Chris Ti Ani Silalahi Ekologi Laut SP

download Chris Ti Ani Silalahi Ekologi Laut SP

of 22

description

SP bersejarah cuy.... ^minta diulang lagiii^ (-,--"!l)

Transcript of Chris Ti Ani Silalahi Ekologi Laut SP

BAB I PENDAHULUANZona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona intertidal ini mencakup tebing berbatu, pantai pasir, dan tanah basah / wetlands. Keragaman faktor lingkungannya dapat dilihat dari perbedaan (gradient) dari faktor lingkungan secara fisik mempengaruhi terbentuknya tipe atau karakteristik komunitas biota serta habitatnya. Sejumlah besar gradien ekologi dapat terlihat pada wilayah intertidal yang dapat berupa daerah pantai berpasir, berbatu maupun estuari dengan substrat berlumpur. Perbedaan pada seluruh tipe pantai ini dapat dipahami melalui parameter fisika dan biologi lingkungan yang dipusatkan pada perubahan utamanya serta hubungan antara komponen biotik (parameter fisika-kimia lingkungan) dan komponen abiotik (seluruh komponen makhluk atau organisme) yang berasosiasi di dalamnya. Dari keregaman factor tersebut maka dibutuhkan suatu adaptasi khusus yang harus dimiliki oleh biota yang berada pada daerah intertidal untuk dapat terus bertahan dalam kondisi lingkungan yang cukup ekstrim dimana beberapa parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, kadar oksigen, dan habitat dapat berubah secara signifikan. Dalam bidang ekologi, adaptasi berarti suatu proses evolusi yang menyebabkan organisme mampu hidup lebih baik dibawah kondisi lingkungan tertentu dan sifat genetik yang membuat organisme menjadi lebih mampu untuk bertahan hidup. Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap lingkungan yang ekstrim. Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut, namun air yang didapat bervariasi dari air salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam kering yang tertinggal dari inundasi pasang surut, membuat biota yang berada di zona ini harus beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di

zona intertidal bervariasi, dari suhu yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari langsung, hingga suhu yang amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien yang tinggi dari laut yang dibawa oleh ombak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian Kawasan Intertidal Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah. Menurut Nybakken, 1988. Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai dizona intertidal sebagian disebabkan zona ini berada diudara terbuka selama waktu tertentu dalam setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran yang lebih besar di udara daripada di air. Selain itu, faktor-faktor lain adalah adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas didaerah intertidal sama seperti lingkungan air tawar. Serangga menjadi hal umum dicruger island. Serangga yang terdapat adalah epheraroptera, trichoptera, coleoptera dan diptera. Menurut Prajitno, 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi

lingkungan zona intertidal diantaranya adalah : Pasang-surut yaitu naik turunnya permukaan air laut secara periodik selam interval waktu tertentu. Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut secara periodik zona ini tidak berarti dan faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran berbeda sangat kompleks dan berhubungan degan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari, bulan, rotasi bumi dan geomorfologi samudra.

Suhu mempengaruhi zona intertidal selama harian/ musiman. Kisaran ini dapat melebihi batas toleransi. Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal melalui dua cara. Pertama, karena zona intertidal terbuka pada saat pasang urun kemudian digenangi air atau aliran air akibat ujan lebat, salinitas yang turun. Kedua, ada hubungannya dengan genangan pasang surut, yaitu daerah yang menampung air laut ketika pasang turun.

Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi besarnya erosi tergantung pada besarnya energi dihempaskan oleh gelombang. Gelombang/ ombak dibagi 2 macam yaitu ombak terjun dan ombak landai Ombak terjun biasanya terlihat dipantai yang lautnya terjal. Ombak ini

mengulung tinggi. Kemudian jatuh dengan bunyi yang keras dan bergemuruh. Ombak landai terbentuk di pantai yang dasar lautnya di landai. Sehingga

bergulung ke pantai agak jauh sebelum pecah. 2.2. Estuari Estuaria merupekan tempat pertemuan air tawar dan air asin. Tempat inui berperan sabagai daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik di planet bumi in,i. estuaria sudah dan tetap berhubungan erat dengan manusia, karena banyak kota utama di dunia di bangun di estuaria (Nybakken.1988). Daerah estuaria adalah daerah peralihan antara laut dengan sungai dengan salinitas yang lebih rendah dari laut dan sedikie lebih tinggi dari perairan tawar. Pada zona peralihan inilah terjadi percampuran antara air laut dan air sungai. Pola percampuran ini sangat dipengaruhi oleh tipopgrafi dan pantai itu sendiri dan sudah barang tentu pola percampurannya memberikan chatifikasi yang berbeda pula terhadap estuari itu sendiri ( Anonymous, 2009 ).

Biota Zona Estuaria Komposisi Fauna Ada tiga komponen fauna di estuaria: lautan, air tawar dan air payau atau estuaria. Komponen fauna lautan ini merupakan yang terbesar dalamjumlah spesies dan terdiri dari kelompok. Binatang laut Stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mentelorir perubahan salinitas. Komponen ini biasanya terbatas pada mulut estuaria yang pada umumnya mempunyai salinitas 30 permil atau lebih. Binatang ini seringkalali sama dengan spesies yang dijumpai di laut terbuka. Binatang laut purihalin membentuk subkelompok yang kedua. Mereka adalah binatang laut kgas yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30 permil. Spesies semacam ini menembus hulu estuaria dengan kejauhan yang bervariasi. Vegetasi Estuaria Estuaria juga miskin akan flora. Hampir semua bagian estuaria yang terus menerus terendam terdiri dari substrat lumpur dan tidak cocok melekatnya makroalga. Tumbuhan air pula yang sangat keruh membatasi tembusnya cahaya hanya sanpai ke lapisan atas yang dangkal. Dengan demikian,lapisan bawah estuaria serig kali tanpa tumbuhan hidup. Lapisan air teratas dan zonz intertidal mempunyai jumlah tumbuhan yang terbatas. Di bawah hilir estuaria dan di bawah tingkat pasang turun rata-rata mungkin terdapat padang rumput-rumputan laut ( Zoestera, Thalassia, Cymodocia ). Plankton Estuaria Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies.dengan demikian, ia cenderung sejalan dengan hasil obserfasi makrifauna makrifegetasi. Di alam seringkali mendominasi fitoplankton, tetapi di hoflagelata dapat menjadi dominan selama bulanbulan panas dan dapat tetap dominan sepanjang waktu dibeberapa estuaria. Genera diatom yang dominan termasuk Skeletonema, Asterionella, Nitzchia, Thalassionerta,

dan Melosira. Coenera amoflagalata yang melimpah termasuk di estuaria merupakan gambaran fitop[ankton dalam keterbatasan komposisi spesies ( Nybakken, 1988 ). Komponen Abiotik Daerah Estuaria 1.Temperatur Efek geografi yang sangat luas dari temperatur pada distribusi mahluk hidup sangatnyata sepanjang pantai timur Amerika. Oleh karenanya disetiap wilayah pasti memilikiperbedaan mahluk hidup. Suhu dapat dikatakan stabil jika temperatur dalam masa air perbedaannya rendah dan jika perbedaan temperaturnya tinggi maka dikatakan tidak stabil.Pada skala lokal yang lebih luas efek temperaturnya adalah faktor abiotik di muaraEstuaria, sedangkan dalam skala yang lebih kecil adalah daerah zone intertidal. Estuaria mengandung volume air yang lebih kecil dari pada daerah perbatasan pantai. Sistemtemperatur pada air tawar membawa air dingin ke muara pada saat musim dingin danmembawa air panas pada musim panas. Ketika masa jenis air tawar lebih kecil dari pada air laut maka air muara akan naik kepermukaan. 2. Salinitas Perbedaan kadar garam mempunyai pengaruh bagi distribusi hewan dantumbuhan terutama di sekitar esruarin dan zone intertidal. Klasifikasi estuariapada dasarnya terdiri dari pola susunan salinitas dan efek variasi salinitas yangterdapat penyebaran organisme estuaria.. Efek Coriolis dan temperatur dapatmempengaruhi pola susunan salinitas estuaria. Pada muara yang memiliki pasang surut tinggiakan membawa air laut jauh kedalam muara. saat pasang tinggi, dan air bawah tanah akanmenuju ke laut pada saat surut.Pada daerah maksimum salinitas befluktuasi, yang tersusun diatas 6-12 jam periodepasang surut yang melampaui susunan salinitas terhadap muara. Efek Corilos yaitupembelokan air yang bergerak berotasi ke bawah. Yang menyebabkan air bergerak ke kanan menuju belahan bumi utara dan bergerak ke kiri menuju belahan bumi selatan. Padapengamatan estuaria, air laut akan bergerak ke kanan dan air tawar akan bergerak ke kiri.Kadar garam air dibelahan bumi utara bergerak menuju estuaria yaitu ke kanan.yangberlawanan dengan garis pantai.

3. Pasang Surut Air Laut Terdapat tiga jenis pasang surut air laut berdasarkan waktu yaitu: lama pasang surut,waktu utama pasang surut dan aliran balik pasang surut. Lama pengaturan pasang suruttergantung pada cuaca pada langit Waktu terjadinya pasang surut adalah pada siang hari danpada malam hari. Pada siang hari pasang surut lebih rendah dari pada pasang surut yangterjadi pada malam hari. 4. Substrat Daerah estuaria sebagian besar didominasi oleh substrat berlumpur yang dibawa olehair laut maupun air tawar dari daratan. Pengandapan (sedimentasi) partikel bergantung padaarus dan ukuran partikel. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat. Oleh keran itu,substrat pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir atau kerikil). Diantarapartikel yang mengendap di estuaria kebanyakan bersifat organik. Sehingga sangat kayaakan bahan organik yang dapat menjadi cadangan makanan yang besar bagi organismeestuaria. 5. Kekeruhan Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Pengaruh ekologiutama dari kekruhan yaitu penurunan penetrasi cahaya. Hal ini akan berdampak padamenurunya fotosintesi fitoplankton dan tumbuhan bentik, yang berakibat menurunnyaproduktifitas. 6. Oksigen Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuaria, bersamasamadengan pengadukannya dan pencampuran oksigen oleh angin, membawa oksigen yang cukupdalam kolom air. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah oksigen dalam air akan berfariasi sesuai dengan variasi parameter tersebut diatas. Ekosistem Estuaria Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitasyang khas dan lingkungan yang bervariasi, antara lain: 1. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang

berlawananmenyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran

air,dan cirri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. 2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisikalingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut dengan mengharuskan lingkungan

komunitasmengadakan sekelilingnya

penyesuaian

secara

fisiologis

4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut,banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerahestuaria tersebut.Perbedaan salinitas di wilayah estuaria menciptakan suatu stratifikasi salinitasyang unik, perbedaan salinitas itu setidaknya menciptakan 3 stratifikasi air padawilayah estuaria, yaitu: 1. Estuari berstartifikasi nyata atau estuaria baji garam, yang dicirikan oleh adanyabatas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuaria ini banyak ditemukan didaerah dimana alir air tawar dari daratan (biasanya melalui sungai besar) lebihdominan ketimbang penyusupan (intrusi) air asin dari laut yang dipengaruhi olehpasang surut. 2. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal, banyak dipengaruhi oleh pasang surut sehingga tercampur sempurna dan tidak terdapatstratifikasi. 3. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial atau estuaria berstratifikasi moderat.Paling umum dijumpai, biasanya aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut lewat arus pasang. Percampuran air teruatama oleh karena adanya aksipasang surut secara terusmenerus, dan akan tercipta pola lapisan air dan massaair yang kompleks. Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jikadibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlahspesies ini terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesiesyang memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi. Rendahnyaproduktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan

terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria merupakan rantaimakanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yangkemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus.Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria merupakanproduksi bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, danberbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yangkompleks. Tipe-tipe Estuaria Estuaria dapat dikelompokkan atas empat tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologinya, sebagai berikut: 1. Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannyaterjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagianpantai yang landai. 2. Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksilangsung dan terbuka dengan perairan laut. 3. Fjords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glesier yangmengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.4. Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudiandigenangi oleh air laut pada saat pasang. Produktifitas dan Peran Ekologi Estuaria Ada bebrapa penyebab sehingga produktivitas hayati daerah estuaria sangat baik yaitu: 1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara. Dimana ada tiga cara ekosistim estuariamenyuburkan diri yaitu: dipertahankan dan cepat di daur-ulang zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup didasar estuaria seperti bermacam kerang dan cacing. Produksi detritus, yaitu partikel-partikel sersah daun tumbuhan akuatik makro

sepertilamun, yang kemudian di makan olh bermacam ikan dan udang pemakan detritus. Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba(organisme renik seperti bakteri) lewat akar tumbuhan yang masuk jauh kedalamdasar estuaria, atau lewat hewan penggali liang di dasar estuaria seperti bermacamcacing. 2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dari kenyataan bahwa tetumbuhanterdiri dari bermacam tipe yang komposisinya demikian rupa sehingga proses fotosintesisterjadi sepanjang tahun. 3. Arti penting pasang surut dalam menciptakan suatu ekosistim akuatik yang permukaanairnya berfluktuasi. Peran Ekologis Estuaria. Secara singkat dapat dikatakan bahwa peran ekologis estuaria yang penting ialah: 1. merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuaria yang jauh darigaris pantai maupun yang berdekatan dengannya, lewat diangkutnya zat hara danbahan organik tersebut oleh sirkulasi pasang surut (tidal circulation). 2. menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting yangbergantung pada dasar estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencarimakanan (feeding ground)3. memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup di lepas pantai,tetapi yang bermigrasi ke perairan yang dangkal dan terlindung untuk bereproduksidan /atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.

BAB III DATA PENELITIAN Dalam hal ini data penelitian yang diambil adalah data Kepadatan Populasi Dan Pertumbuhan Kerang Darah Anadara antiquata L. (Bivalvia: Arcidae) Di Teluk Sungai Pisang, Kota Padang , Sumatera Barat. Kerang darah Anadara antiquata merupakan salah satu Bivalve yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis yaitu sebagai sumber protein dan untuk dijual. Kerang darah A. antiquata hidup di perairan pantai yang memiliki pasir berlumpur dan dapat juga ditemukan pada ekosistem estuari, mangrove dan padang lamun. Kerang A. antiquate hidup mengelompok dan umumnya banyak ditemukan pada substrat yang kaya kadar organik. Distribusi kerang tersebut meliputi Australia, Tropical Indo-West Pacific, Red Sea, South China Sea, Vietnam, China, Hong Kong (Xianggang), Thailand, Philippines, New Caledonia, Jepang dan Indonesia yang tersebar di kawasan pesisir pantai. Propinsi Sumatera Barat memiliki kawasan pesisir pantai dan laut yang terletak pada lima kabupaten dan satu kota. Panjang garis pantai tersebut lebih kurang 99,63 km yang terdiri dari kawasan terumbu karang, mangrove dan pantai yang banyak menyimpan biota laut diantaranya kerang A. antiquate. Kerang A. antiquata yang hidup pada kawasan tersebut belum banyak dikaji. Kerang A. antiquata yang hidup pada daerah tersebut diharapkan dapat dikembangkan sebagai potensi andalan. Kerang A. antiquata tersebut dipanen dan dikonsumsi oleh penduduk. Penduduk mengambil kerang A. antiquate langsung dari alam dengan menggunakan beberapa alat sederhana yaitu sekop, saringan dan langsung diambil dengan tangan. Kerang A. antiquata umumnya dijual di pasar lokal. Sekarang kepadatan populasi kerang A. antiquata sudah mulai menurun. Faktor yang mempengaruhi menurunnya populasi kerang A. antiquata pada kawasan tersebut belum banyak informasi. Adapun

data dasar tentang A. antiquata perlu dikaji dalam upaya konservasi terutama mengenai kepadatan populasi dan pertumbuhannya. Pertumbuhan kerang A. antiquata dapat diamati dengan melihat pertambahan ukuran cangkang kerang. Bertambahnya ukuran kerang ditandai dengan

bertambahnya garis pertumbuhan. Secara umum pengukuran panjang merupakan salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan kerang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang yaitu musim, suhu, makanan, salinitas dan faktor kimia air lainnya yang berbeda-beda pada masing-masing daerah. Untuk upaya pelestarian kerang A. antiquata di perairan Teluk Sungai Pisang. Kota Padang dilakukan penelitian tentang kondisi kerang A. antiquata tersebut dengan tujuan untuk mengetahui kepadatan kerang A. antiquata dan pertumbuhannya. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk menggali dan mengembangan potensi kerang A. antiquata di daerah tersebut.

Gambar 1.a) Peta lokasi penelitian (sumber: http://www. menlh.go.id/usaha.kecil/pict/peta/sumbar.gif&imgrefurl) b) daerah pencuplikan kerang A. antiquata di pantai Teluk Sungai Pisang (foto: Jeb)

Kepadatan Kerang A. antiquata Kepadatan populasi kerang A. antiquata berdasarkan individu dan berat kering isi pada masing-masing strata dapat dilihat pada Tabel 1. Kepadatan populasi

A. antiquata berdasarkan jumlah individu/m2 berkisar 0,31,8 ind./m2. Kepadatan populasi kerang yang tertinggi pada strata III stasiun 1 yaitu 1,8 ind./m2 dan terendah strata II stasiun 1 yaitu 0,3 ind./m2. Rerata kepadatan populasi kerang A. antiquata berdasarkan jumlah individu/m2 pada strata I, II dan III yaitu 0,3; 1,0 dan 1,4 ind./m2. Jumlah kerang A. antiquata yang ditemukan selama pencuplikan yaitu 81 individu. Pada strata I ditemukan 9 individu, strata II 30 individu dan strata III 42 individu yang tersebar pada masing-masing kedalaman. Jumlah individu populasi kerang A. antiquata cenderung lebih tinggi di kedalaman 11,5 m. Kerang yang didapatkan pada kedalaman ini berukuran 30 mm lebih dan merupakan kerang yang sudah dewasa. Menurut Baron bahwa kerang Anadara matang kelamin ukuran 20 mm atau lebih. Kepadatan populasi kerang A. antiquata yang tertinggi yaitu 1,8 ind./m2 pada strata III stasiun 1 kedalaman 0,5 m tetapi kerang yang ditemukan berukuran kecil-kecil yaitu kurang 20 mm. Berdasarkan berat kering isi kerang A. antiquata berkisar 0,080,58 g/m2 (Tabel 1). Kepadatan populasi kerang yang tertinggi pada strata III stasiun 2 yaitu 0,58 g/m2 dan terendah strata II stasiun 1 yaitu 0,08 ind/m2. Rerata kepadatan populasi kerang A. antiquata berdasarkan berat kering isi pada strata I, II dan III yaitu 0,05; 0,33 dan 0,43 g/m2 . Kepadatan populasi kerang A. antiquata baik berdasarkan jumlah individu perluas area (ind/m2) maupun berat kering isi kerang (g/m2) didapatkan hasil yang sama yaitu memiliki kepadatan populasi tertinggi pada strata III dan yang terendah pada strata I. Rendahnya kepadatan populasi kerang A. antiquata berdasarkan jumlah individu dan berdasarkan berat isi pada strata I, disebabkan oleh toleransi kerang A. antiquata yang kurang terhadap salinitas dan substrat dasar. Pada strata I merupakan lokasi dekat hutan mangrove dengan salinitas yang rendah dan substrat yang sangat halus serta berlumpur. Salinitas dan substrat mangrove sangat mengganggu karena kerang A. antiquata kurang cocok pada salinitas rendah dan tidak dapat hidup pada salinitas yang sangat rendah pada daerah estuari dan mangrove. Kerang A. antiquata habitatnya perairan laut pada daerah sublitoral dan substrat pasir berlumpur. Struktur populasi kerang A. antiquata yang ditemukan di

mangrove tergantung pada struktur substrat. Pada strata II substrat dasar keras sisa dari terumbu karang mati, sehingga mengganggu tempat hidup kerang darah A. antiquata. Strata III, lokasi sangat luas dan landai, serta berhubungan dengan laut Samudra dan di halangi oleh beberapa buah pulau kecil yaitu pulau Setan, pulau Pasumpahan sehingga arus relatif tenang. Strata III merupakan dasar perairan pantai yang cocok dihuni oleh organisme penggali, khususnya penggali cepat. Lapisan pasir berlumpur yang tebal dan luas di lokasi penelitian ini menyebabkan kerang A. antiquata cocok hidup pada substrat tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan kerang darah A. antiquata secara garis besar yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar disebut faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi kepadatan dan sebaran individu kerang A. antiquata. Sedangkan

faktor dalam hal-hal yang menyangkut masalah produksi. Biomassa atau standing stock dari biota bentik sangat dipengaruhi oleh keadaan substrat dasar lingkungan tempat hidup, banyaknya makanan alami, dan densitas individu dari populasi tersebut. Kepadatan populasi kerang A. antiquata baik secara individu/m2 dan berat kering (g/m2) antara strata I dan II cenderung meningkat sedangkan strata III menurun (Gambar 3 & 4). Faktor yang mempengaruhi adalah aktivitas ekploitasi penduduk terutama pada strata III. Kedalaman juga mempengaruhi kepadatan populasi kerang A. antiquate dan kepadatan yang tinggi ditemukan pada kedalaman 1-1,5 m di masing-masing lokasi (Gambar 3 & 4). Pada strata III stasiun 3 kedalaman 1,5 didapatkan kepadatan kerang A. antiquata yang rendah karena disebabkan aktivitas yang tinggi bagi pengumpul kerang pada daerah tersebut dan mengganggu substrat dasar. Berkurangnya populasi kerang yang dapat dimakan di alam terutama disebabkan oleh ekploitasi yang berlebihan dan perubahan substrat tempat hidup.

Tabel 1. Kepadatan populasi kerang darah A. antiquata ind./m2 dan berat kering (g/m2) di perairan pantai kawasan Teluk Sungai Pisang Kota Padang NO STASIUN STRATA I ind./m2 1 2 3 1 2 3 0.9 g/m2 0.16 STRATA II ind./m2 0.3 1 1.7 g/m2 0.08 0.34 0.56 STRATA III ind./m2 1.8 1.7 0.7 g/m2 0.56 0.58 0.16

Ket.: strata I = Pantai Kawasan Perairan Teluk Sungai Pisang dekat hutan mangrove, strata II = Pantai Sungai Pisang jauh dari hutan mangrove dan strata III = Pantai Kawasan Teluk Sungai Pisang pada area pemukiman penduduk Dari informasi penduduk bahwa pencarian kerang A. antiquata dapat membantu kebutuhan keluarga petani nelayan. Adapun pemanenan yang berlebihan dapat mengganggu populasi kerang A. antiquata pada habitatnya. Menurut Ismail bahwa faktor utama berkurangnya populasi kerang yang dapat dimakan di alam adalah ekploitasi yang berlebihan. Hal ini sangat membahayakan terhadap populasi kerang A. antiquata karena dapat mengganggu habitat dan substrat tempat hidup kerang tersebut. Dari pengamatan lapangan bahwa kawasan Teluk Sungai Pisang mempunyai potensi untuk budidaya kerang. Dalam upaya konservasi kerang A. antiquata di kawasan tersebut yang perlu diketahui adalah pemilihan habitat yang cocok, luas kawasan dan keamanan. Disamping itu data tentang individu kerang yang dikembangkan perlu diketahui. Faktor fisika kimia perairan pantai kawasan Teluk Sungai Pisang cukup bervariasi. Pengukuran dari ketiga strata penelitian didapatkan suhu berkisar antara (30,6531,50 oC), salinitas (2931,8), pH (7,88). Berdasarkan keputusan Menteri No. 022 LH tahun 1988 bahwa tentang faktor fisika

kimia perairan bahwa perairan laut Teluk Sungai Pisang masih bangus dan berada dalam kisaran normal untuk kehidupan organisme laut dan biota laut. Vegetasi yang mendominasi pada lokasi ini yaitu mangrove, kelapa dan kawasan hutan sedangkan di dasar perairan ada padang lamun dan terumbu karang. Rerata pertumbuhan kerang A. antiquata pada ukuran 30 mm yaitu 0,0640,043 cm/ind./15 hari, ukuran 40 mm 0,0530,023 cm/ind./15 hari dan ukuran 50 mm adalah 0,0090,011 cm/ind./15. Laju pertumbuhan kerang A. antiquate lebih cepat pada ukuran panjang 30 mm bila dibandingkan dengan ukuran 40 dan 50 mm.

BAB IV PEMBAHASAN Seperti telah dijelaskan diatas bahwa daerah intertidal merupakan daerah yang memiliki variasi pasang-surut yang regular, dimna di daerah tersebut pada suatu waktu terendam oleh air laut dan padaa waktu yang lain akan surut dan terpapar ke udara bebas. Hal ini menjadikan daerah tersebut memiliki salinitas dan suhu yang cukup bervariasi, dan juga perubahan habitat saat terendam dan saat surut, sehingga dibutuhkan suatu strategi adaptasi untuk dapat terus bertahan hidup. Kerang A. antiquata ditemukan memiliki variasi jumlah dan ukuran pada setiap strata pengambilan sampel. Kerang yang didapat berkisar 15-67 mm dengan warna cangkang sedikit berbeda. Kerang A. antiquata yang hidup di substrat yang lebih dominan pasir lebih cerah dibanding pada lokasi yang dominan lumpur. Warna cangkang Bivalve dipengaruhi oleh warna substrat dan tipe ekosistem seperti ekosistem air tawar, estuari dan laut. Kerang A. antiquata yang hidup di perairan pantai Teluk Sungai Pisang sangat mudah dilihat waktu surut. Kerang ini membenamkan 2/3 bagian tubuhnya dalam substrat lumpur dan bagian yang terlihat pada permukaan substrat adalah siphon. Ada juga kerang A. antiquata yang membenamkan tubuh di dalam substrat dan ada juga yang seluruh tubuhnya terletak di atas permukaan substrat. Penduduk setempat menamakan kerang A. antiquata dengan si Ponggok (Gambar 2). Perilaku ini mungkin merupakan salah satu tingkah laku kerang A. antiquata untuk dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan.

Gambar 2. Kerang A. antiquata L. 1758 (foto: Jeb)

Pengamatan di lapangan, sebaran kerang A. antiquata di perairan pantai kawasan Teluk Sungai Pisang sampai kedalaman 2 m. Sebaran individu kerang A. antiquata tersebut di mulai dari daerah pantai (daerah intertidal). Penyebaran kerang berukuran lebih besar (di atas 30 mm) umumnya banyak ditemukan pada kedalaman 11,5 meter dan yang berukuran lebih kecil umumya ditemukan pada tepi pantai atau lokasi hempasan ombak. Kerang muda (juvenil) umum memilih substrat air yang lebih jernih dan berpasir. Terjadinya sebaran kerang A. antiquata yang beragam ini disebabkan oleh tingkah laku kerang tersebut dan juga kondisi habitat. Hal ini dapat dilihat bahwa pantai kawasan Teluk Sungai Pisang yang landai dan memiliki muara yang dihalangi oleh beberapa pulau kecil sehingga ombak di sekitar kawasan tersebut relatif tenang dan menyebabkan substrat dasar perairan tersebut umumnya berlumpur. Tipe substrat dasar perairan yang disukai oleh kerang A. antiquata ada di kawasan tersebut. Pada pinggiran pantai lebih banyak pasir dengan air yang lebih jernih. Kawasan ini sangat baik untuk budidaya kerang A. antiquata karena lokasi ini sangat luas dan didukung oleh faktor fisika kimia perairan. Menurut Baron bahwa siklus hidup kerang Anadara dari kelompok juvenil lebih dominan di daerah pasir yang dangkal dan jernih.

BAB V KESIMPULAN Zona intertidal yang dekat dengan berbagai macam aktifitas manusia, dan mmeiliki lingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan kawasan ini sangat rentan terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap segenap kehidupan di dalamnya. Pengaruh tersebut salah satunya dapat berupa cara beradaptasi. Adaptasi ini diperlukan untuk mempertahankan hidup pada lingkungan di zona intertidal. Keberhasilan beradaptasi akan menentukan keberlangsungan organisme di zona intertidal. Bentuk adaptasi adalah mncakup adaptasi structural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi structural merupakan cara hdup untuk menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh kearah yang lebh sesuai dengan keadaan lingkungan dan keperluan hidup. Muara (estuaria) merupakan daerah produktif, dimana sungai bertemu dengan laut dimana Kadar garam di muara berkisar antara < 1% dan 3% , merupakan tempat berkembang biak & pengasuhan tiram, kepiting, dan berbagai ikan dan seringkali berbatasan dengan daerah lahan pesisir yang luas. Dari penelitian mengenai kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang A. antiquata di kawasan Teluk Sungai Pisang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Kepadatan populasi kerang A. antiquata tertinggi di strata III (1,8 ind./m2) dan terendah di strata I (0,9 ind./m2). Berdasarkan berat kering isi kepadatan tertinggi di strata III (0,58 g/m2) dan terendah pada strata I (0,16 g/m2); b) Laju pertumbuhan A. antiquata ukuran 30 mm lebih cepat dibanding dengan ukuran 40 dan 50 mm. Laju pertumbuhan kerang A. antiquata yang dilakukan di habitat alami relatif belum terganggu. Percobaan yang dilakukan di perairan kawasan Teluk Sungai Pisang menggunakan keramba ukuran 125x50x45 cm3 dan tiap-tiap keramba diisi 30 individu kerang. Individu kerang A. antiquata yang dimasukkan diberi nomor 1 sampai 30 dengan cat perak. Pengukuran pertambahan cangkang menggunakan

sentimeter sorong. Pengamatan faktor lingkungan dan faktor fisika kimia perairan dilakukan pada saat pencuplikan sampel. Faktor fisika kimia air yang diukur adalah temperatur, pH, salinitas, kedalaman air dan vegetasi.

DAFTAR PUSTAKA Hutabarat,s dan Steward,M.E.2008.Pengantar oseanografi.Universistas Indonesia.Jakarta.

Jabang, M. N. Suin, Diversitas Biota Laut Pulau Pasumpahan dan Potensinya

sebagai Ekowisata Bahari di Kodya Padang Sumatera Barat, 2002. Jabang, R. N. Nganro, Sebaran dan Macam Habitat Kerang Laut

(Lamellibranchiata) di Pulau Pasumpahan Kotamadya Padang, 2002. M. N. Suin, Kerang-Kerang yang terdapat di Pantai Kota Padang, FMIPANybakken,J.W.1988.Biologi Laut . Pt Gramedia . Jakarta.

UNAND, 1992.

P. F. Kasigwa, C. G. Mahika, The diet of the edible cockle Anadara antiquata

L. (Bivalvia, Arcidae) in Dar es Salaam, Tanzania, during the northeast monsoons, Hydrobiologia, 209/1 (1991), p.7-12. S. Mzighani, Fecundity and Population Structure of Cocles, Anadara

antiquate L. 1758 (Bivalvia: Arcidae) from a sandy/muddy beach near dar es Salaam, Tanzania, Western Indian ocean J. Mar. Sci. 4/1 (2005) p.77-84. Suprapto,Joko. 2011. Ekofsisiologi Bivalvia, Ekologi dan Konsumsi Oksigen. Undip Press, UniversitasDiponegoro, Semarang.

W. J. Nybakken, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia,

Jakarta, 1988. Abi. 2010. http://Abivaleyzone.blogspot.com/2010/01/adaptasi-biota-zona-

intertidal.html. Diakses pada 2 Agustus 2011 pukul 14.00 WIB. Wikipedia. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/intertidal-zone. Diakses pada 2

Agustus 2011 pukul 14.00 WIB.

EKOSISTEM ZONA INTERTIDAL ESTUARI SERTA PARAMETER PENDUKUNGNYA

Oleh : CHRISTIANI SILALAHI K2E009015

PROGRAM STUDI OSENOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011