frekuensi_kompleks2
-
Upload
senanjung-prayoga -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of frekuensi_kompleks2
RANGKAIAN FREKUENSI KOMPLEKS DAN RESPONS FREKUENSI
Disusun Oleh:
Muhammad.Zain (140431100051)Syahrul Nugraha T (140431100156)Miftahul Faizul (140431100147)
JURUSAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNUJOYO MADURA2014-2015
FREKUENSI KOMPLEKS
Frekuensi Kompleks Muncul dari persamaan fungsi Sinusoidal
dengan ditambahkan dengan suatu nilai konstanta peredaman
Rumus dari frekuensi kompleks yaitu:
Pada persamaan v (t )=V m eσt cos (ωt+θ ) Volt
apabila kita analisis bahwa :
1. Jikaσ=0 , ω=0⇒ v ( t )=V m merupakan sinyal searah
atau DC
v
t
Gambar 1
2. Jika σ=0⇒ v ( t )=V mcos (ωt+θ ) merupakan sinyal Sinusoidal
Murni
v
t
v (t )=V m cos (ωt+θ )Voltv (t )=V m eσt cos (ωt+θ ) Volt
Gambar 2
3. Jika ω=0 , σ>0⇒ v ( t )=V m eσtmerupakan sinyal eksponensial
positifv
t
Gambar 3
4. Jika ω=0 , σ<0⇒ v ( t )=V m e−σtmerupakan sinyal eksponensial
negatifv
t
Gambar 4
5. Jika σ>0⇒ v (t )=V m eσt cos(ωt+θ )merupakan sinyal
sinusoidal teredam positif
v
t
Gambar 5
6. Jika σ<0⇒ v (t )=V m e−σt cos(ωt+θ )merupakan sinyal sinusoidal
teredam negatif
v
t
Gambar 6Phasor Frekuensi Kompleks
Notasi Phasor :
V=Re (V m e jθ e jωt )V ( jω)=V m⃗ e jθ=V m<θ
Jika konsep diatas diterapkan pada fungsi sinusoida terendam maka:
v (t )=V m eσt cos (ωt+θ )
Impedansi dan Admitansi Frekuensi KompleksV(s) = Z(s)/(s)dimana :Impedansi Kompleks :
ZR (s )=R
ZL( s )=sL
Zc(s )=1sC
Admitansi Kompleks :
Y R ( s )=1R
=G
Y L(s )=1sL
Y c (s )=sC
RESPON FREKUENSI
Respon frekuensi atau tanggapan frekuensi adalah suatu fenomena
rangkaian terhadap nilai-nilai frekuensi yang diberikan pada rangkaian itu. Pada
bab ini akan dikhususkan pada fenomena yang berkaitan dengan masukan yang
berupa gelombang sinus. Fenomena yang menonjol pada rangkaian listrik dengan
masukan sinus dan akan dibahas adalah fenomena frekuensi sudut (corner
frequency) atau frekuensi patah pada filter, resonansi, lebar pita, faktor kualitas,
amplitudo dan fase, diagram Bode serta hal-hal lain seperti faktor dan koefisien
peredaman, dan lain-lainnya.
Suatu rangkaian listrik yang didalamnya mengandung resistansi,
kapasistansi dan induktansi akan senantiasa dapat dibuat persamaan kompleksnya,
yaitu suatu persamaan fungsi alih yang didasarkan pada frekuensi radian atau
frekuensi kompleks sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya. Dari persamaan
yang diperoleh dari rangkaian tersebut, akan dapat dianalisa berbagai hal yang
terjadi dalam rangkaian secara alami (tanpa sumber), maupun hal-hal yang terjadi
pada saat rangkaian mendapatkan sumber atau masukan.
Persamaan dalam kawasan frekuensi radian maupun kompleks yang
dibentuk dapat selain merupakan persamaan dalam formulasi fungsi alih dapat
pula dalam formulasi impedansi (Z(s)) / admitansi (Y(s)). Formulasi-formulasi
tersebut sudah dibahas juga pada bab sebelumnya. Hal yang perlu ditekankan
pada pembahasan respon frekuensi ini adalah mengenai bagaimana membentuk
persamaan yang mudah dianalisis guna menentukan atau memperhitungkan
parameter-parameter dari respon frekuensi yang diminta.
Pada umumnya bila suatu rangkaian RLC secara sepintas nampak sebagai
rangkaian parallel, maka persamaan yang dibentuk akan didasarkan pada
admitansi, sebaliknya bila rangkaiannya berupa rangkaian seri, maka persamaan
yang dibentuk didasarkan pada besaran impedansi. Persamaan dasar tersebut
kemudian perlu diubah menjadi persamaan kuadrat atau dalam bentuk faktorisasi
dari persamaan tersebut. Apabila persamaan fungsi alih sudah terbentuk, maka
analisis perhitungan dari parameter respon rangkaian terhadap frekuensi maupun
waktu akan dengan mudah dilakukan.
Respon Rangkaian
Untuk dapat menganalisa respon rangkaian RLC, maka berikut ini akan
diberikan contoh soal disertai dengan penjelasan yang cukup luas tentang
bagaimana penyelesaian tersebut dilaksanakan. Perhatikan rangkaian berikut, dan
tentukan besarnya L pada rangkaian tersebut agar rangkaian memenuhi persamaan
berikut :
H(ω) = Vo(ω)Vi(ω)
= 0.66
1+ jω30
Gambar 14.1 Rangkaian RL
Untuk menjawabnya, maka pertama kali ubah rangkaian dalam kawasan
waktu tersebut kedalam kawasan frekuensi, seperti gambar berikut.
Gambar 14.2 Rangkaian dalam kawasan frekuensi
Dari rangkaian tersebut, dapat ditentukan bahwa tegangan keluaran
rangkaian adalah :
Vo(ω) = 8
4+8+ jωLVi(ω)
dan dengan memperhatikan syarat yang diminta, maka dapat persamaan tersebut
harus sama dengan syarat yang ditentukan. Oleh karenanya maka akan diperoleh :
84+8+ jωL
= 0.66
1+ jω30
8[1+ jω30
¿ = 0.66 [4+8+ jωL¿
8 + j8 ω30
= 8 + j(0.66)ωL
830
= (0.66)L
L = 8
30(0.66) L = 0,4 H
Respon Amplitudo dalam dB
dB (decibell) merupakan perbandingan antara masukan dan keluaran dari
10suatu sistem. Pada sistem listri atau elektronika dB diwujudkan dalam rumusan
tegangan, daya atau arus. Sedang dalam sistem lain tergantung dari besaran yang
diukur. Dengan tegangan rumusannya adalah sebagai berikut :
VdB = 20 log 10 (V1/V0) = 10 log 10 (V1²/V0²)
Sedangkan dalam perbandingan daya dB dirumuskan sebagai berikut :
dB =10 log (P2/P1)
Selain dengan dB, terdapat bebebrapa ukuran dB lain yang terkait dengan
satuan atau besaran yang digunakan, misalnya :
dBm, dB(mW) — perbandingan terhadap 1 milliwatt. dBμor dBu , dB(μV/m) — perbandingan terhadap 1 microvolt per meter. dBf , dB(fW) — perbandingan terhadap 1 femtowatt. dBW, dB(W) — perbandinganterhadap1 watt.
dBk, dB(kW) — perbandingan terhadap 1 kilowatt, dan lain-lain.
Filter Lolos Rendah
Rangkaian RC yang lain yang juga banyak digunakan adalah rangkaian
filter, baik filter lolos rendah maupun filter lolos tinggi. Dengan mengacu pada
rangkaian di bawah, maka dengan menggunakan hukum Kirchhoff tegangan dapat
dibuat persamaan sebgai berikut :
VoSin[2π ft ¿ = IR+QC
Persamaan di atas bila didiferensialkan akan menjadi :
2πfVoCos[2πft] = dIdt
R+1C
dengan penyelesaian adalah : I[t] = ACos[2πft-α],dengan :
A = Vo−1
√R ²+ 1(2 πfC ) ²
and tan[α]=1
2 πft
Ini berarti bahwa tegangan antara kapasitor adaalah sebesar :
V[t] =Q [ t ]
C=
ᶋI [t ] dtC
= ASin [2 πft−α ]
2 πfC
Dengan demikian maka dapat ditentukan suatu perolehan (gain) yang merupakan
perbandingan output dengan input sebesar :
Gambar 14.3 Rangkaian Filter lolos bawah dan responmnya
g = A
2 πfC/Vo =
1
√1+(RC 2πf ) ²
Dari grafik, Nampak bahwa untuk frekuensi rendah maka perolehannya adalah 1
sedangkan frekuensi tinggi perolehannya kurang dari 1, bahkan 0 untuk frekuensi
diatas frekuensi potong. Frekuensi potong tersebut (berlaku juga untuk filter lolos
tinggi) adalah sebesar :
f-3db = 1
2 πRCFilter Lolos Tinggi
Untuk rangkaian filter lolos tinggi dengan rangkaian seperti gambar di bawah
ini, maka dapat ditentukan bahwa :
V[t] = RACos[2πft-α],
g = 1
√1 /(RC 2πf ) ²+1
Gambar 14.4 Rangkaian filter lolos tinggi dan responnya
Resonansi
Frekuensi resonansi pada rangkaian RLC pada keadaan tidak teredam dalam
satuan radian per detik dirumuskan sebagai berikut :
ωo¿1
√LC
Dalam satuan hertz, rumusan tersebut akan menjadi :
Fo = ωo/2π = 1
2 πRC
Pada semua resonansi rangkaian listrik, maka resonansi akan terjadi bila
impedansi (reaktansi) = 0, atau dalam bentuk fasor, tegangan dan arus sefase.
ZLC = ZL + ZC = 0
Jika dituliskan dalam bentuk kompleks, maka impedansi (reaktansi) tersebut adalah :
Zc = 1/Cs
ZL = Ls
Sehingga didapatkan bahwa :
S = ±jωo = ±j1
√LC
Pada rangkaian RLC terdapat peredaman (damping) dan faktor peredaman
tersebut besarnya adalah :
ς = L
2 R
Untuk maksud aplikasi resonansi umumnya diinginkan bahwa factor peredaman
tersebut sekecil mungkin, atau dengan kata lain memiliki faktor kualitas (Q) yang
sebesar mungkin. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memperkecil
nilai R dalam ramgkaian, sehingga umumnya rangkaian resonansi hanya terdiri
dari rangkaian LC saja.
Ukuran lain dari suatu resonansi adalah lebar pita atau bandwidth, yang
dirumuskan sebagai berikut :
∆ω = 2ς = R/LAtau dalam satuan hertz
∆f = ∆ ω2π
= ςπ
= R
2 πL
Lebar pita juga diukur dengan cara lain, yaitu dengan apa yang disebut dengan
frekuensi daya setengah (half-power frequencies) baik atas maupun bawah, yaitu
suatu pengkuran dimana hasil dari keluaran memiliki tegangan atau arus sebesar
1/(2)1/2 (satu per akar dua) atau pada daya ½ kali daya masukan. Selisih antara
frekuensi daya setengah atas dengan frekuensi daya setengah bawah tersebut akan
merupakan lebar pita.
Faktor kualitas (Q factor), dihitung sebagai perbandingan antara frekuensi
resonansi dengan lebar pita. Dengan demikian maka factor kualitas memiliki
rumusan sebagai berikut :
Q = ωo∆ ω
= ωo2 ς
= L
R √LC = 1
R √ LR
Aatau dalam satuan hertz :
Q = f o∆ f
= 2 πfoL
R =
!
√R ² C / L = 1
R √ LC
Selain itu, masih ada ukuran lain dalam resonansi, yaitu yang disebut dengan
frekuensi redaman resonansi (damped resonance frequency), yang merupakan
hasil perbandingan antara frekuensi resonansi alami dengan factor peredaman.
Pada keadaan teredam (underdamped), yaitu kondisi dimana tidak terjadi osilasi
terjadi, maka :
C < ωo
sehingga frekuensi redaman resonansi adalah :
ωd = √ω ² o−ς ²
Sedangkan pada keadaan terjadi osilasi (overdamped), maka
C << ωo
sehingga
ωd = ωo
Resonansi Paralel
Dalam rangkaian listrik, resonansi diartikan sebagai suatu keadaan
rangkaian yang didalamnya terdapat resistansi, induktansi dan kapasitansi, yang
tegangan dan arus sefase. Keadaan sefase pada resonansi tersebut mengakibatkan
impedansi atau admitansi rangkaian berupa resistansi atau konduktansi saja,
mengingat bagian imajinir dari impedansi atau admitansi akan saling
meniadakan. Resonansi paralel merupakan resonansi yang terjadi pada rangkaian
yang komponen induktifnya paralel dengan komponen kapasitifnya. Untuk
memformulasikan keadaan resosnansi paralel dapat digunakan admitansi
rangkaian (Y).
Sebagai contoh untuk rangkaian yang terdiri dari resistor (R) yang
diparalel dengan paralel antara inductor (L) dan kapasitor sebagaimana terlihat
pada gambar 14.1 dibawah, akan mempunyai admitansi sebagai berikut :
Y = 1R
+ j(wC− 1wL
)
Gambar 14.5 Rangkaian RLC paralel
Dengan demikian pada keadaan resonansi, dimana bagian imajiner
admitansi saling meniadakan, akan diperoleh :
wC−1wL
=0
w=1√ LC
f =12 π √LC atau
dimana f adalah frekuensi resonansi rangkaian tersebut.
Pada saat terjadi resonansi paralel akan didapatkan bahwa arus pada
rangkaian akan minimum dan tegangannya akan maksimum.
Resonansi Seri
Resonansi seri terjadi apabila komponen induktif terpasang secara seri
dengan komponen kapasitif. Untuk resonansi seri, untuk mencari formulasi
persamaan-persamaannya umumnya digunakan impedansi (Z). Sebagai contoh
untuk rangkaian seri antara resistor (R), inductor (L) dan kapasitor (C) pada
gambar 2.2 dibawah, akan diperoleh :
Z=R+ j( wL− 1wC
)
Pada keadaan resonansi, dimana bagian imajinernya sama dengan nol,
maka dapat diperoleh bahwa :
wL−1wC
=0
w=1√ LC
atau
f =12 π √LC
dimana f adalah frekuensi resonansi seri.
Gambar 14.6 Rangkaian RLC seri.
Pada waktu terjadi resonansi seri akan didapatkan bahwa arus rangkaian
maksimum dan tegangan pada terminal-terminalnya minimum.
Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/rseptianingrum/rangkaian-listrik-revisi-mohamad-ramdhanihttp://www.mesin.itb.ac.id/sis/resource/freqrespons.pdfhttp://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_sistem_pengaturan/bab5-respon_frekuensi.pdfhttps://roysarimilda.files.wordpress.com/2013/03/rangkaian-listrik.pdf