Fitoremediasi Dan Bioremediasi

5
FITOREMEDIASI Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian- bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996). Tidak semua tanaman dapat digunakan dikarenakan semua tanaman tidak dapat melakukan metabolisme, volatilisasi dan akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang sama. Untuk menentukan tanaman yang dapat digunakan pada penelitian fitoremediasi dipilih tanaman yang mempunyai sifat: 1. Cepat tumbuh. 2. Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang singkat. 3. Mampu meremediasi lebih dari satu polutan. 4. Toleransi yang tinggi terhadap polutan. (Youngman, 1999) Berikut daftar tanaman dan senyawa kimianya yang dapat diremediasi:

Transcript of Fitoremediasi Dan Bioremediasi

Page 1: Fitoremediasi Dan Bioremediasi

FITOREMEDIASI

Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk

dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ

menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah

atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996).

Tidak semua tanaman dapat digunakan dikarenakan semua tanaman tidak dapat

melakukan metabolisme, volatilisasi dan akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang

sama. Untuk menentukan tanaman yang dapat digunakan pada penelitian fitoremediasi dipilih

tanaman yang mempunyai sifat:

1. Cepat tumbuh.

2. Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang singkat.

3. Mampu meremediasi lebih dari satu polutan.

4. Toleransi yang tinggi terhadap polutan. (Youngman, 1999)

Berikut daftar tanaman dan senyawa kimianya yang dapat diremediasi:

Page 2: Fitoremediasi Dan Bioremediasi

Kelebihaan fitoremediasi yaitu:

1. Biaya operasional relatif murah.

2. Tanaman bisa dengan mudah dikontrol pertumbuhannya.

3. Kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai (Phytomining). Misalna

saja emas, perak, dll.

4. Merupakan cara remediasi yang paling aman bagi lingkungan karena

memanfaatkan tumbuhan.

5. Memelihara keadaan alami lingkungan. (Tjahaja, 2009)

Kekurangan fitoremediasi yaitu:

1. Tanaman yang merupakan hiperakumulator logam biasanya mempunyai

pertumbuhan lambat, biomassanya kecil, dan sistem perakarannya dangkal.

2. Biomassa tanaman harus dipanen dan dipindahkan, selanjutnya dilakukan

reklamasi logam atau pembuangan biomassa dengan cara yang sesuai.

3. Logam atau bahan pencemar dapat memberikan efek toxic pada tanaman. Selama

ini penelitian fitoekstraksi kebanyakan dilakukan secara hidroponik di

laboratorium dengan menambahkan kontaminan logam ke dalam larutan. Kondisi

ini tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya apabila kontaminan berada di

tanah. Koefisien fitoekstraksi atau faktor akumulasi yang diperoleh dari kondisi

lapangan akan berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian di laboratorium.

(Tjahaja, 2009)

BIOREMEDIASI

Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan

memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. (Munir, 2006) Bioremediasi

mempunyai potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan

paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat

disimpulkan, bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan

dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah

khamir, fungi, dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. (Sunarko, 2001) Selain

mikroorganisme, ternyata dapat pula memanfaatkan tanaman air sebagai bioremediasi.

Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen

Page 3: Fitoremediasi Dan Bioremediasi

tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair.

(Stowell, 2000)

Adapun contoh mikroba untuk bioremediasi yaitu:

1. Enterobacter cloacae dan Pseudomonas flourescens mampu mengubah Cr (VI)

menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-senyawa hasil metabolisme.

2. Desulfovibrio sp. Membentuk senyawa sulfida dengan memanfaatkan hidrogen

sulfida yang dibebeskan untuk mengatasi pencemaran logam Cu.

3. Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anaerobik laut yang menggunakan

sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik

dalam endapan yang bisa menghasilkan energi.

4. Bakteri pereduksi sulfat, contohnya Desulfotomaculum sp. Dalam melakukan

reduksi sulfat, bakteri ini menggunakan bahan organik sebagai sumber karbon.

Karbon tersebut selain berperan sebagai sumber donor elektron dalam

metabolismenya juga merupakan bahan penyusun selnya.

5. Bakteri belerang, khususnya Thiobacillus ferroxidans banyak berperan pada

logam-logam dalam bentuk senyawa sulfida untuk menghasilkan senyawa sulfat.

6. Mikroalga, contohnya Spirulina sp., merupakan salah satu jenis alga dengan sel

tunggal yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae. Alga ini mempunyai

kemampuan yang tinggi untuk mengikat ion-ion logam dari larutan dan

mengadsorpsi logam berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat

melakukan pengikatan dengan ion logam.

7. Jamur saccharomyces cerevisiae dan Candida sp. Dapat mengakumulasikan Pb

dari dalam perairan. Citrobacter dan Rhizopus arrhizus memiliki kemampuan

menyerap uranium. Penggunaan jamur mikoriza juga telah diketahui dapat

meningkatkan serapan logam dan menghindarkan tanaman dari keracunan logam

berat. (Stowell, 2000)

Keuntungan bioremediasi yaitu:

1. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara

alamiah sudah ada dilingkungan (tanah).

2. Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya.

3. Tidak melakukan proses pengangkatan polutan.

Page 4: Fitoremediasi Dan Bioremediasi

4. Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya. (Tisnadjaja, 2001)

Kelemahan bioremediasi yaitu:

1. Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi.

2. Membutuhkan pemantauan yang intensif.

3. Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal. (Genome, 2011)