Fitoremediasi Dan Bioremediasi
-
Upload
sisca-amelia -
Category
Documents
-
view
132 -
download
19
Transcript of Fitoremediasi Dan Bioremediasi
![Page 1: Fitoremediasi Dan Bioremediasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c04550346d033a842a4/html5/thumbnails/1.jpg)
FITOREMEDIASI
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk
dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ
menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah
atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996).
Tidak semua tanaman dapat digunakan dikarenakan semua tanaman tidak dapat
melakukan metabolisme, volatilisasi dan akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang
sama. Untuk menentukan tanaman yang dapat digunakan pada penelitian fitoremediasi dipilih
tanaman yang mempunyai sifat:
1. Cepat tumbuh.
2. Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang singkat.
3. Mampu meremediasi lebih dari satu polutan.
4. Toleransi yang tinggi terhadap polutan. (Youngman, 1999)
Berikut daftar tanaman dan senyawa kimianya yang dapat diremediasi:
![Page 2: Fitoremediasi Dan Bioremediasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c04550346d033a842a4/html5/thumbnails/2.jpg)
Kelebihaan fitoremediasi yaitu:
1. Biaya operasional relatif murah.
2. Tanaman bisa dengan mudah dikontrol pertumbuhannya.
3. Kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai (Phytomining). Misalna
saja emas, perak, dll.
4. Merupakan cara remediasi yang paling aman bagi lingkungan karena
memanfaatkan tumbuhan.
5. Memelihara keadaan alami lingkungan. (Tjahaja, 2009)
Kekurangan fitoremediasi yaitu:
1. Tanaman yang merupakan hiperakumulator logam biasanya mempunyai
pertumbuhan lambat, biomassanya kecil, dan sistem perakarannya dangkal.
2. Biomassa tanaman harus dipanen dan dipindahkan, selanjutnya dilakukan
reklamasi logam atau pembuangan biomassa dengan cara yang sesuai.
3. Logam atau bahan pencemar dapat memberikan efek toxic pada tanaman. Selama
ini penelitian fitoekstraksi kebanyakan dilakukan secara hidroponik di
laboratorium dengan menambahkan kontaminan logam ke dalam larutan. Kondisi
ini tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya apabila kontaminan berada di
tanah. Koefisien fitoekstraksi atau faktor akumulasi yang diperoleh dari kondisi
lapangan akan berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian di laboratorium.
(Tjahaja, 2009)
BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan
memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. (Munir, 2006) Bioremediasi
mempunyai potensi untuk menjadi salah satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan
paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan. Sehingga dapat
disimpulkan, bioremediasi adalah salah satu teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan
dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud adalah
khamir, fungi, dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. (Sunarko, 2001) Selain
mikroorganisme, ternyata dapat pula memanfaatkan tanaman air sebagai bioremediasi.
Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir komponen-komponen
![Page 3: Fitoremediasi Dan Bioremediasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c04550346d033a842a4/html5/thumbnails/3.jpg)
tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair.
(Stowell, 2000)
Adapun contoh mikroba untuk bioremediasi yaitu:
1. Enterobacter cloacae dan Pseudomonas flourescens mampu mengubah Cr (VI)
menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-senyawa hasil metabolisme.
2. Desulfovibrio sp. Membentuk senyawa sulfida dengan memanfaatkan hidrogen
sulfida yang dibebeskan untuk mengatasi pencemaran logam Cu.
3. Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anaerobik laut yang menggunakan
sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik
dalam endapan yang bisa menghasilkan energi.
4. Bakteri pereduksi sulfat, contohnya Desulfotomaculum sp. Dalam melakukan
reduksi sulfat, bakteri ini menggunakan bahan organik sebagai sumber karbon.
Karbon tersebut selain berperan sebagai sumber donor elektron dalam
metabolismenya juga merupakan bahan penyusun selnya.
5. Bakteri belerang, khususnya Thiobacillus ferroxidans banyak berperan pada
logam-logam dalam bentuk senyawa sulfida untuk menghasilkan senyawa sulfat.
6. Mikroalga, contohnya Spirulina sp., merupakan salah satu jenis alga dengan sel
tunggal yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae. Alga ini mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk mengikat ion-ion logam dari larutan dan
mengadsorpsi logam berat karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat
melakukan pengikatan dengan ion logam.
7. Jamur saccharomyces cerevisiae dan Candida sp. Dapat mengakumulasikan Pb
dari dalam perairan. Citrobacter dan Rhizopus arrhizus memiliki kemampuan
menyerap uranium. Penggunaan jamur mikoriza juga telah diketahui dapat
meningkatkan serapan logam dan menghindarkan tanaman dari keracunan logam
berat. (Stowell, 2000)
Keuntungan bioremediasi yaitu:
1. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara
alamiah sudah ada dilingkungan (tanah).
2. Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya.
3. Tidak melakukan proses pengangkatan polutan.
![Page 4: Fitoremediasi Dan Bioremediasi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071700/55cf9c04550346d033a842a4/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya. (Tisnadjaja, 2001)
Kelemahan bioremediasi yaitu:
1. Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi.
2. Membutuhkan pemantauan yang intensif.
3. Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal. (Genome, 2011)