FIX - BAB I
-
Upload
muhammad-rifki -
Category
Documents
-
view
231 -
download
4
Transcript of FIX - BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan yang pesat dari teknologi
informasi, pemerintah dan perusahaan telah banyak yang memanfaatkan kemajuan
teknologi tersebut terutama penggunaan internet yang dimanfaatkan dalam
meningkatkan keberhasilan bisnisnya dan meningkatkan kemajuan serta efisiensi.
Contoh usaha yang menjadi lebih efisien dan efektif dengan penggunaan
teknologi informasi diantaranya adalah pengadaan barang dan jasa secara
elektronik atau biasa dikenal Electronic Procurement (E-Procurement). E-
Procurement dipakai untuk mengatasi masalah pengadaan barang dan jasa yang
memudahkan hubungan dengan pemasok. Kegiatan pengadaan merupakan
kegiatan perusahaan dalam pengadaan barang dan jasa dari pemasok, mulai dari
pencarian pemasok, membuat pemesanan hingga barang diterima (Yen dan Ng,
2003).
Tonggak perkembangan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di
Indonesia dimulai tahun 2003 dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Dalam keppres ini, pengadaan mulai dimungkinkan di proses dengan
memanfaatkan sarana elektronik. Walaupun sudah dimungkinkan dari segi
regulasi pengadaan, perkembangan penggunaan pengadaan barang dan jasa secara
elektronik di instansi pemerintah belum menunjukan kemajuan yang berarti,
hanya di beberapa BUMN yang mulai menerapkan kebijakan pengadaan barang
dan jasa secara elektronik.
Dengan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007, Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) pada 7 Desember 2007 dibentuk,
tugas pengembangan pengadaan barang dan jasa secara elektronik dilanjutkan
oleh LKPP mulai pertengahan 2008. Dari tahun 2003 sampai dengan 2007
perkembangan penerapan pengadaan barang dan jasa secara elektronik dapat
dikatakan sangat lamban. Namun pada periode berikutnya terjadi tahap
perkembangan dari tahun 2009 sampai dengan 2010, pada periode ini, layanan
pengadaan secara elektronik (LPSE) berkembang dari 11 LPSE pada tahun 2008,
menjadi 33 LPSE pada tahun 2009, menjadi 135 LPSE pada akhir tahun 2010 dan
240 LPSE pada Juni 2011, pada periode ini terjadi lompatan yang cukup
signifikan baik dari segi jumlah layanan LPSE maupun nilai transaksinya.
Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010,
kebijakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik memasuki tahap yang
lebih solid, dalam Perpres ini pengadaan barang dan jasa secara elektronik di
tempatkan dalam satu bab pengaturan tersendiri dengan arah kebijakan yang jelas.
Mulai tahun 2012 semua instansi wajib menerapkan pengadaan barang dan jasa
secara elektronik.
Pada kenyataannya pengadaan barang dan jasa secara elektronik masih
memiliki kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan dalam proses
pelaksanaannya, seperti kurangnya dukungan finansial, terdapat beberapa instansi
dan penyedia jasa lebih nyaman dengan sistem sebelumnya (pengadaan
konvensonal), kurangnya dukungan dari top manajemen, kurangnya skill dan
pengetahuan tentang pengadaan barang dan jasa secara elektronik serta jaminan
keamanan sistem tersebut.
E–procurement adalah kegiatan pembelian antara pembeli dan pemasok
yang terintegrasi mulai dari permintaan pembelian, pembelian, pengiriman hingga
pembayaran yang berbasiskan web dengan memanfaatkan internet yang dapat
memungkinkan pembelian dan penjualan secara otomatis, mengontrol inventaris
lebih efektif, menurunkan biaya pembelian dan meningkatkan siklus produksi
(Kalalota et al. 2001).
Pada bidang pelayanan khususnya kesehatan masyarakat, proses
pengadaan barang secara elektronik masih banyak kendala di antaranya:
kurangnya persyaratan organisasi yang tidak memungkinkan pengembangan
peluang dan infrastruktur teknologi informasi komputer seperti yang diteliti oleh
Bof dan Previtali (2007).
Manfaat pengadaan barang secara elektronik dibagi menjadi 2 kategori
yaitu: efisien dan efektif. Efisiensi pengadaan barang secara elektronik mencakup
biaya yang rendah, mempercepat waktu dalam proses pengadaan, mengontrol
proses pembelian dengan lebih baik, menyajikan laporan informasi dan
pengintegrasian fungsi-fungsi pengadaan sebagai kunci pada sistem back-office.
Sedangkan efektivitas pengadaan barang secara elektronik yaitu meningkatkan
kontrol pada rantai nilai, pengelolaan data penting yang baik dan meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dalam proses pembelian pada organisasi
(Kalakota et al. 2001).
RSIA (Rumah Sakit Ibu dan Anak) Yadika adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Dalam menjalankan kegiatan
operasional sehari-hari, RSIA Yadika membutuhkan obat yang selalu tersedia
pada saat dibutuhkan. Ketersediaan obat di RSIA Yadika terkait erat dengan
kualitas layanan kesehatan yang diberikan oleh RSIA tersebut. Namun dalam
penanganan pengadaan obat di RSIA Yadika masih menggunakan sistem manual,
sehingga pembelian obat ke supplier sering terhambat atau bahkan kekosongan
stok obat disamping itu juga proses pengadaan obatnya kurang efisien dan
membutuhkan biaya yang cukup besar, seperti penggunaan media telepon, fax
untuk menghubungi supplier, juga pemakaian kertas yang berlebih untuk
pencetakkan form purchase request (PR) dan purchase order (PO), sehingga
dapat mengakibatkan kesulitan dalam pemenuhan ketersediaan stok obat di RSIA
Yadika. Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan sistem yang dapat membantu RSIA
Yadika dalam meningkatkan efisiensi waktu dalam pengadaan obat, membantu
RSIA Yadika mencatat seluruh transaksi yang terjadi selama proses pengadaan
obat dan juga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan pencatatan pada saat
terjadinya transaksi serta mengintegrasikan antara RSIA Yadika dan supplier
yang telah menjalin kerja sama agar dapat mempermudah dan menghemat biaya
dalam proses pengadaan obat sehingga ketersediaan obat dapat terus terjaga.
Berdasarkan dampak dari pentingnya pengadaan obat pada RSIA Yadika
agar ketersediaan obat dapat terus terjaga dan besarnya biaya yang dibutuhkan
dalam proses pengadaan obat yakni PO obat ke supplier, maka penulis
mengangkat judul skripsi “Rancang Bangun Sistem Informasi Pengadaan Rutin
Obat Berbasis Web pada Rumah Sakit (Studi Kasus: RSIA Yadika)” untuk dikaji
lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan
dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan, yaitu:
Bagaimana membangun sebuah sistem informasi pengadaan rutin obat
berbasis web pada RSIA Yadika?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pengadaan barang berbasis web, maka akan
dibuat batasan terhadap masalah tersebut agar penulisan skripsi ini terfokus pada
pokok permasalahan dan mencapai hasil yang optimal. Maka penulisan skripsi ini
dibatasi pada permasalahan:
1. Sistem hanya membahas proses pengadaan obat pada RSIA Yadika yakni
mulai dari permintaan purchase request obat, purchase order ke supplier,
obat diterima oleh RSIA Yadika dan return obat.
2. Metode pengembangan sistem dalam membuat sistem informasi
pengadaan rutin obat berbasis web menggunakan metode pengembangan
sistem waterfall strategi sequential yang melalui 4 tahap yaitu : initiation,
analysis, design dan implementation.
3. Tools yang digunakan dalam perancangan sistem yaitu use case diagram,
activity diagram, class diagram dan sequence diagram, menggunakan
PHP sebagai bahasa pemograman, MYSQL sebagai database server,
Rational Rose dan Dreamweaver 8 sebagai aplikasi pendukung.
4. Sistem informasi pengadaan rutin obat berbasis web yang dibuat hanya
sampai pada tahap perancangan dan pengujian sistem yang telah dibuat,
tidak sampai membahas penerapan sistem dan pemeliharaan sistem
informasi pengadaan rutin obat berbasis web pada RSIA Yadika.
5. Sistem tidak membahas sistem pembayaran.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah:
Menghasilkan sebuah sistem pengadaan rutin obat untuk membantu rumah
sakit dalam menangani proses pengadaan rutin obat berbasis web pada RSIA
Yadika.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini meliputi manfaat bagi
peneliti, bagi RSIA Yadika dan bagi supplier, manfaat-manfaat tersebut adalah :
1. Peneliti
1) Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.
2) Memahami proses kerja aplikasi dan implementasinya yang sesuai
dengan sasaran atau tujuan.
3) Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1) Program
Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.
4) Bertambahnya wawasan tentang pengadaan rutin obat berbasis web
dan hal lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi.
2. RSIA Yadika
1) Memperoleh bantuan dan kemudahan dalam proses pengadaan rutin
obat.
2) Membantu aktifitas bisnis dalam pengawasan obat agar stok obat
tetap terjaga.
3) Mempermudah proses pengontrolan obat.
4) Dapat menjalin kerja sama yang baik dengan supplier-suplier.
3. Supplier
1) Mempermudah proses transaksi bisnis dengan pihak konsumen..
2) Transaksi bisnis dengan konsumen dapat terkontrol dengan baik.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode pengumpulan
data, pengembangan sistem dan pengembangan model sistem pendukung
keputusan.
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data dilakukan dengan empat cara yaitu observasi
(Jogiyanto, 2008), wawancara (Jogiyanto, 2008), studi pustaka (Nazir,
2005) dan studi literatur penelitian sejenis (Nazir, 2005) yaitu dengan
melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk
mendapatkan informasi, mengajukan pertanyaan secara tertulis dengan
mengisi daftar pertanyaan yang diisi oleh responden, dapat melakukan
wawancara langsung dengan pihak–pihak terkait dan juga mempelajari
buku–buku literatur dan tulisan-tulisan mengenai sistem pengadaan barang
dan jasa yang mendukung dan berkaitan dengan topik skripsi ini serta
membandingkan dengan literatur sejenis untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam pembuatan sistem.
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem
Pada metode pengambangan sistem, peneliti menggunakan metode
waterfall sequential strategy, tahapan pengembangan sistem dibagi ke
dalam 4 fase yaitu initiation, analysis, design dan implementation
(Whitten et al. 2004). Perancangan pada sistem ini menggunakan tools
UML (Unified Modelling Language). Diagram yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Use Case Diagram, Activity Diagram, Class Diagram
dan Sequence Diagram (Munawar, 2005).
1.5.3 Metode Pengembangan Model Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Dalam penelitian ini, metode pengembangan model yang digunakan ialah
metode skoring. Metode skoring merupakan metode pemberian skor
kepada setiap parameter atau kriteria (Lucas dan moore, 2001).
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan skripsi Rancang Bangun Sistem Informasi
Pengadaan Rutin Obat pada Rumah Sakit (Studi Kasus: RSIA Yadika), meliputi:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah
dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai, manfaat yang
diharapkan dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini secara
sistematik.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan menguraikan teori Pengertian Rancang Bangun,
Konsep Dasar Sistem Informasi, Konsep Dasar Analisis dan Desain
Sistem Informasi, Sistem Pendukung Keputusan (SPK), E-
Procurement (Pengadaan barang dan jasa secara elektronik), metode
scoring system, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, waterfall
sequential strategy, Rich Picture, Analisis dan Desain Berorientasi
Objek (Object Oriented Analysis and Design) Menggunakan UML
(Unified Modeling Language), Database dan Database Management
System, Internet, PHP, MySQL serta XAMPP dan PhpMyAdmin.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang metode yang digunakan dalam
membuat rancang bangun pengadaan rutin obat yaitu metode
pengumpulan data, metode pengembangan sistem dan metode
pengembangan model SPK untuk pemilihan supplier.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas perancangan Sistem pengadaan rutin obat
berbasis web pada RSIA Yadika dan output yang dihasilkan dari
pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari laporan, yang terdiri dari
kesimpulan dari penelitian yang didapat dan saran yang ditujukan
kepada pembaca atau peneliti berikutnya untuk dijadikan sebagai
acuan pengembangan sistem yang lebih baik.