LADYMATE Lipstick No 02 - pom.go.id · PDF fileIMPLORA Lipstik 03 Izin Edar
Formulasi Lipstik Menggunakan Transfersom Xanton dengan ...
Transcript of Formulasi Lipstik Menggunakan Transfersom Xanton dengan ...
Formulasi Lipstik Menggunakan Transfersom Xanton dengan Metode Hidrasi Lapis Tipis
Afifah Thohiroh, dan Joshita Djajadisastra
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Warna gelap pada bibir disebabkan oleh adanya paparan oksidan yang dapat diatasi dengan senyawa antioksidan. Xanton merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Namun, xanton bersifat semi-hidrofilik dengan log P 3,39, yang membuat xanton sulit untuk bercampur dengan basis lipstik yang bersifat lipofilik. Oleh karena itu, xanton dibuat dalam bentuk transfersom agar dapat bercampur dengan basis lipstik serta dapat mencapai lapisan dermis bibir sehingga mampu mengatasi masalah kerusakan bibir akibat bahan-bahan pengoksida. Transfersom xanton dibuat menggunakan fosfatidilkolin dengan tiga surfaktan non-ionik, yaitu Span 20, Span 60, dan Span 80 dengan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom xanton menggunakan span 20 menghasilkan indeks deformabilitas 47,04 dengan efisiensi penjerapan xanton sebesar 89,90 %. Pada penggunaan span 60, dihasilkan indeks deformabilitas 23,19 dengan efisiensi penjerapan 63.84 % dan pada span 80 dihasilkan indeks deformabilitas 25,98 dan efisiensi penjerapan 74.80 %. Transfersom xanton dengan span 20 yang menghasilkan jerapan terbesar serta karakterisasi yang terbaik, diformulasikan ke dalam lipstik dan dibandingkan dengan lipstik yang mengandung xanton serbuk. Lipstik transfersom yang dihasilkan memiliki kekerasan senilai 65 (1/10 nm) dengan suhu lebur 53,8 °C, bersifat tidak iritatif, dan memberikan polesan yang homogen dengan warna merah muda.
Formulation of Lipstick Using Transfersomal Xanthone by Thin Layer Hydration Method
Abstract
The dark color in lips is caused by exposure to oxidants that can be overcome by antioxidant compounds. Xanthone has strong antioxidant activity. However, xanthone as semi-hydrophilic compound with log P value is 3,39, is difficult to mix with lipstick bases which are lipophilic. Therefore, xanthone made in the form of transfersome to be mixed with lipstick bases and also reach the lips dermis layer so that it can overcome the problem of lips damage as a result of oxidizing materials. Transfersomal xanthone made using phosphatidylcholine with three non-ionic surfactants, Span 20, Span 60, and Span 80 with a thin layer hidration method. Transfersomal xanthone using span 20 produces deformability index 47,04 and entrapment efficiency 89,90 %. On the use of span 60, resulting deformability index 23,19 and entrapment efficiency 63.84 % while on the use of span 80 shown deformability index 25,98 and entrapment efficiency 74.80 %. Transfersomal xanthone using span 20 which generate the highest entrapment efficiency and the best characterization, is formulated into a lipstick and compared with lipstick that contains xanthone powder. The transfersomal lipstick has rigidness 65 (1/10 nm) with melting point temperature 53,8 °C, non-irritative, and provide a pink homogeneous polish texture.
Keywords : transfersome, xanthone, span 20, span 60, span 80, thin layer hydration method, lipstick.
Pendahuluan
Beberapa wanita menggunakan lipstik untuk menutupi warna bibirya yang gelap (Sharad, 2014). Gelapnya warna bibir dapat disebabkan oleh faktor kongenital, merokok, dan reaksi
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
alergi. Selain itu, warna hitam pada bibir juga dapat terjadi akibat penumpukan melanin di lapisan basal epidermis yang diakibatkan oleh paparan sinar UV secara terus menerus (MacNeal, 2014). Penggunaan antioksidan memberi perlindungan dari penuaan dini karena lingkungan serta mengembalikan kelembaban dan melembutkan permukaan bibir, membantu melindungi bagian bibir yang rentan terhadap sinar UV, asap, dan polusi udara sehingga dapat menjaga bibir tetap sehat (Deny, Lestari, & Hakim, 2006). Xanton merupakan antioksidan kuat yang dapat memodulasi efek kerusakan akibat sinar ultraviolet yang diinduksi oleh Radical Oxygen Species atau ROS (Draelos, 2010). Namun, xanton memiliki nilai log P 3,39 yang cenderung bersifat semi-hidrofilik sehingga membuat xanton sulit untuk bercampur dengan basis lipstik. Untuk meningkatkan ketercampuran xanton dengan basis lipstik, maka xanton dibuat dalam bentuk transfersom. Selain untuk meningkatkan ketercampuran xanton dengan basis lipstik, pembuatan transfersom juga bertujuan untuk menstabilkan xanton yang merupakan antioksidan yang bersifat termolabil dan mudah teroksidasi serta dapat berpenetrasi mencapai lapisan dermis bibir (Miryanti, Sapei, Budiono, & Indra, 2011). Transfersom merupakan suatu nanopartikel yang dapat berubah bentuk, elastis, dan fleksibel. Transfersom tersusun dari fosfolipid dengan surfaktan (Benson, 2006). Pemilihan surfaktan dalam pembuatan transfersom dapat mempengaruhi karakterisasi vesikel yang terbentuk. Hal ini terkait dengan fungsi surfaktan yang dapat menurunkan tegangan antar muka sehingga mampu mendestabilkan lipid bilayer dari vesikel dan meningkatkan deformabilitas vesikel (Duangjit, et al., 2013). Pada penelitian ini, akan dilakukan formulasi transfersom xanton menggunakan fosfatidilkolin dengan 3 jenis surfaktan non-ionik, yaitu span 20, span 60, dan span 80 dengan metode hidrasi lapis tipis. Ketiga formulasi transfersom ini akan dikarakterisasi dari segi ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan, dan indeks deformabilitas. Selanjutnya, transfersom dengan karakterisasi paling optimum diformulasikan dalam bentuk sediaan lipstik untuk selanjutnya dikarakterisasi terutama dari segi kehomogenan transfersom dengan basis lipstik. Tinjauan Teoritis Xanton Xanton merupakan senyawa organik turunan dari difenil-γ-pyron yang merupakan substansi kimia golongan fenol atau polyphenolic (Miryanti, Sapei, Budiono, & Indra, 2011). Xanton mudah larut dalam alkohol, kloroform, etil asetat, dan air panas, namun sukar larut dalam eter. Xanton bermanfaat sebagai antioksidan, antipoliferatif, antiinflamasi, dan antimikrobial. (Iswari & Sudaryono, 2007). Aktivitas antioksidan yang dimiliki xanton telah dibuktikan pada pengujian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (2008), diketahui
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
bahwa xanton memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan blangko yang digunakan, yaitu butyl hydrotoluen (BHT) serta memiliki IC 50% kurang dari 50. Transfersom Transfersom merupakan suatu vesikel fleksibel yang memiliki inti akuatik yang dikelilingi oleh kompleks lipid bilayer (Duangjit, et al., 2013). Transfersom adalah vesikel lipid ultrafleksibel yang dapat merespon pada tekanan dari luar dengan cara deformasi bentuk dengan cepat yang menyebabkannya dapat menembus melalui pori-pori kulit dan ruang antar sel yang memiliki ukuran jauh lebih kecil dari vesikel (Kumar & Rao, 2012). Transfersom memiliki struktur seperti liposom, dan memiliki komponen yang hampir sama dengan liposom, perbedaannya terletak pada bahan pembentuk vesikelnya. Pada liposom, vesikel terdiri dari fosfolipid dan kolesterol, sementara pada transfersom terdiri dari fosfolipid dan surfaktan. Surfaktan inilah yang dapat membuat transfersom dapat mengalami deformasi bentuk. Surfaktan berfungsi membuat susunan lipid bilayer menjadi tidak stabil dan meningkatkan deformabilitas vesikel (Benson, 2006). Mekanisme Penetrasi Transfersom Transfersom berpenetrasi ke dalam kulit dengan mengikuti gradien osmotik. Gradien osmotik
terbentuk karena kemampuan kulit sebagai barrier penetrasi, yang mencegah hilangnya kadar
air dari kulit dan menjaga perbedaan kadar air yaitu 75% pada epidermis dan hampir kering
atau sekitar 15% pada permukaan kulit. Bagian polar dari susunan lipid bilayer pada kulit
dapat menarik air pada permukaan kulit, hal ini terkait dengan fungsi kulit untuk menjaga
kadar air pada kulit. Lipid bilayer pada umumnya secara spontan menahan dehidrasi kulit.
Dengan demikian, vesikel (transfersom) yang memiliki susunan lipid bilayer akan berpindah
dari daerah yang memiliki kadar air rendah ke daerah dengan kadar air tinggi. Dengan
demikian, ketika vesikel diaplikasikan pada permukaan kulit, vesikel lipid ini akan tertarik ke
dalam kulit akibat adanya gradien osmotik transepidermal. Namun, vesikel dapat berpenetrasi
ke dalam kulit apabila memiliki ukuran yang cukup kecil atau dapat berdeformasi sehingga
dapat melalui pori-pori kulit yang sempit. Oleh Karen itu, sistem vesikel liposom yang tidak
dapat berdeformasi, memiliki kemampuan penetrasi yang lebih rendah daripada transfersom
(Girhepunjel, Kinikar, & Pal, 2014). Metode Penelitian Bahan
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Xanton (Sigma Aldrich, Singapura), castor oil (Thailand), olive oil (Thailand), carnauba wax (Strahl & Pitsch, Amerika Serikat), candelila wax (Strahl & Pitsch, Amerika Serikat), bees wax (Alpha Chemika, India), vaselin album (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), isopropil miristat (Palm-Oleo, Malaysia), butil hidroksi toluene (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), propil paraben (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), fosfatidilkolin soya 96% (Lipoid, Jerman), span 20 (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), span 60 (Croda, Singapura), span 80 (Croda, Singapura), DPPH (Sigma Aldrich, Singapura), metanol (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), etanol (Merck, Jerman), vanillin (didistribusi oleh Setia Guna, Indonesia), unipured Red LC3071 (Sensient, Perancis), asam askorbat (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), paraffin liquid (didistribusi oleh Brataco, Indonesia), dan aqua demineralisata (didistribusi oleh Brataco, Indonesia). Alat Timbangan analitik Adam AFA 210-LC (Adam, Amerika Serikat), rotary evaporator (Hahn Shin HS-2005S-N, Korea Selatan), vakum evaporator (OSK 6513, Jepang), sonikator (Branson 3200, Amerika Serikat), mini extruder set (Avanti Polar Lipids, Amerika Serikat), membran polikarbonat 0,1 µm (Whatman, Inggris), ultrasentrifugator (Hitachi Himac CP100WX, Jepang), spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu UV-1800, Jepang), transmission electron microscope, Zetasizer Nano ZS (Malvern, Inggris), pH meter (Eutech Instriument pH 510, Singapura), alat-alat gelas, melting point apparatus (Electrothermal, Inggris), penetrometer (D 2800 Bremen, Jerman), oven, dan lemari pendingin (Toshiba, Jepang). Uji Aktivitas Antioksidan Xanton terhadap DPPH Xanton ditimbang sebanyak 50,0 mg kemudian dilarutkan dengan metanol hingga 50,0 mL untuk membuat konsentrasi induk sebesar 1000 ppm. Selanjutnya diambil 5,0 mL larutan sampel dan dimasukan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan metanol sampai tanda batas untuk membuat konsentrasi sebesar 100 ppm. Lalu, disiapkan enam buah labu tentukur dengan ukuran beragam. Kemudian, larutan sampel dipipet dengan sejumlah volume tertentu, ditambahkan metanol sampai dengan tanda batas sehingga dihasilkan larutan sampel dengan beberapa konsentrasi yaitu 2, 4, 10, 12, 16, dan 20 ppm. Selanjutnya, 2,0 mL dari masing-masing konsentrasi ditambahkan 1,0 mL metanol dan 1,0 mL DPPH 100 ppm. Campuran dikocok, kemudian larutan uji dan blanko diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Uji antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan pengukuran serapan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Serapan atau absorbansi larutan uji diukur pada panjang gelombang maksimum. Dari
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
data absorbansi yang didapat kemudian dihitung persentase inhibisi xanton terhadap radikal bebas DPPH. Pembuatan Transfersom Pembuatan transfersom menggunakan tiga jenis surfaktan non-ionik, yaitu span 20, span 60, dan span 80. Perbandingan fosfatidilkolin dengan setiap surfaktan ialah 1:0,5 menggunakan perbandingan molar. Metode yang digunakan untuk membentuk transfersom adalah metode hidrasi lapis tipis. Pembuatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembentukan lapis tipis campuran fase lipid dan dilanjutkan dengan hidrasi menggunakan air dan etanol dengan perbandingan 3:2. Pembuatan lapis tipis transfersom dilakukan dengan melarutkan fosfatidilkolin dan span dalam metanol dan dimasukkan ke dalam labu bulat. Kemudian larutan dikeringkan dengan menggunakan rotary evaporator selama 1 jam dengan kecepatan 100 rpm pada suhu 55°C disertai vakum sesekali.Setelah seluruh pelarut menguap dan terbentuk lapis tipis pada labu, dialirkan gas N2. Lapis tipis yang telah terbentuk disimpan selama 24 jam dalam suhu dingin untuk memaksimalkan evaporasi pelarut. Setelah itu, dilakukan proses hidrasi menggunakan air dan etanol dengan perbandingan 3:2 dengan kecepatan 100 rpm pada suhu 50°C selama 1 jam. Ketika seluruh lapisan telah terhidrasi dan terbentuk suspensi transfersom, selanjutnya dilakukan tahap pengecilan ukuran dengan cara sonikasi. Karakterisasi Transfersom Karakterisasi Ukuran Partikel dan Potensial Zeta Penentuan ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat
Particle Size Analyzer dengan metode Dinamic Light Scattering. Sebanyak 1,0 mL suspensi
transfersom dilarutkan dalam 10,0 mL etanol, kemudian diujikan menggunakan Particle Size
Analyzer. Selain itu, dilakukan juga pengukuran zeta potensial untuk mengetahui nilai
stabilitas dari transfersom. Uji Efisiensi Penjerapan uji efisiensi penjerapan dilakukan dengan metode ultrasentrifugasi. Sebanyak 5 mL suspensi
transfersom disentrifugasi selama 1 jam dengan kecepatan 30.000 rpm pada suhu 4oC.
Larutan supernatan yang jernih diambil dan kemudian diukur serapannya dengan
Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Kemampuan penjerapan
dihitung dengan rumus :
EE = !"#"$%!!"#"$%!"#"$%
𝑥 100%
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
EE = Efisiensi Penjerapan (%) Ctotal = Konsentrasi zat aktif total dalam transfersom (μg/mL) Cbebas = Konsentrasi zat aktif tidak terjerap yang terukur (μg/mL) Uji Indeks Deformabilitas Indeks deformabilitas diukur dengan cara ekstrusi. Suspensi transfersom dilewatkan melalui membran polikarbonat berukuran 0,1 μm pada alat mini extruder set. Jumlah suspensi yang terlewat selama 5 menit dicatat dan digunakan dalam rumus :
𝐷 = 𝐽𝑟𝑣𝑟𝑝
!
D = Indeks deformabilitas J = Jumlah suspensi transfersom yang melewati membran selama 5 menit (mL) rv = ukuran partikel transfersom yang melewati membran (nm) rp = ukuran pori membran (nm) Karakterisasi Morfologi Karakterisasi morfologi dilakukan dengan menggunakan Transmission Electron Microscope. Satu tetes suspensi transfersom diletakkan di atas grid tembaga yang dilapisi oleh karbon berukuran 400 nm. Setelah 20 menit, sisa air permukaan diserap dengan menggunakan kertas saring. Kemudian grid dikeringkan dengan udara dan morfologi dapat dianalisis. Pembuatan Lipstik Pada penelitian ini, dibuat dua formula lipstik. Perbedaan kedua formula terletak pada bentuk
xanton yang digunakan, dimana pada formula 1 (F1) menggunakan xanton dalam bentuk
serbuk, sementara pada formula 2 (F2) digunakan suspensi transfersom xanton. Konsentrasi
xanton serbuk yang dimasukkan setara dengan konsentrasi xanton dalam transfersom Tabel 1. Formulasi Pembuatan Lipstik
Nama Bahan F1 (b/b%) F2 (b/b%) Fungsi Xanthon 0,5 - Zat Aktif
Transfersom - ~0,5 Zat Aktif Vaselin album 20 20 Stiffening agent Candelila wax 10 10 Stiffening agent
Bees wax 8 8 Stiffening agent Carnauba wax 3 3 Stiffening agent
Isopropil miristat 7 7 Emollient Propil Paraben 0,1 0,1 Pengawet
Butil hidroksi toluen 0,1 0,1 Antioksidan Vanilin essence 0,3 0,3 Pewangi
Unipure red LC3071 2,1 2,1 Pewarna Olive oil 19 19 Emollient
Castor oil 29,9 Ad 100 Emollient
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Seluruh bahan ditimbang sesuai dengan jumlah masing-masing yang tertera pada Tabel 1.
Fase wax (Bees wax, Carnauba wax, dan Candelilla wax) dicampur dan dilelehkan di
penangas air sambil diaduk hingga seluruhnya meleleh pada suhu 80°C (campuran A). Bahan-
bahan fase minyak seperti isopropil miristat, castor oil, dan olive oil dicampur menjadi satu
hingga homogen di penangas air pada suhu 70°C (campuran B). Zat tambahan seperti Unipure
red LC3071, BHT, vanilin essence dan propil paraben dilarutkan dengan sebagian fase
minyak (campuran C). Campuran C dan B dihomogenkan dengan campuran A yang suhuya
telah diturunkan menjadi 70°C (campuran D). Serbuk xanton (pada F1) atau transfersom
xanton (pada F2) dicampurkan dalam vaselin album pada suhu 50°C (campuran E).
Campuran E dihomogenkan dengan campuran D yang suhuya telah diturunkan menjadi 50°C.
Kemudian, massa lipstik dicetak dengan alat pencetak lipstik yang telah diberikan pelumas
paraffin liquid, dimasukkan ke dalam kulkas dan dibiarkan hingga mengeras. Setelah
membeku, massa dikeluarkan dari alat pencetak dan dimasukkan dalam wadah lipstik (roll up
lipstik). Kemudian lipstik diflambir terlebih dahulu dengan cara dilewatkan di atas nyala api
untuk memperhalus dan mendapatkan efek mengkilap.
Evaluasi Sediaan Lipstik Evaluasi Penampilan Fisik Sediaan Uji penampilan fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik, meliputi estetika, bentuk, warna, dan aroma pada saat setelah pembuatan (Risnawati, Nazliniwaty, & Purba, 2012). Uji Daya Oles Uji daya oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit punggung tangan kemudian diamati warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasa menggunakan sediaan lipstik. (Risnawati, Nazliniwaty, & Purba, 2012). Uji Homogenitas Sediaan Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pewarna bibir pada kaca objek. Selain itu, sediaan dipotong secara membujur dan diperhatikan homogenitasnya (Risnawati, Nazliniwaty, & Purba, 2012). Uji Konsistensi Sediaan Uji konsistensi dilakukan dengan menggunakan alat penetrometer dimana lipstik dikeluarkan dari wadahnya, kemudian diletakkan pada posisi horizontal dengan jarum penetrometer.
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Tempatkan jarum penetrometer pada bagian tengah dari permukaan lipstik. Tekan tombol ON pada alat pengukur digital yang dihubungkan dengan penetrometer dan jarum penetrometer dibiarkan menembus permukaan lipstik sampai alat pengukur digital berhenti sendiri secara otomatis (Lauffer, 1985). Uji Iritasi Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit selama 10 menit. Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada lokasi pengolesan reaksi apa yang terjadi (Mishra et al., 2010; Vishwakarma et al., 2011, dan Avinash et al., 2011). Uji Suhu Lebur Sediaan Uji suhu lebur dilakukan menggunakan alat melting point apparatus. Pipa kapiler ditusukkan ke dalam lipstik hingga kedalaman 10 mm. kemudian pipa kapiler tersebut diletakkan dalam alat melting point apparatus dengan posisi yang sesuai. Suhu pada saat lipstik mulai meleleh adalah suhu lebur lipstik (Depkes RI, 1995; Sahu, Sahu, Sharma, Dewangan, & Sinha, 2014). Uji Stabilitas Fisik Sediaan Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan cara mengamati adanya perubahan bentuk, warna, aroma, dan konsistensi dari sediaan pewarna bibir yang dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar (±25ºC) pada hari ke 1, 5. 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45 (Djajadisastra, 2003; Mishra et al., 2010; Vishwakarma et al., 2011, dan Avinash et al., 2011). Hasil dan Pembahasan Uji Aktivitas Antioksidan Xanton terhadap DPPH Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang efektif untuk menghambat 50% radikal dari
DPPH. Semakin kuat aktivitas antioksidan, maka nilai IC50 akan semakin kecil (Molyneux,
2003). Pada pengujian ini, didapatkan nilai IC50 xanton sebesar 11,61 ppm yang dibandingkan
dengan nilai IC50 blanko positif yaitu vitamin C sebesar 3,52 ppm. Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa aktivitas antioksidan xanton sangat kuat meskipun tidak sekuat blanko positifnya yaitu vitamin C.
Pembuatan Transfersom
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Gambar 1. Suspensi transfersom (a) menggunakan span 20, (b) menggunakaan span 60, dan (c) menggunakan span 80
Terdapat perbedaan penampilan organoleptis pada ketiga suspensi transfersom. Suspensi transfersom dengan span 20 memberikan warna lebih bening dibandingkan dengan suspensi transfersom dengan span 80 dan span 60. Warna putih pada suspensi terlihat paling nampak pada suspensi transfersom dengan span 60. Selain itu, terdapat serbuk tidak terlarut pada suspensi transfersom dengan span 60. Karakterisasi Transfersom Karakterisasi Ukuran Partikel dan Potensial Zeta Berdasarkan hasil analisa alat yang dapat dilihat pada tabel 2, ukuran partikel rata-rata yang
dimiliki oleh ketiga transfersom tidak sesuai dengan teori transfersom dimana transfersom
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan liposom yaitu sekitar 100 nm – 200
nm (Kumar & Rao, 2012). Sementara untuk nilai PDI (Polydispersity Index) yang
menunjukkan distribusi ukuran partikel, didapat bahwa ketiga formula transfersom memiliki
nilai PDI dibawah 0,7 yang artinya ketiga formula mempunyai distribusi ukuran partikel yang
merata. Nilai PDI yang baik ialah kurang dari 0,7 dimana semakin kecil nilai PDI, maka
distribusi ukuran partikelnya semakin merata (Beckman Coulter, 2008). Dilihat dari segi
kestabilannya, suspensi transfersom xanton menggunakan span 20 terlihat paling stabil
dibandingkan dengan transfersom xanton menggunakan span 60 dan span 80. Hal ini
dibuktikan dengan nilai potensial zeta yang lebih besar dari ± 61 pada suspensi transfersom
xanton menggunakan span 20. Semakin kecil nilai zeta potensial (semakin mendekati angka
0), maka semakin tinggi gaya tarik menarik Van der Waals antar partikel sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya flokulasi, koagulasi, dan agregasi antar partikel yang
menyebabkan suspensi menjadi tidak stabil (Greenwood & Kendall, 1999; Hanaor, et al.,
2012). Tabel 2. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel dan Potensial Zeta
(a) (b) (c)
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Span 20 Span 60 Span 80 Ukuran Partikel (nm) 563,0 1411,9 1507,4 PDI 0,358 0,456 0,592 Potensial Zeta (mV) 79,23 0,543 -3,28 Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat perbedaan nilai efisiensi penjerapan yang signifikan
dari ketiga formula transfersom. Hal ini terjadi akibat perbedaan penggunaan span. Span 20
memiliki rantai hidrokarbon yang lebih pendek dibandingkan dengan span 60 dan span 80,
sehingga nilai log P dari span 20 semakin kecil, yaitu 4,47. Sementara pada span 60 dan span
80, perbedaan struktur terletak pada ikatan rangkap yang terdapat pada span 80 yang
menyebabkan nilai log P span 80 lebih kecil dibandingkan span 60, yaitu 5,24 pada span 60
dan 4,88 pada span 80. Dengan demikian, span 20 memiliki sifat lipofilisitas yang paling
mirip dengan xanton yang memiliki nilai log P 3,39. Sesuai dengan teori like dissolve like,
dimana suatu senyawa akan lebih mudah bercampur dengan senyawa yang memiliki tingkat
kepolaran yang sama, maka dari itu xanton lebih mudah tercampur dengan span 20.
Uji Efisiensi Penjerapan Berdasarkan hasil perhitungan yang ada pada tabel 3, terdapat perbedaan nilai efisiensi
penjerapan yang signifikan dari ketiga formula transfersom. Hal ini terjadi akibat perbedaan
penggunaan span. Span 20 memiliki rantai hidrokarbon yang lebih pendek dibandingkan
dengan span 60 dan span 80, sehingga nilai log P dari span 20 semakin kecil, yaitu 4,47.
Sementara pada span 60 dan span 80, perbedaan struktur terletak pada ikatan rangkap yang
terdapat pada span 80 yang menyebabkan nilai log P span 80 lebih kecil dibandingkan span
60, yaitu 5,24 pada span 60 dan 4,88 pada span 80. Dengan demikian, span 20 memiliki sifat
lipofilisitas yang paling mirip dengan xanton yang memiliki nilai log P 3,39. Sesuai dengan
teori like dissolve like, dimana suatu senyawa akan lebih mudah bercampur dengan senyawa
yang memiliki tingkat kepolaran yang sama, maka dari itu xanton lebih mudah tercampur
dengan span 20. Tabel 3. Hasil Pengukuran Efisiensi Penjerapan Konsentrasi Obat Bebas
(ppm) Efisiensi Penjerapan (%)
Transfersom span 20 169,1 89,59 Transfersom span 60 487,8 63,84 Transfersom span 80 345,0 74,80 Uji Indeks Deformabilitas Kemampuan transfersom untuk berdeformasi dipengaruhi oleh penggunaan surfaktan sebagai
edge activator yang mampu mendestabilisasi bentuk vesikel sehingga mampu berdeformasi
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
(Benson, 2006). Ketiga formulasi menggunakan jumlah span yang setara, sehingga hasil
pengukuran indeks deformabilitas pada Tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan kemampuan
berdeformasi yang tidak signifikan. Sedikit perbedaan terjadi akibat perbedaan rata-rata
ukuran partikel transfersom. Transfersom span 20 memiliki ukuran paling kecil dibandingkan
dengan transfersom span 60 dan transfersom span 80. Oleh karena itu, transfersom span 20
cenderung lebih mudah melewati membran polikarbonat dibandingkan dengan transfersom
span 60 dan transfersom span 80. Sementara itu, penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Lin et al., yang membuat transfersom berisi tacrolimus yang menggunakan span 80 sebagai
surfaktan, didapatkan indeks deformabilitas senilai 7,93. Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Indeks Deformabilitas
Indeks Deformabilitas Transfersom Span 20 470.47 Transfersom Span 60 464,27 Transfersom Span 80 415,92
Karakterisasi Morfologi Karakterisasi morfologi transfersom dilakukan menggunakan alat Transmission Electron Microscope dikarenakan sediaan transfersom merupakan suspensi. Karakterisasi menggunakan TEM dilakukan pada transfersom yang menghasilkan jerapan terbesar serta karakterisasi terbaik, yaitu transfersom dengan span 20. Hasil TEM menunjukkan bahwa transfersom span 20 menghasilkan bentuk vesikel yang sferis, tidak rigid, dan memiliki satu lamela (unilamelar).
Gambar 2. Morfologi transfersom span 20 analisa transmission electron microscope
Pembuatan Lipstik Transfersom Pada penelitian ini, dibuat dua formula lipstik. Perbedaan formula 1 dan 2 terletak pada bentuk xanton yang digunakan. Formula 1 menggunakan xanton dalam bentuk serbuk. Sifat serbuk xanton yang semi-hidrofilik membuat xanton sukar larut dalam komponen penyusun sediaan lipstik yang bersifat hidrofobik. Hal ini mengakibatkan massa lipstik formula 1 sulit untuk homogen. Pada formula 2, zat aktif yang digunakan ialah suspensi transfersom xanton yang berwarna putih susu. Penggunaan transfersom xanton mampu menghilangkan masalah homogenitas yang terjadi pada saat membuat formula 1, sehingga pada formula 2, didapat massa lipstik yang homogen. Namun, penggunaan suspensi transfersom yang berwarna putih
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
susu pada formula 2, menyebabkan warna massa lipstik menjadi sedikit lebih muda dibandingkan dengan warna massa lipstik formula 1. Karakterisasi Lipstik Transfersom Evaluasi Penampilan Fisik Sediaan Dilihat dari estetika sediaan meliputi bentuk, warna, dan aroma sediaan. Sediaan formula 1
dan formula 2 memiliki bentuk dan aroma yang serupa, yaitu lipstik dengan wangi vanilin.
Sementara itu, terdapat sedikit perbedaan warna pada kedua sediaan. Sediaan formula 1
berwarna lebih gelap dibandingkan dengan formula 2. Hal ini disebabkan oleh transfersom
yang dimasukkan ke dalam formula dalam bentuk suspensi berwarna putih.
Gambar 3. Penampilan fisik sediaan
Uji Daya Oles Kedua formula memberikan warna yang intesif serta merata saat dioleskan pada kulit. Perbandingan daya oles yang diberikan oleh formula 1 dan formula 2 dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Hasil olesan sediaan (a) formula 1 dan (b) formula 2
Dari gambar, terlihat bahwa sediaan formula 1 memberikan warna yang sedikit lebih intensif dibandingkan dengan hasil olesan formula 2. Hal ini disebabkan oleh penggunaan suspensi transfersom yang berwarna putih susu pada formula 2 yang menyebabkan berkurangnya intensitas warna pada hasil uji daya oles formula 2.
Uji Homogenitas Sediaan
Formula 1 Formula 2
(a) (b)
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Pada formula 1 dan formula 2, ketika dioleskan pada kaca objek, didapatkan susunan yang homogen dan tidak terdapat butiran kasar. Namun, ketika lipstik dipotong secara membujur terlihat bahwa kedua sediaan memiliki tingkat homogenitas yang berbeda. Lipstik formula 2 terlihat lebih homogen dibandingkan dengan formula 1. Hal ini disebabkan oleh serbuk xanton yang bersifat semi-hidrofil sehingga massa yang akan dicetak sulit untuk homogen. Hasil uji homogenitas lipstik dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 5. Hasil uji homogenitas sediaan (a) formula 1 dan (b) formula 2
Uji Konsistensi Sediaan Uji konsistensi dilakukan menggunakan alat penetrometer. Hasil uji konsistensi menunjukkan sediaan formula 1 dan formula 2 berturut-turut adalan 60 (1/10 mm) dan 65 (1/10 mm). Hal ini menandakan bahwa sediaan lipstik memiliki konsistensi yang cukup padat sehingga mudah dioles namun tidak mudah berubah bentuk. Perbedaan konsistensi yang terlihat pada hasil penetrometer disebabkan oleh adanya penambahan suspensi pada formula 2, sehingga lipstik formula 2 lebih lunak dibandingkan dengan formula 1. Uji Iritasi Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Setelah dioleskan pada kulit selama 10 menit, tidak terjadi reaksi iritasi positif yang ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Uji Suhu Lebur Sediaan Suhu lebur sediaan lipstik yang ideal ialah melebihi suhu bibir, yaitu kisaran antara 36 – 38oC. Namun, berdasarkan kondisi lingkungan dan kondisi iklim di Indonesia yang tropis, maka suhu lebur lipstik sebaiknya diatas 42oC. Berdasarkan hasil pengukuran, suhu lebur lipstik formula 1 adalah 54,9°C dan pada formula 2 adalah 53,8°C. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Pengamatan stabilitas fisik dilakukan hanya selama 30 hari akibat keterbatasan waktu. Berdasarkan 30 hari pengamatan, terlihat tidak adanya perubahan bentuk, warna, dan aroma dari sediaan lipstik dengan penyimpanan pada suhu kamar (±25ºC) yang diamati pada hari ke 0, 5. 10, 15, 20, 25, dan 30. Pada hari ke-30, dilakukan uji konsistensi terhadap kedua formula
(a) (b)
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
lipstik. Hasilnya tidak terjadi perubahan konsistensi terhadap formula 1 namun terjadi sedikit penurunan konsistensi terhadap formula 2 menjadi 64 (1/10 mm). Hal ini mungkin terjadi akibat penguapan air:etanol yang ada pada suspensi tranfersom.
Kesimpulan dan Saran Transfersom xanton yang dibuat menggunakan 3 jenis surfaktan non-ionik yang menghasilkan perbedaan hasil yang signifikan. Transfersom dengan span 20 memiliki karakterisasi yang paling baik dengan ukuran partikel rata-rata 563,0 nm, efisiensi penjerapan 89,59 %, dan indeks deformabilitas 47,04. Formulasi lipstik menggunakan transfersom xanton menghasilkan penampilan sediaan yang lebih homogen serta tekstur olesan yang lebih homogen dibandingkan dengan formulasi lipstik menggunakan xanton dalam bentuk serbuk. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji penetrasi serta uji aktivitas antioksidan dari lipstik transfersom xanton dan dibandingkan dengan lipstik yang dibuat menggunakan xanton dalam bentuk serbuk untuk mengetahui keefektifannya dalam mengatasi masalah warna bibir yang gelap. Daftar Referensi Avinash, M. D., Hari, A. M., & Pradeep, N. S. Herbal Lipstick Formulation: A New
Approach. International Journal of Research in Ayuverda & Pharmacy, 2(6), 1795-1797.
Barel, André O., Marc Paye, dan Howard I. Maibach. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York: Informa Healthcare USA, 391-393.
Beckman Coulter. (2008). Delsa™ Nano - The Solution to Your Nanoparticle Size and Zeta Potential Analysis Needs. USA: Beckman Coulter.
Benson, H.AE. (2006). Transfersomes for transdermal drug delivery. Informa Healthcare UK, 1-8.
Cevc, G., & Blume, G. (1992). Lipid Vesicles Penetrate Into Intact Skin Owing To The Transdermal Osmotic Gradients and Hydration Force. Biochim. Biophys. Acta 1104, 226-232.
Chemical Book (2008). Xanthone (90-47-1). Retrieved from http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB3304187_EN.htm.
Deny, Fitra., Lestari, Sri., dan Hakim, Zainal. (2006). Penggunaan Vitamin E dan Vitamin C Topikal dalam Bidang Kosmetik. Majalah Kedokteran Andalas, 41-45.
Direktorat Jenderal POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 83-86; 195-197.
Direktorat Jenderal POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 822; 1032.
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Djajadisastra, Joshita. (November, 2003). Cosmetic Stability. Disampaikan pada “Seminar Setengah Hari HIKI”. Slipi, Jakarta.
Draelos, Zoe Diana. (2010). Cosmetic Dermatology: Products & Procedures. Durham: A John Wiley & Sons, 184-188; 281-284.
Duangjit, Sureewan., Opanasopit, Praneet., Rojanarata, Theerasak., dan Ngawhirunpat, Tanasait. (2013, Maret). Evaluation of Meloxicam-Loaded Cationic Transfersomes as Transdermal Drug Delivery Carriers. AAPS PharmSciTech, 14(1), 133-140.
Girhepunjel, K., Kinikar, D., dan Pal, R. (2014). Transfersomes: A Novel Carrier for Enhancer Dermal Delivery Drug. World Journal of Pharmaceutical Research, 3(2), 2003-2009.
Greenwood, R; Kendall, K (1999). Electroacoustic studies of moderately concentrated colloidal suspensions. Journal of the European Ceramic Society 19 (4): 479–488.
Harborne, J. B. (1987). Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques Of Plant Analysis, 2nd Edition. London: Chapman and Hall, 76-81.
Iswari, Kasma., dan Sudaryono, Tri. (2007). BPTP SUMBAR: 4 Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. Tabloid Sinar Tani.
Kumar, G. P., dan Rao, P. R. (2012). Ultra deformable niosomes for improved transdermal
drug delivery: The future scenario. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences, 7(2),
96–109.
Lauffer, G.I.P. (1985). Lipstick. Cosmetic Science and Technology 2nd ed. New York: Wiley
Interscience.
Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A. (2008). Farmasi Fisik (Yoshita, Penerjemah). (Ed
ke-3). Jakarta: UI Press.
Miryanti, A., Sapei, L, Budiono, K., Indra, S. (2011). Ekstraksi Antioksidan dari Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan.
Mishra, P., & Dwivedi, S. (2012). Formulation and Evaluation of Lipstick Containing Herbal
Ingredients. Asian Journal of Medical and Pharmaceutical Researches, 2(3), 58–60.
Molyneux, P. (2003). The use of stable free radical diphenilpicryl-hydrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant activity. Songklanarin J. Sci. Tech., 26.Moore, Wilkinson.
(1982). Harry’s Cosmeticology (7th ed.). George London: Godwin, 3-6, 247-254.
Risnawati, Nazliniwaty, & Purba, D. (2012). Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Biji
Coklat ( Theobroma cacao L . ) Sebagai Pewarna Formulation Of Lipstick Using
Cacao Seeds Extract ( Theobroma cacao L .) As Colorant. Journal of Pharmaceutics
and Pharmacology, 1(1), 78–86.
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015
Sahu, G. S., Sahu, S., Sharma, H., Dewangan, M. K., & Sinha, D. (2014). Formulation and characterization of herbal lipsticks containing Beta vulgaris Linn. International Journal of Pharmaceutical and Biomedical Research, 5(4), 90–93.
Sharad, Jaishree. (2014). Skin Talks: Secrets to glowing skin for men and women. India: Random House India.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., & Joshi, H. (2011). Formulation and evaluation of
herbal lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research, 1(1), 18-
19.
Formulasi lipstik ..., Afifah Thohiroh, FFAR UI, 2015