Fluid Mixing
-
Upload
putri-yuli-syidiqah -
Category
Documents
-
view
121 -
download
39
description
Transcript of Fluid Mixing
BAB I
P E N D A H U L U A N
I.1 Latar Belakang
Di dalam suatu proses industri pastilah ada suatu proses pencampuran bahan
baik itu bahan cair-cair, cair-padat, cair-gas, dan gas- padat. Pada proses ini kedua
kondisi haruslah kita perlakukan sebagaimana mestinya sesuai dengan harapan kita.
Untuk sample yang kuantitasnya masih kecil, kita dapat menggunakan media yakni
bejana, tangki, dan bahan dimasukkan kedalamnya dan untuk meratakan
pencampuran atau pengadukan kita aduk dengan kayu, atau pengaduk dengan tenaga
manusia yang tidak konstan. Dalam lingkup kecil ini homogenitas atau keseragaman
mungkin tidak jadi suatu masalah dan baik, sah untuk dilakukan. Tetapi bagaimana
bila kita mengambil dalam lingkup besar, dimana dalam sejam saja terjadi
pencampuran yang besar jumlahnya e.g 100 ton, wah kewalahan bukan.
Untuk itulah dibutuhkan peralatan mixing yang membantu sesuai dengan
fungsinya dengan keadaan konstan, serta dapat diatur kecepatan pengadukannya
untuk diperoleh hasil yang optimal, saerta kehomogenitasan yang tinggi, dan gerakan
mixing dengan tenaga yang dibutuhkan minimum.
Dengan kata lain, Pengadukan (agitation) adalah gerakan yang terinduksi
menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, di mana gerakan itu biasanya
mempunyai semacam pola sirkulasi.
Dalam proses mixing ini digunakan impeller sebagai mixer yang akan
mencampurkan dua fase atau lebih yang terpisah. Ada beberapa tipe impeller yang
biasa digunakan antara lain : propeller, paddle dan turbine. Setiap impeller ini
memiliki tingkat efisiensi yang berbeda terhadap proses pencampuran.
Arus yang ditimbulkan oleh gerakan impeller ini menyebabkan terbentuknya
vortex yang sangat tidak diinginkan dalam proses mixing. Untuk mencegah terjadinya
vortex ketika fluida diaduk dalam tanki silinder dengan impeller yang berada pada
pusatnya maka digunakan baffle yang dipasang pada dinding vessel. Baffle yang
digunakan biasanya memiliki jarak yang sama. Baffle biasanya tidak menempel pada
dinding vessel sehingga secara kebetulan akan terdapat celah antara baffle dengan
dinding vessel.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui prinsip dan cara kerja Fluid Mixing Apparatus.
2. Mengetahui factor yang mempengaruhi perbedaan pola aliran.
3. Mengetahui pengaruh dari penggunaan baffle pada proses pencampuran.
4. Mengetahui bentuk-bentuk impeller.
5. Mengetahui perhitungan Fluid Mixing.
6. Mengetahui aplikasi dari Fluid Mixing Apparatus.
I.3. Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam suatu proses dengan Fluid Mixing antara
lain :
1. Bagaimanakah pengaruh jenis impeller pada suatu Fluid Mixing?
2. Apakah pola aliran dari ragam putaran impeller sama?.
3. Apakah ada pengaruhnya penggunaan baffle pada Fluid Mixing ?
4. Bagaimanakah pengaruh bahan yang digunakan terhadap proses Fluid
Mixing ?
5. Bagaimanakah kondisi yang optimal agar pencampuran dengan Fluid
Mixing berjalan lancar ?
I.4. Hipotesa
1. Semakin besar kecepatan putaran impeller yang digunakan, semakin cepat
terjadinya homogenitas.
2. Semakin kecil ukuran padatan yang akan dicampur, semakin cepat
terjadinya homogenitas.
3. Semakin kecil viscositas cairan yang digunakan, semakin cepat terjadinya
homogenitas.
4. Semakin banyak blade pada impeller semakin cepat terjadinya homogenitas.
5. Pada kecepatan perputaran impeller tinggi maka pola aliran yang terjadi
turbulen dan juga sebaliknya.
I.5 Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1. Dapat mengetahui dan menambah wawasan darui prinsip dasar Fluid
Mixing Apparatus.
2. Dapat mengetahui perbedaan pola aliran yang ditimbulkan oleh tiga buah
impeller yang berbeda (Propeller, Turbin dan Paddle).
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pola aliran yang
berbeda seperti padatan yang digunakan, viscositas cairan yang digunakan,
kecepatan putaran dari impeller dan lain-lain.
4. Dapat mengetahui pola aliran air dan pasir yang ditimbulkan dari
pemakaian baffle.
5. Mempersiapkan diri terhadap suatu riset-riset maupun kerja praktek.
\
BAB IIBAB II
TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA
Pada percobaan kali ini digunakan alat Fluid Mixing Apparatus dengan
impellernya. Impeller inilah yang akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem,
yang menyebabkan zat cair bersikulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke
impeller.
Ada dua macam impeller pengaduk, yaitu impeller aliran-aksial (axial-flow
impeller) dan impeller aliran-radial (radial-flow impeller). Impeller jenis pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua
membangkitkan arus pada arah tengensial atau radial.
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeller: propeller (baling-baling), dayung
(padle), dan turbin (turbine). Masing-masing jenis terdiri lagi atas berbagai variasi
dan sub-jenis. Ada lagi jenis-jenis impeller lain yang dimaksudkan untuk situasi-
situasi tertentu, namun ketiga jenis itu agaknya dapat digunakan untuk menyelesaikan
95 persen dari semua masalah agitasi zat cair.
Penggunaan impeller diatas tergantung pada geometri vessel (tanki, viskositas
cairan.
Untuk viskositas yang < 2000 cp, maka digunakan impeller dengan tipe
propeller.
Untuk viskositas antara 2000 cp – 50.000 cp, maka digunakan impeller
dengan tipe turbin.
Untuk viskositas antara 100.000 – 1.000.000 cp maka digunakan
impeller dengan tipe dan paddles.
Untuk viskositas > 1.000.000 cp maka digunakan impeller pencampuran
khusus seperti banburg mixer, kneaders, extrudes, digunakan sigama
mixer dan tipe lain.
Jenis-jenis impeller : The marine type propeller, Flat – blade turbine, The disk flat –
blade turbine, The curved – blade turbine, The pitched – blade
turbine, The shrouded turbine
Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh,
yaitu 1.150 atau 1.750 rpm, sedang propeller besar berputar pada 400 sampai 800
rpm. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair menurut arah
tertentu samapi dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana. Kolom zat cair yang
berputar dengan sangat turbulennya itu meninggalkan impeller dengan membawa ikut
zat cair stagnan yang dijumpainya dalam perjalanannya itu, dan zat cair stagnan yang
terbawa ikut itu mungkin lebih banyak dari yang dibawa kolom arus sebesar itu kalau
berasal dari nosel stasioner. Daun-daun propeller merobekkan menyeret zat cair itu.
Oleh karena arus aliran ini sangat gigih, agitator propeller sangat efektif dalam bejana
besar.
Propeller yang berputar membuat pola heliks di dalam zat cair, dan jika tidak
tergelincir antara zat cair dan propeller itu, satu putaran penuh propeller akan
memindahkan zat cair secara longitudinal pada jarak tertentu, bergantung dari sudut
kemiringan daun propeller. Rasio jarak ini terhadap diameter dinamakan jarak-bagi
(pitch) propeller itu. Propeller yang mempunyai jarak bagi 1,0 disebut mempunyai
jarak-bagi bujur-sangkar (square pitch).
Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satu dayung datar yang
berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Kadang-
kadang daun-daunnya dibuat miring, tetapi biasanya vertikal saja. Dayung (padle) ini
berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang, dan mendorong
zat cair secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada
impeller, kecuali bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak ke luar ke
arah dinding, lalu membelok ke atas atau ke bawah. Dalam tangki-tangki yang dalam,
kadang-kadang dipasang beberapa dayung pada satu poros, dayung yang satu di atas
yang lain. Dalam beberapa rancang, daunnya disesuaikan dengan bentuk dasar
bejana, yang mungkin bulat atau cekung, piring, sehingga dapat mengikis atau
menyapu permukaan pada jarak sangat dekat. Dayung (padle) jenis tersebut
dinamakan agitator jangkar (anchor agitator). Jangkar ini sangat efektif untuk
mencegah terbentuknya endapan atau kerak pada permukaan penukar kalor, seperti
umpamanya, dalam bejana proses bermantel, tetapi tidak terlalu efektif sebagai alat
pencampur. Jangkar ini biasanya dioperasikan bersama dengan dayung berkecepatan
tinggi atau agitator lain, yang biasanya berputar menurut arah yang berlawanan.
Agitator dayung yang digunakan di industri biasanya berputar dengan
kecepatan antara 20 dan 150 rpm. Panjang total impeller dayung biasanya antara 50
sampai 80 persen dari diameter-dalam bejana. Lebar daunnya seperenam sampai
sepersepuluh panjangnya. Pada kecepatan yang sangat rendah, dayung dapat
memberikan pengadukan sedang di dalam bejana tanpa-sekat, pada kecepatan yang
lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat, sebab jika tidak, zat cair itu akan berputar-
putar saja mengelilingi bejana itu dengan kecepatan tinggi, tetapi tanpa adanya
pencampuran.
Beberapa di antara berbagai ragam bentuk rancang turbin adalah turbin daun-
lurus terbuka, turbin piring berdaun dan turbin piring lengkung vertikal. Kebanyakan
turbin itu menyerupai agitator-dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya yang
agak pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang dipasang di
pusat bejana. Daun-daunnya boleh lurus dan boleh pula lengkung, boleh bersudut,
dan boleh pula vertikal. Impellernya mungkin terbuka, setengah terbuka, atau
terselubung. Diameter impeller biasanya lebih kecil dari diameter dayung, yaitu
berkisar antara 30 sampai 50 persen dari diameter bejana.
Turbin biasanya efektif untuk jangkau viskositas yang cukup luas. Pada cair
berviskositas rendah, turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang
berlangsung di keseluruhan bejana, menabrak kantong-kantong yang stagnan dan
merusaknya. Di dekat impeller itu terdapat zone arus deras yang sangat turbulen
dengan geseran yang kuat. Arus utamanya bersifat radial dan tangensial. Komponen
tangensialnya menimbulkan vorteks dan arus putar, yang harus dihentikan dengan
menggunakan sekat (baffle) atau difuser agar impeller itu menjadi sangat efektif.
Berikut ini pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis Impeller: Propeller,
Turbin, Paddle.
Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki, sekat,
dan agitator. Kecepatan fluida dalam setiap titik dalam tangki mempunyai tiga
komponen, dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi
dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang
pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros
impeller. Komponen kedua ialah komponen longitudinal, yang bekerja pada arah
paralel dengan poros. Komponen ketiga ialah komponen tangensial, atau rotasional,
yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros. Dalam
keadaan biasa, di mana poros itu vertikal, komponen radial dan tangensial berada
dalam satu bidang horisontal, dan komponen longitudinalnya vertikal. Komponen
radial dan komponen longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran yang
diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertikal dan terletak persis
di pusat tangki, komponen tangensial biasanya kurang menguntungkan. Arus
tangensial itu mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran di sekitar poros, dan
menimbulkan vorteks pada permukaan zat cair, dan karena adanya sirkulasi aliran
laminar, cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan tanpa adanya aliran
longitudinal antara lapisan-lapisan itu. Jika di dalam sistem itu terdapat pula partikel
zat padat, arus sirkulasi itu cenderung melemparkan partikel-partikel itu, dengan gaya
sentrifugal, ke arah luar, dan dari situ bergerak ke bawah, dan sesampai di dasar
tangki, lalu ke pusat. Karena itu, bukannya pencampuran yang berlangung di sini,
tetapi sebaliknya pengumpulanlah yang terjadi. Jadi, karena dalam aliran sirkulasi zat
cair begerak menurut arah gerakan daun impeller, kecepatan relatif antara daun dan
zat cair itu berkurang, dan daya yang dapat diserap zat cair itu menjadi terbatas.
Dalam bejana yang tak bersekat, alir putaran itu dapat dibangkitkan oleh segala jenis
impeller, baik aliran aksial maupun yang radial. Jadi, jika putaran zat cair itu cukup
kuat, pola aliran di dalam tangki itu dapat dikatakan tetap, bagaimanapun bentuk
rancangan impeller. Pada kecepatan impeller tinggi vorteks yang terbentuk mungkin
sedemikian dalamnya, sehingga mencapai impeller; dan gas dari atas permukaan zat
cair akan tersedot ke dalam zat cair itu. Makanya hal demikian tidaklah dikehendaki.
Aliran tingkat (circulatory flow) dan arus putar (swirling) dapat dicegah
dengan menggunakan salah satu dari tiga cara di bawah ini. Dalam tangki-tangki
kecil impeller dipasang di luar sumbu tangki (eksentrik). Porosnya digeser sedikit
dari garis pusat tangki, lalu dimiringkan dalam suatu bidang yang tegak lurus
terhadap pergeseran itu. Dalam tangki-tangki yang lebih besar, agitatornya dipasang
di sisi tangki, dengan porosnya pada bidang horisontal, tetapi membuat sudut dengan
jari-jari tangki.
Parameter yang mempengaruhi klasifikasi agitator :
1. Parameter Proses
- pH rendah
- Kelarutan zat terlarut
- Konduktivitas thermal fluida dan zat terlarut jika terjadi perpindahan
panas.
- Densitas Fluida.
- Ukuran partikel Solid
2. Parameter Mekanik
- Diameter impeller
- Letak agitator terhadap vessel
- Rotasi impeller per menit
- Bentuk impeller
- Volume vessel
- Bentuk vessel
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alat dan Bahan
1. Satu unit Fluid Mixing Apparatus yang dilengkapi dengan impeller berbeda
dengan baffle dan tanpa baffle.
2. Pasir
3. Air
4. Garam
III.2 Prosedur Percobaan
1. Siapkan Fluid Mixing apparatus sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
2. Ukurlah diameter vessel, diameter impeller, jarak impeller, dari dasar vessel, lebah
bilah impeller.
3. Masukkan air, pasir dan garam ke dalam fluid Mixing apparatus, kemudian
pasang impeller dikehendaki.
4. Hidupkan Fluid Mixing Apparatus dan aturlah kecepatan putaran impeller 50 rpm,
100 rpm, 200 rpm, 300 rpm, lakukan secara bergantian.
5. Amati dan gambarkan pola aliran yang terjadi setiap kenaikkan kecepatan putaran
impeller dan hitung daya dari pengadukan tersebut.
6. Ulangi percobaan diatas untuk impeller yang berbeda dan Fluid Mixing Apparatus
dengan Baffle.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Ukuran Fluid Mixing
BaffleJenis
Impellerrpm Df Da H W F Jenis Pola Aliran
Tidak
Propeler
100 30 cm 10
cm
30
cm
4,5
cm- Aksial
200 30 cm 10
cm
30
cm
4,5
cm- Aksial
300 30 cm 10
cm
30
cm
4,5
cm- Aksial
Ada
100 30 cm 10
cm
30
cm
4,5
cm- Aksial
200 30 cm 10
cm
30
cm
4,5
cm- Aksial
300 30 cm 10
cm
30
cm
4,5
cm- Aksial
BaffleJenis
Impellerrpm Df Da H W F Jenis Pola Aliran
Tidak Turbine100 30 cm
14
cm
30
cm
1,2
cm- Radial
200 30 cm14
cm
30
cm
1,2
cm- Radial
300 30 cm 14
cm
30
cm
1,2
cm
- Radial
Ada
100 30 cm14
cm
30
cm
1,2
cm- Radial
200 30 cm14
cm
30
cm
1,2
cm- Radial
300 30 cm14
cm
30
cm
1,2
cm- Radial
B. Gambar Pola Aliran Yang Terlihat
Impeller Baffle 100 rpm 200 rpm 300 rpm
PropelerTidak
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah selesai melakukan praktikum Fluid Mixing Apparatus ini, menjadi
semakin jelaslah mengenai apa yang menjadi tujuan dari praktikum ini. Terutama
dalam hal prinsip dan cara kerja dari Fluid Mixing Apparatus serta mengetahui jenis
daripada pola aliran yang terjadi.
Pada percobaan kali ini digunakan alat Fluid Mixing Apparatus dengan
impellernya. Impeller inilah yang akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem,
yang menyebabkan zat cair bersikulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke
impeller. Ada dua macam impeller pengaduk, yaitu impeller aliran-aksial (axial-flow
impeller) dan impeller aliran-radial (radial-flow impeller). Impeller jenis pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua
membangkitkan arus pada arah tengensial atau radial.
Pada proses pencampuran dengan mengunakan poros dengan arah vertical
dan terletak persis di pusat tangki, komponen kecepatan fluida pada arah tangensial
dapat merugikan karena arus tangensial akan mengikuti lintasan berbentuk lingkaran
dan menimbulkan vorteks pada permukaan zat cair.
Dengan adanya vorteks ini, maka mixing menjadi tidak sempurna dikarenakan
partikel mengumpul di tengah vessel sehingga pencampuran lambat terjadi dan harus
dilakukan dengan putaran (rpm) tinggi.
Di dalam bejana yang tak bersekat, aliran putar yang dapat menimbulkan
vorteks dapat dibangkitkan oleh segala jenis impeller baik aliran aksial maupun radial
apabila beroperasi pada kecepatan tinggi.
Untuk mencegah terjadinya pembentukan ruang udara (vortex) pada saat
cairan-cairan dengan viskositas rendah diaduk dalam tanki silinder vertikal dengan
impeller yang berada pada pusatnya, maka digunakanlah baffle yang dipasang pada
dinding vessel. Pada dasarnya, vorteks terjadi karena adanya gaya sentripetal yang
ditimbulkan oleh perputaran poros impeller pada kecepatan tinggi yang cenderung
mengarah ke pusat poros. Dengan adanya baffle ini, maka gaya sentripetal yang
ditimbulkan oleh aliran fluida tersebut dapat dikurangi. Baffle yang digunakan
biasanya memiliki jarak yang sama sekitar 1 - 10 dari diameter tanki.
Baffle biasanya tidak menempel pada dinding vessel sehingga secara
kebetulan akan terdapat celah antara baffle dengan dinding vessel. Baffle umumnya
tidak digunakan pada cairan dengan viscositas tinggi dimana pembentukan vortex
bukanlah menjadi masalah yang penting. Baffle dipasang pada mixing vessel untuk
menambah turbulensi. Walaupun penggunaan baffle menaikkan jumlah tenaga atau
energi, tetapi di sisi lain memilki keuntungan yaitu terjadinya perpindahan panas
secara terus menerus dan waktu yang dibutuhkan untuk mencampur lebih cepat.
Pada praktikum ini, dilakukan beberapa simulasi mixing dengan
mempergunakan berbagai variasi kecepatan dengan interval antara 100 – 300 rpm.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa semakin besar kecepatan maka
kecenderungan terbentuknya vorteks semakin tinggi pula.
Pada system berpengaduk propeller, memberikan bentuk aliran yang bergerak
secara aksial sehingga menabrak dasar silinder, sehingga tidak terjadi penumpukan
partikel di satu tempat, melainkan merata di dasar dan acak.
Sedangkan Pada system berpengaduk turbine, memberikan bentuk aliran yang
menyebar ke arah dinding silinder kemudian bergerak ke dasar silinder kemudian
naik lagi ke arah impeller, dan penambahan kecepatan berakibat pada penumpukan
partikel sehingga sulit terjadi homogenitas. Untuk mengatasinya, dipasang baffle
sehingga vorteks dapat dirusak dan mixing menjadi lebih sempurna.
Dalam percobaan ini, kita menggunakan pasir sebagai parameter untuk
melihat pola aliran yang terjadi. Jumlah paasir yang digunakan akan berpengaruh
pada hasil pengamatan (secara kasat mata) terhadap bentuk dan pola aliran yang
sedang diaduk. Jika pasir yang digunakan terlalu sedikit, maka pola aliran yang
terbentuk tidak terlihat secara jelas.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ayng dilakukan dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Pengadukan menggunakan propeller, menyebabkan aliran aksial
2. Pengadukan menggunakan impeller, menyebabkan aliran aksial
3. Semakin cepat pengadukan, maka semakin besar vorteks yang terbentuk
4. Kerugian akibat adanya vorteks, pencampuran lambat terjadi, harus menggunakan
kecepatan pengadukan yang tinggi, pengadukan tidak homogen karena partikel
mengumpul di tengah vessel
5. Jika densitas dan viskositas cairan lebih kecil maka yang terjadi vorteks yang
terbentuk lebih besar
6. Pengadukan dengan baffle dapat merendam vorteks yang terbentuk
7. pengadukan dengan propeller menyebabkan vorteks lebih kecil bila dibandingkan
dengan menggunakan turbine.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robert E. Treyball, 1987, “ Mass Transfer Operation, “ 3 rd edition, Mc. Graw
Hill Book Company, New York.
2. Welty, J.R., C.E. Wicks, R.E. Wilson, 1984, “Fundamental of Momentum, Heat,
and Mass Transfer “, 3rd edition, John Wiley & Sons Inc., New York
3. Perry, RH and Chiton, CH,1984, “ Chemical Engineering Hand Book, “ 7 th
edition, Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd. Tokyo.
4. Warren L. Mc. Cabe, Julian c. Smith, dan Peter Harriot, 1993 “ Operasi Teknik
Kimia “, Penerbit Erlangga, Jakarta.
C. PERHITUNGAN
1. konversikan satuan masing-masing ukuran ke konversi yang sesuai
Da ( diameter impeller ) = 14 cm = 0,4593 ft
n ( kecepatan putaran impeller ) = 100 rpm = 1,67 rps
= 200 rpm = 3,33 rps
= 300 rpm = 5 rps
Dt ( diameter tabung ) = 30 cm = 0,9842 ft
w ( lebar daun impeller ) = 4,5 cm = 0,1476 ft
E ( jarak dasar tabung ke impeller ) = 14 cm = 0,4593 ft
H ( tinggi larutan dari dasar tabung ke permukaan ) = 30 cm = 0,9842 ft
L ( panjang daun impeller ) = 5 cm = 0,164 ft
2. Tentukan jenis impeller yang digunakan ?
Jenis Impeller yang digunakan Propeller bersekat
3. Hitung perbandingan Da/Dt, E/Da, L/Da, W/Da
4. Hitung Reynold Number, NRe setelah itu cari nilai daya Np dari grafik (9-13 atau
9-14) buku OTK jilid 1 sesuaikan dengan pengamatan grafik
Da = 0,14 m
n = 1,67 rps
n = 3,33 rps
n = 5 rps
ρ dicari dengan cara :
Beker kosong = 271 gr
Beker berisi sampel = 710 gr
Massa sampel = 439 gr
Volume beker = (11,5)2 . 5 / 4 cm3
= 1097,5 kg/m3
, asumsi suhu 25 oC, = 8,9 . 10-4 kg/m
( sumber buku Mass- Transfer Operation Bab 6 bagian contoh soal 6.2 hal. 157,
Treyball R.E)
n = 1,67 rps
NRe = 40.364
Plot data pada Figure 6.5 buku Mass- Transfer Operation Bab 6; Treyball R.E ,
diperoleh nilai daya Np;
Np = 0,385
n = 3,33 rps
NRe = 80.485
Plot data pada Figure 6.5 buku Mass- Transfer Operation Bab 6; Treyball R.E ,
diperoleh nilai daya Np;
Np = 0,375
n = 5 rps
NRe = 120.848
Plot data pada Figure 6.5 buku Mass- Transfer Operation Bab 6; Treyball R.E ,
diperoleh nilai daya Np;
Np = 0,37
5. Masukkan ke rumus daya
n = 1,67 rps, Np = 0,385
P = 0,105 watt
n = 3,33 rps, Np = 0,375
P = 0,817 watt
n = 5 rps, Np = 0,37
1. Controler
2. Penyangga Tabung
3. Tabung Air
4. Impeller
5. Pompa
GRAFIK (LAMPIRAN)
A. The Fluid Mixing Apparatus Tanpa Baffle