Fix jurnal biomat
-
Upload
bogor-agricultural-university -
Category
Documents
-
view
107 -
download
3
Transcript of Fix jurnal biomat
Biokompatibilitas In Vivo pada Biomaterial Silikon Berpori untuk Obat Perantara ke Jantung
Marka A. Tolli,
Abstrak
Infark Myokardium (MI), biasanya dikenal sebagai serangan jantung, yaitu nekrosis yang
tidak dapat balik pada otot jantung sekunder sehingga menyebabkan iskemia berkepanjangan,
yang merupakan peningkatan masalah dalam hal morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan
dunia. Seiring dengan adanya ide untuk mengembangkan nanocarriers yang efisien memberikan
agen terapi untuk jantung, dalam penelitian ini, kami bertujuan untuk menguji biokompatibilitas
secara in vivo pada ukuran yang berbeda hydrocarbon termal silikon berpori (THCPSi)
mikropartikel dan oksidasi termal silicon berpori( TOPSi) mikro dan nanopartikel dalam jaringan
jantung. Meskipun sitotoksisitas tidak ada atau rendah, kedua jenis partikel menunjukan baik
secara biokompatibilitas in vivo, dengan tidak mempengaruhi parameter hematologi dan tidak
ada perubahan yang cukup besar pada fungsi jantung sebelum dan sesudah Infark Myokardium
(MI). injeksi local dari THCPSi mikropartikel ke miokardium yang menyebabkan aktivasi lebih
tinggi terhadap inflamasi sitokin dan fibrosis yang mendukung gen untuk dicocokan dengan
TOPSi mikro dan nanopartikel. Bagaimanapun kedua partikel menunjukan tidak berakibat
signifikan terhadap fibrosis miokardium pada satu minggu pasca injeksi. Hasil kami
menyarankan bahwa THCPSi dan TOPSi mikro dan nanopartikel dapat diaplikasikan untuk agen
terapi aliran jantung di masa depan dan biomaterial PSibisa berfungsi sebagai perangkat yang
spesifik untuk pengobatan penyakit jantung.
1. Pendahuluan
Nanoteknologi sangat berpengaruh pada penelitian medis yang meningkatkan pentingnya
pengembangan aplikasi dan pendekatan terapi baru[1]. Diantara aplikasi ini, penggunaan
nanocarriers mendapat minat pemesanan mencapai kesuksesan pada terapi dan agen oencitraan
untuk pengobatan dan diagnose penyakit yang berbeda, seperti kanker[2-7] dan penyakit
kardiovaskular[8,9].
Gagal jantung kronis (HF) adalah sindrom klinis kompleks yang berasal dari berbagai
penyebab yang muncul dari pewarisan (skunder) atau kelainan struktur dan fungsi jantung.
Infark myocardium (MI) terus meningkat dalam masalah morbiditas, mortalitas dan biaya
kesehatan [12]. Setelah terjadinya MI. serangkaian respon pemodelan kompleks menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi kardiomiosit melalui perubahan terkoordinasi dalam ekpresi
gen dan protein[13]. Pertumbuhan hipertropi adalah mekanisme utama yang mengurangi tekanan
pada dinding ventrikel jantung dengan memperbesar miosit individu untuk meningkatkan fungsi
pompa jantung dan menurunkan tensi dinding ventrikel[14-16]. Akhir-akhirn ini pengobatan
yang baik untuk HF menggunakan agen farmakologis telah terbukti efektif dalam menurangi
hipertropi atau pemodelan negative miokardium, seperti inhibitor enzim pengubah angiotensin,
antagonist receptor angiotensin, antagonis receptor mineralocorticoid, penghalang saluran
kalsium, dan penghalang beta[11,15]. Selain itu, biventricular pacing dan operasi bypass coroner
telah terbukti mengurangi tingkat rawat inap sevara signifikan, dan dengan demikian
meminimalkan kematian atau meningkatkan status fungsional jantung [11]. Meskipun
pengibatan optimal dengan obat yang ada, secara keseluruhan pendekatan terapi ini agak terbatas
dibeberapa kasus, juga mungkin merugikan efek terapi ini harus dupertimbangklan ketika
digunakan pada dosi yang dibutuhkan untuk efek terapi yang diinginkan[11,15,17]. Oleh karena
itu, strategi terapi baru sangat diperlukan untuk mencegah angka kematian yang tinggi akibat MI.
Salah satu pendekatan untuk masalah tersebut bisa menjadi jalan keluar yang efisien bagi
agen terapi untuk kesehatan jaringan jantung. Nanocarriers yang berbeda akhir-akhir ini telah
terbukti efisien memberikan obat kedalam obat miokardiumyang terinjeksi[8,9,16,18]. Akhir-
akhir ini, pendekatan aliran gen juga telah digunakan untuk pengobatan HF, hasilnya
menunjukan peningkatan fungsi jantung, serta pencegahan tidak berfungsinya diastolic ventrikel
kiri[17,29]. Dengan demikian, kami berhipotesis bahwa silicon berpori (PSi) juga dapat
bertindak sebagai biomaterial untuk obat aliran ke jantung. Psi telah dipelajari secara meluas
dalam berbagai aplikasi, terutama untuk tujuan yang efisien untuk jaringan spesifik
menggunakan fungsi nanopartikel Psi[20-23], dan potensinya dibidang biomedis telah
didemontrasikan. Sebagai contoh cytocompatibility Psi telah didemonstrasikan dengan
modifikasi Psi nanopartikel dengan usus (HT-29), hati (HepG2) makrofag (RAW 264.7), dan
perut (AGS), barisan sel [24,25]. Komponen fisiko kimia Psi diantaranya ukuran partikel,
bentuk, ukuran pori, luas permukaan (>300 m2/g) tingkat porositas yang tinggi (50-80%) dan
permukaan kimia [2,26,27]. Membuat karakteristik khusus material untuk meningkatkan
solubitas pada obat terlarut yang rendah air[28-30]. Dengan demikian, idealnya untuk
mengontrol pelepasan obat [24,31,32]. Selain itu, Psi telah didemonstrasikan menjadi
biodegradebel [33-36]. Dan pembelajaran in vivo telah menunjukkan biokompatibilitasnya juga
dalam jaringan hidup [37-40]. Oleh karena itu, biosafety biomaterial yang berbeda sangat
penting untuk menjamin kesuksesan obat ke sel tujuan dengan sedikit atau tidak ada efek
samping [41]. Dalam hal ini, nano atau microtoxicology dipelajari secara luas untuk
mengevaluasi biosafety dan kemungkinan adanya efek samping yang dibawa pada kesehatan dan
organ atau jaringan yang terluka[41-44]. Meskipun sebagian besar penelitian pada toksikologi
material masih sedikit yang diketahui tentang efek struktur nano material pada jaringan jantung
[45], karena banyaknya upaya yang harus dimasukkan dalam area penelitian. Berdasarkan
penelitian kami sebelumnya tentang partikel Psi dan sebagai hasil stabilitas partikel dan
komponen fisiko kimia mereka, di samping itu, kurangnya laporan sebelumnya yang dipelajari
dengnan Psi, dan sel kardiomiosit dan jaringan jantung. Kami bertujuan untuk menguji keduanya
secara in vitro sitokompatibilitas primer sel kardiomiosit dan secara in vivo biokompatibilitas
dari ukuran berbeda hidrofobik Psi mikropartikel dan hidrofilik Psi mikro dan nanopartikel di
jaringan jantung. Psi mikro dan nanopartikel diinjeksi ke dalam miokardium tikus normal dan
juga ke dalam jantung tikus yang di serang penyakit. Dan fungsi jantung setelah injeksi di
perkirakan dengan ekokardiografi. Akibat injeksi partikel Psi intramiokardial pada tikus nilai
hematologi yang telah dianalisis. Perubahan ekspresi inflamasi dihubungkan dan gen provibroti
ke area injeksi pada jantung juga dievaluasi.di dalam respon inflamasi dan fibroti pada jaringan
diukur dengan imuno histologi.
2. Bahan dan Metode
2.1 Persiapan hidrokarbon termal silicon berpori (THCPSi) dan oksidasi termal silicon
berpori ( TOPSi) mikro dan nanopartikel.
Berdasarkan pembelajaran sebelumnya terhadap partikel Psi dan sebagai hasil partikel
yang stabil dalam larutan komponen fisikokimia, kami memilih dua ukuran berbeda
untuk THCPSi dan TOPSi mikropartikel, dan satu jenis TOPSi nanopartikel. THCPSi
dan TOPSi disiapkan secara elektrokimia sebagai gambaran lainnya [29,46,47].
Singkatnya, film Psi bebas dianoda secara elektrokimia dari monokirstali, boron
dibiuskan p+Si (100) wafer dengan resistivitas 0,01-0,02 Ω.cm mengg8nakan asam
Fluorida (38%)-etanol (EtOH) elektrolit. Untuk mikropartikel, film bebas diproduksi
menggunakan konstanta etsa sesaat. Dengan nanopartikel, multilayer fils Psi dibentuk
dengan menerapkan pengulangan pulsa rendah/tinggi pada proses etsa. Pori film diangkat
dari substrat Si dengan meningkatkan proses etsa secara tiba-tiba ke daerah
electropolishing. TOPSi nanopartikel diproduksi dengan oksidasi termal multilayer film
pada udara ambien selama 2 jam pada 300oC, diikuti dengan penggilingan basah dalam
EtOH, sehingga akhirnya pemilihan ukuran dengan sentrifugasi. Untuk menghasilkan
mikropartikel, anoda film digiling dalam keadaan kering dan kemudian partikel
dipisahkan kedalam ukuran kelas yang berbeda dengan menyaringnya diikuti dengan
sentrifugasi. Dalam kasus THCPSi, penggilingan mikropartikel diawali dengan
pembenaman kedalam larutan asam fluoride untuk dipindahkan oksidasi alami yang
dibentuk selama penggilingan dan pengeringan. Diperoleh hydrogen akhir Psi
mikropartikel yang kemudian hidroksi termal dibawah 1:1 (vol.) C2H2-N2 mengalir
selama 15 min pada suhu ruangan diikuti dengan sebuah percobaan panas selama 15 min
pada 500oC dan didinginkan kembali pada suhu ruangan dibawah aliran N2 [47].
Pemisahan ukuran diperoleh sama dengan metode saringan dan sentrifugasi untuk
gambaran TOPSi mikropartikel.
2.2. Karakterisasi Fisikokimia THCPSi dan TOPSi mikro dan nanopartikel
Permukaan kimia partikel THCPSi dan TOPSi dikarakterisasi dengan tranformasi
Fourier spektroskopi infrared (FTIR) menggunakan Mattson Galaxy 6020 (instrument
Mattson, USA) dilengkapi dengan sebuah detector dingin HgCdTe sampai -196 o
C dan
sebagai tambahan difusi dan reflektansi (Spectra-Tech Inc., USA).
Komponen berpori pada beberapa sampel Psi dikarakterisasi dengan serapan N2,
pada -196 o
C dengan sebuha Tristar 3000 (Micromeritics Inc., USA). Daerah permukaan
khusus dihitung menggunakan teori Brunauer-Emmett-Teller (BET), dan total volume
pori ditentukan dari isotherm menggunakan nilai adsorpsi pada tekanan relative
p/po=0,97. Rata-rata diameter pori dihitung dengan asumsi pori sebagai silindris dan
menggunakan BET diperoleh daerah dan volume pori.
Rata-rata ukuran THCPSI dan TOPSi mikropartikel diukur menggunakan
scanning electron microscope (SEM;Zeiss DSM 962). Sampel di suspense dalam EtOH
dan setiap tetes sampel ditambah sebuah metallic, boleh dikeringkandan dipercikan
dengan platinum sebelum pencitraan. Rata-rata ukuran TOPSi nanopartikel diukur dari
pencitraan transmission electron microscope (TEM;FEI Tecnai F12). Sampel untuk TEM
disiapkan dengan penambahan tetesan suspense nanopartikel TOPSi (siap dalam EtOH)
pada jaringan tembaga karbon dan boleh dikeringkan semalam.
2.3. Preparasi Psi mikro dan nanopartikel untuk pengujian sitotoksitas da kultur
kardiomiosit primer.
Untuk pengujian viabilitas, 10mM Hank’s seimbang larutan garam (HBSS)-4-92-
hidroksietil)-1-asam piperazineethanesulfonic (HEPES) larutan penyangga pH 7,4 yang
segar dan suspense mikro dan nanopartikel disiapkan pada konsentrasi kisaran 25-
1000µg/mL. Reagen sel kultur diperoleh dari Sigma-Aldrich, kecuali sebaliknya. Kultur
primer neonatal ventricular kardiomiosit tikus yang telah disiapkan dari 2-4 hari tikus
Wistar [48]. Binatang dikorbankan dengan pemenggalan kepala dan ventrikel
dikeluarkan dan dipotong menjadi potongan kecil. Potongan ventrikel diinkubasi pada 37
dengan digoncangkan selama 2 jam kedalam larutan yang terdiri dari 100mM NaCl, 10
mM KCl, 1,2 mM KH2PO4, 4.0 mM MgSO4, 50 mM taurine, 20 mM glukosa, 10 mM
HEPES, 2mg/ml kolagen tipe 2 (Worthington, Lakeword), 2 mg/mL pancreatin dan 1%
penicillin-streptomycin (PS.Gibco). Setelah inkubasi dilepaskan sel dikumpulkan
kedalam 15 mL tabung dan sentrifugasi selama 15 min pada 160 x g. Supernatan dan
lapisan atas butiran terdiri dari sel yang rusak yang dibuang dan diisolasi suspensi
kardiomiosit dalam Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM)/F12 medium
kultur(Gibco) terdiri dari 2,5 mM L-glutamine, suplemen 1% PS dan 10% serum bovine
(Gibco). Sel sebelum dilapisi selama 30-60 min pada diameter 10 cm plat sel kultur, dan
kardiovaskuler yang tidak terikat yang dikumpulkan pada medium. Jumlah sel yang
dapat dihitung dengan bantuan mikroskop cahaya dalam wadah. Kardiomiosit ditanam
dalam plat-96 pada kerapatan 5x10^5 sel. Berdasarkan uji yang digunakan. Setelah 24
jam inkubasi, medium diganti dengan medium bebas dengan serum yang lengkap
(DMEM/F12, 2.5mg/mL bovine serum albumin, 1µM insulin, 2.5 mM L-glutamin, 32
nM selenium, 2.8 mM sodium piruvat, 5.64 µg/mL transferrin, 1nM T3, dan 100 IU/mL
PS). Sel dikultur selama 24 jam sebelum diuji. Suhu pada ruangan kultur yaitu 37 o
C
dengan 5% CO2 dan 95% udara atmosfer.
2.4 uji viabilitas sel
Pada penelitian ini, sel aktif metabolisme dikuantifikasi berdasarkan jumlah ATP
yang dihasilkan oleh sel ( Cell-Gio® uji viabilitas sel luminescence, promega ). Oleh
karena itu, jumlah ATP berbanding lurus dengan sel kultur. Setelah kardiomiosit primer
terpasang pada plat 96, plat dicuci dua kali dengan 100 µl- 10 mM HBSS-HEPES
(pH- 7,4). Setelah dicuci, 100 µl suspense PSi (in HBSS). Pada konsentrasi 25 -1000
µg/ml. ditambahkan ke setiap plat. Sel kemudian diinkubasi pada suhu 37 o
C selama 3
jam. Setelah inkubasi, plat dicuci dua kali dengan HBSS untuk menghilangkan kelebihan
partikel dan lempeng yang diseimbangkan pada suhu ruangan selama 30 menit. Setelah
itu, uji reagen ditambahkan ke setiap plat. Positif ( larutan 1% triton X-100) dan negatif (
10 mM larutan HBSS- HEPES ) yang dikontrol telah digunakan seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Luminescence diukur dengan menggunakan varioscan flash multimode
reader ( thermo fisher scientific ). Semua eksperimen telah dilakukan setidaknya 3 kali.
2.5 Suntikan partikel ke dalam jantung
Sekitar 8 minggu tikus jantan yang beratnya 200- 300 gram yang dibius dengan
hidroklorida medetomidine dan hidroklorida ketamine. Sebuah torakotomi kiri dan
sayatan verikardial dibentuk untuk memperlihatkan jantung dan injeksi tunggal yang
dibawa dalam (100 µL larutan penyangga fosfat, PBS (sigma) untuk mikro partikel Topsi
dan THCPSi; 100 µL, PBS/Etanol 3.6 % untuk nanopartikel Topsi) untuk mikropartikel
dan nanopartikel (mikropartikel Topsi 500 µg di dalam 100 µ larutan PBS: mikropartikel
THCPSi 500 µg dalam 100 µl PBS/10 % etanol dan nanopartikel Topsi 200 µg dalam
100 µl PBS/etanol 3,6 % telah disuntikan langsung ke dalam dinding arteri bagian
ventrikel kiri (LV) menggunakan jarum suntik presisi Hamilton. Jarum suntik yang
dimasukkan ke dalam salah satu dinding LV yang bebas kemudian perlahan-lahan solusi
diinjeksi menggunakan jarum suntik. Jantung yang direposisikan , tikut yang sedikit
hiperventilasi dan sayatan yang ditutup. Setelah operasi, anesthesia sebagian diantagonis
dengan hidroklorida atipamezole. Untuk analgesia pasca operasi, hidroklorida
buprenorphine dua kali sehari dan karprofensekali sehari selama tiga kali digunakan.
Dalam seminggu atau 4 minggu pasca injeksi ekokardiografi akan dilakukan. Tikus yang
telah didekapitasi dan jaringan tertentu telah dikumpulkan untuk analisis lebih lanjut.
2.6 model eksperimental infark miokard (MI)
Akut MI diproduksi oleh ligase LAD (menurunnya anterior kiri) ketika
hidroklorida medetomidin dan anestasia ketamin hidroklorida seerti yang dijelaskan
sebelumnya. Tikus yang terhubung ke respirator melalui tracheostomy dan berventilasi
pada tingkat 55-60 napas/menit. Sebuah torakotomi kiri dan sayatan pericardial
ditunjukkan dan LAD diikat sekitar 3 mM dari asalnya . Setelah dikasih LAD jantung
direposisiskan di dada dan sayaan tersebut ditutup. Efek anesthesia yang diantagonis
dengan hidroklorida atipamezol dan tikus yang terhidrasi dengan 5 mL larutan garam
fisiologis. Hidroklorida buprenorfin 0,1 mg/kg dua kali sehari dan karprofen 5 mg/kg
sekali sehari diberikan selama 3 hari sebagai analgesia pasca operasi. Tikus-tikus sham
yang dioperasikan menjalani prosedur bedah yang sama tapa ligasi LAD. Partikel Topsi
7 µm atau 110 nm disuntikkan ke dinding anterior LV sebelum ligasi LAD partikel Topsi
yang dikirim ke jantung di operasikan menggunakan teknik tanpa ligasi LAD. Setelah
seminggu, pasca infark ekokardiografi yang dilakukan tikus yang di dekapitasi dan
jaringan khusus yang dikumpulkan untuk analisa lebih lanjut.
2.7 pengukuran ekokardiografi
Ekokardiografi transthoracic dilakukan menggunakan system aucson dan
transduser linear 15-MHz. sebelum pemeriksaan, tikus dibius dengan ketamine dan
xylazine. Dengan menggunakan dua dimensi pencitraan, diperoleh sumbu pendek LV
pada tingkat otot papiler dan M-mode depan dua dimensi dan diperoleh dinding posterior
LV. Dimensi LV akhir sistolik dan diastolik memiliki ketebalan septum interventrikular
dan dinding posterior yang diukur dari penelusuran M-mode. LV fractional shortening
(FS) dan ejection fraction (EF) dihitung dari dimensi M-mode LV menggunakan
persamaan (1) dan (2) :
Di mana LVEDD adalah diameter ventrikel kiri diastolik akhir dan LVESD merupakan
diameter ventrikel kiri sistolik akhir. Rata-rata, tiga pengukuran tiap variabel digunakan.
Semua pengukuran ekokardiografi dilakukan oleh ahli sonogram buta yang terampil
terhadap perawatan.
Setelah proses ekokardiografi, hewan-hewan itu akan dieutanasia dengan
memenggal kepalanya. Sampel darah dikumpulkan lalu jantung dipindahkan dan
ditimbang. Daerah injeksi, pada bagian tengah jantung digunakan untuk analisis
histologis dan intinya direndam dalam cairan nitrogen dan disimpan pada suhu -70 ºC
untuk analisa lebih lanjut.
2.8. Analisis Hematologi
Sampel darah diambil ketika pemenggalan kepala hewan tersebut. Darah
dikumpulkan pada tabung asam yang berisi sodium ethylenediaminetetra-asetat, serta sel
darah merah dan sel darah putih (RBC, WBC) akan diukur. Penentuan tingkat
hemoglobin (HGB), hematokrit (HCT), rata-rata hemoglobin corpuscular (MCH), lebar
distribusi sel darah merah (RDW), trombosit (PLT), rata-rata trombosit (MPV), rata-rata
konsentrasi hemoglobin corpuscular (MCHC), rata-rata volume selular (MCV) dan
distribusi sel darah putih (NEU, neutrofil, LYM, limfosit, MO, monosit, EO, eosinophil,
BA,basofil) dilakukan dengan sel-Dyn Sapphire (Abbott).
2.9. Imunohistokimia
Setelah mengorbankan hewan tersebut, jantung akan dipindahkan dan di transfer
ke bagian tengahnya yang difiksasi ke dalam 10% formalin buffer netral selama 1-2
hari, lalu ditanam dalam parafin, potong menjadi 5μm bagian dari daerah injeksi. Untuk
mengevaluasi keberadaan mikro atau nanopartikel dan respon inflamasi, fiksasi formalin
bagian-penanaman parafin di deparafinisasi dalam xylene dan dehidrasi dalam EtOH dan
diwarnai dengan hematoxylin dan eosin (H & E). Implamasi diukur dari pewarnaan H &
E dengan mengevaluasi ukuran implamasi jaringan granula yang bersifat negatif atau
positif, sedikit inflamasi atau tidak adanya inflamasi dianggap bersifat negatif, substansi
inflamasi dianggap bersifat positif. Teknik trichrome Masson digunakan untuk
menentukan tingkat fibrosis (area fibrosis / luas total LV) di LV dengan menggunakan
Nikon NIS-
3.2 software. Analisis Immunohistological dibentuk dengan menggunakan
mikroskop cahaya (Nikon Eclipse 50i).
2.10. Analisis ekspresi gen
Total RNA dari jaringan jantung apikal diisolasi oleh Metode guanidin
thiocyanate-CsCl. Untuk kuantitatif Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
analisis, cDNA disintesis dari RNA total dengan Sintesis Kit Pertama-Strand cDNA (GE
Healthcare Life Sciences) mengikuti system yang semestinya. RNA dianalisis dengan
RT-PCR pada ABI 7300 dengan urutan sistem deteksi (Terapan Biosystems)
menggunakan kimia TaqMan. Hasil dikuantifikasi dengan menggunakan Metode DDCT
dan dinormalisasi untuk gen 18S dari sampel yang sama untuk memperbaiki variasi
potensial dalam sampel beban. Langkah sebelum dan sesudah primer serta probe
fluorogenik untuk deteksi RNA ditunjukkan dalam Tabel S1.
2.11. Statistik
Hasil statistik dinyatakan sebagai rata ± standard error darirata-rata tersebut
(SEM). Analisis statistik dibentuk dengan menggunakan SPSS versi 19.0.0.1 (SPSS Inc,
Chicago, IL, USA) dan GraphPad Prism versi 5.00 (GraphPad Software, San Diego,
California, USA). untuk menentukan perbedaan statistik antara dua kelompok, digunakan
sampel yang diuji. Untuk beberapa perbandingan, statistik signifikansi
dievaluasi oleh satu cara ANOVA, yang diikuti oleh uji
LSD. Untuk evaluasi tingkat peradangan dan
jaringan granulasi yang disebabkan oleh injeksi mikro / nanopartikel, menggunakan uji
eksak Fisher. Nilai probabilitas * p <0,05, ** p <0,01 dan *** p <0,001 dianggap
signifikan secara statistik.
2.12. etika
Semua protokol eksperimental dengan hewan telah disetujui oleh komite peduli Hewan dan
Komite Perawatan dari University Oulu dan Daerah Tata Usaha Negara
Badan Finlandia Selatan,sesuai dengan Panduan untuk Perawatan dan Penggunaan
Hewan Laboratorium yang telah diterbitkan oleh US National Institutes of Health.
3. Hasil dan diskusi
3.1 Karakteristik fisikokimia mikro dan nanopartikel THCPSi dan TOPSi
Karakteristik struktur partikel THCPSi dan TOPSi ditentukan dengan menggunakan N2 ,
dan hasil ditunjukan pada gambar 1 Tabel 1 menunjukan tampilan SEM mikropartikel
THCPSi dan TOPSi dan tampilan TEM nanopartikel TOPSi. Secara umum, mikro dan
nanopartikel ditunjukan sebagai bentuk yang tak teratur, dengan rata-rata 7 dan 19 µm
untuk mikrpartikel THCPSi, 7 dan 17 µm untuk mikropartikel TOPSi, dan 110 nm untuk
nanopartikel TOPSi.
Struktur kimia permukaan partikel THCPSi dan TOPSi dievaluasi dengan FTIR
(Gambar 2). Spektrum FTIR partikel THCPSi menunjukan beberapa fitur berbeda,
seperti simetri dan asimetri rentang ikatan CH2 dan CH3 antara 2860 dan 2970 /cm. pita
C-H rentang pada 3055 /cm juga mendekati sepanjang cahaya tampak, menuju vibrasi
pita Si-C=C. Sekain itu, absorpsi pita berpusat di 1000/cm ialah karakteristik untuk
THCPSi[52]. Partikel TOPSi ditunjukan pada bagan yang menunjukan vubrasi regangan
Si-O antara 1000 dan 200/cm memperkuat oksidasi termal partikel. Selain itu,
karakteristik vibrasi regangan v(O3Si-H) pada 2270/cm yang diamati, menindikasikan
sisa hidrida Si pada permukaan utama oksidasi tulang belakang. Pita bahu pada 3740/cm
menindikasikan kehadiran jenis Si-OH, juga memperkuat percobaan oksidasi termal
partikel TOPSi.
3.2 Viabilitas Sel
Studi secara in vitro/mikrotoksikologi sangat penting dalam memprediksikan
biosafety pembawa. Berdasarkan studi kita sebelumnya dengan partikel Psi dan sebagai
hasil stabilitas partikel dan komponen fisikokimianya, kita mengevaluasikan sitotoksitas
dalm ukuran berbeda mikropartikel dan nanopartikel THCPSi dan TOPSi, dan satu tipe
nanopartikel TOPSi [26,31,39,55]. Viabilitas kardiomiosit primer dikalkulasikan
kedalam aktivitas metabolismenya. Dengan mengukur produksi ATP pada mikropartikel
THCPSi dan TOPSi, maupun nanopartikel TOPSi, menggunakan luminesen (gambar 3A)
[46,53]. Setelah 3 jam inkubasi dengan kardiomiosit primer, rendahnya konsentrasi
mikropartikel THCPSi tidak menginduksi toksisitas spesifik dengan tinggi dan
ketergntunga konsentrasi ATP diamati pada semua konsentrasi partikel. Untuk konsentri
tertinggi, secara statistic mengurangi kandungan ATP sebesar 85% untuk THCPSi 7µm
(p<0,05) juga mengurangi kandungan ATP yang diamati untuk kedua konsentrasi
tertinggi THCPSi 19µm (p<0,01 dan p>0,0001), yang memunculkan ketergantungan
konsentrasi, lebih umum pada konsentrasi lebih tinggi. Akibat ketergantungan ukuran
partikel yang diamati pada TOPSi 7 dan 17µm pada konsentrasi yang dipelajari, dimana
partikel lebih besar menunjukan berkurangnya toksisitas sel daripada sel yang lebih kecil.
3.2. sel viabilitas nano in vitro / studi microtoxicology sangat penting untuk memprediksi biosafety dari operator.
Berdasarkan studi kami sebelumnya dengan partikel PSi, dan sebagai hasil dari stabilitas partikel dan sifat fisikokimia, kami mengevaluasi sitotoksisitas dalam dua ukuran yang berbeda dari mikropartikel THCPSi dan Topsi, dan salah satu jenis Nanopartikel Topsi. Kelangsungan hidup dari kardiomiosit primer dihitung dengan mempertimbangkan metabolisme aktivitasnya, dengan mengukur produksi ATP yang ada pada mikropartikel THCPSi dan Topsi, serta nanopartikel Topsi, dengan menggunakan pengujian berbasis luminescence (Gbr. 3A) [46,53]. Setelah 3 jam waktu inkubasi dengan kardiomiosit primer, konsentrasi yang lebih rendah dari THCPSi mikropartikel tidak menginduksi toksisitas sacara signifikan, Dengan ATP yang sangat tinggi dan konsentrasi yang diamati bergantung untuk semua konsentrasi partikel. pada Untuk konsentrasi tinggi, penurunan statistik secara signifikan dari ATP hingga 85% untuk THCPSi 7 mm (p <0,05). Juga, penurunan statistic secara signifikan dari ATP yang diamati untuk dua konsentrasi tertinggi THCPSi 19 µm (p <0,01 dan p <0,001). mikropartikel Topsi memicu penurunan statistik secara signifikan pada sel ATP (p <0,01 dan p <0,001), yang bergantung terhadap konsentrasi,terlihat lebih jelas pada konsentrasi yang lebih tinggi. Efek partikel tergantung pada ukuran yang diamati untuk Topsi 7 dan 17 µm brdasarkan konsentrasi percobaan, di mana partikel yang lebih besar kurang tertoksisitas ke sel-sel lain dibandingakan partikel yang lebih kecil. Pengujian yang sama juga dilakukan dengan nanopartikel Topsi (Gambar. 3B). Secara umum, nanopartikel Topsi telah terbukti kurang beracun dari mikropartikel Topsi dalam kardiomiosit primer, sesuai dengan studi sebelumnya, walaupun sel lainnyajuga digunakan. Pekerjaan kami sebelumnya menunjukkan bahwa partikel Topsi dalam berbagai ukuran antara 1-25 µm yang ditemukan dapat menginduksi efek toksik lebih besar di Caco-2 dan RAW 264.7 sel makrofag, dibandingkan dengan nanopartikel Topsi [29]. Ditemukan bahwa ukuran dan Bentuk dapat mempengaruhi rute internalisasi partikel oleh sel, serta interaksinya terhadap dinding sel. Ukuran yang berbeda dan bentuk yang tidak teratur lebih diperlihatkan oleh mikropartikel Topsi dibandingkan dengan nanopartikel Topsi, yang memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih bulat, juga dapat memberikan penjelasan untuk tingkat perbedaan toksisitas yang diamati [54].hal ini harus diperhitungkan bahwa kardiomiosit primer memiliki kondisi kepekaan unggul yang lebih keras dibandingkan dengan sel garis selanjutnya.
Secara umum, semua bahan penelitian, mikropartikel THCPSi dan Nanopartikel Topsi
mengandung sedikit racun terhadap kardiomiosit primer.
3.3. Pengaruh THCPSi dan mikro dan nanopartikel Topsi terhadap parameter hematologi
biokompatibilitas in vivo THCPSi dan mikro Topsi dan nanopartikel telah dievaluasi dengan
menyuntikkan partikel ke dalam miokardium dari tikus. Sampel darah dari tikus yang terkontrol dan
nano / mikropartikel tikus disuntikkan dikumpulkan selama pemenggalan kepala pada satu minggu
pasca injeksi, dan hematologi denganparameter yang diukur. Tidak ada perubahan secara signifikan
pada kadar hemoglobin (HGB), trombosit (PLT) dan jumlah sel darah putih (WBC) ketika
membandingkan THCPSi atau TOPSi untuk injeksihewan dengan tingkat kontrol yang diobati (Tabel2).
Demikian pula, tidak ada Perbedaan dalam distribusi WBC (NEU, LYM, MO, EO, BA) yang terlihat antara
hewan kontrol dan hewan partikel-yang disuntikkan kecuali jumlah eosinofil, yang secara signifikan
menurun (81%, p <0,05) setelah penyuntikan intramyocardial dari Topsi 7 mm
(Tabel 3). Tidak ada perbedaan antara THCPSi- atau Topsi-yang disuntikkan pada tikus
dan hewan yang dikontrol dan dirawat terlihat pada hematokrit (HCT), berarti hemoglobin corpuscular
(MCH), lebar distribusi sel darah merah (RWD), rata-rata volume platelet (MPV), rata-rata konsentrasi
hemoglobin sel hidup (MCHC) dan volume seluler (MCV) nilai rata-rata
(Informasi Tambahan Tabel S2).
3.4. Fungsi jantung setelah suntikan THCPSi dan Topsi ke dalam miokardium yang normal
Untuk mempelajari efek dari THCPSi dan mikro Topsi dan nanopartikel pada fungsi jantung
setelah diinjeksi ke dalam miokardium, fungsi jantung menggunakan echocardiography pada 7 hari atau
4 minggu pasca injeksi, sebelum memenggal kepala hewan. THCPSi 7 dan 19 mm dan mikropartikel
Topsi 7 dan 17 mm yang disuntikan tidak berpengaruh pada fungsi sistolik LV (fraksi ejeksi atau
shortening pecahan) pada satu minggu atau 4 minggu dibandingkan dengan kontrol hewan yang disuntik
(Gbr. 4A dan B). Fraksi ejeksi LV (11%) dan shortening pecahan (13%) sedikit meningkat pada satu
minggu dalam menanggapi suntikan partikel Topsi 110 nm (Gbr. 4A dan B). output jantung , volume
stroke, denyut jantung, massa LV dan hati-berat-tobody- rasio berat THCPSi atau Topsi partikel-
disuntikkan pada hewan yang mirip dengan kontrol diperlakukan pada kelompok (Gambar. 4 dan 5)
Hal 4
perubahan berat badan selama periode follow-up tidak diamati (Informasi Tambahan Gambar. S1).
Secara keseluruhan, baik THCPSi atau Topsi mikropartikel mengubah fungsi jantung setelah suntikan
langsung ke dalam miokardium hati tikus normal, sedangkan Topsi nanopartikel sedikit meningkat fungsi
sistolik LV.
3.5. Fungsi jantung setelah Topsi suntikan ke dalam miokardium dari
hati tikus infark Dalam rangka untuk mengecualikan kedua efek menguntungkan atau merugikan dari
Partikel Topsi ke fungsi jantung setelah MI akut, serta mengevaluasi apakah partikel Topsi dapat menjadi
biomaterial yang berguna dalam MI eksperimental, ligationwas LAD dilakukan segera setelah suntikan
partikel intramyocardial. Ligasi LAD menyebabkan statistik penurunan yang signifikan dalam fraksi ejeksi
(Gambar. 6A) dan shortening pecahan (Gbr. 6B) dalam hubungannya dengan injeksi Topsi 7 mm selama
satu minggu tindak lanjut. Kecenderungan yang sama adalah diamati dengan Topsi 110 suntikan nm
partikel, meskipun perubahan tidak signifikan secara statistik (Gambar. 6A dan B). jantung tingkat tidak
berubah sebagai akibat salah satu tersebut perawatan (Gambar. 6C). Seperti yang diharapkan, rasio
berat hati-berat-untuk-tubuh sedikit meningkat, ketika membandingkan hati infark ke hati sham-
dioperasikan baik dalam Topsi 7 mm dan 110 nm tikuspartikel-disuntikkan (Gbr. 6D). Dengan demikian,
pengobatan miokard dengan Partikel Topsi tidak melemahkan perubahan fungsional setelah MI di tikus,
menunjukkan bahwa jenis biomaterial dapat digunakan dalam model MI eksperimental.
3.6. analisis Immunohistological
Bagian histologi dibuat dari THCPSi dan Topsi mikro dan nanopartikel-disuntikkan hati tikus dan
diwarnai dengan H & E untuk peradangan dan dengan trichrome Masson untuk fibrosis. pada satu
Minggu titik waktu, fibrosis di THCPSi dan Topsi mikro / hati nanopartikel-disuntikkan tidak berbeda
secara signifikan dari hati kontrol (Tabel 3 dan Gambar 7A.). Di sisi lain, peningkatan peradangan pada
miokardium setelah injeksi THCPSi 7 mm mikropartikel yang diamati, sementara hanya inflamasi kecil
reaksi terlihat pada kontrol atau THCPSi 19 mm dan Topsi diperlakukan bagian jaringan jantung (Tabel 3
dan Gambar. 7B). Partikel disuntikkan ke dalam miokardium dari hati tikus yang diamati dalam jaringan
bagian satu minggu pasca suntikan. Pada bagian jaringan jantung disuntikkan THCPSi 7 dan 19 mm,
partikel merupakan berbeda zona, sementara hanya beberapa partikel yang tidak larut yang terpisah
bisa diamati pada Topsi 7 mm, 17 mm dan 110 nm disuntikkan bagian satu minggu pasca-suntikan (Gbr.
7B). Yang menunjukkan stabilitas yang lebih baik
partikel THCPSi di miokardium....