forensikp

49
Pembunuhan Anak Sendiri Silvya Witarsih 102012520 B.8 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jalan Arjuna Utara No 6 – Jakarta Barat 11470 silviiy @iCloud.com Pendahuluan Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalahkarena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak. 1 Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasantumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun). Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaanasfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan. 1 Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas 1

description

tes

Transcript of forensikp

Pembunuhan Anak Sendiri

Silvya Witarsih102012520B.8Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat [email protected](PAS)adalahmerupakansuatubentukkejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalahkarena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak.1 Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahundilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasantumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7tahun).Cara yang paling sering digunakan dalam kasus PAS adalah membuat keadaanasfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.1Pembunuhan Anak sendiri (PAS) menurut undang-undang di Indonesia adalahpembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Pada Tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologik ibu yang baru melahirkan diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan sadar yang penuh, dan belum sempat timbul rasa kasih sayang.

PembahasanSkenario :Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyrakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan yang mengehentikan mobilnya didekat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa. Pembunuhan Anak Sendiri.1Menurut undang-undang di Indonesia, pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa saat setelah dilahirkan karne atkut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.Aspek hukumnya tercantum didalam :1. Pasal 341 : seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.2. Pasal 342 : seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lema kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri dengan rencana pidana penjara paling lama 9 tahun.3. Pasal 343 : bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangan dalam pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.4. Pasal 181: barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana menjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.5. Pasal 304 : Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 6. Pasal 305 : Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 7. Pasal 306 : (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancamdengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan.(2) Jika mengakibatkan kematian pidana penjara paling lama sembilan tahun. 8. Pasal 307 : Jika yang melakukan kejahatan berdasarkan pasal 305 adalah bapak atau ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan sepertiga. 9. Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orm t t lahiran anaknya, tidak lama sesudah melharkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, maka maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.Prosedur Medikolegal.1,2Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum, yang secara garis besar mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.Adapun prosedur mediko legal ialah sebagai berikut :1. Penemuan2. Pelaporan3. Penyelidikan4. Penyidikan meminta pendapat ahli 5. Berkas perkara6. Penuntutan7. Persidangan8. VonisDalam prosedur medikolegal terdapat peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban dokter membantu peradilan yaitu: 1. Pasal 133 KUHAP(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.2. Pasal 179 KUHAP(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keteranagn ahli demi keadilan.Sanksi bagi pelanggar kewajiban:1. Pasal 216 KUHP(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.2. Pasal 222 KUHPBarang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3. Pasal 224 KUHP Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli, atau juru bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus melakukannya:(1) Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamaya 9 bulan.(2) Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Keterangan Palsu:1. Pasal 267 KUHP(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.2. Pasal 7 KODEKI Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.Faktor penting dalam kasus pembunuhan.3Ada 3 faktor penting dalam kasus pembunuhan anak sendiri yaitu :1. Ibu : hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri, sedangkan jika orang lain yang melakukan atau turut ikut melakukan, hukumannya lebih berat yaitu penjara 15tahun (pasal 338 : tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur hidup atau hukuman mati (pasal 339 dan 340 : dengan rencana).2. Waktu3. Psikis : biasanya ibu yang membunuh anaknya karena ada dorongan rasa takut akan diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan dan biasanya anak yang dibunuh adalah hasil dari hubungan yang tidak sah.Pada pemeriksaan, yang perlu didiperhatikan beberapa hal yaitu:1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidupUntuk melihat apakah bayi dilahirkan mati atau hidup dapat dilihat seperti : Tanda-tanda maserasi atau aseptic decomposition (8-10hari kematian) : adalah proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar kedalam. Ditandai dengan adanya bau ketuban, dada datar, tulang tengkorak overlapping, adanya bula atau vesikel pada kulit (3-4hari), organ dalam keadaan basah, tidak membusuk, sendi dan tungkai lunak sehingga adanya hiperekstensi, akan terbentuk litopedion. Lihat pengembangan dada : bila ia lahir mati, dada belum mengembang atau masih datar dan letak diafrgma masih setinggi iga ke 3-4. Bila lahir hidup, diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5. Pemeriksaan makroskopik paru : bila bayi lahir mati, paru-paru mungkin masih tersembunyi dibelakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada, peru-paru berwarna kelabu unggu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura yang longgar, berat paru 1/70xBB. Bila lahir hidup, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, paru-paru berwarba merah muda dengan pleura yang tengang, konsistensi seperti spons, teraba derik udara berat paru bertambah 2x atau kira-kira 1/35xBB Uji apung paru : bila bayi lahir hidup, uji apung paru mendapatkan hasil positif, bila negative maka diperlukan pemerikasaan mikroskopik paru. Pemerikasaan mikroskopik paru : pada bayi lahir hidup, alveoli paru mengembang sempurna dan pada pewarnaan gomori atau ladewig, serabut retikulin akan tampak menegang, kadang-kadang ditemukan edema yang luas dalam jaringan paru, membrane duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru atau atelektasis paru akibat adanya obstruksi. Adanya udara dalam saluran cerna : bila ada udara dalam duodenum atau saluran cerna menunjukkan telah hidup 6-12 jam, bila dalam usus berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi dapat menjadi positif palsu karena ada kemungkinan adanya pernapasan buatan atau gas pembusukan.2. Berapakah umur bayi tersebut(intra dan ekstrauterin).3. Apakah bayi cukup bulan, premature atau nonviable.4. Apakah ada tanda-tanda kekerasan : tanda-tanda kekerasan seperti tanda pembekapan disekitar mulut dan hidung, memar pada mukosa bibir dan pipi, jejas jerat pada leher atau pada tengkuk.5. Apakah penyebab kematiannyaPenyebab tersering adalah karena adanya asfiksia atau mati lemas akibat pembekapan, penyumbatan salruran nafas, pencekikan, penjeratan, penekanan pada dada, pengenggelaman, kekerasan tumpul ataupun tajam. Jika disebabkan karena asfiksia maka pada pemeriksaan bisa didapatkan adanya tardieu spot atau bintik perdarahan. Selain itu dapat dikarenakan adanya trauma saat persalinan seperrti fraktur tulang tengkorak, perdarahan subdural, perdarahan intracranial ataupun perdarahan epidural.6. Apakah Golongan darahnya7. Apakah bayi sudah dirawat atau belum Tali pusat : bila bayi telah dirawat biasanya tali pusat yang digunting atau dipisau akan telihat ujung yang terpotong rata, sedang bila belum dirawat atau jika terjadi kematian akibat terjadinya partus presipitatus maka akan terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung tali pusatnya yg terlihat tidak rata Verniks kaseosa (lemak bayi) : pada bayi yang telah dirawat biasanya telah bersih dari lemak bayi dan bekas-bekas darah, bila bayi belum dirawat maka akan masih dapat ditemukan didaerah lipatan kulit. Pakaian.

Langkah Pemeriksaan.2,3a Pemeriksaan Mayat BayiPemeriksaan Luar1. Bayi cukup bulan, prematur, atau non viable2. Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau tidak3. Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air), apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematom atau Whartons Jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi.4. Kepala, apakah ada kaput seksedaneum, molase tulang tengkorak5. Tanda kekerasan. Perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta memar pada mukosa bibir dan pip, tanda pencekikan atau jerat pada leher, memar atau lecet pada tengkuk, dan lain-lain.6. Mulut, adakah benda asing yang menyumbat dan perhatikan palatum mole apakah terdapat robekan.Pemeriksaan Dalam1. Leher, pada pembedahan adakah tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam jalan napas.2. Rongga dada. Pengeluaran organ rongga mulut, leher dan dada dilakukan dengan teknik tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu paru difiksasi dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada paru yang lain dilakukan uji apung paru.3. Tanda asfiksia berupa Tardieus spot pada permukaan paru, jantung, timus dan epiglotis.4. Tulang belakang, apakah terdapat tanda kekerasan dan kelainan kongenital.5. Pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus talus dan kuboid diperhatikan. b Untuk menentukan bayi lahir sudah dirawat atau belum dilihat dari :1. Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh bayi.2. Verniks kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.3. Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.

c Untuk menentukan umur bayi intra dan ekstra-uterinPenentuan umur janin/embrio dalam kandungan menggunakan rumus De Haase untuk usia lebih dari 5 bulan yaitu (panjang badan/5)x4 minggu, sedangkan untuk usia kurang dari 5 bulan adalah panjang badan

Untuk menentukan viable.3Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan (kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000 gram, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Untuk menentukan bayi cukup bulan atau tidak1. Bayi cukup bulan bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala-tungging 30-33 cm, berat badan 2500-3000 gram dan lingkar kepala 33 cm.2. Ciri-ciri lain bayi cukup bulan adalaha. Lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahub. Pembentukan tulang rawan telinga telah sempurnac. Diameter tonjolan susu 7 mm atau lebihd. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jarie. Garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kakif. Testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia mayora yang telah berkembang sempurnag. Kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan (pada kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat kehitam-hitamanh. Lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput

d Lahir Mati atau Lahir HidupLahir Mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka. Tanda maserasi adalah proses pembusukan intrauterin yang berlangsung dari luar ke dalam dan baru terlihat setelah 8-10 hari kematian inutero. Bila kematian baru 3 atau 4 hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan kemerahan. Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma setinggi iga ke -4. Sukar dinilai bila mayat telah membusuk. Pemeriksaan makroskopik paruParu-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik udara dan pleura longgar (slack pleura). Berat paru kira-kira 1/70 x berat badan. Uji apung paruUji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila pada potongan kecil paru tetap mengapung, letakkan di antara 2 karton dan ditekan untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air. Bila masih mengapung berarti masih berisi udara residu yang tidak akan keluar. Pada bayi lahir mati akan memberikan hasil uji apung paru negatif (tenggelam)

Mikroskopik paru-paruSetelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah di fiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig. Tanda khas untuk paru bayi belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah.Lahir Hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan. Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup. Pemeriksaan makroskopik paruParu sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut pleura), dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru kanan paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling minimal. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara. Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru. Uji apung paru memberikan hasil positif (Hasil negatif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik paru). Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut retikulin akan tampak tegang. Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilijat dengan foto rontgen.

Tanatologi .1,4Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensic yang memperlajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta factor yang mempengaruhi perubahan tersebut.Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatic (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati sereberal dan mati otak (mati batang otak).Mati somatic (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, system kardiovaskular dan system pernafasan, yang menetap (irreversibel). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga system kehidupandi atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga system tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasuskeracunan obat tidur, tersenggat aliran listrik dan tenggelam.Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatic. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.Sebagai gamabaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam waktu 4 menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) kira-kira 2 jam pasca mati, dan mengalami mati seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 % kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostigmin 0,5 % akan mengakibatkan miosis hingga 20n jam pasca mati.Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paca mati dengan cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 % atau asetilkolin 20 %; spermatozoa masih bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis; kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati.Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu system pernafasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neural intracranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera.A. Tanda kematian tidak pasti1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lenih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama15 menit, nadi karotis tidak teraba.3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi daro otot-otot wajah mrnyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerahbelikat dan bokong pada mayat yang terlentang.5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

B. Tanda pasti kematiana. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisis yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Setelah waktu ini, lebam mayat masih hilang (memucat) Pada penekanan dan dapat berpindah jika posis mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih cukup mengalirdan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang terbaru. Kadang-kadang dijumpai bercak perubahan warna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah merah dalam jumlah yang cukup banyaksehingga sulit untuk berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut.Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk labam mayat baru di daerah dada dan perut.Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut.Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan. Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.b. Kaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayai ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekkan otot.Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk badan tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian.Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat:1. Cadaveric spasm(instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh ralaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi pada masa perang. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan flexi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab dan cara kematian.3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi.Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurvas sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran, dan kelembapan udara, bentuk tubuh, posis tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu tubuh akan lebih capat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembapan rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada umumnya orang tua serta anak kecil.

Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan sebagai hasil dari penelitian di negara barat, namun ternyata sukar dipakai dalam praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas berbeda pada setiap kasus, lokasi, cuaca, dan iklim.Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare (1962) yang dapat dibuat dari hasil penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu lingkungan 15,5 derajat celcius, yaitu penurunan suhu dengan kecepatan 0,55 derajat celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat celcius tiap jam pada 6 jam berikutnya, dan kira-kira 0,8 derajat celcius tiap jam pada periode selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Penggunaan formula ini harus dilakukan deng hati-hati mengingat suhu lingkungan di Indonesia biasanya lebih tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui pengukuran suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP), Caranya adalah dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat mati dianggap 37 derajat celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat celcius tidak mengakibatkan perubahan yang bermakna. Dari angka-angka diatas, dengan menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna pengitungan saat mati melalui cara ini.d. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakkan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaaan steril. Autolisis timbulk akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2s, dan HCN serta asam amino dan asam lemak.Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dengan dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk.Pembentukkan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini akan menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longggar, seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic atitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga sendi.Selanjutnya, rambut dengan mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkan dan sering terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukkan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata, sudut mata, lubang hidung, dan diantara bibir. Telur lalat tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tdak lagi dapat mengusir lalat yang hinggap).Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang berbeda. Perubahan warna yang terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus, menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan, endokardium dan intima pembuluh darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah. Difusi empedu dari kandung empedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya. Otak melunak, hati menjadi berongga seperti spons, limpa melunak dan m udah robek. Kemudian alat dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan terhadap perubahan pembusukan.Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26,5 derajat celcius hingga sekitar suhu normal tubuh), kelembapan dan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat dapat juga berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan yang terdapat dalam air atau dalam tanah. Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah : air : udara adalah 1 : 2 : 8. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.e. Adiposera atau lilin mayat. Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena menunjukkan sifat-sifat diantara lemak dan lilin.Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan kristal-kristal sferis dengan gambaran radial (Evans,1962). Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter.Adiposera dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan.Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit.Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat akan mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan mempercepat pembentukannya.Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0,5% asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi jelas secara makroskopis sebagai bahan berwarna putih kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannyaa sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.

f. Mummifikasi. Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang baik, tubuhyang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.C. Perkiraan saat kematianSelain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati.1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati.Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati.Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi.Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar makula yang menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat.Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning-kelabu.Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.2. Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat digunakan untuk memberi petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut 0,4mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat digunakan untuk memeprkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.4. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertmbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1mm/ hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.5. Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.6. Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar Kalium yang cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24 jam hingga 100 jam pasca mati.7. Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya. Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati.Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.8. Reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama dengan reaksi tubuh seseorang yang hidup.Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.

Asfiksia Mekanik.1Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 1 Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas : Pembekapan (smothering) Penyumbatan (Gagging dan choking) Penekanan dinding saluran pernapasan : Penjeratan (strangulation) Pencekikan (manual strangulation, throttling) Gantung (hanging) Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik) Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase, yaitu :1. Fase dispneaPenurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.2. Fase konvulsiAkibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.3. Fase apneaDepresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.4. Fase akhirTerjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti.Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

Pemeriksaan Jenazah.5Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku. Perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir. Tingginya fibrinolisin ini sangat berhubungan dengan cepatnya proses kematian.Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.Gambaran perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahanyang dinamakan sebagai Tardieus spot.Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.

Pemeriksaan Bedah Jenazah.5Kelainan yang umum ditemukan pada pembedahan jenazah korban mati asfiksia adalah:1. Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca mati.2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.3. Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis). Visum et Repertum.2Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :1. Kata Pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.2. Bagian Pendahuluan. Kata Pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidikpemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.3. Bagian Pemberitaan, Bagian ini berjudul Hasil pemeriksaan: dan berisi hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat-dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 1

Pembahasan kasus A. Pemeriksaan Terhadap Mayat Bayi dan Interpretasi TemuanBayi ditemukan pagi hari dalam keadaan meninggal, di tempat pembuangan sampah, di dalam kardus, ditutupi kain panjang berwarna coklat.

Pemeriksaan luar Ukur panjang bayiDengan menggunakan rumus De Haase dapat memperkirakan usia bayi dalam kandungan.Diukur Panjang Bayi = 51 cm. (Panjang Bayi/5) x 4 minggu = (51 cm/5) x 4 minggu = 40 minggu. Bayi sudah cukup bulan dalam kandungan. Berat Badan bayi2800 gram. Bayi lahir dengan berat badan normal. Panjang kepalatumit 49 cm Lingkar kepala frontooccipital 33 cm. Batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk. Rawan telinga sudah terbentuk sempurna. Puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter 7 mm. Kuku jari tangan sudah melewati ujung jari. Garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi 2/3 bagian. Testis sudah turun sempurna. Rambut kepala, masingmasing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat. Jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan 2 cm. Processus xyphoideus membengkok ke dorsal. Alis mata sudah lengkap, bagian lateralnya sudah jelas.Kesimpulannya bahwa mayat bayi ini lahir viable (keadaan bayi yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya) dengan cukup bulan dan matur. Bayi tidak berpakaian, hanya ditutupi dengan kain panjang berwarna coklat. Berlumuran darah dan lendir. Terdapat vernix caseosa/lemak bayi pada lipat leher, ketiak, lipat lengan dan paha, belakang telinga. Tali pusat masih berhubungan dengan plasenta. Terdapat meconium. Kesimpulannya mayat bayi ini setelah dilahirkan tidak ada terdapat tandatanda perawatan. Mayat bayi ditemukan sianosis pada bibir, ujungujung jari, dan kuku. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut. Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi. Kesimpulannya mekanisme kematian pada bayi ini adalah asfiksia (mati lemas) dengan sebab kematian pembekapan. Pemeriksaan dalam Ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 5. Pemeriksaan makroskopik paru ditemukan paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Terdapat petekiae/ Tardieus spot di subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika. Uji apung paru memberikan hasil positif. Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna. Udara dalam saluran cerna terdapat di dalam usus halus. Kesimpulannya mayat bayi ini lahir hidup.

Pemeriksaan Terhadap Wanita yang Dicurigai Sebagai Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri dan Interpretasi Temuan.6Pemeriksaan yang membuktikan bahwa wanita ini memang baru saja melahirkan. Buah dada wanita membesar. Rahim masih membesar. Keluar cairan kemerahan dari vagina (lochia). Adanya tandatanda nifas. Dipemeriksaan laboratorium, hCG masih diatas normal sampai 4 minggu setelah melahirkan.Pemeriksaan Untuk Membuktikan Ada atau Tidaknya Hubungan Antara Mayat Bayi Dengan Wanita Pemeriksaan yang membuktikan adanya hubungan antara wanita tersebut dengan mayat bayi yang diketemukan.1 Pemeriksaan golongan darah mayat bayi: didapatkan hasil golongan darah B Pemeriksaan golongan darah wanita tersangka: didapatkan hasil golongan darah OPemeriksaan golongan darah ini tidak bermakna bila tidak diperiksa juga golongan darah dari lakilaki yang menyebabkan kehamilan pada wanita ini. Pemeriksaan DNA.1Dari hasil DNA didapatkan bahwa mayat bayi ini memiliki kecocokan pita dengan pita DNA wanita yang dicurigai sebagai pelakunya.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAANBagian Ilmu Kedokteran ForensikFakultas Kedokeran Universitas Krida WacanaJl. Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat Telp 021 56942061

Nomor: 3456-SK III/2345/16/10 Jakarta, 01 Desember 2013Lamp.: Satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------Perihal: Hasil Pemeriksaan Pembedahan--------------------------------------------------------- atas bayi X----------------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIAVisum Et RepertumYang bertanda tangan di bawah ini, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta Barat, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta No.Pol : B/789/VR/IX/08/Serse tertanggal 1 desember 2013, maka pada tanggal satu desember dua ribu tiga belas, pukul sebelas pagi Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah: Nama: bayi X--------------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin: Laki-laki-----------------------------------------------------------------------------Umur: ----------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan: ---------------------------------------------------------------------------------------Agama:----------------------------------------------------------------------------------------Alamat :----------------------------------------------------------------------------------------Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.--------------------------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan ------------------------------------------------------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar----------------------------------------------------------------------------------1. Mayat di dalam kardus ditutupi dengan sehelai kain panjang berwarna coklat dalam keadaan meninggal, tidak berpakaian, adanya meconium yang keluar dan tali pusat masih terhubung dengan ariari bayi------------------------------------------------------------------------2. Pemeriksaan antropometrik mayat didapatkan panjang bayi adalah lima puluh satu sentimeter, berat badan bayi adalah dua ribu delapan ratus gram, panjang kepala sampai tumit adalah empat puluh Sembilan sentimeter, dan lingkar kepala adalah tiga puluh tiga sentimeter-----------------------------------------------------------------------------------------------3. Pemeriksaan luar ditemukan batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk, rawan telinga sudah terbentuk sempurna, puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter tujuh milimeter, kuku jari tangan sudah melewati ujung jari, garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi dua pertiga bagian, buah zakar sudah turun sempurna, rambut kepala masingmasing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan dua sentimeter, taju pedang membengkok ke dalam, alis mata sudah lengkap, bagian ujungnya sudah jelas-----------------------------------4. Ditemukan bibir yang berwarna biru, ujungujung jari dan kuku yang berwarna biru------5. Terdapat memar pada mukosa bibir dan pipi------------------------------------------------------

II. Pemeriksaan Dalam----------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan dalam, ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga lima, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, terdapat bintikbintik perdarahan di kantong paru terutama di bagian bawah paru dekat diafragma, uji apung paru memberikan hasil positif, pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna, terdapat udara di dalam usus halus-----------------------------------------------------------------------------------------------------

III. Pemeriksaan Laboratorium------------------------------------------------------------------------Golongan darah mayat bayi adalah B---------------------------------------------------------------Pemeriksaan DNA menunjukkan kecocokan pada salah satu pita DNA antara ibu dan bayi laki-laki tersebut.--------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan Pada pemeriksaan mayat bayi lakilaki ini didapatkan bergolongan darah B, cukup bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda perawatan setelah dilahirkan-----------------------------------------------------------------------------------------------Berdasarkan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang dilakukan pada mayat bayi bahwa penyebab kematian adalah pembekapan yang mengakibatkan asfiksia----------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP----------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Donny

Kesimpulan Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat tanda-tanda pasti kematian pada bayi laki-laki tersebut. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam, menunjukkan bayi sempat hidup sekitar 2 jam setelah dilahirkan dan ditemukan adanya tanda-tanda pembekapan. Kematian diperkirakan kurang lebih 11 jam sebelum pemeriksaan dilakukan. Hal ini mengarahkan pada kasus pembunuhan anak sendiri.

Daftar Pustaka1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11, 25-36,55-70,165-76.2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. p. 11-25, 40.3. Afandi D, Swasti D, dkk. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) dengan Kekerasan Multipel. Maj Kedokt Indon 2008, Vol 5, No.9.p.254. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008. pg: 168-715. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 55.6. Benson RC, Pernoll ML. BS obstetri dan ginekologi ed 9. Jakarta: EGC; 2009.h.655-65

1