Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya...

28

Click here to load reader

Transcript of Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya...

Page 1: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

PSIKOLOGI KLINIS

Prevensi: Tujuan Sepanjang Intervensi

OLEH :

MUTIARA MEGASARI (2012.08.0.0023) SHOFIATUS S. FITRIA (2012.08.0.0052) ADELIA PUTRI AYUNDA (2012.08.0.0056) GUNTUR WICAKSONO (2012.08.0.0064)

Universitas Hang TuahFakultas Psikologi

Surabaya2014

Page 2: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

PREVENSI DAN PEKERJAAN KLINIS---

SEBUAH KOMBINASI ALAMIAH

Berisi diskusi tentang prevensi (pencegahan) berbagai kesulitan psikologis, perilaku dan

emosional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan sosialisai mahasiswa tentang dalam

pelatihan dan mengorganisasikan dalam mempengaruhi cara mereka dalam memikirkan tentang

berbagai teori, orang-orang dan kesulitan yang mereka perlihatkan. Dengan kata lain, klinisi

biasanya diajari untuk mengatagorisasikan atau mengonseptualisasikan. Mengategorisasikan atau

mengonseptualisasikan berbagai kesulitan, merekomendasikan dan memfasilitasi intervensi dan

selanjutnya mengevaluasikan efek tivitas intervensi yang di pilih.

Mengapa Harus Peduli Soal Prevensi

Reviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya

tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan estimasi untuk

biaya-biaya yang terkait dengan kehilangan Produktivitas keberadaan kebutuhan terhadap

pelayanan-pelayanan semacam itu, eatimasi seluruh biaya untuk pelayanan itu berkisar antara 142

sa,pai 212 miliar dolar As per tahun di Amerika Serikat saja (national in stitite of Mental Health –

NIMH, 1995; Spence, 1998). Besarnya biaya ini melampaui biaya yang jarus di tanggung oleh

America Serikat untuk kanker, penyakit pernapasan, AIDS, atau penyakit jantung koroner (NIMH,

1995). Selain itu, reviu yang sama menemukan bahwa, setiap tahunnya kira-kira 20 % sampai 30 %

orang dewasa dan 10 % sampai 15% anak-anak dan remaja akan mengalam9i kesulitan psikologis

negatif pada fungsional yang akan berdampak negatif pada fungsi mereka sehari-hari sampai ke

tingkat yang membuat mereka memenuhi kriteria untuk berbagai gangguan klinis.

Peran Historis Prevensi dalam Kesehatan Mental

Catatan waktu dari berbagai peristiwa penting yang disajikan. Menunjukkan bahwa

prevensi dan keinginan untuk lebih memahami faktor-faktor lingkungan dalam perkembangan

berbagai masalah psikologis telah lama menjadi berbagai intervensi dan penelitiahan kesehatan

mental. Faktanya selama lebih dari 40 tahun upaya-upayatersebut mendapat dukungan tertinggi

Page 3: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

dari pemerintah kita. Sebagai contoh , pada 1963 Presiden AS John F. kennedy dalam pidatonya di

depan Kongres mengatakan:

Prevensi akan membutuhkan program-program terseleksi yang secara ckhusus diarahkan

kepada pernyebab-pernyebab yang telah diketahui dan upaya secara umum untuk memperkuat

berbagai program komunitas, kesejahteraan sosial dan pendidikan fundamental kita dapat berbuat

banyak untuk mengeliminasikan atau mengoreksika kondisi lingkungan k\yang keras. Yang sering

dikaitkan dengan retardasi mental dan penyakit mental ( kennedy, 1983).

Prevensi tes menjadi bagian dari misi sebagian besar badan pelayanan kesehatan mental dan

badan-badan pemerintahan yang difokuskan pada kesehatan penduduk. Tetapi, presentase anggaran

untuk kesehatan mental yang dialokasikan untuk pengembangan dan evaluasikan program-program

preventif terhitung sangat kecil (Spence, 1998). Demikian pula bila pengembangan dan evaluasi

program-program prevensi menerima pendanaan, cara pekerjaan itu dilaksanakan sering kali

kurang memiliki kegunaan aktual contoh sebuah laporan yang meniru proyek peneliian prevensi

yang didanai oleh (NIMH) menemukan bahwa:

Page 4: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

Bo

ks 14-1 Peristiwa-Peristiwa Penting Di Bidang Prevensi Di America

Serikat

1909 Pendidikan Mental Health Association, yang sekarang dikenal sebagai National Mental

Association (NMHA), sebuah organisasi advokasi untuk prevensi dan promosi kesehatan.

1910 pertemuan publik tentang “Prevention of Insanity” yang diselenggarakan di New York City.

1920 Pembentukan National Committee for Mental Hygiene, yang difokuskan pada bimbingan

anak dan gerakan hygiene mental, yang berkomitmen pada prevensi dan pemberdayaan

lokal.

1930 White House Conference on Child Health and Protection – difokuskan pada faktor-

faktorsosial/lingkungan.

1946 pelolosan National Mental Health Ach. Pembentukan National Institute of Mental Health

(MIMH).

1948 Word Fenderation Institute of Mental Health terbentuk; prevensi tersemasuk mandatnya.

1954 Laboratory of community Psychiantry dari Harvard School of Community Psychiatry dari

Harvard school of Mental health membentuk program konsultasi kesehatan mental

berorientasi – prevensi yang pertama.

1961 Action for Mental Health yang diluncurkan oleh joint Commission on Mental lllness and

Health.

1963 Presiden John F. Kennedy berpidato tentang prevensi di depan kongres.

1965 Community Mental Health Center Act mewajibkan pelayananprevensi di lembaga yang di

biayai pemerintah federal - undang-undang feseral pertama yang mewajibkan pelayanan

prevensi

1969 Joint Commission on Mental Health of Cildren menemukan jutaan anak yang membutuhkan

pelayanan atau berisiko.

1975 First Vermont Conference on the Primary Prevention of Psychopathology.

1976 NIMH meluncurkan Primary prevention: An Idea Whose Time Has Come.

1978 President’s Commissin on Mental Health menemukan bahwa upaya-upaya prevensi yang

tidak ada terkoordinasi, tidak terstruktur, kurang diapresiasi dan kurang didanai.

1979 Alcohol, Drug Abuse, and Mental Health Administration (ADAMHA) Con ference yang

pertama.

Page 5: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

1980 Public Health Service Act. Diamandemenkan – menekankan pada pencegahan gangguan

mental.

1981 Omnibus Budget Reconciliation Act menghasilkan block grant negara bagian dan

pengurangan pendanaan

1982 Pembentukan Center for Prevention Research di NIMH

1983 Prevention Intervention Research Center (PIRC) pertama yang diseponsori NIMH.

1984 Office of Substance Abune Prevention (OSAP)

1986 NMHA meluncurkan laporan Commission on Prevention of Mentak Emotional Disabilities.

1987 NIMH menerbitakan Preventing Mental Disorders: A Research Perpective.

1988 America Psychological Association menerbitkan Fourteen Ounces of Prevention: A

Casebook of Praccitioners (Price dan kawan-kawan).

1990 America Psychological Association dan American Acedemy of Child and Adolescent

Psychiatry masing-masing meluncurkan reviu tentang pencegahan berbagai masalah

psikiatrik.

1992 Reorganisasi NIMH, NIAA dan NIDA dan menempatkannya di bawah NIH

1993 NIMH meluncurkan The Prevention of Mental Disorders: A National Research Agenda.

1994 IOM meluncurkan Redocing Risks for mental Disorders: Frontirs for Prevention

Intervention Research.

1995 NIMH mereorganisasikan program-program pendanaanya- menekankan pada model

kesehatan publik dalam penelitian pelayanan kesehatan mental.

1997 NIMH mereorganisasikan program-program pendanaannya – menekankan pada model

kesehatan publik dalam penelitian pelayanan kesehatan mental.

1998 NIMH meluncurkan Priorities for Prevention Research at NIMH

1999 White House Conference on mental Health yang digelar pertama kalinya.

1999 NIMH mensponsori studi prevalensi 5 tahun masalah-masalah kesehatan mental Harvard

University.

2000 Prakarsa Kesehatan Mental dunia tahun 2000 dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Page 6: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

PSIKOLOGIS KOMUNITAS

Kebanyakan pekerjaan intervensi terkait prevensi di paruh abad ke-20 berutang desain,

kesuksesan, dan penerimaan yang diperolehkan pada psikologi komunitas. Psikologi komunitas

sendiri menggeluti aspek-aspek psikologis dari berbagai sistem sosial.

Prevensi dimaksudkan untuk mengeliminasi kebutuhan akan pelayanan klinis ( Meskipun

tujuan itu merupakan tujuan yang sangat jauh) dan bukan sekedar menangani masalah-masalahitu

berkembang. Tiga prinsip umum yang saling melengkapi berkovergensi dan menentukan pengaruh

psikologis komunitas pada psikologis klinis (Nietzel, Speltz, McCauley dan Bernstein, 1998).

Psikologi klinis yang pertama kali dipertama kali diprakarsai sangat jauh dari pandangan

bahwa perilaku semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor biologis dan faktor-faktor yang berasal

dari dalam diri individu. Sebaliknya, psikologikomunitas menggunakan pendekatan ekologis untuk

memahami perkembangan dan mencegahan berbagai kesulitan psikologis. Seperti dijelaskan di bab

2, Perndekatan ini berarti mencari interaksi di antara berbagai Karakteristik individual dan aspek-

aspek ekonomi, cultural, sosial dan fisik di lingkungan Ketika berusaha memahami peran relatif

dari berbagai faktor risiko dan protektif. Pendekatan ini memungkinkan dilakukannyadilakukannya

penelaahan tentang kecocokan antara orang itu dan lingkungannya dan memungkinkan

dilakukannya perluasan ke variabel-variabel selain varibel-varibel psikologis dalam merancang

program prevensi dan intervensi.

Konsekuensinya kegiatan prevensi dan terapeutik sebaiknya diberikegiatan di rumah, di

sekolah, di tempat kerja, atau bahkan media massa. Aspek psikologi komunitas membentuk fondasi

untuk banyak upaya pencegahan di masa awal perkembangannya dulu. Terkembang teknologi-

teknologi prevensi baru aspek ini telah ditinggalkan- kesalahan yang saat ini sedang berusaha

diperbaiki oleh lembaga-lembagadonor dan lembaga-lembaga pemerintah.

Prinsip pokok psikologi komunitas lain yang terkait adalah pendapat bahwa kegiatan

intervensi dan prevensi kesehatan mental mestinya bukan hanya diarahkan pada perubahan

berorientasi orang-per-orang sebaliknya, kegiatan itu mestinya bertujuan menciptakan perubahan

sistem – sosial. Pendekatan untuk menciptakan manusia perubahan dan membebaskan penderitaan

manusia ini tidak mengabaikan kebutuhan-kebutuhan individual dan tidak mengelakan tugas

memberikan pelayanan kepada individu-individu. Sebaliknya, pendekatan pemberian bantuan ini

melihat perubahan sistemis sebagai cara yang paling efisien dan paling lestari untuk membebaskan

Page 7: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

manusia efisien dan paling lestari untuk membebaskan manusia dari berbagai macam kesulitan dan

meningkatkan memungkinan mereka untuk sukses.

Meskipun psikolog klinis dan komunitas memiliki nilai-nilai dasar yang sama dalam hal

keinginan untuk menciptakan kesehatan mental dan perbaikan masyarakat, tetapi ada beberapa

perbedaan di antara mereka. Sebagian contoh, klinis yang bergantung pada pembayaran pratik,

klinis yang bergantung pada pembayaran praktk pribadi mungkin tidak tertarik untuk meluangkan

waktu dan usahanya untuk pekerjaan prevensi yang tidak menjanjikan imbalan financial.

Sebaliknya psikolog komunitas yang menekankanpada sistem-sistem dan program-programyang

lebih besar mungkin tidak dapat mengapresiasi berbagai tekanan dan kebutuhan rekan sejawat

mereka yang menggeluti perkerjaan klinis pribadi. Tetapi, bagaimana pun juga program-

programkomunitas membutuhkan dukungan dari psikolog-psikologlain dalam setting mereka. Ada

kebutuahan untuk saling bertukar tempat dan saling memahami, bila prevensi ingin mencapai

kemajuan. Psikologi komunitas akan terus berpengaruh dalam perkembangan, implementasi dan

evaluasi terhadap berbagai intervensikombinasikan klinis prevensi saat kita melangkah.

Page 8: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

PENDEKATAN-PENDEKATAN PREVENSI

DAN ISU-ISU YANG TERKAIT

Bagian ini akan mendeskripsikan secara singkat bagaimana berbagai program dan upaya

pencegahan dikategorikan, disertai dengan diskusi tentang beberapa konsep kunci yang dibutuhkan

bagi pengembangan dan pemanfaatan program-program prevensi yang efektif.

Klasikasi Program-Program Intervensi

Secara hitoris, program intervensi hanya ditargetkan pada semua kesulitan yang terkait

psikologis mulai dari kemampuan anak, pengatasan masalah, sampai pencegahan berulang episode-

episode skizofrenis.

Sistem klasifikasi original ini menyebutkan tiga tingkat kegiatan atau program prevensi,

yakni: primer, skunder dan tersier. Gerald Caplan (1964), menjelaskan bahwa bahwa prevensi

melibatkan prosedur-prosedur biologis, psikologis dan sosiologis melalui tiga cara. prevensi primer

mengurangi insiden gangguan mental dengan segala jenisnya. Prevensi sekunder , melalui deteksi

dini dan penemuan kasus, mengurangi durasi atau meringankan gangguan yang sudah mulai terjadi.

Prevensi tersier, kadang-kadang tersebut rehalibitas, mengurangi hendaya dari gangguan-gangguan

yang sudah berkembang dan mencegah kekambuhan.

Karena sistem klasifikasi orisinal itu di rancang untuk penyakit-penyakitfisik, Gordon

91983, 1987) mendefinisikan sistem klasifikasi untuk mendeskripsikan prevensi gangguan-

gangguan mental yang juga memiliki 3 tipe intervensi prevensi: universal ,lektif dan terindikasi.

Meskipun kedua sisitem klasifikasi itu mirip, ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Untuk

menghindari kebingungan, kami akan menggunakan sistem Gordon saat kami mempertimbangkan

tiga tingkat prevensi. Kami kadang-kadangmenyebutkan 2 istilah penting dalam epidemiologi

( studi tentang pola-pola penyakit). Insiden adalah jumlah kasus baru dari suatu gangguan dalam

populasi yang ditetapkan, selama satu tahun. Prevalensi mengacu pada jumlah total dari lama

jangka waktu tertentu, misal selama satu tahun.

Program-program prevensi universal didesain untuk semua anggota populasi terentu,

terlepas dari apakah mereka tampak berisiko atau tidak berisiko untuk mengembangakan masalah,

gangguan atau penyakit tertentu (Institute of Medicine, 1994). (kategori ini serupa dengan prevensi

primer, tetapi lebih menjelaskan sifat aplikasinya yang luas). Program-program ini biasanya

Page 9: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

menggunakan kegiatan-kegiatan nonintrusif berbiaya - rendah dan intervensi-intervensi yang

diketahui berguna bagi populasi yang dimaksud. Bila berhasil, program ini akan mengurangi

insiden, atau jumlah kasus baru dalam populasi yang dimaksud. Sebuah contoh yang terkenal dan

menarik untuk melibatkan seseorang dokter yang mencoba menemukan jawaban untuk

menjelaskan terjadinya epidemi kolera pada abad ke – 19 di London (Boks 14-2). Sang dokter,

John Snow, mencatat inseden kasus-kasus baru di berbagai wilayah kota itu. Melihat bahwa

sejumlah besar individu yang tertular penyakit ini mengambil air dari sumur di daerah itu tertentu,

ia membuang handel pompany. Tindakan sederhana ini diikuti oleh penurunan yang besar pada

insiden kolera di wilayah itu. Tindakan Snow sangat efektif, terlepas dari pemahamannya yang

kurang tentang penyebab korena. Di kemudian hari, keharusan semua siswa usia sekolah dasar

untuk di suntik guna menagkal sejumlah besar penyakit adalah sebuah contoh klasik dan kuat untuk

kegiatan prevensi universial.

Program-program prevensi selektif dirancang untuk kelompok-kelompok orang yang

mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan sebuah gangguan atau sejumlah

kesulitan terkait di bandingkan angota-angota lain dalam populasi secara umum. Kelompok-

kelompok ini biasanya memiliki beberapa Karakteristik atau sejumlah Karakteristik yang sama,

seperti kemiskinan, tingkat stress keluarga yang tinggi, status kelahiran tingkat stress keluarga yang

tinggi, status kelahiran yang premature atau riwayat keluatga yang tinggi, status kemiskinan,

tingkat stress keluarga yang di rancang untuk memperkaya lingkungan pra-akademis anak-anak

yang berasal dari keluarga-keluarga berpendapatan rendah, adalah contoh terkenal untuk program

prevensi selektif.keguanan program Head Start program ini biasanya dianggap meningkatkan

kemampuan kognitif dan prestasi di masa-masaawal sekolah untuk anak-anak yang dilayani oleh

program itu (Yoshikawa, 1994;Yoshhikawa dan Knitzer, 1997). Dalam konteks kesehatan mental,

upaya-upayapreventif ini sering disebut sebagai ukuran-ukuran preventif bila di fokuskan pada

individu-individutertentu. Program semacam ini berusaha meniadakan dampak faktor-faktor risiko.

Seraya menaikkan dampak faktor-faktornormatif atau protektif. Faktor-faktor protektif dapat dio

anggap sebagi faktor-faktor yang ada dalah sebuah situasi yang bersifat meningkatkan

perkembangan normatif dan sehat. Faktor-faktor itu bioasa bersifat pribadi. Keluarga, sosial atau

biologis. Konsekuensinya, tipe program prevensi ini membutuhkan pengetahuan yang adekuat

tentang berbagai faktor Resiko dan dampaknya maupun pengetahuan tentang faktor-faktor

protektif.

Indicated prevebtion programs (program prevensi terindikasi) sering kali sulit dibedakan

dengan intervensi dan rehalibilitas klinis. Secara spesifik, program pre vensi terinkasi dirancang

untuk individu yang mengalami kesulitan atau “abnormalitas” , yang membuat mereka beresiko

Page 10: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

tinggi unuk kambuh kembali dan kelak mengalami gangguan mental lebih lanjut dalam

perkembangan selanjutnya (Gordon, 1983; IOM, 1994). Seperti dikemukakan salah satu tujauan

sentral penanganan adalah Pengurangan serta – merta pada masalah-masalahklien saat ini. Dengan

prevensi terindikasi, dilakukan upaya tambahan untuk memperpanjang masa kesembuhan atau

status Penyesuaian diri yang lebih baik.

Ada perdebatan sengit soal semantic sistem klasifikasi intervensi-prevensi. Para pengkritik

sering mengatakan untuk berbagai program prevensi mengasumsikan lebih banyak pengetahuan

dari pada yang sebenarnya ada, khususnya dalam kaitannya dengan penyebab dan perjalanan

berbagai gangguan mental dan kesulitan psikologis. Serupa dengan kritik yang sering ditunjukkan

terhadap sistem klasifikasi diagnostik. Isu ini penting dalam kaitannya dengan pendiagnosisan

orang-orang , karena proses pelabelan kadang-kadang merugikan atau pejorative (merendahkan).

Tetapi banyaknya energi yang dikerahkan untuk memperdebatkan tentang apa tepatnya arti atau

implikasi dari label masing-masing program prevensi sebenarnya tidak banyak membantu. Yang

paling penting adalah terjadinya perubahan subtil dalam paradigma, yang dibutuhkan oleh terapis

untuk memahami bahwa intervensi klinis mestinya mengandung elemen prevensi tertentu.

Integrasi antara Prevensi dan terapi

Intervensi klinis yang ditargetkan pada perilaku dan kesulitan yang tipikal untuk gangguan tingkah

laku menjadi langkah yang esensial untuk tingkat fungsinya saat ini dan untuk kesuksesannya di

berbagai lingkungan.

Page 11: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO DAN PROTEKTIF-DUA WAJAH

PREVENSI

Faktor-Faktor Risiko

Program prevensi akan terbantu bila disiplin klinis memiliki pemahaman yang kuat tentang

semua jalur kausal-langsung utama ke arah perkembangan berbagai gangguan mental, kesulitan

psikologis, kesulitan emosional, dan masalah perilaku. Disiplin klinis telah melakukan pekierjaan

yang kuat untuk mengidentifikasi dan memodifikasi faktor-faktor risiko yaitu kekuatan-kekutan

lingkungan, biologis, psikologis, dan interaktif yang menyebabkan peningaktan probabilitas untuk

mengembangkan kesulitam yang signifikan (IOM, 1994).

Sejumlah faktor risiko untuk perkembangan psikopatologi anak telah teridentifikasi dan ada

beberapa pernyataan tentang bagaimana mereka memberikan kontribusi pada perkembangan

psikopatologi (Spence, 1998).

- Pertama, kebanyakan gangguan pada masa kanak-kanak merupakan hasil interkasi

kompleks dari multifaktor (lingkungan, fisiologis, dan genetik).

- Kedua, banyakanya pengaruh yang teridentifikasi dan secara kesulurahan tidak ada satu

faktor yang mewakili untuk mengembangkan gangguan tertentu.

- Ketiga, efek faktor ini lebih bersifat multiplikatif daripada aditif (untuk

mengembangkan kesulitan psikologis meningkat secara dramatis bila jumlah faktor

risikonya pun bertambah).

- Keempat, ada jumlah faktor risiko yang sama untuk berbagai macam kesulitan

psikologis, emosional, dan perilaku, sementara bebrapa faktor memiliki pengarauh yang

spesifik.

Faktor-faktor genetik hampir pasti memainkan peran signifikan dalam perkembangan

berbagai kesulitan psikologis, emosional, dan perilaku. Studi-studi keluarga secara konsisten

menemukan bahwa anak-anak dengan berbagai kesulitan psikologis dan perilkau lebih banyak yang

memiliki orang tua dengan riwayat psikopatologi dibanding anak-anak yang tidak memiliki

kesulitan semacam itu (rutter, dan kawan-kawan, 1990). Perlu diketahui pula bahwa psikopatologi

orang tua juga berhubungan dengan dengan tingkat stress dalam keluarga, kesulitan finansial,

masalah hubngan dengan pasangan, dan kesulitan parenting (semuanya merupakan faktor risiko

Page 12: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

lingkungan untuk perkembangan berbagai kesulitan (spence, 1988). Jadi, sulit untuk memisahkan

peran relatif gen dan lingkungan.

Faktor-faktor biologis juga merupakan sumber risiko yang signifikan. Sebagai contoh,

pengaruh seperti penggunaan alkohol, obat-obatan, dan sebagainya adalah sebagian faktor risiko

biologis yang paling banyak diketahui. Meskipun nilai penting faktor genetik dan biologis tidak

boleh diabaikan, juga penting untuk menekankan tentang kenyataan bahwa anak-anak yang

terpapar faktor-faktor risiko biologis tidak mengembangkan berbagai kesulitan atau gangguan yang

terkait dengannya.

Jika anak-anak mengalami kesulitan pada bidang akademis, distress emosional yang sering

kali menjadi hasilnya. Distress emosional memfasilitasi perkembangan proses-proses perilaku

oposisional dan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan serta terus bertahannya proses-

proses keluraga yang koersif, bersifat instrumental (patterson, 982;patterson, reid, dan dishion,

1922).

Patterson (1982,1996) dan yang lainnya menghipotesiskan bahwa ketidak beruntungan

secara sosial-ekonomi tidak meiliki kaitan langsung denga perkembangan gangguan pada masa

kanak-kanak. Tetapi, faktor tersebut dapat berperan dalam perkembangan psikopatologi orangtua

dan perkembangan ketrampilan parenting yang efektif, yang kemudian menghasilkan sejumlah

masalah masa kanak-kanak yang lebih tinggi melalui mekanisme-mekanisme seperti proses

keluarga yang koersif. Dampak psikopatologi orantua dapat dirasakan disemua subsistem familial,

termasuk perselisihan dalam perkawinan, ketampilan parenting, pola interkasional keluarga yang

koersif, pengatasan masalah, dan komunikasi. Faktor-faktor ini berhubungan erta dengan

gangguan-gangguan pada masa kanak-kanak sepeti gangguan tingkah laku (patterson, 1982),

gangguan perhatian-hiperaktivitas (barkley, 1998), gangguan kecemasan, dan depresi (dadds,

barret, dan rapee, 1996).

Faktor-faktor protektif

Merupakan karakteristik-karakteristik seseorang atau lingkungan yang dianggap

memperantarai dampak negatif dari faktor-faktor risiko atau faktor-faktor yang dapat menghambat

jalur perkembangan individu engan cara-cara yang adaptif. Faktor-faktor protektif sering dianggap

sebagai faktor yang memberikan kontribusi terhadapa perkembangan kompetensi dan resiliensi

(daya pegas) individu.

Perkembangan kompetensi pada anak-anak

Page 13: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

Perkembangan kompetensi sosial tampak berhubungan dengan perkembangan pengendalian

diri secara emosional, emosi yang postitif, dan agreeableness (kemampuan untuk melakukan hal-

hal yang menyenangkan atau dapat diterima oleh orang lain)(eisenberg, dan kawan-kawan,

1977;routhbart dan bates, 1988).

Terkait hal itu, parenting yang tidak efektif merupakan salah satu faktor risiko dengan

memainkan peran yang bersifat kausal dan mempertahankam perkembangan perilaku-perilaku

antisosial dan berbagai masalah perilaku lainnya. Parenting yang efektif juga dapat memfasilitasi

perkembangan kompetensi sosial. Anak-anak yang diasuh oleh orang tua dengan cara –cara tegas,

konsisten, dan sekaligus hangat cenderung memiliki potensi sosial yang tinggi. Baumrind

(1967,1933) mendeskripsikan tipe parenting ini “otoritatif”. Tipe parenting ini memiliki dampak

postif pada perkembangan kompetensi sosial dan prestasi akademis pada populasi anak dan remaja

dengan berbagai masalah perilaku antisosial (patterson, 1982;patterson, reid, dan dishion, 1992).

Parenting yang efektif dan prestasi akademis tampaknya memiliki dampak yang signifikan

pada perkembangan hubungan sebaya yang kompeten (dishion, dan kawan-kawan, 1991, 1999).

Perkembangan hubungan sebaya yang positif pada masa kanak-kanak awal memprediksi hubungan

sebaya yang positif, kesehatan mental yang secara umum lebih baik, dan harga diri yang lebih

tinggi di masa mendatang (masten dan coatsworth, 1995). Pemilihan teman sebaya yang positif,

sehat, danadaptif merupakan faktor protektif dalam perkembangan emosional, perilaku, dan

akademis anak-anak yang masih belia (hartup, 1966;patterson dan dishion, 1985).

Perkembangan resiliensi pada anak-anak

Anak-anak yang memiliki resiliensi tinggi tidak nampak memiliki kualitas-kualitas yang

unik atau misterius (masten dan coatsworth, 1998, hlm.212). anak-anak yang mengembangkan

kompetensi dalam kemalangan entah bagaimana mereka mampu mendapatkan atau bahkan mampu

mengambil keuntungan dari akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk perkembangan yang

normatif.

Parenting yang efektif merupakan fasilitator resiliensi terkait perkembangan untuk

kompetensi akademis. Penggunaan parenting yang efektif akan meyediakan berbagai peluang untuk

meraih sukses kepada anak dan dapat menghindarkan anak dari kegagalan akademis atau berbagai

kesulitan kesehatan mental yang terkait dengan perkmbangan (cicchetti dan toth, 1998).

Interaksi antara faktor-faktor risiko dan protektif

Page 14: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

Kebanyakan orang mengalamai interaksi antara banyak faktor risiko dan protektif

sepanjang perjalanan hidupnya. Berusaha memahami berbagai interaksi semacam itu sangat

penting bagi keberhasilan intervensi dan penelitian prevensi (IOM, 1994). Sejumlah model dasar

untuk interaksi antara faktor-faktor risiko dan protektif telah dihipotesiskan, termasuk model

protektif, model kompensatoris, dan model tantangan.

Model protektif

Bahwa faktor-faktor protektif mengurangi atau meniadakan dampak faktor-

faktor risiko dengan meningkatkan kompetensi dan adaptasi secara umum.

Model kompensatoris

Bahwa faktor-faktor risiko saling berkombinasi secara aditif dan bahwa faktor-

faktor risiko dapat bersifat saling menguatkan. Dengan kata lain, agragasi faktor-

faktor risiko menyebabkan perkembangan faktor risiko dalam jumlah yang lebih

banyak dan pada akhirnya perkembangan berbagai macam gangguan. Hal ini

tepat diterapkan pada hubungan yang dapat diidentifikasi antara parenting,

kompetensi sosial, kompetensi akademis, kompetensi perilaku, dan gangguan-

gangguan psikologis.

Model tantangan

Bahwa sebuah hubungan kurva linear dimana paparan faktor-faktor risiko

dengan jumlah sedang sebenarnya menghasilkan peningkatan kompetensi dan

relisiensi pada anak-anak (IOM, 1994). Dengan kata lain, paparan berbagai

peristiwa kehidupan yang menantang dengan tingkat sedang dianggap

menguatkan kemampuan coping seseorang dan menguatkan perkembagan

sebuah repertoir kompleks dari bebrbagai mekanisme problem-solving dan

coping. Tetapi, bila stress yang dikaitkan dengan faktor-faktor risiko bertambah,

sebuah “point of diminishing returns” akan tercapai, yang meningkatkan

berbagai kemungkinan kesulitan psikologis, emosional, dan perilaku.

Page 15: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

APAKAH PROGRAM-PROGRAM PREVENSI EFEKTIF ?

Sepanjang abad ke-20 hingga sekarang para ahli mengembangkan dan mengevaluasi

program- program prevensi untuk mengetahui dampak negative dan dampak positifnya yang

ditunjukkan untuk bayi hingga usia lanjut.

Contoh – Contoh Program Prevensi Universal

Intervensi – intervensi prevensi universal dirancang untuk bayi hingga usia lanjut. Para

peneliti lebih memilih digunakan untuk masa sekolah karena prevensi mestinya dilakukan pada

usia sedini mungkin dan sekolah juga menyediakan sampel dari populasi itu, lengkap dengan

administrator–administrator yang memiliki interes untuk memperbaiki keadaan anak – anak. Agresi

pengelolaan diri, kompetensi akademis, prestasi akademis, dan pencegahan gangguan tingkah laku

adalah merupakan target utama intervensi prevensi.Tetapi program – program prevensi universal

tidak selalu berhasil.

Kecilnya dampak beberapa dampak beberapa intervensi prevensi universal itu mungkin

disebabkan oleh sejumlah faktor. Kadang – kadang, program ini tidak memiliki dasar teoritis dan

tidak berdasarkan pada informasi yang terdapat dalam literature. Akibatnya, variabel –variabelnya

tidak di definisikan secara syarat yang memadai tidak dihubungkan dengan menyeluruh yang lebih

besar tentang prevensi.

Pada banyak kasus, perkembangan kesulitan berhubungan dengan faktor – factor resiko

ganda yang mungkin membutuhkan intervensi – intervensi yang lebih intensif dibandingkan yang

dapat diberikan melalui mekanisme – mekanisme prevensi primer atau universal.

Contoh – Contoh Intervensi Prevensi Selektif

Program – program preventif menunjukkan minat intens pada identifikasi dan aplikasi

kelompok – kelompok beresiko tinggi. Ini biasanya di fokuskan pada anak – anak yang

terpapardeprivasi social – ekonomi transisi sekolah, anak – anak dari orangtua dengan

psikopatologi, anak – anak yang orang tuanya berpisah atau trauma, anak – anak yang orang tuanya

berpisah atau bercerai, dan anak – anak yang mengalami faktor – faktor resiko ganda.

Intervensi prevensi yang paling rutin sekali pun mungkin saja tidak efektif atau kadang –

kadang bahkan memperburuk masalahnya. Kondisi – kondisi intervensi yang melibatkan intervensi

– intervensi kelompok untuk anak – anak laki – laki yang beresiko tinggi tampaknya

memperlihatkan hasil – hasil yang berlawanan. Anak – anak laki – laki beresiko tinggi yang

berpartisipasi dalam intervensi kelompok untuk membangun berbagi ketrampilan social tampaknya

Page 16: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

memperlihatkan angka yang lebih tinggi pada berbagi masalah di sekolah dan penggunaan

substansi.

Contoh – Contoh Intervensi Prevensi Terindikasi

Tipe intervensi preventif ini dirancang untuk orang – orang yang berdasarkan hasil

pemeriksaan ditemukan memanifestasikan sebuah resiko, kondisi, atau abnormalitas, yang

mengindikasikan bahwa meraka beresiko tinggi untuk kelak mengembangkan psikopatologi.

Program – program ganda telah dirancang untuk digunakan pada anak – anak yang memperlihatkan

angka agresi, gangguan tingkah laku dan berbagai yang menginternal dengan tingkat rendah atau

subklinis.

Page 17: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

MASA DEPAN INTERVENSI, PENELITIAN, DAN PRAKTIF

PREVENSI

Perkembangan dan diseminasi program-program intervensi prevensi yang efektif sangat

tergantung pada dua proses umum. Pertama, penggunaan prosedur evaluasi yang sistematis dan

ilmiah. Kedua, yang sangat penting, daya generalisasi atau validitas ekologis. Perkembangan

teknik-teknik yang hanya dapat digunakan dalam setting akademis tidak dapat berbuat banyak bagi

kemajuan program prevensi untuk berbagi kesulitan yang signifikan secara klinis. Dengan kata

lain, para pengembang program-program prevensi perlu memiliki pemahaman yang esensial

tentang lingkungan-lingkungan alamiah di mana teknologi mereka akan diterapkan. Salah satu agen

pemerintah penting yang mendanai penelitian prevensi, National Institute of Mental Health,

tampaknya telah meyadari nilai penting memastikan bahwa penelitian yang mereka sponsori

berguna di dunia nyata (NIMH, 1998). Organisasi ini menggunakan model kesehatan mental untuk

penelitian intervensi dan prevensinya (Niederehe, Street, dan Lebowitz, 1999). Konsep ini

mencakup sejumlah ide termasuk prinsip-prinsip intervensi prevensi secara umum, penggunaan

prosedur evaluasi sistematis, dan kegunaan intervensi bagi lembaga-lembaga pemberi pelayanan,

pembuat kebijakan, dan anggota secara umum.

Mungkin, tujuan terpenting untuk perbaikan penelitian intervensi prevensi seperti yang

disuguhkan dalam Boks 14-8 adalah pernyataan bahwa komunitas penelitian perlu memperluas

definisi “prevention research” (penelitian prevensi) (NIMH, 1998). Menurut NIMH, definisi itu

mestinya diperluas agar dapat mencakup penelitian dasar di bidang-bidang yang memberikan

kontribusi pada pengembangan faktor-faktor risiko dan protektif di semua aspek biologis,

psikologis, dan sosiokultural.

Yang sangat penting adalah pernyataan bahwa proses-proses pra-intervensi, intervensi

prevensi, dan pemberian pelayanan prevensi sebaiknya diintegrasikan dalam program-program

penelitian di masa yang akan datang (NIMH, 1998). Penegasan bahwa fondasi epidemiologi untuk

penelitian prevensi mestinya diperkuat (NIMH, 1998) merupakan tujuan lain yang pantas diperluas.

Secara umum, ini berarti bahwa penelitian prevensi terkait psikologi perlu dituntun oleh estimasi-

estimasi mengenai kemunculan berbagai gangguan psikologis saat ini dan seumur hidup. Informasi

berbasis populasi yang biasanya dikumpulkan oleh bidang epidemiologi ini merepresentasikan titik

keberangkatan yang esensial dalam pengidentifikasian faktor-faktor risiko dan protektif. Begitu

pola-pola risiko dan pola-pola protektif dalam populasi yang dimaksud teridentifikasi, informasi ini

Page 18: Web viewReviu mutakhir terhadap literatur prevensi berisi berbagai macam estimasi tentang biaya tahunan untuk pelayanan kesehatan mental dan penyalah gunanan substansi dan

kemudian digunakanuntuk mengidentifikasi hubungan-hubungan kausal yang mungkin ada di

antara risiko, proteksi, dan hasil kesehatan mental.

Rangkuman

Di bab ini telah di suguhkan beraneka ragam topik kepada pembaca. Kami telah

mengemukakan betapa besarnya biaya kemanusiaan maupun ekonomi yang terlibat bila masyarakat

kita memilih untuk terlalu banyak menggunakan model berorientasi-patologi tradisional untuk isu-

isu kesehatan mental dan psikologis, yaitu menunggu sampai orang-orang menjadi “pasien” dan

bukan mengedepankan langkah-langkah untuk mencegah perkembangan berbagai kesulitan.

Prevensi berbagai kesulitan psikologis, emosional, dan perilaku membutuhkan pemahaman

tentang proses-proses kunci perkembang dan kepentingan memikirkan masyarakat luas. Memahami

peran relatif berbagai faktor risiko dan protektif serta interaksi di antara mereka memberikan

kesempatan kepada intervensi-intervensi prevensi untuk mengintervensi dan mungkin juga

mengurangi jumlah kasus-kasus baru yang berkembang dari waktu ke waktu, atau paling tidak

mengurangi tingkat keparahan gangguan dan kesulitan yang sudah berkembang. Program-program

prevensi yang menangani faktor-faktor risiko dan protektif cenderung dapat dimasukkan ke dalam

tiga kategori umum: primer, sekunder, dan tersier.

Penelitian prevensi terkendala oleh dilema-dilema yang banyak dihadapi oleh psikologi:

Bagaimana penelitia yang taat-asas dapat digeneralisasikan ke setting-setting riil? Nilai penting

menggunakan pendekatan yang telah divalidasi secara empiris kiranya cukup jelas, tetapi isu

kegunaan di dunia riil sering kali diabaikan oleh para peneliti maupun lembaga-lembaga dana.

Pertanyaan lainnya adalah bagaimana beberapa disiplin yang terlibat dalam penelitian dan

pelayanan prevensi dapat berkolaborasi dan mengintegrasikan pekerjaan mereka. Kami juga

mengemukakan secara singkat tentang isu promosi kualitas hidup dan bukan hanya mencegah

gangguan semata dalam menuju ke arah tujuan yang sama, yaitu memperbaiki kondisi umat

manusia.

Intervensi terapeutik yang berkualitas bukan semata-mata difokuskan pada usaha

mengurangi pola-pola gejala saat ini. Sebaliknya, pendekatan yang melihat ke depan, yang

memahami nilai penting memengaruhi perkembangan seumur hidup, akan sangat bermanfaat bagi

para klinisi dari semua perspektif teoritis.