Fraud Sumber 1
Transcript of Fraud Sumber 1
-
7/23/2019 Fraud Sumber 1
1/3
Berbicara mengenai prestasi saya selama kuliah, saya sangat malu. Saya
malu dengan diri saya di masa lalu yang mencetak beberapa prestasi.
Bahkan selama kuliah ini, saya tidak pernah mendapatkan prestasi
apapun. Prestasi yang saya maksud di sini adalah suatu pencapaian yang
dibuktikan oleh pengakuan resmi dari orang lain/lembaga tertentu. Sayahanya mencoba berbagai kompetisi dan tak pernah berhasil. Misalnya,
accounting quick quizpada Accounting Days 2012 (kompetisi tingkat
fakultas), pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM),
dan National Student Conference 2013 hanya berakhir sebagai peserta
(15 grup terbaik). Sebenarnya lebih karena saya tidak banyak mencoba
berbagai kompetisi yang ada, dan karena saya juga tidak bergitu tertarik
untuk mengikutinya. Semua kompetisi itu adalah kompetisi secara grup,
dan saya tidak begitu menyukai kerja secara tim. Adapun, saya mengikuti
OSN Pertamina selama 3 tahun, namun tak pernah tembus. Materi yangdiujikan adalah materi perkuliahan tingkat universitas dan saya tidak
punya cuku waktu (dan komitmen) untuk mempelajarinya sehingga ajang
tersebut hanya menjadi ajang coba-coba saja. Menyedihkan.
Bukan saya berambisi mengejar prestasi atau penghargaan, namun saya
malu dengan saya di masa lalu. Satu-satunya orang yang bisa jadi acuan
atau standar saya adalah saya sendiri di masa lalu. Namun saya juga
menyadari bahwa kondisinya sudah berbeda dan komparasi itu rasanya
jadi tidak valid. Apalagi jika dibandingkan dengan orang lain, saya tidak
ada apa-apanya. Saya tidak mau (dan saya benci) jika saya harus
membandingkan diri saya dengan orang lain. Bukan karena saya tidak
ada apa-apanya namun standar, kapasitas, dan kemampuan setiap orang
berbeda. Pencapaian seseorang tidak bisa dijadikan standar bagi orang
lain.
Jika saya terus memikirkan mengapa hal ini terjadi, saya selalu terpaku
pada kesalahan saya di masa lalu. Jadi, lebih baik saya hadapi kenyataan
dan persiapkan masa depan dibandingkan mengutuk keadaan karena masa
lampau. JIka saya harus merubah diri, menyesuaikan dengan keadaanyang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, demi hidup, saya
harus bisa! Prinsip saya adalah lakukan yang terbaik pada apa yang ada di
depan mata saya. Biarkan kerja keras menjadi salah satu ciri saya. Jujur
saja, sebenarnya saya tidak punya visi ke depan saya mau menjadi apa,
berbuat apa, atau bagaimana. Yang saya pikirkan saat ini adalah
bagaimana caranya saya bisa bertahan hidup saat itu. Itu saja. Cukup. Jika
saya sudah menemukan caranya, atau tujuan tersebut, mungkin saya kan
punya tujuan lain yang akan dicapai, pikirku. Jadi, biarkan hidup ini
mengalirKembali membicarakan prestasi. Selama kuliah ini, mungkin hanya
-
7/23/2019 Fraud Sumber 1
2/3
pencapaian akademik saja yang dapat saya banggakan. Itupun tidak
absolut. Nilai IPK/GPA adalah cerminan hasil di masa lalu. Tapi
setidaknya inilah yang dapat saya katakan pada diri saya sendiri bahwa
saya sudah berusaha, bekerja keras untuk bertahan di fakultas Ekonomi,
jurusan Akuntansi, sebuah jurusan yang bahkan tidak pernah sayapikirkan dulu. Impian saya dari dulu adalah menjadi ilmuwan di bidang
eksakta, bisa apapun, namun semenjak pemilihan jurusan kelas 2 SMA
itu Ah, sudahlah
Berada di ranah ilmu non-eksakta sebenarnya membuat saya kurang
nyaman, lebih karena saya tidak begitu cocok dengannya. Saya lebih
menyukai kepastian, aturan baku dan berlaku umum, satu jawaban, satu
argumen benar, dan bukti nyata yang tidak dapat terbantah. Sementara
itu, di tempat saya berada, jauh dari hal itu. Di mana kompetensi-
kompetensi yang diperlukan sangat tidak masuk akal bagi saya. Teoriyang kadang hanya berlaku dalam kondisi tertentu, dua argumen yang
bisa benar dua duanya, atau bahkan keduanya salah, ide yang bisa muncul
tiba-tiba dan tidak tersistematis, apalagi? Meskipun ada penggunaan
matematika dan statistika, tapi tetap saja teori utama yang melandasinya
seolah masih ada keraguan padanya. Mungkin hal tersebut memang
karakteristik ilmu bidang sosial (bukan kelemahan) yang bisa jadi
tantangan bagi para penekunnya untuk membuat berbagai alternatif
penjelasan. Akan tetapi, saya merasa tidak cocok dengannya.
Saya dapat bertahan sampai akhir saja menurut saya adalah sebuah
prestasi. Siapapun pasti ingin menjalani hidupnya sesuai dengan
pilihannya. Begitupun saya. Akan tetapi karena suatu halangan atau
constrainttertentu, pilihan kita kadang tidak bisa kita wujudkan. Saya
sudah sempat berniat pindah ke Fakultas MIPA, jurusan Matematika di
semester 3. Berdasarkan hasil tes masuk, saya sudah diterima. Namun apa
daya karena keterbatasan tertentu saya harus mengorbankan niat tersebut,
menguburnya. Sedih memang ketika kita hendak mencapai impian di
depan mata kita namun dibatasi oleh penghalang sehingga kita gagalmeraihnya. Namun apalah arti hidup jika tanpa masalah. Saya rasa kurang
bijak jika saya menyia-nyiakan usaha saya selama ini demi kembali
meraih impian itu. Jadi, lebih baik saya jadikan impian yang belum
terwujud itu menjadi tujuan hidup saya. Lagipula, setelah saya
menyadarinya, bukan penghargaan atau prestasi yang harus saya kejar
dalam bidang matematika, tapi pemahaman dan pengetahuan. Itulah yang
membuat saya selalu senang dengannya. Prestasi hanyalah tambahan.
Belajar tanpa henti lah tujuan utama sebenarnya. Sebenarnya saya bisa
mempelajarinya kapanpun, tanpa harus belajar formal. Sekilas sayamempunyai pikiran bahwa tujuan hidup saya adalah mempelajari
-
7/23/2019 Fraud Sumber 1
3/3
matematika seumur hidup. lebih baik lagi jika saya mampu
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Meskipun
belajar saya sangat tidak intens, namun setidaknya minat itu selalu hidup,
tidak hanya isapan jempol belaka.
Berkata pada diri saya sendiri, saya mempunyai satu hal yang dapat sayabanggakan. Saya bangga saya bisa menjalani hidup ini dengan usaha dan
penuh kerja keras. Saya bangga bisa menyelesaikan masa kuliah saya
(jenjang sarjana) selama 3,5 tahun. Meskipun tak sepenuhnya cerminan,
biarkanlah IPK 3,82 itu menjadi hasil kerja kerasku yang dapat saya
kenang kapanpun, bahwa saya bisa bertahan di tempat lain, bahwa saya
selalu melakukan yang terbaik di manapun saya berada.
Frase lakukan yang terbaik seolah terdengar sangat umum, biasa, atau
kurangpowerful tapi begitu sulit untuk direalisasikan.
Tiada orang lain yang dapat menjadi pembanding bagi saya, pun saya dimasa lalu tidak dapat dijadikan acuan seiring berubahnya kondisi. Yang
perlu saya lakukan adalah berhenti membandingkan diri dan lakukan
yang terbaik.