Fraud Sumber 1

download Fraud Sumber 1

of 3

Transcript of Fraud Sumber 1

  • 7/23/2019 Fraud Sumber 1

    1/3

    Berbicara mengenai prestasi saya selama kuliah, saya sangat malu. Saya

    malu dengan diri saya di masa lalu yang mencetak beberapa prestasi.

    Bahkan selama kuliah ini, saya tidak pernah mendapatkan prestasi

    apapun. Prestasi yang saya maksud di sini adalah suatu pencapaian yang

    dibuktikan oleh pengakuan resmi dari orang lain/lembaga tertentu. Sayahanya mencoba berbagai kompetisi dan tak pernah berhasil. Misalnya,

    accounting quick quizpada Accounting Days 2012 (kompetisi tingkat

    fakultas), pengajuan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM),

    dan National Student Conference 2013 hanya berakhir sebagai peserta

    (15 grup terbaik). Sebenarnya lebih karena saya tidak banyak mencoba

    berbagai kompetisi yang ada, dan karena saya juga tidak bergitu tertarik

    untuk mengikutinya. Semua kompetisi itu adalah kompetisi secara grup,

    dan saya tidak begitu menyukai kerja secara tim. Adapun, saya mengikuti

    OSN Pertamina selama 3 tahun, namun tak pernah tembus. Materi yangdiujikan adalah materi perkuliahan tingkat universitas dan saya tidak

    punya cuku waktu (dan komitmen) untuk mempelajarinya sehingga ajang

    tersebut hanya menjadi ajang coba-coba saja. Menyedihkan.

    Bukan saya berambisi mengejar prestasi atau penghargaan, namun saya

    malu dengan saya di masa lalu. Satu-satunya orang yang bisa jadi acuan

    atau standar saya adalah saya sendiri di masa lalu. Namun saya juga

    menyadari bahwa kondisinya sudah berbeda dan komparasi itu rasanya

    jadi tidak valid. Apalagi jika dibandingkan dengan orang lain, saya tidak

    ada apa-apanya. Saya tidak mau (dan saya benci) jika saya harus

    membandingkan diri saya dengan orang lain. Bukan karena saya tidak

    ada apa-apanya namun standar, kapasitas, dan kemampuan setiap orang

    berbeda. Pencapaian seseorang tidak bisa dijadikan standar bagi orang

    lain.

    Jika saya terus memikirkan mengapa hal ini terjadi, saya selalu terpaku

    pada kesalahan saya di masa lalu. Jadi, lebih baik saya hadapi kenyataan

    dan persiapkan masa depan dibandingkan mengutuk keadaan karena masa

    lampau. JIka saya harus merubah diri, menyesuaikan dengan keadaanyang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, demi hidup, saya

    harus bisa! Prinsip saya adalah lakukan yang terbaik pada apa yang ada di

    depan mata saya. Biarkan kerja keras menjadi salah satu ciri saya. Jujur

    saja, sebenarnya saya tidak punya visi ke depan saya mau menjadi apa,

    berbuat apa, atau bagaimana. Yang saya pikirkan saat ini adalah

    bagaimana caranya saya bisa bertahan hidup saat itu. Itu saja. Cukup. Jika

    saya sudah menemukan caranya, atau tujuan tersebut, mungkin saya kan

    punya tujuan lain yang akan dicapai, pikirku. Jadi, biarkan hidup ini

    mengalirKembali membicarakan prestasi. Selama kuliah ini, mungkin hanya

  • 7/23/2019 Fraud Sumber 1

    2/3

    pencapaian akademik saja yang dapat saya banggakan. Itupun tidak

    absolut. Nilai IPK/GPA adalah cerminan hasil di masa lalu. Tapi

    setidaknya inilah yang dapat saya katakan pada diri saya sendiri bahwa

    saya sudah berusaha, bekerja keras untuk bertahan di fakultas Ekonomi,

    jurusan Akuntansi, sebuah jurusan yang bahkan tidak pernah sayapikirkan dulu. Impian saya dari dulu adalah menjadi ilmuwan di bidang

    eksakta, bisa apapun, namun semenjak pemilihan jurusan kelas 2 SMA

    itu Ah, sudahlah

    Berada di ranah ilmu non-eksakta sebenarnya membuat saya kurang

    nyaman, lebih karena saya tidak begitu cocok dengannya. Saya lebih

    menyukai kepastian, aturan baku dan berlaku umum, satu jawaban, satu

    argumen benar, dan bukti nyata yang tidak dapat terbantah. Sementara

    itu, di tempat saya berada, jauh dari hal itu. Di mana kompetensi-

    kompetensi yang diperlukan sangat tidak masuk akal bagi saya. Teoriyang kadang hanya berlaku dalam kondisi tertentu, dua argumen yang

    bisa benar dua duanya, atau bahkan keduanya salah, ide yang bisa muncul

    tiba-tiba dan tidak tersistematis, apalagi? Meskipun ada penggunaan

    matematika dan statistika, tapi tetap saja teori utama yang melandasinya

    seolah masih ada keraguan padanya. Mungkin hal tersebut memang

    karakteristik ilmu bidang sosial (bukan kelemahan) yang bisa jadi

    tantangan bagi para penekunnya untuk membuat berbagai alternatif

    penjelasan. Akan tetapi, saya merasa tidak cocok dengannya.

    Saya dapat bertahan sampai akhir saja menurut saya adalah sebuah

    prestasi. Siapapun pasti ingin menjalani hidupnya sesuai dengan

    pilihannya. Begitupun saya. Akan tetapi karena suatu halangan atau

    constrainttertentu, pilihan kita kadang tidak bisa kita wujudkan. Saya

    sudah sempat berniat pindah ke Fakultas MIPA, jurusan Matematika di

    semester 3. Berdasarkan hasil tes masuk, saya sudah diterima. Namun apa

    daya karena keterbatasan tertentu saya harus mengorbankan niat tersebut,

    menguburnya. Sedih memang ketika kita hendak mencapai impian di

    depan mata kita namun dibatasi oleh penghalang sehingga kita gagalmeraihnya. Namun apalah arti hidup jika tanpa masalah. Saya rasa kurang

    bijak jika saya menyia-nyiakan usaha saya selama ini demi kembali

    meraih impian itu. Jadi, lebih baik saya jadikan impian yang belum

    terwujud itu menjadi tujuan hidup saya. Lagipula, setelah saya

    menyadarinya, bukan penghargaan atau prestasi yang harus saya kejar

    dalam bidang matematika, tapi pemahaman dan pengetahuan. Itulah yang

    membuat saya selalu senang dengannya. Prestasi hanyalah tambahan.

    Belajar tanpa henti lah tujuan utama sebenarnya. Sebenarnya saya bisa

    mempelajarinya kapanpun, tanpa harus belajar formal. Sekilas sayamempunyai pikiran bahwa tujuan hidup saya adalah mempelajari

  • 7/23/2019 Fraud Sumber 1

    3/3

    matematika seumur hidup. lebih baik lagi jika saya mampu

    mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Meskipun

    belajar saya sangat tidak intens, namun setidaknya minat itu selalu hidup,

    tidak hanya isapan jempol belaka.

    Berkata pada diri saya sendiri, saya mempunyai satu hal yang dapat sayabanggakan. Saya bangga saya bisa menjalani hidup ini dengan usaha dan

    penuh kerja keras. Saya bangga bisa menyelesaikan masa kuliah saya

    (jenjang sarjana) selama 3,5 tahun. Meskipun tak sepenuhnya cerminan,

    biarkanlah IPK 3,82 itu menjadi hasil kerja kerasku yang dapat saya

    kenang kapanpun, bahwa saya bisa bertahan di tempat lain, bahwa saya

    selalu melakukan yang terbaik di manapun saya berada.

    Frase lakukan yang terbaik seolah terdengar sangat umum, biasa, atau

    kurangpowerful tapi begitu sulit untuk direalisasikan.

    Tiada orang lain yang dapat menjadi pembanding bagi saya, pun saya dimasa lalu tidak dapat dijadikan acuan seiring berubahnya kondisi. Yang

    perlu saya lakukan adalah berhenti membandingkan diri dan lakukan

    yang terbaik.