Fiskal.depkeu.go.Id
-
Upload
sunu-d-wibiakso -
Category
Documents
-
view
179 -
download
0
Transcript of Fiskal.depkeu.go.Id
![Page 1: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/1.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 1/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
STUDI BANDING KEBIJAKAN PRIVATISASI BUMN
DI BEBERAPA NEGARA
Oleh: Pandu Patriadi1
AbstraksiDalam periode tahun 1950 hingga 1970-an, pemerintah di banyak negara
mengambil bagian aktif dalam perekonomian dan BUMN (SOEs = State OwnedEnterprises) banyak berperan sebagai alat dalam melaksanakan program pemerintah.Kehadiran negara dalam kegiatan ekonomi dan bisnis diberi pembenaranargumentasi untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) serta untuk memacupembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sejak awal 1980-an dimulai denganterjadinya krisis keuangan dan ekonomi dunia, membuat pemikiran baru muncultentang perlunya kebijakan privatisasi BUMN sebagai strategi untuk meningkatkanefisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Konsep ini menekankan persaingan pasarsebagai sarana mencapai efisiensi dan pengalihan aset pemerintah ke masyarakat(publik). Kebijakan privatisasi BUMN menjadi metode yang menjanjikan dalammewujudkan perbaikan kinerja, efisiensi manajemen dan memenangkan persainganusaha.
Out-put dari penelitian ini adalah: (1) menyusun check list keberhasilan dankegagalan pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara dapatmeningkatkan efisiensi manajemen; (2) merekomendasikan posisi dan peranpemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN sehingga dapat meningkatkanefisiensi manajemen BUMBN. Metode penelitian bersifat deskriptif denganmenggunakan data sekunder dengan melakukan studi banding pada kebijakanprivatisasi BUMN di beberapa negara seperti dikawasan Asia, Afrika, Amerika Latindan Eropa Timur.
Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwakeberhasilan kebijakan program privatisasi BUMN ditentukan oleh empat faktorutama, yaitu: (1) political will dari negara (dicirikan dengan ditetapkan UU BUMN,UU Privatisasi dan lembaga yang powerfull dalam melaksanakan kebijakanprivatisasi BUMN); (2) leadership para pemimpin negara dan politik terhadappelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN; (3) dukungan organ BUMN sebagaiperusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) dan manajemen BUMN terhadapprogram kebijakan privatisasi BUMN; (4) kesediaan serta dukungan sektor daninstitusi keuangan. Rekomendasi dari hasil penelitian adalah pemerintah sebagaieksekutor kebijakan privatisasi bersama-sama parlemen (DPR) harusmengoptimalkan ke empat faktor-faktor utama yang menentukan dalam kebijakanprivatisasi BUMN. Pengalaman keberhasilan dan kegagalan, advantages dan disadvantages kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara harus menjadi
benchmark dan landmark bagi kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia.
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pilihan terhadap kebijakan privatisasi BUMN (SOEs) dilakukan
karena perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan
bisnis perusahaan (business environments). Selain itu kebijakan privatisasi
BUMN juga didorong masalah ekonomi (seperti keterkaitan BUMN
dengan APBN dan pajak), masalah keuangan (strategi keuangan yang
1 Peneliti bidang keuangan dan korporasi Badan Analisia Fiskal Departemen Keuangan RI.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
55
![Page 2: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/2.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 2/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
harus diambil dalam kebijakan privatisasi sesuai dengan tujuan privatisasi
tersebut), masalah property right, hukum bisnis dan masalah politik.
Masalah terakhir ini sering menjadi penentu utama terhadap kebijakan
privatisasi BUMN di beberapa negara.
Kebijakan privatisasi dapat dipakai untuk berbagai alasan, seperti :
untuk mendapatkan kas, mendapatkan nilai tukar luar negeri,
mendapatkan utang luar negeri, mendorong pengembangan industri yang
spesifik, mendorong investasi asing; memperbaiki atau mengembangkan
pasar modal, menyebarkan kepemilikan diseluruh sektor ekonomi, dan
implementasi pasar bebas. Program privatisasi juga membantu pemerintah
untuk mengurangi defisit APBN dengan mengakhiri biaya subsidi bagi
BUMN.
Program privatisasi BUMN dibanyak negara telah terbukti dapatmeningkatkan efisiensi BUMN dan mendorong pertumbuhan ekonomi
terutama disektor-sektor infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Banyak
sektor ekonomi di negara-negara sedang bekembang (NSB) yang dicirikan
dengan intervensi pemerintah pada BUMN telah menjadi kelaziman, hal
ini merupakan efek yang merusak iklim bagi pengembangan bisnis BUMN
di beberapa negara. Kondisi usaha yang tidak sehat ini akan
mengakibatkan terjadinya: terhalangnya kompetisi, lumpuhnya semangat
kewirausahaan dan inisiatif, mengalihkan pinjaman dari kegiatan yang
produktif ke hal yang tidak produktif, dan menurunkan standar hidup
masyarakat.Ada beberapa analis ekonomi yang meneliti tentang keterlibatan
sektor publik di negara-negara yang termasuk dalam NSB, penelitian oleh
Elliot Berg (1987) memperkirakan bahwa perusahaan publik di NSB hanya
memberikan 10% dari produk domestik bruto (PDB = GDP = gross domestic
product). Commander (1987) mengestimasi dalam tahun 1980-an para mafia
( parastatal) pada Badan Pemasaran Coklat di Ghana telah
menggelembungkan sekitar 20% dari harga resminya, akibatnya kontribusi
BUMN coklat di Ghana tersebut meningkat terhadap PDB. Penelitian Short
(1983) pada International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa
partisipasi BUMN didalam pertumbuhan ekonomi, hanya mengandalkan
kontribusi perusahaan publik tersebut bagi GDP dan dalam bentuk gross
fixed capital. Kontribusi rata-rata BUMN di negara industri maju (industrial
countries) mencapai 9,6% - 11,1% dari produk nasional bruto (PNB = GNP =
gross national product), hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat
antara akumulasi dana dan kontribusi perusahaan (BUMN) dengan
kondisi ekonomi di masing-masing negara. Sedangkan bagi NSB rata-rata
sebesar 8.6% - 27% dari PDB. Gambaran data-data ini mengidentifikasikan
bahwa BUMN di NSB membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk
mengerjakan produksi ditingkat yang lebih rendah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
56
![Page 3: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/3.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 3/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang
mempunyai fakta bahwa hampir seluruh perusahaan yang dimiliki dan
dikelola negara atau BUMN tidak memberikan kinerja finansial yang baik,
pengembangan pasar yang memadai dan secara keseluruhan tidak mampu
menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi. Laporan Bank Dunia tentang
public sector di Indonesia tahun 1999 menunjukkan fenomena tersebut,
yaitu: (1) kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang
sebenarnya bisa dialokasikan untuk pelayanan sosial; (2) kebanyakan
BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat; (3) kebanyakan
BUMN tidak efisien dibandingkan perusahaan swasta; dan (4) diharapkan
dengan perbaikan manajemen BUMN menghasilkan efisiensi. Proyeksi
hasil penelitian tim PSPK BAF menunjukaan bahwa tahun 2004, 2005 dan
2006 jumlah BUMN yang kinerjanya mengalami kerugian berjumlah 70
BUMN (45% dari 154 BUMN) dengan nilai total kerugian lebih besar
daripada total keuntungan BUMN yaitu sebesar Rp33,376 triliun (tahun
2004), Rp35,150 triliun dan Rp37,971 triliun (Pandu Patriadi dan Purwoko,
2003).
1.2 Permasalahan Penelitian
Di banyak negara sering dihadapkan pada dilema untuk menarik
investasi swasta dimana sebuah perusahaan publik telah ada, meskipun
telah terjadi kekurang efisiensian perusahaan publik. Keberadaan investor
asing atau domestik sering dibuat frustrasi dengan adanya perlakuan yangtidak menyenangkan dan ketidakadilan serta seringnya usaha mereka
terdepak dalam bisnis, sementara bagi pemerintah kondisi ini dijadikan
alasan untuk mempertahankan BUMNnya.
Menurut Neal S Zank (1993), secara spesifik permasalahan
kebijakan privatisasi BUMN ini dapat ditemukan dalam bidang pertanian,
keuangan serta bidang perdagangan. Di sektor pertanian, kebijakan
pemerintah dan pelaksanaan programnya yang telah menghambat operasi
pasar dan semangat kewirausahaan sebagai usaha untuk: (a) memproteksi
atau mensubsidi pendapatan pembeli dengan meyakinkan adanya harga
rendah bagi pembeli di pedesaan atas kebutuhan primer; atau (b) sebagai
pendapatan bagi pemerintah itu sendiri dengan adanya pajak yang
dikenakan bagi penjualan petani atas komoditas yang diekspor. Subsidi
pertanian dapat dikaitkan dengan pengendalian harga yang dilakukan
beberapa negara adalah dalam pemasaran dan distribusi. Penelitian
Nathan (1988) menunjukkan bahwa pemerintah sering ikut campur secara
langsung di sistem distribusi dalam proses input - output di sektor
pertanian agar dapat menjalankan kontrolnya. Intervensi pemerintah dan
mafia juga merintangi pengembangan sektor pemasaran swasta di bisnis
pertanian.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
57
![Page 4: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/4.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 4/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Di sektor keuangan ( financial system), pasar finansial yang efektif
adalah sangat diperlukan untuk mengejar pertumbuhan basis
perekonomian yang berkelanjutan. Dengan memperluas keterlibatan
pemerintah dalam sistem finansial akan menghambat perkembangan pasar
finansial yang efektif, akibat langsung adalah biaya intermediasi finansial
akan meningkat. Kebijakan regulasi bidang moneter dan finansial yang
melumpuhkan intermediasi finansial menciptakan financial repression.
Kebijakan ini dapat berakibat buruknya sistem moneter domestik dan
pasar modal. Keterlibatan pemerintah dalam sistem finansial merupakan
partisipasi langsung sebagai bentuk kepemilikan pemerintah di institusi
finansial atau kontrol yang berlebihan pada kegiatan sektor swasta, dan
telah menghambat perkembangan pasar keuangan dan kewirausahaan
kegiatan sektor swasta. Hambatan pemerintah dalam kebebasan masuk di
pasar finansial hampir selalu mengurangi kuantitas dan kualitas pelayanan
finansial yang didapatkan, dan menghalangi atau mengubah pertumbuhan
ekonomi. Kebalikannya dengan kompetisi di perbankan dan jasa
intermediasi keuangan cenderung untuk membatasi tingkat bunga yang
dibayarkan dan diterima oleh deposan. Kompetisi ini jika dikombinasikan
dengan dilakukannya reformasi bidang finansial akan meningkatkan
efisiensi ketika jasa intermediasi keuangan diperlukan dalam mendukung
kebijakan privatisasi.
Monopoli Perdagangan (trade monopolies), bidang perdagangan
menunjukkan satu atau sedikit sektor ekonomi yang mempunyai strategidan efek saling silang dalam perekonomian, dimana sektor perdagangan di
beberapa negara biasa di dominasi oleh para mafia ( parastatals) atau aparat
yang mendukung monopoli, yang kehadirannya akan: (a) memperlihatkan
keterlibatan perusahaan swasta dalam perdagangan, yang tentunya
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi; dan (b) menciptakan rintangan
tambahan pada liberalisasi dimasa depan, yaitu ketika sektor atau industri
yang inefisien tidak dapat berjalan saat kebijakan diterapkan. Hal ini akan
memberikan proteksi disektor itu dari suatu sistem pasar, oleh karenanya
sistem perekonomian yang membatasi perdagangan internasional hampir
selalu membutuhkan kebijakan tersendiri bagi BUMN atau pemerintahuntuk menyediakan barang dan jasa yang penting. Dengan demikian sekali
diproteksi dan diisolasi dari pasar dunia, BUMN akan melanjutkan
operasinya dengan ketergantungan yang besar pada subsidi negara.
Subsidi ini akan mengurangi keterlibatan perusahaan swasta dalam
kegiatan ekspor impor komoditi tertentu, dengan demikian negara itu
menjadi terkunci dalam sebuah pola perdagangan tertentu dan
ketergantungan teknologi yang akan mempercepat hilangnya keunggulan
komparatifnya sebagai suatu hal penting dalam kegiatan ekspor.
Karena permasalahan kebijakan privatisai BUMN mempunyai
dampak yang sangat luas bagi perekonomian maka lingkup permasalahan
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
58
![Page 5: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/5.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 5/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
yang akan diteliti akan dibatasi pada dampak kebijakan privatisasi kepada
efisiensi dimana efisiensi yang dimaksud adalah rasio antara hasil yang
diperoleh dengan unsur sumber daya (resources) yang dipergunakan.
Perbandingan output dan input dan berhubungan dengan biaya (cost)
sehingga disebut juga tefisiensi merupakan strtategi tepat biaya
(Komaruddin, 1994 : 269).
Tema sentral penelitian (the research problem) adalah bagaimana
posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN di
beberapa negara sehingga dapat meningkatkan efisiensi BUMN?. Dengan
melihat permasalahan dan tema sentral penelitian dapat menjadi alasan
pentingnya dilakukan penelitian dengan judul “Studi Banding Kebijakan
Privatisasi BUMN di beberapa Negara”.
1.3 Identifikasi Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan tema sentral penelitian,
maka identifikasi permasalahan penelitian (research identifications) dapat
disusun sebagai berikut :
1. Bagaimana kebijakan privatisasi BUMN di berbagai negara dapat
meningkatkan efisiensi BUMN ?
2. Bagaimanakah posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan
privatisasi BUMN di berbagai negara ?
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian (the research aims) ini adalah untuk
mengetahui peran pemerintah dalam kebijakan privatisasi BUMN
berkaitan dengan peningkatan efisiensi BUMN di negara-negara lain.
Adapun tujuan dari penelitian (research objectives) adalah sesuai dengan
identifikasi dari permasalahan yang ada, yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi dan analisis seberapa jauh kebijakan
privatisasi BUMN di berbagai negara dapat meningkatkan efisiensi
BUMN.2. Melakukan identifikasi dan analisis terhadap posisi dan peran
pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN di berbagai
negara.
1.5 Kegunaan Penelitian
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan privatisasi BUMN
di Indonesia, baik di jajaran pemerintah maupun parlemen (DPR),
sehingga mempunyai landasan conceptual framework dan operational
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
59
![Page 6: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/6.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 6/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
framework dalam meningkatkan kualitas kebijakan program privatisasi
BUMN di Indonesia. Selain itu bagi para pengambil keputusan dan
kebijakan, baik di pemerintahan maupun parlemen (DPR) di Indonesia
diharapkan advantages dan disadvantages kebijakan privatisasi BUMN di
negara-negara lain dapat menjadi pertimbangan strategik bagi program
kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia dimasa-masa mendatang.
Secara teoritis, penelitian dengan metode deskriptif dan studi
banding ini diharapkan dapat menjadi review of related literature yang
berguna bagi kalangan akademisi yang mencermati kebijakan privatisasi
BUMN. Karena studi kebijakan privatisasi BUMN merupakan studi yang
sangat populer dan diminati banyak disiplin ilmu diharapkan penelitian
ini dapat memberikan sumbangan konstruktif bagi pengembangan BUMN
di Indonesia.
II. Konsep dan Kerangka Pemikiran Kebijakan Privatisasi BUMN
2.1 Konsep Kebijakan Privatisasi BUMN
2.1.1 Dasar Teori Kebijakan Privatisasi BUMN
Dasar pemikiran atau filosofi dari kebijakan privatisasi BUMN
adalah penekanan pada persaingan pasar sebagai sarana dalam mencapai
efisiensi dengan pengalihan aset dari negara (pemerintah) kepada
masyarakat (swasta). Pilihan privatisasi atau swastanisasi BUMN
dilakukan karena secara natural merupakan lembaga bisnis yangberorientasi kepada keuntungan dan efisiensi.
Dalam teori ekonomi dan manajemen keuangan tidak ada cara
(metode) privatisasi BUMN yang sederhana dan dapat diterapkan untuk
semua keadaan karena setiap BUMN memiliki karateristik yang berbeda.
Metode privatisasi yang dilakukan di negara lain juga tidak selalu
merupakan metode yang tepat untuk diterapkan karena masing-masing
negara berbeda budaya dan tradisi sehingga kebijakan privatisasi BUMN
harus disesuaikan dengan lingkungan keadaan yang spesifik (Madsen
Pirie, 2002).
Negara-negara yang memiliki infrastruktur keuangan yang maju
dapat melakukan privatisasi BUMN melalui pasar modal dan atau
menggunakan jasa bank komersial. Sebaliknya negara-negara yang tidak
memiliki pasar modal yang maju dapat menawarkan penjualan dengan
menggunakan sistem voucher atau penjualan kredit kepada para manajer
dan karyawan dimana saham dijual tanpa melalui bursa saham. Lain
halnya jika BUMN memerlukan investasi baru, maka sebaiknya sasaran
penjualan BUMN diarahkan kepada investor yang memiliki uang tunai,
daripada dijual kepada para karyawan yang hanya bersedia membayar
selama beberapa tahun. (Osama, 1998, Privatization and Development).
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
60
![Page 7: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/7.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 7/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Bagan - 1Definisi Privatisasi
Peacock (1930) Pemindahan kepemilikan industridari pemerintah ke sektor swasta
Beesley dan Littlechild (1980) Pembentukan perusahaan
Company Act (1980) Penjualan yg berkelanjutan
sekurangnya sebesar 50% darisaham milik pemerintah ke swasta
Shackleton (1970) Pemindahan kepemilikanperusahaan sektor publik ke
swasta
Kay dan Thompson (1970) Perubahan hubungan antara
pemerintah dengan sektor swasta
Posner (1980) Berpindahnya pengelolaan
perusahaan dari publik ke swasta
Pirie (1980) Pemindahan produksi barang dan
jasa dari sektor publik ke sektorswasta
Clementi (1980)
Pemindahan kepemilikan perusahaan
sektor publik ke swasta
Dunleavy (1980) Pemindahan permanen dari
aktifitas produksi barang dan jasayg dilakukan perusahaan negara
ke swasta
K e s i m p u l a n :
p r i v a t i s a s i a d a l a h p e r u b a h a n k e p e m i l i k a n p e r u s a h a a n n e g a r a
m e n j a d i m i l i k s w a s t a
D
E F I N I S I
P R I V A T I S A S I
Sumber : Indra Bastian 2002 diolah
Kebijakan privatisasi BUMN di pasar modal pada dasarnya adalah
kemauan politik negara ( political will) untuk melakukan proses transparan
dan pengawasan publik ( public security). Dasar pemikiran yang melatar
belakangi penjualan saham BUMN melalui pasar modal memerlukan
dukungan, seperti: (i) perilaku pemerintah dan (ii) transparansi dan
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
61
![Page 8: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/8.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 8/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
pengawasan masyarakat. Perubahan politik pemerintahan akan secara
mudah mempengaruhi manajemen. Keinginan suatu rejim pemerintah
untuk menjamah tugas-tugas manajemen BUMN akan muncul kembali bila
tidak ada pengawasan publik. Disamping itu dengan kondisi struktur
kepemilikan modal yang belum merata ditakutkan penjualan saham
BUMN secara keseluruhan (total sales) dapat berakibat pengalihan
monopoli dari negara kepada swasta atau kelompok tertentu yang
mendominasi modal.
Akan tetapi dengan penjualan saham BUMN secara bertahap dan
sebagian demi sebagian ( partial sale) akan menjadi kontrol dari pemegang
saham publik dan minoritas lainnya kepada BUMN untuk menjalankan
manajemen perusahaan secara transparan. Kondisi ini secara positif akan
menjadi policy recommendation bagi pemerintah untuk memberlakukanBUMN sebagai badan usaha komersial melalui privatisasi di pasar modal.
Bob Walker dan Betty Con (2001) berpendapat bahwa kebijakan
privatisasi BUMN dengan menjual saham ( public offering) di pasar modal
domestik maupun internasional justru dapat mengatasi kendala
konsentrasi pemilikan modal di negara-negara berkembang. Hal ini dapat
dilakukan dengan peraturan anti monopoli yang membantasi dominasi
kepemilikan saham. Kondisi ini di sisi lain tentunya menjadi stimulus bagi
BUMN yang akan masuk bursa untuk melakukan korporatisasi dan
profitisasi. Dari pengalaman negara-negara lain ditunjukan bahwa pasar
modal adalah sarana proses belajar (learning curve) yang efektif danmenjadi rujukan bagi kemajuan sektor-sektor usaha lainnya. Kebijakan
privatisasi juga merupakan terobosan dalam mengurangi dan melepaskan
politisasi BUMN yang sering menghambat kinerja manajemen BUMN.
Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan implikasi yang signifikan
terhadap perubahan structure–conduct–performance BUMN di Indonesia
yang semula bersifat birokratis menjadi bersifat kewirausahaan
(enterpreneurship) dan sadar biaya (cost conscious).
Hasil penelitian Peter Mc. Person 2 menunjukan bahwa kebijakan
privatisasi BUMN di NSB akan berjalan baik bila pemerintah dapat
memperhatikan dan melaksanakan 5 (lima) langkah strategis, yaitu: (1)
privatisasi akan berjalan cepat bila pemimpin negara/pemerintahan
memiliki komitmen kuat untuk reformasi ekonomi; (2) privatisasi tidak
akan berjalan mudah bila terjadi politisasi BUMN; sehingga mengurangi
minat investor; (3) tidak ada model tunggal untuk sukses privatisasi; (4)
model ideal dari privatisasi masih merupakan proses yang harus
disempurnakan; (5) kebijakan privatisasi bukan sekedar berarti
pemindahan kepemilikan dari negara kepada private sector tetapi juga
2 Peter Mc. Person , 1986, Privatization:; Economic Performance Analysis, New York, Mc
Graw Hill. USA
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
62
![Page 9: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/9.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 9/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
berarti diberlakukannya mekanisme pasar. Studi yang dilakukan oleh Hall
Hill (1997) dari ANU, Australia3 menunjukan bahwa program kebijakan
privatisasi akan lebih mudah apabila mendapat dukungan dari manajemen
BUMN (dewan direksi dan karyawan). Untuk mencapai tujuan tersebut
manajemen dan karyawan harus diyakinkan akan berbagai keuntungan
dari seluruh pihak dari proses tersebut. Pihak karyawan harus diberikan
informasi selengkapnya mengenai kemungkinan job losses dan
unemployment dari kebijakan privatisasi BUMN. Bila tidak didukung
kelompok internal banyak kasus yang menyebabkan kegagalan privatisasi
seperti pada British Gas pada tahun 1980.
Penelitian akademik menunjukkan bahwa kebijakan privatisasi
BUMN akan lebih berhasil bila menerapkan Fourteen Steps of Privatization
dari Lance Marston (1986) dengan melakukan benchmarking pengalamanprivatisasi BUMN di Mexico, seperti yang terlihat pada tabel-1. Akan tetapi
pendapat lain mengatakan bahwa keberhasilan kebijakan privatisasi di
Mexico dikarenakan dalam pelaksanaannya didukung oleh Amerika
Serikat yang terikat organisasi North American Free Trade Area (NAFTA).
Tabel - 1Tahapan Kebijakan Privatisasi BUMN di NSB
Tahap I – Pengembangan Institusi1. Persiapan Privatisasi2. Penilaian Terhadap
Situasi Politik3. Menciptakan Koalisi
Sektor Swasta4. Pengembangan
Strategi Dan PetunjukPelaksanaan
Tahap III – Transfer ke Privatisasi - Privatization Transfer
9. Estimasi Nilai (Value)
10. Sosialisasi dan PengkondisianProses Privatisasi
11. Evaluasi dan PemilihanPeserta Tender
12. Negoisasi dan PelaksanaanTransfer
Tahap II – Pemilihan Target5. Tinjauan Terhadap
Kebijakan6. Survey Terhadap
Organisasi7. Evaluasi Bisnis8. Analisis Strategis
Tahap IV – Monitoring Hasil13. Established Regulatory and
Oversight Mechanism 14. Monitoring Terhadap Kinerja
dan Efisiensi
Sumber : Lance Marston, Preparing for Privatization, ICS, 1986
2.1.2 Kebijakan Privatisasi BUMN Untuk Meningkatkan Efisiensi
Beberapa studi juga telah dilakukan pada negara-negara industri
dan berkembang untuk mempelajari secara empiris dampak dari
privatisasi. Studi pada negara-negara industri yang besar, memperlihatkan
pelaksanaan kebijakan privatisasi membuat efisiensi yang luar biasa bagi
3 Hall Hill, 1997 Privatization in Developing Countries, Brisbane, ANU Publishing,
Brisbane, Australia.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
63
![Page 10: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/10.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 10/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
perusahaan swasta sebagai lawan dari perusahaan publik pada struktur
pasar, daripada kepada kepemilikan, sementara studi di negara-negara
berkembang menyatakan sedikit perbedaan efisiensi antara perusahaan
publik dan perusahaan swasta, Kikeri dkk (1994).
Studi yang telah dilakukan oleh: (a) Galal, Jones, Tandon dan
Vogelsang (1994) di Inggris, Chile, Malaysia dan Mexico; (b) Megginson,
Nash dan Van Randenborgh (1994) di Austria, Canada, France, Germany,
Chile dan 13 negara lainnya; oleh (c) La Porta dan Lopez-de Silanes (1997)
di Mexico , memperlihatkan pertimbangan keuntungan ekonomi dari
adanya program privatisasi BUMN . Selanjutnya sampel yang diambil dari
500 perusahaan dilebih 32 negara, Dewenter dan Malatesta (1998)
menunjukkan bukti empiris bahwa BUMN kurang efisien dibanding
perusahaan swasta. Pada saat yang sama dilakukan pula studi untuksampel tambahan dari 63 perusahaan swasta, dan ditemukan fakta bahwa
privatisasi sendiri menaikkan kinerja perusahaan.
Sejumlah studi seperti yang dilakukan Frydman, Gray, Hessel dan
Rapaczynki (1997) juga telah dilakukan pada program privatisasi di masa
transisi, dengan mengakomodir kondisi-kondisi seperti: (a) situasi transisi
paska era komunis; (b) keadaan yang siap terhadap gejolak masa transisi
dan kondisi yang jauh dari kondisi normal; (c) menawarkan sebuah uji
hipotesa yang unik terutama tentang aturan kepemilikan dalam perilaku
korporasi, kinerja perusahaan dan efisiensi.
Tabel - 2Hubungan Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap
Kinerja dan Efisiensi
No Hipotesa yang DiujiPeneliti yang Menguji
HipotesisIndikator yang
Dipakai
1
Privatisasi mempunyaidampak positip bagiperusahaan untukmenggerakanpertumbuhan revenue.
Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Grosfeld dan Nivet(1997); Frydman dkk (1997);Commander dkk (1996)
Penjualan (real sales)
2Privatisasi meningkatkanprofitabilitas
Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Frydman dkk (1997);Earle dan estrin (1997);Dewenter dan Malatesta(1998).
Profit Margin(return on sales)Dan Cost per Unit
3Privatisasi menghasilkanperbaikan pada efisiensioperasional.
Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Frydman dkk (1997);Earle dan estrin (1997);Dewenter dan Malatesta(1998); Anderson dkk (1997)
Sales per Employee
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
64
![Page 11: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/11.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 11/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Lanjutan Tabel - 2Hubungan Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap
Kinerja dan Efisiensi
No Hipotesa yang Diuji Peneliti yang MengujiHipotesis
Indikator yang Dipakai
4Privatisasi tidak akanmengurangi jumlahkaryawan
Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Frydman dkk (1997);Earle dan estrin (1997);Commander (1996).
Number of Employee
5Privatisasi berpengaruhpositip terhadap tingkatupah pekerja
La Porta dan Lopez DeSilanes (1997); Commander(1996).
Unit Labour Cost
Sumber :Yuri Perevalov, ect, 2003, diolah.
Riset BUMN di Polandia oleh Grosfeld dan Nivet (1997)
memperlihatkan bahwa dengan kendala waktu yang sempit ketika harus
mengeluarkan keputusan terbaik dan segera (the best decision) baik yang
bersifat makro kebijakan maupun mikro strategi berkaitan dengan
kebijakan privatisasi BUMN. Keberhasilan keputusan tersebut tentunya
tergantung dari dimensi analisisnya karena keputusan mengenai BUMN
tidak hanya keputusan ekonomi dan bisnis tetapi berdimensi sosial, politik
dan hukum secara sistematik dan simple, bahwa privatisasi perusahaan
yang dilakukan dengan investasi besar dan kapasitas yang besar untuk
mendapatkan pertumbuhan yang besar. Frydman dkk (1997,1998)
menemukan bahwa kepemilikan swasta secara dramatis memperbaiki
kinerja dan revenue perusahaan di Czech Republic, Hungary dan Polandia.
Anderson, Djankov, Pohl dan Claessens (1997) melakukan analisis yang
komprehensip program privatisasi dilebih dari 6.000 perusahaan industri
di Bulgaria, Republik Czech, Hungary, Polandia , Rumania, Republik
Slovakia dan Slovania memperlihatkan privatisasi terhadap perusahaan,
telah mencapai sukses dengan tingkat pertumbuhan produktifitas buruh
yang lebih baik dan pertumbuhan dalam produksi total, dibanding dengan
BUMN. Tetapi pada saat yang sama, Konings (1997) mengklaim bahwa ada
sedikit atau tidak ada perbedaaan dalam kinerja pada program privatisasidan BUMN di Slovenia, Hungary dan Romania.
Earl dan Estrin (1996) memperlihatkan bukti empirik bahwa
privatisasi di Rusia telah mempunyai dampak terhadap efisiensi
perusahaan, tetapi hampir tidak berdampak sama sekali pada struktur
pasar domestik dan penguatan “budget constraint” . Selanjutnya ditemukan
effek yang sistematis dari kepemilikan swasta pada beberapa tipe dari jenis
restrukturisasi dan produktifitas buruh. Pada tahun 1997, Earl dan Estrin
membuat analisis perbandingan pada kinerja ekonomi di lebih 2000 BUMN
Rusia serta perusahaan swasta memperlihatkan bahwa indikator basis
ekonomi perusahaan swasta lebih unggul dibanding BUMN. Kox dkk
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
65
![Page 12: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/12.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 12/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
(1997) berpendapat perbedaan yang signifikan terjadi pada efektifitas
produksi dan kurang pada indikator keuangan.
Perevalov dkk (1998) menganalisis perusahaan industri di daerah
Sverdlovsk Rusia, dan mendapatkan pengaruh positip privatisasi terhadap
kinerja, walaupun pengaruh ini tidak terlihat pada proses dimasa transisi.
Saat yang sama, menurut program riset di Russia oleh World Bank,
perubahan kepemilikan umumnya kurang baik jika dikaitkan dengan
indikator kinerja seperti penjualan, upah dan pekerja (Commander dkk,
1996).
2.1.3 Dampak Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap Perekonomian
Dalam mencapai tujuan privatisasi, pemerintah harus melakukan
uji kecocokan atau studi banding antara perusahaan publik dengan swasta.Pemilihan sebuah perusahaan untuk mengikuti program privatisasi
tergantung kepada siapa penanganan privatisasi perusahaan dilakukan
untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi, mencapai inovasi,
mempunyai sistem insentip yang tepat dan sebagainya. Selanjutnya
program privatisasi menjadi tidak sekedar transfer sebuah organisasi atau
fungsi dari publik kepada sektor swasta. Hal ini merupakan proses untuk
menyelesaikan banyak tujuan pembangunan yang besar. Hubungan antara
sebuah strategi privatisasi yang sukses dan tujuan pembangunan dapat
ditemukan jika: (a) pembangunan merupakan sebuah keadaan kebijakan
yang membantu; (b) kendurnya entry pasar dan hambatan akses masuk; (c)
meluasnya kepemilikan dalam BUMN4.
Selanjutnya adanya program privatisasi BUMN, berdampak pada
perekonomian nasional seperti yang terlihat pada perubahan pada
kebijakan pemerintah dan kontrol regulasi, program privatisasi dapat
dianggap sebagai kendaraan yang memfasilitasi transisi menuju pasar
bebas dimana aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar
yang lebih kompetitif dengan jaminan bebasnya keluar dan masuk, tanpa
aturan, regulasi atau subsidi yang menjadi hambatan dalam kompetisi.
Selain itu membuat keuntungan untuk melihat kebijakan yang lebih luasterhadap efek seluruh perusahaan baik besar maupun kecil. Keadaan
kebijakan eksternal yang krusial yaitu : tarif, tingkat nilai tukar dimana
ekspor dan impor menjadi hal penting, dan regulasi bagi investor asing.
Bahkan lebih menonjol lagi adalah dalam karakter kebijakan domestik,
misalnya: keadaan pasar keuangan, termasuk akses modal; pergerakan
bebas dari harga input dan ouput; penerapan yang adil bagi pajak dan
4 Neal S.Zank,1999, Privatization in LDCs: Encouraging Economic Growth And
Efficiency.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
66
![Page 13: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/13.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 13/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
regulasi; dan kemudahan kepastian hukum dan arbitrase yang mutlak
berlaku dalam kasus-kasus perselisihan bisnis.
Program privatisasi memberikan proses untuk menyebarkan
kepemilikan bisnis lebih luas kepada publik, dimana meningkatnya
probabilitas kepemilikan bisnis tidak akan melahirkan sejumlah kecil
kelompok makmur atau konglomerat bagi industri atau keuangan.
Langkah yang diambil oleh pemimpin politik dan ekonomi dalam dalih
privatisasi akan menghancurkan pola kaku dalam kegiatan ekonomi yang
menghambat kepemilikan bagi sejumlah kelompok kecil atau kelas
masyarakat. Penggunaan saham mengambang dalam privatisasi
mengijinkan rakyat jelata umumnya dan bekerja pada perusahaan
pemerintah di bidang industri dan pertanian khususnya untuk
mendapatkan keuntungan yang dipertaruhkan bagi kesuksesanperusahaannya, dimana ini akan menunjukkan kenaikan produktifitas.
Artinya dengan privatisasi akan menyediakan dasar ekonomi yang lebih
luas dan memungkinkan sejumlah besar penduduk untuk mempunyai
keuntungan untuk berpartisipasi dan menikmati keuntungan dari
pertumbuhan perusahaan.
Tabel - 3Kontribusi BUMN Terhadap Perekonomian Nasional
BUMN
(Variabel Analisis)
NEGARA
(Benchmark)1 Produksi / penjualan 1 Konsumsi (expenditure)2 Permodalan
• Equity• Liabilities
2 Investasi• Direct• Portfolio
3 Beban Usaha 3 Pengeluaran Pemerintah(Pembangunan)
4 Dividen 4 Tabungan5 Subsidi 5 Subsidi (transfer payment)6 Pendapatan Ekspor 6 Devisa (+)7 Pendapatan Impor 7 Devisa (-)8 Pengeluaran Pajak 8 Penerimaan Pajak
9 Total Pendapatan 9 GDPSumber : Lawrence R. Jauch (1995), Business Policy and Management, diolah.
Privatisasi juga dapat dianggap sebagai suatu mekanisme dalam
menciptakan, meningkatkan dan memperbanyak kompetisi. Untuk
melakukan ini semua, program privatisasi BUMN harus diiringi pula oleh
perombakan hambatan masuk pasar dan adopsi sebuah kebijakan yang
dianggap dapat membantu perkembangan. Selanjutnya, privatisasi harus
diatur agar dapat menarik investasi swasta dengan memindahkan efek
keruwetan dari kepemilikan pemerintah. Kompetisi dalam hambatan pasar
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
67
![Page 14: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/14.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 14/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
sebelumnya sering membuat suatu perbedaan dalam kinerja dan daya
respon dari permintaan. Banyak barang dan jasa yang disediakan dengan
adanya monopoli pemerintah sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini
memberi penekanan terhadap manfaat dimana transformasi sebuah
monopoli publik pada monopoli swasta adalah terbatas pada keuntungan
ekonomi dan politik yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
proses privatisasi.
Untuk mencapai efisiensi, suksenya program privatisasi dapat juga
diukur oleh nilai (value) yang dilepaskan dalam perusahaan seperti:
pengurangan pemanfaatan utang, produksi nilai tukar dan kontribusi
kepada GDP. Jika tidak ada unsur politik dalam program privatisasi, satu
option yang mendorong langsung kompetisi BUMN oleh perusahaan swata
adalah dengan deregulasi pasar. Hal lain untuk mencapai perubahanlingkungan kebijakan yang memperbolehkan bagi kompetisi yaitu dengan
menyakinkan untuk: (a) menghilangkan seluruh hambatan entri dan
proteksi pasar, mensubsidi dan pengukuran lainnya yang dapat
mengurangi kompetisi; (b) mengurangi monopoli pemerintah; dan (c)
mendorong efisiensi dan kemampuan BUMN untuk bekerja seperti halnya
perusahaan swasta dalam sebuah lingkungan pasar yang bebas dan
kompetitif.
Bagan - 2
Dampak Kebijakan
Privatisasi BUMN
Peningkatan
Kompetisi
Mobilisasi
Tabungan
Kapitalisasi
Pasar
Peningkatan
Kemampuan
Institusi
Sumber : Hall Hill, 1997, diolah
Instrumen
JangkaPanjang
Penyebaran
Kepemilikan
Kontrol
Regulasi
Keuntungan
Secara Ekonomi
Perubahan
Kebijakan
Pemerintah
KEBIJAKANPRIVATISASI
BUMN
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
68
![Page 15: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/15.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 15/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
2.2 Kerangka Pemikiran dan Operasional Penelitian Kebijakan
Privatisasi
Kinerja BUMN yang tidak sehat, defisit anggaran pemerintah dan
tuntutan globalisasi menjadi pendorong utama reformasi. Sedangkan pada
tahap implementasinya kendala yang terjadi seperti kapasitas pasar modal,
keterbatasan pengalaman serta belum adanya kesamaan persepsi dalam
hal regulasi menjadi hambatan yang berarti pencapaian tujuan reformasi
ini. Peran pemerintah selaku regulator dan fasilitator serta parlemen sebagai
controller yang didukung pemberdayaan masyarakat menjadi dominan
bagi keberhasilan program privatisasi BUMNdi beberapa negara.
Kebijakan privatisasi BUMN merupakan metode perbaikan
manajemen BUMN dan ekonomi pada umumnya. Kedua metode itu
menggunakan pendekatan pasar dan persaingan sebagai sarana dalammendorong efisiensi ekonomi, (I Ketut Marjana, 1994). Dengan
menumbuhkan persaingan dan mendorong kekuatan pasar akan mencegah
intervensi birokrasi dan ikut campur kepentingan politik dalam kegiatan
perusahaan yang going concern, sebaliknya merupakan insentif bagi
pengelola unit usaha menjadi sadar biaya (cost conscious).
Bagan - 3
Kerangka Pemikiran Kebijakan
Privatisasi BUMN
KONDISI: BUMN Kurang Sehat
Keuangan NegaraTerbatas
Globalisasi
PERANPEMERINTAH
Regulator&
Fasilitator
REFORMASI: Restrukturisasi
Privatisasi Penerapan GCG
SASARAN:
Pemulihan
Ekonomi/Sektor RiilMenunjang Keuangan
NegaraPengembangan Pasar
ModalPerluasan Pemilik
Peningkatan Daya SaingProfesionalisme,Transparansi dan
Akuntabilitas
KENDALA:
Kapasitas Pasar ModalKeterbatasan Pengalaman
Belum ada Persamaan Persepsi Regulasi
Sumber : Master Plan BUMN 2002-2006, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
69
![Page 16: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/16.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 16/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
III. Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa
Negara
3.1 Program Privatisasi BUMN Dengan Dukungan Lembaga
Internasional
Beberapa ekonom seperti Galal dkk (1994) dan Meggison dkk (1994)
berpendapat bahwa pembebanan (imposition) dari kebijakan privatisasi
BUMN dan deregulasi pada negara-negara berkembang dapat merupakan
bentuk baru dari imperialisme ekonomi. Kondisi ini menyebabkan
beberapa negara telah mengadopsi sisi advantages dari kebijakan privatisasi
dan regulasi yang mendukungnya dengan mengabaikan bantuan lembaga
internasional seperti Bank Dunia dan IMF yang didanai melalui bantuan
khususnya dari negara industri seperti Inggris, Jepang dan Amerika Serikat
(USA).Bagaimanapun skala waktu privatisasi dan regulasi pada
praktiknya ditentukan oleh pinjaman dan kondisi bantuan negara-negara
besar tersebut5. Di berbagai pemerintahan, proses privatisasi telah
disebarkan sampai pemerintahan daerah dan didalam praktiknya, latar
belakang ekonomi dan politik ternyata dominan mempengaruhi proses
privatisasi itu sendiri. Sebagai contoh di beberapa negara Afrika, dimana
BUMN dan BUMD-nya mendapatkan kritik tajam tentang ketidak
efisiensian, kekurangahlian dan tingkat korupsi yang tinggi. Bantuan
berbagai negara donor yang pada umumnya berupa pinjaman dan
biasanya mengabaikan 3 faktor diatas. Lembaga internasional yangmenyediakan pendanaan bagi program privatisasi bagi negara-negara
berkembang antara lain: World Bank atau IMF (International Monetary Fund),
Bank Pembangunan (Inter-American Development Bank, The African dan
Asian Development Bank, Institusi-institusi Keuangan (bank, pialang,
akuntan dan konsultan manajemen).
Diantara program bantuan luar negeri (overseas aid) yang
mempromosikan inisiatif sektor publik melalui privatisasi adalah The US
Agency for International Development (USAID). Menurut Neal S Zank (1993)
program privatisasi telah menjadi perhatian utama bagi Badan atau Agensi
dari AS untuk Pembangunan Internasional atau US Agency for International
Development (USAID) yang merupakan bantuan luar negeri (LN) secara
bilateral dari pemerintah AS. Meskipun USAID menentukan program
privatisasi sebagai peralihan fungsi, kegiatan dan organisasi dari publik ke
sektor swasta, USAID juga melihat privatisasi sebagi suatu kendaraan yang
memfasilitasi yang mengarah ke pasar bebas dan membuat kompetisi di
pasar. Kompetisi yang terjadi selama perusahaan yakin akan efisiensi
produksi dan memperbaiki standar hidup. Maka dengan memperluas
5 Indra Bastian, Privatisasi Di Indonesia : Teori dan Implementasi, Salemba Empat,
Jakarta,2002, hal 65-68.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
70
![Page 17: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/17.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 17/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
cakupan program privatisasi dalam kompetisi dan efisiensi tentunya akan
memperbaiki kinerja ekonomi dan standar hidup di NSB dalam jangka
panjang.
Pada tahun 1981, USAID memperkenalkan sebuah program yang
disebut inisiatip perusahaan swasta (Private Enterprises Initiative = PEI)
yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di negara sedang berkembang (NSB). Inisiatip ini
didasarkan oleh suatu keyakinan bahwa operasional perusahaan swasta:
akan berorientasi pada pasar yang lebih terbuka dan kompetitif,
menunjukan keleluasaan dan memberikan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. PEI disusun dalam 3 bagian yaitu : dialog tentang kebijakan,
bantuan pada perusahaan privat dan penggunaan sektor swasta sebagai
sebuah mekanisme jasa pengiriman.Sejak 1986 USAID telah mengarahkan pemerintahan di NSB dan
Negara Miskin dalam pelaksanaan program privatisasinya dengan
melakukan fokus utamanya dalam perubahan pengambilan kebijakan dan
menyediakan bantuan teknis. Dukungan privatisasi oleh USAID di banyak
negara tidak membutuhkan transfer sumber daya yang besar, karena
seluruh dana untuk melakukan transfer aset publik kepada sektor swasta
datang dari sumber daya sektor swasta itu sendiri. Mekanisme privatisasi
memakai: divesture penuh atau parsial, private sale, public stock offering,
management contract, lease dan debt-equity swaps. USAID melakukan berbagai
mekanisme untuk mendukung upaya privatisasi di NSB (Schumacherdkk,1993).
Deskripsi mekanisme dalam dialog kebijakan dilakukan dengan
program-program oleh US AID, yang dilakukan oleh Shair (1998) , antara
lain: (i) Economic Support Fund (ESF), merupakan program untuk
memajukan stabilitas ekonomi dan politik, terutama dimana AS
mempunyai kepentingan bagi kebijakan politik keamanan luar negerinya.
Bentuk bantuan ESF adalah dengan menyediakan cash transfer dan finansial
bagi impor komoditi atau bantuan proyek yaitu terdiri dari proyek
pengembangan modal dan bantuan teknis. ESF sering digunakan untuk
mendorng pemerintah di NSB dalam melakukan reformasi kebijakannya;
(ii) PL-480 Programmes, menyediakan berbagai tipe bantuan pangan bagi
NSB terutama dalam bentuk komoditi pertanian atau pinjaman berbunga
lunak bagi pembelian komoditi pertanian AS. Umumnya dikenal sebagai
istilah program Food for Peace. Program PL-480 kadang sebagai dipakai
sebagai cara untuk mendukung upaya reformasi kebijakan pemerintahanj
di NSB; (iii) The Africa Economic Policy Reform Program (EPRP), dimulai
pada tahun fiskal 1985, dan bantuan US AID dimungkinkan dengan
memperbesar dialog kebijakan di Africa dengan target menambah bantuan
finansial di negara Africa yang berkeinginan mereformasi kebijakannya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
71
![Page 18: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/18.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 18/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
(iv) Commodity Import Programs (CPIS) , merupakan program untuk
mendorong perubahan kebijakan dan memperkuat industri swasta lokal
dengan memperbolehkan perusahaan swasta untuk memperoleh dana LN
dalam mengimpor peralatan modal, material bahan mentah industri dan
suku cadang bagi industri yang produktif; (v) Project-Level Assistance dan
Technical Assistance , merupakan bantuan investasi yang ditujukan bagi
tujuan pengembangan objek khusus dengan sumberdaya tertentu dan
skala waktu.
3.2. Contoh Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN
di Beberapa Negara
3.2.1. Implementasi Kebijakan Privatisasi Di Negara-negara Miskin
(LCDs = Less Developing Countries)
Dibawah ini merupakan ilustrasi dan gambaran dari pelaksanaan
kebijakan program privatisasi dalam berbagai teknik yang merupakan
bantuan oleh USAID dalam rangka mendukung program privatisasi di
NSB atau LCDs pada dekade 1980-an (Neal S Zank, 1993):
a. Bangladesh
USAID mendampingi program privatisasi oleh Bangladesh Agricultural
Development Corporation (BADC) secara parsial. Upaya yang dilakukan
dengan fokus pada pengembangan kompetisi penuh bagi distribusi
fertiliser terutama aspek marketing dan harga. Dalam tahap awalproyek perbaikan distribusi fertiliser, USAID memperluas aturan sektor
privat dalam memainkan fungsi pasar retail yang kritis dan
penjualannya pada tingkat lokal, yang tadinya dikontrol oleh BADC.
Pada tahap kedua aturan penjualan sektor privat ditingkatkan pada
tingkat regional dan nasional. Hasil evaluasi akhir, proyek ini secara
langsung menghasilkan perubahan kebijakan yang memfasilitasi
pembentukan sebuah pasar bebas bagi distribusi fertiliser. Pasar kini
merupakan 99% dari seluruh distribusi fertiliser dan harga retail
fertiliser telah dapat dikontrol secara penuh dan subsidi terhadap
fertiliser telah dihilangkan. Derelegulasi harga dan penghilangansubsidi mengakibatkan dampak negatif bagi penggunaan fertiliser di
Bangladesh. Kegagalan kebijakan privatisasi BUMN di Bangladesh
dikarenakan pemerintah kurang mengakomodasikan kepentingan
bisnis yang lebih luas.
b. Costa Rica
Program ESF (Economic Support Fund) dipakai oleh USAID untuk
membangkitkan mata uang lokal yang biasa digunakan sebagai
mekanisme yang dipercaya dalam penjualan atau likuidasi bagi
perusahaan yang dilakukan oleh holding company milik negara (BUMN),
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
72
![Page 19: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/19.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 19/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
yaitu Codesa. Kondisi dari 42 perusahaan Codesa adalah 9 telah dijual
pada sektor privat, 17 telah dilkuidasi, 5 diambil alih oleh kementerian
lain, 7 dalam proses likuidasi dan 3 dalam proses penjual total atau
parsial. Menurut UU , Codesa harus mempertahankan posisinya
sebagai minoritas. Perusahaan terprivatisasi yang diikutsertakan antara
lain : pemprosesan ikan tuna, produk kopi, penerbangan, transportasi,
produk aluminium, mesin pemisah biji kapas dan perusahaan agro
industri lainnya. Kebijakan privatisasi BUMN di Costa Rica secara
relatif dapat dikatakan berhasil karena pemerintah mengakomodasikan
aspek efisiensi dan economic of scale dalam bisnis.
c. Gambia
Bantuan USAID dalam program privatisasi di Gambia adalah untuk
mendorong efisiensi dan produktivitas proses dan pemasaran dariproduk pertanian dan inputan-nya. USAID memakai pola PL-480 yang
bersama pemerintah Gambia untuk men-divest dan memprivatisasi
Gambia Produce Marketing Board (GPMB). Pembebasan bantuan pangan
dan dana mata uang lokal amat sulit dalam mengambil kebijakan
khusus dan benchmark institusi atau target Pemerintah. Kegagalan
privatisasi BUMN di Gambia dikarenakan tingkat efisiensi eksternal
yang masih rendah terutama dilihat dari dukungan yang rendah dari
lembaga keuangan yang belum terbentuk secara sempurna di negara
Afrika Selatan ini.
d. Ghana
Dalam sebuah program peningkatan produksi pertanian, misi USAID
yang bekerja bersama pemerintah Ghana untuk memprivatisasi impor
dan distribusi fertiliser. Rincian perencanaan implementasi privatisasi
telah disiapkan dan disetujui, subsidi harga fertiliser dikurangi dari
30% ke 15% dan retail telah diperkenalkan di 2 daerah dari 10 daerah
yang ada. Secara umum kebijakan privatisasi BUMN di negara Afrika
Barat ini kurang berhasil meciptakan efisiensi di sektor pertanian.
d. Honduras
Dorongan utama program di Honduras dan bantuan teknis USAIDdilakukan terhadap Conadi dan Cohdefor , 2 parastatal yang menguasai 66
portofolio dan 4 perusahaan. Hal ini menyedot keuangan terbesar
dalam anggaran nasional. Karena redit dan investasinya di portofolio
mencapai sekitar US$400 juta. Antara 1986 dan 1989 dilakukan
privatisasi terhadap 8 perusahaan, diantaranya: Fucensa sebuah
perusahaan pengecoran logam, diprivatisasi dengan melakukan swap
utang dan diharapkan menghasilkan ekspor tahunannya dalam 3-4
tahun dapat mencapai $10 juta serta menciptakan 200 jenis pekerjaan
baru; Contessa, sebuah pabrikan dan eksportir funitur kualitas tinggi
dilelang pada Desember 1988 dan dijual dengan mekanisme debt-asset
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
73
![Page 20: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/20.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 20/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
swap; SIC, sebuah pabrik pabrikasi panel telah melakukan divestasi;
Pacarsa, sebuah perusahaan kertas dijual tahun 1988 dan kini hanya
memperkerjakan 75 orang; Inhomsa, pabrik funitur diberhentikan
operasinya tahun 1981 dan diprivatisasi pada tahun 1987. Kini
memperkerjakan 120 orang dan diharapkan ekspornya mencapai $ 5
juta per tahun. Kebijakan privatisasi di negara Amerika Tengah ini
secara mikro dapat menyelamatkan kinerja BUMN karena dapat
meningkatkan efisiensi usaha akan tetapi ternyata efisiensi mikro tidak
secara langsung dapat menciptakan efisiensi pada skala makro karena
kompleksitas permasalahan politik, hukum dan ekonomi di negara-
negara Amerika Tengah.
e. Jamaica
Program privatisasi di Jamaica merupakan kombinasi antara bantuanteknis dan training, dialog kebijakan bersyarat yang digabung dengan
bantuan USAID dengan program ESF. Untuk itu pemerintah Jamaica
telah menyetujui privatisasi 39 perusahaan . Pada Desember 1986
program privatisasi yang sangat visibel dengan didukung US AID
dilakukan pada National Commercial Bank (NCB), dilanjutkan dengan
privatisasi lainnya. Hingga Juni 1987, lebih dari 70% saham pada
Carribean Cement Company dapat diperoleh dengan penawaran : 91 juta
yang dijual pada 24.000 pembeli, dengan 99% dibeli oleh karyawan
perusahaan. Dari data pasca privatisasi terdapat 27 % peningkatan
produksi dan 67% pada profit selama tahun 1987 Privatisasi parsialpada Telecomunication of Jamaica (TOJ) pada bulan September 1988
mengurangi kepemilikan pemerintah dari 53 % menjadi 40 %, dimana
lebih dari 105 juta saham dibeli oleh karyawan perusahaan dan pribadi.
TOJ diharapkan mempunyai total 17.000 pemilik saham. Dalam tahun
1988, pemerintah melakukan divestasi 1 hotelnya, salah satu dari 8
hotel yang dimiliki. Kesimpulannya dalam skala mikro kebijakan
privatisasi BUMN di Jamaica dapat menciptakan efisiensi usaha yang
signifikan terdapat kinerja BUMN.
f. Malawi
Pada tahun 1981, Malawi memulai program privatisasinya pada
Agricultural Development and Mareting Corporation (Admarc), akibat
kerugian besar finansial yang membahayaan sistem bank komersial.
Ketika Juli 1989, beberapa estate, 2 pengembangan pertanian besar,
sebuah perusahaan engineering, perusahaan kilang minyak dan National
Seed Company telah secara penuh dan parsial didivestasi. USAID
memberikan bantuan teknis melalui perusahaan AS yaitu Delloite Haskin
& Sells. Upaya privatisasi juga dilakukan pada beberapa aset Admarc,
yaitu: perusahaan terbesar transportasi bis, perusahaan ikan komersial,
perusahaan yang memproduksi rotan, peternakan sapi dan holding
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
74
![Page 21: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/21.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 21/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
company pelelangan tembakau. Hipotesis bahwa tidak ada metode
kebijakan privatisasi BUMN yang dapat berlaku disemua negara
ternyata terbukti di Malawi akan tetapi target efisiensi usaha ternyata
masih dapat dilakukan di negara Afrika ini.
g. Mali
Pada tahun 1985, USAID memulai sebuah Economic Policy Programme di
Mali untuk menduung fiskal, anggaran dan reformasi terhadap
lingkungan bisnis sehingga dimungkinkan dilakukan privatisasi. Hasil
reformasi yang dilakukan terlihat dengan adanya : pengurangan 50%
tingkat payroll pajak; pengurangan 5% dari maksimum pajak bisnis dan
25% pengurangan pajak minimum keuntungan; rata-rata 17% pada
pembatasan administrasi valuasi cukai; pengkontrolan harga pada
beberapa jenis barang dan pemberlakuan aturan komersil baru. Sebuahbantuan penelitian oleh USAID yang menganalisis dan
mengembangkan pendekatan privatisasi dari jasa pengantaran
kedokteran hewan telah dilengkapi dan selanjutnya pemerintah
melegalkan praktek privat dari dokter hewan. Dalam skala ekonomi
yang relatif kecil ternyata kebijakan privatisasi BUMN di Mali dapat
meningkatkan efisiensi usaha.
h. Senegal
USAID memakai program ESF, dengan program yang bertujuan agar
terbentuk kemandirian dan pemakaian mata uang lokal untuk
mengakselerasikan implementasi liberalisasi pasar di Senegal dan
penarikan produksi serta kegiatan pemasaran dari para parastatal.
Hasil yang tampa adalah tercapainya : (a) sekitar 75% distribusi
fertiliser kini berada ditangan sektor swasta; (b) subsidi untuk
perusahaan minyak kacang tanah yaitu biaya overhead dan stabilisasi
harga telah dapat dihilangkan pada musim tanam 1985-86; (c) subsidi
untuk kacang telah dicabut dalam masa 3 tahun akhir program pada
tahun fiskal 1988-89; (d) manajemen stok bibit Senegal telah dihilangkan
memasuki musim tanam 1987-86, dan kini perusahaan bibit kacang,
perdagangan dan pabrik kacang berada disektor swasta; (e) seluruh
hambatan yang mencabut dalam hal penyimpanan dan pergerakan
produk sereal, kecuali harga, memperbolehkan pedagang swasta dan
produsen untuk dapat bebas memasuki pasar; (f) petani diperbolehkan
untuk menjual produk sereal pada pembeli pada harga bebas, dan
pemerintah hanya menjaga harga pagu minimal.; dan (g) perusahaan
pembibitan swasta diberikan keuntungan untuk memperluas
aturannya dalam mendukung atau kegiatan konservasi hutan. Rogram
privatisasi BUMN di Senegal dapat meningkatkan kepemilikan swasta
masyarakat dan secara signifikan dapat meningkatkan eisiensi usaha.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
75
![Page 22: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/22.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 22/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
3.2.2. Implementasi Kebijakan Privatisasi Di negara Eropa Timur dan eks
USSR
Gelombang privatisasi masal di negara–negara Eropa Timur dan
negara Persemakmuran Eks USSR dimulai pasca runtuhnya tembok Berlin
dan munculnya gerakan reformasi di Rusia. Karena sistem pasar modalnya
masih belum berkembang program privatisasinya dilakukan dengan
sistem kupon/voucher serta pemberian kredit bagi manajer dan karyawan.
Dampak kebijakan privatisasi diharapkan pada tahap awal minimal dapat
meningkatkan efisiensi usaha BUMN yang diprivatisasi mengingat sistim
sosialis yang selama ini berjalan tidak mengakomodasikan wacana efisiensi
usaha. Ilustrasi dibawah ini akan memberikan deskripsi tentang kebijakan
privatisasi BUMN secara masal di negara-negara eks komunis Eropa Timur
dan USSR6
:a. Albania
Penawaran dimulai sejak Mei 1995 dengan Undang-undang Privatisasi
tahun 1991. Jumlah Target BUMN yang akan diprivatisasi mencapai
833, hingga akhir 1996 BUMN terprivatisasi mencapai jumlah 97, tidak
ada konsesi bagi manajemen untuk dapat memiliki saham dan tidak
ada pembatasan minimum bagi kepemilikan saham pemerintah kecuali
bagi perusahaan roti (51%) dan 3 perusahan elektronik. Dan uniknya
hanya 1 manajer investasi yang menangani. Efisiensi kebijakan
privatisasi sudah dimulai dari efisiensi institusi yang menjalankan
program privatisasi, hasil yang diharapkan dari kebijakan privatisasi diAlbania ternyata dapat terlihat dari efisiensi usaha BUMN yang telah
diprivatisasi.
b. Armenia
Dengan diberlakukannya UU tentang Privatisasi, Denasionalisasi
Perusahaan Negara serta Penyelesaian Pelaksanaan pada tahun 1992
jumlah BUMN yang ditawarkan mencapai 1100 dan penawaran
perdananya dimulai sejak Oktober 1994 hingga Maret 1995. Hingga
akhir 1996 BUMN terprivatisasi mencapai 626 perusahaan, dan
ditangani oleh 2 manajer investasi. Sedangkan konsesi kepemilikansaham bagi pekerja sebanyak 20% gratis ditambah 16% sesuai dengan
harga nominal. Pembatasan kepemilikan saham minimal pemerintah
tidak ada. Pengawasan dilakukan oleh Badan Privatisasi yang terdiri
dari komisi Privatisasi dan Menteri Privatisasi. Dampak program
privatisasi dapat menimbulkan efisiensi usaha ditingkat mikro
ekonomi pada tahap-tahap awal.
6 Wright, Vincent, and Luisa Perrotti, 2000 , Privatization And PublicPolicy, Vol .I, diolah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
76
![Page 23: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/23.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 23/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
c. Bulgaria
Dasar Undang-undangnya adalah UU Transformasi dan Privatisasi
BUMN dan BUMD tahun 1992 (di amandemen tahun 1994) dengan
penawaran dimulai pada Januari 1996. Jumlah BUMN yang ditargetkan
mencapai 3485 dan jumlah yang terjual pad periode privatisasi masal
mencapai 968 perusahaan. Bagi insider konsesi saham yang diberikan
sebesar 20% dengan harga diskon 50%. Dari sisa sekitar 2500
perusahaan, di gelombang II program privatisasi pemerintah akan
menyisakan kepemilikannya sebanyak 30% dari jumlah saham .di
sejumlah 20% perusahaan. Kebijakan privatisasi dengan payung
hukum yang kuat sangat mendukung keberhasilan program privatisasi
BUMN di Bulgaria, sehingga efisiensi usaha dalam level mikro dapat
mengakibatkan efisiensi makro ekonomi nasional.
d. Czhech Republik
Gelombang I program privatisasi dimulai sejak Mei 1992 hingga
Desember 1992 dan gelombang II sejak desember 1993 hingga
November 1994 dengan jumlah target BUMN mencapai 3900
perusahaan, dan yang terprivatisasi mencapai : gelombang I 988 dan
gelombang II 861 perusahaan. Dasar dasar yang dipakai adalah UU
Syarat dan Transfer Kepemilikan Pemerintah ke orang lain tahun 1991,
Program privatisasi di Republik Czhech diawasi oleh Kementrian
Kepemilikan Negara, Administrasi dan Privatisasi. Tidak ada konsesi
bagi manajemen atau pekerja. Pemerintah mempertahankankepemilikan 40 %, dan menyisakan hak veto di 45 perusahaan yang
strategis. Jumlah Manajer investasi yang terdaftar mencapai 434
perusahaan. Hipotesis yang mengatakan bahwa ketidakstabilan politik
dan keamanan ternyata berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan
program privatisasi ternyata terbukti di Republik Czheck, akibatkan
tidak terlalu berhasil program privatsasi di negara ini.
e. Georgia
Program privatisasi di Georgia dimulai pada Juni 1995 hingga 1996
berdasarkan UU Privatisasi Bagi BUMN tahun 1991 dan diawasi oleh
Menteri Manajemen Aset Negara. Jumlah BUMN yang akan
dimasukkan program ini mencapai 1180, dan BUMN yang
terprivatisasi hingga akhir 1996 mencapai 407 perusahaan. Para pekerja
diberikan saham kepemilikan sebesar 5% secara gratis; 3% ditawarkan
dengan potongan 20% dan sekitar 28% dipasarkan kepada manajer dan
pekerja melalui lelang. Kepemilikan saham pemerintah dipertahankan
65% di sekitar 900 perusahaan. Privatisasi BUMN degan memberikan
ksempatan kepemilikan kepada karyawan BUMN (EMBO =
Employment Management Buy Out) ternyata cukup berhasil di Georgia
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
77
![Page 24: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/24.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 24/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
dan efisiensi usaha dapat ditingkatkan karena semangat rasa
kepemilikan usaha yang positif.
f.
KazakhtanBerdasarkan UU Privatisasi 1991 periode penawaran dilakukan mulai
April 1994 hingga Januari 1996 dan pengawasan dilakukan ole Komite
Negara bagi Kepemilikan Teritorial dan Komite Privatisasi, hingga
Akhir 1996 program privatisasi masal dilakukan terhadap 497 BUMN.
Jatah kepemilikan saham bagi pekerja dan manajer sebesar 10% secara
gratis dan kepemilikan saham minimal pemerintah dipertahankan
hingga sekitar 39%. Jumlah Manajer investasi mencapai 169 perusahaan
hingga akhir 1996. Secara signifikan program privatisasi dapat
menciptakan efisiensi di Republik Asia Tengah ini, banyak investor
dari manca negara tertarik menanamkan modalnya di negara inimengingat BUMN yang mengelola sumber daya alam (terutama
minyak, gas dan tambang) juga diprivatisasi dengan metode yang
menarik investor asing.
g. Kyrgyz Republik
Bagi Republik Kyrgyz masa penawaran dan periode alokasi dilakukan
mulai Januari 1992 hingga Desember 1992 dengan jumlah target BUMN
yang diprivatisasi pada program massal ini mencapai 1500 dan yang
terjual hingga akhir 1996 mencapai 450. Dasar perundangan yang
digunakan adalah UU Nasionalisasi dan Privatisasi Kepemilikan
Negara tahun 1994 serta untuk pengawasannya dilakukan oleh
Pendanaan Kepemilikan Pemerintah. 5% saham dicadangkan bagi
pekerja dana manajer dan kepemilikan saham pemerintah masih ada di
580 perusahaan. Jumlah manajer investasi yang menangani sebanyak
17. Efisisensi usaha di level mikro akibat kebijakan privatisasi BUMN
ternyata dalam jangka tertentu (3 – 5 tahun) dapat menciptakan
efisiensi ekonomi makro di tingkat nasional.
h. Lithuania
Sebagai negara persemakmuran eks USSR, Lithuania cukup besar
menyertakan BUMN pada program privatisasi massal yaitu sebanyak8.457 perusahaan dengan BUMN yang berhasil diprivatisasi mencapi
5.666 dan ditangani oleh 300-400 manajer investasi yang kemudian
dikurangi hingga tinggal 180 perusahaan. Perundangan yang
digunakan adalah UU Privatisasi Awal Perusahaan Negara tahun 1991
dan UU BUMN dan BUMD tahun 1995. Periode pembagian kupon
dilakukan sejak 1991 – Juli 1995 dan Pembayarannya dilakukan Juli
1995. Untuk pengawasannya dilakukan oleh Komite Privatisasi Pusat
dan Daerah serta Menteri Ekonomi. Awalnya 10% dari saham dari
modal dijual kepada pekerja dengan harga khusus, tapi kemudian
manajer dan pekerja diperbolehkan mendapatkan 50% saham dengan
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
78
![Page 25: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/25.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 25/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
tender terbatas. Saham pemerintah dipertahankan 15% dari BUMN
terprivatisasi. Keberhasilan kebijakan privatisasi di negara yang
berbatasan langsung dengan Jerman adalah adanya dukungan efisiensi
eksternal yang berasal dari lembaga keuangan (perbankan, non bank
dan pasar modal). Unifikasi sistim ekonomi Lithuania dengan Eropa
Barat memungkinkan kebijakan privatisasi BUMN mendapat
tanggapan positif dari investor internasional. Efisiensi eksternal
ternyata berdampak positif terhadap kebijakan privatisasi BUMN di
Lithuania sehingga efisiensi usaha pada level mikro secara otomatis
dapat tercapai.
i. Moldova
Berdasarkan UU Privatisasi 1991, distribusi kupon, penawaran
dilakukan Maret 1993 hingga nopember 1995 dibawah supervisiMenteri Privatisasi dan Administrasi Kepemilikan Negara serta Cabang
Kementerian dan Daerah. Dari 166 BUMN yang diikutsertakan, hingga
akhir 1996 telah berhasil dilakukan privatisasi bagi 874 perusahaan.
Konsesi bagi insider perusahaan (pekerja dan manajer) adalah 20%
dengan harga nominal dan bagi suplier bidang pertanian menerima
50% saham sebagai komisi.Pemerintah menahan 16% saham
kepemilikannya. Skala ekonomi dari program privatisasi BUMN dapat
menjadi referensi keberhasilan suatu kebijakan privatisasi. Karena nilai
aset yang diprivatisasi terbatas mengakibatkan dampak program
privatisasi berupa efisiensi tidak dapat tercapai secara optimal diMoldova.
j. Polandia
Polandia merupakan negara Eropa Timur yang menyertakan BUMN
dalam target program privatisasi paling banyak setelah Rusia yaitu
sebanyak 8.653 perusahaan, tetapi jumlah BUMN yang terprivatisasi
hanya mencapai 512 perusahaan. Dasar hukum yang digunakan adalah
UU Privatisasi BUMN tahun 1990 dan UU Dana Investasi Nasional
tahun 1993. Jatah saham bagi pekerja dan manajer diberikan sebesar
15% secara gratis. Pemerintah menahan 25% kepemilikannya dimana
5% akan dipergunakan dalam program reprivatisasi dan 20% untuk
keperluan lain. Ketidakberhasilan program privatisasi BUMN di
Polandia dikarenakan masih enggannya pemerintah melepas
kepemilikan saham di BUMN, hal ini menyebabkan investor yang akan
membeli saham di negara ini mempertimbangkan secara selektif juga.
Akibatkan tidak banyak dana internasional yang mengalir untuk
membeli saham BUMN sehingga efisiensi usaha tidak bisa diharapkan
secara optimal di BUMN Polandia.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
79
![Page 26: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/26.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 26/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
k. Russia
Setelah pecah menjadi federasi, Russia merupakan negara terbesar
yang menyertakan BUMN dalam target program privatisasinya yaitu
sebanyak 20.000 hingga 26.000 dengan perusahaan komersial yang
berpatisipasi mencapai 16.000 dan hingga akhir 1996 jumlah
perusahaan yang terprivatisasi mencapai 15.052 dan jumlah manajer
investasi yang menangani mencapai jumlah lebih dari 650 perusahaan.
Masa penawaran dimulai sejak Agustus 1992 hingga Juli 1994 dan
supervisinya dibawah otoritas Komite Federal Bagi Manajemen
Kepemilikan Negara. Jatah (konsesi) bagi insider diberikan secara
tertutup bagi manajer dan pekerja sebesar 25% saham secara gratis
serta hak sebagai tambahan untuk membeli 10% dengan diskon hingga
30%. Saham kepemilikan pemerintahan ditahan sekitar 20% oleh Badan
Kepemilikan Federal dan 5% oleh pemerintah daerah setempat sebagai
agen yang membantu menjual. Perundangan-undangan yang
digunakan adalah UU Privatisasi Negara dan Perusahaan Daerah
Federasi Rusia tahun 1991. Rusia merupakan kasus unik karena
merupakan pasar BUMN terbesar di dunia, kompleksitas masalah
politik, keamanan dan ekonomi menjadi referensi investor yang akan
membeli saham BUMN di Rusia. Banyak investor yang mendapatkan
BUMN yang baik dengan harga murah dan melalui financial
engineering dalam waktu dibawah 5 tahun telah menjadi perusahaan
yang sangat valuable dan menguntungkan. Tetapi disisi lain karenakarakteristik usaha dan manajemen warisan masa komunis
mengakibatkan banyak BUMN yang dijual tidak menemukan
pembelinya dan bahkan nilainya menjadi merosot dari waktu ke
waktu.
l. Republik Slovak
Setelah pecah dari Czechoslovakia gelombang program privatisasi
masal di Republik Slovakia dimulai sejak Mei 1992 hingga
Desember1992 dibawah UU Syarat dan Transfer Kepemilikan
Pemerintah kepada Orang lain tahun 1991, dengan supervisi oleh
Badan Kepemilikan Nasional Kementerian Privatisasi dan PusatPrivatiasasi Masal di Kementerian Keuangan. Hingga akhir 1996
jumlah perusahaan yang dijual mencapai 530. Tidak ada prioritas bagi
pemberian konsesi insider , tetapi amandemen memberikan kebebasan
pajak bagi investasi dalam program EMBO. Kepemilikan negara
disisakan bagi 25% perusahaan diluar program privatisasi. Ketikan
pecah dari Czechoslovakia tidak diketahui jumlah saham yam yang
tersisa pada perusahaan yang terprivatisasi. Akan tetapi secara umum
program privasasi BUMN di Slovakia dapat mencipkan efisiensi usaha
pada tingkat mikro.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
80
![Page 27: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/27.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 27/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
m. Romania
Program privatisasi masal di Romania dilakukan berdasarkan UU
privatisasi bagi Perusahaan Komersial tahun 1991 dan UU Percepatan
Privatisasi tahun 1995 dibawah kendali Perwakilan Nasional untuk
Privatisasi dari Badan Kepemilikan Negara. Jumlah target BUMN yang
dikomersialisasikan mencapai 6.280 Bagi insider perusahaan diberikan
10% saham yang ditawarkan dengan diskon 10%, dan bagi suplier serta
pelanggan di 1840 perusahaan pertanian diberikan kemudahan untuk
memiliki 20% - 33% saham. Bagi daerah tertentu 70% saham masih
dimiliki pemerintah. Dapat dikatakan bahwa walaupun dipayungi oleh
UU Privatisasi akan tetapi program privatisasi BUMN di Rumania
tidak mencapai target yang diharapkan, hal ini dikarenakan masih
enggan melepaskan sahamnya pada BUMN tertentu yang ternyatadiminati oleh investor swasta. Dilema ini sering terjadi karena
pemerintah tidak sepenuh hati melaksanakan kebijakan privatisasi
BUMN.
n. Ukraina
Jumlah BUMN di negara Ukraina yang menjadi target program
privatisasi mencapai jumlah 14.000 dengan jumlah perusahaan yang
terjual mencapai 3500, serta manajer investasi yang menangani mencapi
lebih dari 350. Masa pembagian kupon dan penawaran dilakukan sejak
Maret 1992 hingga Juli 1994, dan pengawasan dilakukan oleh Badan
Kepemilikan Negara. Bagi manajemen dan pekerja ditawarkan sahamsebanyak 5% dengan diskon 10%. Saham minimal kepemilikan
pemerintah sekitar 30%. Perundangan-undangan yang digunakan
adalah UU Privatisasi Aset Perusahaan Negara tahun 1992. Secara
umum kebijakan privatisasi BUMN Ukrania dapat meningkatkan
efisiensi usaha BUMN privatisasi akan tetapi secara makronasional
belum terlihat secara signifikan hal ini dikarenakan enfironment of
business yang kurang mendukung.
o. Uzbekistan
Negara eks USSR ini menargetkan BUMN yang dikomersialisasikandalam program privatisasi masalnya mencapai 11.800 perusahaan dan
jumlah perusahaan yang terjual mencapai 2.300. Manajer investasi yang
menangani program ini sebanyak 30-50 perusahaan.Jumlah saham
yang dicadangkan bagi manajer dan pekerja sebanyak 23% dengan
harga nominal, sedangkan kepemilikan minimal saham pemerintah
sekitar 26%.Dasar hukum bagi program privatisasi masal di Uzbekistan
adalah Program Pemerintah untuk Denasionalisasi dan Privatisasi
tahun 1994 (Program Kabinet) dan untuk pengawsannya dilakukan
oleh Badan Kepemilikan Negara Pusat Koordinasi Pasar Modal.
Keberhasilan program privatisasi BUMN di Uzbekistan karena
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
81
![Page 28: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/28.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 28/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
didukung secara konsisten oleh pimpinan negara tersebut
(pemerintahan dan parlemen) selain itu BUMN yang diprivatisasi
banyak yang merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang minyak,
gas dan pertambangan sehingga menarik investor manca negara.
Walaupun mengalami transisi sistim politik dan ekonomi dari komunis
ke pasar bebas, dampak kebijakan privatisasi berupa efisiensi usaha
secara umum bisa tercapai di Uzbekistan.
3.2.3 Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN Di negara Amerika
Latin
Krisis utang di dekade 1980an, tinggi tingkat inflasi dan stagnasi
ekonomi meyakinkan pembuat keputusan dihampir seluruh kawasan
Amerika Latin akan kebutuhan reformasi struktural agar dapatmemulihkan tingkat pertumbuhan dan kompetitif didunia internasional.
Salah satu reformasi struktural adalah dengan mundurnya peran negara
dalam keterlibatannya secara langsung pada aktivitas ekonomi. Privatisasi
diharapkan sebagai suatu metode untuk memecahkan sejumlah masalah
yang terjadi, sehingga dapat: meningkatkan efisiensi, memberikan
kontribusi bagi kebutuhan fiskal, mengurangi utang luar negeri , serta
membuat ekonomi lebih menarik bagi modal dalam dan luar negeri.
Selanjutnya dibawah ini ilustrasi pelaksanan program privatisasi di
beberapa negara utama di Amerika Latin (Shirley, 1994):
a. Chile
Chile merupakan negara pioner dalam melaksanakan kebijakan proses
privatisasi di amerika Latin dibawah pemerintah diktator militer yang
berkuasa sejak tahun 1973 hingga 1990. Setelah terjadi kudeta pada
tahun 1974, dibawah pemerintahan Allende, 257 perusahaan dan
sekitar 3.700 lahan pertanian dikembalikan kepada pemilik semula,
tanpa melibatkan transasksi moneter. Dalam periode 1974-1978, lebih
dari 500 perusahaan dan bank di reprivatisasi, dengan melibatakan
transakasi moneter. Sejak Chile mengalami gejolak resesi hebat pada
dekade 1970an, hanya sekelompok kecil yang dapat berpartisipasidalam program reprivatisasi, yang menunjukan adanya pemusatan
kepemilikan.
Menjelang akhir 1970an, 10 grup terbesar mengkontrol lebih dari 250
korporasi dan sekitar 70% saham saham perusahaan yang
diperdagangkan di pasar modal, Maloney (1992). Ketika resesi melanda
diawal 1980an, mengancam terjadinya disintegrasi di sektor finansial,
pemerintah berusaha mengambil alih beberapa bank dan perusahaan.
Selama 1980an, pemerintah Chile mempromosikan gelombang kedua
privatisasi, yang diikuiti perusahaan, bank dan institusi keuangan yang
telah diambil alih pemerintah selama operasi penyelamatan diawal
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
82
![Page 29: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/29.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 29/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
1980an. Seluruhnya bernilai sama dengan sekitar 6% dari GDP,
Hachette dan Luders (1988).
Ada 4 metode privatisasi yang dipakai yaitu : (1) popular capitalism yaitu
mengijinkan perusahaan atau perseorangan menerima pinjaman
subsidi dari bank pembangunan (CORFO) untuk membeli saham 2
bank terbesar dan dana pensiun. Menjelang 1987 telah 55.000
pemegang saham yang berpartisipasi; (2) worker capitalism yaitu
mengijinkan pekerja di sektor publik untuk membeli saham
perusahaan publik; (3) indirect popular capitalism, yaitu mengijinkan
dana pensiununtuk menginvestasikan di pasar modal dan dalam
bentuk aset yang beresiko rendah; (4) traditional capitalism, yaitu terdiri
dari penjualan blok saham kepada pembeli secara lelang langsung.
Dasar pemikirannya adalah untuk menyebarkan kepemilikan kepadamasyarakat seperti pekerja, perusahaan, grup investasi tanpa
diskriminasi antara investor domestik dan luar negeri.
Sepanjang 1990 telah 30 perusahaan publik yang diprivatisasi, seluruh
saham telah dijual oleh pemerintah. Perusahaan publik itu meliputi :
pabrik baja, perusahaan telepon, listrik, telekomunikasi, pabrik kimia,
pertambangan termasuk perusahaan penerbangan nasional. Secara
bertahap dampak kebijakan privatisai yaitu efisiensi usaha dapat
tercapai di negara Amerika Latin tepi Pasifik ini.
b. Argentina
Program privatisasi di Argentina dimulai sejak 1989. Menjelang 1990
kebijakan privatisasi telah dilakukan pada stasiun televisi, perusahaan
petrokimia, beberapa jasa kargo kereta api, telekomunikasi, perusahan
penerbangan, perusahaan minyak dan penyelenggara jalan tol. Pada
tahun 1993 program privatisasi meluas ke perusahaan seperti:
distribusi gas, listrik, air minum, air limbah, kereta api, pelabuhan,
pelayanan pos dan berbagai macam perusahaan manufaktur. Untuk
meningkatkan nilai aset perusahaan yang akan diprivatisasi,
pemerintah membantu perusahaan publik dengan memberikan
insentip. Untuk mencapai tujuan ini dilakukan :regulasi aturan yang
memperbolehkan monopoli secara legal, pengenaan harga terhadap
pemakaian utilitas publik diijinkan untuk menutupi semua biaya (tidak
sekedar variabel cost), kontrak jangka panjang dilakukan untuk
memberikan perusahaan yang akan diprivatisasi inputan harga yang
rendah dari perusahaan publik dan atau memberikan garansi tertentu
terhadap permintaan outputnya pda haraga yang bervariasi, dan utang
perusahaan yang diprivatisasi dapat dikurangi atau dihilangkan,
tentunya dengan dianggap sebagai kewajiban tambahan. Sebagai
gantinya, pemerintah membebankan target baik secara kuantitatif
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
83
![Page 30: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/30.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 30/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
maupun kualitatif bagi jasa yang telah ditransfernya, sejumlah
permintaan investasi yang diminta perusahaan.
Gelombang pertama privatisasi di Argentina dilakukan pada sektor
yang paling kompetitif, seperti telekomunikasi dan penerbangan. Ada 2
alasan: (1) sektor ini hanya memberikan dampak kecil bagi sekelompok
masyarakat yang pendapatan kecil; (2) ada alasan politis bahwa sektor
ini telah dicoba oleh pemerintahan sebelumnya, sehingga partai tidak
dapat menentangnya.
Agar penjualan BUMN dapat dilakukan secara pantas, pemerintah
memakai kekuatan regulasi dalam meningkatkan harga, yaitu dengan
membuat pinjaman palsu (quasi-rent). Negara akan mendapatkan
peningkatan dari nilai tukar, mengurangi utang luar negeri, dengan
mengurangi kebutuhan akan investasi proyek keuangan dan denganmenjanjikan adanya peningkatan pajak dari perusahaan terprivatisasi.
Menurut Petrecolla dkk (1992), belanja modal pemerintah telah
dikurangi antar tahun 1998 hingga 1991 sebesar 2 % dari GDP, yang
seharusnya didapat dari revenue privatisasi dan transfer penggunaan
modal pada sektor swasta. Kebijakan privatisasi BUMN dapat
dikatakan kurang berhasil di Argentina hal ini disebabkan oleh kondisi
yang buruk dari sistim keuangan karena salah urus kebijakan makro
ekonomi di negara ini. Hipotesis bahwa keberhasilan dan kegagalan
kebijakan privatisasi didukung oleh kelembangan keuangan di negara
tersebut ternyata terbukti di Argentina.
c. Mexico
UUD 1917 memberikan kekuasaaan kepada pemerintah untuk
melindungi urusan ekonomi yang menyangkut hajat orang banyak,
dan hal ini dilakukan dengan adanya program nasionalisasi
perusahaan minyak asing tahun 1938 dan sistem perbankan tahun 1982.
Dalam tahun 1970 di Mexico telah ada 391 perusahaan publik, dan ini
telah meningkat menjadi 1.000 pada tahun 1982. Program privatisasi
Mexico dimulai pada masa pemerintahan De La Madrid tapi dengan
istilah disincorporation yaitu dengan UU Federal dan Parastatal Entities
pada tahun 1986, dimana dinyatakan bahwa pemerintah menguasai
penuh sektor-sektor strategis seperti: minyak, petrokimia, tenaga listrik,
energi nuklir, komunikasi satelit, kereta api dan pelayanan pos;
sedangkan bidang yang menjadi prioritas utama dan dapat dikuasai
sektor swasta meliputi: media, transportasi dan perbankan; sementara
di sektor lain pemerintah menarik diri dan perusahaan dapat 100%
dimiliki pihak asing. Selanjutnya restrukturisasi terhadap perusahaan
pemerintah yang dilakukan, mencakup 3 bidang, yaitu: (1) pemerintah
dapat memutuskan kontrak terhadap bidang yang telah lama ada
seperti jalan, gedung dan perawatan; (2) untuk bidang tertentu seperti
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
84
![Page 31: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/31.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 31/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
pendanaan pensiun, dapat dilakukan oleh sektor swasta; (3) BUMN
bidang industri dan keuangan dapat dijual ke sektor swasta.
Selama periode 1982-1985, disincorporation meluas di bidang yang tidak
menjadi prioritas yaitu penjualan perusahaan tektil, consumer good
penting seperti kimia, komponen otomotif dsb. Akibatnya 196
perusahaan terkena, 143 dilikuidasi, 41 merger dan 11 dijual ke sektor
swasta. Pengaruh krisis ekonomi pad tahun 1985-1987, ketika harga
minyak jatuh, investasi menurun dan modal investasi lari keluar,
pemerintah menjual beberapa perusahaan dengan modal pemerintah di
perusahaan itu berkisar antara 25% hingga 50%. Pada periode ini
terjadi 406 disincorporation meliputi: 205 likuidasi, 54 merjer dan 147
dijual ke sektor swasta.
Privatisasi menjadi pilihan utama diakhir masa pemerintahan De La Madrid ketika 123 privatisasi baru disahkan yang meliputi ; 49 likuidasi,
14 merjer dan 60 penjualan. Pemerintahan Salinas de Gotari
mengintensifkan program privatisasi termasuk diantaranya yang
termasuk dalam sektor strategis seperti :minyak, telepon,
pertambangan dan perbankan. Menjelang Maret 1991 jumlah BUMN
yang tersisa tinggal 269, dibandingkan sejumlah 1.155 pada tahun 1982.
Dalam suatu penelitian antara tahun 1982 hingga 1987, program
privatisasi Mexico telah mengurangi GDP sebesar 29,6 %. Selain itu
program ini telah memberi dampak besar bagi tenaga kerja, dimana
antara tahu 1983-1989 sekitar 200.000 pekerjaan hilang (40.000 di sektorbaja, 100.000 di minyak; 15.000 pertambangan; 5.000 truk dan mobil;
3.000 di fertilizer dan 2.000 di pabrik gula).
Keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN di Mexico juga didukung
oleh aliran dana internasional ke Mexico mengingat keanggotaan
negara tersebut pada NAFTA (North America Free Trade Area) sehingga
Amerika Serikat dan Canada sangat mendukung kebijakan privatisasi
di negara ini. Efisiensi usaha BUMN secara signifikan dapat tercapai di
Mexico.
d. BrazilUsaha awal untuk mengendalikan meluasnya BUMN di Brasil
dilakukan pada tahun 1979 dengan dilakukannya Program Nasional
Debirokratisasi. Program ini tidak berdampak banyak bagi proses
privatisasi, tetapi digunakan pemerintah untuk lebih menekan ekspansi
yang berlebihan pada BUMN. Ketika Komisi khusus untuk nasionalisai
didirikan tahun 1981, diidentifikasikan 140 BUMN yang dapat segera
diprivatisasi dan merekomendasikan penjualan 50 perusahaan dimasa
depan.
Sepanjang tahun 1980an, gelombang privatisasi mengalami
kemunduran, hal ini dikarenakan alasan: (1) tidak adanya komitmen
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
85
![Page 32: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/32.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 32/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
politik terhadap pelaksanaan program ini, seperti yang dilakukan
diawal 1980an yang hanya mempunyai kepentingan dalam
mengendalikan ekspansi daripada merubah aturannya; (2) negara
dalam keadaan resesi berat di pertengahan 1980an sehingga hanya ada
sedikit pembeli; (3) penjualan BUMN hanya dihalangi oleh perusahaan
Brasil lainnya; dan (4) agar efektive sebuah proses privatisasi skala
besar dibuat agar terjadi liberalisasi terhadap kendali pemerintah
(khususnya terhadap kontrol harga), hal ini ditolak oleh pemerintah.
Program privatisasi skala besar dilakukan pada masa pemerintahan
The Collor sejak April 1990. Komite Privatisasi yang dipimpin oleh
Presiden Bank Pembangunan Brasil (BNDES) dibentuk sebagai institusi
yang mengatur pelaksanan program privatisasi ini. Hingga Oktober
1992, 17 perusahaan telah diprivatisasi dan 24 lainnya dijadwalkanuntuk tahun 1992-1993. BUMN yang diprivatisasi kebanyakan bergerak
dibidang petrokimia, industri baja dan fertiliser, dan proses privatisasi
ini pemerintah menerima pendapatan total sebesar USD 4 milyar dan
24 BUMN lainnya akan bernilai sekitar USD 14 miliar. Kebijakan
liberalisasi yang diperkenalkan pemerintahan The Collor ini dilakukan
dengan memperkecil tarif dan hambatan lain untuk impor. Hal ini
dilakukan karena jika privatisasi dapat meningkatkan pemberdayaan
kekuatan ekonomi di beberapa industri, maka kompetisi internasional
yang lebih besar menghasilkan sistem ekonomi yang lebih terbuka dan
akan menghindari penyalahgunaan kekuatan ekonomi. Dengandemikian pengaruh kekuatan ekonomi sekelompok tidak akan berhasil
jika dilakukan dengan sistem pasar yang tertutup bagi kompetisi asing.
Disparitas kepemilikan aset nasional di Brasil menjadi masalah utama
mengapa kebijakan privatisasi BUMN ternyata hanya mengeser
kepemilikan pemerintah kepada kepemilikan aset nasional yang
notabene orang atau kelompok itu-itu saja. Efisiensi mikro yang
diharapkan menjadi dampak utama kebijakan privatisasi BUMN
ternyata tidak dapat terlalu diharapkan di Brasil dapat menciptakan
efisiensi.
3.3. Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN Di Indonesia
Berdasarkan Masterplan BUMN Tahun 2002-2006, menunjukkan
bahwa kinerja keuangan 145 BUMN tidak diarahkan kepada mekanisme
pasar. Hal ini dapat diindikasikan oleh beberapa karasteristik dan ciri
BUMN dalam 5 tahun terakhir, yaitu tahun 1997 – 2001 sebagai berikut: (1).
produktivitas dan keuntungan BUMN sangat kecil, dari Total Laba
Rp.28.793 Milyar untuk 145 BUMN yang memberikan kontribusi laba
hanya sebanyak 120 BUMN, sedangkan 25 BUMN masih merugi sebesar
Rp.1.010 Milyar; (2). rendahnya tingkat pengembalian atas modal (ROE),
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
86
![Page 33: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/33.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 33/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
dimana pada awal krisis (1997) rata-rata ROE adalah 7,11% atau lebih
rendah dari suku bunga pasar. Dan tahun 2001 telah meningkat menjadi
8,20%. Masih belum pulihnya keadaan perekonomian dunia, yang
berdampak terhadap perekonomian Indonesia tentunya akan memperberat
program privatisasi, dimana target kinerja keuangan BUMN yang ingin
dicapai adalah: pendapatan 13%/tahun, EBT 12%/tahun, Total Aset dan
Equity 8%/tahun, ROA dan ROE 4%/tahun.
Hingga tahun 2001, baru ada 8 BUMN yang diprivatisasi, dengan
melepas sekitar 25% sahamnya. Adapun keenam BUMN tersebut adalah
PT. Semen Gresik, PT. Indosat, PT. Telkom, PT.Timah, PT.BNI, PT. Aneka
Tambang, PT. Pelindo II – Jakarta dan PT. Pelindo III-Surabaya. Dari
jumlah tersebut 4 BUMN telah melakukan initial public offering (IPO) di luar
negeri ( go international). Sejak dikeluarkannya SK Menteri KeuanganNo.826/KMK.013/1992, seharusnya terdapat 23 BUMN yang bisa
melakukan go public, akan tetapi sampai akhir 1999 hanya 6 BUMN atau
sekitar 26 %; dan sampai awal 2002 program privatisasi untuk tahun 2001
(carry over ) yang terdiri dari 9 BUMN belum satupun yang dilaksanakan.
Dengan melihat perkembangan Pasar Modal yang tumbuh pesat
dibandingkan dengan lembaga-lembaga pembiayaan lainnya, Tap MPR
No: II/MPR/1993 Tentang GBHN secara khusus memberikan arahan agar
Pasar Modal terus dikembangkan melalui kerangka hukum yang kokoh
dan penegakan etika bisnis yang dapat melindungi pemodal, sehingga
pada gilirannya Pasar Modal dapat menjadi wahana mobilisasi danamasyarakat dalam dan luar negeri guna membiayai kebutuhan jangka
panjang dan wahana bagi pemodal untuk melakukan investasi serta sarana
pemerataan melalui penyebaran kepemilikan saham kepada masyarakat.
Dengan demikian, baik secara makro maupun mikro pasar modal
Indonesia memiliki peranan strategis dalam pertumbuban ekonomi
nasional 7 .
Tabel 4 Program Privatisasi BUMN di Indonesia Tahun 2002 - 2003A. Carry Over 2001
No Nama BUMN BidangUsaha
KepemilikanPemerintah
(%)
RencanaDijual
(%)Metode
PrivatisasiTargetDate
Keterangan
1 PT. WismaNusantaraInternational
Hotel 42 Sd 42 SS Maret Kompetitif &Minoritas
2 PT. AP II Bandara 100 Sd 49 SS Mei Kompetitif3 PT. Indofarma
TbkFarmasi 80,73 Sd 29 SS Juni Kompetitif
T7 Mas Achmad Daniri, Manfaat Sistem Perdagangan Efek Tanpa Penyerahan Fisik ,
Jakarta, 1995, hlm: 12. Lihat pula Sumantoro, Aspek-aspek Hukum dan Polensi Pasar
Modal di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm : 79. Lihat pula Sumantoro,
Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Ghalia Indonesia, 1990, hlm : 45.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
87
![Page 34: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/34.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 34/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Lanjutan A. Carry Over 2001
No Nama BUMNBidangUsaha
KepemilikanPemerintah
(%)
RencanaDijual
(%)
MetodePrivatisasi
TargetDate
Keterangan
4 PT.Kimia Farma Tbk Farmasi 90,3 Sd 51 SS Juni Kompetiif
5 PT. Indosat Tbk Telkom 65 Sd 45 Placement/ SS
Juni/Okt Sunset
6 PT. Batubara Bukit Asam Tambang 100 Sd 35 SS Agustus Kompetitif
7 PT. Indocement TP Tbk Semen 16,87 Sd 16,87 Tender
Offer
Desember Kompetitif &Minoritas
8 PT. Semen Gresik Tbk*) Semen - - SS - Kompetitif
9 PT. Bank Mandiri **) Perbankan 100 Sd 30 IPO Juni Kompetitif
B. Usulan Tahun 2002 – 2003
No Nama BUMNBidangUsaha
KepemilikanPemerintah
(%)
RencanaDijual
(%)
MetodePrivatisasi
TargetDate
Keterangan
1 PT. Intirub Ban 9,9 Sd 9,9 SS Juli Kompetitif& Minoritas
2 PT. Atmindo Konsultan 36,6 Sd 36,6 SS Juli Kompetitif& Minoritas
3 PT. Cambrics Primissima Tekstil 52,79 Sd 52,79 SS Juli Kompetitif
4 PT. Iglas Gelas 64 Sd 64 SS Agustus Kompetitif
5 PT. Jakarta In’l Hotel Hotel 3,3 Sd 3,3 SS Agustus Kompetitif& Minoritas
6 PT. Kertas Blabak Kertas 1,64 Sd 1,64 SS Sept Kompetitif& Minoritas
7 PT. Kertas Padalarang Kertas 48,5 Sd 48,5 SS Sept Kompetitif& Minoritas
8 PT. Kertas BasukiRahmat
Kertas 10 Sd 10 SS Sept Kompetitif& Minoritas
9 PT. Indah Karya Konsultan 100 - Likuidasi Oktober Kompetitif
10 PT. Indra Karya Konsultan 100 Sd 100 AS / SS Oktober Kompetitif
11 PT. Virama Karya Konsultan 100 Sd 100 AS / SS Oktober Kompetiif
12 PT. Yodya Karya Konsultan 100 Sd 100 AS / SS Oktober Kompetitif
13 PT. Rukindo Pengerukan 100 Sd 100 SS November Kompetitif
14 PT. Rekayasa Industri Konsultan 4,97 Sd 4,97 SS November Kompetitif& Minoritas
15 PT. Angkasa Pura I Bandara 100 Sd 49 IPO/SS Desember Kompetitif
16 PT. Danareksa ***) Jasa
Keuangan
100 Sd 49 IPO/SS/
EMBO
- Kompetitif
Keterangan :*) : Masih menunggu Keputusan Pemerintah SS : Strategic Sale**) : Pelepasan saham Portapel dari Enlarged Capital IPO : Initial Public Offering ***) : Menunggu Restrukturisasi Internal EMBO : Management or Buyout
AS : Asset Sale
Jumlah BUMN yang direncanakan akan diprivatisasi tahun 2002
sebanyak 25 BUMN, dalam pelaksanaannya hanya mampu terjual 4
BUMN, yaitu PT. Indosat Tbk, PT. Telkom Tbk, PT TB Bukit Asam dan PT.
Wisma Nusantara Indonesia. Nilai penjualan saham keempat BUMN
tersebut mencapai Rp7.954 miliar. Rendahnya pelaksanaan privatisasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
88
![Page 35: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/35.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 35/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
BUMN pada tahun 2002 tersebut antara lain disebabkan: 1) belum adanya
persepsi yang sama terhadap kebijakan privatisasi BUMN di antara
stakeholder ; 2) belum pulihnya kondisi perekonomian nasional sehingga
berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham yang diprivatisasi;
dan 3) terbatasnya kapasitas dan kemampuan SDM yang ada untuk
menangani pelaksanaan restrukturisasi dan privatisasi BUMN dalam
jumlah yang besar.
Untuk mengatasi permasalahan pelaksanaan privatisasi BUMN di
tahun 2002 tersebut, maka pada tahun 2003 Kementerian BUMN telah dan
akan menempuh kebijakan secara aktif dengan melaksanakan sosialisasi
dalam rangka penyamaan persepsi di antara stakeholder terhadap
pelaksanaan privatisasi BUMN. Sementara itu dalam menghadapi
perkembangan perekonomian nasional dan dunia tahun 2004, KementerianBUMN akan menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai berikut: 1)
meningkatkan upaya revitalisasi bisnis dalam rangka meningkatkan
shareholder value BUMN yang ada; 2) meningkatkan efektivitas manajemen
BUMN, baik di tingkat komisaris, direksi, maupun karyawan; 3)
meningkatkan kualitas operasi, pelayanan dan pendapatan BUMN; 4)
menyempurnakan sistem pengadaan barang dan jasa di lingkungan
BUMN sehingga tercipta tingkat efisiensi yang semakin tinggi; 5)
melanjutkan pelaksanaan restrukturisasi dan privatisasi BUMN; 6)
meningkatkan sosialisasi tentang privatisasi BUMN di semua level
stakeholder ; serta 7) meningkatkan kapasitas dan kemampuan SDM dilingkungan Kementerian BUMN melalui pelatihan, baik di dalam maupun
di luar negeri. Kegiatan ini diperlukan dalam rangka untuk menangani
privatisasi BUMN.
Untuk menutup defisit APBN sebesar Rp.24,417 triliun pada tahun
2004 diharapkan program privatisasi BUMN dapat memberikan kontribusi
kepada APBN minimal Rp.5 triliun. Dengan kegagalan target nilai
privatisasi APBN 2002/2003 sekitar Rp.2 triliun maka diharapkan pada
APBN tahun 2004 dapat dikontribusikan Rp.7 triliun.
IV. Metodologi Penelitian
4.1. Data, Obyek dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan ilmu ekonomi
terutama dari ilmu bidang keuangan dalam melihat kepustakaan (data
sekunder) berupa kebijakan privatisasi BUMN di negara-negara lain baik
itu negara–negara miskin, negara sedang berkembang (NSB), negara-
negara eks komunis di Eropa Timur dan bekas Uni Soviet (USSR).
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari
kepustakaan, web-site, jurnal dan dilihat dari tujuannya penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh deskripsi dan gambaran mengenai kebijakan
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
89
![Page 36: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/36.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 36/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
program privatisasi BUMN di negara-negara sedang berkembang dab
industri maju dilihat dari latar belakang, proses, implementasi serta
dampaknya terhadap perekonomian dan efisiensi. Studi banding secara
komprehensip dilakukan untuk dapat mengidentifikasi karasteristik
pelaksanaan kebijakan privatisasi di masing-masing negara.
4.2. Metode Analisis
Metode analisis yang dilakukan studi banding (comparative study)
dengan melakukan kajian kepustakaan mengenai kebijakan privatisasi
BUMN di negara-negara miskin, negara sedang berkembang (NSB) dan
negara negara eks Eropa Timur dan Uni Soviet (USSR), dari data-data
sekunder tersebut diharapkan dapat diidentifikasikan dan dianalisis
dampak implementasi kebijakan privatisasi BUMN dimasing-masingnegara tersebut terhadap tingkat efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.
Dari masing-masing tahapan identifikasi dan analisis tersebut akan
dapat diklasifikasikan faktor-faktor yang menjadi advantages dan
disadvantages kebijakan privatisasi di masing-masing negara, sehingga
dapat menjadi rekomendasi kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia.
Bagan - 4
Kerangka Analisis Penelitian
Metode Analisis
Dasar Teori Kerangka Pemikiran
Studi Banding Implementasi kebijakan Privatisasi
Identifikasi Dan Analisis
Rekomendasi Kebijakan Privatisasi BUMN Di Indonesia
4.3. Kerangka Analisis
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
90
![Page 37: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/37.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 37/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
V. Analisis Kebijakan Privatisasi BUMN di Negara- negara Lain
5.1. Analisis berkaitan seberapa jauh kebijakan privatisasi BUMN dapat
meningkatkan efisiensi
Pengembangan sektor swasta ( private sector ) merupakan pembuka
jalan bagi inisiatip sektor swasta untuk tujuan sosial yang berguna dalam
mereduksi kemiskinan yang parah. Sejalan dengan usaha-usaha yang
dilakukan oleh sektor publik, inisiatip swasta khususnya pasar kompetitif
merupakan potensi yang besar dalam pertumbuhan. Pasar privat berfungsi
sebagai mesin yang memproduksi pertumbuhan, menciptakan pekerjaan
yang produktif dan pendapatan yang lebih baik. Dengan didukung
pemerintah yang memegang peranan penting dalam regulasi, pendanaan
serta sistem pelayanan, inisiatip swasta dapat membantu menyediakan
dasar pelayanan dan syarat-syarat bagi pemberdayaan kemiskinan yaitudengan memperbaiki bidang-bidang seperti: kesehatan, pendidikan dan
infrastruktur. Dengan adanya keikutsertaan sektor swasta diberbagai
sektor telah memberikan kontribusi penting dalam menghapus fiscal
constraint dan memperbaiki efisiensi pelayanan sektor-sektor tersebut .
Kecenderungan program privatisasi telah dimulai sejak tahun 1970 dan
1980 hingga 1990an. Negara-negara berkembang banyak yang melakukan
hal ini, yaitu dengan menyediakan pelayanan yang lebih baik akan
mendapatkan keuntungan dari kompetisi yang lebih besar serta lebih fokus
pada pelanggan.
Kondisi pada lingkungan bisnis BUMN yang berubah ternyataterjadi juga di Indonesia, disatu sisi lembaga bisnis swasta secara jelas
mempunyai orientasi melulu pada keuntungan ( profit oriented) dan efisiensi
adalah alat untuk mempertinggi tingkat keuntungan. Sedangkan disisi lain
negara adalah lembaga politik yang cenderung berorientasi pada program
sosial-politik. Sadar biaya (cost conscious) sering tidak menjadi hal yang
utama dan orientasi program sosial politik mendorong intervensi
pemerintah pada operasional BUMN menjadi dominan.
Interpretasi dari analisis terhadap dampak kebijakan privatisasi
BUMN dapat meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari beberapa perbedaan teori atau pandangan (view
side) yang berpendapat bahwa perusahaan pemerintah (BUMN) kurang
efisien dibanding perusahaan publik/swasta, kondisi ini menyebabkan
dukungan yang besar terhadap kebijakan privatisasi BUMN di NSB,
adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Dari sudut pandang sosial (social view), Shapiro dan Willig (1990)
menemukan bahwa BUMN di NSB dapat dijadikan adalah alat
untuk menyembuhkan kegagalan pasar dengan menerapkan
kebijaksanaan harga ( pricing policies) dengan memperhatikan biaya
sosial yang terjadi. Di negara-negara sosialis umumnya bidang
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
91
![Page 38: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/38.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 38/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
usaha perusahaan BUMN memainkan peranan penting dalam
menyediakan jasa dan fungsi sosial seperti : perumahan, kesehatan,
fasilitas rekreasi, dan lainnya. Fungsi-fungsi dan pembiayaannya
akan berpengaruh negatip terhadap efektivitas kinerja BUMN
tersebut. Ada pendapat lain yang dikemukakan di negara sosialis
upah amat dibatasi dan tidak jauh berbeda antara satu pekerja dan
yang lain, dengan kondisi ini tambahan fungsi sosial dan
penyediaan jasa dapat dipertimbangkan dalam mengajukan
kegiatan yang lebih efektif.
2. Perusahaan publik/swasta diawasi sendiri oleh kepentingan
pemilik sendiri, dimana pemilik mempunyai insentip yang kuat
untuk memaksimalkan profit dibandingkan yang dilakukan oleh
pemerintah, karena adanya modal mereka dan tanggungjawabkeuangan terhadap keputusan yang mereka ambil. Perusahaan
swasta lebih berani menawarkan insentip dan gaji yang layak bagi
para manajer, Barberis dkk (1996). Perusahaan publik mungkin
akan lebih sulit mendapatkan pengakuan dari masyarakat/publik,
sehingga hukuman terhadap kegagalan memaksimalkan profit
akan lebih kasar dan keras, tetapi akan lebih baik jika mencapainya,
Phelps (1992).
3. Interpretasi dari Teori Ekonomi Neo-Classic menjelaskan bahwa
hubungan antara kepemilikan dan kinerja adalah lemah (tidak
berhubungan). Efisiensi lebih ditentukan oleh struktur pasar dantingkat kompetisi daripada siapa pemilik aset/modal, Nellis (1991).
Kompetisi atau persaingan usaha akan membuat sebuah alokasi
sumberdaya menjadi efisien, mengurangi kemerosotan manajemen
dan mendorong usaha manajemen dan pekerja, serta
memperlihatkan pengurangan biaya investasi atau perbaikan mutu
dari pengeluaran, Koning (1997).
4. Dengan adanya kompetisi, keuntungan yang lebih besar pada
perbandingan kinerja, dan pada gilirannya usaha manajemen dan
kemungkinan tingkat kebangkrutan menyebabkan insentip yang
lebih baik bagi direksi. Sebuah struktur kepemilikan ditujukan
sebagai menekan pasar, oleh karenanya, dalam jangka panjang,
setiap perusahaan yang mampu bertahan dalam persaingan usaha
akan mempunyai struktur kepemilikan yang optimal, (Demsetz dan
Lehn (1985).
5. Bagaimanapun privatisasi akan memperkuat pasar, dengan
melaksanakan efisiensi perusahan (the competition view). Menurut
Kikeri dkk (1994) banyaknya dan lemahnya BUMN akan
memperlambat pertumbuhan sektor swasta (dan akan menaikkan
persaingan). Pemerintah sering menghambat masuknya perusahaan
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
92
![Page 39: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/39.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 39/50
Stud
Kajian Ekonomi d
i Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
an Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
93
swasta yang akan bersaing dengan BUMN/SOE’s, pemberian
pinjaman oleh pemerintah kepada BUMN sering mengacaukan
pemberian kredit bagi perusahaan swasta, perbankan cenderung
beranggapan bahwa pemerintah merupakan jaminan yang harus
dipatuhi bagi pemberian kredit BUMN, ini merupakan persepsi
yang tidak menguntungkan bagi sektor swasta, dan ketidakmauan
menerima kritikan terhadap penyimpangan peraturan yang ada,
akan menaikkan biaya usaha dan membatasi kemauan
mengembangkan usaha bagi sektor swasta.
6. Bagaimanapun privatisasi akan memperkuat pasar, dengan
melaksanakan efisiensi perusahan (the competition view). Menurut
Kikeri dkk (1994) banyaknya dan lemahnya BUMN akan
memperlambat pertumbuhan sektor swasta (dan akan menaikkanpersaingan). Pemerintah sering menghambat masuknya perusahaan
swasta yang akan bersaing dengan BUMN, pemberian pinjaman
oleh pemerintah kepada BUMN sering mengacaukan pemberian
kredit bagi perusahaan swasta, perbankan cenderung beranggapan
bahwa pemerintah merupakan jaminan yang harus dipatuhi bagi
pemberian kredit BUMN, ini merupakan persepsi yang tidak
menguntungkan bagi sektor swasta, dan ketidakmauan menerima
kritikan terhadap penyimpangan peraturan yang ada, akan
menaikkan biaya usaha dan membatasi kemauan mengembangkan
usaha bagi sektor swasta. Sektor swasta lebih menginginkan adanyadisiplin bagi pasar uang komersial dibanding BUMN, hal ini terjadi
karena BUMN dijalankan dengan apa yang disebut sebagai “soft
budget constraint”, Barberis (1996). Mereka sering mendapatkan
suntikan modal dengan tingkat bunga lebih rendah dari pasar dan
banyak menerima subsidi dari pemerintah. Bagaimanapun
pendapat bahwa pandangan persaingan hanya berlaku tentu saja
jika sektor swasta lebih efektif daripada BUMN. Maka dari itu,
mengapa berdasarkan teoritis belum jelas bahwa kepemilikan akan
menentukan profitabilitas dan efisiensi yang relatip berhubungan
secara signifikan.
![Page 40: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/40.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 40/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Tabel - 5Dampak Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap Peningkatan Efisiensi & Pertumbuha
Jumlah
Kelompok Negara Target BUMNYg
diprivatisasi
PerusahaanKomersial Yg IkutPrivatisasi Massal
PerusahaanYg
terprivatisasi
PeriodePrivatisasi
Eropa Timur &Eks USSR
Albania 833 400 97 Mei 1995 - Lelang kupon,
Armenia 1100 1100 626 Oktober 94 - Maret 95Restitusi bagi membuat siste
Bulgaria 3485 968 968 Januari 96 - EMBO, 10 peruyang lain
Czhech Republik 3900 1849 1849Gel I : Mei -Desember
92Gel II: Des 93 – Nop 94
Penjualan langspontan
Georgia 1189 880 407 Juni 95 – Juli 96Lelang secara untuk sisa sah
Kazakhstan na 1712 497 April 94 – Januari 96Spontan privakas untuk perubesar, ESOP
Kyrgz Republik 1500 900 450Gel I : Jan – Des 92Gel II : Maret 94 -
Beberapa sahadengan tender
Lithuania 8457 6661 5666Kupon : 1991 – Juli 95Kas Privatisasi : Juli 95
-
Setelah privatikas (tender int JV privatisasi
Moldova 1600 1139 874 Maret 93 – Nop 95Lelang saham internasional.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
94
![Page 41: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/41.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 41/50
i Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
an Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
95
Lanjutan Tabel - 5Dampak Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap Peningkatan Efisiensi & Pertumbuha
Stud
Kajian Ekonomi d
Jumlah
Kelompok Negara Target BUMNYg
diprivatisasi
PerusahaanKomersial Yg IkutPrivatisasi Massal
PerusahaanYg
terprivatisasi
PeriodePrivatisasi
Eropa Timur &Eks USSR
Polandia 8853 1049 512 Nopember 95 -Sejalan denganEMBO dan pri
Romania 6280 3900 naOkt 92 – Juni 95
Agustus 96 -
Lelang terbuk
likuidasi dan d
Russia 20000-26000 16000 15052Agustus – Desember
92Tender investapembelian sah
Republik Slovak na 1264 530 Mei – Desember 92Penjualan langkepada pemda
Ukrania 14000 8200 3500Gel I : Maret 92 – Juli 94
Gel II : Desember 94 -EMBO, disewatender bagi inv
Uzbekistan 11800 3631 2300Tidak ada pembagian
kuponLelang, penjualewat pasar m
Sumber : Wright, Vincent, and Luisa Perrotti, 2000 , Privatization And PublicPolicy, Vol .I, diolah.
![Page 42: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/42.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 42/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
5.2 Analisis berkaitan dengan posisi dan peran pemerintah dalam proses
kebijakan privatisasi BUMN di Negara Lain
Posisi dan peran pemerintah dalam program kebijakan privatisasi
BUMN menjadi sentral mengingat di negara-negara terutama NSB, sektor
negara atau sektor yang ditangani pemerintah masih dominan dalam
memberikan kontribusi ekonomi negara atau sumbangan terhadap GDP.
Selama krisis ekonomi dunia yang dimulai pada akhir tahun 1980-an,
peran sektor pemerintah di NSB menjadi dominan hal ini terlihat dari
kontribusi sektor pemerintah yang masih diatas 50% dari PDB, dibanyak
NSB krisis dapat menjadi peluang peran pemerintah untuk memimpin
recovery ekonomi dimasing-masing negara. Walaupun kondisi politik dan
ekonomi tampaknya tidak begitu cerah tetapi beberapa negara berhasil
menunjukan kinerja pemerintahan yang berhasil melewati masa-masakrisis tersebut.
Berkaitan dengan kebijakan privatiasi BUMN di banyak NSB
ternyata peran pemerintah menunjukkan posisi yang penting hal ini
dikarenakan karakteristik NSB dimana sektor swasta belum begitu kuat
dan confidence dalam memimpin perekonomian negara. Dengan political
will yang kuat dari pemimpin eksekutif dan legislatif akan mendorong
tingkat keberhasilan kebijakan privatisasai BUMN di NSB. Jadi posisi dan
peran pemerintah dalam kebijakan privatisasi BUMN menjadi penting dan
sentral di NSB.
Interpretasi berkaitan dengan identifikasi dan analisis terhadapposisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN
dapat dilihat dari beberapa perbedaan interpretasi mengenai teori dimana
peran dan posisi pemerintah menjadi sentral dan penting mengingat
kondisi dimana sektor pemerintah dan BUMN adalah memimpin (leader )
dalam perekonomian suatu negara, kondisi ini menyebabkan dukungan
yang besar dari pemerintah terhadap kebijakan privatisasi BUMN, adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Menurut pandangan politis ( politics view), perusahaan swasta tidak
mengalami campurtangan secara politik. Shleifer dan Vishny (1994)
berpendapat bahwa campur tangan politis pada perusahaan akan
menghasilkan tenaga kerja yang berlebihan, jeleknya pemilihan
lokasi dan produk, ketiadaan investasi dan buruknya insentip bagi
para direksi. BUMN mungkin lebih rentan dimanfaatkan untuk
menekan bagi kepentingan suatu grup, sementara perusahaan swasta
dapat fokus semata-mata hanya memaksimalkan profit dan
umumnya penanam modal swasta berpandangan jangka panjang
ketika memperoleh aset yang dapat dijual. Sebaliknya pemilihan aset
yang dinikmati oleh para politisi cenderung untuk jangka pendek
dan singkat, Phelps (1992).
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
95
![Page 43: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/43.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 43/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
2. Pendapat lain, dengan tidak adanya kepentingan terhadap institusi
menjadikan pemilik perusahaan publik/swasta tidak tertarik untuk
menahan aset perusahaan (walaupun berkondisi baik) dalam jangka
panjang, namun tidak demikian bagi para politisi, dimana adanya
kepentingan lebih bersifat spekulatif dan jangka pendek, Nellis
(1999). Selanjutnya, campur tangan politisi berubah menjadi jangka
panjang dan lebih menyukai perbaikan kinerja perusahaan.
3. Pengawasan oleh pemerintah cenderung bersifat birokratis, kaku dan
lebih memenuhi kepentingan tertentu yang terlihat pada peraturan
yang ada, dimana tujuan tertentu lebih diutamakan, Nellis (1991).
Dengan kepemilikan publik, pemerintah akan menahan diri terhadap
penggunaan aset perusahaan yang akan mendorong terjadinya
pemecahbelahan perilaku dalam perusahaan. Pemerintah akanmudah dikritisi bagi tekanan politik untuk memelihara keberadaan
celah tersebut seperti upah tinggi/usaha yang rendah, tingginya dan
rasa aman dalam bekerja dsb, ini menunjukkan adanya kehilangan
insentip, Perroti dan Guney (1993).
4. Pendapat yang berlawanan mengatakan, menurut agency theory,
pemerintah adalah pemilik tunggal dan mutlak di BUMN sehingga
dapat memonitor para manajer lebih seksama, dibanding pemilik
saham perusahaan publik yang akibat banyaknya pemilik sehingga
akan bertele-tele dalam memonitor para manajernya, Dewenter dan
Malatesta (1998). Perlu ditambahkan, dalam masa perubahankepemilikan, jajaran direksi dapat lepas kontrol, hal ini disebabkan
hilangnya sebuah pegangan dasar hukum, kondisi yang vakum dan
terjadinya korupsi yang merajalela, hal ini disebabkan pemilik baru
dan manajer lebih tertarik untuk memperkaya diri sendiri dalam
waktu yang singkat. Pemilik baru akan menerima ekuiti eks-
pemerintah dengan harga sangat murah dan mempunyai alasan
untuk tidak dapat memaksimalkan profit tapi merubah ekuiti itu
menjadi keadaaan yang lebih likuid dan memilikinya dengan
memindahkannya ke bank luar negeri atau cara-cara lain pencucian
uang (money laundring).
5. Pemilik perusahaan swasta akan memilih manajer terbaik untuk
menjalankan perusahaannya agar beroperasi secara optimal (the
human capital view). Jajaran direksi di BUMN dipilih kemampuannya
sepanjang para politisi berkuasa, amanat politisi dan lobi-lobi sangat
berperan. Kebalikan dengan perusahaan publik yang
kemampuannya dipilih untuk menjalankan perusahaan secara
efisien, Barberis dkk (1998). BUMN agaknya lebih ditekankan untuk
memakai secara politis orang yang diinginkan daripada yang
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
96
![Page 44: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/44.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 44/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
mempunyai kemampuan terbaik dalam memenuhi tugas yang
diinginkan, Krueger (1990).
6. Berkaitan dengan sektor dan institusi keuangan menjadi penting
dalam keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN, dalam kondisi ini
kebijakan pemerintah yang dapat bersinergi dengan kesediaan dan
dukungan sektor dan institusi keuangan menjadi sangat penting dan
mendesak.
7. Secara makro ekonomi kebijakan dan strategi reformasi BUMN harus
didukung oleh sektor keuangan yang kuat baik dalam negeri
(domestik) maupun dukungan sektor keuangan luar negeri
(internasional). Dari studi kepustakan dapat interpretasikan bahwa
keberhasilan dan kegagalan kebijakan privatisasi BUMN di beberapa
Negara sangat tergantung kepada kesiapan dan dukungan sectorkeuangan domestik (lihat Tabel - 6).
Tabel - 6Sektor Finansial : Regulator, Operator dan Controller
Sector Financial
Markets Money CapitalProducts Debt Equty
Underlying DerivativeInstitutions Banking Non Banking Capital MarketRegulators BoI .MoF GD o FI. Mof ICMS.Mof
R e a l
(S) : Lender Investor(Is) : Commerce Bank,Rular Bank
(D): Borrowser
(S) : Investor(Is) : FinancingInvestmentInsurance
(D) : Borrowser
(S) : Investor(Is) : SecuritiesCompany
(D) : Emitens, Agents
O p e r a t o r s
S u p o r t i n g Professional and Institutions
Law Firm, Notary, Public Accountant, Financial Consultant, Stock Exchange,Administration Consultant, Clearing, Custody, Depository, Sub Broker, Valuer,Appraisal, Actuary, Rating, Agency, Data Consultant, Profider, Human,Resources Development
Controller Public, Market, Parlement, Non Government Officer (NGO), Academic and SentenceSociety, Proffesion Organization and Association, Legal and Justier,Institutions, Police, Student Union, Press
Source :Be Elaborated from Megginson William, 1998
VI. Kesimpulan, Temuan dan Rekomendasi Kebijakan
6.1 Kesimpulan
Dari illustrasi dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan mendorong pemerintah untuk memprivatisasi BUMN termasuk
aset dan jasanya, telah dapat memberikan pelajaran yang berharga dalam
mengembangkan program privatisasi yang berhasil. Kesimpulan yang
dapat diambil adalah sebagai berikutnya :
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
97
![Page 45: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/45.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 45/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
6.1.1. Berkaitan dengan kebijakan privatisasi BUMN dapat
meningkatkan efisiensi
1. Secara spesifik keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN akan
terasa dampaknya terhadap peningkatan efisiensi bila ditujukan
pada sektor-sektor yang populer di masyarakat, seperti : sektor
pertanian, sektor keuangan dan sektor perdagangan.
2. Program privatisasi memberikan proses untuk menyebarkan
kepemilikan bisnis lebih luas kepada publik, penggunaan saham
BUMN privatisasi mengakibatkan masyarakat dapat berpartisipasi
untuk mendapatkan keuntungan dari kinerja BUMN, kondisi ini
akan kondusif untuk menaikan produktifitas dan kinerja keuangan.
Artinya dengan privatisasi akan menyediakan dasar ekonomi yang
lebih luas dan memungkinkan sejumlah besar penduduk untukmempunyai keuntungan untuk berpartisipasi dan menikmati
keuntungan dari pertumbuhan perusahaan.
3. Kontribusi kebijakan privatisasi BUMN dapat dilihat dari
dampaknya terhadap perubahan tingkat efisiensi BUMN, terlihat
pada variabel kinerja BUMN pasca privatisasi , antara lain :
produksi/penjualan, permodalan, beban usaha, deviden, subsidi,
pendapatan ekspor, pendapatan impor, pengeluaran pajak.
4. Kontribusi nyata dari kebijakan privatisasi BUMN adalah dengan
bergeraknya sektor keuangan semua ini secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian nasional, seperti
terlihat pada kinerja ekonomi, seperti : konsumsi (expenditure),
investasi, pengeluaran pemerintah, tabungan, subsidi, devisa,
penerimaan pajak dan GDP.
6.1.2. Berkaitan dengan posisi dan peran pemerintah dalam proses
kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara
1. Privatisasi merupakan sebuah proses politik penting. Faktor
politik dan budaya sering membatasi jalannya dan langkah
privatisasi, sebagai hal yang menolak kebijakan ekonomi ini.Komitmen yang kuat dari pemerintah menjadi kata kunci
(keyword) dari keberhasilan kebijakan privatisasi di beberapa
Negara.
2. Ada beberapa kelompok dalam sektor publik atau private yang
mempunyai kepentingan buat kelompoknya dalam mengambil
keuntungan adanya program privatisasi. Kelompok ini
memberikan kontribusi bagi resiko yang harus dihadapi oleh
pemerintahan. Kebijakan pemerintah harus governance tetapi
adil ( fair ) bagi semua pihak yang ingin berperan dalam program
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
98
![Page 46: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/46.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 46/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
privatisasi BUMN, dari studi kepustakaan terlihat bahwa
keberhasilan program privatisasi banyak terjadi dinegara
dengan tingkat kolusi, nepotisme dan korupsi (KKN) nya
rendah.
3. Sistim politik yang stabil dan pemerintahan yang kuat menjadi
jaminan terhadap tingkat keberhasilan program privatisasi
BUMN. Investor dalam maupun luar negeri sangat
berkepentingan terhadap keamanan modal yang diinvestasikan
pada BUMN privatisasi. Sebaliknya pada negara dimana sistim
politik dan pemerintahan yang tidak stabil maka tingkat
keberhasilan program privatisasi sangatlah rendah.
4. Pemerintah yang dapat mendorong secara kondusif sektor dan
institusi keuangan mempunyai peluang untuk melihatkeberhasilan program privatisasi yang dicanangkan, sebaliknya
bila sektor dan institusi keuangan di negara tersebut tidak
dikembangkan oleh kebijakan pemerintahnya maka dapat
dipastikan bahwa program privatisasi BUMN menjadi tidak
berhasil.
6.2. Temuan
6.2.1. Kebijakan privatisasi BUMN dapat meningkatkan efisiensi
Keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN dalam meningkatkanefisiensi BUMN dapat lebih direalisasikan bila sosialisasi program
privatisasi dilakukan secara governance, profesional, konsisten sehingga
masyarakat dan investor menjadi jelas tentang manfaat program privatisasi
bagi seluruh pelaku ekonomi. Negara-negara yang mempunyai institusi
yang secara khusus menagani program privatisasi ternyata mencatat
keberhasilan dalam merealisasikan target-target privatisasi seperti nilai
dan jumlah BUMN yang diprivatisasi. Ada beberapa karakteristik institusi
yang mengelola program privatisasi tersebut, yaitu: didirikan berdasarkan
UU; mempunyai kewenangan yang luas; jangka waktu pekerjaannya
terbatas dan ditentukan (misal 3-5 tahun). Lembaga atau institusi sepertiini dapat diharapkan untuk melaksanakan kebijakan privatisasi BUMN
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
6.2.2. Posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi
BUMN
1. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
keberhasilan kebijakan program privatisasi BUMN memerlukan
dukungan organ BUMN sebagai perusahaan (RUPS, komisaris dan
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
99
![Page 47: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/47.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 47/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
direksi) dan manajemen BUMN. Hasil penelitian terhadap
kebijakan privatisasi menunjukan bahwa kebijakan privatisasi
BUMN akan berhasil dengan mengajak insan dan manajemen
BUMN untuk terlibat proses privatisasi dari awal. Resistensi akan
terjadi bila ternyata pemerintah selaku eksekutif dalam kebijakan
privatisasi tidak melakukan sosialisasi yang benar tentang manfaat
privatisasi BUMN bagi semua pihak.
2. Political will dari Negara dicirikan dengan ditetapkan UU BUMN,
UU Privatisasi dan lembaga yang powerfull dalam melaksanakan
kebijakan privatisasi BUMN menjadi faktor utama dalam
keberhasilan kebijakan privatisasi. Dalam operasionalnya political
will diwujudkan dengan kemampuan pemimpin pemerintahan dan
parlemen untuk menyusun, mengesahkan dan meratifikasi UU danperaturan yang berkaitan dalam kebijakan privatisasi BUMN,
seperti UU BUMN, UU Privatisasi dan UU Lembaga Pelaksana
Privatisasi.
3. Peran pemerintah akan sangat penting dilihat dari reformasi
BUMN, dimana dilakukan melalui tahapan proses seperti: (1)
restrukturisasi (peningkatan posisi kompetitif perusahan melalui
penajaman fokus bisnis, perbaikan skala usaha dan penciptaan core
competencies); (2) profitisasi (peningkatan secara agresif efisiensi
perusahaan sehingga mencapai profitabilitas dan nilai perusahaan
yang optimum); (3) privatisasi (peningkatan penyebarankepemilikan kepada masyarakat umum dan swasta asing maupun
domestik untuk akses pendanaan, pasar, teknologi serta kapabilitas
tingkat dunia). Esensi dari reformasi BUMN tahap awal adalah
mengantarkan BUMN untuk melakukan privatisasi baik melalui
pasar modal ( going public ) maupun non pasar modal.
6.3. Rekomendasi
Dengan mengingat kendala waktu yang sempit ketika harus
mengeluarkan keputusan terbaik dan segera (the best decision) baik yangbersifat makro kebijakan maupun mikro strategi berkaitan dengan
permasalahan kebijakan privatisasi BUMN. Keberhasilan keputusan
tersebut tentunya tergantung dari dimensi analisisnya karena keputusan
mengenai BUMN tidak hanya keputusan ekonomi dan bisnis tetapi
berdimensi sosial, politik dan hukum secara sistematik dan simple.
Rekomendasi yang dilakukan kepada otoritas kebijakan privatisasi
BUMN di Indonesia adalah mencoba melakukan optimalisasi terhadap
temuan penting yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu keberhasilan
kebijakan program privatisasi BUMN di negara lain dalam meningkatkan
efisiensi BUMN ditentukan oleh empat faktor utama, untuk itu pemerintah
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
100
![Page 48: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/48.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 48/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Indonesia dan perlemen (DPR) harus melakukan kebijakan untuk
mengoptimalkan 4 (empat) faktor tersebut, yaitu :
1. Mendukung secara full commitment mengenai political will dari
negara (dengan menengakkan UU BUMN, UU Privatisasi, dsb.)
serta menciptakan lembaga yang powerfull dalam melaksanakan
kebijakan privatisasi BUMN.
2. Memberikan contoh nyata dan leadership dari para pemimpin negara
dan politik terhadap pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN
sehingga menjadi panutan dan kepastian usaha bagi masyarakat dan
investor.
3. Memberikan kebijakan yang kondusif bagi pengembangan BUMN
sehingga mendapat dukungan dari organ BUMN sebagai
perusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) dan manajemen BUMN.Kebijakan dan sosialisasi dapat menunjang tingkat keberhasilan
program kebijakan privatisasi BUMN.
4. Menciptakan kebijakan yang kondusif sehingga tercipta sinergi dan
dukungan sektor serta institusi keuangan dalam kebijakan
privatisasi BUMN.
VII. Daftar Pustaka
Bastian, Indra, 2002, Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi, SalembaEmpat, Jakarta
Besanko, David, D., Dranoe and Mark Shanley, 2001, Economics of Strategy, John Willey and Sons, Inc., New York, USA.
Bishop, Matthew (ed.), 1995, Privatization and Economic Performance, OxfordUniversity Press Inc., New York, USA.
Damodaran, Aswath, 2001, Corporate Finance : Theory and Practice, JohnWilley and Sons, Inc., Singapore.
Daniri, Mas Achmadi, 1995, Menuju Bursa Efek Berskala Internasional,
Jakarta, Publikasi BEJ, Jakarta.
Daniri, Mas Achmad, 1995, Manfaat Sistem Perdagangan Efek TanpaPenyerahan Fisik, Jakarta
Danso, Alex, 1992, Privatization of State Owned Enterprises in Africa : TheCase of Ghana, Southeastern Political Review.
Hall Hill, 1997, Privatization in Developing Countries, Brisbane, ANUPublishing, Brisbane, Australia.
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
101
![Page 49: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/49.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 49/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Lavoie, Chiara Gratton, 2000, Essay On Privatization, PhD in Economics,Virgia State University, Blacksburg, USA.
Mardjana, Ketut, 1993, Autonomy and Political Control in Indonesian PublicEnterprises, PhD in Management, Monash University Publication,Melbourne, AUS.
Mario, Andrade and De Castro Mario A, 1999, The Privatization and ProjectFinance Adventure : Acquiring a Colombian Public Utility Company,Spring, USA.
Megginson, William L.,1998, Corporate Finance Theory, Addison WesleyEducation Publ. Inc., New York, USA
Neal S.Zank, 1993, Privatization in LDCs : Encouraging Economic Growth AndEfficiency, Edgar Publishing, USA.
Schumacher, Ute and Gladstone., H, 1993, Privatization in DevelopingEconomies : The Case of Jamaica, Edgar Publishing, USA
Peter Mc. Person, 1986, Privatization: Economic Performance Analysis, NewYork, Mc Graw Hill. USA.
Pull, David, 2000, Privatization: Conceptual and Implementations, PhD inBusiness Management, MIT Publication, Massachusett, USA
Shair, Osama J.A.R., 1998, Privatization and Development, St. Martin Press,Inc., New York, USA.
Shirley, Mary M, 1994, Privatization in Latin America : Lesson for TransitionalEurope, World Development, 22 (9), Elsevier Science Ltd, USA.
Sumantoro, 1988, Aspek-aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal di Indonesia,Ghalia Indonesia, Jakarta.
Waing Hong Po, 1999, Economic Analysis of Privatization, PhD in Economics,Virginia Polytechnic and State University, USA.
Werner Baer, 1994, Privatization in Latin America, World Economy 17 (4) ,Blackwell Publisher Ltd, USA.
-------------, 1997, Laporan Kegiatan Pasar Modal Indonesia Tahun 1997 ,BAPEPAM Jakarta
-------------, 2001, Master Plan BUMN Tahun 2002 – 2006, KantorKementrian Negara BUMN, Jakarta
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
102
![Page 50: Fiskal.depkeu.go.Id](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020101/5571fce749795991699826be/html5/thumbnails/50.jpg)
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 50/50
Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)
Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003
103