FISURAfix.doc

27
18 BAB I PENDAHULUAN Fisura ani adalah robekan mukosa atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus. Fisura biasanya tunggal dan terletak juga rekah anus atau “ fissure in ano”. Fisura ani merupakan robekan mukosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus. Fissura biasanya tunggal dan terletak di garis tengah posterior pada hampir 90% kasus yang terjadi, namun 25 % dapat terlihat di garis tengah anterior pada perempuan dan 8 % pada laki – laki. 1-2 Fisura ani dengan papila hipertrofik disebelah dalam dan umbai kulit disebelah luar merupakan trias fisura ani Frekuensi terjadinya fisura ani sama di antara laki-laki dan perempuan. 1 Fisura ani dapat terjadi karena beberapa penyebab diantaranya idiopatik, iritasi akibat diare, cedera partus, penggunaan laksative, iatrogenic, inflammatory bowel diseases, sexually transmitted diseases. Fisura yang terjadi pada posisi lateral biasa curigai akibat proses penyakit lain seperti crohn’s desease, tuberculosis, syphilis, HIV/AIDS, psoriasis, atau karsinoma anal. 2 Gejala klinis antara lain konstipasi, feses keras, nyeri yang terjadi ketika defekasi.

Transcript of FISURAfix.doc

Page 1: FISURAfix.doc

18BAB I

PENDAHULUAN

Fisura ani adalah robekan mukosa atau luka epitel memanjang sejajar sumbu

anus. Fisura biasanya tunggal dan terletak juga rekah anus atau “ fissure in ano”. Fisura ani

merupakan robekan mukosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus. Fissura

biasanya tunggal dan terletak di garis tengah  posterior pada hampir 90% kasus yang terjadi,

namun 25 % dapat terlihat di garis tengah anterior pada perempuan dan 8 % pada laki –

laki.1-2 Fisura ani dengan papila hipertrofik disebelah dalam dan umbai kulit disebelah luar

merupakan trias fisura ani Frekuensi terjadinya fisura ani sama di antara laki-laki dan

perempuan.1

Fisura ani dapat terjadi karena beberapa penyebab diantaranya idiopatik, iritasi

akibat diare, cedera partus, penggunaan laksative, iatrogenic, inflammatory bowel diseases,

sexually transmitted diseases. Fisura yang terjadi pada posisi lateral biasa curigai akibat

proses penyakit lain seperti crohn’s desease, tuberculosis, syphilis, HIV/AIDS, psoriasis,

atau karsinoma anal. 2 Gejala klinis antara lain konstipasi, feses keras, nyeri yang terjadi

ketika defekasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan untai kulit, fissure dan hipertrofi papilla.

Terapi non bedah diberikan obat pencahar, nitrogleserin 4%, botox, sedangkan terapi bedah

dilatasi spincter dan spincterotomi internal lateral. 1-3

Page 2: FISURAfix.doc

18BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kelainan ini disebut juga rekah anus atau “ fissure in ano”. Fisura ani merupakan

robekan mukosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus. Fissura biasanya tunggal

dan terletak di garis tengah  posterior. Kadang dapat terjadi infeksi di sebelah oral di kripta

antara kolumna rektum pada muara kelenjar rektum. Papila di kolumna menunjukkan udem

yang berkembang sampai merupakan hipertrofi papilla. Keadaan ini harus dibedakan dengan

polip rektum. Daerah di sebelah aboral fisura kulit juga mengalami radang kronik dengan

bendungan limf dan akhirnya fibrosis. Kelainan kronik di kulit ini yang disebut umbai kulit

(skin tag) yang menjadi tanda pengenal fissura ani/anus. Fisura ani dengan papila hipertrofik

disebelah dalam dan umbai kulit disebelah luar merupakan trias fisura ani.1,

2.2 EPIDEMIOLOGI

Insidens terjadinya fisura ani merupakan 1 dalam 350 orang. Frekuensi terjadinya

fisura ani sama di antara laki-laki dan perempuan. Fisura ani lebih cenderung terjadi pada

usia yang lebih muda dan usia pertengahan. 2

2.3 ETIOLOGI

Fisura ani dapat terjadi karena beberapa penyebab diantaranya1 :

idiopatik

iritasi akibat diare

cedera partus

Page 3: FISURAfix.doc

18 penggunaan laksative

iatrogenik

inflammatory bowel diseases

sexually transmitted diseases

Kebanyakan fisura ani terjadi karena regangan mukosa anus melebihi

kemampuannya. Sekali fisura terjadi, maka akan terbentuk suatu lingkaran setan. Dengan

adanya nyeri ketika defekasi maka penderita akan menjadi takut untuk defekasi, hal ini akan

menyebabkan feses menjadi keras dan feses yang keras akan menambah aktifitas sphincter.1,5

2.4 ANATOMI KANALIS ANAL

Kanalis anal merupakan bagian akhir dari usus besar dan rektum, yang  berawal dari

diafragma pelvis yang melewati otot levator ani dan berakhir pada  pinggiran anal. Kanalis

ini mempunyai panjang sekitar 4 cm. Dinding otot dari kanalis anal merupakan kelanjutan

dari lapisan otot sirkuler rektum yang kemudian menebal dan membentuk sfingter internal.

Secara anatomis kanalis anal memanjang dari pinggiran anal sampai ke linea dentata. Akan

tetapi untuk alasan praktis, ahli bedah terkadang mendefinisikan kanalis anal memanjang dari

pinggiran anal sampai ke cincin anorektal. Cincin anorektal sendiri teraba saat pemeriksaan

rektal sekitar 1-1,5 cm di atas linea dentata. 5

Gambar 1. Anatomi Kanalis AnalSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014

Page 4: FISURAfix.doc

18Pinggiran anal adalah pertemuan antara anoderm dan kulit perianal. Anoderm

merupakan epitel tersendiri yang kaya akan saraf tapi kurang dalam hal perangkat kulit

(folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat). Linea dentata atau linea pectinata

yang merupakan pertemuan mukokutaneus sebenarnya, terletak 1  – 1,5 di atas pinggiran

anal. Terdapat zona transisional atau cloacogenik sebesar 6  – 12 mm di atas linea dentata,

yang merupakan peralihan epitel skuamosa anoderm menjadi kuboidal dan kemudian epitel

kolumnar. 5

Kanalis anal dikelilingi oleh sebuah sfingter eksternal dan internal, yang keduanya

menjalankan mekanisme sfingter anal. Sfingter internal merupakan kelanjutan dari bagian

dalam otot polos sirkuler rektum. Juga merupakan otot involunter dan normalnya

berkontraksi saat istirahat. Bidang intersfingterik menggambarkan kelanjutan fibrosa dari

lapisan otot polos longitudinal rektum. 5

Sfingter eksternal merupakan otot volunter berlurik, yang terbagi menjadi tiga putaran

bentuk U (subkutaneus, superfisial, dan profunda) namun bekerja sebagai satu kesatuan.

Sfingter eksternal merupakan kelanjutan dari otot-otot levator dari dasar pubis, khususnya

otot puborectalis. Putaran paling atas terbentuk oleh otot puborektalis, yang berasal dari

pubis. Putaran di tengah terbentuk oleh otot sfingter eksternal superfisial, yang berasal dari

ujung coccyx atau ligamentum anococcygeal. Putaran yang paling bawah tersusun oleh

lapisan subkutaneus dari otot sfingter eksternal. Otot puborektalis berasal dari pubis dan

menyatu pada posterior dari rektum. Normalnya sfingter berkontraksi menghasilkan

penyudutan 80° dari sudut pertemuan anorektal.5

Dari area setinggi cincin anorektal ke arah distal dan antara otot sfingter internal dan

eksternal, lapisan otot longitudinal rektum menyatu dengan serat dari levator ani dan otot

puborektalis yang kemudian membentuk otot longitudinal conjoined. Serat-serat otot ini yang

Page 5: FISURAfix.doc

18dapat memotong bagian bawah dari sfingter eksternal untuk kemudian masuk ke dalam kulit

perianal dan mengerutkan  pinggiran anal disebut sebagai corrugator cutis ani.5

Kolumna Morgagni terdiri dari 8 – 14 lipatan mukosa longitudinal yang terletak tepat

di atas linea dentata dan membentuk kripta analis pada ujung distalnya. Kelenjar-kelenjar

rudimenter kecil membuka pada kripta-kripta ini. Saluran dari kelenjar-kelenjar ini

menembus sfingter internal dan badan dari kelenjar ini terletak pada bagian intersfingterik.5

2.5 PATOFISIOLOGI 1,2, 5

Pada fisura ani, daerah yang sering terkena adalah daerah distal linea dentata. Sekitar

90% dari fisura ani terjadi di garis tengah bagian posterior dimana merupakan bagian

terlemah dari otot-otot yang melingkari anus. 10% terjadi dibagian anterior dari garis tengah.

Keighley membagi fisura ani menjadi:

1. Fisura ani primer

Akut : baru terjadi pertama kali atau belum lama berselang. Belum terjadi penebalan

dan penggantian jaringan ikat ( fibrosis ). Umumnya menyembuh dalam beberapa

hari.

Kronis terjadi berulang dalam waktu cukup panjang,, sering terjadi penebalan di

daerah tepi atau sekitar luka. Dapat membentuk benjolan kenyal disebut skin tag pada

bagian bawah, dan hipertrofi papila pada bagian atas.

2. Fisura ani sekunder

Fisura ani primer tampak sebagai suatu superfisial ulcer pada mukosa anal di  bawah

linea dentata, apabila letaknya lebih ke proksimal hampir dapat dipastikan merupakan fissura

Page 6: FISURAfix.doc

18ani sekunder akibat penyakit lain. Fissura ani dikatakan akut  bila penyakit terjadi kurang dari

6 minggu, dan dikatakan kronis bila sudah lebih dari 6 minggu.

Gambar 2. Fissura AniSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014

Apabila feses yang keras melewati anal canal akan terjadi perenggangan dan merobek

mucosa anal. Fisura ani biasanya terjadi pada bagian anterior dan  posterior, di duga daerah

ini merupakan daerah lemah. Ketika feses melewati anal canal, massa akan disalurkan ke

bagian anterior dan posterior oleh karena adanya otot pada bagian lateral. Fissura akan

meningkatkan kontraksi internal anal sphincter dan meningkatkan tekanan istirahat pada anal

canal. Peningkatan tekanan menyebabkan iskemia pada area disekitar fissura. Adanya spasme

yang  berulang pada anal canal dan adanya iskemia yang berlanjut akan menyebabkan fissura

menjadi kronis oleh karena ulkus yang tidak dapat sembuh.

Dasar fissura ani akut merupakan suatu lapisan tipis putih yang melapisi  jaringan ikat

submucosa dan otot longitudinal, yang menyebar dari intersphinteric groove kemudian

melapisi otot sirkular sphincter interna. Pada fissura ani akut ulkus tampak berbatas

tegas,tidak terdapat indurasi,odema atau kavitasi.

Sedangkan dasar dari fissura ani kronis tampak serat otot sphincer interna. Pada

fissura ani kronis tampak tepi ulkus mengalami indurasi dan apabila proses  berlanjut ulkus

Page 7: FISURAfix.doc

18akan bertambah luas dan bagian luar tampak odematous oleh karena adanya obstruksi

lymphatik,  skin tag  dan hypertropi papila anus dapat di temukan dalam keadaan fissura ani

kronis.

Infeksi dapat terjadi dan dapat menyebar ke atas menimbulkan abses submukosa atau

intersphincteric abses atau ke bawah menjadi perianal abses di bawah  skin tag.. Adanya

perianal abses yang persisten dapat menimbulkan fistula superficial yang berjalan dari bagian

bawah fissura dan keluar pada  skin tag.

Fissura ani sekunder disebabkan karena beberapa kelainan patologis seperti Crohn’s

disease, tuberkulosa anus, AIDS, atau setelah tindakan operasi pada daerah anus. Fissura ani

akibat komplikasi Crohn’s disease atau tuberkulosa  biasanya tidak terasa nyeri.

2.6 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSA

2.6.1 Anamnesa

Biasanya pada anamnesis, dijumpai adanya keluhan1 :

Konstipasi akibat takut defekasi karena nyeri sehingga defekasi ditunda terus menerus

Feses keras,

Nyeri yang sangat sekali pada tiap defekasi,

Darah segar dipermukaan tinja. Buang air besar berdarah warna merah terang pada

permukaan feses. Darah  biasanya tidak bercampur dengan feses.

Nyeri didaerah rektum, biasanya digambarkan seperti rasa terbakar, rasa terpotong,

atau seperti terasa robekan. Nyeri sejalan dengan kontraksi usus; spasme anus perlu

dicurigai terjadinya fissura ani.

Mucoid discharge

Pruritus

Page 8: FISURAfix.doc

18

2.6.2 Pemeriksaan Fisik 5

Pada inspeksi sering ditemukan umbai kulit (skin tag) , fissura, dan hipertropi papilla.

Pada sebagian besar penderita dapat dibuat diagnosis fisura ani hanya dengan inspeksi saja.

Pemeriksaan dilakukan dengan menarik kedua gluteus secara  perlahan-lahan untuk melihat

apakah ada umbai kulit (skin tag), discharge, atau darah.

Pada colok dubur, jari dimasukkan menulusuri bagian lateral terlebih dulu untuk

mengurangi nyeri tekan setelah pemberian anestesi lokal. Pinggir fissura dapat teraba

irregular dengan nyeri tekan yang dirasa sangat menyakitkan. Fissura ani akut terlihat eritem

dan mudah berdarah. Pada fissura yang kronis, nyeri tidak begitu hebat sehingga pemeriksaan

colok dubur dapat dilakukan. Fissura ani kronik ditandai dengan tiga gejala klasik yaitu ulkus

yang dalam, sentinel pile (dimana terbentuk saat bagian dasar fissura mengalami edema dan

papilla anal membesar.

Gambar 3. Protoskopi dan trias fissura aniSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis fissura ani tidak hanya didasarkan pada anamnesis dan  pemeriksaan fisik

semata. Pemeriksaan penunjang untuk menyokong diagnosis dari fissura ani sangat

diperlukan untuk mengetahui lebih pasti penyebab dan ketepatan diagnosis.

Page 9: FISURAfix.doc

18

Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien fisura ani yaitu

dengan melakukan pemeriksaan hitung jenis darah dan kultur darah. Yang mana dari

pemeriksaan itu dapat diperhatikan jumlah sel darah putih.

Proktoskopi juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu anestesi local dan tekanan

pada sisi kontralateral.1 Pemakaian protoskopi dewasa pada keadaan akut biasanya tidak

mungkin dilakukan oleh karena sangat nyeri. Biasanya dengan memakai infant

sigmoidoscopy Llyod-Davies dapat dilihat kelainan - kelainan  pada mukosa rektum & anal

canal.

2.7 DIAGNOSIS BANDING 7

Diagnosis banding terdiri atas luka atau rekah anus lainnya, seperti tuberkulosis,

sifilis, AIDS, atau proktitis. Fisura anus kadang disertai hemoroid intern. Bila ada keluhan

nyeri pada penderita hemoroid biasanya ada fisura, sebab hemoroid intern tidak

menyebabkan nyeri.

2.8 PENATALAKSANAAN1,2,3,5,7

2.8.1 Terapi non bedah

Terapi awal untuk fisura anus adalah secara alami, dan lebih dari 80 % dari fisura ani

akut menghilang tanpa perawatan lebih lanjut. Tujuan dari  pengobatan adalah untuk

mengurangi sembelit dan mengantisipasi siklus tinja yang keras dan nyeri. Tinja lebih lunak

lebih mudah dan kurang menyakitkan bagi pasien .

Terapi medis primer terdiri dari pengobatan dengan pengental tinja, seperti suplemen

serat dan pelunak feses. Pencahar dapat digunakan untuk mempertahankan gerakan usus

secara teratur . Minyak mineral dapat ditambahkan untuk memfasilitasi lewatnya kotoran

Page 10: FISURAfix.doc

18tanpa banyak peregangan atau keausan dari mukosa rectum, tetapi tidak dianjurkan untuk

jangka waktu penggunaan yang tidak dapat ditentukan. Mandian Sitz setelah buang air besar

dan jika perlu memberikan bantuan gejala yang signifikan karena mereka mengurangi spasm

sphincter internal. Tingkat pengulangan adalah 30-70 % jika diet serat tinggi dihentikan

setelah dibelah sembuh. Angka ini dapat dikurangi sampai 15-20 %  jika pasien

mengkomsumsi diet serat tinggi.

Terapi medis lini kedua aplikasi intra-anal dengan nitrogliserin 0,4% (NTG), juga

disebut gliserol trinitrat yang disalep langsung ke sfingter internal. Salep Nitrogliserin

(Rectiv) disetujui FDA untuk penanggulan nyeri sedang sampai berat yang berhubungan

dengan anal fissures dan dapat digunakan jika terapi konservatif gagal .

Beberapa dokter menggunakan salep NTG sebagai terapi awal dengan kombinasi

serat dan pelembut tinja. Dan ada yang menggunakan hanya ketika fissura ani tidak dapat

disembuhkan. Salep NTG mengistirahatkan sfingter internal dan membantu meringankan rasa

nyeri yang terkait dengan spasme sfingter, juga diduga meningkatkan aliran darah mukosa

dubur.

Banyak yang tidak mentolerir efek samping NTG dan sering membatasi

penggunaannya. Efek samping utama adalah sakit kepala dan pusing, oleh itu, instruksi

pasien untuk menggunakan NTG salep untuk pertama kalinya di hadapan orang lain atau

segera sebelum tidur . Selain dari penggunaan salep NTG intra-anal, Salep Nifedipine juga

telah tersedia dan digunakan dalam uji klinis. Hal ini diyakini bahwa ianya mempunyai

keberhasilan yang sama dengan salep NTG tetapi dengan efek samping yang lebih sedikit.

Terapi baru untuk fissura ani akut dan kronis adalah toksin botulinum (Botox). Toksin

ini disuntik langsung ke dalam sfingter anal internal. Efeknya  berlangsung selama sekitar

tiga bulan, sampai ujung saraf regenerasi . Periode tiga  bulan memungkinkan gejala akut

(dan kadang-kadang kronis) untuk menyembuhkan dan mengatasi gejala. BOTOX injeksi

Page 11: FISURAfix.doc

18mengurangi gejala awal, tetapi ada kekambuhan setelah 3 bulan, pasien dapat mengambil

manfaat dari sfingterotomi bedah.

Dalam review empat prospektif, acak , percobaan dikontrol , Shao dkk menyimpulkan

bahwa operasi, khususnya, sfingterotomi internal lateralis, lebih efektif daripada BOTOX

untuk penyembuhan anal fissures kronis. Dalam analisis mereka dari studi, total 279 pasien ,

para peneliti menemukan bahwa peningkatan manfaat mutlak adalah 23% untuk pasien bedah

dibandingkan dengan pasien yang diobati BOTOX. Terapi BOTOX dikaitkan dengan angka

kesembuhan yang  perlahan dan tingkat kekambuhan lebih tinggi dari operasi. Namun ,

inkontinensia anal lebih umum dengan sfingterotomi internal lateralis daripada BOTOX .

2.8.1 Terapi Bedah

Terapi bedah biasanya diperuntukkan bagi anal fissures akut yang menunjukkan

gejala setelah 3-4 minggu pengobatan medis dan melanjutkan untuk anal fissures kronis.

Pra Operasi

Pemberian 2 fleet enema pada pagi hari operasi adalah persiapan usus yang memadai

untuk prosedur ini. Jika fissura ani terlalu menyakitkan, fleet enema mungkin tidak diberikan.

Tidak ada persiapan pra operasi lainnya yang diperlukan, kecuali pasien memiliki

komorbiditas yang signifikan yang membutuhkan perhatian .

Intraoperatif

1. Dilatasi Sphincter

Prosedur ini merupakan dilatasi atau stretching dubur yang dikendalikan di  bawah

anestesi umum. Hal ini dilakukan karena salah satu faktor penyebab fisura anus dianggap

sebagai sfingter internal yang ketat dan peregangan membantu untuk memperbaiki kelainan

yang mendasari. Jumlah jari yang digunakan dan  jumlah waktu strain diterapkan bervariasi

antara ahli bedah. Walaupun prosedur ini dapat mengurangi gejala, namun, sekarang jarang

Page 12: FISURAfix.doc

18dilakukan karena tingkat komplikasi yang tinggi . Kontinensia didapati dari 12-27 % pasien

kerna dilatasi yang tidak terkendali dan robeknya sfingter internal dan eksternal.

2. Sfingterotomi Internal Lateral

Merupakan prosedur bedah pilihan pada saat ini. Prosedur ini dapat dilakukan dengan

pasien di bawah anestesi umum atau spinal. Bahkan anestesi lokal dapat digunakan pada

pasien yang kooperatif , meskipun hal ini tidak selalu disarankan.

Tujuan dari sfingterotomi internal adalah sfingter internal yang hipertrofi dipotong

dan menyebabkan mengurangi ketegangan dan memungkinan fissura ani untuk sembuh.

Ketika pertama kali dijelaskan , sfingterotomi dilakukan di garis tengah di lokasi fissura,

dengan atau tanpa fissurectomy. Namun, insisi sfingterotomi tidak sembuh-sembuh. Hal ini

mempunyai alasan yang sama yang tidak menyembuhkan fissura. Sekarang sphingterotomi

biasanya dilakukan di kuadran lateral (kanan atau kiri, tergantung pada kenyamanan ahli

bedah).

Dalam sfingterotomi internal lateral yang dilaksanakan, hanya sphincter internal

dipotong dan sphincter eksternal tidak dipotong dan tidak boleh terluka. Sfingterotomi dapat

dilakukan baik terbuka atau secara tertutup. Pada sfingterotomi tertutup, pisau nomor 11

dimasukkan secara lateral ke dalam alur intersfincterische. Kemudian diputar medial dan

ditarik keluar untuk memotong sphincter internal. Pencegahan iambil untuk tidak memotong

mukosa dubur, karena hal ini dapat mengakibatkan fistula. Setelah pisau dikeluarkan, selaput

lendir anus yang menutupu di atas sfingterotomi diraba , dan celah pada sfingter internal bisa

diraba.

Sfingterotomi tersebut diperpanjang dengan jarak yang sama fissura tersebut. Pada

sfingterotomi terbuka, 0,5-1 cm insisi dibuat pada bidang intersfincterische. Sphincter

internal kemudian dilingkarkan di sudut kanan dan insisi dibesarkan. Sphincter internal

kemudian dipotong di bawah visualisasi langsung. Kedua ujungnya dibiarkan jatuh kembali

Page 13: FISURAfix.doc

18setelah dipotong kembali . Celah dapat diraba dalam sfingter internal melalui mukosa dubur,

seperti dalam teknik tertutup. Insisi dapat ditutup atau dibiarkan terbuka untuk

menyembuhkan .

Gambar 4. SfingterotomiSumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014

Dalam pengobatan fisura anus kronis, ahli bedah dapat memilih celah dipotong,

bersama dengan sfingterotomi lateral. Secara sederhana, ahli bedah mungkin mengeksisi

papila hipertrofi, dan  skin tag  dan biarkan untuk menyembuhkan sendiri . Kadang-kadang ,

fissura ani yang kronis tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan sfingterotomi, oleh itu, flap

dilakukan untuk menutupi celah.

Page 14: FISURAfix.doc

18Gambar 5. Tipe-tipe flap

Sumber: www.google.com diunduh pada 4 februari 2014

Pasca operasi

Sfingterotomi bisa dilakukan dalam pengaturan rawat jalan dan pasien  pulang pada

hari yang sama. Biasanya, rasa sakit yang minimal pasca operasi  baik tertutup. Pengurangan

nyeri segera dimulai. Satu-satunya pembatasan pasca operasi dari anestesi, dan banyak pasien

dapat kembali ke kegiatan normal keesokan harinya .

Follow-up

Pelunak feses dan suplemen serat diberikan setelah operasi, dan merekomendasikan

suplemen serat tanpa batas untuk mencegah masalah di masa depan. Kunjungan pasca operasi

biasanya untuk mengevaluasi penyembuhan luka yang memadai.

2.9 KOMPLIKASI 1,5,7,9

Komplikasi operasi untuk fisura anus termasuk infeksi, perdarahan,  pengembangan

fistula , dan yang paling ditakuti adalah inkontinensia.

Infeksi

Infeksi setelah sfingterotomi jarang dan terjadi sebagai abses kecil hanya 1-2 %

pasien. Pengobatan drainase abses, antibiotik diperlukan hanya jika selulitis yang signifikan

terjadi atau jika pasien imunosupresi.

Pendarahan

Beberapa ecchymosis mungkin terjadi di sekitar lokasi sfingterotomi , tapi

pendarahan pascaterapi sangat jarang .

Fistula

Page 15: FISURAfix.doc

18Kurang dari 1% pasien, fistula anal di lokasi sfingterotomi. Hal ini biasanya hasil dari

mukosa pada saat sfingterotomi. Fistula sering rendah dan dangkal dan harus ditangani

dengan fistulotomy .

Inkontinensia

Insiden dan definisi inkontinensia sangat bervariasi dari studi ke studi dari  berbagai

prosedur . Dari pasien yang menjalani dilatasi sfingter, 12-27% melaporkan masalah dengan

kontinensia setelah prosedur. Hal ini mungkin karena ada bagian yang tidak terkendali dari

sfingter anal dan karena baik sfingter internal dan eksternal yang dilatasi.

Inkontinensia jauh lebih rendah dengan sfingterotomi internal yang dilaksanakan

dengan baik dibandingkan dengan dilatasi sfingter , meskipun angka ini tergantung pada

definisi inkontinensia. Pada kebanyakan pasien, biasanya sembuh tanpa komplikasi jangka

panjang .

Rekurensi atau fissura yang tidak sembuh

Pengulangan atau tingkat tidak - penyembuhan setelah perawatan bedah untuk anal

fissures adalah 1-6 % . Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sampai 50 % dari

pasien yang telah didiagnosis tidak menyembuhkan penyakit yang mendasari , penyakit

Crohn.

2.10 HASIL DAN PROGNOSIS

Hampir 1-6 % dari pasien memiliki kekambuhan fisura anus setelah sfingterotomi.

Risiko kekambuhan lebih besar setelah dilatasi sfingter. Jika seorang pasien kambuh setelah

sfingterotomi, mungkin terdapat kekambuhan  penyakit yang medasari atau sfingterotomi

awal yang tidak benar atau tidak lengkap dilakukan.2-4,7,9

Penatalaksanaan medis harus dicoba lagi, tetapi jika tidak ada  bantuan yang

diperoleh, ahli bedah harus mengevaluasi apakah sfingterotomi awalnya sudah cukup.

Page 16: FISURAfix.doc

18Evaluasi palpasi dapat dilakukan dengan anestesi umum atau dengan melakukan sebuah

ultrasonogram anal endotermik. Jika sfingterotomi tidak lengkap , dapat dilakukan pada sisi

pertama, atau lagi di sisi lain. Jika sfingterotomi pertama memadai, sfingterotomi kedua dapat

dilakukan di sisi lain. 2-4,7,9

 

Page 17: FISURAfix.doc

18

KEPUSTAKAAN

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, Appendiks, kolon, dan Anorektum.

Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta:EGC. Hal 646-53.

2. W.Brian Peerry, Sharon L. Dykes. On behahlf of the standart practice task force of the

American society of colon an rectal surgeons. Practice parameters for the

management of anal fissures

3. K.L.R Cross, E.J.D Massey, A.L.Fowler J.R.T Management of anal fissure

management of acute severe colitis. The association of coloproctology of great Britain

an Ireland.

4. Villalba H, Villalba S, Abbas MA, Anal Fissure: A Common Cause of Anal Pain. The

Permanente Journal / Fall 2007/ Vol. 11 No. 4. Available at

http://www.thepermanentejournal.org/files/Fall2007/anal_fissure.pdf

5. Fisura Anal. Available at http://www.gastro.hc.edu.uy/CLASES%2007-08/fis ura

%20anal%20.pdf

Page 18: FISURAfix.doc

186. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon, Rectum, and

Anus. In Schwartz’s Principles of Surgery. 8th edition. Vol 2. USA: McGraw-Hill. P

1057-70.

7. Lawrente, Gerard. 2004. Anal Fissure. Lange, current surgical diagnosis & treatment.

11th edition. Lange Medical Book. Page 766  – 768.

8. Poritz LS, Fissure Anal. Available at http://emedicine.medscape.com/article/196297-

overview#showall

9. Nelson R.A, Systematic Review of Medical Therapy for anal fissure. Discolon

Rectum 2004; 47:422-431, American Society of colon and rectal surgouens.

10. http/www.google.com