FISURAfix.doc
-
Upload
jeana-walters -
Category
Documents
-
view
57 -
download
5
Transcript of FISURAfix.doc
18BAB I
PENDAHULUAN
Fisura ani adalah robekan mukosa atau luka epitel memanjang sejajar sumbu
anus. Fisura biasanya tunggal dan terletak juga rekah anus atau “ fissure in ano”. Fisura ani
merupakan robekan mukosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus. Fissura
biasanya tunggal dan terletak di garis tengah posterior pada hampir 90% kasus yang terjadi,
namun 25 % dapat terlihat di garis tengah anterior pada perempuan dan 8 % pada laki –
laki.1-2 Fisura ani dengan papila hipertrofik disebelah dalam dan umbai kulit disebelah luar
merupakan trias fisura ani Frekuensi terjadinya fisura ani sama di antara laki-laki dan
perempuan.1
Fisura ani dapat terjadi karena beberapa penyebab diantaranya idiopatik, iritasi
akibat diare, cedera partus, penggunaan laksative, iatrogenic, inflammatory bowel diseases,
sexually transmitted diseases. Fisura yang terjadi pada posisi lateral biasa curigai akibat
proses penyakit lain seperti crohn’s desease, tuberculosis, syphilis, HIV/AIDS, psoriasis,
atau karsinoma anal. 2 Gejala klinis antara lain konstipasi, feses keras, nyeri yang terjadi
ketika defekasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan untai kulit, fissure dan hipertrofi papilla.
Terapi non bedah diberikan obat pencahar, nitrogleserin 4%, botox, sedangkan terapi bedah
dilatasi spincter dan spincterotomi internal lateral. 1-3
18BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kelainan ini disebut juga rekah anus atau “ fissure in ano”. Fisura ani merupakan
robekan mukosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus. Fissura biasanya tunggal
dan terletak di garis tengah posterior. Kadang dapat terjadi infeksi di sebelah oral di kripta
antara kolumna rektum pada muara kelenjar rektum. Papila di kolumna menunjukkan udem
yang berkembang sampai merupakan hipertrofi papilla. Keadaan ini harus dibedakan dengan
polip rektum. Daerah di sebelah aboral fisura kulit juga mengalami radang kronik dengan
bendungan limf dan akhirnya fibrosis. Kelainan kronik di kulit ini yang disebut umbai kulit
(skin tag) yang menjadi tanda pengenal fissura ani/anus. Fisura ani dengan papila hipertrofik
disebelah dalam dan umbai kulit disebelah luar merupakan trias fisura ani.1,
2.2 EPIDEMIOLOGI
Insidens terjadinya fisura ani merupakan 1 dalam 350 orang. Frekuensi terjadinya
fisura ani sama di antara laki-laki dan perempuan. Fisura ani lebih cenderung terjadi pada
usia yang lebih muda dan usia pertengahan. 2
2.3 ETIOLOGI
Fisura ani dapat terjadi karena beberapa penyebab diantaranya1 :
idiopatik
iritasi akibat diare
cedera partus
18 penggunaan laksative
iatrogenik
inflammatory bowel diseases
sexually transmitted diseases
Kebanyakan fisura ani terjadi karena regangan mukosa anus melebihi
kemampuannya. Sekali fisura terjadi, maka akan terbentuk suatu lingkaran setan. Dengan
adanya nyeri ketika defekasi maka penderita akan menjadi takut untuk defekasi, hal ini akan
menyebabkan feses menjadi keras dan feses yang keras akan menambah aktifitas sphincter.1,5
2.4 ANATOMI KANALIS ANAL
Kanalis anal merupakan bagian akhir dari usus besar dan rektum, yang berawal dari
diafragma pelvis yang melewati otot levator ani dan berakhir pada pinggiran anal. Kanalis
ini mempunyai panjang sekitar 4 cm. Dinding otot dari kanalis anal merupakan kelanjutan
dari lapisan otot sirkuler rektum yang kemudian menebal dan membentuk sfingter internal.
Secara anatomis kanalis anal memanjang dari pinggiran anal sampai ke linea dentata. Akan
tetapi untuk alasan praktis, ahli bedah terkadang mendefinisikan kanalis anal memanjang dari
pinggiran anal sampai ke cincin anorektal. Cincin anorektal sendiri teraba saat pemeriksaan
rektal sekitar 1-1,5 cm di atas linea dentata. 5
Gambar 1. Anatomi Kanalis AnalSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014
18Pinggiran anal adalah pertemuan antara anoderm dan kulit perianal. Anoderm
merupakan epitel tersendiri yang kaya akan saraf tapi kurang dalam hal perangkat kulit
(folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat). Linea dentata atau linea pectinata
yang merupakan pertemuan mukokutaneus sebenarnya, terletak 1 – 1,5 di atas pinggiran
anal. Terdapat zona transisional atau cloacogenik sebesar 6 – 12 mm di atas linea dentata,
yang merupakan peralihan epitel skuamosa anoderm menjadi kuboidal dan kemudian epitel
kolumnar. 5
Kanalis anal dikelilingi oleh sebuah sfingter eksternal dan internal, yang keduanya
menjalankan mekanisme sfingter anal. Sfingter internal merupakan kelanjutan dari bagian
dalam otot polos sirkuler rektum. Juga merupakan otot involunter dan normalnya
berkontraksi saat istirahat. Bidang intersfingterik menggambarkan kelanjutan fibrosa dari
lapisan otot polos longitudinal rektum. 5
Sfingter eksternal merupakan otot volunter berlurik, yang terbagi menjadi tiga putaran
bentuk U (subkutaneus, superfisial, dan profunda) namun bekerja sebagai satu kesatuan.
Sfingter eksternal merupakan kelanjutan dari otot-otot levator dari dasar pubis, khususnya
otot puborectalis. Putaran paling atas terbentuk oleh otot puborektalis, yang berasal dari
pubis. Putaran di tengah terbentuk oleh otot sfingter eksternal superfisial, yang berasal dari
ujung coccyx atau ligamentum anococcygeal. Putaran yang paling bawah tersusun oleh
lapisan subkutaneus dari otot sfingter eksternal. Otot puborektalis berasal dari pubis dan
menyatu pada posterior dari rektum. Normalnya sfingter berkontraksi menghasilkan
penyudutan 80° dari sudut pertemuan anorektal.5
Dari area setinggi cincin anorektal ke arah distal dan antara otot sfingter internal dan
eksternal, lapisan otot longitudinal rektum menyatu dengan serat dari levator ani dan otot
puborektalis yang kemudian membentuk otot longitudinal conjoined. Serat-serat otot ini yang
18dapat memotong bagian bawah dari sfingter eksternal untuk kemudian masuk ke dalam kulit
perianal dan mengerutkan pinggiran anal disebut sebagai corrugator cutis ani.5
Kolumna Morgagni terdiri dari 8 – 14 lipatan mukosa longitudinal yang terletak tepat
di atas linea dentata dan membentuk kripta analis pada ujung distalnya. Kelenjar-kelenjar
rudimenter kecil membuka pada kripta-kripta ini. Saluran dari kelenjar-kelenjar ini
menembus sfingter internal dan badan dari kelenjar ini terletak pada bagian intersfingterik.5
2.5 PATOFISIOLOGI 1,2, 5
Pada fisura ani, daerah yang sering terkena adalah daerah distal linea dentata. Sekitar
90% dari fisura ani terjadi di garis tengah bagian posterior dimana merupakan bagian
terlemah dari otot-otot yang melingkari anus. 10% terjadi dibagian anterior dari garis tengah.
Keighley membagi fisura ani menjadi:
1. Fisura ani primer
Akut : baru terjadi pertama kali atau belum lama berselang. Belum terjadi penebalan
dan penggantian jaringan ikat ( fibrosis ). Umumnya menyembuh dalam beberapa
hari.
Kronis terjadi berulang dalam waktu cukup panjang,, sering terjadi penebalan di
daerah tepi atau sekitar luka. Dapat membentuk benjolan kenyal disebut skin tag pada
bagian bawah, dan hipertrofi papila pada bagian atas.
2. Fisura ani sekunder
Fisura ani primer tampak sebagai suatu superfisial ulcer pada mukosa anal di bawah
linea dentata, apabila letaknya lebih ke proksimal hampir dapat dipastikan merupakan fissura
18ani sekunder akibat penyakit lain. Fissura ani dikatakan akut bila penyakit terjadi kurang dari
6 minggu, dan dikatakan kronis bila sudah lebih dari 6 minggu.
Gambar 2. Fissura AniSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014
Apabila feses yang keras melewati anal canal akan terjadi perenggangan dan merobek
mucosa anal. Fisura ani biasanya terjadi pada bagian anterior dan posterior, di duga daerah
ini merupakan daerah lemah. Ketika feses melewati anal canal, massa akan disalurkan ke
bagian anterior dan posterior oleh karena adanya otot pada bagian lateral. Fissura akan
meningkatkan kontraksi internal anal sphincter dan meningkatkan tekanan istirahat pada anal
canal. Peningkatan tekanan menyebabkan iskemia pada area disekitar fissura. Adanya spasme
yang berulang pada anal canal dan adanya iskemia yang berlanjut akan menyebabkan fissura
menjadi kronis oleh karena ulkus yang tidak dapat sembuh.
Dasar fissura ani akut merupakan suatu lapisan tipis putih yang melapisi jaringan ikat
submucosa dan otot longitudinal, yang menyebar dari intersphinteric groove kemudian
melapisi otot sirkular sphincter interna. Pada fissura ani akut ulkus tampak berbatas
tegas,tidak terdapat indurasi,odema atau kavitasi.
Sedangkan dasar dari fissura ani kronis tampak serat otot sphincer interna. Pada
fissura ani kronis tampak tepi ulkus mengalami indurasi dan apabila proses berlanjut ulkus
18akan bertambah luas dan bagian luar tampak odematous oleh karena adanya obstruksi
lymphatik, skin tag dan hypertropi papila anus dapat di temukan dalam keadaan fissura ani
kronis.
Infeksi dapat terjadi dan dapat menyebar ke atas menimbulkan abses submukosa atau
intersphincteric abses atau ke bawah menjadi perianal abses di bawah skin tag.. Adanya
perianal abses yang persisten dapat menimbulkan fistula superficial yang berjalan dari bagian
bawah fissura dan keluar pada skin tag.
Fissura ani sekunder disebabkan karena beberapa kelainan patologis seperti Crohn’s
disease, tuberkulosa anus, AIDS, atau setelah tindakan operasi pada daerah anus. Fissura ani
akibat komplikasi Crohn’s disease atau tuberkulosa biasanya tidak terasa nyeri.
2.6 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSA
2.6.1 Anamnesa
Biasanya pada anamnesis, dijumpai adanya keluhan1 :
Konstipasi akibat takut defekasi karena nyeri sehingga defekasi ditunda terus menerus
Feses keras,
Nyeri yang sangat sekali pada tiap defekasi,
Darah segar dipermukaan tinja. Buang air besar berdarah warna merah terang pada
permukaan feses. Darah biasanya tidak bercampur dengan feses.
Nyeri didaerah rektum, biasanya digambarkan seperti rasa terbakar, rasa terpotong,
atau seperti terasa robekan. Nyeri sejalan dengan kontraksi usus; spasme anus perlu
dicurigai terjadinya fissura ani.
Mucoid discharge
Pruritus
18
2.6.2 Pemeriksaan Fisik 5
Pada inspeksi sering ditemukan umbai kulit (skin tag) , fissura, dan hipertropi papilla.
Pada sebagian besar penderita dapat dibuat diagnosis fisura ani hanya dengan inspeksi saja.
Pemeriksaan dilakukan dengan menarik kedua gluteus secara perlahan-lahan untuk melihat
apakah ada umbai kulit (skin tag), discharge, atau darah.
Pada colok dubur, jari dimasukkan menulusuri bagian lateral terlebih dulu untuk
mengurangi nyeri tekan setelah pemberian anestesi lokal. Pinggir fissura dapat teraba
irregular dengan nyeri tekan yang dirasa sangat menyakitkan. Fissura ani akut terlihat eritem
dan mudah berdarah. Pada fissura yang kronis, nyeri tidak begitu hebat sehingga pemeriksaan
colok dubur dapat dilakukan. Fissura ani kronik ditandai dengan tiga gejala klasik yaitu ulkus
yang dalam, sentinel pile (dimana terbentuk saat bagian dasar fissura mengalami edema dan
papilla anal membesar.
Gambar 3. Protoskopi dan trias fissura aniSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis fissura ani tidak hanya didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
semata. Pemeriksaan penunjang untuk menyokong diagnosis dari fissura ani sangat
diperlukan untuk mengetahui lebih pasti penyebab dan ketepatan diagnosis.
18
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien fisura ani yaitu
dengan melakukan pemeriksaan hitung jenis darah dan kultur darah. Yang mana dari
pemeriksaan itu dapat diperhatikan jumlah sel darah putih.
Proktoskopi juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu anestesi local dan tekanan
pada sisi kontralateral.1 Pemakaian protoskopi dewasa pada keadaan akut biasanya tidak
mungkin dilakukan oleh karena sangat nyeri. Biasanya dengan memakai infant
sigmoidoscopy Llyod-Davies dapat dilihat kelainan - kelainan pada mukosa rektum & anal
canal.
2.7 DIAGNOSIS BANDING 7
Diagnosis banding terdiri atas luka atau rekah anus lainnya, seperti tuberkulosis,
sifilis, AIDS, atau proktitis. Fisura anus kadang disertai hemoroid intern. Bila ada keluhan
nyeri pada penderita hemoroid biasanya ada fisura, sebab hemoroid intern tidak
menyebabkan nyeri.
2.8 PENATALAKSANAAN1,2,3,5,7
2.8.1 Terapi non bedah
Terapi awal untuk fisura anus adalah secara alami, dan lebih dari 80 % dari fisura ani
akut menghilang tanpa perawatan lebih lanjut. Tujuan dari pengobatan adalah untuk
mengurangi sembelit dan mengantisipasi siklus tinja yang keras dan nyeri. Tinja lebih lunak
lebih mudah dan kurang menyakitkan bagi pasien .
Terapi medis primer terdiri dari pengobatan dengan pengental tinja, seperti suplemen
serat dan pelunak feses. Pencahar dapat digunakan untuk mempertahankan gerakan usus
secara teratur . Minyak mineral dapat ditambahkan untuk memfasilitasi lewatnya kotoran
18tanpa banyak peregangan atau keausan dari mukosa rectum, tetapi tidak dianjurkan untuk
jangka waktu penggunaan yang tidak dapat ditentukan. Mandian Sitz setelah buang air besar
dan jika perlu memberikan bantuan gejala yang signifikan karena mereka mengurangi spasm
sphincter internal. Tingkat pengulangan adalah 30-70 % jika diet serat tinggi dihentikan
setelah dibelah sembuh. Angka ini dapat dikurangi sampai 15-20 % jika pasien
mengkomsumsi diet serat tinggi.
Terapi medis lini kedua aplikasi intra-anal dengan nitrogliserin 0,4% (NTG), juga
disebut gliserol trinitrat yang disalep langsung ke sfingter internal. Salep Nitrogliserin
(Rectiv) disetujui FDA untuk penanggulan nyeri sedang sampai berat yang berhubungan
dengan anal fissures dan dapat digunakan jika terapi konservatif gagal .
Beberapa dokter menggunakan salep NTG sebagai terapi awal dengan kombinasi
serat dan pelembut tinja. Dan ada yang menggunakan hanya ketika fissura ani tidak dapat
disembuhkan. Salep NTG mengistirahatkan sfingter internal dan membantu meringankan rasa
nyeri yang terkait dengan spasme sfingter, juga diduga meningkatkan aliran darah mukosa
dubur.
Banyak yang tidak mentolerir efek samping NTG dan sering membatasi
penggunaannya. Efek samping utama adalah sakit kepala dan pusing, oleh itu, instruksi
pasien untuk menggunakan NTG salep untuk pertama kalinya di hadapan orang lain atau
segera sebelum tidur . Selain dari penggunaan salep NTG intra-anal, Salep Nifedipine juga
telah tersedia dan digunakan dalam uji klinis. Hal ini diyakini bahwa ianya mempunyai
keberhasilan yang sama dengan salep NTG tetapi dengan efek samping yang lebih sedikit.
Terapi baru untuk fissura ani akut dan kronis adalah toksin botulinum (Botox). Toksin
ini disuntik langsung ke dalam sfingter anal internal. Efeknya berlangsung selama sekitar
tiga bulan, sampai ujung saraf regenerasi . Periode tiga bulan memungkinkan gejala akut
(dan kadang-kadang kronis) untuk menyembuhkan dan mengatasi gejala. BOTOX injeksi
18mengurangi gejala awal, tetapi ada kekambuhan setelah 3 bulan, pasien dapat mengambil
manfaat dari sfingterotomi bedah.
Dalam review empat prospektif, acak , percobaan dikontrol , Shao dkk menyimpulkan
bahwa operasi, khususnya, sfingterotomi internal lateralis, lebih efektif daripada BOTOX
untuk penyembuhan anal fissures kronis. Dalam analisis mereka dari studi, total 279 pasien ,
para peneliti menemukan bahwa peningkatan manfaat mutlak adalah 23% untuk pasien bedah
dibandingkan dengan pasien yang diobati BOTOX. Terapi BOTOX dikaitkan dengan angka
kesembuhan yang perlahan dan tingkat kekambuhan lebih tinggi dari operasi. Namun ,
inkontinensia anal lebih umum dengan sfingterotomi internal lateralis daripada BOTOX .
2.8.1 Terapi Bedah
Terapi bedah biasanya diperuntukkan bagi anal fissures akut yang menunjukkan
gejala setelah 3-4 minggu pengobatan medis dan melanjutkan untuk anal fissures kronis.
Pra Operasi
Pemberian 2 fleet enema pada pagi hari operasi adalah persiapan usus yang memadai
untuk prosedur ini. Jika fissura ani terlalu menyakitkan, fleet enema mungkin tidak diberikan.
Tidak ada persiapan pra operasi lainnya yang diperlukan, kecuali pasien memiliki
komorbiditas yang signifikan yang membutuhkan perhatian .
Intraoperatif
1. Dilatasi Sphincter
Prosedur ini merupakan dilatasi atau stretching dubur yang dikendalikan di bawah
anestesi umum. Hal ini dilakukan karena salah satu faktor penyebab fisura anus dianggap
sebagai sfingter internal yang ketat dan peregangan membantu untuk memperbaiki kelainan
yang mendasari. Jumlah jari yang digunakan dan jumlah waktu strain diterapkan bervariasi
antara ahli bedah. Walaupun prosedur ini dapat mengurangi gejala, namun, sekarang jarang
18dilakukan karena tingkat komplikasi yang tinggi . Kontinensia didapati dari 12-27 % pasien
kerna dilatasi yang tidak terkendali dan robeknya sfingter internal dan eksternal.
2. Sfingterotomi Internal Lateral
Merupakan prosedur bedah pilihan pada saat ini. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
pasien di bawah anestesi umum atau spinal. Bahkan anestesi lokal dapat digunakan pada
pasien yang kooperatif , meskipun hal ini tidak selalu disarankan.
Tujuan dari sfingterotomi internal adalah sfingter internal yang hipertrofi dipotong
dan menyebabkan mengurangi ketegangan dan memungkinan fissura ani untuk sembuh.
Ketika pertama kali dijelaskan , sfingterotomi dilakukan di garis tengah di lokasi fissura,
dengan atau tanpa fissurectomy. Namun, insisi sfingterotomi tidak sembuh-sembuh. Hal ini
mempunyai alasan yang sama yang tidak menyembuhkan fissura. Sekarang sphingterotomi
biasanya dilakukan di kuadran lateral (kanan atau kiri, tergantung pada kenyamanan ahli
bedah).
Dalam sfingterotomi internal lateral yang dilaksanakan, hanya sphincter internal
dipotong dan sphincter eksternal tidak dipotong dan tidak boleh terluka. Sfingterotomi dapat
dilakukan baik terbuka atau secara tertutup. Pada sfingterotomi tertutup, pisau nomor 11
dimasukkan secara lateral ke dalam alur intersfincterische. Kemudian diputar medial dan
ditarik keluar untuk memotong sphincter internal. Pencegahan iambil untuk tidak memotong
mukosa dubur, karena hal ini dapat mengakibatkan fistula. Setelah pisau dikeluarkan, selaput
lendir anus yang menutupu di atas sfingterotomi diraba , dan celah pada sfingter internal bisa
diraba.
Sfingterotomi tersebut diperpanjang dengan jarak yang sama fissura tersebut. Pada
sfingterotomi terbuka, 0,5-1 cm insisi dibuat pada bidang intersfincterische. Sphincter
internal kemudian dilingkarkan di sudut kanan dan insisi dibesarkan. Sphincter internal
kemudian dipotong di bawah visualisasi langsung. Kedua ujungnya dibiarkan jatuh kembali
18setelah dipotong kembali . Celah dapat diraba dalam sfingter internal melalui mukosa dubur,
seperti dalam teknik tertutup. Insisi dapat ditutup atau dibiarkan terbuka untuk
menyembuhkan .
Gambar 4. SfingterotomiSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014
Dalam pengobatan fisura anus kronis, ahli bedah dapat memilih celah dipotong,
bersama dengan sfingterotomi lateral. Secara sederhana, ahli bedah mungkin mengeksisi
papila hipertrofi, dan skin tag dan biarkan untuk menyembuhkan sendiri . Kadang-kadang ,
fissura ani yang kronis tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan sfingterotomi, oleh itu, flap
dilakukan untuk menutupi celah.
18Gambar 5. Tipe-tipe flap
Sumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014
Pasca operasi
Sfingterotomi bisa dilakukan dalam pengaturan rawat jalan dan pasien pulang pada
hari yang sama. Biasanya, rasa sakit yang minimal pasca operasi baik tertutup. Pengurangan
nyeri segera dimulai. Satu-satunya pembatasan pasca operasi dari anestesi, dan banyak pasien
dapat kembali ke kegiatan normal keesokan harinya .
Follow-up
Pelunak feses dan suplemen serat diberikan setelah operasi, dan merekomendasikan
suplemen serat tanpa batas untuk mencegah masalah di masa depan. Kunjungan pasca operasi
biasanya untuk mengevaluasi penyembuhan luka yang memadai.
2.9 KOMPLIKASI 1,5,7,9
Komplikasi operasi untuk fisura anus termasuk infeksi, perdarahan, pengembangan
fistula , dan yang paling ditakuti adalah inkontinensia.
Infeksi
Infeksi setelah sfingterotomi jarang dan terjadi sebagai abses kecil hanya 1-2 %
pasien. Pengobatan drainase abses, antibiotik diperlukan hanya jika selulitis yang signifikan
terjadi atau jika pasien imunosupresi.
Pendarahan
Beberapa ecchymosis mungkin terjadi di sekitar lokasi sfingterotomi , tapi
pendarahan pascaterapi sangat jarang .
Fistula
18Kurang dari 1% pasien, fistula anal di lokasi sfingterotomi. Hal ini biasanya hasil dari
mukosa pada saat sfingterotomi. Fistula sering rendah dan dangkal dan harus ditangani
dengan fistulotomy .
Inkontinensia
Insiden dan definisi inkontinensia sangat bervariasi dari studi ke studi dari berbagai
prosedur . Dari pasien yang menjalani dilatasi sfingter, 12-27% melaporkan masalah dengan
kontinensia setelah prosedur. Hal ini mungkin karena ada bagian yang tidak terkendali dari
sfingter anal dan karena baik sfingter internal dan eksternal yang dilatasi.
Inkontinensia jauh lebih rendah dengan sfingterotomi internal yang dilaksanakan
dengan baik dibandingkan dengan dilatasi sfingter , meskipun angka ini tergantung pada
definisi inkontinensia. Pada kebanyakan pasien, biasanya sembuh tanpa komplikasi jangka
panjang .
Rekurensi atau fissura yang tidak sembuh
Pengulangan atau tingkat tidak - penyembuhan setelah perawatan bedah untuk anal
fissures adalah 1-6 % . Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sampai 50 % dari
pasien yang telah didiagnosis tidak menyembuhkan penyakit yang mendasari , penyakit
Crohn.
2.10 HASIL DAN PROGNOSIS
Hampir 1-6 % dari pasien memiliki kekambuhan fisura anus setelah sfingterotomi.
Risiko kekambuhan lebih besar setelah dilatasi sfingter. Jika seorang pasien kambuh setelah
sfingterotomi, mungkin terdapat kekambuhan penyakit yang medasari atau sfingterotomi
awal yang tidak benar atau tidak lengkap dilakukan.2-4,7,9
Penatalaksanaan medis harus dicoba lagi, tetapi jika tidak ada bantuan yang
diperoleh, ahli bedah harus mengevaluasi apakah sfingterotomi awalnya sudah cukup.
18Evaluasi palpasi dapat dilakukan dengan anestesi umum atau dengan melakukan sebuah
ultrasonogram anal endotermik. Jika sfingterotomi tidak lengkap , dapat dilakukan pada sisi
pertama, atau lagi di sisi lain. Jika sfingterotomi pertama memadai, sfingterotomi kedua dapat
dilakukan di sisi lain. 2-4,7,9
18
KEPUSTAKAAN
1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, Appendiks, kolon, dan Anorektum.
Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta:EGC. Hal 646-53.
2. W.Brian Peerry, Sharon L. Dykes. On behahlf of the standart practice task force of the
American society of colon an rectal surgeons. Practice parameters for the
management of anal fissures
3. K.L.R Cross, E.J.D Massey, A.L.Fowler J.R.T Management of anal fissure
management of acute severe colitis. The association of coloproctology of great Britain
an Ireland.
4. Villalba H, Villalba S, Abbas MA, Anal Fissure: A Common Cause of Anal Pain. The
Permanente Journal / Fall 2007/ Vol. 11 No. 4. Available at
http://www.thepermanentejournal.org/files/Fall2007/anal_fissure.pdf
5. Fisura Anal. Available at http://www.gastro.hc.edu.uy/CLASES%2007-08/fis ura
%20anal%20.pdf
186. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon, Rectum, and
Anus. In Schwartz’s Principles of Surgery. 8th edition. Vol 2. USA: McGraw-Hill. P
1057-70.
7. Lawrente, Gerard. 2004. Anal Fissure. Lange, current surgical diagnosis & treatment.
11th edition. Lange Medical Book. Page 766 – 768.
8. Poritz LS, Fissure Anal. Available at http://emedicine.medscape.com/article/196297-
overview#showall
9. Nelson R.A, Systematic Review of Medical Therapy for anal fissure. Discolon
Rectum 2004; 47:422-431, American Society of colon and rectal surgouens.
10. http/www.google.com