fistan 6

35
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA TANAH Oleh: Yarsitri NIM A1H012066 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Transcript of fistan 6

LAPORAN PRAKTIKUMFISIKA TANAH

Oleh:Yarsitri

NIM A1H012066

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2014

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TANAH

PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE PIPET

Oleh:Yarsitri

NIM A1H012066

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan

organik. Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena

tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air

sekaligus sebagai penopang akar. Tanah merupakan campuran bahan atau

partikel-partikel bahan organik yang telah melapuk, udara dan air. Materi kasar

seperti pasir biasanya ditutupi oleh material halus. Ukuran dari partikel-partikel

tanah relatif tidak berubah. Karena itu, tekstur tanah dikategorikan sebagai sifat

dasar tanah.

Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur

merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat. Kasar dan halusnya tanah

dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang

merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula

fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir

untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung

halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus.

Penentuan kelas tekstur suatu tanah secara teliti harus dilakukan analisa

tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Dalam menetapkan

tekstur tanah ada tiga metode yang digunakan yaitu metode lapang, hydrometer,

dan pipet. Sedangakan metode yang digubakan pada praktikum kali ini adalah

metode pipet.

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui batas cair tanah (BC).

2. Mahasiswa dapat mengetahui batas lekat tanah (BL).

3. Mahasiswa dapat mengetahui batas gulung tanah (BG).

4. Mahasiswa dapat mengetahui batas berubah warna (BBW).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase

yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Fase padat hampir menempati 50 %

volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya

adalah bahan organik. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang

ditempati sebagian oleh fase cair dan fase gas yang perbandingannya dapat

bervariasi menurut musim dan pengelolaan tanah.. Tanah berfungsi sebagai

tempat tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari.. Di samping itu

kebanyakan unsur-unsur dalam usaha memelihara kehidupan berada pada siklus

yang lebih berat ke tanah dalam hubungan ini tanah menyediakan lingkungan

yang cocok untuk terlaksananya pelapukan bahan-bahan mati dengan cukup cepat

melalui aktivitas mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa dasar untuk dapat

segera menyusul memasuki kembali siklus, terutama melalui vegetasi.

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).

Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang

ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai

kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan

pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).

Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,

sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat

teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini

digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan

klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun

digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal

adalah pasir, liat dan lempung(Buckman dan Brady, 1992)

Pembagian kelas tekstur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas

tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,

plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,

penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam

suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).

Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral

tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu

berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat

lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa

mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara

dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.

Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini

merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam

pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan

(Hakim, 1986).

Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram

segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung

berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung

berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).

Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah

dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak

kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).

Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah)

ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas

tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir

(lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi

berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,

berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).

Sifat-sifat fisik tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan

dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di

dalam tanah,retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman. Tekstur tanah

penting untuk kitaketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut

(fraksi padat,cair, dan gas) akan menentukan sifat-sifat fisika, dan kimia tanah.

Sifat fisik yang dipengaruhi tekstur antara lain daya dukung tanah, daya

serap atau daya simpan air, permeabilitas, erodibilitas (kemudahan tanah tererosi),

kemudahan penetrasi akar tanaman, drainase atau pengatusan, kemudahan terolah,

plastisitas, dan kelekatan. Tekstur tanah selain dapat menentukan sifat-sifat fisik

tanah, juga dapat menentukan sifat kimia dan mineral tanah. Perbedaan komposisi

fraksi dan pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:

1. Kemudahan pengolahan tanah atau lahan

Tanah yang didominasi fraksi pasir akan lebih mudah diolah, sedangkan

tanah yang didominasi fraksi lempung akan lebih sulit diolah karena

bertekstur keras dan liat.

2. Daya serap atau daya simpan air

Fraksi tanah yang berupa lempung akan sangat mudah menyerap dan

menyimpan air karena memiliki kemampuan menyerap air tinggi, sedangkan

tanah berpasir akan lebih sulit dalam menyimpan air karena memiliki pori

yang besar.

3. Erodibilitas (kemudahan tanah tererosi)

Tanah dengan tekstur pasir akan mudah tererosi karena memiliki tekstur

yang lepas-lepas dan memiliki pori-pori yang besar, sedangkan tanah

bertekstur lempung akan lebih sulit tererosi karena memiliki tekstur yang liat

dan keras.

4. Kemudahan penetrasi akar tanaman

Tanah dengan kandungan silt (debu) dan clay (lempung) yang tinggi

sangat sulitditembus oleh akar-akar tanaman sehingga percabangan dan

perkembangan akar terhambat. Hal ini akan berpengaruh pada daerah yang

mempunyai iklim kering panjang. Tanaman yang masih berumur muda sangat

peka terhadap tekstur tanah sehingga dapat menghasilkan tanaman dewasa

yang berbeda.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Gelas piala

2. Gelas beker 1000 ml

3. Gelas ukur

4. Kertas lakmus biru

5. Kompor

6. Pipet

7. Oven

8. Thermometer

9. Stopwatch

10. Timbangan analitik

11. Ayakan dan cawan porselin

12. Tanah kering udara

13. Larutan H2O2

14. Larutan HCl

15. Larutan NaOH

16. Aquades

B. Prosedur Kerja

1. Mengeringkan tanah dengan cara diangin-anginkan

2. Menambahkan 25 ml H2O2 selama 24 jam untuk menghilangkan

mikroorganisme.

3. Memanaskan tanah kering udara diatas kompor dan menambahkan H2O2

sampai buih hilang (75).

4. Mendinginkan larutan yang sudah terbentuk.

5. Menambahkan 15 ml HCl kemudian dipanaskan hingga mendidih.

6. Menambahkan air hingga 500 ml.

7. Memindahkan ke gelas beker dan menambahkan 10 ml NaOH, diaduk

selama 15 menit kemudian ditambah air sampai 1000 ml.

8. Memasukkan air ke gelas piala untuk memisahkan pasirnya.

9. Larutan dalam gelas piala didiamkan hingga liat dan debu memisah.

10. Mengukur suhu pada gela spiala dan mencocokkan dengan tabel.

11. Mengambil air yang mengandung debu menggunakan pipet 25 ml

sebanyak 20 ml pada kedalaman 20 ml.

12. Memasukkan ke cawan porselin.

13. Menimbang cawan yang berisi air dan debu dan memasukkannya ke oven

dimana cawan yang digunakan sebelumnya sudah ditimbang.

14. Tiga jam kemudian , mengambil air yang mengandung liat pada

kedalaman 5 ml sebanyak 20 ml.

15. Ditimbang dan dimasukkan ke oven. Setelah 24 jam dari memasukkan

cawan ke oven, maka ambil cawan dan ditimbang kemudian dicatat

hasilnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan

Nama CawanBerat Cawan Kosong (a)

gram

Berat Cawan + isi setelah dioven

(b) gram

A (pasir) 42,32 43,86

B (debu liat) 47,12 47,33

C (liat) 43,85 44,03

Penetapan Tekstur

1. Gram pasir (P) = b – a gram

= 43,86 – 42,32 gram

= 1,54 gram

2. Gram debu+liat (D+L) = b – a gram

= 47,33 – 47,12 gram

= 0,21 gram

3. Gram liat (L) = b – a gram

= 44,03 – 43,85 gram

= 0,18 gram

4. Gram debu (D) = (D+L) - L

= 0,21 – 0,18 gram

= 0,03 gram

Jumlah pasir, debu dan liat adalah 1,75 gram

1. Persen pasir = gram pasir

∑ PDL x 100%

= 1,541,75

x 100%

= 88 %

2. Persen debu = gram debu

∑ PDL x 100%

= 0,031,75

x 100%

= 1,71%

3. Persen liat = gram liat

∑ PDL x 100%

= 0,181,75

x 100%

= 10,28%

B. Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang tekstur tanah dengan menggunakan

metode pemipetan. Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termsuk

salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena

tekstur tanah berhubungan erat dlam pergerakan air dan zat terlarut, udara,

pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface),

kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel, 1982).

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008). kelompok ukuran, terutama

perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke

bawah (Notohadiprawito, 1978).

Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang

ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai

kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan

pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).

Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,

sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat

teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini

digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan

klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun

digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal

adalah pasir, liat dan lempung (Buckman dan Brady, 1992)

Kemampuan tanah ditentukan oleh sifat fisik dan sifat kimianya maka

penting untuk mengetahui sifat fisik dan kimianya. Pertumbuhan tanaman sangat

dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur dan kekuatan tanah.

Kemampuan tanah untuk menahan air harus mendapatkan perhatian serius agar

tidak mengganggu ketersediaan air tanah dalam upaya mendapatkan produksi

tanaman yang optimum. Untuk memperbaiki kemampuan tanah dalam menahan

air salah satunya dengan memperbaiki struktur, distribusi ukuran partikel serta

tekstur tanah.

Pengetahuan akan tekstur tanah sangat bermanfaat di berbagai bidang,

terutama di bidang pertanian. Kegunaan tekstur tanah adalah sebagai bahan

informasi dalam dalam menentukan tanaman budidaya apa yang cocok pada

daerah tersebut dengan jenis tekstur tertentu. Selain itu, tekstur tanah juga

berkaitan erat dengan sifat fisik tanah karena komposisi fraksi-fraksi tanah yang

berlainan dapat mempengaruhi sifat fisik tanah lainnya.

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena

terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang

terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi

tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05

mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm

(penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh

terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas

tanah, porositas dan lain-lain. Berbagai lembaga penelitian atau intuisi

mempunyai criteria sendiri untuk pembagian fraksi partikel tanah. Sebagai

contoh, pada akan diperlihatkan sistem klasifikai fraksi partikel menurut

International Soil Science Society (ISSS), United States Department of

Agriculture (USDA), dan United States Public Roads Administration (USPRA).

Tabel 2. Klasifikasi tekstur tanah menurut beberapa sistem (Hillel, 1982)ISSS USDA USPRA

Diameter

(mm)Fraksi

Diameter

(mm)Fraksi

Diameter

(mm)Fraksi

>2 Kerikil >0,02 Kerikil >2 Kerikil

0,02 - 2 Pasir 0,05 – 2 Pasir 0,05 – 2 Pasir

0,2 – 2

0,02 – 0,2

Kasar

Halus

1-2

0,5 – 1

0,25 – 0,5

0,1 – 0,25

0,05 - 0,1

Sangat

Kasar

Kasar

Sedang

Halus

Sangat

halus

0,25 – 2

0,05 – 0,25

Kasar

Halus

0,002 –

0,02Debu

0,002 –

0,05Debu 0,005 – 0,05 Debu

< 0,002 Liat <0,005 Liat <0,005 Liat

Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas

tekstur tanah. ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase

ketiga fraksi tanah tersebut, misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa

persentase pasir (X) 32%, liat (Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram

segitiga tekstur maka tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah

bertekstur pasir.

      Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya

tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan

liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur

dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat seperti yang

digambarkan pada segitiga tekstur.

Gambar 1. Segitiga Tekstur

Ada beberapa metode dalam menententukan tekstur tanah, yaitu secara

kualitatif (dilakukan di lapang) dan kuantitatif (di laboratorium dengan

menggunakan analisis mekanis), secara kualitatif yaitu dapat dilakukan di

lapangan, berikut penjelasannya :

1. Penetapan di lapang dilakukan dengan membasahi tanah kering atau lembab,

kemudian dispirit diantara ibu jari dan telunjuk, sehingga membentuk pita

lembab, sambil diperhatikan adanya rasa kasar atau licin, dapat ditentukan

kelas tekstur lapang, atau dapat diamati bila memiliki cirri-ciri seperti ini :

a. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat

dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur

Pasir.

b. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk

bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur

Pasir Berlempung.

c. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi

mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung

Berpasir.

d. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk

bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan

mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.

e. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan

gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong

bertekstur Lempung Berdebu.

f. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan

dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut

tergolong bertekstur Debu.

g. Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,

dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah

tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.

h. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat

dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur,

maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.

i. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola

teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka

tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.

j. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk

bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong

bertekstur Liat Berpasir.

k. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola

teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong

bertekstur Liat Berdebu.

l. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan

baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong

bertekstur Liat.

2. Penetapan tekstur tanah di laboratorium, biasanya menggunakan analisis

mekanis proses ini terdiri dari pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir

tunggal dan kemudian diikuti dengan sedimentasi. Dispersi dan sedimentasi

merupakan proses penting sebelum tekstur tanah ditentukan dengan salah satu

metode, metode hydrometer tau metode pipet. Dengan proses pendispersian,

butir-butir tanah yang biasanya lengket satu sama lain dalam suatu agregat

akan dipisahkan dengan cara membuang zat perekatnya dengan

menambahkan zat anti flokulasi. Zat perekat yang umum didalam tanah

adalah bahan organic (dihancurkan dengan hydrogen peroksida), kalsium

karbonat (asam klorida) dan oksida besi (Hillel, 1982). Sedangkan

sedimentasi digunakan untuk memisahkan partikel yang mempunyai ukuran

yang berbeda.

a. Metode hydrometer ”Bouyoucos”, (lebih teliti), yang didasarkan pada

perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan

asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan (density)

sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius

partikel bertambah secara kuadratik (Hanafiah, 2005). Berikut prosedur

singkat menggunakan hydrometer :

Nilai RL adalah pembacaan kalibrasi hidrometer yang didapatkan dengan

prosedur sebagai berikut:

a) Tambahkan 50 ml 10% (NaPO3)6 ke dalam silinder sedimentasi yang

kosong.

b) Tambahkan aquades sehingga volume akhir larutan menjadi 1.000 ml.

c) Aduk dengan sempurna.

d) Celupkan hidrometer dan catat pembacaan (RL).

Pembacaan hidrometer dilakukan pada miniskus bagian atas suspensi

(larutan).

b. Metode pipet merupakan metode langsung pengambilan contoh partikel

tanah dari dalam suspense dengan menggunakan pipet pada kedalaman h

dan waktu t. pada kedalaman h dan waktu t tersebut partikel dengan

diameter >x sudah berada pada kedalaman h.

Pada praktikum penetapan tekstur tanah menggunakan metode pipet

digunakan beberapa larutan untuk analisis tekstur yaitu H2O2, NaOH dan HCl.

Penambahan H2O2 berfungsi untuk menghancurkan agregasi tanah-tanah yang

kaya akan bahan organik. Sedangkan NaOH merupakan senyawa kimia yang

berguna sebagai pendispersi. Dimana dengan penambahan NaOH ini larutan tanah

akan lebih mudah homogen dan dapat diketahui kadar lengasnya. Adapun fungsi

dari penambahan HCl yaitu sebagai penghilang kapur. Analisis tanah dengan

menggunakan larutan-larutan tersebut dilakukandengan harapan agar tekstur tanah

yang dihasilkan dari hasil analisis lebih alami atau mendekati keadaan tanah yang

sebenarnya dilapangan.

Hasil dari praktikum fisika tanah pada acara tentang penetapan tekstur

tanah dengan menggunakan metode pipet ini didapat hasil yaitu presentase pasir

sebesar 88%, presentase debu sebesar 1,71 % dan presentase liat sebesar 10,28 %.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui tekstur tanah dengan melihat

pada segitiga tekstur. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tanah yang digunakan

sample merupakan tanah bertekstur pasir. Jika dilihat dari jumlah banyaknya

presentase tiap fraksi, hasil yang didapatkan juga menunjukkan bahwa tanah yang

digunakan sample merupakan tanah bertekstur pasir karena memenuhi syarat

dimana tanah bertekstur pasir merupakan tanah yang kandungan pasirnya lebih

dari 75%.

Kandala pada praktikum kali ini adalah terbatasnya alat dan bahan yang

digunakan sehingga tidak semua praktikan dapat mengetahui cara penetapan

tekstur tanah dengan menggunakan metode pipet. Selain itu, pembagian shift yang

terlalu besar sehingga praktikum tidak berjalan secara kondusif dan banyak

praktikan yang kurang memperhatikan jalannya praktikum serta banyaknya

praktikan yang bercanda sendiri. Kendala lain yaitu kurang tepatnya waku pada

saat proses penimbangan sampel setelah dioven selaa 24 jam.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam bentuk persentase) fraksi-

fraksi pasir, debu, dan liat.

2. Ada tiga metode yang digunakan untuk menentukan tekstur tanah yaitu

metode lapang, hydrometer, dan pipet. Metode lapang biasanya disebut

dengan metode kualitatif, sedangkan hydrometer dan pipet termasuk pada

metode kuantitatif yang menggunakan proses analisis mekanis yaitu disperse

dan sedimentasi.

3. Menurut hasil yang didapat maka dapat menentukan tekstur tanah, dengan

hasil 88 % pasir, 1,71% debu, dan 10,28% liat, maka tekstur yang didapat

adalah tanah bertekstur pasir.

B. Saran

Pada praktikum kali ini sudah berjalan cukup baik, namun akan lebih baik

apabila pembagian shift tidak terlalu besar karena peralatan yang digunakan

sedikit dan pada saat pelaksanaan praktikum seharusnya semua praktikan

memperhatikan sehingga jalannya praktikum dapat kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. PT Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Sutedjo, M.M. 2002. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Utomo, Wani Hadi. 1985. Dasar-dasar Fisika Tanah. Universitas Brawijaya. Malang