Frame Point

13

Click here to load reader

Transcript of Frame Point

PRAKTIKUM VTopik:Teknik Sampling Tanpa Plot dengan Point Frequency FrameTujuan:Untuk menentukan parameter vegetasi frekuensi, dominansi, dan nilai penting tanpa menggunakan plot.Hari / Tanggal: Sabtu/21 Februari 2015Tempat: Bukit Batas Desa Tiwingan Baru Kec. Aranio Kab. Banjar

I. ALAT DAN BAHANAlat:1. Point frequency frame2. Meteran3. Plastik sampel4. Kawat 1 m5. Alat tulis6. Altimeter7. Anemometer8. Luxmeter9. Termometer10. Soil tester

Bahan: Seluruh herba yang tersentuh kawat frame di Bukit Batas Desa Tiwingan Baru Kec.Aranio Kab. Banjar

II. CARA KERJA1. Memilih stand/lokasi yang ditumbuhi herba yang cukup lebat atau pada lokasi yang refresentatif.2. Menarik garis transek sepanjang 100 m dan meletakkan frame secara bersambung sebanyak 50 kali.3. Mencatat setiap spesies yang tersentuh/terpegat oleh kawat pertama kali.4. Membuat tabel pengamatan dari seluruh spesies tumbuhan yang terpegat dan menghitung penutupan, frekuensi, dan nilai pentingnya masing-masing.

III. TEORI DASARPoint frequency frame adalah suatu metode menggunakan alat yang dapat terbuat dari kayu, dengan panjang satu meter dan diberi lobang 10 buah dengan jarak interval yang sama. Alat-alat kayu tersebut dapat diberi tiang penyangga 2 buah agar dapat berdiri tegak bila dipakai untuk plotting di lapangan. Dengan bantuan kawat yang dimasukkan melalui lubang tersebut ke arah bawah, maka akan menyentuh/memegat tumbuhan yang ada di bawah.Bila dalam suatu lokasi lokasi/stand/transek diletakkan alat tersebut sebanyak 20 kali, dan tiap peletakan dilakukan 10 kali penusukan, maka dapat diketahui nilai penutupan suatu spesies dalam persen. Perhitungannya yaitu dengan menghitung berapa jumlah sentuhan per spesies dibagi jumlah seluruh tusukan dikali seratus. Misalnya suatu spesies tersentuh 100 kali, jumlah tusukan seluruhnya 200, maka penutupan spesies tersebut = 100/200 x 100% = 50%.Nilai frekuensni ditentukan dengan menghitung berapa kali suatu spesies hadir dari seluruh peletakan frame. Misalnya peletakan frame ada 20 kali, sedangkan suatu spesies hanya hadir 20 kali, maka frekuensinya = 5/20 x 100% = 25%.

IV.HASIL PENGAMATANTabel 1. Pengamatan point frequency frameNo.Kode spesies yang ditemukan pada tusukan ke-Jumlah

12345678910

1.A--BB--AA-A=3, B=2

2.----C--AA-A=2, C=1

3.--CC----DCC=3, D=1

4.---E-FE-A-A=1, E=2, F=1

5.-C-C--FGGHC=2, F=1, G=2, H=1

6.--CCCCCBCIB=1, C=6, I=1

7.IAABA-AGC-A=4, B=1, C=1, G=1, I=1

8.-C-C-DD-B-B=1, C=2, D=2

9.-B-B-AB-B-A=1, B=4

10.ABAAAA-BAAA=7, B=2

11.-AA-ABBA--A=4, B=2

12.AA-AHAAAA-A=7, H=1

13.A-AA-D-AA-A=5, D=1

14.A--AIII-IIA=2, I=5

15.IIAAA-I--IA=3, I=4

16.I---AA-I--A=2, I=2

17.AAABAAA-E-A=6, B=1, E=1

18.A-IAAA--E-A=4, E=1, I=1

19.-H-AA---D-A=2, D=1, H=1

20.-D-AAA---AA=4, D=1

21.A-AAAEAA-AA=7, E=1

22.--AAAE---EA=3, E=2

23.A-AAA-EE--A=4, E=2

24.B--AA--AA-A=4, B=1

25.AAA---B-E-A=3, B=1, E=1

26.AAA--A-D-AA=5, D=1

27.--AAAAAB-BA=5, B=2

28.AHAAAI--IIA=4, I=3, H=1

29.-- A--AAIIIA=3, I=3

30.-A-I-AA---A=3, I=1

31.-A-I-A-AAAA=5, I=1

32.A---AAAA-AA=6

33.AAAA-AD-A-A=6, D=1

34.A-I-ABICCCA=2, B=1, C=3, I=2

35.AA-AA--A-AA=6

36.A-A-AABA--A=5, B=1

37.-A----AIAAA=4, I=1

38.II-AAABB--A=3, B=2, I=2

39.AAA--IA-DCA=4, C=1, D=1, I=1

40.-AA-ICA-IAA=4, C=1, I=2

41.AAA-AA-AAAA=8

42.IIIIII-A-AA=2, I=6

43.GG--GGGGFFG=6, F=2

44.C-CC--CCC-C=6

45.-CCCCDCCC-C=7, D=1

46.CCC-CCCC-AC=7, A=1

47.-CCA-CAA-AA=4, C=3

48.--IAA-C--HA=2, C=1, H=1, I=1

49.-D-AACC---A=2, C=2, D=1

50.C-AAAC--AHA=4, C=2, H=1

Tabel 2. PerhitunganNo.KodeSpesiesNamaSpesies Individu CuplikanFFR (%)DDR(%)NP (%)

1.AImperata cylindrica163440,88440,32653,397,3

2.BBacoca sp.23130,26130,0467,5220,52

3.CDigitaria furcescens49110,22100,0981626

4.DAxonapus compressus1150,150,0223,598,59

5.EEriochioa polystchya860,1260,0162,618,61

6.FLindernia sp.430,0630,0081,314,31

7.GLyperus sp.830,0630,0162,615,61

8.HMikania micrantha650,150,0121,966,96

9.ILyperus sphacelabus34110,22100,06811,121,1

Jumlah3061012,02990,612100199

Perhitungan:1. Imperata cylindrica

cuplikan 44K == = 0,88 frame 50

K individu 0,88KR = x 100 % = x 100 % = 44 % frame x 10 500

individu 163D == = 0,326 frame x 10 500

D individu 0,326DR = x 100 % = x 100 % = 53,3 % D 0,612

NP = KR + DR = 44 % + 53,3 % = 97,3 %

Tabel 3. Parameter No.Nama Alat ParameterPengulanganKisaranSatuan

123

1.Altimeter360370380360-380mdpl

2.Anemometer0,40,80,30,3-0,8m/s

3.Hygrometer8079,979,979,9 - 80%

4.Luxmeter335325341325-341Lux

5.Termometer28,628,228,128,1-28,6C

6.Soil Testera. pHb. Kelembaban7100710071007100-%

V. ANALISIS DATABerdasarkan pengamatan, ditemukan 9 spesies herba pada lokasi pengambilan sampling menggunakan frame yaitu, Imperata cylindrica, Bacoca sp., Digitaria furcescens, Axonapus compressus, Eriochioa polystchya, Lindernia sp., Lyperus sp., Mikania micrantha, dan Lyperus sphacelabus. Dibanding herba yang lain, Imperata cylindrica lebih banyak dijumpai pada 44 frame sekaligus. Sedangkan herba yang paling jarang dijumpai adalah Lindernia sp., yaitu hanya ditemukan pada 3 frame. Hal tersebut dapat kita lihat berdasarkan data yang diperoleh pada tabel pengamatan, yaitu perhitungan vegetasi frekuensi, dominansi, dan nilai penting.Imperata cylindrica memiliki frekuensi 0,88 dengan frekuensi relatif 44%. Imperata cylindrica memiliki nilai dominan terbesar yaitu 0,326 dan dominan relatif sebesar 53,3% dengan nilai penting 97,3%. Sedangkan Bacoca sp. memiliki frekuensi 0,26 dengan frekuensi relatif 13%. Bacoca sp. memiliki nilai dominan sebesar 0,046 dan dominan relatif sebesar 7,52% dengan nilai penting 20,52%. Digitaria furcescens memiliki frekuensi 0,22 dengan frekuensi relatif 10%, memiliki nilai dominan sebesar 0,098 dan dominan relatif sebesar 16% dengan nilai penting 26%. Sedangkan Axonapus compressus memiliki frekuensi 0,1 dengan frekuensi relatif 5%, memiliki nilai dominan sebesar 0,022 dan dominan relatif sebesar 3,59% dengan nilai penting 8,59%. Eriochioa polystchya memiliki frekuensi 0,12 dengan frekuensi relatif 6%, memiliki nilai dominan sebesar 0,016 dan dominan relatif sebesar 2,61% dengan nilai penting 8,61%. Lindernia sp. memiliki frekuensi 0,06 dengan frekuensi relatif 3%, memiliki nilai dominan sebesar 0,008 dan dominan relatif sebesar 1,31% dengan nilai penting terendah 4,31%. Sedangkan Lyperus sp. memiliki frekuensi 0,06 dengan frekuensi relatif 3%, memiliki nilai dominan sebesar 0,016 dan dominan relatif sebesar 2,61% dengan nilai penting 5,61%. Mikania micrantha memiliki frekuensi 0,1 dengan frekuensi relatif 5%, memiliki nilai dominan sebesar 0,012 dan dominan relatif sebesar 1,96% dengan nilai penting 6,96%. Lyperus sphacelabus memiliki frekuensi 0,22 dengan frekuensi relatif 10%, memiliki nilai dominan sebesar 0,068 dan dominan relatif sebesar 11,1% dengan nilai penting 21,1%.Pertumbuhan herba-herba tersebut, yang sebagian besar merupakan rumput-rumputan, dipengaruhi pula oleh keadaan lingkungan atau habitatnya, contohnya Imperata cylindrica. Berdasarkan data parameter yang diperoleh, pH tanah di wilayah tersebut dalam kondisi netral, yaitu 7. Hal ini cukup memenuhi syarat hidup bagi herba-herba tersebut, terutama Imperata cylindrica yang memerlukan pH sekitar 6,5. Selain pH tanah, kelembaban tanah juga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan herba. Kelembaban yang tercatat sebesar 100%. Hal ini masih dapat ditoleransi tumbuhan herba yang membutuhkan kelembaban tanah sekitar 60-70%. Selain itu kecepatan angin yang tercatat 0,3-0,8 m/s ini juga sangat membantu dalam proses persebaran benih. Herba-herba tersebut dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Intensitas cahaya juga sangat mempengaruhi pertumbuhan herba. Lokasi pengambilan sampling yang berupa tanah lapang dengan intensitas cahaya antara 325-341 Lux pada malam hari. Tentunya pada siang hari intensitas cahaya pada lokasi ini akan lebih besar dibanding malam hari. Suhu udara pada malam hari berkisar antara 28,1-28,6 C dengan kelembaban udara antara 79,9-80%.Ketinggian lokasi berkisar antara 360-380 mdpl. Hal ini juga sangat mendukung pertumbuhan herba yang sebagian besar berupa rumput-rumputan. Bahkan beberapa rumput dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 mdpl. Misalnya Imperata cylindrica yang syarat hidupnya terpenuhi pada lokasi tersebut. Jadi tidak mengherankan apabila Imperata cylindrica merupakan tumbuhan paling dominan yang tumbuh di lokasi tersebut. Selain hal-hal di atas, curah hujan juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan jenis tumbuhan pada suatu wilayah.

VI. KESIMPULAN1. Ditemukan 9 spesies herba pada lokasi pengambilan sampling menggunakan frame yaitu, Imperata cylindrica, Bacoca sp., Digitaria furcescens, Axonapus compressus, Eriochioa polystchya, Lindernia sp., Lyperus sp., Mikania micrantha, dan Lyperus sphacelabus.2. Imperata cylindrica merupakan tumbuhan paling dominan di lokasi tersebut.3. Lindernia sp. merupakan tumbuhan paling sedikit dijumpai di lokasi tersebut.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi vegetasi frekuensi, dominansi, dan nilai penting pada tumbuhan adalah kelembaban tanah, pH tanah, kecepatan angin, ketinggian, intensitas cahaya, suhu udara, dan kelembaban udara serta curah hujan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Kurnia. 2015. Rumput Gajah (Rumput Gajah .pdf.).

Palopo, Cokroaminoto. 2015. Teknik Budidaya Rumput (http://agri-fapertauncp.blogspot.com/2013/04/budidaya-rumput.html). Diakses pada 26 April 2015.

Prasetyo, A. 2015. Model Usaha Rumput Gajah sebagai Pakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang (Usaha Rumput Gajah sebagai Pakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang .pdf.). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Semarang.

.