FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

14
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012 23 FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU CEMARA BESAR DAN CEMARA KECIL KEPULAUAN KARIMUNJAWA JAWA TENGAH Oleh Luli Gustiani dan Delyuzar Ilahude Puslitbang Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung Diterima : 08-07-2011 Disetujui :12-03-2012 S A R I Kepulauan Karimunjawa memiliki nilai konservasi yang tinggi karena kelimpahan, keragaman jenis dan ekosistemnya. Degradasi terumbu karang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Penelitian foraminfera ini dilakukan di sekitar Pulau Cemara Besar dan Cemara Kecil dengan mengambil contoh sedimen dasar laut di dua puluh enam titik lokasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kelayakan lingkungan terhadap pertumbuhan terumbu karang berdasarkan komposisi foraminifera bentik yang terdapat di Pulau Cemara Besar dan Pulau Cemara Kecil. Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan kelimpahan foraminifera bentik dengan menghitung FORAM (Foraminifera inReef Assessment and Monitoring) Index. Pengambilan contoh sedimen untuk memperoleh sampel foraminifera yang dilakukan dengan penyelaman dan sebagian dengan menggunakan pemercontoh comot. Secara umum, perairan di sekitar Pulau Cemara Besar sangat kondusif untuk pertumbuhan terumbu karang dengan nilai FORAM Index FI > 5. Foraminifera bentik yang mendominasi adalah Amphistegina, Calcarina, Streblus dan Reusella. Di bagian barat dan baratlaut Pulau Cemara Kecil, kelimpahan foraminifera bentik sangat rendah, dan juga memperlihatkan ornamentasi cangkang yang tidak jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kedua daerah ini kondisi lingkungan terumbu sudah mulai terganggu. Kondisi terganggu ini didukung oleh dominannya jenis Streblus yang biasanya merupakan indikator lingkungan yang berenergi tinggi, serta hadirnya jenis-jenis opportunistic lainnya seperti Pseudorotalia dan Elphidium. Kata kunci : Foraminifera, FORAM Index, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Kepulauan Karimunjawa. ABSTRACT Karimun Islands has high conservation value due to the abundance, diversity of types and only recently. Degradation of coral reefs would indirectly affect the balance of the ecosystem around it. The research was carried out in the vicinity of foraminfera Cemara Besar Island and Cemara Kecil Island by taking samples of the seabed sediments in twenty-six point location. The purpose of the research to determine the level of environmental worthiness against the growth of coral reefs based on composition of benthic foraminifera in the Cemara Besar and Cemara Kecil Island. The method used is through the abundance of benthic foraminifera with the approach to calculating FORAM (Foraminifera inReef Assessment and Monitoring) Index. Sediment sampling to obtain samples

Transcript of FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

Page 1: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

23

FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR KONDISI LINGKUNGAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU CEMARA

BESAR DAN CEMARA KECIL KEPULAUAN KARIMUNJAWA JAWA TENGAH

Oleh

Luli Gustiani dan Delyuzar Ilahude

Puslitbang Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung

Diterima : 08-07-2011 Disetujui :12-03-2012

S A R I

Kepulauan Karimunjawa memiliki nilai konservasi yang tinggi karena kelimpahan, keragamanjenis dan ekosistemnya. Degradasi terumbu karang secara tidak langsung akan berpengaruhterhadap keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Penelitian foraminfera ini dilakukan di sekitar PulauCemara Besar dan Cemara Kecil dengan mengambil contoh sedimen dasar laut di dua puluh enamtitik lokasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kelayakan lingkungan terhadappertumbuhan terumbu karang berdasarkan komposisi foraminifera bentik yang terdapat di PulauCemara Besar dan Pulau Cemara Kecil.

Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan kelimpahan foraminifera bentik denganmenghitung FORAM (Foraminifera inReef Assessment and Monitoring) Index. Pengambilan contohsedimen untuk memperoleh sampel foraminifera yang dilakukan dengan penyelaman dan sebagiandengan menggunakan pemercontoh comot. Secara umum, perairan di sekitar Pulau Cemara Besarsangat kondusif untuk pertumbuhan terumbu karang dengan nilai FORAM Index FI > 5.

Foraminifera bentik yang mendominasi adalah Amphistegina, Calcarina, Streblus dan Reusella. Dibagian barat dan baratlaut Pulau Cemara Kecil, kelimpahan foraminifera bentik sangat rendah, danjuga memperlihatkan ornamentasi cangkang yang tidak jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa padakedua daerah ini kondisi lingkungan terumbu sudah mulai terganggu. Kondisi terganggu ini didukungoleh dominannya jenis Streblus yang biasanya merupakan indikator lingkungan yang berenergitinggi, serta hadirnya jenis-jenis opportunistic lainnya seperti Pseudorotalia dan Elphidium.

Kata kunci : Foraminifera, FORAM Index, Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil,Kepulauan Karimunjawa.

ABSTRACT

Karimun Islands has high conservation value due to the abundance, diversity of types and onlyrecently. Degradation of coral reefs would indirectly affect the balance of the ecosystem around it. Theresearch was carried out in the vicinity of foraminfera Cemara Besar Island and Cemara Kecil Island bytaking samples of the seabed sediments in twenty-six point location. The purpose of the research todetermine the level of environmental worthiness against the growth of coral reefs based on composition ofbenthic foraminifera in the Cemara Besar and Cemara Kecil Island.

The method used is through the abundance of benthic foraminifera with the approach to calculatingFORAM (Foraminifera inReef Assessment and Monitoring) Index. Sediment sampling to obtain samples

Page 2: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

24

of foraminifera are done with dives and partly by using the grabsamples. In General, the waters aroundthe island of Cemara Besar is conducive to the growth of coral reefs with Index FI FORAM > 5.

Benthic Foraminifera are dominating, Calcarina, Amphistegina, Streblus and Reusella. In the Westand Northwest of Cemara Kecil, benthic foraminifera abundance is very low, and it also exposesadditional shells was unclear. It shows that on both these areas has already begun to environmentalconditions of coral is disturbed. Disturbed conditions is supported by his dominions of Streblus whichusually is an indicator of high energy environments, as well as the presence of other opportunistic typessuch as Pseudorotalia and Elphidium.

Keywords: Foraminifera, FORAM Index, Cemara Besar Island, Cemara Kecil Island, Karimun Islands.

PENDAHULUANDaerah penelitian secara administratif

terletak di Kepulauan Karimunjawa KabupatenJepara Provinsi Jawa Tengah yaitu di PulauCemara Besar dan Cemara Kecil, dengankoordinat geografis yaitu antara 05045’00” -05050’00” Lintang Selatan dan 1100 20’ - 1100

30’ Bujur Timur (Gambar 1). Kepulauan Karimunjawa secara

administratif merupakan Kecamatan dariwilayah Kabupaten Jepara yang berjarak kuranglebih 45 mil arah barat laut dari kota Jepara.Untuk mencapai ke lokasi ini dapat ditempuhmelalui dua jalur laut yaitu dari Pelabuhan

Tanjung Mas Semarang dengan kapal cepat dandari Pelabuhan Kartini Jepara dengan kapal ferri.

Pulau Cemara Besar dan Cemara Kecilmerupakan suatu dataran rendah pantai yangditumbuhi oleh pohon cemara dan sedikitmangrove dengan pantai umumnya berpasirputih dan sangat landai menjorok kelaut (Ilahudedrr, 2010). Fringing reefs (atol) mengelilingipulau-pulau tersebut dan menyebabkan pantaiterlindung dari energi gelombang.

Batuan yang tersingkap di PulauKarimunjawa dan sekitarnya termasuk ke dalamFormasi Karimunjawa, terdiri atas : batupasirkuarsa, batupasir mikaan, konglomerat kuarsa,

Gambar 1. Lokasi penelitian berada di Pulau Cemara Besar dan Cemara Kecil

Page 3: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

25

batulanau kuarsa dan serpih kuarsa (Sidarto drr,1993). Di Pulau Cemara Besar dan Cemara Kecilditutupi oleh Aluvium yang terdiri atas : kerakal,kerikil, pasir, lempung, pecahan koral dan batuapung. Hasil pelapukan batuan penyusunumumnya bersifat pasiran dan lempungan.Sementara dari peta sebaran sedimenpermukaan dasar laut yang disusun olehHarjawidjaksana dan Tjokrosaputro (1992),daerah penelitian terdiri atas 9 satuan yaitupasir, pasir lumpuran sedikit kerikilan, lumpursedikit kerikilan, lumpur kerikilan, lumpurpasiran sedikit kerikilan, kerikil lumpuran, lanaudan lanau pasiran.

Oleh karena daerah perairan ini dikelilingioleh jajaran terumbu karang, rumput laut, lamundengan biota laut yang beraneka ragam, makamenjadikan kepulauan Karimunjawa sebagaiTaman Laut Nasional.

Kepulauan Karimunjawa memiliki potensipariwisata yang semakin meningkat, namundengan meningkatnya kunjungan wisata, kondisiini justru menimbulkan ancaman bagi kondisialam Karimunjawa, seperti kerusakan terumbukarang akibat limbah dan sampah rumah tangga.Hal ini terlihat mikrofauna dari fasies tertentuyang berasosiasi dengan terumbu karang dansedimen semakin berkurang keberadaannya.

Salah satu mikrofauna yaitu foraminiferamerupakan indikator yang sering dianalisisuntuk mengetahui bagaimana kondisilingkungan perairan tempat mikrofauna tersebuthidup. Foraminifera besar terutama jenis bentikmerupakan bioindikator yang sangat potensialuntuk mengetahui berbagai perubahanlingkungan, karena sifatnya sangat sensitifterhadap berbagai perubahan lingkungan.Sebagian besar pantai dan sedimen padaterumbu sangat didominasi oleh organisme ini,sehingga foraminifera bentik sangat pentingdalam pembentukan sedimen lingkungan koral.(Nobes dan Uthicke, 2008).

Jenis-jenis foraminifera yang berasosiasidengan terumbu antara lain Acervulinainhaerens, Ammonia beccarii, Amphisteginalessonii, Archaias angulatus, Clavulinatricarinata, Cibicides refulgens, Elphidiumadvenum, dan Elphidium sagrum (Javaux danScott, 2003). Sedangkan menurut Nobes danUthicke (2008) beberapa genera yang biasaterdapat pada Great Barrier Reef antara lainAlveolinella, Amphistegina, Calcarina,

Heterostegina, Marginopera, Peneroplis, danSorites sebagai genera yang bersimbiosis denganalga, sedangkan genus-genus sepertiElphidium, Ammonia, dan Pararotaliamerupakan jenis oportunis.

Sebagai bagian dari unsur abiotik, sedimensangat berperan dalam penyediaan bahan dasardari suatu rantai makanan.

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkatkelayakan lingkungan terhadap pertumbuhanterumbu karang berdasarkan komposisiforaminifera bentik yang terdapat di PulauCemara Besar dan Pulau Cemara Kecil.

METODE Metode penelitian yaitu meliputi

perekaman kedalaman laut dengan alatechosounder dan pengambilan contoh sedimenpermukaan dasar laut sebanyak 26 (dua puluhenam) titik lokasi. Penentuan posisi digunakansistem navigasi satelit terpadu dari “GPSMarine model Trimble”.

Pemercontohan sedimen menggunakanpemercontoh comot (grab sampler) sertapenyelaman dari kedalaman 5 hingga 15 meter.Percontohan sedimen dideskripsi secara visualdi lokasi pengambilan contoh. Hasil inikemudian diolah berdasarkan klasifikasi Folk(1980) melalui program besar butir (grain sizeanalysis). Sementara mikrofauna foraminiferadilakukan terhadap 4 percontoh terpilih dimasing-masing pulau (Pulau Cemara Besar danPulau Cemara Kecil). Preparasi contoh dicucidalam ayakan berukuran 2, 3, dan 4 phi, dandikeringkan dalam oven. Analisis awal adalahpicking, yakni pengambilan individuforaminifera sampai terpisah dari sedimendengan menggunakan mikroskop binokular.Setiap individu diambil dengan mengunakan alatbantu kuas dan air kemudian dimasukan kedalam plate bernomor. Dari masing-masingspesies, dipilih individu dengan kondisipreparasi cangkang yang paling bagus dandikumpulkan dalam plate bernomor terpisahsebagai koleksi. Preparasi cangkang ini bergunauntuk proses identifikasi dan perhitungan totalgenus sampai spesies. Identifikasi dilakukansampai level genus dengan mengacu kepadaBarker (1960), Loeblich & Tappan (1994), danYassini & Jones (1995).

Untuk mengetahui bagaimana kondisilingkungan terumbu, dipakai perhitungan nilai

Page 4: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

26

Gambar 2. Peta geologi Lembar Karimunjawa (Sidarto drr, 1993)

Gambar 3. Sebaran sedimen permukaan dasar laut perairanKarimunjawa dan sekitarnya (Harjawidjaksana dan Tjokrosaputro, 1992).

Page 5: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

27

index diversitas/H(S) berdasarkan rumus dariShannon-Weaver dengan menggunakan suatuprogram komputer dari Bakus (1990).

H’ = - ∑ pi log pi

keterangan

∑ = jumlahni = jumlah spesimen dari spesies i1, i2, i3, dstN = jumlah total spesimen

Selain itu dilakukan juga perhitungan nilaiFORAM (Foraminifers in Reef Assessment andMonitoring) Index (FI), dengan menggunakanformula HALLOCK drr, (2003) dan Dewi drr,(2010) sebagai berikut:

FI = (10×Ps) + (Po) + (2×Ph)

Keterangan:FI = FORAM IndexPs = Ns/ T (“s” adalah jumlah individu genera

foraminifera yang berasosiasi denganterumbu karang: Amphistegina,Heterostegina, Alveolinella,Borelis, Sorites,Amphisorus, Marginophora.

Po = No/T (“o” adalah jumlah individu generaforaminifera oportunis:Ammonia,Elphidium, beberapa marga dariSuku Trochaminidae,Lituolidae,Bolivinidae, Buliminidae.

Ph = Nh/T (“h” adalah jumlah individu generaforaminifera kecil lain yang heterotrofik:beberapa marga dari Miliolida, Rotaliida,Textulariida, dan lain-lain.

T = Jumlah seluruh individu foraminifera yangdidapatkan dari sampel yang diuji.

Interpretasi nilai FORAM Index berdasarkanHALLOCK et al. (2003) (Dewi dkk., 2010):

FI > 4 = lingkungan sangat kondusif untukpertumbuhan terumbu karang

Variasi antara 3 dan 5-6 = lingkunganmenurun

2 < FI < 4= lingkungan terbatas untukpertumbuhan terumbu karang, namun tidak

cukup untuk pemulihanFI < 2= lingkungan tidak layak untuk

pertumbuhan terumbu karang

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

Morfologi Dasar Laut Dan Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut

Pulau Cemara Besar Kedalaman laut daerah penelitian berkisar

antara 2 m dan 25 meter, dengan kedalamanbertambah ke arah baratdaya kontur sangatrapat. Kedalaman laut yang dilakukanpenyelaman adalah dari 2 hingga 15 meter. Halini didasarkan pada populasi terumbu karangyang umumnya berada pada kedalaman antara 2hingga 15 meter. Garis pantai sebagai atolmembentuk lingkaran ellips dengan sudutelevasi lereng pantai antara 3 – 10˚ (Gambar 4).Morfologi relatif landai dijumpai di bagiantimurlaut, timur dan tenggara dari Pulau CemaraBesar, sedangkan ke arah baratdaya terdapatkemiringan lereng dasar laut relatif curam antara5º hingga 45º. Kontur dasar laut dari garispantai menunju lepas pantai di area pengukuranbatimetri menunjukkan kelerengan yang cukuplandai.

Di bagian timur dari Pulau Cemara Besar inidiplot sebagai lokasi stasion pertamapenyelaman (dive site 1) kemudian di sisi bagiantimurlaut dari pulau ini diplot sebagai lokasistasion dua (dive site 2). Pada kedua lokasi inidijumpai terumbu karang yang bermacam-macam jenis, baik yang telah mengalamikerusakan maupun yang masih dalampertumbuhan.

Dari hasil analisis megaskopis bahwamenunjukan bahwa endapan sedimen pantai diPulau Cemara Besar umumnya sebagaisedimen bioklastik, berwarna putih kekuningan,ukuran butir sedang hingga kasar, bentuknyamenyudut hingga menyudut tanggung, terpilahburuk dengan kondisi cangkang.

Secara umum daerah perairan PulauCemara Besar ditutupi oleh jajaran terumbukarang yang melampar luas mulai darikedalaman 2 meter hingga 15 meter. Sedimenyang menempati daerah penelitian didominasioleh fraksi halus berupa pasir dan pasir lanauansedikit lempungan (Tabel 1). Sedimen ukuranpasir ini mempunyai warna putih kekuningandan umumnya terpilah sedang hingga buruk.Dari hasil analisis megaskopis dan besar butirserta klasifikasi Folk (1980) maka di perairanCemara Besar, jenis sedimennya dapatdibedakan menjadi 2 jenis sedimen sebagai

nipi =

N

Page 6: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

28

Gambar 4. Morfologi dasar laut Pulau Cemara Besar

Gambar 5. Peta lokasi pengambilan contoh sedimen di Pulau Cemara Besar

Page 7: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

29

Page 8: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

30

berikut: yaitu pasir dan pasir lanauan sedikitlempungan. Kedua jenis sedimen tersebutdisajikan dalam peta sebaran sedimen perairanCemara Besar (Gambar 6).

Berdasarkan pengamatan sedimen scaramegaskopis dan analisis besar butir tersebut,terlihat bahwa sedimen detritus kasarumumnya menempati bagian tepi pantai yangdiselingi terumbu karang, sedangkan sedimendetritus halus tersebar ke arah lepas pantaimenempati celah-celah terumbu karang padakedalaman 5 hingga 15 meter. Diduga sedimenini dipasok oleh energi gelombang dan arus kearah lepas pantai pada musim barat.

Pulau Cemara Kecil Kedalaman laut di Pulau Cemara Kecil

berkisar antara 2 hingga 25 meter, dengankedalaman bertambah ke arah baratdaya danutara. Garis pantainya membentuk lingkaranellips lebih kecil dari Pulau Cemara Besardengan sudut elevasi lereng pantai antara 2 – 7˚(Gambar 7). Bentuk pantai di pulau CemaraKecil relatif sama dengan Pulau Cemara Besaryaitu landai dengan endapan sedimen didominasioleh pasir yang mengandung pecahan koral.

Di bagian baratdaya dari Pulau CemaraKecil ini di plot sebagai lokasi stasiun pertamapenyelaman (dive site 1) kemudian sisi bagiantimur di plot sebagai lokasi stasiun dua (dive site2) (Gambar 7).

Pada lokasi ini dijumpai terumbu karangyang bermacam-macam jenis, baik yang telahmengalami kerusakan maupun yang masihdalam pertumbuhan.

Dari hasil analisis contoh sedimen daratmenunjukan sedimen arenit, berwarna putihkekuningan, ukuran butir pasir halus hinggasedang, bentuk butir menyudut tanggung-membundar, terpilah sedang, dengan komposisiutama berupa bioklastik

Dari hasil analisis besar butir, secara umumdaerah perairan Pulau Cemara Kecil ditutupioleh jajaran terumbu karang yang melampar luasmulai dari kedalaman 1.5 meter hingga 15 meter.Sedimen yang menempati daerah ini hampirsama dengan di Pulau Cemara Besar yaituumumnya didominasi oleh fraksi halus berupapasir dan pasir lanauan sedikit lempungan.Sedimen ukuran pasir ini secara megaskopisumumnya berwarna putih kekuningan dengankomposisi terdiri dari pecahan cangkang mulai

dari 2 hingga 100% dengan pemilahan sedanghingga buruk. Dari hasil analisis megaskopisdan besar butir serta klasifikasi Folk (1980)maka di perairan Cemara Kecil, jenissedimennya dapat dibedakan menjadi 2 jenissedimen, yaitu pasir dan pasir lanauan sedikitlempungan (Tabel 2).

ForaminiferaDari delapan sampel sedimen yang

dianalisis, total foraminifera bentik yangditemukan terdiri dari 32 genus dan 55 spesies,serta sangat didominasi oleh Calcarina,Amphistegina, Streblus, dan Reusella (Gambar10). Calcarina terutama paling berlimpah padacontoh CmK 02 (dive) dengan persentase45,42%, Amphistegina yang sangat berlimpahpada contoh CmB 02 (dive) dengan persentase52,08%, Streblus yang sangat berlimpahterutama pada contoh CmB 01 (grab) denganpersentase 63,23%, CmB 01 (dive) denganpersentase 37,6%, dan pada CmK 02 (dive)dengan persentase 38,89%, serta Reusella yangberlimpah terutama pada CmB 06 (grab) denganpersentase 14,25% (Tabel 3).

Beberapa genera yang bersimbiosis denganalga hadir, antara lain amphistegina, Calcarina,Heterostegina, Operculina, Peneroplis, danSorites. Selain itu hadir pula jenis-jenisoportunistik seperti ammonia, Bolivina,Elphidium,Pseudorotalia, Streblus, danUvigerina. Jenis-jenis oportunistik ini biasanyaakan ditemukan berlimpah pada lingkungan yangtertekan, yaitu lingkungan yang salah satuparameternya sudah tidak normal karenaterganggu baik secara alami ataupun akibatfaktor antropogenik.

Berdasarkan hasil perhitungan indeksdiversitas, kedua lokasi penelitian memiliki nilaiindeks diversitas > 2 (Tabel 4). Nilai palingtinggi di Cemara Besar adalah pada contoh CmB01 (dive), yaitu 3,526, dan paling kecil di CmB 01(grab) yaitu 2,89. Sementara di Cemara Kecil,nilai paling tinggi pada CmK 06 berada disebelah baratlaut, sedangkan pada contoh CmK01 baik yang dilakukan dengan penyelaman(dive) maupun yang diambil dengan grab, tidakdilakukan perhitungan indeks diversitas karenajumlah foraminifera bentik yang ditemukansangat sedikit, sehingga disimpulkan kedualokasi ini memiliki nilai indeks diversitas sangatrendah.

Page 9: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

31

Gambar 7. Morfologi dasar laut Pulau Cemara Kecil

Gambar 6. Peta sebaran sedimen permukaan dasar laut Pulau Cemara Besar

Page 10: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

32

Gambar 8. Peta lokasi pengambilan contoh sedimen di Pulau Cemara Kecil

Gambar 9. Peta sebaran sedimen permukaan dasar laut Pulau Cemara Kecil

Page 11: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

33

Page 12: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

34

Untuk perairan Cemara Besar, nilaiperhitungan Foram Index (FI), paling rendahterdapat pada contoh CmB 01 yaitu sebesar2,79, dan yang paling tinggi di CmB 02 dive yaitusebesar 7,07, sedangkan di Cemara Kecil nilai FIlebih besar dari 5, terdapat pada contoh CmK 02dan CmK 06. Sementara pada contoh CmK 01(GB dan DIVE) tidak dilakukan perhitungan FIkarena jumlah kelimpahan foraminifera sangatsedikit, sehingga disimpulkan pada kedua lokasiini memiliki nilai FI yang sangat rendah.

Pulau Cemara KecilForaminifera ditemukan cukup berlimpah

pada contoh (CmK 02 dive) dan contoh (CmK 06grab) di bagian timur dan bagian timurlaut PulauCemara Kecil. Dengan melihat kelimpahan dannilai indeks diversitas yang tinggi, kedua daerahini dinilai masih bagus kondisi lingkungannya,sehingga foraminifera bentik dapat hidupberlimpah akibat mendapatkan pasokan nutrisiyang cukup dan lingkungan tidak terganggu.Pada daerah ini kondisi terumbu juga masihbagus, dengan nilai FI > 5.

Dilain pihak di bagian barat dan baratlaut,kelimpahan foraminifera bentik sangat rendah,dan juga memperlihatkan ornamentasi cangkangyang tidak jelas. Hal tersebut menunjukkanbahwa pada kedua daerah ini kondisi lingkunganterumbu sudah mulai terganggu (Gambar 11).Kondisi terganggu ini didukung olehdominannya jenis Streblus yang biasanyamerupakan indikator lingkungan yang berenergitinggi, serta hadirnya jenis-jenis opportunisticlainnya seperti Pseudorotalia dan Elphidium.

Pulau Cemara BesarForaminifera ditemukan cukup berlimpah di

empat lokasi dengan nilai indeks diversitas dannilai FI tinggi, yang menandakan bahwa disekitar Pulau Cemara Besar kondisi terumbumasih bangus. Kecuali pada lokasi di sebelahselatan pulau pada contoh sedimen (CmB 01grab) yang diambil pada kedalam 25 meter,mempunyai indeks diversitas agak rendah yaitulebih kecil dari 3, serta nilai FI lebih kecil dari 3juga. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi inibukan merupakan daerah terumbu, dan jugaadanya pengaruh dari darat yang relatif lebihtinggi dibandingkan lokasi lainnya. Kondisitersebut ditunjukkan oleh hadirnya jenisAmmonia yang hadir bersama-sama dengan

Elphidium, yang menunjukkan adanya pengaruhlingkungan laguna (Murray, 1991).

Dengan demikian jika mengacu padapenafsiran nilai FORAM Index berdasarkanHALLOCK drr, (2003) dan Dewi drr, (2010)maka nilai FI yang bervariasi antara 2 hingga 7menunjukkan kualitas lingkungan tidak layaksampai sangat kondusif untuk pertumbuhanterumbu karang.

KesimpulanBerdasarkan analisis distribusi foraminifera,

nilai indeks diversitas, dan Foram Index, makadapat disimpulkan bahwa kondisi lingkunganterutama terumbu karang di Pulau CemaraBesar relatif lebih baik dibandingkan dengan diPulau Cemara Kecil. Namun demikian keduapulau tersebut memperlihatkan kondisilingkungan yang mulai menurun. Kondisiterumbu karang yang dinilai mulai menurunadalah di bagian selatan dan timur Pulau CemaraBesar, sedangkan di Pulau Cemara Kecil kondisilingkungan paling buruk adalah di bagian baratdan baratlaut.

Di Pulau Cemara Kecil, kondisi terumbukarang yang masih baik berada di sebelah timur,sedangkan di bagian baratlaut dan baratdayanya,kondisi lingkungannya sangat buruk. Hal iniditunjukkan oleh rendahnya kelimpahanforaminifera dan morfologi cangkang yangmemperlihatkan ornamentasi tidak jelas.

DAFTAR PUSTAKABakus, G.J. 1990. Quantitativeecology and

marine biology. A.A. Balkema, Rotterdam.157h.

Barker, W. R., 1960. Taxonomic notes, soxy ofeconomic paleontologists and mineralogists.Shelf Development Company, Houston,Texas, 238h.

Dewi, K.T., Natsir, S. M. dan Siswantoro, Y.,2010. Mikrofauna (foraminifera) terumbukarang sebagai indikator perairansekitarpPulau-pulau kecil. ILMUKELAUTAN. Vol. 1. Edisi Khusus: 1 – 9.

Folk, R.L., 1980. Petrology of SedimentaryRocks. Hamphill Publishing CompanyAustin, v Texas, 170 pp.

Page 13: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 10, No. 1, April 2012

35

Gambar 10. Foraminifera bentik yang dominan di lokasi penelitian: 1)Amphistegina, 2) Calcarina, 3) Streblus, 4) Reusella.

Gambar 11. Salah satu fasies terumbu karang dengankondisilingkungan mulai terganggu

Page 14: FORAMINIFERA BENTIK DALAM SEDIMEN SEBAGAI INDIKATOR ...

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 10, No.1, April 2012

36

Hallock, P., LIDZ, B.H., Cockey, Burkhard, E.M.,and Donnelly, K.B., 2003. Foraminifera asbioindicators in coral reef assessment andmonitoring the FORAM Index.Environmental Monitoring and Assessment81(1–3):221–238.

Harjawidjaksana, K dan Tjokrosaputro, S., 1992.Peta sebaran sedimen permukaan dasarlaut perairan Lembar Peta 1409(Semarang).

Ilahude, D., Mirayosi, Linirin, E., Widodo.,Gozali, J., Bandono, Munasik, Firdaus, Y.,2010. Kajian klasifikasi sedimen dasar lautterhadap populasi biota demersal (hidupdasar laut), Kepulauan Karimunjawa, JawaTengah, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi Kelautan, Laporanintrn tidak dipublikasikan.

Javaux,E.J. dan Scott, D. B., 2003. http://palaeo-electronica.org/2003/benthic/intro.htm

Lieske, E, and Myers, R., 2001. Coral reeffishes, Indo-Pasific & Caribbean, Collins400 pages.

Loeblich, A.R., dan Tappan, H., 1994.Foraminifera of the Sahul Shelf and Timor

Sea. Cushman Foundation for ForaminiferaResearch, Special Publication No. 31. LosAngeles, California. h. 1 – 661.

Murray, J. W., 1991. Ecology and paleoecology ofbenthic foraminifera. John Willey & SonsInc., New York.397 h.

Nobes, K. dan Uthicke, S., 2008. Benthicforaminifera of the Great Barrier Reef, aguide to species potentially useful as waterquality indicators. The AustralianGovernment’s, Marine and TropicalSciences Research Facility, Project 3.7.1Marine and estuarine indicators andthresholds of concern. 38h.

Sidarto, S., Santosa, Hermanto, B., 1993. PetaGeologi Lembar Karimunjawa, Jawa, Skala1:100.000, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung.

Yassini, I., & Jones, B. G., 1995. Foraminiferidaand ostracoda from Estuarine and ShelfEnvironments on The South Eastern Coastof Australia, University press.,Wollonggong, 270h.