Foto - ftp.unpad.ac.id · Jantung mercusuar dengan lampu berkekuatan 1.000 watt. S ULUH pantai itu...

1
Sujadi, sang penjaga mercusuar. Foto HALAMAN 24 MINGGU, 19 SEPTEMBER 2010 MEDIA INDONESIA T: (021) 5821303 SMS: 08121128899 No Bebas Pulsa: 08001990990 TEKS: MI/CLARA RONDONUWU FOTO: MI/SUSANTO Siluet mercusuar dengan latar belakang rimbunnya hutan. Tangga-tangga keropos, tampak tua namun masih kuat menopang badan yang menaikinya menuju ke atas. Jantung mercusuar dengan lampu berkekuatan 1.000 watt. S ULUH pantai itu me- nyala di kejauhan. Ru- sa-rusa yang datang merumput pada malam lembap bulan Agustus saat itu mulai gusar. Dalam jumlah ratusan mereka berjalan mene- robos ilalang lebat. Mengarah ke kerimbunan dekat cahaya kelap-kelip tersebut. Menjauh dari iring-iringan kendaraan safari yang menyorotkan lampu kekuningan ke wajah mereka. Di sinilah saya sekarang, di tengah airstrip gelap, dekat si suar tua Karang Tanjung Belimbing yang dibangun kolo- nialis ZM Willem III pada 1879, empat tahun sebelum Krakatau meletus hebat pada 1883. Setengah tahun lalu, di siang bolong, saya sudah pernah me- napaki tangga-tangga keropos mercusuar setinggi 61 meter tersebut, satu yang tertinggi di Indonesia. Dari atas bekas pos navi- gasi Belanda, yang kini masuk wilayah Tambling Wildlife Na- ture Conservation (TWNC) di Lampung Barat tersebut, mata kita bisa memandang takjub ke batas cakrawala Samudra Hin- dia. Juga melongok ke hutan hujan tropis Tanjung Belimbing dengan danau payau Sleman yang dipenuhi rusa dan kerbau air. Serta melihat dua bangkai kapal yang tersuruk ke karang dan dipermainkan gulungan Lampu berkekuatan 1.000 watt siap menerangi lautan. Mercusuar berdiri kokoh. Prasasti mercusuar. Mercusuar Tua di Kebiruan Hindia ombak besar. Sekitar lantai 5 dan 6, dari total delapan lantai, alas kero- pos itu miring dan lempeng bajanya yang didatangkan dari Negeri Belanda sobek. Ada bekas ketinggian air tsunami di dindingnya. Buat mercusuar yang sempat terendam air laut setinggi 50 meter akibat tsunami Krakatau, tampilan luarnya masih tera- wat baik. Posisinya kini tidak tegak lurus lagi, tetapi miring 17 derajat. Setahun lalu lampu mer- Di wajah pesisir selatan Sumatra, yang menghadap perairan terbuka Lautan Hindia, masih berdiri tegak satu mercusuar tua. Satu yang selamat dari amuk Krakatau. cusuar baru saja dialihkan ke teknologi panel matahari, menggunakan dana bantuan asing. Sehingga kalau gelap, suar otomatis berkedip setiap 10 detik. Saat terang, lampu berkekuat- an 1.000 watt dengan jarak pan- dang 20 mil laut itu otomatis padam. Dulunya mercusuar ini dipakai untuk memantau aktivitas perairan sekitar Selat Sunda sampai Samudra Hindia. Kalau malam, nyalanya adalah patokan bagi nelayan yang terombang-ambing untuk men- cari jalan pulang. Atau ingin mengelak dari barisan karang tajam pesisir Tanjung Belim- bing yang sanggup menyobek lambung kapal. Nah, masih ingatkah Anda dengan tembang Hujan Gerimis yang dibawakan Benyamin S? Salah satu baitnya berkisah, ’Mengapa ujan gerimis aje, pergi berlayar ke Tanjung China’. ‘Me- ngapa Adek menangis aje, kalau emang jodoh nggak kemane’. Yang disebut-sebut Tanjung China adalah perairan yang ter- letak persis di selatan Tanjung Belimbing. Saat kapal mulai bergulat dengan ombak besar Tanjung China, mercusuar memesona ini pertama kali tampak di ujung lautan jika Anda menyusuri jalur pesisir timur Sumatra mulai dari Lam- pung ataupun Anyer. (M-1)

Transcript of Foto - ftp.unpad.ac.id · Jantung mercusuar dengan lampu berkekuatan 1.000 watt. S ULUH pantai itu...

Sujadi, sang penjaga mercusuar.

Foto HALAMAN 24MINGGU, 19 SEPTEMBER 2010MEDIA INDONESIA

T: (021) 5821303SMS: 08121128899

No Bebas Pulsa: 08001990990

T E K S : M I / C L A R A R O N D O N U W UF O T O : M I / S U S A N T O

Siluet mercusuar dengan latar belakang rimbunnya hutan.

Tangga-tangga keropos, tampak tua namun masih kuat menopang badan yang menaikinya menuju ke atas.

Jantung mercusuar dengan lampu berkekuatan 1.000 watt.

SULUH pantai itu me-nyala di kejauhan. Ru-sa-rusa yang datang merumput pada malam

lembap bulan Agustus saat itu mulai gusar. Dalam jumlah ratusan mereka berjalan mene-robos ilalang lebat. Mengarah ke kerimbunan dekat cahaya kelap-kelip tersebut. Menjauh dari iring-iringan kendaraan safari yang menyorotkan lampu kekuningan ke wajah mereka.

Di sinilah saya sekarang, di tengah airstrip gelap, dekat si suar tua Karang Tanjung Belimbing yang dibangun kolo-nialis ZM Willem III pada 1879, empat tahun sebelum Krakatau meletus hebat pada 1883.

Setengah tahun lalu, di siang bolong, saya sudah pernah me-napaki tangga-tangga keropos mercusuar setinggi 61 meter tersebut, satu yang tertinggi di Indonesia.

Dari atas bekas pos navi-gasi Belanda, yang kini masuk wilayah Tambling Wildlife Na-ture Conservation (TWNC) di Lampung Barat tersebut, mata kita bisa memandang takjub ke batas cakrawala Samudra Hin-dia. Juga melongok ke hutan hujan tropis Tanjung Belimbing dengan danau payau Sleman yang dipenuhi rusa dan kerbau air. Serta melihat dua bangkai kapal yang tersuruk ke karang dan dipermainkan gulungan

Lampu berkekuatan 1.000 watt siap menerangi lautan.

Mercusuar berdiri kokoh.

Prasasti mercusuar.

Mercusuar Tua di Kebiruan

Hindia

ombak besar.Sekitar lantai 5 dan 6, dari

total delapan lantai, alas kero-pos itu miring dan lempeng bajanya yang didatangkan dari Negeri Belanda sobek. Ada bekas ketinggian air tsunami di dindingnya.

Buat mercusuar yang sempat terendam air laut setinggi 50 meter akibat tsunami Krakatau, tampilan luarnya masih tera-wat baik. Posisinya kini tidak tegak lurus lagi, tetapi miring 17 derajat.

Setahun lalu lampu mer-

Di wajah pesisir selatan Sumatra, yang menghadap perairan terbuka Lautan Hindia,

masih berdiri tegak satu mercusuar tua. Satu yang selamat dari amuk Krakatau.

cusuar baru saja dialihkan ke teknologi panel matahari, menggunakan dana bantuan asing. Sehingga kalau gelap, suar otomatis berkedip setiap 10 detik.

Saat terang, lampu berkekuat-an 1.000 watt dengan jarak pan-dang 20 mil laut itu otomatis padam. Dulunya mercusuar ini dipakai untuk memantau aktivitas perairan sekitar Selat Sunda sampai Samudra Hindia. Kalau malam, nyalanya adalah patokan bagi nelayan yang terombang-ambing untuk men-cari jalan pulang. Atau ingin mengelak dari barisan karang tajam pesisir Tanjung Belim-bing yang sanggup menyobek lambung kapal.

Nah, masih ingatkah Anda dengan tembang Hujan Gerimis yang dibawakan Benyamin S? Salah satu baitnya berkisah, ’Mengapa ujan gerimis aje, pergi berlayar ke Tanjung China’. ‘Me-ngapa Adek menangis aje, kalau emang jodoh nggak kemane’.

Yang disebut-sebut Tanjung China adalah perairan yang ter-letak persis di selatan Tanjung Belimbing. Saat kapal mulai bergulat dengan ombak besar Tanjung China, mercusuar memesona ini pertama kali tampak di ujung lautan jika Anda menyusuri jalur pesisir timur Sumatra mulai dari Lam-pung ataupun Anyer. (M-1)