repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi,...

38
KORELASI ANTARA PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN MULBERRY SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA EDIBLE FILM TAPIOKA ARTIKEL Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pasundan Oleh : Faqih Radina 11.30.20109 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK

Transcript of repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi,...

Page 1: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

KORELASI ANTARA PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN MULBERRY SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN

KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA EDIBLE FILM TAPIOKA

ARTIKEL

Karya Tulis sebagai salah satu syaratUntuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

dari Universitas Pasundan

Oleh :

Faqih Radina11.30.20109

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG

2016

Page 2: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

KORELASI ANTARA PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN MULBERRY SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN

KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA EDIBLE FILM TAPIOKA

Faqih Radina*, Dr. Ir Yusman Taufik, MP. **, Ir. Hervelly, MP. ***

ABSTRACT

This research intention was to defined correlation between effect of mulberry extract addition as antioxidant against physical and chemical characteristic of tapioca edible film. This research consist of two phase, preliminary and main phase. Preliminary research done to get the best CMC and glycerol concentration. With these best concentration, next research done to know how mulberry extract addition affected to the edible film characteristics both physical and chemical characteristics.

Experimental design of this research was simple linier regression with three replication. Treatment design used consist of two variable, independent variable or predictor variable dan dependent or response variable. Independent variable (X) consist of a factor of mulberry extract concentration with four level: E1= 1% (b/b), E2= 3% (b/b), E3= 5% (b/b), E4= 7% (b/b). And dependent variable (Y) was a variable caused by independent variable, consist of physical response (solubility in water, tensile strength, and elongation) and chemical response (water content, and antioxidant activities with DPPH method).

Selected CMC concentration was 2% with 2% glycerol based on preliminary research. This research shows that mulberry leaves extract addition 1%, 3%, 5%, and 7% affected and shows a correlation against physical and chemical characteristics of edible film. Chemical response consist of water content with correlation cooficient (r) -0,9926 and antioxidant activity with correlation cooficient (r)-0,8242. Phisical characteritics consist of solubility with correlation cooficient number (r) 0,9928, tensile strength with correlation cooficient number (r) -0,9816, and elongations with correlation cooficient number (r) 0,9932.

1

Page 3: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

PENDAHULUANMulberry merupakan tanaman

tahunan yang berasal dari Tiongkok, dan sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara.

Penyebaran tanaman mulberry di Indonesia terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan, dengan potensi produksi yang tinggi yaitu mencapai 22 ton BK/ha/tahun (Samsijah, 1992).

Menurut BPPT tahun 2005, terdapat 45.085,5 Ha lahan mulberry di Indonesia dan sekitar 9.000 hektar diantaranya terdapat di Jawa barat. Tanaman mulberry memiliki banyak spesies, diantaranya Morus alba, Morus multicaulis, Morus nigra, Morus macroura, Morus cathayana, Morus indica, Morus canva, Morus Khunpai, Morus husan, Morus lembang.

Produksi tanaman mulberry yang sering dimanfaatkan adalah bagian daunnya. Daun mulberry banyak dimanfaatkan dalam proses pengembangbiakan ulat sutera. Daun mulberry berpotensi baik sebagai sumber pakan alternatif karena kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu sebesar 20,4%. Selain kandungan gizi yang cukup lengkap, daun mulberry juga diketahui memiliki nilai komponen fenol yang tinggi. Daun mulberry dilaporkan kaya akan kandungan flavonoid yang memiliki aktivitas biologis yang termasuk dalam hal aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian Damayanthi (2008), pada daun segar mulberry maupun teh mulberry ditemukan kandungan theaflavin, tannin serta kafein. Ketiga senyawa tersebut merupakan flavonoid yang khas pada daun teh.

Menurut Mursito (2001), daun mulberry mengandung ecdisterone, inkosterone, lupeol, β-sitosterol, ritin, moracatein, isoquersetin, scopoletin, scopolin, α-heksenal, β-heksenal, cis-β heksenol, cis-β-heksenol, cis-t-heksenol, benzaldehid, eugenol, linalool, benzil

alkohol, butilamin, trigonelin, cholin, adenin, asam amino, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, asam fumarat, asam folat, asam formiltetrahidrofoli, mioinositol, logam, seng dan tembaga.

Untuk saat ini pemanfaatan tanaman mulberry belum diketahui oleh banyak masyarakat. Bagian tanaman mulberry yaitu daun, lebih banyak diketahui hanya sebagai pakan ulat sutera, tetapi sebenarnya dari penelitian yang telah dijelaskan, bahwa kandungan dalam daun mulberry seperti antioksidan dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan, sehingga daun mulberry ini perlu dilakukan proses diversifikasi lebih lanjut, salah satunya dengan menambahkan ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan pada edible film (Samsijah, 1992).

Edible film merupakan jenis kemasan yang bersifat biodegradable, dibuat dari bahan yang dapat dikonsumsi, bersifat seperti kemasan plastik, dan berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa seperti kelembaban, oksigen, cahaya, lemak, serta zat terlarut sehingga dapat mempertahankan warna, pigmen alami dan gizi dari produk, (Krochta, 1992).

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan edible film adalah bahan yang bersifat hidrokoloid, salah satunya adalah pati. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik. Dari berbagai jenis pati, tapioka sering digunakan sebagai bahan tambahan atau pengisi karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Kusumawati dkk., 2013).

Menurut Radley (1976), fungsionalitas pati pada produk pangan ataupun nonpangan tergantung dari sifat fisik pati. Sifat fisik pati tersebut dipengaruhi oleh dua komponen utama dalam pati yaitu amilosa dan

2

Page 4: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

amilopektin. Menurut Matz (1992), tingkat pengembangan dan tekstur dari makanan ringan (snack) dipengaruhi oleh rasio dari amilosa dan amilopektin. Menurut Balagopalan et al. (1988), tekstur pada produk berbahan dasar pati diperoleh dari hasil perubahan pati selama dan setelah pemasakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur produk antara lain gelatinisasi, daya kembang, viskositas, dan retrogradasi. Faktor pH pada pati juga dapat mempengaruhi mutu produk berbahan dasar pati. Menurut Taggart (2004), asam dapat mengganggu ikatan hidrogen yang terdapat dalam pati, sehingga menyebabkan granula pati lebih mudah untuk mengembang.

Menurut Baldwin et al. (1994), penambahan antioksidan pada kemasan Edible film dapat mencegah terjadinya oksidasi penyebab ketengikan, seperti asam askorbat, tokoferol, BHA, dan BHT. Penambahan antioksidan ini bertujuan agar Edible film memiliki zat aktif yang dapat menghambat terjadinya proses oksidasi.

Fungsi utama antioksidan pada edible film adalah untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan. Antioksidan dapat ditemukan dibanyak tanaman salah satunya adalah pada tanaman mulberry. (Syahrizal, 2008 dalam Ikhlas, 2013).

Menurut penelitian Harmely, dkk. (2014), peningkatan penambahan ekstrak daun kemangi pada edible film sebagai penyegar mulut dari 0%, 2,5%, 5,0%, dan 7,5% memberikan pengaruh terhadap organoleptik, kerapuhan, susut pengeringan, pH, ketebalan, isi flavonoid, dan respon prefensi.

Menurut penelitian Murdianto (2005), sifat-sifat fisik dan mekanik edible film terbaik dihasilkan pada

konsentrasi ekstrak daun janggelan 1,25% (b/v), tapioka 1% (b/v), gliserol 0,5% (b/v). Edible film tersebut memiliki sifat penghambatan terhadap laju transmisi uap air dan pemanjangan terendah masing-masing 1,77 g mm m-2

jam-1 dan 0,27%, serta nilai ketebalan, kuat regang putus dan kelarutan tertinggi masig-masing 0,7 mm, 5,67 Mpa dan 73,99%.

Hasil penelitian Putri (2010), menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak teh hijau dan teknik pembuatan memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar air, aktivitas air dan peningkatan kelarutan edible film. Perlakuan terbaik adalah perlakuan A5B2 (konsentrasi ekstrak teh hijau 80% dengan teknik pembuatan Compression Molding). Edible film yang dihasilkan mempunyai kadar air 14,56%, Aw 0,77 dan kelarutan 64,59%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak teh hijau berpengaruh terhadap kadar air, aktivitas air (Aw) dan kelarutan edible film.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan korelasi antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan karakteristik edible film.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara penambahan ekstrak daun mulberry dengan karakteristik edible film tapioka.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan daun mulberry sebagai antioksidan, meningkatkan nilai ekonomis dari daun mulberry dan memberikan alternatif baru dalam penggunaan kemasan yang bersifat mudah terurai sesudah digunakan sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, serta memberikan alternatif pengemasan produk-produk yang memerlukan perlindungan terhadap radikal bebas.

3

Page 5: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

METODOLOGI PERCOBAAN

Bahan dan Alat PenelitianBahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan edible film tapioka dengan penambahan ekstrak daun mulberry adalah daun mulberry varietas nigra sebanyak 3,8 kg, CMC dari CV. Triputra sebagai penstabil sebanyak 42 gram, tapioka cap gunung agung dari CV. Triputra sebanyak 42 gram, gliserol dari PT. Brataco sebagai plasticizer sebanyak 42 gram, aquadest sebanyak 1899 ml, dan etanol 70% sebanyak 38 L.

Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimia yakni DPPH (2,2-Dipenyl-1-picrylhydrazyl) sebanyak 4 mg, methanol.Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan edible film tapioka yang ditambah dengan ekstrak daun mulberry adalah blender, wadah tertutup untuk ekstraksi, kain batis, rotary vacum evaporator, timbangan digital, termometer, gelas kimia, batang pengaduk, magnetic stirrer, alas kaca pencetak, plastik, spreader Desaga Heidelberg, pipet tetes, indikator pH universal, tray, cabinet dryer, dan spatula.

Alat yang digunakan untuk analisis kimia adalah cawan penguap, timbangan analitik, eksikator, oven, labu ukur 10 ml, labu ukur 50 ml, mikropipet, pipet ukur, vial, tabung reaksi dan spektrofotometer UV-Vis.

Sedangkan alat untuk analisis fisik adalah textechno H. Stein 41066 moenchengladbach textechno favigraph untuk mengukur kuat tarik dan persen elongasi, cawan penguap, gelas kimia 100 ml.

Metode PenelitianPenelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menguji aktifitas antioksidan ekstrak daun mulberry metode DPPH

(Ikhlas, 2013) dan membuat sembilan formula edible film untuk menentukan konsentrasi CMC dan gliserol yang tepat untuk pembuatan edible film tapioka yang ditambahkan ekstrak daun mulberry dengan cara pengujian kadar air, elongasi, dan kuat tarik, sehingga dapat digunakan pada penelitian utama.

Penelitian UtamaRancangan Perlakuan

Rancangan perlakuan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas atau variabel prediktor dan variabel tidak bebas atau variabel respon. Variabel bebas ( X ) terdiri dari satu faktor yaitu konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan empat taraf, yaitu E1= 1% (b/b), E2= 3% (b/b), E3= 5% (b/b), E4= 7% (b/b). Sedangkan variabel tidak bebas ( Y ) yaitu variabel yang terjadi karena variabel bebas terdiri dari kecepatan larut dalam air (Herbert, 1994), kuat tarik, elongasi (ASTM, 1983 dalam Fajar, 2015), kadar air metode gravimetri (AOAC, 2006), dan analisis aktivitas antioksidan metode DPPH (Ikhlas, 2013).

Hasil terbaik perbandingan gliserol dan CMC dari penelitian pendahuluan akan dipergunakan dalam penelitian utama.

Rancangan PercobaanRancangan percobaan yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah Metode Regresi Linier Sederhana dengan ulangan sebanyak tiga kali.

Model percobaan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = a + b X

Denah layout penelitian adalah sebagai beikut :

4

Page 6: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Kelompok Ulangan 11 2 3 4

e4.1 e1.1 e2.1 e3.1

Kelompok Ulangan 21 2 3 4

e3.2 e1.2 e2.2 e4.2

Tabel Pendataan Nilai Variabel Bebas dan Tidak Bebas

Variabel tidak bebas (Y)

Variabel bebes (X)

y1 x1y2 x2Yn Xn

Sumber : (Sudjana, 2005)Koefisien-koefisien regresi a dan b

untuk regresi linier akan dihitung dengan rumus, seperti yang dijelaskan oleh Sudjana (2005) :

Rancangan AnalisisUntuk mencari atau menentukan

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas akan dilakukan dengan menghitung korelasi antara kedua variabel tersebut terhadap respon yang diukur. Nilai koefisien korelasi atau r dapat dihitung dengan rumus seperti yang dijelaskan oleh Sudjana (2005).

Nilai r berlaku 0 ≤ r2 ≤ 1 sehingga untuk koefisien kolerasi didapat hubungan -1 ≤ r ≤ +1. Harga r = -1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna tak langsung antara X dan Y. Ini berarti bahwa titik-titik yang ditentukan oleh (Xi, Yi) seluruhnya terletak pada garis regresi linier dan harga X yang besar menyebabkan atau berpasangan dengan Y yang kecil sedangkan harga X yang kecil berpasangan dengan Y yang besar. Harga r = +1 menyatakan adanya hubungan linier sempurna langsung antara X dan Y. Letak titik-titik ada pada garis regresi linier dengan sifat bahwa X yang besar berpasangan dengan harga Y yang besar, sedangkan harga X yang kecil berpasangan dengan Y yang kecil pula. Harga-harga r lainnya bergerak antara -1 dan +1 dengan tanda negatif menyatakan adanya kolerasi tak langsung atau kolerasi negatif dan tanda positif menyatakan kolerasi langsung atau kolerasi positif. Khusus untuk r = 0, maka hendaknya ini ditafsirkan bahwa tidak terdapat hubungan linier antara variabel-variabel X dan Y.

Rancangan ResponRancangan respon yang akan

dilakukan pada penelitian, yaitu respon kimia dan respon fisik.

Respon kimia yang dilakukan adalah kadar air (AOAC, 2006) dan analisis aktivitas antioksidan metode DPPH menggunakan spektrofotometer (Ikhlas, 2013). Respon fisik yang diuji adalah pengujian kecepatan larut dalam air Herbert, 1994) kuat tarik, dan elongasi (ASTM, 1983 dalam Fajar, 2015).Deskripsi Percobaan

Deskripsi penelitian terdiri dari dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

Deskripsi Percobaan PendahuluanPenelitian pendahuluan adalah

pembuatan ekstrak daun mulberry, pengujian aktifitas antioksidan ekstrak

5

Kelompok Ulangan 31 2 3 4

e2.3 e3.3 e4.3 e1.3

Page 7: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

daun mulberry metode DPPH, dan menentukan konsentrasi CMC dan gliserol terbaik untuk digunakan pada penelitian utama.

Deskripsi Pembuatan EkstrakBahan dalam pengujian aktivitas

antioksidan yakni berasal dari daun mulberry.

Berikut adalah deskripsi pembuatan ekstrak daun mulberry :1. Persiapan Alat dan Bahan

Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan bahan yang akan digunakan yakni daun mulberry.2. Pencucian

Setelah daun mulberry siap, lalu daun mulberry dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran atau benda asing dengan air mengalir yang bersih, setelah itu dilakukan penirisan.3. Pengecilan ukuran 1

Pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan gunting lalu daun siap untuk dikeringkan.4. Penyusunan di Tray

Setelah daun mulberry bersih, daun mulberry disusun dan ditata rapi di atas tray yang selanjutnya akan dilakukan pengeringan.5. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan dengan bantuan alat tunnel dryer dengan suhu 50oC selama 1 jam. Hasil daun mulberry yang telah dikeringkan kemudian dilakukan pengecilan ukuran.6. Pengecilan ukuran 2

Pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan blender untuk mempermudah proses ekstraksi dan agar senyawa aktif senyawa kimia dalam daun lebih mudah keluar dan terekstrak.7. Pembuatan Ekstrak Daun Mulberry

Pembuatan ekstrak daun mulberry dilakukan dengan metode maserasi yaitu merendam. Proses maserasi pada daun mulberry menggunakan pelarut etanol 70% selama 1 hari di wadah tertutup dan terhindar dari sinar matahari. Setelah didapat filtrat hasil maserasi, kemudian

dilakukan proses evaporasi menggunakan rotary vacum evaporator dengan suhu 40oC yang bertujuan untuk menghilangkan etanol dengan cara diuapkan dan mengentalkan larutan sehingga diperoleh ekstrak daun mulberry kental yang siap untuk digunakan pada edible film tapioka. 8. Pengujian Aktivitas Antioksidan

Setelah didapatkan ekstrak kental daun mulberry, dilakukan pengujian aktivitas antioksidan metode DPPH menggunakan spektrofotometer. Diagram alir pembuatan ekstrak daun mulberry dapat dilihat pada gambar 4.Deskripsi pembuatan edible film :1. Penimbangan

CMC ditimbang dan dilarutkan dengan air sehari sebelumnya sesuai dengan konsentrasi tiap perlakuan. Tapioka ditimbang dengan konsentrasi 2% (b/b keseluruhan) dan ekstrak kental daun mulberry ditimbang dengan konsentrasi 3% (b/b keseluruhan) dari basis. Gliserol ditimbang sesuai dengan konsentrasi tiap perlakuan. Air ditimbang hingga berat keseluruhan edible film 100 gram.2. Pencampuran I

Tapioka dan CMC yang telah ditimbang kemudian dilarutkan satu persatu ke dalam air yang telah ditentukan beratnya. Bahan-bahan tersebut diaduk hingga homogen.3. Pengaturan pH

Pengujian larutan edible film tersebut dilakukan menggunakan pH indikator. Pembentukan gel optimum terjadi pada pH 4-7 (Winarno, 2004). Jika larutan bersifat basa (pH >7) maka ditambahkan asam sitrat hingga pH larutan masuk ke dalam batas pembentukan gel. Begitupun apabila larutan terlalu asam, maka larutan edible film ditambahkan NaHCO3.

4. Pencampuran II dan PemanasanLarutan edible film ditambahkan

plastisizer gliserol yang telah diketahui beratnya. Kemudian campuran tersebut dipanaskan pada suhu 80°C selama 30

6

Page 8: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

menit. Campuran diaduk dengan cepat pada 10 menit yang pertama bertujuan mencampurkan seluruh bahan hingga benar-benar homogen dan merambatkan panas yang dihasilkan oleh plate dan diaduk dengan kecepatan sedang pada 20 menit kedua yang bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan gel pada larutan.5. Pendinginan I

Pendinginan dilakukan hingga suhu edible film 45°C. Pendinginan bertujuan agar volume edible film stabil. Volume akan meningkat seiring dengan bertambahnya suhu sehingga apabila edible film dicetak ketika suhunya masih panas, dikhawatirkan edible yang terbentuk akan retak. Pendinginan ini juga dilakukan untuk menjaga kandungan antioksidan pada ekstrak daun mulberry agar tidak rusak oleh suhu tinggi yang akan ditambahkan pada proses selanjutnya.6. Penambahan Ekstrak dan

Pencampuran IIITambahkan ekstrak kental daun

mulberry yang sudah ditimbang, lalu lakukan pengadukan kembali dengan magnetic stirrer hingga homogen, suhu dipertahankan pada 45°C.7. Pencetakan

Pencetakan dilakukan diatas tray kaca. Larutan edible film dituangkan ke dalam spreader kemudian dicetak diatas tray kaca dengan ketebalan 1 mm dan luas 20cmx20cm.8. Pengeringan

Pengeringan dilakukan menggunakan tunnel dryer dengan suhu 50°C selama 12 jam. Pengeringan edible film dengan suhu 50°C memberikan edible film dengan kadar air terendah. Edible film dimasukkan dalam plastik untuk menghindari kontak dengan udara (Garnida, 2006).9. Pendinginan II

Edible film yang telah dikeringkan kemudian didinginkan pada suhu ruang selama ± 15 menit. 10.Pengamatan

Edible film yang telah terbentuk kemudian diuji kadar air, elongasi dan kuat tarik untuk menentukan konsentrasi CMC dan gliserol yang akan digunakan pada penelitian utama.

Deskripsi Percobaan Penelitian Utama1. Penimbangan

CMC ditimbang dan dilarutkan dengan air sehari sebelumnya sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan dari penelitian pendahuluan. Tapioka ditimbang dengan konsentrasi 2% (b/b keseluruhan) dan Ekstrak daun mulberry ditimbang sesuai perlakuan (1%, 3%, 5%, 7% b/b keseluruhan). Gliserol ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan dari penelitian pendahuluan. Air ditimbang hingga berat keseluruhan edible film 100 gram.2. Pencampuran I

Tapioka dan CMC yang telah ditimbang kemudian dilarutkan satu persatu ke dalam air yang telah ditentukan beratnya. Bahan-bahan tersebut diaduk hingga homogen.3. Pengaturan pH

Pengujian larutan edible film tersebut dilakukan menggunakan pH indikator. Pembentukan gel optimum terjadi pada pH 4-7 (Winarno, 2004). Jika larutan bersifat basa (pH >7) maka ditambahkan asam sitrat hingga pH larutan masuk ke dalam batas pembentukan gel. Begitupun apabila larutan terlalu asam, maka larutan edible film ditambahkan NaHCO3.

4. Pencampuran II dan PemanasanLarutan edible film ditambahkan

plastisizer gliserol yang telah diketahui beratnya. Kemudian campuran tersebut dipanaskan pada suhu 80°C selama 30 menit. Campuran diaduk dengan cepat pada 10 menit yang pertama bertujuan mencampurkan seluruh bahan hingga benar-benar homogen dan merambatkan panas yang dihasilkan oleh plate dan diaduk dengan kecepatan sedang pada

7

Page 9: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

20 menit kedua yang bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan gel pada larutan.5. Pendinginan I

Pendinginan dilakukan hingga suhu edible film 45°C. Pendinginan bertujuan agar volume edible film stabil. Volume akan meningkat seiring dengan bertambahnya suhu sehingga apabila edible film dicetak ketika suhunya masih panas, dikhawatirkan edible yang terbentuk akan retak. Pendinginan ini juga dilakukan untuk menjaga kandungan antioksidan pada ekstrak daun mulberry agar tidak rusak oleh suhu tinggi yang akan ditambahkan pada proses selanjutnya.6. Penambahan Ekstrak dan

Pencampuran IIITambahkan ekstrak kental daun

mulberry yang sudah ditimbang dengan berbagai variasi konsentrasi, (1%, 3%, 5%, 7% b/b keseluruhan) lalu lakukan pengadukan kembali dengan magnetic stirrer hingga homogen, suhu dipertahankan pada 45°C.7. Pencetakan

Pencetakan dilakukan diatas tray kaca. Larutan edible film dituangkan ke dalam spreader kemudian dicetak diatas tray kaca dengan ketebalan 1 mm dan luas 20cmx20cm. 8. Pengeringan

Pengeringan dilakukan menggunakan tunnel dryer dengan suhu 50°C selama 12 jam. Pengeringan edible film dengan suhu 50°C memberikan edible film dengan kadar air terendah. Edible film dimasukkan dalam plastik untuk menghindari kontak dengan udara (Garnida, 2006).9. Pendinginan II

Edible film yang telah dikeringkan kemudian didinginkan pada suhu ruang selama ± 15 menit. 10.Pengamatan

Edible Edible film yang telah terbentuk kemudian diuji uji kecepatan larut , kadar air, elongasi, kuat tarik, dan aktivitas antioksidannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian PendahuluanPembuatan Ekstrak Daun Mulberry dan pengujian aktivitas antioksidan.

Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu pertama pembuatan ekstrak daun mulberry dan analisis aktivitas antioksidan ekstrak daun mulberry. Hasil percobaan yang dilakukan, daun mulberry basah sebanyak 3,8 kg menghasilkan 1,04 kg daun kering, dan 131,9095 gram ekstrak daun mulberry, sehingga rendemen ekstrak yang didapat sebesar 3,47 % dari berat basah atau 12,68% dari berat kering. Data aktivitas antioksidan ekstrak daun mulberry IC50 didapat rata-rata 229,08 ppm dengan kekuatan aktivitas sedang.Penentuan konsentrasi CMC dan gliserol

Penelitian pendahuluan kedua yaitu membuat sembilan formula untuk memilih konsentrasi bahan penstabil CMC dan bahan plastisizer gliserol yang selanjutnya akan digunakan pada penelitian utama dengan respon uji yaitu pengujian kuat tarik, persen elongasi, dan kadar air lalu dipilih yang terbaik untuk digunakan dalam penelitian utama. Formula edible film penelitian pendahuluan adalah sebagai berikut :Hasil pengujian yang didapat adalah sebagai berikut :

kode sampel Elongasi (%)Formula 1 153,084Formula 2 159,014Formula 3 179,050

kode sampel Elongasi (%)Formula 4 117,200Formula 5 137,956Formula 6 175,916

kode sampel Elongasi (%)Formula 7 51,036Formula 8 103,22Formula 9 135,192

kode sampel kuat tarik (gf/mm2)

8

Page 10: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Formula 1 132,704Formula 2 92,082Formula 3 89,576

Kode SampelKuat Tarik (gf/mm2)

Formula 4 499,025Formula 5 258,885Formula 6 185,513

Kode Sampel Kuat Tarik (gf/mm2)

Formula 7 511,954Formula 8 413,020Formula 9 298,253

kode sampel Kadar airFormula 1 19,07Formula 2 20,895Formula 3 22,085

Kode Sampel Kadar airFormula 4 16,485Formula 5 17,56Formula 6 18,53

Kode Sampel Kadar airFormula 7 9,68Formula 8 12,605Formula 9 15,395

Elongasi (%)

Kuat Tari

k

gf/mm2

kgf/mm2

Mpa

Formula 3

179,05

Formula 7

511,954

0,512 5,019

Formula 6

175,916

Formula 4

499,025

0,499 4,892

Formula 2

159,014

Formula 8

431,02

0,431 4,226

Formula 1

153,084

Formula 9

298,253

0,298 2,924

Formula

5

137,956

Formula

5

258,885

0,259 2,538

Formula 9

135,192

Formula 6

185,513

0,186 1,819

Formula 4

117,2

Formula 1

132,704

0,133 1,301

Formula 8

103,22

Formula 2

92,082

0,092 0,903

Formula 7

51,036

Formula 3

89,576

0,090 0,878

Hasil penelitian pendahuluan, formula 5 (CMC 2% : 2% gliserol)

memiliki nilai kuat tarik yaitu 258,885 gf/mm2 = 0,258885 kgf/mm2 = 2,538088 Mpa, nilai persen elongasinya sebesar 137,956%, kadar air 17,56%, perbandingan ini dipilih karena memiliki elongasi dan kuat tarik yang tinggi dan setara antara elongasi dan kuat tariknya, sehingga digunakan untuk perlakuan penelitian utama. Formula 7 tidak digunakan meski memiliki kuat tarik yang tinggi, karena nilai elongasinya yang paling kecil. Begitu juga formula 3 tidak digunakan meski memiliki elongasi yang tinggi, karena kuat tariknya memiliki nilai paling kecil.

Bahan penstabil adalah suatu produk yang apabila disebarkan dalam suatu adonan secara perlahan akan melarut. Waktu terjadi pelarutan akan terbentuk suatu jaringan yang mengurangi mobilitas air bebas. Untuk proses pembuatan Edible film atau leather, bahan penstabil yang diperlukan harus netral dalam rasa, mudah menyebar, suhu stabil, memberikan kekentalan dan bodi yang baik terhadap produk yang dihasilkan, memiliki daya leleh yang baik, dan memiliki daya tahan panas. Penggunaan bahan penstabil pada makanan adalah untuk memadatkan, membentuk suspensi, dan juga sebagai penstabil emulsi. Bahan penstabil akan meningkatkan viskositas sehingga menghalangi bergabungnya beberapa kristal menjadi kristal yang besar. Tekstur yang halus juga akan terbentuk karena kemampuan bahan penstabil untuk mengikat air bebas dalam jumlah besar (Tranggono, 1989).

Penambahan bahan penstabil bertujuan untuk memperbaiki sifat–sifat fisik dari Edible film yang akan dihasilkan meliputi kuat tarik, persen elongasi dan laju transmisi uap air.

Salah satu alasan penggunaan CMC sebagai bahan pangan adalah kemampuannya untuk mengikat air, sehingga dapat mencegah seniresis. CMC adalah material higroskopis dan akan menyerap air dari bahan.

9

Page 11: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Banyaknya penyerapan tergantung dari kadar air awal yang terdapat pada CMC, kelembaban udara, temperatur dan derajat substitusi (Tranggono, 1989).

Penambahan gliserol yang semakin tinggi cenderung menurun nilai kuat tariknya. Hal ini karena gliserol dapat mengurangi ikatan hydrogen internal pada ikatan intermolekular sehingga dapat menurunkan kuat tarik dari edible film yang dihasilkan.

Menurut Liebermen et al. (1973), gliserol merupakan plasticizer yang efektif karena memiliki kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler. Penambahan gliserol pada edible film dapat menurunkan kuat tariknya (Akili dkk., 2012).

Menurut Rodriguez et al. (2006) dalam Yulianti dkk., (2012), penambahan gliserol yang semakin tinggi cenderung meningkat nilai elongasinya. Hal ini karena semakin tinggi kosentrasi gliserol maka nilai elongasi akan semakin tinggi yang berarti kemasan edible film semakin fleksible dan plastis. Penggunaan plasticizer cenderung menurunkan nilai kuat tarik dan meningkatkan persentase pemanjangan atau elongasi pada edible film karena plasticizer dapat mengurangi gaya antar molekul dan meningkatkan mobilitas rantai biopolymer.

Penambahan gliserol dapat meningkatkan elongasi pada edible film. Penambahan plasticizer yang semakin tinggi akan menghasilkan film dengan kuat tarik yang lebih rendah. Gliserol yang banyak mengandung gugus OH dalam sistem matriks edible film dapat meningkatkan laju transmisi uap air, persen pemanjangan edible film dan penurunan kuat tarik edible film.

Menurut Lindsay (1985), semakin tinggi konsentrasi gliserol yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar air Edible film. Gliserol berfungsi sebagai penyerap air, pembentuk kristal,

meningkatkan viskositas larutan, dan menurunkan aw.

Penelitian UtamaPenelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap karakteristik edible film tapioka. Respon yang diuji pada penelitian utama adalah respon kimia meliputi analisis kadar air, dan aktivitas antioksidan, serta respon fisika yaitu penentuan kecepatan larut, kuat tarik, dan elongasi.Respon Kimia1. Kadar air

Hasil pengujian kadar air pada edible film tapioka dengan variasi penambahan ekstrak daun mulberry yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Kadar Air (%) Edible film Tapioka dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry yang Berbeda

Konsentrasi Ekstrak (%)

Rata-rata Kadar Air (%)

1 19,3153 18,1835 16,4927 14,477

Data pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata kadar air edible film tapioka dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang berbeda menghasilkan kadar air yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan semakin rendah kadar air yang dihasilkan.

Hasil analisis kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry memperlihatkan adanya hubungan linier terhadap rata-rata kadar air pada edible film tapioka. Kolerasi konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap kadar air edible film tapioka dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 dengan menggunakan persamaan regresi linier.

10

Page 12: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Gambar 1.Regresi Linear Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry Terhadap Kadar Air pada Edible film Tapioka

Gambar 1 menunjukkan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang bervariasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7% yang digunakan sebagai antioksidan dalam proses pembuatan edible film tapioka, memperlihatkan kadar air yang semakin menurun dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak daun mulberry. Hal ini terlihat adanya kolerasi antara konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan sebagai antioksidan terhadap kadar air edible film tapioka. Kolerasi ini ditunjukkan oleh nilai r dari persamaan regresi linier.

Kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap kadar air edible film tapioka menghasilkan persamaan regresi linier adalah Y = -0,8103x + 20,358 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah -0,9926 dan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9852 menunjukkan bahwa antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan kadar air edible film tapioka mempunyai korelasi yang sangat kuat sehingga peningkatan atau penurunan konsentrasi ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan pada proses pembuatan edible film tapioka berpengaruh terhadap kadar air yang dihasilkan.

Nilai koefisien korelasi (r) yang negatif menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan kadar air pada edible film tapioka sebagai korelasi sempurna atau hubungan linier sempurna tak

langsung dengan kemiringan (slope) yang negatif pula hal ini ditunjukkan dengan nilai slope yang negatif yaitu -0,8103x artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry maka semakin rendah kadar air yang dihasilkan.

Hasil analisis konsentrasi ekstrak daun mulberry 7% menghasilkan rata-rata kadar air yang rendah dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak daun mulberry 1% yang menghasilkan rata-rata kadar air yang lebih tinggi.

Peningkatan konsentrasi ekstrak akan meningkatkan jumlah polimer dan viskositas yang menyusun matrik film. Semakin besar polimer yang menyusun matrik film akan meningkatkan jumlah padatan sehingga jumlah air dalam edible film semakin rendah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan semakin besar polimer yang menyusun matrik film menyebabkan jumlah air yang tertinggal dalam jaringan film semakin rendah dan dengan bertambahnya viskositas akan berpengaruh terhadap peningkatan ketebalan edible film sehingga kadar air akan turun (Putri dkk., 2014). Semakin tinggi penambahan ekstrak juga akan menambah total padatan terlarut dalam suspensi edible film. Tingginya total padatan pada edible film secara langsung akan mempengaruhi kadar air (Kusumawati dkk., 2013).

Kadar air film yang tinggi akan mempengaruhi ketahanan film. Edible film yang bersifat biodegradable dengan kadar air yang tinggi akan mudah ditumbuhi oleh mikroba, karena adanya komponen nutrisi dalam film seperti karbohidrat dan protein. Sebaliknya Edible film yang mempunyai kadar air rendah akan lebih tahan terhadap kerusakan mikrobiologis.

2. Aktivitas AntioksidanHasil pengujian aktivitas

antioksidan metode DPPH edible film tapioka dengan variasi penambahan ekstrak daun mulberry yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Page 13: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Tabel 2. Aktivitas Antioksidan (IC50) Edible film Tapioka dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry yang Berbeda

Konsentrasi Ekstrak (%)

Rata-rata IC 50

(ppm)1 8317,743 1607,6365 1011,557 876,34

Data pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata aktivitas antioksidan edible film tapioka dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang berbeda, menghasilkan aktivitas antioksidan yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan semakin tinggi pula aktivitas antioksidan yang dihasilkan dengan ditandai menurunnya nilai IC50. Nilai IC50

merupakan bilangan yang menunjukan konsentrasi sediaan (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 semakin tinggi aktivitas antioksidannya.

Hasil analisis kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry memperlihatkan adanya hubungan linier tak langsung terhadap rata-rata IC50 pada edible film tapioka. Kolerasi konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap IC50 edible film tapioka dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2 dengan menggunakan persamaan regresi linier.

Gambar 2. Regresi Linear Kajian Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry Terhadap Nilai IC50 (ppm) pada Edible film Tapioka

Gambar 2 menunjukkan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang bervariasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7% yang digunakan sebagai antioksidan dalam proses pembuatan edible film tapioka, memperlihatkan IC50 yang semakin menurun dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak daun mulberry. Hal ini terlihat adanya kolerasi antara konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan sebagai antioksidan terhadap aktivitas antioksidan edible film tapioka. Kolerasi ini ditunjukkan oleh nilai r dari persamaan regresi linier.

Kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap aktivitas antioksidan edible film tapioka menghasilkan persamaan regresi linier adalah Y = -1146x + 7537,4 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah -0,8242 dan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,6792. Hal ini menunjukkan bahwa antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan IC50 edible film tapioka mempunyai korelasi sehingga peningkatan atau penurunan konsentrasi ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan pada proses pembuatan edible film tapioka berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan.

Nilai koefisien korelasi (r) yang negatif menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan IC50 pada edible film tapioka sebagai hubungan linier sempurna tak langsung dengan kemiringan (slope) yang negatif pula hal ini ditunjukkan dengan nilai slope yang negatif yaitu -1146x artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry maka semakin rendah IC50 yang dihasilkan.

Peningkatan konsentrasi ekstrak daun mulberry akan menghasilkan aktivitas antioksidan yang semakin besar. Aktivitas antioksidan edible film dipengaruhi oleh senyawa antioksidan yang terkandung dalam bahan dan kemampuan senyawa tersebut untuk mereduksi radikal bebas. Ekstrak daun

12

Page 14: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

mulberry mengandung senyawa fenol yang diduga berperan besar dalam aktivitas antioksidan edible film karena senyawa fenol mempunyai mekanisme penangkapan radikal bebas melalui reaksinya dengan gugus –OH.

Pada konsentrasi ekstrak daun mulberry 1% IC50 yang didapatkan sangat besar yaitu 8317,739 ppm, berbeda dengan konsentrasi ekstrak 3%-7% yang berkisar antara 1607,636 ppm – 876,34 ppm, ini kemungkinan disebabkan karena konsenrasi tapioka 2%, lebih besar dari konsentrasi ekstrak 1%, di mana senyawa fenol yang rendah dibandingkan kadar pati sehingga aktivitas antioksidan juga lebih rendah. Penambahan tapioka lebih tinggi akan meningkatkankan total padatan edible film sehingga senyawa fenol sebagai senyawa yang mengandung antioksidan akan terikat kuat pada matriks film. Rendahnya senyawa fenol yang terekstrak akan mempengaruhi pengukuran aktivitas antioksidan edible film. Jadi tingginya aktivitas antioksidan edible film dipengaruhi oleh total fenol yang terekstrak (Kusumawati dkk., 2013).

Antioksidan pada edible film penting dalam melindungi lemak bahan pangan. Meskipun kerusakan mikrobiologis merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pengawetan bagian karbohidrat dan protein suatu produk pangan, namun oksidasi adalah faktor utama yang mempengaruhi kualitas lemak, minyak, dan bagian lemak dari pangan. Lemak dan minyak mudah mengalami oksidasi yang mengakibatkan kerusakan karena timbulnya bau dan cita rasa menyimpang. Antioksidan juga banyak digunakan pada berbagai macam permen untuk mencegah ketengikan (Cahyadi, 2006).

Respon Fisik1. Kecepatan Larut

Edible film merupakan suatu lapisan yang dapat dimakan, sehingga

salah satu syarat Edible film adalah memiliki nilai kelarutan yang rendah sehingga memberikan kesan larut dalam mulut.

Berikut adalah hasil pengujian kecepatan larut edible film tapioka dengan variasi penambahan ekstrak daun mulberry yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kecepatan Larut Edible film Tapioka dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry yang Berbeda

Konsentrasi Ekstrak (%)

Rata-rata kecepatan larut

edible film (menit)

1 6,073 7,5575 9,0737 10,787

Data pada Tabel 3 menunjukkan rata-rata kecepatan larut edible film tapioka, dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang berbeda menghasilkan kecepatan larut yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan semakin rendah tingkat kelarutan yang dihasilkan dengan ditandai meningkatnya waktu yang dibutuhkan untuk larut. Semakin tinggi waktu kelarutan semakin rendah tingkat kelarutannya.

Hasil analisis kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry memperlihatkan adanya hubungan linear langsung terhadap rata-rata waktu kecepatan larut pada edible film tapioka. Kolerasi konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap kecepatan larut edible film tapioka dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada gambar 3.

13

Page 15: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Gambar 3. Regresi Linear Kajian Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry Terhadap Kecepatan Larut Edible film Tapioka

Gambar 3 menunjukkan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang bervariasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7% yang digunakan sebagai antioksidan dalam proses pembuatan edible film tapioka, memperlihatkan waktu larut yang semakin meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak daun mulberry. Hal ini terlihat adanya kolerasi antara konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan sebagai antioksidan terhadap kecepatan larut edible film tapioka. Kolerasi ini ditunjukkan oleh nilai r dari persamaan regresi linier.

Kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap kecepatan larut edible film tapioka menghasilkan persamaan regresi linier adalah Y = 0,7834x + 5,2384 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah 0,9994 dan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9988. Hal ini menunjukkan bahwa antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan kecepatan larut edible film tapioka mempunyai korelasi sehingga peningkatan atau penurunan konsentrasi ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan pada proses pembuatan edible film tapioka berpengaruh terhadap kecepatan larut.

Nilai koefisien korelasi (r) yang positif menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan waktu larut pada edible film tapioka sebagai hubungan linier sempurna langsung dengan kemiringan (slope) yang positif pula hal ini

ditunjukkan dengan nilai slope yang positif yaitu 1,6686x artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry maka semakin tinggi waktu yang dibutuhkan untuk larut.

Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa kecepatan larut edible film menurun seiring pertambahan waktu yang dibutuhkan, ini dikarenakan terdapat penambahan total padatan dalam suspensi edible film yang berasal dari ekstrak daun mulberry. Tingginya total padatan pada edible film secara langsung akan mempengaruhi kelarutan dari edible film. Murdianto (2005) menyebutkan bahwa penambahan komponen yang bersifat hidrofob mengakibatkan film memiliki kelarutan yang rendah.2. Pengujian Kuat Tarik

Kekuatan tarik dan pemanjangan merupakan sifat mekanik yang penting bagi Edible film. Kekuatan tarik merupakan sifat mekanik yang menyatakan kemampuan lapisan Edible film untuk menahan beban maksimum ketika ditekan. Kuat tarik menyatakan tekanan yang bisa ditahan oleh Edible film sampai sobek. Pengukuran kuat tarik dilakukan bersamaan dengan pengukuran nilai pemanjangan atau persen elongasi. Pemanjangan menyatakan kemampuan suatu Edible film untuk meregang, yaitu pertambahan panjang bahan dari panjang awal sebelum penarikan hingga putus.

Berikut adalah hasil pengujian kecepatan larut edible film tapioka dengan variasi penambahan ekstrak daun mulberry yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kuat Tarik Edible film Tapioka dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry yang Berbeda

Konsentrasi Ekstr

ak (%)

Rata-rata kuat tarik

(gf/mm2)

Rata-rata kuat tarik (kgf/mm2)

Rata-rata kuat tarik

(Mpa)

14

Page 16: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

1 549,469 0,549 5,3873 516,046 0,516 5,0595 457,767 0,458 4,4887 373,268 0,373 3,659

Data pada Tabel 4 menunjukkan rata-rata kuat tarik edible film tapioka, dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang berbeda menghasilkan kuat tarik yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan semakin rendah kuat tarik yang dihasilkan.

Hasil analisis kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry memperlihatkan adanya hubungan linear sempurna tidak langsung terhadap rata-rata kuat tarik pada edible film tapioka. Kolerasi konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap kuat tarik edible film tapioka dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Regresi Linear Kajian Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry Terhadap Kuat Tarik Edible film Tapioka

Gambar 4 menunjukkan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang bervariasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7% yang digunakan sebagai antioksidan dalam proses pembuatan edible film tapioka, memperlihatkan kuat tarik yang semakin menurun dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak daun mulberry. Hal ini terlihat adanya kolerasi antara konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan sebagai antioksidan terhadap kuat tarik edible film tapioka. Kolerasi ini ditunjukkan oleh nilai r dari persamaan regresi linier.

Kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap kuat tarik edible film tapioka menghasilkan persamaan regresi linier adalah Y = -0,2877x + 5,7992 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah -0,9816 dan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9635 menunjukkan bahwa antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan kuat tarik edible film tapioka mempunyai korelasi yang sangat kuat sehingga peningkatan atau penurunan konsentrasi ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan pada proses pembuatan edible film tapioka berpengaruh terhadap kuat tarik yang dihasilkan.

Nilai koefisien korelasi (r) yang negatif menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan kuat tarik pada edible film tapioka sebagai korelasi sempurna atau hubungan linier sempurna tak langsung dengan kemiringan (slope) yang negatif pula hal ini ditunjukkan dengan nilai slope yang negatif yaitu -0,2877x artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry maka semakin rendah kuat tarik yang dihasilkan.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry maka akan cenderung menurunkan kuat tarik edible film. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan ekstrak daun mulberry mengganggu pembentukan matriks film oleh polimer pati dan CMC. Ekstrak daun mulberry mengandung komponen zat terlarut yang masuk ke dalam jaringan tiga dimensi matriks film sehingga memperlemah ikatan antar polimer (Kusumawati dkk., 2013).

Penambahan ekstrak daun mulberry meningkatkan ketebalan edible film yang dihasilkan sehingga dengan semakin bertambahnya ketebalan edible film yang dihasilkan akan menurunkan kekuatan tarik edible film. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan tarik dari edible film yang dihasilkan berbanding

15

Page 17: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

terbalik dengan ketebalan (Sinaga dkk., 2013).

3. Pengujian ElongasiHasil pengujian kecepatan larut

edible film tapioka dengan variasi penambahan ekstrak daun mulberry yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Elongasi Edible film Tapioka dengan Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry yang Berbeda

Konsentrasi Ekstrak (%)

Rata-rata Elongasi (%)

1 96,7713 114,8605 124,2797 141,917

Data pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata elongasi edible film tapioka, dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang berbeda menghasilkan kecepatan larut yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan semakin tinggi elongasinya.

Hasil analisis kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry memperlihatkan adanya hubungan linear langsung terhadap rata-rata elongasi pada edible film tapioka. Kolerasi konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap elongasi edible film tapioka dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Regresi Linear Kajian Konsentrasi Ekstrak Daun Mulberry Terhadap Elongasi Edible film Tapioka

Gambar 5 menunjukkan konsentrasi ekstrak daun mulberry yang bervariasi yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7% yang digunakan sebagai antioksidan dalam proses pembuatan edible film tapioka, memperlihatkan elongasi yang semakin meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak daun mulberry. Hal ini terlihat adanya kolerasi antara konsentrasi ekstrak daun mulberry yang digunakan sebagai antioksidan terhadap elongasi edible film tapioka. Kolerasi ini ditunjukkan oleh nilai r dari persamaan regresi linier.

Kajian konsentrasi ekstrak daun mulberry terhadap elongasi edible film tapioka menghasilkan persamaan regresi linier adalah Y = 7,2429x + 90,485 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah 0,9932 dan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9865. Hal ini menunjukkan bahwa antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan elongasi edible film tapioka mempunyai korelasi sehingga peningkatan atau penurunan konsentrasi ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan pada proses pembuatan edible film tapioka berpengaruh terhadap elongasi.

Nilai koefisien korelasi (r) yang positif menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak daun mulberry dengan waktu larut pada edible film tapioka sebagai hubungan linier sempurna langsung dengan kemiringan (slope) yang positif pula hal ini ditunjukkan dengan nilai slope yang positif yaitu 7,2429x artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mulberry maka semakin tinggi elongasinya. Pemanjangan pada saat putus menunjukkan perubahan panjang film maksimum saat memperoleh gaya tarik sampai film putus dibandingkan dengan panjang awalnya. Penambahan ekstrak daun mulberry akan meningkatkan ketebalan edible film yang dihasilkan sehingga dengan semakin bertambahnya ketebalan edible film yang dihasilkan akan meningkatkan pemanjangan pada

16

Page 18: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

saat putus edible film. Hal ini menunjukkan bahwa elongasi dari edible film yang dihasilkan berbanding lurus dengan ketebalan (Akili, dkk., 2012).

Penambahan ekstrak daun mulberry dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan meningkatkan elongasi dari edible film sehingga edible film memiliki sifat lebih elastik dan tidak mudah patah. Ekstrak daun mulberry diduga akan

memberikan struktur yang kompak pada edible film. Semakin banyak ekstrak daun mulberry yang ditambahkan akan menyebabkan ketebalan edible film semakin meningkat dan dengan ketebalan yang semakin meningkat nilai elongasi akan semakin besar (Putri dan Amaliya, 2014). Adapun hasil elongasi dan kuat tarik dari beberapa jenis edible film lain dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa kekuatan tarik Edible film dipengaruhi bahan baku yang digunakan serta kombinasi bahan penyusun. Edible film yang terbuat dari hidrokoloid memiliki kekuatan mekanik yang baik. Bila Edible film tidak kuat atau mudah sobek

akan menimbulkan kesulitan dalam penanganan maupun dalam aplikasinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan penelitian dapat

disimpulkan bahwa penambahan ekstrak daun mulberry dengan konsentrasi 1% (b/b), 3% (b/b), 5% (b/b), 7% (b/b), memberikan korelasi terhadap karakteristik fisik dan kimia edible film tapioka yang meliputi kadar air, aktivitas antioksidan, kecepatan larut, kuat tarik, dan elongasi.

SaranBerdasarkan hasil evaluasi terhadap

penelitian yang telah dilakukan, saran-saran yang dapat diberikan :1. Perlu dicoba pembuatan ekstrak

dan mulberry dengan berbagai macam cara ekstraksi untuk mendapatkan aktivitas antioksidan yang kuat.

2. Perlu dicoba prosedur pembuatan edible film lain yang dapat mengurangi kehilangan aktivitas antioksidan selama proses.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi penggunaan Edible film sebagai kemasan terhadap umur simpan makanan.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis makanan yang cocok untuk dikemas dengan Edible film tapioka yang ditambah dengan ekstrak daun mulberry sebagai antioksidan.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Syafiana Khusna. 2015. Kajian pembuatan Edible Film tapioka dengan penambahan ekstrak rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada buah tomat. Skripsi. Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas

17

No Jenis Film Peneliti Kuat Tarik

Elongasi

1Edible film Jerami Nangka CMC 2% dan Gliserol 2%

Yunus Riyo

(2010)UNPAS

9,96 Mpa 46%

2

Edible film filtrate Cingcau hijau

dengan tapioca 2% dan gliserol 2%

Rosmawati

(2007)UNPAS

0,80 Mpa 272%

3

Edible film ekstrak pectin nangka

dengan penambahan CMC

0,3%

Sriyantika (2005)UNPAS

27,5 Mpa 2,6%

4Edible film pati

tapioca CMC 1% dan gliserol 3%

Harris (2001)

IPB

6,97 Mpa

72,9%

5

Edible film ekstrak daun jangelan 1,25%, tapioca

1%, asam stearate 40%, dan gliserol

0,5%

Murdianto (2005)

UGM

3,10 Mpa

0,14%

Page 19: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Akili, M.S., Ahmad, U., dan Suyatma, N.E. 2012. Karakteristik Edible Film dari Pektin Hasil Ekstraksi Kulit Pisang. Teknologi Pascapanen Sekolah Pascasarjana IPB.

Amelia, P. 2011. Isolasi, elusidasi struktur dan uji aktivitas antioksidan senyawa kimia dari daun Garcinia bethami Pierre. Tesis Universsitas Indonesia.

Anker, M., Matrs, S., and Anne Marie, H., 2000. Relatiomship between the Microstructure and the Mechanical and Barrier Properties of Whey Protein Films. J. Agric. Food Chem, Vol. 48 : 3806-3816, di dalam Al Awwaly, Khotibul Umam, Manab, Abdul, dan Wahyuni, Esti. 2010. Pembuatan Edible Film Protein Whey : Kajian Protein Dan Gliserol Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia. Jurnal Ilmu Teknologi Hasil Ternak. Vol. 5, No. 1, ISSN : 1978-0303.

Anonim, 2012. CMC Carboxymethyl cellulose. melalui http://pustakapanganku.blogspot.com/2012/07/cmc-carboxymethyl-cellulose.html, diakses : 1 Agustus 2015.

Ansel, H. C. 1989. Pengatur Bentuk Sediaan Farmasi (edisi IV). Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia.

AOAC, Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemist, Washington DC.

Arifin, Moch. F., Nurhidayati, L., Syarmalina, Rensy. 2009. Formulasi Edible Film Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Antihalitosis. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta.

Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Jaya. Jakarta.

Bourtoom, 2008. Review Article Edible Protein Films: Properties Enhancement, IFRJ 16 1-9.

BPPT. 2005. Mulberry (Morus alba L.), di dalam Utomo, Deny. 2013. Pembuatan Serbuk Effervescent Mulberry (Morus Alba L.). Dengan Kajian Konsentrasi Maltodekstrin dan Suhu Pengering. Tenaga Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Yudharta. Pasuruan.

Butkhup, Luchai., Khanprom, Intha., Samappito, Supachai. 2007. Influence of the Drying Process on Flavonoid Contents and Their Effects on Antioxidant Activity of Mulberry (Morus alba L.) Green Tea Production. Department of Biotechnology. Faculty of Technology. Mahasarakham University. Thailand.

Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara. Jakarta.

Damayanthi, Evy. 2008. Studi Kandungan Katekin dan Turunannya Sebagai Antioksidan Alami Serta Karakteristik Organoleptik Produk Teh Murbei dan Teh Camellia-Murbei. IPB. Bogor.

Daud, Muhamad Fajar, Sadiyah, Esti R., Rismawati, Endah. 2011. Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih. Program Studi Farmasi. Universitas Islam Bandung.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta.

18

Page 20: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta.

Direktorat Gizi depkes RI, 1981. dalam Lies, M,S. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya, penerbit Kanisius, Jogjakarta.

Dwidjoseputro. 1994. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

E. A. Baldwin, and M. O. Nispereos-Carriedo. 1995. Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Technomic Publ. Co. Inc, Landcaster Basel.

Fajar, M. 2015. Isolasi Pektin Dari Jerami Padi Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Edible Film Untuk Pelapisan Buah. Skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung.

Febriyanti, T. 1990. Studi Karakteristik Fisik, Kimia, dan Fungsional Beberapa Varietas Tepung Singkong. Skripsi. IPB, Bogor.

Garnida, Y. 2006. Pembuatan Bahan Edible Coating Dari Sumber Karbohidrat, Protein dan Lipid untuk Aplikasi Pada Buah Terolah Minimal. Informatek Universitas Pasundan, Indonesia.

Ghallisa, Khoirun Nisa. 2014. Ekstraksi Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. Melalui http://jbkt.ub.ac.id, diakses pada 1 Agustus 2015.

Giancone, T. 2006. Hydrocolloid-Based Edible Films: Composition-StructureProperties Relationship, Disertasi Doktoral, Universitas Degli Studi Di Napoli, Italia

Gontard, N. S., Guilbert and J. L. Cug. 1993. Water and Glyserol as Plasticizers Affect Mechanical and Water Vapour Barrier Properties

of Edible Wheat Gluten Film. J. Food Sci. (1): 206-210.

Grace, M.R. 1977. Cassava Processing. Food and Agriculture Organization of United Nations. Roma.

Guilbert, S. and B.Biquet. 1990. Edible Films and coatings, di dalam Ginting, Erlina dan Yulianti, Rahmi. 2012. Perbedaan Karakteristik Fisik Edible Film Dari Umbi-umbian Yang Dibuat Dengan Penambahan Plasticizer. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang.

Harborne, J.B. 1987. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB.

Harmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible Film dari Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai Penyegar Mulut. Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang. Padang.

Harris. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film Dari Pati Tapioka Untuk Pengemas Lempuk, Fakultas Pertanian Universitan Bengkulu, Bengkulu.

Ikhlas, Nur. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Indariani, S., 2006. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) J.II. Pert.indon.

Isnindar, Setyowati, E. P., dan Wahyuono, S., 2011, Aktivitas Antioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki L.F) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1 Pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional, 16 (2) 63-67

Kamal, N. 2010. Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxymethyl

19

Page 21: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Cellulose) Terhadap Beberapa Parameter Pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi vil I, Edisi 17, periode Juli-Desember (78-84).

Ketaren, S. 1996. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Krochta, J,M. 1992. Control Mass of Transfer in Food With Edible Coating and Film, di dalam Riyo, Y,P. 2011. Pengaruh Konsentrasi CMC dan Gliserol Terhadap Karakteristik Edible Film Jerami Nangka. Tugas Akhir Universitas Pasundan, Bandung.

Krochta, J.M. and C.L.C. DeMulder. 1997. Edible and biodegradable polymer films: Challenges and opportunities. Food Technol., 51: 61-74

Kusumawati, D. N. dan Putri, W. D. R. 2013. Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible Film Pati Jagung Yang Diinkorporasi Dengan Perasan Temu Hitam. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 1 No. 1 p. 90-100. Universitas Brawijaya. Malang.

Layuk, P., Djagal,W., dan Haryadi. 2002. Karakteristik Komposit Film Edible Pektin Daging Buah Pala dan Tapioka, Jurnal teknologi dan Industri pangan, Vol XIII No.2.

Lieberman, E.R. and S.G. Gilbert. 1973. Gas permeation of collagen film as affected by cross-linkage, moisture and plasticizer content. J. Polymer Sci. Symp. 41: 33−43, di dalam Al Awwaly, Khotibul Umam, Manab, Abdul, dan Wahyuni, Esti. 2010. Pembuatan Edible Film Protein Whey: Kajian Rasio Protein dan Gliserol Terhadap Sifat Fisik dan Kimia. Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Lindsay, 1985. R.C. Food Additives. Di dalam O.R. Fennema, Food Chemistry.

Miner and Dalton., 1953. Chemical Properties and Derivatives of Glycerol. Reinhold Publishing Corp. New York, di dalam Eko, Widhi dan Widayat. 2012. Potensi Gliserol Dalam Pembuatan Turunan Gliserol Melalui Proses Esterifikasi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Molyneux, P, 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl hydrazyl (DPPH) for estimmating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol, 26(2) : 211-219 di dalam Ikhlas, Nur. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn) denganMetode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Murdianto, Wiwit. 2005. Sifat Fisik Dan Mekanik Edible Film Dari Ekstrak Daun Janggelan (Mesona palustris Bl.). Processing and Quality Control Laboratory, Study Program of Agricultur Product Technology, Faculty of Agriculture, Mulawarman University. Samarinda.

Mursito, B. 2001. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurfanani, Achmad. 2012. Plastik Biodegradable. Mechanical Eng. Melalui : ifankiwon.blogspot.co.id/2012/01/plastik-biodegradable.html?m=1, diakses pada 1 Agustus 2015.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. UI-Press: Jakarta.

Putri, Indah Ristia. 2010. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Teh Hijau dan Teknik Pembuatan Edible Film Terhadap Kadar Air, Aktivitas Air, dan Kelarutannya. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

20

Page 22: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Radley, J.A. 1976. Starch Production Technology. Applied Science Publishers, London.

Riyo, Y,P. 2011. Pengaruh Konsentrasi CMC dan Gliserol Terhadap Karakteristik Edible Film Jerami Nangka.Tugas Akhir Universitas Pasundan, Bandung.

Robertson, L.G. 1992. Food packaging principles and practice. Marcel Dekker, New York, di dalam Ginting, Erlina dan Yulianti, Rahmi. 2012. Perbedaan Karakteristik Fisik Edible Film Dari Umbi-umbian Yang Dibuat Dengan Penambahan Plasticizer. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang.

Rodriguez, M, J. Oses, K. Ziani, and J.I. Mate. 2006. Combined effect of plasticizer and surfactants on the physical properties of starsch based Edible Films. Food Res. Int. 39: 840-846, di dalam Ginting, Erlina dan Yulianti, Rahmi. 2012. Perbedaan Karakteristik Fisik Edible Film Dari Umbi-umbian Yang Dibuat Dengan Penambahan Plasticizer. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang.

Samsijah. 1992. Pemilihan Tanaman mulberry (morus sp.) yang sesuai dengan Sindang Resmi Sukabumi, Jawa Barat. Bul Penelitian Hutan.

Sinaga, Loisa Lorensia, Rejekina S, Melisa Seri, Sinaga, Mersi Suriani. 2013. Karakteristik Edible Film Dari Ekstrak Kacang Kedelai Dengan Penambahan Tepung Tapioka Dan Gliserol Sebagai Bahan Pengemas Makanan. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Song, Wei, Wang, Han-Jing, Bucheli, Peter, Zhang, Pei-Fang, Wei, Dong-Zhi, anf Lu, Yan-Hua. 2009.

Phytochemical Profiles of Different Mulberry (Morus sp.) Species from China. J. Agric. Food Chem. 2009, 57, 9133-9140.

Sudjana. 2005. Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sunanto, H. 1997. Budidaya Mulberry dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius. Yogyakarta.

Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antiooksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional Teknologi 2007, Yogyakarta.

Syahrizal, D. 2008. Pengaruh proteksi vitamin C terhadap enzim transaminase dan gambaran histopatologis hati mencit yang dipapar plumbum. Tesis Universitas Sumatera Utara, di dalam Ikhlas, Nur. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Tiaraswara, Rayi Annissa. 2015. Optimalisasi Formulasi Hard Candy Ekstrak Daun Mulberry (Morus sp.) Dengan Menggunakan Design Expert Metode D-Optimal. Program Studi Teknologi Pangan. Artikel. Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

Tranggono. 1989. Bahan Tambahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta. Hal: 337-338

Winarno, F,G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan ke-2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

21

Page 23: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

Wings, Devi. 2008. CMC Carboxymethylcellulose, Melalui http://deviwings.blogspot.co.id/2008/03/cmc.html, diakses pada 1 Agustus 2015.

Wong, D.W.S., S.J. Tillin, J.S. Hudson and A.E. Pavlath. 1994. Gas Exchange in Cut Apples with Bilayer Coatings. J. Agric. Food Chem. 42 (10):2278-2285, di dalam Garnida. 2006. Pembuatan Bahan Edible Coating Dari Sumber Karbohidrat, Protein dan Lipid untuk Aplikasi Pada Buah Terolah Minimal. Informatek Universitas Pasundan, Indonesia.

Zafar, Muhammad S., Muhammad, F., Javed, I., Akhtar, M., Khaliq, T., Aslam, B., Waheed, A., Yasmin, R., Zafar, H. 2013. White Mulberry (Morus alba) : A Brief Phytochemical and Pharmacological Evaluations Account. International Journal Of Agricultur & Biology.

22

Page 24: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/1813/15/Artikel fqh.doc · Web viewHarmely, Fifi, Deviarny, Chris, dan Yenni, Wenna Syukr. 2014. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Edible

23