frakturamputatum
-
Upload
herizko-kusuma -
Category
Documents
-
view
89 -
download
2
Transcript of frakturamputatum
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI 51 TAHUN DENGAN PATAH JARI
KIRI
Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing:
dr. Rudiansyah, Sp.OT
Disusun Oleh :
Herizko Silvano Kusuma
H2A008024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama : Tn. Rifaat
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai meble
Alamat : PT. Cauntry Form Semarang
No. CM : 41.16.15
Ruang : Bangsal Amarilis 9.1
Tanggal Masuk : 25Maret 2013
B. PRIMARY SURVEY
Airway : Adekuat Sumbatan jalan napas (-), secret pada mulut (-)
Breathing : Napas spontan, respirasi 20 x/menit
Circulation : Tekanan darah 180/120 mmHg, Nadi 76 kali/menit
Deformity : bengkak (+) kemerahan (-) di jari telunjuk kiri , VA (+)
Exposure : tampak kesakitan, Compos Mentis, GCS E4V5M6
C. SECONDARY SURVEY
Keluhan Utama : putus jari telunjuk kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 25/3/2013 sekitar pk 14.00 pasien mengalami kecelakaan kerja.
Tangan pasien terkena mesin potong meuble. Jari telunjuk kiri pasien putus
kemudian pasien dilarikan ke RSUD tugurejo
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit yang sama : Disangkal
2
- Riwayat hipertensi : penderita ada hipertensi sejak 2 tahun
yang lalu
- Riwayat sakit diabetes melitus : Disangkal
- Riwayat sakit jantung/paru : Disangkal
- Riwayat alergi : Disangkal
- Riwayat tumor/kanker : Disangkal
- Riwayat trauma : disangkal
- Riwayat operasi : Disangkal
- Riwayat Kelainan darah : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
- Riwayat hipertensi : Disangkal
- Riwayat diabetes melitus : Disangkal
- Riwayat asma : Disangkal
- Riwayat sakit jantung : Disangkal
- Riwayat tumor/kanker : Disangkal
- Riwayat alergi : Disangkal
- Riwayat Kelainan darah : Disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah pekerja pabrik meubel.. Pasien memiliki 1 orang anak
yang sudah bekerja. Saat ini, pasien berobat dengan biaya dari Jamsostek
3
II. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
1. Keadaan Umum
Baik
Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
2. Status Gizi
BB: 70kg
TB: 165 cm
BMI= 25,27/m2
Kesan : Normoweight
3. Tanda Vital
Tensi : 180/120 mmHg
Nadi : 76x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5° C (peraxiller)
4. Kulit
Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, hiperpigmentasi(-), kulit kering (-), kulit
hiperemis (-), vesikel (-)
5. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-), luka (-)
6. Wajah
Simetris, moon face (-)
7. Mata
Konjungtiva pucat (-/-),sclera ikterik (-/-),mata cekung (-/-), perdarahan
subkonjungtiva(-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) normal, arcus
senilis (-/-), katarak (-/-)
8. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi pendengaran (-/-)
9. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), fungsi pembau baik
4
10. Mulut
Sianosis (-), bibir kering (-),stomatitis (-), mukosa basah (-) gusi berdarah (-), lidah
kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah atrofi (+) di bagian tepi
11. Leher
Simetris, deviasi trachea (-), KGB membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan (-).
12. Thoraks
Normochest, simetris, retraksi supraternal (-), retraksi intercostalis (-), spider nevi
(-),sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-), rambut ketiak
rontok (-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra.
Perkusi : Batas jantung
kiri bawah : ICS V, 2 cm ke medial linea midclavicularis sinistra
kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra
kanan atas : ICS II linea sternalis dextra
pinggang : SIC III linea parasternalis sinistra
Kesan : konfigurasi jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-), gallop(-)
Pulmo
Depan
Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi :simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang tertinggal
Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi :sonor seluruh lapang paru
Auskultasi:Suara dasar vesikuler (+/+),Wheezing (-/-), ronki basah kasar(-/-),
ronki basah halus (-/-)
Belakang:
5
Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi :simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang tertinggal
Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi :sonor seluruh lapang paru
Auskultasi:Suara dasar vesikuler (+/+),Wheezing (-/-), ronki basah kasar(-/-),
ronki basah halus (-/-)
13. Punggung
Kifosis(-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok costovertebra (-)
14. Abdomen
Inspeksi : cembung, spider nevi (-), sikatriks (-), striae (-), caput medusa (-)
Auskultasi : peristaltik(+) normal, Bising usus (+) normal
Perkusi : pekak beralih (-), pekak sisi (-), timpani di semua kuadran abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
nyeri menjalar ke punggung (-), turgor kembali cepat
15. Genitourinaria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
16. Kelenjar getah bening
Tidak membesar
6
17. Ekstremitas
Keterangan Superior Inferior
Akral dingin
Edema
Reflek fisiologik
Reflek patologik
Capilary refill
Kekuatan
Tonus
(-/-)
(-/+)
(+/+)
(-/-)
< 2 “
555/555
N/N
(-/-)
(-/-)
(+/+)
(-/-)
< 2 “
555/555
N/N
18. Integumen
Ikterus (-), palor (-), UKK (-)
7
STATUS LOKALIS
a) Lokasi : Regio digiti 2 manus sinistra
b) Look
Warna sama dengan kulit sekitar
Edema : (+) satu ruas jari
c) Feel
Nyeritekan : (+)
Akral Hangat : (+)
Perabaan suhu : sama dengan daerah sekitar
Capilarry refill time : (+) < 2”
Pulsasi distal : (+)
Fungsi sensibilitas : (+) Baik
d) Move
Nyeri gerak : nyeri gerak tidak dirasakan pada saat fleksi dan
ekstensi
ROM : (+) pada keadaan fleksi, (+) keadaan ekstensi
8
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Hematologi
Tanggal 25 Maret 2013
Darah rutin Hasil Satuan Nilai normal
Lekosit
Eritrosit
Hb
Ht
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW
Diff count
Eosinofil Absolute
Basofil Absolute
Netrofil Absolute
Limfosit Absolute
Monosit Absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
8,79
4.35
14,18
44,16
95,20
29,80
35,10
386
13.16
0.07
0.01
7,68
1,74
0.26
2
0.10
58,9
17,80
2,90
10^3/ ul
10^6/ uL
g/ dL
%
fL
Pg
g/dL
10^3/ ul
%
10^3/ ul
10^3/ ul
10^3/ ul
10^3/ ul
10^3/ ul
%
%
%
%
%
4.5 – 13
3.8 – 5.2
12.8 – 16.8
35 – 47
80 – 100
26 – 34
32 – 36
154 – 442
11.5 – 14.5
0.045 – 0.44
0 – 0.2
1.8 - 8
0.9 – 5.2
0.16 – 1
2 – 4
0 – 1
50 – 70
25 – 50
1 – 6
KIMIA KLINIK (Serum) Hasil Satuan Nilai normal
Glukosa sewaktu
Ureum
80
16,0
mg/dl
mg/dL
<125
10.0 – 50.0
9
Creatinin
Kalium
Natrium
Total protein
Albumin
Globulin
0,84
4
140
0,5
4,6
3,0
mg/dL
mmol/L
mmol/L
g/dl
g/dl
g/dl
0 – 1.0
3.1 – 5.1
135 – 145
0,1 – 0,60
2,2 – 5,2
2,9 – 3,0
CT + BT Hasil Satuan Nilai normal
Waktu pembekuan
Waktu perdarahan
2’00”
1’00”
Menit
Menit
2 – 4
1 – 3
10
B. Pemeriksaan Radiologi
X-Foto MANUS SINISTRA AP Lateral Tanggal 25 Maret 2013
FOTO RONTGEN MANUS SINISTRA :
Struktur tulang normal
Tak tampak reaksi litik dan sklerolitik
Sela sendi tidak menyempit
Sebagian phalanx distal digiti II tak tampak
KESAN : fraktur amputatum phalanx distal digiti II manus sinistra
11
IV. DIAGNOSA
Fraktur amputatum digiti II manus sisnistra phalanx distal
Hipertensi grade II
V. PLANNING
Ip. Dx :
Ip.Tx : Medikamentosa :
Infus RL 20 tpm
Antibiotik (Inj. Novellmycin 2 x 1g)
Analgetik (Inj. Ketorolac 2x 30 mg)
Antihhipertensi ( amlodipin 1x 10 mg peroral,bisoprolol 1x5mg
peroral)
Operatif :
debridemen
Ip.Mx : Keadaan umum, keadaan luka
Ip.Ex : Konsul dokter bedah orthopedic untuk penanganan lebih lanjut.
Menjelaskan pada keluarga penderita bahwa diperlukan tindakan
operasi untuk penanganan lebih lanjut.
12
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau
merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
B. Indikasi
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6. Deformitas organ.
C. Teknik amputasi
a. Amputasi definitif end-bearing
Dilakukan ketika beban berat badan ditumpukan seluruhnya pada akhir stump.
Oleh karena itu parut amputasi tidak boleh terletak di ujung stump, dan ujung
tulang harus padat, tidak berongga, yang berarti tulang harus dipotong melewati
atau dekat sendi
b. Amputasi definitif non- end-bearing
Adalah jenis amputasi yang paling sering dilakukan. Semua amputasi
anggota gerak atas dan kebanyakan amputasi anggota gerak bawah termasuk ke
13
dalam jenis ini, karena beban berat badan tidak akan ditumpukan pada ujung
stump, parut lukanya bisa terletak di terminal.
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Berdasarkan teknik yang dipakai secara garis besar amputasi dibagi atas :
1. Closed amputation
pada amputasi jenis ini, ujung stum ditutup dengan flap kulit. Amputasi jenis ini
memerlukan pemasangan drain yang biasanya dibiarkan selama 48-72 jam setelah
operaasi. Ujung stump akan memiliki bentuk yang lebih baik dengan letak parut yang
diatur tidak pada ujung stump sehingga memudahkan pemakaian prostesis kemudian.
Amputasi seperti ini dilakukan pada keadaan yang tidak disertai infeksi berat dengan
kerusakan jaringan lunak atau kontaminasi yang minimal.
2. Open amputation
ujung stump tidak ditutup dengan flap kulit dan amputasi ini dilakukan sebagai
tindakan sementara yang akan diikuti dengan penjahitan sekunder, re-amputasi,
revisi, dan rekonstruksi plastik. Open amputation bertujuan untuk mencegah atau
menghilangkan infeksi sehingga penutupan stump dapat dilakukan tanpa resiko
terbukanya kembali jahitan. Indikasinya adalah bagi luka yang terinfeksi dan
kerusakan jaringan lunak luas atau kontaminasi tinggi. Open amputation terbagi dua
jenis, yaitu open amputation with inverted skin flaps dan circular open amputation.
14
Pada jenis yang pertama penutupan luka dilakukan kemudian setelah 10-14 hari tanpa
memerlukan pemendekan stump. Pada jenis kedua penyembuhan luka sering lama
dan dipengaruhi oleh tarikan kulit terus menerus diujung stump yang cenderung
menarik seluruh jaringan ke ujung stump. Circular open amputation juga diikuti oleh
pembentukan parut diujung stump yang akan menyulitkan pemasangan prosthesis.
Untuk menghindari penyembuhan yang lama dan letak parut yang tidak baik, circuler
open amputation sering diikuti dengan re-amptation yang lebih proksimal.
D. Prinsip Teknik Amputasi
Torniquet selalu digunakan kecuali jika terdapat insufisiensi arterial. Flap kulit
dibuat sedemikian rupa sehingga panjang gabungan keseluruhan flap sama dengan 1,5
x lebar anggota gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan, flap anterior dan
posterior dengan panjang yang sama dipakai untuk amputasi pada anggota gerak atas
dan amputasi transfemoral (above knee), uhntuk amputasi below knee falp posterior
dibuat lebih panjang.
Otot dipotong distal dari tempat pemotongan tulang, kelompok otot yang saling
berhadapan kemudian dijahit diatas ujung tulang dan juga keperiosteum (myoplasty)
sehingga memberikan kontrol otot yang lebih baik dan juga sirkulasi yang lebih baik.
Saraf dipotong proksimal dari tempat pemotongan tulang. Harus benar-benar
diperhatikan agar ujung saraf yang terpotong tidak mendapatkan tekanan karena
tumpuan berat badan.
Tulang dipotong pada tempat yang telah ditentukan. Pada amputasi transtibial
bagian depan tibia biasanya dibuat serong dan dikikir agar terbentuk tepi yang halus
dan membulat. Fibula dipotong 3 cm lebih pendek.
Pembuluh darah utama diikat, dan setiap sumber perdarahan diikat dengan baik.
Pada closed amputation kulit dijahit tanpa tegangan, drain dipasang dan kemudian
stump dibalut erat.
Jika terbentuk hematoma, ini harus segera dievakuasi. Pembalutan berulang
dengan pembalut elastis dilakukan untuk membantu pengerutan stump dan
menciptakan bentuk ujung yang konikal. Otot-ortot harus tetap dilatih, sendi tetap
dijaga agar bergerak dan pasien diajarkan untuk menggunakan prosthesisnya.
15
E. Tingkatan amputasi
Amputasi transfemoral.
Stump yang lebih panjang akan memberikan kontrol yang lebih baik terhadap
prosthesis, tetapi paling tidak 12 cm harus disisakan dibawah stump untuk
memungkinkan mekanisme mulut. Jika panjang stump kurang dari 18 cm dari puncak
trochanter mayor maka akan sulit mempertahankan stump dalam socket.
Around the knee.
Operasi Stokes-Gritti (dimana patella yang dikikis ditempelkan ke condylus femur
yang dikikis) jarang dilakukan karena tulang mungkin tidak akan menahan beban
berat jarang memuaskan dan tidak terdapat mekanisme lutut yang baik.
Amputasi melalui lutut sering dilakukan, terutama pada keadan defesiensi vaskular.
Dapat dibuat flap anterior panjang atau flap medial dan lateral yang sama panjang.
Patella dibiarkan pada tempatnya dan ligamentum patella dijahit ke ligamentum
cruciatum. Amputasi melalui lutut juga baik pada anak-anak karena tidak
mengganggu lempeng pertumbuhan femur bagian bawah.
Amputasi below knee yang terlalu pendek (kurang dari 3 cm) adalah lebih buruk dari
amputasi melalui lutut dan harus dihindari.
Amputasi transtibial (below knee)
Stump yang sehat dibawah lutut akan terpasang dengan baik pada prothesis sehingga
memungkinkan fungsi yang baik dan gait yang mendekati normal. Bahkan stump
sepanjang 5-6 cm akan memberi hasil yang baik pada pasien yang kurus, semakin
panjang srtump semakin mudah pemasangan prothesis, tetapi tidak ada gunanya
meninggalkan stump yang lebih panajng dari panjang yang biasa yaitu 14 cm. Dengan
flap posterior panjang dan suction drainage penyembuhan dapat berlangsung
meskipun terdapat gangguan aliran darah.
16
Amputasi pada tangan. Jari diamputasi hanya jika tidak dapat sembuh, nyeri,
merupakan gangguan (yaitu jika tidak dapat diluruskan, dibengkokkan atau merasa
terbebani dengan jari tersebut), atau jika repair tidaak memungkinkan atau tidak
ekonomis. Khusus untuk ibu jari, setiap milimeter harus sedapat mungkin
diselamatkan, bahkan ibu jari yang telah kaku atau dengan deformitas tetapi harus
dipertahankan. Jari tengah dan jari manis tidak boleh diamputasi melalui buku jari
karena secara kosmetik tidak baik dan benda-benda kecil akan terjatuh melalui celah
yang terbentuk. Jika phalanx proksimal bisaa dipertahankan, maka penampilan
setelah amputasi akan tetap abnormal namun fungsinya akan lebih baik.
17
Above the ankle.
Amputasi syme kadangkala memberi kan hasil yang sangat baik selama sirkulasi tungkai
baik. Amputasi seperti ini memberikan fungsi yang sangat baik selama sirkulasi tungkai baik.
Amputasi seperti ini memberikan fungsi yang baik pada anak-anak, dan dapat diterima
dengan baik oleh pria, namun bagi wanita masih sulit diterima karena pertimbangan
kosmetik. Indikasi amputasi syme hanya sedikit, dan operasinya sulit dilakukan dengan baik.
Karena ujung stump dimaksudkan untuk menahan beban berat badan, maka dibuat flap
posterior yang panjang. Flap tidak hanya terdiri dari kulit tumit, tetapi juga seluruh jaringan
fibroadiposus agar dapat menjadi tumpuan berat badan yang baik karenanya saat membuat
flap, tulang harus diperlakukan dengan bersih. Tulang dipotong sedikit diatas malleoli untuk
memisahkan suatu daerah luas tulang cancellous sebagai tempat flap merekat erat, jika tida
jaringan lunak mudah cenderung akan menggelantung. Amputassi pirogoff pada prinsipnya
sama dengan amputasi syme tetapi jarang dilakukan. Pada amputasi ini bagian belakang
tulang calcaneus keujung tibia da fibula yang dipotong.
Partial food amputation. Permasalahan disini adalah tendon achiles akan cenderung menarik
kaki ke posisi equinus, tetapi hal ini dapat dihindari dengan pembidaian, tenotomy atau
transfertendon. Kaki dapat dipotong pada level manapun, misalnya melalui sendi midtarsal,
melalui sendi tarsometatarsal, melalui tulang-tulang metatarsal, atau melalui sendi
metatarsophalangeal. Namun yang terpenting adalah bagaimana menyelamatkan kaki sedistal
mungkin selama posisinya plantigrade dan terdapat flap kulit plantar yang cukup. Prothesis
yan diperlukan kemudian adalah sandal yang dibentuk khusus dan dipakai didalam sepatu
biasa.
In the food. Jika memungkinkan, lebih baik untuk melakukan amputasi melalui basis dari
phalang proksimal dari pada melalui sendi metatarsophalangaeal. Pada gangren diabetikum,
artritis septik pada sendi bukanlah hal yang panjang karena itu seluruh ray (jari dan tulang
metatarsal) harus diamputasi
18
Amputation transradial.
Stump lengan bawah terpendek yang masih memungkinkan pemasangan prosthesis
adalah 2,5 cm yang diukur didepan dari siku dalam keadaan fleksi. Namun stump
yang lebih pendek juga masih bermanfaat sebagai kail tempat menggantungkan
barang.
19
F. Komplikasi
1. Komplikasi Dini
Disamping komplikasi operasi yang lazim (khususnya perdarahan sekunder
karena infeksi), terdapat 3 komplikasi khusus yaitu hematoma, terbukanya
kembali flap dan gangren gas.
Hemostasis yang baik sebelum penutupan luka serta pemakaian suction
drainage akan memperkecil frekwensi terjadinya hematoma. Hematoma dapat
memperlambat penyembuhan luka dan menjadi media yang baik bagi
pertumbuhan bakteri. Hematoma harus diaspirasi, dan kemudian dibalut dengan
erat.
Terbukanya kembali skin flap dapat disebabkan oleh iskemia, jahitan yang
terlalu tegang, atau (pada amputasi below knee) disebabkan oleh tibia yang
ditinggalkan terlalu panjang dan menekan flap.
Clostridia dan spora penyevbab gangren gas yang berasal dari perineum
dapat menginfeksi amputasi above knee yang terletak tinggi (atau re-amputasi)
khususnya jika dilakukan pada jaringan yang sudah iskemik.
20
2. Komplikasi Lanjut
Komplikasi lanjut dapat terjadi pada kulit, otot, arteri, saraf, sendi, dan
tulang.
Pada kulit komplikasi yang sering terjadi adalah eksim yang disertai
pembengkakan purulen yang nyeri di inguinal. Pada keadaan ini diindikasikan
untuk tidak memakai prothesis untuk sementara.
Ulserasi biasanya terjadi karena sirkulasi yang tidak baik, dan untuk itu
diperlukan amputasi pada level yang lebih tinggi . jika sirkulasi baik dan kulit
disekitar ulkus sehat, maka eksisi 2.5 cm tulang yang dilanjutkan dengan
penjahitan kembali sudah memadai.
Jika terlalu banyak otot yang disisakan diujung stump, efek bantalan yang
tidak stabil akan menyebabkan pemakaian prothesis terganggu. Pada keadaan ini
jaringan lunak yang berlebihan harus dibuang.
Sirkulas yang tidak baik akan menyebabkan stump yang dingin dan
kebiruan yang mudah membentuk ulkus. Masalah seperti ini sering terjadi pada
amputasi below knee dan karenanya diperlukan amputasi ulang.
Saraf yang terpotong selalu membentuk gumpalan (neuroma) dan
kadangkala ini terasa nyeri. Dengan mengeksisi 3 cm saraf diatas neuroma
kadangkala akan menghilangkan keluhan. Cara lain adalah dengan mengelupas
seluruh epidural dan fasikulus saraf sepanjang 5 cm. Dan kemudian ditutup
dengan perekat jaringan sintesis atau ditanam kedalam otot atau tulang jauh daari
titik yang mendapat tekanan.
Phantom limb adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
sensasi dimana kaki yang telah dipotong masih dirasakan keberadaannya. Pasien
harus diberitahukan tentang kenyataan sebenarnya dan pada akhirnya sensasi
tersebut akan berkurang dan menghilang.
Phantom limb yang teraas nyeri akan sulit ditanagani. Menekuk-nekuk
ujung limb secara intermiten dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan
phantom limb dan nyeri karena neuroma.
Sendi diatas level amputasi mungkin akan kaku atau mengalami
deformitas. Deformitass yang sering terjadi adalah fixed flexion atau fixed
21
abduction pada sendi panggul karena amputasi above knee (disebabkan otot
adduktor dan hamstring yang telah dipotong). Deformitas ini dapat dicegah
dengan melakukan latihan. Jika deformitas ini telah terlanjur terjadi, osteotomy
subtrochanteric mungkin diperlukan. Fixed flaxion pada lutut juga dapat akan
menyebabkan kesulitan berjalan dan karenanya harus dicegah.
Spur sering terbentuk diujung tulang, tetapi biasanya tidak nyeri. Jika
terdapat infeksi spur mungkin akan berukuran besar dan nyeri sehingga mungkin
diperlukan eksisi ujung tulang bersaama spur. Jika tulang akan menyebabkan
sedikit pembebanan maka akan terjadi osteoporosis yang dapat menimbulkaan
fraktur. Fraktur seperti ini paling baik ditangani dengan fiksasi interna.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon. L. et al. Tumour in Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9 th Edition. New York : 2010.
2. Wim De Jong. Buku Ajar Bedah edisi 2. Jakarta: EGC
23