FSK DEMODULATION

download FSK DEMODULATION

of 22

description

laporan praktikum

Transcript of FSK DEMODULATION

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Tujuan

    1. Untuk memahami teori operasi demodulator FSK.

    2. Untuk melaksanakan rangkaian detektor FSK dengan menggunakan PLL.

    3. Untuk memahami teori operasi pembanding dengan menggunakan penguat operasional

    sebagai level tegangan konverter.

    1.2 Teori dasar

    Dalam bab 13 kita menggunakan modulasi FSK untuk komunikasi jarak jauh, yang tingkat

    tegangan sinyal digital telah dikonversi ke frekuensi. Oleh karena itu, pada penerima, kita harus

    memulihkan sinyal FSK ke sinyal digital, yang berarti frekuensi harus diubah kembali pada

    tegangan. Kami menggunakan fase loop terkunci (PLL) sebagai demodulator FSK. PLL adalah

    semacam sistem pelacakan otomatis, yang mampu mendeteksi frekuensi sinyal input dan fase.

    PLL secara luas digunakan dalam aplikasi nirkabel, seperti AM demodulator, FM demodulator,

    frekuensi pemilih dan sebagainya. Dalam komunikasi digital, berbagai jenis PLLs digital

    dikembangkan. Digital PLL sangat berguna dalam sinkronisasi carrier, sinkronisasi bit dan

    demodulasi digital.

    1. Detektor FSK Asynchronous

    Diagram blok detektor FSK asynchronous ditunjukkan pada Gambar 14-1. Dalam gambar

    14-1, kita dapat melihat bahwa pada bagian penerima, ada dua low-pass filter, yang frekuensi

    pusat mereka c + D dan c - D, masing-masing. Dengan menggunakan karakteristik

    filter, kita dapat memperoleh c + D (sinyal digital mewakili sebagai 1) dan c - D

    (sinyal digital mewakili sebagai 0). Kemudian menggabungkan sinyal digital setelah

    demodulation, akhirnya, sinyal digital asli dapat diperoleh di terminal output. Karena deviasi

    frekuensi tetap dari sinyal pembawa ( c) cukup kecil, oleh karena itu, penggunaan filter tajam

    merugikan.

  • Gambar 14-1 Blok diagram detektor FSK asynchronous.

    2. Synchronous FSK Detector

    Biarkan data yang diterima sinyal FSK V (t) kalikan dengan osilasi lokal (LO) sinyal COS (

    c + D) t atau COS ( c - D) t seperti ditunjukkan pada persamaan (14-1) dan (14-3).

    Kemudian kita dapat memperoleh cos [2 ( c + D)] t yang frekuensi sinyal digital

    direpresentasikan sebagai 1 atau cos [2 ( c - D)] t yang frekuensi sinyal digital

    direpresentasikan sebagai 0. Setelah itu dengan menggunakan filter untuk menghapus

    harmonisa urutan kedua dan tegangan DC, maka kita dapat memperoleh sinyal digital asli

    seperti yang ditunjukkan pada gambar 14-2.

    Pada bagian ini, kami menggunakan teori matematika untuk memecahkan demodulasi FSK

    seperti yang ditunjukkan pada persamaan (14-1). Sinkron detektor FSK membutuhkan dua

    osilator LO, yang frekuensi LO adalah c - D dan c + D, masing-masing, seperti yang

    ditunjukkan pada gambar 14-2. Ketika sinyal yang diterima adalah A cos ( c + D) t, maka

    kita mendapatkan

    Dengan menggunakan filter untuk menghilangkan semua sinyal yang tidak diinginkan dalam

    persamaan (14-1), maka diwakili frekuensi sinyal output adalah 1 dan kita bisa ditulis ulang

    persamaan (14-1) sebagai berikut

  • Dengan menggunakan filter untuk menghilangkan semua sinyal yang tidak diinginkan dalam

    persamaan (14-3), maka diwakili frekuensi sinyal output adalah 0 dan kita bisa ditulis ulang

    persamaan (14-1) sebagai berikut :

    Lingkaran Umumnya, fase terkunci (PLL) dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu

    detektor fasa (PD), loop filter (LF) dan osilator dikendalikan tegangan (VCO). Diagram blok

    PLL ditunjukkan pada Gambar 14-3.

    Dalam gambar 14-3, ketika sinyal input perubahan frekuensi, sinyal output dari detektor fasa

    akan berubah dan sebagainya serta output tegangan. Kita dapat menggunakan karakteristik ini

    untuk merancang FSK demodulator. Biarkan FSK sinyal frekuensi sebagai f 1 dan f 2.

    Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke terminal masukan angka 14-3. Ketika sinyal frekuensi

    f l, tegangan output akan V 1. Ketika frekuensi sinyal input f 2, tegangan keluaran V 2. Pada

    saat ini, kami telah dikonversi frekuensi untuk tegangan. Jika kita menambahkan komparator

    pada output terminal PLL, tegangan referensi akan terletak antara V 1 dan V 2, maka pada

  • terminal output komparator, kita dapat memperoleh sinyal digital, yang merupakan sinyal FSK

    didemodulasi.

    Gambar 14-2 Blok diagram detektor FSK sinkron.

    Dalam penelitian ini, kami menerapkan FSK demodulator dengan menggunakan LM565 PLL

    seperti yang ditunjukkan pada gambar 14-4. Frekuensi operasi LM565 PLL di bawah 500 kHz

    dan diagram sirkuit internal ditunjukkan pada Gambar 14-4. Ini termasuk detektor fasa, osilator

    dikendalikan tegangan dan penguat. Detektor fasa adalah jenis modulator sirkuit ganda

    seimbang dan VCO terintegrasi Schmitt sirkuit.

    Gambar 14-3 Blok diagram PLL.

  • Pin 1 dihubungkan ke suplai tegangan negatif, -5 V. Pin 2 dan 3 terhubung ke sinyal input,

    tapi biasanya pin 3 akan terhubung ke tanah. Jika pin 4 dan 5 terhubung ke pengali frekuensi,

    maka berbagai perkalian frekuensi dapat diperoleh. Dalam percobaan ini, kita tidak perlu

    menggunakan frekuensi multiplier, oleh karena itu, dua pin ini adalah korsleting. Pin 6 adalah

    output tegangan referensi. Resistor internal yang (R x) dari pin 7 dan kapasitor eksternal (CO

    terdiri loop filter. Pin 8 terhubung ke resistor timing (VR 1). Pin 9 terhubung ke waktu kapasitor

    (C 2). Pin 10 tegangan positif memasok +5 V dari LM565. Parameter penting LM565 PLL

    desain sirkuit adalah sebagai berikut :

    1. Free-Running Frekuensi LM565

    Ketika LM565 tanpa sinyal input, sinyal output dari VCO disebut frekuensi bebas berjalan.

    C 2 adalah waktu kapasitor dan resistor variabel VR 1 adalah waktu resistor. The bebas

    berjalan frekuensi (f 0) VCO dari LM565 ditentukan oleh C 2 dan VR 1. Ekspresi adalah

    2. The Dikunci Rentang LM566

    Ketika PLL berada dalam kondisi terkunci, jika frekuensi sinyal input (f i) menyimpang dari

    f o, maka PLL akan tetap dalam kondisi terkunci. Ketika f i mencapai frekuensi tertentu,

    yang PLL tidak dapat mengunci, maka perbedaan antara f i dan f o disebut rentang terkunci.

    Terkunci kisaran LM565 dapat dinyatakan sebagai :

    3. Yang Ditangkap Rentang LM565

  • Modus awal PLL berada dalam kondisi terkunci, maka frekuensi sinyal input (f i)

    akan mendekati f i. Ketika f i mencapai frekuensi tertentu, PLL akan berada dalam kondisi

    terkunci. Pada saat ini, perbedaan antara f i dan f o disebut rentang ditangkap. Yang

    ditangkap kisaran LM565 dapat dinyatakan sebagai :

    Dalam gambar 14-4, pin 7 dari LM565 terhubung TOR 3, R 4, R 5, C 3, C 4 dan C 5

    sampai terdiri dari low-pass filter. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sinyal yang tidak

    diinginkan, yang akan menyebabkan komparator menghasilkan tindakan yang salah. A741

    adalah pembanding dan tegangan referensi dimasukkan pada pin 6 dari LM565. Tegangan

    output dari LM565 akan melewati A741 dan D 1 untuk mendapatkan tegangan output sinyal

    digital dari level TTL.

    1.3 Alat yang digunakan

    1) Modul ASK Demodulator : 1 Buah

    2) Osiloskop : 1 Buah

    3) Power Supply : 1 Buah

    4) BNC to BNC : 5 Buah

    5) BNC to BNC mini : 6 Buah

    6) BNC to penjepit : 2 Buah

    7) Generator Fungsi : 2 Buah

  • Skema rangkaian

    Gambar . Skema rangkaian FSK Demodulator

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Prosedur Percobaan

    Adapun prosedur percobaan pada praktikum ini adalah

    2.1.1 XR 2206 FSK Demodulator

    1. Lihat diagram sirkuit pada gambar 144 atau angka DCT14-1 pada GOTT DCT-6000-07 modul.

    Tanpa perlu menambah sinyal pada terminal input (FSK I / P), maka dengan menggunakan

    osiloskop, amati pada output VCO (TP1) dari LM565, menyesuaikan variabel resistor VR 1

    sehingga frekuensi bebas berjalan dari LM565 beroperasi pada 1170 Hz.

    2. Pada terminal input (FSK I / P) tokoh DCT14-1, masukan 4 V amplitudo dan frekuensi 870 Hz

    gelombang sinus. Dengan menggunakan osiloskop dan beralih ke saluran DC, kemudian

    mengamati pada sinyal gelombang keluaran FSK I / P, TP1, biaya dan titik uji discharge (TP2),

    lingkaran low-pass sirkuit 1 (TP3), lingkaran low-pass sirkuit 2 ( TP4), low-pass lingkaran

    sirkuit 3 (TP5), lingkaran low-pass sirkuit 4 (TP6), tegangan referensi dari komparator (TP7),

    terminal output dari komparator (TP8) dan sinyal output port data (Data O / P ). Akhirnya,

    mencatat hasil yang diukur pada tabel 14-1.

    3. Pada terminal input (FSK I / P) tokoh DCT14-1, masukan 4 V amplitudo dan frekuensi 1370 Hz

    gelombang sinus. Ulangi langkah 2 dan mencatat hasil pengukuran dalam tabel 14-2.

  • 4. Lihat untuk mencari 13-3 dengan R, = 7,5 k dan R5 = 15 k atau lihat gambar DCT13-1

    pada GOTT DCT-6000-07 modul. Mari J2 dan J4 menjadi rangkaian terbuka, J3 dan J5 menjadi

    sirkuit pendek.

    5. Tanpa perlu menambah sig nal pada terminal input (FSK I / P) tokoh DCT 14-1, maka dengan

    menggunakan osiloskop, amati pada output VCO (TP1) dari LM565, menyesuaikan variabel

    resistor VR 1 sehingga frekuensi bebas berjalan dari LM565 beroperasi pada 1170 Hz.

    6. Pada data sinyal terminal input (data I / P) tokoh DCT13-1, masukan 5 V amplitudo, 150 Hz

    sinyal TTL.

    7. Hubungkan sinyal FSK modulated (FSK O / P) tokoh DCT13-1 ke terminal input (FSK I / P)

    tokoh DCT14-1. Dengan menggunakan osiloskop, amati pada output sinyal gelombang dari

    TP1, TP2, TP3, TP4, TP5, TP6 dan Data O / P. Akhirnya mencatat hasil diukur pada tabel 14-3.

    8. Menurut sinyal input dalam tabel 14-3, ulangi langkah 6 sampai langkah 7 dan mencatat hasil

    pengukuran pada tabel 14-3.

    2.1.2 LM565 FSK Demodulator

    1. Lihat diagram sirkuit pada gambar 13-6 atau angka DCT13-2 pada GOTT DCT-6000-07

    modul.

    2. Dari gambar DCT13-2, biarkan terminal input sinyal data (data I / P) menjadi sirkuit pendek

    dan J1 menjadi rangkaian terbuka, yaitu input 0 V DC tegangan sinyal terminal input data

    (data I / P). Dengan menggunakan osiloskop, amati pada sinyal gelombang keluaran dari port

    output VCO (TP1) LM 566. Sedikit menyesuaikan VR 1 sehingga frekuensi output TP1 adalah

    1370 Hz. Sekali lagi, mari terminal sinyal input data (data I / P) terbuka sirkuit dan J 1

    menjadi hubung singkat, yaitu input 5 V DC tegangan sinyal terminal input data (data I / P).

    Dengan menggunakan osiloskop, amati pada sinyal gelombang keluaran dari port output VCO

    (TP1) LM 566. Sedikit menyesuaikan VR 1 sehingga frekuensi output TP I adalah 870 Hz.

    3. Tanpa perlu menambah sinyal pada terminal input (FSK I / P) tokoh DCT 14-1, maka dengan

    menggunakan osiloskop, amati pada output VCO (TP1) dari LM565, menyesuaikan variabel

    resistor VR 1 sehingga frekuensi bebas berjalan dari LM565 beroperasi pada 1170 Hz.

    4. Pada sinyal terminal input data (data I / P) tokoh DCT 13-1, masukan 5 V amplitudo, 150 Hz

    sinyal TTL. Hubungkan sinyal FSK modulated (FSK O / P) tokoh DCT 13-2 ke terminal input

    (FSK I / P) tokoh DCT14-1. Dengan menggunakan osiloskop dan beralih ke saluran DC,

    amati pada output sinyal gelombang FSK I / P, TP1, TP2, TP3, TP4, TP5, TP6 dan Data O / P.

    Akhirnya mencatat hasil diukur pada tabel 14-4.

  • 5. Menurut sinyal input dalam tabel 14-4, ulangi langkah 4 dan mencatat hasil pengukuran pada

    tabel 14-4.

  • 2.2 Hasil Percobaan

    Table 14-1 Measured results of FSK demodulator. (Vin = 4V)

    Carrier Signal

    Frequencies Data I/P TP1

    870 Hz

    TP2 TP3

    TP4 TP5

    TP6 TP7

  • Tp8

  • Table 14-2 Measured results of FSK demodulator. (Vin = 4V)

    Carrier Signal

    Frequencies Data I/P TP1

    1370 Hz

    TP2

    TP3

    TP4

    TP5

    Tp6 Tp7

  • Tp8 Data o/p

  • Table 14-3 Measured results of FSK demodulator by using 2206 IC. (J3 , J5 SC;J2 ,J4 OC)

    Carrier

    Signal

    Frequencies

    Data I/P TP1

    Vp = 5V

    150 Hz

    TP2 TP3

    TP4 TP5

    Tp6 Tp7

  • Tp8 Data o/p

  • Table 14-3 Measured results of FSK demodulator by using 2206 IC. (J3 , J5 SC;J2 ,J4 OC)

    Carrier Signal

    Frequencies Data I/P TP1

    Vp = 5V

    200 Hz

    TP2

    TP3

    TP4

    TP5

    Tp6 Tp7

  • Tp8 Data o/p

  • Table 14-4 Measured results of FSK demodulator by using LM 566

    Carrier Signal

    Frequencies Data I/P TP1

    Vp = 5V

    150 Hz

    TP2 TP3

    TP4 TP5

    Tp6 Tp7

  • Tp8 Data O/p

  • Table 14-4 Measured results of FSK demodulator by using LM 566.

    Carrier Signal

    Frequencies Data I/P TP1

    Vp = 5V

    200 Hz

    TP2 TP3

    TP4 TP5

    TP6 TP7

  • 2.3 Analisis Percobaan

    1. Pada Tabel 14-1 dengan frekuensi carrier sebesar 870 Hz pada percobaan ini memposisikan

    titik point ukur pada Data I/P,TP1,TP2,TP3,TP4,TP5,TP6,TP7,TP8, dan Data O/P yang

    masing masing memiliki hasil yang berbeda beda. Terlihat pada Data I/P hasil output

    gelombang berupa gelombang sinus dan cosinus. Tiap masing masing dari titik point ukur

    memiliki perbedaan pada tegangan pick to pick, frekuensi pada display dan periodenya.

    Walaupun dengan setting sama atau beda untuk time/div nya.

    2. Pada Tabel 14-2 pada percobaan ini analisa data sama dengan tabel 14-1 namun dengan

    frekuensi carrier yang berbeda. Dengan frekuensi carrier sebesar 1370Hz pada percobaan ini

    memposisikan titik point ukur pada Data I/P,TP1,TP2,TP3,TP4,TP5,TP6,TP7,TP8 dan Data

    O/P yang masing masing memiliki hasil yang berbeda beda. Terlihat pada Data I/P hasil

    output gelombang berupa gelombang sinus dan cosinus. Tiap masing masing dari titik point

    ukur memiliki perbedaan pada tegangan pick to pick, frekuensi pada display dan periodenya.

    Walaupun dengan setting sama atau beda untuk time/div nya. Saat frekuensi carrier semakin

    besar berdampak pada frekuensi pada display dan periodenya yang semakin besar. Pada titik

    point ukur data O/P output gelombang yang ditangkap semakin besar sekitar 1,37 kHz

    sehingga semakin rapat output gelombangnya.

    3. Pada Tabel 14-3 dengan frekuensi carrier sebesar 150 Hz dan Vp sebesar 5 V pada percobaan

    ini memposisikan titik point ukur pada Data I/P,TP1,TP2,TP3,TP4,TP5,TP6,TP7,TP8 dan

    Data O/P yang masing masing memiliki hasil yang berbeda beda. Terlihat pada Data I/P

    hasil output gelombang berupa gelombang sinus dan cosinus. Tiap masing masing dari titik

    point ukur memiliki perbedaan pada tegangan pick to pick, frekuensi pada display dan

    periodenya. Walaupun dengan setting sama atau beda untuk time/div nya. Untuk tiap titik

    point ukur yang kita coba terjadi perbedaan pada output gelombangnya dikarenakan

    TP8

  • karakteristik dari tiap proses pada circuit demodulator. Namun, pada data O/P akan sama

    keluarannya dengan data I/P.

    4. Pada Tabel 14-3 dengan frekuensi carrier sebesar 200 Hz dan Vp sebesar 5 V pada percobaan

    ini memposisikan titik point ukur pada Data I/P,TP1,TP2,TP3,TP4,TP5,TP6,TP7,TP8 dan

    Data O/P yang masing masing memiliki hasil yang berbeda beda. Terlihat pada Data I/P

    hasil output gelombang berupa gelombang sinus dan cosinus. Tiap masing masing dari titik

    point ukur memiliki perbedaan pada tegangan pick to pick, frekuensi pada display dan

    periodenya. Walaupun dengan setting sama atau beda untuk time/div nya. Untuk tiap titik

    point ukur yang kita coba terjadi perbedaan pada output gelombangnya dikarenakan

    karakteristik dari tiap proses pada circuit demodulator. Namun, pada data O/P akan sama

    keluarannya dengan data I/P. Semakin besar dari frekuensinya yang tadi dari 150 Hz menjadi

    200 Hz mempengaruhi kerapatan dari output gelombang yang kita ukur dari titik point ukur

    kita.

    5. Pada Tabel 14-4 dengan frekuensi carrier sebesar 150 Hz atau 200 Hz dan Vp sebesar 5 V

    pada percobaan ini memposisikan titik point ukur pada Data

    I/P,TP1,TP2,TP3,TP4,TP5,TP6,TP7,TP8 dan Data O/P yang masing masing memiliki hasil

    yang berbeda beda. Terlihat pada Data I/P hasil output gelombang berupa gelombang sinus

    dan cosinus. Pada analisa ini sama dengan tabel 14-3 namun bedanya pada penggunaan LM

    565. Dikarenakan LM 565 memiliki karakter tersendiri.

    BAB III

    KESIMPULAN

    FSK demodulator memiliki fungsi untuk mengembalikan sinyal yang awal masuk data I/P

    dan diproses, kemudian pada data O/P dikembalikan seperti inputan awal data I/P. Untuk detektor

    pada FSK demodulator ada synchronous dan asynchronous, yang masing masing memiliki

    karakteristik, dengan adanya pengaruh tiap filter pada proses demodulasinya. Pada saat pengukuran

    dari percobaan yang kita lakukan, semakin besar frekuensi carrier pada tabel 14-1 dan 14-2

    menyebabkan perubahan pada periode dan frekuensi pada display semakin besar pula. LM 565 juga

    berpengaruh pada FSK demodulator ini karena memiliki karakteristik khusus.