nya solusi untuk jebakan/pitfall/trap tsb. Di tempat saya bekerja,
dimana ada 500 lebih orang (profesor, staf riset di lab, insinyur dan teknisi, dan mahasiswa
Ph.D.), bertanya dan menjawab pertanyaan adalah kebiasaan sehari-hari semua orang, tidak
hanya yang masih baru atau junior. Besar sekali kemungkinannya bahwa situasi serupa akan
juga ditemukan di tempat-tempat lain di mana kegiatan riset dan akademiknya maju.
* Terakhir: Jangan percaya 100 persen pada pendapat/pikiran orang lain sebelum
dibaca/dipikirkan/dan dicoba sendiri. Termasuk kata-kata saya di atas. Coba sendiri dan
buktikan apakah kata-kata saya benar atau salah. Kalau benar ya berarti good news, kalau salah
berarti saya harus perbaiki. Practice ! Experiment ! Just try it !