FIX RABIES (2).doc

25
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) RABIES A. Rabies Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan. B. Etiologi Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdovirida, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membran selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %, yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam

Transcript of FIX RABIES (2).doc

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) RABIESA. RabiesRabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.B. EtiologiVirus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdovirida, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membran selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm.Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %, yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 o C dapat tahan selama bebarapa tahun.C. Masa InkubasiMasa inkubasi rabies pada anjing 10 15 hari, dan pada hewan lain 3-6 minggu kadang-kadang berlangsung sangat panjang 1-2 tahun. Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi.Masa inkubasi bisa tergantung pada umur pasien, latar belakang genetik, status immun, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu masuknya ke susunan saraf pusat.Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan di tangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak. Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikia virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan - jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.D. Gejala KlinisGejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.1. Stadium ProdromalGejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.2. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.

3. Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.4. Stadium Paralis

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

E. Tipe Rabies Pada Anjing

a. Rabies Ganas Tidak menuruti lagi perintah pemilik. Air liur keluar berlebihan Hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha. Kejang Kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 47 hari sejak timbul atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

b. Rabies Tenang

Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk. Kejang Kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat. Kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan. Kematian terjadi dalam waktu singkat.

F. PatogenesisCara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Cakaran oleh kuku hewan penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati kuku-kukunya. Saliva yang ditempatkan pada permukaan mukosa seperti konjungtivamungkin infeksius. Ekskreta kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan bahaya rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang diciptakan oleh kelelawar. Penularan rabies melalui transplan korneadari penderita dengan ensefalitis rabies yang tidak didiagnosis pada resipen /penerima sehat telah direkam dengan cukup sering. Penularan dari orang ke orang secara teoritis mungkin tetapi kurang terdokumentasi dan jarang terjadi.Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak bisa masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan perubahan fungsinya. Bagian otak yang terserang adalah medulla oblongata dan annons hoorn.Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf voluntermaupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar.G. EpidemiologiRabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies. Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim, dan kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras. Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas dari rabies melalui SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun 2004, Banten sejak tahun 1996, dan provinsi Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan diterbitkannya SK Mentan bebas rabies ini, maka seluruh pulau Jawa telah bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta telah lebih dahulu dibebaskan berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun 1997.Daerah yang secara historis bebas rabies (belum pernah ada kasus) adalah provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (kecuali Pulau Flores), Kalimantan Barat, Papua, Irian Jaya Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung dan sampai saat ini tetap dapat dipertahankan bebas rabies.Manusia yang menderita rabies selalu berakhir dengan kematian (100% Case Fatality Rate), gigitan oleh anjing menempati persentase tertinggi (99,4%) diikuti kucing (0,29%) dan hewan lain, kera dan hewan piaraan atau liar lainnya (0,31%). Bagian tubuh manusia yang digigit meliputi kepala (5%), tangan (28%), kaki(57%), lain-lain (10%).H. Tipe-Tipe VaksinSemua vaksin rabies untuk manusia mengandung virus rabies yang telah diinaktifkan.1. Vaksin sel diploid manusia (HDCV)Untuk mendapkatkan suatu suspensi virus rabies yang bebas dari protein asing dan protein sistem saraf, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam lini sel fibroblast normal manusia WI-38. Preparasi virus rabies dipekatkan oleh ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan -propiolakton. Tidak ada reaksi ensefalitik ataupun anafilaktik serius yang pernah dilaporkan.2. Vaksin rabies, terabsorbsi (RVA)

Suatu vaksin yang dibuat dalam lini sel diploid yang berasal dari sel-sel paru janin kera rhesus diijinkan di AS tahun 1988. Virus vaksin ini diinaktivasi oleh -propiolakton dan dipekatkan oleh adsorbsi dengan aluminium fosfat.3. Vaksin sel embrio ayam yang dimurnikan (PCEC)Vaksin ini dipreparasi dari strain virus rabies fixed flury LEP yang tumbuh dalam fibroblast ayam. Diinaktivasi oleh -propiolakton dan dimurnikan lebih lanjut oleh sentrifugasi zonal.4. Vaksin jaringan saraf

Dibuat dari otak domba, kambing atau tikus yang terinfeksi dan digunakan di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Menimbulkan sensitisasi pada jaringan saraf dan menghasilkan ensefalitis pasca vaksinasi (suatu penyakit alergi) dengan frekuensi subscansial (0,05%). Perkiraan efektivitasnya pada orang yang digigit oleh hewan buas/gila bervariasi dari 5 sampai 50%.

5. Vaksin embrio bebek

Vaksin ini dikembangkan untuk meminimalkan masalah ensefalitis pasca vaksinasi. Virus rabies ditanam dalam telur bebek berembrio. Jarang terdapat reaksi anafilaktik, tetapi antigenisitas vaksinnya rendah, sehingga beberapa dosis harus diuji untuk mendapatkan respon antibodi yang memuaskan.6. Virus hidup yang dilemahkan

Virus hidup yang dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh pada embrio ayam (misalnya, strai flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia. Kadang-kadang vaksin demikian bisa menyebabkan kematian oleh rabies pada kucing atau anjing yang disuntik. Virus rabies yang tumbuh pada biakan sel hewan yang berlainan telah dipakai sebagai vaksin untuk hewan piaraan.

I. Pencegahan dan Pengendalian RabiesA. Pencegahana. Pencegahan Primer1. Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.2. Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies.3. Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies kedaerahdaerah bebas rabies.4. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera, 70% populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.5. Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing, kucing yang telah divaksinasi.6. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak bertuan dengan jalan pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.7. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus didaftarkan ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.8. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus (beronsong).9. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.10. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka rabies.11. Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies sekurang-kurangnya 1 meter.b. Pencegahan SekunderPertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau dengan deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur. Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan. Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap rabies sangat besar. Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh hewan tersangka rabies atau digigit oleh anjing di daerah endemic rabies harus sedini mungkin mendapat pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat dibuktikan bahwa tidak benar adanya infeksi rabies.c. Pencegahan TersierTujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau menghalangi perkembangan ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif yang mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi. Apabila hewan yang dimaksud ternyata menderita rabies berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas Perternakan, maka orang yang digigit atau dijilat tersebut harus segera mendapatkan pengobatan khusus (Pasteur Treatment) di Unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas pengobatan Anti Rabies dengan lengkap.

B. Pengendaliana. Aturan PerundanganUpaya pencegaan dan pengendalian rabies telah dilakukan sejak lama, di Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan terpadu secara lintas sektoral antara lain dengan adanya Surat Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri No: 279A/MenKes/SK/VIII/1978; No: 522/Kpts/Um/8/78; dan No: 143/tahun1978. Penerapan aturan perundangan ini perlu ditegakkan, agar pelaksanaan di lapangan lebih efektif dan secara tegas memberikan otoritas kepada pelaksana untuk melakukan kewajibannya sesuai dengan aturan perundangan yang ada, baik tingkat nasional, tingkat kawasaan, maupun tingkat lokal.b. Surveilans

Pelaksanaan surveilans untuk rabies merupakan dasar dari semua program dalam rangka pengendalian penyakit ini. Data epidemiologi harus dikumpulkan sebaik mungkin, dianalisis, dipetakan, dan bila mungkin segera didistribusikan secepat mungkin. Informasi ini juga penting untuk dasar perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program pengendalian.c. Vaksinasi RabiesUntuk mencegah terjadinya penularan rabies, maka anjing, kucing, atau kera dapat diberi vaksin inaktif atau yang dilemahkan (attenuated). Untuk memperoleh kualitas vaksin yang efektif dan efisien, ada beberapa persyaratan yang harus dipenui, baik vaksin yang digunakan bagi hewan maupun bagi manusia, yakni :

1. Vaksin harus dijamin aman dalam pemakaian.

2. Vaksin harus memiliki potensi daya lindung yang tinggi.

3. Vaksin harus mampu memberikan perlindungan kekebalan yang lama.

4. Vaksin arus mudah dalam cara aplikasinya.

5. Vaksin harus stabil dan menghasilkan waktu kadaluwarsa yang lama.

6. Vaksin harus selalu tersedia dan mudah didapat sewaktu-waktu dibutuhkan.J. Fungsi Perawat Dalam Managemen Rabies

1. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,). Pemenuhan kebutuhan aman dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri (notoatmodjo, 2001).a. Anamnesa pasien yang dicurigai rabies :Pemeriksaan fisik meliputi :

1) Status pernapasan :

a) Peningkatan tingkat pernapasanb) Takikardic) Peningkatan suhu ( 37,9 O C )d) Menggigil

2) Status nutrisi

a) Kesulitan dalam menelan makananb) Mual dan muntah

3) Status neurosensoria) Adanya tanda-tanda inflamasiAnamnesis :a) Kontak / jilatan / gigitanb) Kejadian didaerah tertular / terancam / bebasc) Didahului tindakan provokatif / tidakd) Hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabiese) Hewan yang menggigit hilang, lari dan tidak dapat di tangkap atau dibunuh dan dibuat.f) Hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies.g) Penderita luka gigitan pernah di VAR dan kapan?h) Hewan yang menggigit pernah di VAR dan kapan?

b. Identifikasi luka gigitan

Luka resiko tinggi : jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (mukosa, leher, kepala), luka pada jari tangan, kaki, genitalia, luka lebar atau dalam, dan luka banyak (multiple wound). c. perawatan luka rabies Pertolongan pertama di rumah :Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah dan lain-lain). Kemudian Segera ke Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit untuk mencari pertolongan selanjutnya. Di Puskesmas/ Rabies Center/ Rumah Sakit di lakukan : Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun, detergent lain di air mengalir selama 10 15 menit dan beri anti septik (betadine, alkohol 70 %, obat merah dll) Penderita dirujuk ke Rumah Sakit, Sebelum dirujuk, penderita diinfus dengan cairan Ringer Laktat/NACI 0,9%/cairan lainnya, kalau perlu diberi anti konvulsan dan sebaiknya penderita difiksasi selama di perjalanan dan waspada terhadap tindaktanduk penderita yang tidak rasional, kadang kadang maniakal disertai saatsaat responsif. Di Rumah Sakit penderita dirawat di ruang perawatan dan diisolasi Tindakan medik dan pemberian obatobat simptomatis dan supportif termasukanti biotik bila diperlukan. Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita, maka sewaktu menangani kasus rabies pada manusia, hendaknya dokter dan paramedis memakai sarung tangan, kaca mata dan masker, serta sebaiknya dilakukan fiksasi penderita pada tempat tidurnya .

d. KIE mengenai pencegahan penularan rabies kepada masyarakat sebelum terkena gigitan hewan yaitu masuk ke pencegahan tersier seperti yang di jelaskan di atas dan setelah terkena gigitan hewan yaitu melakukan pertolongan pertama penangan luka akibat gigitan rabies seperti yang dijelaskan di atas. Selain itu juga memberitahu mengenai tanda dan gejala rabies.2. Fungsi dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana (notoatmodjo, 2001).Contoh : seperti pada kasus, ada seorang warga yang terkena gigitan hewan, kemudian melaporkan / memeriksakan pada dokter di klinik, kemudian dokter atau perawat tersebut melaporkan kejadian tersebut ke dokter/ perawat di puskesmas setempat untuk di tindak lanjuti .a. Tata Cara Pelaporan Rabies

1. Apabila ada persangkaan rabies pada hewan, Kepala Desa harus segera melaporkan kepada Caroat dan petugas Peternakan di kecamatan.

2. a. Camat setelah menerima laporan dari kepala desa tentang adanya persangkaan rabies pada hewan harus segera melaporkan kepada Bupati/Walikota madya Daerah Tingkat II.b. Petugas peternakan di Kecamatan setelah menerima laporan dari kepala desa dan pimpinan unit kesehatan setempat tentang adanya persangkaan rabies harus segera melaporkan kepada kepala Dinas Peternakan Kabuapten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

3. Kepala Dinas Peternakan di Kabupaten/Kotamadya setelah menerima laporan harus segera melaporkan kepada Bupati/Walikota madya.

4. Dinas Peternakan setelah melakukan pemeriksaan klinis atau menerima hasil pemeriksaan laboratorium dari spesemen yang berasal dari hewan tersangka rabies harus segera melaporkan kepada unit Kesehatan yang melakukan perawatan penderita.

5. Instansi-instansi yang dimaksud dalam angka 3 setelah laporan untuk selanjutnya melaporkannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Pimpinan Unit Kesehatan yang merawat orang yang digigit atau dijilat hewan yang tersangka rabies harus segera melaporkan kepada Dinas Peternakan setempat.

7. Pimpinan Unit Kesehatan yang dimaksud selanjutnya melaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.3. Fungsi interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya, fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter (notoatmodjo, 2001).Pemberian Vaksin Anti Rabies dan Serum Anti Rabies Dosis dan Cara Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)Kemasan :Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)- Cara pemberian : disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah deltoideus (anakanak di daerah paha).- Dosis

VAKSINASIDOSISWAKTU PEMBERIAN

ANAKDEWASA

0,5 ml0,5 ml4x pemberian:

Hari ke-0, 2x pemberian sekaligus (deltoideus kiri dan kanan)

Hari ke 7 dan 21

Ulangan---

b. Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post Exposure Treatment)- Cara pemberian : sama seperti pada butir 1.a.- DosisVAKSINASIDOSISWAKTU PEMBERIAN

ANAKDEWASA

Dasar0,5 ml0,5 ml0,5 ml 4x pemberian: Hari ke-0, 2x pemberian sekaligus (deltoideus kiri dan kanan)

Hari ke 7 dan 21

Ulangan0,5 ml0,5 ml Hari ke 90

2. Suckling Mice Brain Vaccine (SMBV)Kemasan :- Dos berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml.- Dos berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.a. Dosis dan cara pemberian sesudah digigit (Post Exposure Treatment)- Cara pemberian :Untuk vaksinasi dasar disuntikkan secara sub cutan (sc) di sekitar daerah pusar.Sedangkan untuk vaksinasi ulang disuntikkan secara intra cutan (ic) di bagaian fleksor lengan bawah .- DosisVAKSINASIDOSISWAKTU PEMBERIANKET

ANAKDEWASA

Dasar1 ml2 ml7x pemberian setiap hariANAK: 3 tahun ke bawah

Ulangan0.1 ml0,25 mlHari ke 11, 15, 25, 35 dan 90

b. Dosis dan cara pemberian bersamaan dengan SAR sesudah digigit (Post Exposure Treatment)- Cara pemberian : sama seperti pada butir 2.a.- DosisVAKSINASIDOSISWAKTU PEMBERIANKET

ANAKDEWASA

Dasar1 ml2 ml7x pemberian setiap hariAnak: 3 tahun ke bawah

Ulangan0.1 ml0.25 mlHari ke 11, 15, 25, 35 dan 90

Dosis dan Cara Pemberian Serum Anti Rabies (SAR)1. Serum hetorolog (Kuda)- Kemasasn : vial 20 ml (1 ml = 100 IU)- Cara pemberian :Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intramaskuler.-Dosis :JENIS SERUMDOSISWAKTU PEMBERIANKETERANGAN

Serum Homolog20 IU/kg BBBersamaan dengan pemberian VAR hari ke-0Sebelumnya tidak dilakukan skin test

Kemasan : vial 2 ml ( 1 ml = 150 IU )

- Cara pemberian :

Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intramuskuler.

- Dosis :JENIS SERUMDOSISWAKTU PEMBERIAN KETERANGAN

Serum Homolog20 IU/kg BBBersamaan dengan pemberian VAR hari ke-0Sebelumnya tidak dilakukan skin test

Dosis dan Cara Pemberian VAR Untuk pengebalan Sebelum Digigit (Pre Exposure Immunization)

1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)

Kemasan :

Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.

- Cara pemberian (cara I) :

Disuntikkan secara intra muskuler (im) di daerah deltoideus.

- Dosis :VAKSINASIDOSISWAKTU PEMBERIAN

DasarI. 0.5 mlPemberian I (hari ke-0)

II. 0.5 mlHari ke 28

Ulangan0.5 ml1 tahun setelah pemberian 1

Ulangan Selanjutnya0.5 mlTiap 3 tahun

- Cara pemberian (cara II) :

Disuntikkan secara intra cutan ( dibagian fleksor lengan bawah ).

- Dosis :

VAKSINASI DOSISWAKTU PEMBERIAN

DasarI. 0,1 mlPemberian I (hari ke-0)

II. O,1 mlHari ke 7

III. 0,1 mlHari ke 28

Ulangan0,1 mlTiap 6 bulan - 1 tahun

Suncling Mice Brain Vaccine (SMBV)

Kemasan :

Dus berisi 7 vial @ 1 dosis dan 7 ampul pelarut @ 2 ml

Dus berisi 5 ampul @ 1 dosis intra cutan dan 5 ampul pelarut @ 0,4 ml.

- Cara pemberian :

Disuntikkan secara intra cutan (ic) di bagian flektor lengan bawah.

- Dosis :

VAKSINASIDosis WAKTU PEMBERIAN

ANAKDEWASA

Dasar

Ulangan I 0,1mlI 0,25 mlPemberian I

II 0,1 mlI I 0,25 ml3 minggu setelah pemberian I

III 0,1 mlIII 0.25 ml6 minggu setelah pemberian II

0,1 ml0.25 mlTiap 1 tahun

1. Prosedur pelaporan kasus rabies pada instansi terkait :

2. Masyarakat curiga terhadap hewan yang diduga rabies, dan melaporkan pada pimpinan unit kesehatan setempat atau petugas peternakan di kecamatan atau kepada aparat desa (kepala desa)

3. Laporan dari pimpinan unit kesehatan setempat/ petugas peternakan dikecamatan segera melaporkan kepada kepala dinas peternakan kabupaten.

4. Kepala dinas peternakan setelah menerima laporan harus disampaikan kebupati.

5. Dinas peternakan melakukan pemeriksaan klinis serta menerima hasil pemeriksaan laboratorium, segera memberikan laporan kepada petugas kesehatan yang merawat si penderita.

6. Pimpinan unit kesehatan yang yang merawat penderita gigitan hewan yang diduga rabies, harus segera melaporkan kepada dinas peternakan

7. Selanjutnya instansi-instansi terkait yang dimaksud, selanjutnya memberikan laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.