Format Standar Makalah

13
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Miastenia gravis merupakan penyakit kelemahan otot yang dapat dijumpai pada anak, orang dewasa, dan pada orang tua. Sindrom klinis ini dikemukakan pertama kali pada tahun 1600. Pada akhir tahun 1800an miastenia gravis mulai dibedakan dari kelemahan otot akibat paralysis bulbar. Pada tahun 1920 seorang dokter yang menderita miastenia gravis merasa ada perbaikan sesudah ia meminum obat efedrin yang ditujukan untuk mengatasi kram menstruasi. Akhirnya pada tahun 1934 Mary Walker, seorang dokter dari Inggris melihat adanya gejala-gejala yang serupa antara miastenia gravis dan keracunan kurare. Mary Walker menggunakan antagonis kurare yaitu fisostigmin untuk mengobati miastenia gravis dan ternyata ada kemajuan-kemajuan yang nyata. Miastenia gravis banyak timbul antara umur 10-30 tahun. Pada umur dibawah 40 tahun miastenia gravis lebih banyak dijumpai pada wanita. Sementara itu diatas 40 tahun lebih banyak pada pria

description

Format Standar Makalah

Transcript of Format Standar Makalah

Page 1: Format Standar Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Miastenia gravis merupakan penyakit kelemahan otot yang dapat

dijumpai pada anak, orang dewasa, dan pada orang tua.

            Sindrom klinis ini dikemukakan pertama kali pada tahun 1600. Pada

akhir tahun 1800an miastenia gravis mulai dibedakan dari kelemahan otot

akibat paralysis bulbar. Pada tahun 1920 seorang dokter yang menderita

miastenia gravis merasa ada perbaikan sesudah ia meminum obat efedrin yang

ditujukan untuk mengatasi kram menstruasi. Akhirnya pada tahun 1934 Mary

Walker, seorang dokter dari Inggris melihat adanya gejala-gejala yang serupa

antara miastenia gravis dan keracunan kurare. Mary Walker menggunakan

antagonis kurare yaitu fisostigmin untuk mengobati miastenia gravis dan

ternyata ada kemajuan-kemajuan yang nyata.

            Miastenia gravis banyak timbul antara umur 10-30 tahun. Pada umur

dibawah 40 tahun miastenia gravis lebih banyak dijumpai pada wanita.

Sementara itu diatas 40 tahun lebih banyak pada pria (Harsono, 1996).

Insidens miastenia gravis di Amerika Serikat sering dinyatakan sebagai 1

dalam 10.000. Tetapi beberapa ahli menganggap angka ini terlalu rendah

karena sesungguhnya banyak kasus yang tidak pernah terdiagnosis

(Patofisiologi, 1995).

            Tingkat kematian pada waktu lampau dapat sampai 90%. Kematian

biasanya disebabkan oleh insufisiensi pernafasan. Jumlah kematian telah

berhasil dikurangi secara drastic sejak tersedia obat-obatan serta unit-unit

perawatan pernapasan. Remisi spontan dapat terjadi pada 10% hingga 20%

pasien dan dapat dicapai dengan melakukan timektomi elektif pada pasien-

pasien tertentu. Yang paling cocok untuk menjalani cara ini adalah wanita

Page 2: Format Standar Makalah

muda yang masih dini keadaannya (5 tahun pertama setelah awitan) dan tidak

berespon baik dengan pengobatan.

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENULISAN

Page 3: Format Standar Makalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi

neuromuskuler pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang

(volunteer) . Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan

dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter dan hal itu

dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial (Brunner and Suddarth 2002).

Myasthenia gravis adalah gangguan neuromuskuler yang

mempengaruhi transmisi impuls pada otot-otot volunter tubuh (Sandra M.

Neffina 2002).

Myasthenia gravis merupakan kelemahan otot yang parah dan satu-

satunya penyakit neuromuskular dengan gabungan antara cepatnya terjadi

kelelahan otot-otot volunter dan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu

10-20 kali lebih lama dari normal) (Price dan Wilson, 1995).

B. ETIOLOGI

Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan

transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf

dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel

globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan

motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh dibebaskan

yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan ACh

Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik.

Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan

menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian

terjadilah kontraksi otot. Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler

pada Miastenia gravis tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada Miastenia gravis

Page 4: Format Standar Makalah

terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori

terakhir, faktor imunologik yang berperanan.

C. MANIFESTASI KLINIS

a.     Kelemahan otot ekstrim dan mudah mengalami kelelahan

b.    Diplobia (penglihatan ganda)

c.     Ptosis (jatuhnya kelopak mata)

d.    Disfonia (gangguan suara)

e.    Kelemahan diafragma dan otot-otot interkosal progressif     menyebabkan

gawat napas.

D. PATOFISIOLOGI

Dalam kasus Myasthenia Gravis terjadi penurunan jumlah Acetyl

Choline Receptor (AChR). Kondisi ini mengakibakan  Acetyl Choline(ACh) 

yang tetap dilepaskan dalam jumlah normal tidak dapat mengantarkan

potensial aksi menuju membran post-synaptic. Kekurangan reseptor dan

kehadiran ACh yang tetap pada jumlah normal akan mengakibatkan

penurunan jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu. inilah

yang kemudian menyebabkan rasa sakit pada pasien. 

Pengurangan jumlah AChR ini dipercaya disebabkan karena proses

auto-immun di dalam tubuh yang memproduksi anti-AChR bodies, yang dapat

memblok AChR dan merusak membran post-synaptic. Menurut Shah pada

tahun 2006, anti-AChR bodies ditemukan pada 80%-90% pasien Myasthenia

Gravis. Percobaan lainnya, yaitu penyuntikan mencit dengan Immunoglobulin

G (IgG) dari pasien penderita Myasthenia Gravis dapat mengakibatkan gejala-

gejala Myasthenic pada mencit tersebut, ini menujukkan bahwa faktor

immunologis memainkan peranan penting dalam etiology penyakit ini.

Alasan mengapa pada penderita Myasthenia Gravis, tubuh menjadi

kehilangan toleransi terhadap AChR sampai saat ini masih belum diketahui.

Sampai saat ini, Myasthenia Gravis dianggap sebagai penyakit yang

disebabkan oleh sel B, karena sel B lah yang memproduksi anti-AChR bodies.

Page 5: Format Standar Makalah

Namun, penemuan baru menunjukkan bahwa sel T yang diproduksi oleh

Thymus, memiliki peranan penting pada patofisiologis penyakit Myasthenia

Gravis. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penderita Myasthenic

mengalami hiperplasia thymic dan thymoma.

E. PATHWAYS

-

F. KOMPLIKASI

Krisis miasthenic merupakan suatu kasus kegawat daruratan yang

terjadi bila otot yang mengendalikan pernapasan menjadi sangat lemah.

Kondisi ini dapat menyebabkan gagal pernapasan akut dan pasien seringkali

membutuhkan respirator untuk membantu pernapasan selama krisis

berlangsung. Komplikasi lain yang dapat timbul termasuk tersedak, aspirasi

makanan, dan pneumonia. Faktor-faktor yang dapat memicu komplikasi pada

pasien termasuk riwayat penyakit sebelumnya (misal, infeksi virus pada

pernapasan), pasca operasi, pemakaian kortikosteroid yang ditappering secara

cepat, aktivitas berlebih (terutama pada cuaca yang panas), kehamilan, dan

stress emosional.

1.      Gagal nafas

2.      Disfagia

3.      Krisis miastenik

4.      Krisis cholinergic

5.      Komplikasi sekunder dari terapi obat

Penggunaan steroid yang lama:

·         Osteoporosis, katarak, hiperglikem

·         Gastritis, penyakit peptic ulcer

·         Pneumocystis carinii

Page 6: Format Standar Makalah

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Test serum anti bodi resptor ACh yang positif pada 90% pasien.

b. Test tensilon : injeksi iv memeperbaiki respon motorik sementara dan

menurunkan gejala pada krisis miastenik untuk sementara waktu

memperburuk gejala-gejala pada krisis kolinergik.

c. Test elektro fisiologis untuk menunjukan penurunan respon rangsangan

saraf berulang.

d. CT dapat menunjukan hiperplasia timus yang dianggap menyebabkan

respon autoimun.

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui pemberian obat

antikolinestrase dan mengurangi serta membuang antibodi yang bersikulasi

a.     Obat Anti Kolinestrase

piridostigmin bromide (mestinon), ambenonium klorida (Mytelase),

neostigmin bromide (Prostigmin). diberikan untuk meningkatkan respon otot

terhadap impuls saraf dan meningkatkan kekuatan otot, hasil diperkirakan

dalam 1 jam setelah pemberian.

b.    Terapi Imunosupresif

ditujukan pada penurunan pembentukan antibody antireseptor atau

pembuangan antibody secara langsung dengan pertukaran plasma.

kortikostreoid menekan respon imun, menurunkan jumlah antibody yang

menghambat pertukaran plasma (plasmaferesis) menyebabkan reduksi

sementara dalam titer antibodi. Thimektomi (pengangkatan kalenjer thymus

dengan operasi) menyebabkan remisi subtansial, terutama pada pasien dengan

tumor atau hiperlasia kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer

timus. kalenjer timus.

Page 7: Format Standar Makalah

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Miastenia gravis adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai

kelemahan dan kelelahan otot yang bersifat progresif, dimulai dari otot mata

dan berlanjut keseluruh tubuh hingga ke otot pernapasan.

2. Miastenia gravis disebabkan oleh kerusakan reseptor asetilkolin pada

hubungan neuromuskular akibat penyakit otoimun.

3. Gejala utama miastenia gravis adalah kelemahan otot setelah mengeluarkan

tenaga yang sembuh kembali setelah istirahat.

4. Diagnosis miastenia gravis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan

gambaran klinis, serta tes diagnostik yang terdiri atas: antibodi anti-reseptor

asetilkolin, antibodi anti-otot skelet, tes tensilon, foto dada, tes wartenberg,

dan tes prostigmin.

5. Pengobatan miastenia gravis adalah dengan menggunakan obat-obat

antikolinesterase yang kerjanya menghancurkan asetilkolin.

B. SARAN

Page 8: Format Standar Makalah

DAFTAR PUSTAKA

De Belto, Dasto. 2010. ASKEP Myasthenis Gravis.

http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/myasthenia-gravis.html. Diakses    tanggal

29 Oktober 2011

http://medlinux.blogspot.com/2009/02/miastenia-gravis.html. Miastenia Garvis.     

Diakses tanggal 29 Oktober 2011

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Qittun. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Miastenia Gravis.       

http://qittun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-   miastenia.html .

Diakses tanggal 29 Oktober 2011

Miastenia gravis pada anak diklasifi kasikan sebagai berikut :

1. Miastenia gravis kongenital

Biasanya pada usia kurang dari 2 tahun memiliki pola familial serta

tidak berespons terhadap terapi steroid. Jenis ini jarang dijumpai.

2. Miastenia gravis juvenile

Biasanya terjadi setelah usia 5 tahun,tidak memiliki pola familial dan memiliki

karakteristik mekanisme autoimun.

3. Miastenia gravis neonatal

Onset paling cepat timbul dalam beberapa

jam setelah kelahiran. Beberapa kasus dilaporkan

dalam 1 hari, paling lambat

dalam 3 hari. Merupakan miastenia gravis

yang didapat dari seorang ibu penderita

Page 9: Format Standar Makalah

miastenia gravis, bersifat self-limited atau

sementara, karena hanya disebabkan oleh

transfer antibodi terhadap reseptor asetilkolin

maternal melalui plasenta. Remisi sempurna

lebih banyak didapatkan pada jenis ini.

Berdasarkan lokasinya, miastenia gravis

terdiri dari tipe okuler dan tipe generalisata.

Klasifi kasi lain miastenia gravis, yaitu tipe

asetilkolin dan tipe muskarinik.1