Fraktur Femur

12
I. Definisi Fraktur adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik bersifat total maupun parsial. II. Klasifikasi Fraktur dapat dibagi menjadi: a. Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar b. Fraktur terbuka (open/compound) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar akibaat perlukaan kulit Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut R. Gustillo Tipe I Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simpel, tranversal, oblik pendek atau komunitif Tipe II Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan Tipe III

Transcript of Fraktur Femur

Page 1: Fraktur Femur

I. Definisi

Fraktur adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis, baik bersifat total maupun parsial.

II. Klasifikasi

Fraktur dapat dibagi menjadi:

a. Fraktur tertutup (closed) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar

b. Fraktur terbuka (open/compound) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar akibaat perlukaan kulit

Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut R. Gustillo

Tipe I

Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat tanda-tanda

trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simpel,

tranversal, oblik pendek atau komunitif

Tipe II

Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi

kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan

Tipe III

Terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur

neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub tipe:

1. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah

2. tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan jaringan lunak, tulang tidak dapat di cover

soft tissue

Page 2: Fraktur Femur

3. tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera

III. Proses terjadinya fraktur

Untuk mengetahui terjadinya mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan harus

diketahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan

membengkok, memutar, dan tarikan.

Trauma dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan

tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Disebut trauma tidak

langsung jika trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya

jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula.

IV. Klasifikasi fraktur femur

Femur adalah tulang terkuat dan terpanjang pada tubuh manusia, fraktur dapat terjadi baik

dari distal sampai ke proksimal femur. Fraktur femur secara umum dibedakan atas: fraktur

leher femur, fraktur daerah trokanter, fraktur subtrokanter, fraktur diafisis femur, dan

fraktur suprakondiler femur.

a. Fraktur leher femur

Fraktur leher femur terjadi pada proksimal hingga garis intertrokanter pada regio

intrakapsular tulang panggul. Fraktur ini seirng terjadi pada wanita usia di atas 60 tahun

dan biasanya berhubungan dengan osteoporosis. Fraktur leher femur disebabkan oleh

trauma yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari

sepeda dan biasanya disertai trauma pada tempat lain. Jatuh pada daerah trokanter baik

karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti

terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat

menyebabkan fraktur leher femur.

Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden:

Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.

Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.

Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.

Page 3: Fraktur Femur

Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.

Gambar 1.1 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Garden

A. Stadium I C. Stadium III

B. Stadium II D. Stadium IV

Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan

fraktur leher femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi

fraktur leher femur stadium IV. Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi

berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur seperti yang tertera pada gambar 1.2, yaitu

sebagai berikut:

Tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30.

Tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50.

Tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.

A B C

Gambar 1.2 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Pauwel

A. Tipe I B. Tipe II C. Tipe III

Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri

panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam posisi rotasi lateral dan

anggota gerak bawah tampak pendek. Pada foto polos penting dinilai pergeseran melalui

Page 4: Fraktur Femur

bentuk bayangan yang tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular

pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang

terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan stadium II berdasarkan Garden) dapat membaik

setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non-union dan

nekrosis avaskular.

Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa konservatif dengan indikasi yang sangat

terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang

dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan

diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi

yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasti

yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti,

herniartroplasti, dan artroplasti total.

Komplikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:

Komplikasi yang bersifat umum: trombosis vena, emboli paru, pneumonia, dekubitus

Nekrosis avaskuler kaput femur

Komplikasi ini biasanya terjadi pada 30% pasien fraktur leher femur dengan pergeseran

dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasilisasi fraktur lebih ke proksimal

maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi lebih besar.

Nonunion

Lebih dari 1/3 pasien fraktur leher femur tidak dapat mengalami union terutama pada

fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering pada fraktur dengan lokasi yang lebih ke

proksimal. Ini disebabkan karena vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak akurat,

fiksasi yang tidak adekuat, dan lokasi fraktur adalah intraartikuler. Metode pengobatan

tergantung pada penyebab terjadinya nonunion dan umur penderita.

Osteoartritis sekunder dapat terjadi karena kolaps kaput femur atau nekrosis avaskuler

Anggota gerak memendek

Malunion

Malrotasi berupa rotasi eksterna

b. Fraktur intertrokanter

Page 5: Fraktur Femur

Fraktur intertrokanter menurut definisi bersifat ekstrakapsular. Seperti halnya fraktur leher

femur, fraktur intertrokanter sering ditemukan pada manula ataun penderita osteoporosis.

Kebanyakan pasien adalah wanita berusia 80-an.

Fraktur terjadi jika penderita jatuh dengan trauma lansung pada trokanter mayor atau pada

trauma yang bersifat memuntir. Fraktur intertrokanter terbagi atas tipe yang stabil dan tak

stabil. Fraktur yang tak stabil adalah fraktur yang korteks medialnya hancur sehingga

terdapat fragmen besar yang bergeser yang mencakup trokanter minor; fraktur tersebut

sangat sukar ditahan dengan fiksasi internal.

Gambaran klinik fraktur intertrokanter biasanya pada pasien tua dan tak sehat. Setelah

jatuh pasien tidak dapat berdiri. Pada pemeriksaan didapatkan pemendekkan anggota gerak

bawah dan berotasi keluar dibandingkan pada fraktur servikal (karena fraktur bersifat

ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya. Fraktur tanpa pergeseran yang

stabil pada foto polos dapat terlihat sebagai tidak lebih dari retakan tipis di sepanjang garis

intertrokanter. Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif dengan traksi.

Pemasangan fiksasi interna dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh fiksasi yang kuat

dan untuk memberikan mobilisasi yang cepat pada orang tua.

c. Fraktur batang femur

Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa muda. Jika

terjadi pada pasien manula, fraktur ini harus dianggap patologik sebelum terbukti

sebaliknya. Fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh dengan posisi kaki tertambat

sementara daya pemuntir ditransmisikan ke femur. Fraktur melintang dan oblik biasanya

akibat angulasi atau benturan lansung. Oleh karena itu, sering ditemukan pada kecelakaan

sepeda motor. Pada benturan keras, fraktur mungkin bersifat kominutif atau tulang dapat

patah lebih dari satu tempat.

Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur, tetapi juga

dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur

dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur

sering disertasi dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai penyebab

syok. Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel, komunitif,

fraktur Z, atau segmental.

Page 6: Fraktur Femur

Gambaran klinik sebagian besar pasien adalah orang dewasa muda. Terjadi syok hebat, dan

pada fraktur tertutup emboli lemak sering ditemukan. Ditemukan deformitas pada tungkai

atas berupa rotasi eksterna dan pemendekkan tungkai. Paha membengkak dan memar. Pada

foto polos fraktur dapat terjadi pada setiap bagian batang, tetapi yang paling sering terjadi

adalah sepertiga bagian tengah. Fraktur dapat berbentuk spiral atau melintang. Pergeseran

dapat terjadi pada setiap arah. Pelvis harus selalu difoto dengan sinar X untuk menghindari

terlewatkannya cedera panggul atau fraktur pelvis yang menyertai.

Pengobatan dapat berupa terapi konservatif, yaitu:

Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif untuk

mengurangi spasme otot.

Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi terutama

fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.

Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis.

Terapi operatif yang dapat dilakukan:

Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur.

Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup ataupun

terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama pada fraktur diafisis.

Fiksasi ekterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif, infected pseudoartrosis

atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah syok, emboli lemak, trauma pembuluh darah besar,

trauma saraf, trombo-emboli, dan infeksi.

Komplikasi lanjut dapat berupa:

a. Delayed union, fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4 bulan.

b. Nonunion, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya

nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.

c. Malunion, bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan

pengamatan terus-menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan. Malunion

juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga diperlukan koreksi berupa

osteotomi.

Page 7: Fraktur Femur

d. Kaku sendi lutut, setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada sendi

lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi intramuskuler. Hal

ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.

e. Refraktur, terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.

d. Fraktur suprakondiler femur

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas

metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai

kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler femur terbagi atas: tidak

bergeser, impaksi, bergeser, dan komunitif, yang dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Klasifikasi fraktur suprakondiler2

A. Fraktur tidak bergeser C&D. Fraktur bergeser

B. Fraktur impaksi E. Fraktur komunitif

Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan

deformitas pada daerah suprakondiler. Krepitasi mungkin ditemukan.

Pengobatan dapat dilakukan secara konservatif, berupa: traksi berimbang dengan

mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson, Cast-bracing, dan spika

panggul. Terapi operatif dapat dilakuan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran

fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan

mempergunakan nail-plate dan screw dengan macam-macam tipe yang tersedia.

Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen fraktur ke kulit yang

menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah besar, dan trauma saraf.

Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi lutut.

e. Fraktursubtrokanter

Page 8: Fraktur Femur

Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat.

Gambaran klinisnya berupa anggota gerak bawah keadaan rotasi eksterna, memendek, dan

ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan.

Pada pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di bawah trokanter

minor. Garis fraktur bisa bersifat tranversal, oblik, atau spiral dan sering bersifat kominutif.

Fragmen proksimal dalam keadaan posisi fleksi sedangkan distal dalam keadaan posisi

abduksi dan bergeser ke proksimal. Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna

dengan menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul adalah nonunion

dan malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi atau bone grafting.

DAPUS

1. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.

2. Sjamsuhidayat R, Jong WD. Bukuajarilmubedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.

3. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7.

Jakarta:Widya Medika; 1995.