Fiskal.depkeu.go.Id

50
5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 1/50 Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara (Pandu Patriadi) STUDI BANDING KEBIJAKAN PRIVATISASI BUMN DI BEBERAPA NEGARA Oleh:  Pandu Patriadi 1   Abstraksi Dalam periode tahun 1950 hingga 1970-an, pemerintah di banyak negara mengambil bagian aktif dalam perekonomian dan BUMN (SOEs = State Owned Enterprises ) banyak berperan sebagai alat dalam melaksanakan program pemerintah. Kehadiran negara dalam kegiatan ekonomi dan bisnis diberi pembenaran argumentasi untuk mengatasi kegagalan pasar ( market failure) serta untuk memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sejak awal 1980-an dimulai dengan terjadinya krisis keuangan dan ekonomi dunia, membuat pemikiran baru muncul tentang perlunya kebijakan privatisasi BUMN sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Konsep ini menekankan persaingan pasar sebagai sarana mencapai efisiensi dan pengalihan aset pemerintah ke masyarakat (publik). Kebijakan privatisasi BUMN menjadi metode yang menjanjikan dalam mewujudkan perbaikan kinerja, efisiensi manajemen dan memenangkan persaingan usaha. Out-put dari penelitian ini adalah: (1) menyusun check list keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara dapat meningkatkan efisiensi manajemen; (2) merekomendasikan posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN sehingga dapat meningkatkan efisiensi manajemen BUMBN. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder dengan melakukan studi banding pada kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara seperti dikawasan Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa Timur. Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan kebijakan program privatisasi BUMN ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu: (1)  political will dari negara (dicirikan dengan ditetapkan UU BUMN, UU Privatisasi dan lembaga yang  powerfull dalam melaksanakan kebijakan privatisasi BUMN); (2) leadership para pemimpin negara dan politik terhadap pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN; (3) dukungan organ BUMN sebagai perusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) dan manajemen BUMN terhadap program kebijakan privatisasi BUMN; (4) kesediaan serta dukungan sektor dan institusi keuangan. Rekomendasi dari hasil penelitian adalah pemerintah sebagai eksekutor kebijakan privatisasi bersama-sama parlemen (DPR) harus mengoptimalkan ke empat faktor-faktor utama yang menentukan dalam kebijakan privatisasi BUMN. Pengalaman keberhasilan dan kegagalan, advantages dan disadvantages kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara harus menjadi benchmark dan landmark bagi kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia. I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pilihan terhadap kebijakan privatisasi BUMN (SOEs) dilakukan karena perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan bisnis perusahaan (business environments). Selain itu kebijakan privatisasi BUMN juga didorong masalah ekonomi (seperti keterkaitan BUMN dengan APBN dan pajak), masalah keuangan (strategi keuangan yang 1 Peneliti bidang keuangan dan korporasi Badan Analisia Fiskal Departemen Keuangan RI. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003 55

Transcript of Fiskal.depkeu.go.Id

Page 1: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 1/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

STUDI BANDING KEBIJAKAN PRIVATISASI BUMN

DI BEBERAPA NEGARA

Oleh: Pandu Patriadi1

 

 AbstraksiDalam periode tahun 1950 hingga 1970-an, pemerintah di banyak negara

mengambil bagian aktif dalam perekonomian dan BUMN (SOEs = State OwnedEnterprises) banyak berperan sebagai alat dalam melaksanakan program pemerintah.Kehadiran negara dalam kegiatan ekonomi dan bisnis diberi pembenaranargumentasi untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) serta untuk memacupembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sejak awal 1980-an dimulai denganterjadinya krisis keuangan dan ekonomi dunia, membuat pemikiran baru muncultentang perlunya kebijakan privatisasi BUMN sebagai strategi untuk meningkatkanefisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Konsep ini menekankan persaingan pasarsebagai sarana mencapai efisiensi dan pengalihan aset pemerintah ke masyarakat(publik). Kebijakan privatisasi BUMN menjadi metode yang menjanjikan dalammewujudkan perbaikan kinerja, efisiensi manajemen dan memenangkan persainganusaha.

Out-put dari penelitian ini adalah: (1) menyusun check list keberhasilan dankegagalan pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara dapatmeningkatkan efisiensi manajemen; (2) merekomendasikan posisi dan peranpemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN sehingga dapat meningkatkanefisiensi manajemen BUMBN. Metode penelitian bersifat deskriptif denganmenggunakan data sekunder dengan melakukan studi banding pada kebijakanprivatisasi BUMN di beberapa negara seperti dikawasan Asia, Afrika, Amerika Latindan Eropa Timur.

Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwakeberhasilan kebijakan program privatisasi BUMN ditentukan oleh empat faktorutama, yaitu: (1)  political will dari negara (dicirikan dengan ditetapkan UU BUMN,UU Privatisasi dan lembaga yang  powerfull dalam melaksanakan kebijakanprivatisasi BUMN); (2) leadership para pemimpin negara dan politik terhadappelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN; (3) dukungan organ BUMN sebagaiperusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) dan manajemen BUMN terhadapprogram kebijakan privatisasi BUMN; (4) kesediaan serta dukungan sektor daninstitusi keuangan. Rekomendasi dari hasil penelitian adalah pemerintah sebagaieksekutor kebijakan privatisasi bersama-sama parlemen (DPR) harusmengoptimalkan ke empat faktor-faktor utama yang menentukan dalam kebijakanprivatisasi BUMN. Pengalaman keberhasilan dan kegagalan, advantages dan disadvantages kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara harus menjadi

benchmark dan landmark bagi kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia.

I.  Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 

Pilihan terhadap kebijakan privatisasi BUMN (SOEs) dilakukan

karena perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan

bisnis perusahaan (business environments). Selain itu kebijakan privatisasi

BUMN juga didorong masalah ekonomi (seperti keterkaitan BUMN

dengan APBN dan pajak), masalah keuangan (strategi keuangan yang

1 Peneliti bidang keuangan dan korporasi Badan Analisia Fiskal Departemen Keuangan RI.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

55

Page 2: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 2/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

harus diambil dalam kebijakan privatisasi sesuai dengan tujuan privatisasi

tersebut), masalah   property right, hukum bisnis dan masalah politik.

Masalah terakhir ini sering menjadi penentu utama terhadap kebijakan

privatisasi BUMN di beberapa negara.

Kebijakan privatisasi dapat dipakai untuk berbagai alasan, seperti :

untuk mendapatkan kas, mendapatkan nilai tukar luar negeri,

mendapatkan utang luar negeri, mendorong pengembangan industri yang

spesifik, mendorong investasi asing; memperbaiki atau mengembangkan

pasar modal, menyebarkan kepemilikan diseluruh sektor ekonomi, dan

implementasi pasar bebas. Program privatisasi juga membantu pemerintah

untuk mengurangi defisit APBN dengan mengakhiri biaya subsidi bagi

BUMN.

Program privatisasi BUMN dibanyak negara telah terbukti dapatmeningkatkan efisiensi BUMN dan mendorong pertumbuhan ekonomi

terutama disektor-sektor infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Banyak

sektor ekonomi di negara-negara sedang bekembang (NSB) yang dicirikan

dengan intervensi pemerintah pada BUMN telah menjadi kelaziman, hal

ini merupakan efek yang merusak iklim bagi pengembangan bisnis BUMN

di beberapa negara. Kondisi usaha yang tidak sehat ini akan

mengakibatkan terjadinya: terhalangnya kompetisi, lumpuhnya semangat

kewirausahaan dan inisiatif, mengalihkan pinjaman dari kegiatan yang

produktif ke hal yang tidak produktif, dan menurunkan standar hidup

masyarakat.Ada beberapa analis ekonomi yang meneliti tentang keterlibatan

sektor publik di negara-negara yang termasuk dalam NSB, penelitian oleh

Elliot Berg (1987) memperkirakan bahwa perusahaan publik di NSB hanya

memberikan 10% dari produk domestik bruto (PDB = GDP = gross domestic

 product). Commander (1987) mengestimasi dalam tahun 1980-an para mafia

( parastatal) pada Badan Pemasaran Coklat di Ghana telah

menggelembungkan sekitar 20% dari harga resminya, akibatnya kontribusi

BUMN coklat di Ghana tersebut meningkat terhadap PDB. Penelitian Short

(1983) pada International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa

partisipasi BUMN didalam pertumbuhan ekonomi, hanya mengandalkan

kontribusi perusahaan publik tersebut bagi GDP dan dalam bentuk gross

 fixed capital. Kontribusi rata-rata BUMN di negara industri maju (industrial

countries) mencapai 9,6% - 11,1% dari produk nasional bruto (PNB = GNP =

  gross national product), hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat

antara akumulasi dana dan kontribusi perusahaan (BUMN) dengan

kondisi ekonomi di masing-masing negara. Sedangkan bagi NSB rata-rata

sebesar 8.6% - 27% dari PDB. Gambaran data-data ini mengidentifikasikan

bahwa BUMN di NSB membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk

mengerjakan produksi ditingkat yang lebih rendah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

56

Page 3: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 3/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang

mempunyai fakta bahwa hampir seluruh perusahaan yang dimiliki dan

dikelola negara atau BUMN tidak memberikan kinerja finansial yang baik,

pengembangan pasar yang memadai dan secara keseluruhan tidak mampu

menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi. Laporan Bank Dunia tentang

  public sector di Indonesia tahun 1999 menunjukkan fenomena tersebut,

yaitu: (1) kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang

sebenarnya bisa dialokasikan untuk pelayanan sosial; (2) kebanyakan

BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat; (3) kebanyakan

BUMN tidak efisien dibandingkan perusahaan swasta; dan (4) diharapkan

dengan perbaikan manajemen BUMN menghasilkan efisiensi. Proyeksi

hasil penelitian tim PSPK BAF menunjukaan bahwa tahun 2004, 2005 dan

2006 jumlah BUMN yang kinerjanya mengalami kerugian berjumlah 70

BUMN (45% dari 154 BUMN) dengan nilai total kerugian lebih besar

daripada total keuntungan BUMN yaitu sebesar Rp33,376 triliun (tahun

2004), Rp35,150 triliun dan Rp37,971 triliun (Pandu Patriadi dan Purwoko,

2003).

1.2 Permasalahan Penelitian

Di banyak negara sering dihadapkan pada dilema untuk menarik

investasi swasta dimana sebuah perusahaan publik telah ada, meskipun

telah terjadi kekurang efisiensian perusahaan publik. Keberadaan investor

asing atau domestik sering dibuat frustrasi dengan adanya perlakuan yangtidak menyenangkan dan ketidakadilan serta seringnya usaha mereka

terdepak dalam bisnis, sementara bagi pemerintah kondisi ini dijadikan

alasan untuk mempertahankan BUMNnya.

Menurut Neal S Zank (1993), secara spesifik permasalahan

kebijakan privatisasi BUMN ini dapat ditemukan dalam bidang pertanian,

keuangan serta bidang perdagangan. Di sektor pertanian, kebijakan

pemerintah dan pelaksanaan programnya yang telah menghambat operasi

pasar dan semangat kewirausahaan sebagai usaha untuk: (a) memproteksi

atau mensubsidi pendapatan pembeli dengan meyakinkan adanya harga

rendah bagi pembeli di pedesaan atas kebutuhan primer; atau (b) sebagai

pendapatan bagi pemerintah itu sendiri dengan adanya pajak yang

dikenakan bagi penjualan petani atas komoditas yang diekspor. Subsidi

pertanian dapat dikaitkan dengan pengendalian harga yang dilakukan

beberapa negara adalah dalam pemasaran dan distribusi. Penelitian

Nathan (1988) menunjukkan bahwa pemerintah sering ikut campur secara

langsung di sistem distribusi dalam proses input - output di sektor

pertanian agar dapat menjalankan kontrolnya. Intervensi pemerintah dan

mafia juga merintangi pengembangan sektor pemasaran swasta di bisnis

pertanian.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

57 

Page 4: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 4/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Di sektor keuangan (  financial system), pasar finansial yang efektif

adalah sangat diperlukan untuk mengejar pertumbuhan basis

perekonomian yang berkelanjutan. Dengan memperluas keterlibatan

pemerintah dalam sistem finansial akan menghambat perkembangan pasar

finansial yang efektif, akibat langsung adalah biaya intermediasi finansial

akan meningkat. Kebijakan regulasi bidang moneter dan finansial yang

melumpuhkan intermediasi finansial menciptakan   financial repression.

Kebijakan ini dapat berakibat buruknya sistem moneter domestik dan

pasar modal. Keterlibatan pemerintah dalam sistem finansial merupakan

partisipasi langsung sebagai bentuk kepemilikan pemerintah di institusi

finansial atau kontrol yang berlebihan pada kegiatan sektor swasta, dan

telah menghambat perkembangan pasar keuangan dan kewirausahaan

kegiatan sektor swasta. Hambatan pemerintah dalam kebebasan masuk di

pasar finansial hampir selalu mengurangi kuantitas dan kualitas pelayanan

finansial yang didapatkan, dan menghalangi atau mengubah pertumbuhan

ekonomi. Kebalikannya dengan kompetisi di perbankan dan jasa

intermediasi keuangan cenderung untuk membatasi tingkat bunga yang

dibayarkan dan diterima oleh deposan. Kompetisi ini jika dikombinasikan

dengan dilakukannya reformasi bidang finansial akan meningkatkan

efisiensi ketika jasa intermediasi keuangan diperlukan dalam mendukung

kebijakan privatisasi.

Monopoli Perdagangan (trade monopolies), bidang perdagangan

menunjukkan satu atau sedikit sektor ekonomi yang mempunyai strategidan efek saling silang dalam perekonomian, dimana sektor perdagangan di

beberapa negara biasa di dominasi oleh para mafia ( parastatals) atau aparat

yang mendukung monopoli, yang kehadirannya akan: (a) memperlihatkan

keterlibatan perusahaan swasta dalam perdagangan, yang tentunya

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi; dan (b) menciptakan rintangan

tambahan pada liberalisasi dimasa depan, yaitu ketika sektor atau industri

yang inefisien tidak dapat berjalan saat kebijakan diterapkan. Hal ini akan

memberikan proteksi disektor itu dari suatu sistem pasar, oleh karenanya

sistem perekonomian yang membatasi perdagangan internasional hampir

selalu membutuhkan kebijakan tersendiri bagi BUMN atau pemerintahuntuk menyediakan barang dan jasa yang penting. Dengan demikian sekali

diproteksi dan diisolasi dari pasar dunia, BUMN akan melanjutkan

operasinya dengan ketergantungan yang besar pada subsidi negara.

Subsidi ini akan mengurangi keterlibatan perusahaan swasta dalam

kegiatan ekspor impor komoditi tertentu, dengan demikian negara itu

menjadi terkunci dalam sebuah pola perdagangan tertentu dan

ketergantungan teknologi yang akan mempercepat hilangnya keunggulan

komparatifnya sebagai suatu hal penting dalam kegiatan ekspor.

Karena permasalahan kebijakan privatisai BUMN mempunyai

dampak yang sangat luas bagi perekonomian maka lingkup permasalahan

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

58

Page 5: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 5/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

yang akan diteliti akan dibatasi pada dampak kebijakan privatisasi kepada

efisiensi dimana efisiensi yang dimaksud adalah rasio antara hasil yang

diperoleh dengan unsur sumber daya (resources) yang dipergunakan.

Perbandingan output dan input dan berhubungan dengan biaya (cost)

sehingga disebut juga tefisiensi merupakan strtategi tepat biaya

(Komaruddin, 1994 : 269).

Tema sentral penelitian (the research problem) adalah bagaimana

posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN di

beberapa negara sehingga dapat meningkatkan efisiensi BUMN?. Dengan

melihat permasalahan dan tema sentral penelitian dapat menjadi alasan

pentingnya dilakukan penelitian dengan judul “Studi Banding Kebijakan

Privatisasi BUMN di beberapa Negara”.

1.3 Identifikasi Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan tema sentral penelitian,

maka identifikasi permasalahan penelitian (research identifications) dapat

disusun sebagai berikut :

1.  Bagaimana kebijakan privatisasi BUMN di berbagai negara dapat

meningkatkan efisiensi BUMN ?

2.  Bagaimanakah posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan

privatisasi BUMN di berbagai negara ?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian (the research aims) ini adalah untuk

mengetahui peran pemerintah dalam kebijakan privatisasi BUMN

berkaitan dengan peningkatan efisiensi BUMN di negara-negara lain.

Adapun tujuan dari penelitian (research objectives) adalah sesuai dengan

identifikasi dari permasalahan yang ada, yaitu :

1.  Untuk mengidentifikasi dan analisis seberapa jauh kebijakan

privatisasi BUMN di berbagai negara dapat meningkatkan efisiensi

BUMN.2.  Melakukan identifikasi dan analisis terhadap posisi dan peran

pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN di berbagai

negara.

1.5 Kegunaan Penelitian

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan privatisasi BUMN

di Indonesia, baik di jajaran pemerintah maupun parlemen (DPR),

sehingga mempunyai landasan conceptual framework dan operational

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

59

Page 6: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 6/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

 framework dalam meningkatkan kualitas kebijakan program privatisasi

BUMN di Indonesia. Selain itu bagi para pengambil keputusan dan

kebijakan, baik di pemerintahan maupun parlemen (DPR) di Indonesia

diharapkan advantages dan disadvantages kebijakan privatisasi BUMN di

negara-negara lain dapat menjadi pertimbangan strategik bagi program

kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia dimasa-masa mendatang.

Secara teoritis, penelitian dengan metode deskriptif dan studi

banding ini diharapkan dapat menjadi review of related literature yang

berguna bagi kalangan akademisi yang mencermati kebijakan privatisasi

BUMN. Karena studi kebijakan privatisasi BUMN merupakan studi yang

sangat populer dan diminati banyak disiplin ilmu diharapkan penelitian

ini dapat memberikan sumbangan konstruktif bagi pengembangan BUMN

di Indonesia.

II.  Konsep dan Kerangka Pemikiran Kebijakan Privatisasi BUMN

2.1 Konsep Kebijakan Privatisasi BUMN

2.1.1 Dasar Teori Kebijakan Privatisasi BUMN

Dasar pemikiran atau filosofi dari kebijakan privatisasi BUMN

adalah penekanan pada persaingan pasar sebagai sarana dalam mencapai

efisiensi dengan pengalihan aset dari negara (pemerintah) kepada

masyarakat (swasta). Pilihan privatisasi atau swastanisasi BUMN

dilakukan karena secara natural merupakan lembaga bisnis yangberorientasi kepada keuntungan dan efisiensi.

Dalam teori ekonomi dan manajemen keuangan tidak ada cara

(metode) privatisasi BUMN yang sederhana dan dapat diterapkan untuk

semua keadaan karena setiap BUMN memiliki karateristik yang berbeda.

Metode privatisasi yang dilakukan di negara lain juga tidak selalu

merupakan metode yang tepat untuk diterapkan karena masing-masing

negara berbeda budaya dan tradisi sehingga kebijakan privatisasi BUMN

harus disesuaikan dengan lingkungan keadaan yang spesifik (Madsen

Pirie, 2002).

Negara-negara yang memiliki infrastruktur keuangan yang maju

dapat melakukan privatisasi BUMN melalui pasar modal dan atau

menggunakan jasa bank komersial. Sebaliknya negara-negara yang tidak

memiliki pasar modal yang maju dapat menawarkan penjualan dengan

menggunakan sistem voucher  atau penjualan kredit kepada para manajer

dan karyawan dimana saham dijual tanpa melalui bursa saham. Lain

halnya jika BUMN memerlukan investasi baru, maka sebaiknya sasaran

penjualan BUMN diarahkan kepada investor yang memiliki uang tunai,

daripada dijual kepada para karyawan yang hanya bersedia membayar

selama beberapa tahun. (Osama, 1998, Privatization and Development).

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

60

Page 7: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 7/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Bagan - 1Definisi Privatisasi

Peacock (1930) Pemindahan kepemilikan industridari pemerintah ke sektor swasta

Beesley dan Littlechild (1980) Pembentukan perusahaan

Company Act (1980) Penjualan yg berkelanjutan

sekurangnya sebesar 50% darisaham milik pemerintah ke swasta

Shackleton (1970) Pemindahan kepemilikanperusahaan sektor publik ke

swasta

Kay dan Thompson (1970) Perubahan hubungan antara

pemerintah dengan sektor swasta

Posner (1980) Berpindahnya pengelolaan

perusahaan dari publik ke swasta

Pirie (1980) Pemindahan produksi barang dan

 jasa dari sektor publik ke sektorswasta

Clementi (1980) 

Pemindahan kepemilikan perusahaan

sektor publik ke swasta

Dunleavy (1980) Pemindahan permanen dari

aktifitas produksi barang dan jasayg dilakukan perusahaan negara

ke swasta

   K  e  s   i  m  p  u   l  a  n  :

  p  r   i  v  a   t   i  s  a  s   i  a   d  a   l  a   h  p  e  r  u   b  a   h  a  n   k  e  p  e  m   i   l   i   k  a  n  p  e  r  u  s  a   h  a  a  n  n  e  g  a  r  a

  m  e  n   j  a   d   i  m   i   l   i   k  s  w  a  s   t  a

   D

   E   F   I   N   I   S   I

   P   R   I   V   A   T   I   S   A   S   I

 Sumber : Indra Bastian 2002 diolah

Kebijakan privatisasi BUMN di pasar modal pada dasarnya adalah

kemauan politik negara ( political will) untuk melakukan proses transparan

dan pengawasan publik (  public security). Dasar pemikiran yang melatar

belakangi penjualan saham BUMN melalui pasar modal memerlukan

dukungan, seperti: (i) perilaku pemerintah dan (ii) transparansi dan

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

61

Page 8: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 8/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

pengawasan masyarakat. Perubahan politik pemerintahan akan secara

mudah mempengaruhi manajemen. Keinginan suatu rejim pemerintah

untuk menjamah tugas-tugas manajemen BUMN akan muncul kembali bila

tidak ada pengawasan publik. Disamping itu dengan kondisi struktur

kepemilikan modal yang belum merata ditakutkan penjualan saham

BUMN secara keseluruhan (total sales) dapat berakibat pengalihan

monopoli dari negara kepada swasta atau kelompok tertentu yang

mendominasi modal.

Akan tetapi dengan penjualan saham BUMN secara bertahap dan

sebagian demi sebagian (  partial sale) akan menjadi kontrol dari pemegang

saham publik dan minoritas lainnya kepada BUMN untuk menjalankan

manajemen perusahaan secara transparan. Kondisi ini secara positif akan

menjadi   policy recommendation bagi pemerintah untuk memberlakukanBUMN sebagai badan usaha komersial melalui privatisasi di pasar modal.

Bob Walker dan Betty Con (2001) berpendapat bahwa kebijakan

privatisasi BUMN dengan menjual saham (  public offering) di pasar modal

domestik maupun internasional justru dapat mengatasi kendala

konsentrasi pemilikan modal di negara-negara berkembang. Hal ini dapat

dilakukan dengan peraturan anti monopoli yang membantasi dominasi

kepemilikan saham. Kondisi ini di sisi lain tentunya menjadi stimulus bagi

BUMN yang akan masuk bursa untuk melakukan korporatisasi dan

profitisasi. Dari pengalaman negara-negara lain ditunjukan bahwa pasar

modal adalah sarana proses belajar (learning curve) yang efektif danmenjadi rujukan bagi kemajuan sektor-sektor usaha lainnya. Kebijakan

privatisasi juga merupakan terobosan dalam mengurangi dan melepaskan

politisasi BUMN yang sering menghambat kinerja manajemen BUMN.

Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan implikasi yang signifikan

terhadap perubahan structure–conduct–performance BUMN di Indonesia

yang semula bersifat birokratis menjadi bersifat kewirausahaan

(enterpreneurship) dan sadar biaya (cost conscious).

Hasil penelitian Peter Mc. Person 2 menunjukan bahwa kebijakan

privatisasi BUMN di NSB akan berjalan baik bila pemerintah dapat

memperhatikan dan melaksanakan 5 (lima) langkah strategis, yaitu: (1)

privatisasi akan berjalan cepat bila pemimpin negara/pemerintahan

memiliki komitmen kuat untuk reformasi ekonomi; (2) privatisasi tidak

akan berjalan mudah bila terjadi politisasi BUMN; sehingga mengurangi

minat investor; (3) tidak ada model tunggal untuk sukses privatisasi; (4)

model ideal dari privatisasi masih merupakan proses yang harus

disempurnakan; (5) kebijakan privatisasi bukan sekedar berarti

pemindahan kepemilikan dari negara kepada   private sector tetapi juga

2 Peter Mc. Person , 1986, Privatization:; Economic Performance Analysis, New York, Mc

Graw Hill. USA

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

62

Page 9: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 9/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

berarti diberlakukannya mekanisme pasar. Studi yang dilakukan oleh Hall

Hill (1997) dari ANU, Australia3 menunjukan bahwa program kebijakan

privatisasi akan lebih mudah apabila mendapat dukungan dari manajemen

BUMN (dewan direksi dan karyawan). Untuk mencapai tujuan tersebut

manajemen dan karyawan harus diyakinkan akan berbagai keuntungan

dari seluruh pihak dari proses tersebut. Pihak karyawan harus diberikan

informasi selengkapnya mengenai kemungkinan   job losses dan

unemployment dari kebijakan privatisasi BUMN. Bila tidak didukung

kelompok internal banyak kasus yang menyebabkan kegagalan privatisasi

seperti pada British Gas pada tahun 1980.

Penelitian akademik menunjukkan bahwa kebijakan privatisasi

BUMN akan lebih berhasil bila menerapkan Fourteen Steps of Privatization 

dari Lance Marston (1986) dengan melakukan benchmarking pengalamanprivatisasi BUMN di Mexico, seperti yang terlihat pada tabel-1. Akan tetapi

pendapat lain mengatakan bahwa keberhasilan kebijakan privatisasi di

Mexico dikarenakan dalam pelaksanaannya didukung oleh Amerika

Serikat yang terikat organisasi North American Free Trade Area (NAFTA).

Tabel - 1Tahapan Kebijakan Privatisasi BUMN di NSB

Tahap I – Pengembangan Institusi1.  Persiapan Privatisasi2.  Penilaian Terhadap

Situasi Politik3.  Menciptakan Koalisi

Sektor Swasta4.  Pengembangan

Strategi Dan PetunjukPelaksanaan

Tahap III – Transfer ke Privatisasi - Privatization Transfer  

9.  Estimasi Nilai (Value)

10.  Sosialisasi dan PengkondisianProses Privatisasi

11.  Evaluasi dan PemilihanPeserta Tender

12.  Negoisasi dan PelaksanaanTransfer

Tahap II – Pemilihan Target5.  Tinjauan Terhadap

Kebijakan6.  Survey Terhadap

Organisasi7.  Evaluasi Bisnis8.  Analisis Strategis

Tahap IV – Monitoring Hasil13.  Established Regulatory and

Oversight Mechanism 14.  Monitoring Terhadap Kinerja

dan Efisiensi

Sumber : Lance Marston, Preparing for Privatization, ICS, 1986 

2.1.2 Kebijakan Privatisasi BUMN Untuk Meningkatkan Efisiensi

Beberapa studi juga telah dilakukan pada negara-negara industri

dan berkembang untuk mempelajari secara empiris dampak dari

privatisasi. Studi pada negara-negara industri yang besar, memperlihatkan

pelaksanaan kebijakan privatisasi membuat efisiensi yang luar biasa bagi

3 Hall Hill, 1997 Privatization in Developing Countries, Brisbane, ANU Publishing,

Brisbane, Australia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

63

Page 10: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 10/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

perusahaan swasta sebagai lawan dari perusahaan publik pada struktur

pasar, daripada kepada kepemilikan, sementara studi di negara-negara

berkembang menyatakan sedikit perbedaan efisiensi antara perusahaan

publik dan perusahaan swasta, Kikeri dkk (1994).

Studi yang telah dilakukan oleh: (a) Galal, Jones, Tandon dan

Vogelsang (1994) di Inggris, Chile, Malaysia dan Mexico; (b) Megginson,

Nash dan Van Randenborgh (1994) di Austria, Canada, France, Germany,

Chile dan 13 negara lainnya; oleh (c) La Porta dan Lopez-de Silanes (1997)

di Mexico , memperlihatkan pertimbangan keuntungan ekonomi dari

adanya program privatisasi BUMN . Selanjutnya sampel yang diambil dari

500 perusahaan dilebih 32 negara, Dewenter dan Malatesta (1998)

menunjukkan bukti empiris bahwa BUMN kurang efisien dibanding

perusahaan swasta. Pada saat yang sama dilakukan pula studi untuksampel tambahan dari 63 perusahaan swasta, dan ditemukan fakta bahwa

privatisasi sendiri menaikkan kinerja perusahaan.

Sejumlah studi seperti yang dilakukan Frydman, Gray, Hessel dan

Rapaczynki (1997) juga telah dilakukan pada program privatisasi di masa

transisi, dengan mengakomodir kondisi-kondisi seperti: (a) situasi transisi

paska era komunis; (b) keadaan yang siap terhadap gejolak masa transisi

dan kondisi yang jauh dari kondisi normal; (c) menawarkan sebuah uji

hipotesa yang unik terutama tentang aturan kepemilikan dalam perilaku

korporasi, kinerja perusahaan dan efisiensi.

Tabel - 2Hubungan Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap

Kinerja dan Efisiensi

No Hipotesa yang DiujiPeneliti yang Menguji

HipotesisIndikator yang 

Dipakai

1

Privatisasi mempunyaidampak positip bagiperusahaan untukmenggerakanpertumbuhan revenue.

Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Grosfeld dan Nivet(1997); Frydman dkk (1997);Commander dkk (1996)

Penjualan (real sales) 

2Privatisasi meningkatkanprofitabilitas

Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Frydman dkk (1997);Earle dan estrin (1997);Dewenter dan Malatesta(1998).

Profit Margin(return on sales)Dan Cost per Unit 

3Privatisasi menghasilkanperbaikan pada efisiensioperasional.

Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Frydman dkk (1997);Earle dan estrin (1997);Dewenter dan Malatesta(1998); Anderson dkk (1997)

Sales per Employee

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

64

Page 11: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 11/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Lanjutan Tabel - 2Hubungan Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap

Kinerja dan Efisiensi

No Hipotesa yang Diuji Peneliti yang MengujiHipotesis

Indikator yang Dipakai

4Privatisasi tidak akanmengurangi jumlahkaryawan

Meggison dkk (1994); LaPorta dan Lopez De Silanes(1997); Frydman dkk (1997);Earle dan estrin (1997);Commander (1996).

Number of Employee

5Privatisasi berpengaruhpositip terhadap tingkatupah pekerja

La Porta dan Lopez DeSilanes (1997); Commander(1996).

Unit Labour Cost

Sumber :Yuri Perevalov, ect, 2003, diolah.

Riset BUMN di Polandia oleh Grosfeld dan Nivet (1997)

memperlihatkan bahwa dengan kendala waktu yang sempit ketika harus

mengeluarkan keputusan terbaik dan segera (the best decision) baik yang

bersifat makro kebijakan maupun mikro strategi berkaitan dengan

kebijakan privatisasi BUMN. Keberhasilan keputusan tersebut tentunya

tergantung dari dimensi analisisnya karena keputusan mengenai BUMN

tidak hanya keputusan ekonomi dan bisnis tetapi berdimensi sosial, politik

dan hukum secara sistematik dan simple, bahwa privatisasi perusahaan

yang dilakukan dengan investasi besar dan kapasitas yang besar untuk

mendapatkan pertumbuhan yang besar. Frydman dkk (1997,1998)

menemukan bahwa kepemilikan swasta secara dramatis memperbaiki

kinerja dan revenue perusahaan di Czech Republic, Hungary dan Polandia.

Anderson, Djankov, Pohl dan Claessens (1997) melakukan analisis yang

komprehensip program privatisasi dilebih dari 6.000 perusahaan industri

di Bulgaria, Republik Czech, Hungary, Polandia , Rumania, Republik

Slovakia dan Slovania memperlihatkan privatisasi terhadap perusahaan,

telah mencapai sukses dengan tingkat pertumbuhan produktifitas buruh

yang lebih baik dan pertumbuhan dalam produksi total, dibanding dengan

BUMN. Tetapi pada saat yang sama, Konings (1997) mengklaim bahwa ada

sedikit atau tidak ada perbedaaan dalam kinerja pada program privatisasidan BUMN di Slovenia, Hungary dan Romania.

Earl dan Estrin (1996) memperlihatkan bukti empirik bahwa

privatisasi di Rusia telah mempunyai dampak terhadap efisiensi

perusahaan, tetapi hampir tidak berdampak sama sekali pada struktur

pasar domestik dan penguatan “budget constraint” . Selanjutnya ditemukan

effek yang sistematis dari kepemilikan swasta pada beberapa tipe dari jenis

restrukturisasi dan produktifitas buruh. Pada tahun 1997, Earl dan Estrin

membuat analisis perbandingan pada kinerja ekonomi di lebih 2000 BUMN

Rusia serta perusahaan swasta memperlihatkan bahwa indikator basis

ekonomi perusahaan swasta lebih unggul dibanding BUMN. Kox dkk

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

65

Page 12: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 12/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

(1997) berpendapat perbedaan yang signifikan terjadi pada efektifitas

produksi dan kurang pada indikator keuangan.

Perevalov dkk (1998) menganalisis perusahaan industri di daerah

Sverdlovsk Rusia, dan mendapatkan pengaruh positip privatisasi terhadap

kinerja, walaupun pengaruh ini tidak terlihat pada proses dimasa transisi.

Saat yang sama, menurut program riset di Russia oleh World Bank,

perubahan kepemilikan umumnya kurang baik jika dikaitkan dengan

indikator kinerja seperti penjualan, upah dan pekerja (Commander dkk,

1996).

2.1.3 Dampak Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap Perekonomian

Dalam mencapai tujuan privatisasi, pemerintah harus melakukan

uji kecocokan atau studi banding antara perusahaan publik dengan swasta.Pemilihan sebuah perusahaan untuk mengikuti program privatisasi

tergantung kepada siapa penanganan privatisasi perusahaan dilakukan

untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi, mencapai inovasi,

mempunyai sistem insentip yang tepat dan sebagainya. Selanjutnya

program privatisasi menjadi tidak sekedar transfer sebuah organisasi atau

fungsi dari publik kepada sektor swasta. Hal ini merupakan proses untuk

menyelesaikan banyak tujuan pembangunan yang besar. Hubungan antara

sebuah strategi privatisasi yang sukses dan tujuan pembangunan dapat

ditemukan jika: (a) pembangunan merupakan sebuah keadaan kebijakan

yang membantu; (b) kendurnya entry pasar dan hambatan akses masuk; (c)

meluasnya kepemilikan dalam BUMN4.

Selanjutnya adanya program privatisasi BUMN, berdampak pada

perekonomian nasional seperti yang terlihat pada perubahan pada

kebijakan pemerintah dan kontrol regulasi, program privatisasi dapat

dianggap sebagai kendaraan yang memfasilitasi transisi menuju pasar

bebas dimana aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar

yang lebih kompetitif dengan jaminan bebasnya keluar dan masuk, tanpa

aturan, regulasi atau subsidi yang menjadi hambatan dalam kompetisi.

Selain itu membuat keuntungan untuk melihat kebijakan yang lebih luasterhadap efek seluruh perusahaan baik besar maupun kecil. Keadaan

kebijakan eksternal yang krusial yaitu : tarif, tingkat nilai tukar dimana

ekspor dan impor menjadi hal penting, dan regulasi bagi investor asing.

Bahkan lebih menonjol lagi adalah dalam karakter kebijakan domestik,

misalnya: keadaan pasar keuangan, termasuk akses modal; pergerakan

bebas dari harga input dan ouput; penerapan yang adil bagi pajak dan

4 Neal S.Zank,1999, Privatization in LDCs: Encouraging Economic Growth And 

 Efficiency.

 

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

66

Page 13: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 13/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

regulasi; dan kemudahan kepastian hukum dan arbitrase yang mutlak

berlaku dalam kasus-kasus perselisihan bisnis.

Program privatisasi memberikan proses untuk menyebarkan

kepemilikan bisnis lebih luas kepada publik, dimana meningkatnya

probabilitas kepemilikan bisnis tidak akan melahirkan sejumlah kecil

kelompok makmur atau konglomerat bagi industri atau keuangan.

Langkah yang diambil oleh pemimpin politik dan ekonomi dalam dalih

privatisasi akan menghancurkan pola kaku dalam kegiatan ekonomi yang

menghambat kepemilikan bagi sejumlah kelompok kecil atau kelas

masyarakat. Penggunaan saham mengambang dalam privatisasi

mengijinkan rakyat jelata umumnya dan bekerja pada perusahaan

pemerintah di bidang industri dan pertanian khususnya untuk

mendapatkan keuntungan yang dipertaruhkan bagi kesuksesanperusahaannya, dimana ini akan menunjukkan kenaikan produktifitas.

Artinya dengan privatisasi akan menyediakan dasar ekonomi yang lebih

luas dan memungkinkan sejumlah besar penduduk untuk mempunyai

keuntungan untuk berpartisipasi dan menikmati keuntungan dari

pertumbuhan perusahaan.

Tabel - 3Kontribusi BUMN Terhadap Perekonomian Nasional

BUMN

(Variabel Analisis)

NEGARA

(Benchmark)1 Produksi / penjualan 1 Konsumsi (expenditure)2 Permodalan

•  Equity•  Liabilities

2 Investasi•  Direct•  Portfolio

3 Beban Usaha 3 Pengeluaran Pemerintah(Pembangunan)

4 Dividen 4 Tabungan5 Subsidi 5 Subsidi (transfer payment)6 Pendapatan Ekspor 6 Devisa (+)7 Pendapatan Impor 7 Devisa (-)8 Pengeluaran Pajak 8 Penerimaan Pajak

9 Total Pendapatan 9 GDPSumber : Lawrence R. Jauch (1995), Business Policy and Management, diolah.

Privatisasi juga dapat dianggap sebagai suatu mekanisme dalam

menciptakan, meningkatkan dan memperbanyak kompetisi. Untuk

melakukan ini semua, program privatisasi BUMN harus diiringi pula oleh

perombakan hambatan masuk pasar dan adopsi sebuah kebijakan yang

dianggap dapat membantu perkembangan. Selanjutnya, privatisasi harus

diatur agar dapat menarik investasi swasta dengan memindahkan efek

keruwetan dari kepemilikan pemerintah. Kompetisi dalam hambatan pasar

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

67 

Page 14: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 14/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

sebelumnya sering membuat suatu perbedaan dalam kinerja dan daya

respon dari permintaan. Banyak barang dan jasa yang disediakan dengan

adanya monopoli pemerintah sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini

memberi penekanan terhadap manfaat dimana transformasi sebuah

monopoli publik pada monopoli swasta adalah terbatas pada keuntungan

ekonomi dan politik yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan

proses privatisasi.

Untuk mencapai efisiensi, suksenya program privatisasi dapat juga

diukur oleh nilai (value) yang dilepaskan dalam perusahaan seperti:

pengurangan pemanfaatan utang, produksi nilai tukar dan kontribusi

kepada GDP. Jika tidak ada unsur politik dalam program privatisasi, satu

option yang mendorong langsung kompetisi BUMN oleh perusahaan swata

adalah dengan deregulasi pasar. Hal lain untuk mencapai perubahanlingkungan kebijakan yang memperbolehkan bagi kompetisi yaitu dengan

menyakinkan untuk: (a) menghilangkan seluruh hambatan entri dan

proteksi pasar, mensubsidi dan pengukuran lainnya yang dapat

mengurangi kompetisi; (b) mengurangi monopoli pemerintah; dan (c)

mendorong efisiensi dan kemampuan BUMN untuk bekerja seperti halnya

perusahaan swasta dalam sebuah lingkungan pasar yang bebas dan

kompetitif.

Bagan - 2

Dampak Kebijakan

Privatisasi BUMN

Peningkatan

Kompetisi

Mobilisasi

Tabungan

Kapitalisasi

Pasar

Peningkatan

Kemampuan

Institusi

Sumber : Hall Hill, 1997, diolah

Instrumen

JangkaPanjang

Penyebaran

Kepemilikan

Kontrol

Regulasi

Keuntungan

Secara Ekonomi

Perubahan

Kebijakan

Pemerintah

KEBIJAKANPRIVATISASI 

BUMN

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

68

Page 15: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 15/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

2.2 Kerangka Pemikiran dan Operasional Penelitian Kebijakan

Privatisasi

Kinerja BUMN yang tidak sehat, defisit anggaran pemerintah dan

tuntutan globalisasi menjadi pendorong utama reformasi. Sedangkan pada

tahap implementasinya kendala yang terjadi seperti kapasitas pasar modal,

keterbatasan pengalaman serta belum adanya kesamaan persepsi dalam

hal regulasi menjadi hambatan yang berarti pencapaian tujuan reformasi

ini. Peran pemerintah selaku regulator dan fasilitator serta parlemen sebagai

controller  yang didukung pemberdayaan masyarakat menjadi dominan

bagi keberhasilan program privatisasi BUMNdi beberapa negara.

Kebijakan privatisasi BUMN merupakan metode perbaikan

manajemen BUMN dan ekonomi pada umumnya. Kedua metode itu

menggunakan pendekatan pasar dan persaingan sebagai sarana dalammendorong efisiensi ekonomi, (I Ketut Marjana, 1994). Dengan

menumbuhkan persaingan dan mendorong kekuatan pasar akan mencegah

intervensi birokrasi dan ikut campur kepentingan politik dalam kegiatan

perusahaan yang   going concern, sebaliknya merupakan insentif bagi

pengelola unit usaha menjadi sadar biaya (cost conscious).

Bagan - 3

Kerangka Pemikiran Kebijakan

Privatisasi BUMN 

KONDISI: BUMN Kurang Sehat

Keuangan NegaraTerbatas

Globalisasi

PERANPEMERINTAH

Regulator&

Fasilitator 

REFORMASI: Restrukturisasi 

Privatisasi Penerapan GCG 

SASARAN:

Pemulihan

Ekonomi/Sektor RiilMenunjang Keuangan

NegaraPengembangan Pasar

ModalPerluasan Pemilik

Peningkatan Daya SaingProfesionalisme,Transparansi dan

Akuntabilitas

KENDALA:

Kapasitas Pasar ModalKeterbatasan Pengalaman

Belum ada Persamaan Persepsi Regulasi 

Sumber : Master Plan BUMN 2002-2006, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

69

Page 16: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 16/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

III. Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa

Negara

3.1 Program Privatisasi BUMN Dengan Dukungan Lembaga

Internasional

Beberapa ekonom seperti Galal dkk (1994) dan Meggison dkk (1994)

berpendapat bahwa pembebanan (imposition) dari kebijakan privatisasi

BUMN dan deregulasi pada negara-negara berkembang dapat merupakan

bentuk baru dari imperialisme ekonomi. Kondisi ini menyebabkan

beberapa negara telah mengadopsi sisi advantages dari kebijakan privatisasi

dan regulasi yang mendukungnya dengan mengabaikan bantuan lembaga

internasional seperti Bank Dunia dan IMF yang didanai melalui bantuan

khususnya dari negara industri seperti Inggris, Jepang dan Amerika Serikat

(USA).Bagaimanapun skala waktu privatisasi dan regulasi pada

praktiknya ditentukan oleh pinjaman dan kondisi bantuan negara-negara

besar tersebut5. Di berbagai pemerintahan, proses privatisasi telah

disebarkan sampai pemerintahan daerah dan didalam praktiknya, latar

belakang ekonomi dan politik ternyata dominan mempengaruhi proses

privatisasi itu sendiri. Sebagai contoh di beberapa negara Afrika, dimana

BUMN dan BUMD-nya mendapatkan kritik tajam tentang ketidak

efisiensian, kekurangahlian dan tingkat korupsi yang tinggi. Bantuan

berbagai negara donor yang pada umumnya berupa pinjaman dan

biasanya mengabaikan 3 faktor diatas. Lembaga internasional yangmenyediakan pendanaan bagi program privatisasi bagi negara-negara

berkembang antara lain: World Bank atau IMF (International Monetary Fund),

Bank Pembangunan (Inter-American Development Bank, The African dan

  Asian Development Bank, Institusi-institusi Keuangan (bank, pialang,

akuntan dan konsultan manajemen).

Diantara program bantuan luar negeri (overseas aid) yang

mempromosikan inisiatif sektor publik melalui privatisasi adalah The US

 Agency for International Development (USAID). Menurut Neal S Zank (1993)

program privatisasi telah menjadi perhatian utama bagi Badan atau Agensi

dari AS untuk Pembangunan Internasional atau US Agency for International

Development (USAID) yang merupakan bantuan luar negeri (LN) secara

bilateral dari pemerintah AS. Meskipun USAID menentukan program

privatisasi sebagai peralihan fungsi, kegiatan dan organisasi dari publik ke

sektor swasta, USAID juga melihat privatisasi sebagi suatu kendaraan yang

memfasilitasi yang mengarah ke pasar bebas dan membuat kompetisi di

pasar. Kompetisi yang terjadi selama perusahaan yakin akan efisiensi

produksi dan memperbaiki standar hidup. Maka dengan memperluas

5 Indra Bastian, Privatisasi Di Indonesia : Teori dan Implementasi, Salemba Empat,

Jakarta,2002, hal 65-68.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

70

Page 17: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 17/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

cakupan program privatisasi dalam kompetisi dan efisiensi tentunya akan

memperbaiki kinerja ekonomi dan standar hidup di NSB dalam jangka

panjang.

Pada tahun 1981, USAID  memperkenalkan sebuah program yang

disebut inisiatip perusahaan swasta (Private Enterprises Initiative = PEI)

yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan di negara sedang berkembang (NSB). Inisiatip ini

didasarkan oleh suatu keyakinan bahwa operasional perusahaan swasta:

akan berorientasi pada pasar yang lebih terbuka dan kompetitif,

menunjukan keleluasaan dan memberikan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan. PEI disusun dalam 3 bagian yaitu : dialog tentang kebijakan,

bantuan pada perusahaan privat dan penggunaan sektor swasta sebagai

sebuah mekanisme jasa pengiriman.Sejak 1986 USAID telah mengarahkan pemerintahan di NSB dan

Negara Miskin dalam pelaksanaan program privatisasinya dengan

melakukan fokus utamanya dalam perubahan pengambilan kebijakan dan

menyediakan bantuan teknis. Dukungan privatisasi oleh USAID di banyak

negara tidak membutuhkan transfer sumber daya yang besar, karena

seluruh dana untuk melakukan transfer aset publik kepada sektor swasta

datang dari sumber daya sektor swasta itu sendiri. Mekanisme privatisasi

memakai: divesture penuh atau parsial,   private sale, public stock offering,

management contract, lease dan debt-equity swaps. USAID melakukan berbagai

mekanisme untuk mendukung upaya privatisasi di NSB (Schumacherdkk,1993).

Deskripsi mekanisme dalam dialog kebijakan dilakukan dengan

program-program oleh US AID, yang dilakukan oleh Shair (1998) , antara

lain: (i)   Economic Support Fund (ESF), merupakan program untuk

memajukan stabilitas ekonomi dan politik, terutama dimana AS

mempunyai kepentingan bagi kebijakan politik keamanan luar negerinya.

Bentuk bantuan ESF adalah dengan menyediakan cash transfer dan finansial

bagi impor komoditi atau bantuan proyek yaitu terdiri dari proyek

pengembangan modal dan bantuan teknis. ESF sering digunakan untuk

mendorng pemerintah di NSB dalam melakukan reformasi kebijakannya;

(ii)  PL-480 Programmes, menyediakan berbagai tipe bantuan pangan bagi

NSB terutama dalam bentuk komoditi pertanian atau pinjaman berbunga

lunak bagi pembelian komoditi pertanian AS. Umumnya dikenal sebagai

istilah program Food for Peace. Program PL-480 kadang sebagai dipakai

sebagai cara untuk mendukung upaya reformasi kebijakan pemerintahanj

di NSB; (iii) The Africa Economic Policy Reform Program (EPRP), dimulai

pada tahun fiskal 1985, dan bantuan US AID dimungkinkan dengan

memperbesar dialog kebijakan di Africa dengan target menambah bantuan

finansial di negara Africa yang berkeinginan mereformasi kebijakannya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

71

Page 18: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 18/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

(iv) Commodity Import Programs (CPIS) , merupakan program untuk

mendorong perubahan kebijakan dan memperkuat industri swasta lokal

dengan memperbolehkan perusahaan swasta untuk memperoleh dana LN

dalam mengimpor peralatan modal, material bahan mentah industri dan

suku cadang bagi industri yang produktif; (v) Project-Level Assistance dan

Technical Assistance , merupakan bantuan investasi yang ditujukan bagi

tujuan pengembangan objek khusus dengan sumberdaya tertentu dan

skala waktu. 

3.2.  Contoh Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN

di Beberapa Negara

3.2.1. Implementasi Kebijakan Privatisasi Di Negara-negara Miskin

(LCDs = Less Developing Countries) 

Dibawah ini merupakan ilustrasi dan gambaran dari pelaksanaan

kebijakan program privatisasi dalam berbagai teknik yang merupakan

bantuan oleh USAID  dalam rangka mendukung program privatisasi di

NSB atau LCDs pada dekade 1980-an (Neal S Zank, 1993):

a.  Bangladesh

USAID mendampingi program privatisasi oleh Bangladesh Agricultural

Development Corporation (BADC) secara parsial. Upaya yang dilakukan

dengan fokus pada pengembangan kompetisi penuh bagi distribusi

fertiliser terutama aspek marketing dan harga. Dalam tahap awalproyek perbaikan distribusi fertiliser, USAID memperluas aturan sektor

privat dalam memainkan fungsi pasar retail yang kritis dan

penjualannya pada tingkat lokal, yang tadinya dikontrol oleh BADC.

Pada tahap kedua aturan penjualan sektor privat ditingkatkan pada

tingkat regional dan nasional. Hasil evaluasi akhir, proyek ini secara

langsung menghasilkan perubahan kebijakan yang memfasilitasi

pembentukan sebuah pasar bebas bagi distribusi fertiliser. Pasar kini

merupakan 99% dari seluruh distribusi fertiliser dan harga retail

fertiliser telah dapat dikontrol secara penuh dan subsidi terhadap

fertiliser telah dihilangkan. Derelegulasi harga dan penghilangansubsidi mengakibatkan dampak negatif bagi penggunaan fertiliser di

Bangladesh. Kegagalan kebijakan privatisasi BUMN di Bangladesh

dikarenakan pemerintah kurang mengakomodasikan kepentingan

bisnis yang lebih luas.

b.  Costa Rica

Program ESF (Economic Support Fund) dipakai oleh USAID untuk

membangkitkan mata uang lokal yang biasa digunakan sebagai

mekanisme yang dipercaya dalam penjualan atau likuidasi bagi

perusahaan yang dilakukan oleh holding company milik negara (BUMN),

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

72

Page 19: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 19/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

yaitu Codesa. Kondisi dari 42 perusahaan Codesa adalah 9 telah dijual

pada sektor privat, 17 telah dilkuidasi, 5 diambil alih oleh kementerian

lain, 7 dalam proses likuidasi dan 3 dalam proses penjual total atau

parsial. Menurut UU , Codesa harus mempertahankan posisinya

sebagai minoritas. Perusahaan terprivatisasi yang diikutsertakan antara

lain : pemprosesan ikan tuna, produk kopi, penerbangan, transportasi,

produk aluminium, mesin pemisah biji kapas dan perusahaan agro

industri lainnya. Kebijakan privatisasi BUMN di Costa Rica secara

relatif dapat dikatakan berhasil karena pemerintah mengakomodasikan

aspek efisiensi dan economic of scale dalam bisnis.

c.  Gambia

Bantuan USAID dalam program privatisasi di Gambia adalah untuk

mendorong efisiensi dan produktivitas proses dan pemasaran dariproduk pertanian dan inputan-nya. USAID memakai pola PL-480 yang

bersama pemerintah Gambia untuk men-divest dan memprivatisasi

Gambia Produce Marketing Board (GPMB). Pembebasan bantuan pangan

dan dana mata uang lokal amat sulit dalam mengambil kebijakan

khusus dan benchmark institusi atau target Pemerintah. Kegagalan

privatisasi BUMN di Gambia dikarenakan tingkat efisiensi eksternal

yang masih rendah terutama dilihat dari dukungan yang rendah dari

lembaga keuangan yang belum terbentuk secara sempurna di negara

Afrika Selatan ini.

d. Ghana 

Dalam sebuah program peningkatan produksi pertanian, misi USAID

yang bekerja bersama pemerintah Ghana untuk memprivatisasi impor

dan distribusi fertiliser. Rincian perencanaan implementasi privatisasi

telah disiapkan dan disetujui, subsidi harga fertiliser dikurangi dari

30% ke 15% dan retail telah diperkenalkan di 2 daerah dari 10 daerah

yang ada. Secara umum kebijakan privatisasi BUMN di negara Afrika

Barat ini kurang berhasil meciptakan efisiensi di sektor pertanian.

d.  Honduras

Dorongan utama program di Honduras dan bantuan teknis USAIDdilakukan terhadap Conadi dan Cohdefor , 2 parastatal yang menguasai 66

portofolio dan 4 perusahaan. Hal ini menyedot keuangan terbesar

dalam anggaran nasional. Karena redit dan investasinya di portofolio

mencapai sekitar US$400 juta. Antara 1986 dan 1989 dilakukan

privatisasi terhadap 8 perusahaan, diantaranya: Fucensa sebuah

perusahaan pengecoran logam, diprivatisasi dengan melakukan swap 

utang dan diharapkan menghasilkan ekspor tahunannya dalam 3-4

tahun dapat mencapai $10 juta serta menciptakan 200 jenis pekerjaan

baru; Contessa, sebuah pabrikan dan eksportir funitur kualitas tinggi

dilelang pada Desember 1988 dan dijual dengan mekanisme debt-asset 

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

73

Page 20: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 20/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

swap; SIC, sebuah pabrik pabrikasi panel telah melakukan divestasi;

Pacarsa, sebuah perusahaan kertas dijual tahun 1988 dan kini hanya

memperkerjakan 75 orang; Inhomsa, pabrik funitur diberhentikan

operasinya tahun 1981 dan diprivatisasi pada tahun 1987. Kini

memperkerjakan 120 orang dan diharapkan ekspornya mencapai $ 5

  juta per tahun. Kebijakan privatisasi di negara Amerika Tengah ini

secara mikro dapat menyelamatkan kinerja BUMN karena dapat

meningkatkan efisiensi usaha akan tetapi ternyata efisiensi mikro tidak

secara langsung dapat menciptakan efisiensi pada skala makro karena

kompleksitas permasalahan politik, hukum dan ekonomi di negara-

negara Amerika Tengah.

e.   Jamaica

Program privatisasi di  Jamaica merupakan kombinasi antara bantuanteknis dan training, dialog kebijakan bersyarat yang digabung dengan

bantuan USAID dengan program ESF. Untuk itu pemerintah  Jamaica 

telah menyetujui privatisasi 39 perusahaan . Pada Desember 1986

program privatisasi yang sangat visibel dengan didukung US AID

dilakukan pada National Commercial Bank (NCB), dilanjutkan dengan

privatisasi lainnya. Hingga Juni 1987, lebih dari 70% saham pada

Carribean Cement Company dapat diperoleh dengan penawaran : 91 juta

yang dijual pada 24.000 pembeli, dengan 99% dibeli oleh karyawan

perusahaan. Dari data pasca privatisasi terdapat 27 % peningkatan

produksi dan 67% pada profit selama tahun 1987 Privatisasi parsialpada Telecomunication of Jamaica (TOJ) pada bulan September 1988

mengurangi kepemilikan pemerintah dari 53 % menjadi 40 %, dimana

lebih dari 105 juta saham dibeli oleh karyawan perusahaan dan pribadi.

TOJ diharapkan mempunyai total 17.000 pemilik saham. Dalam tahun

1988, pemerintah melakukan divestasi 1 hotelnya, salah satu dari 8

hotel yang dimiliki. Kesimpulannya dalam skala mikro kebijakan

privatisasi BUMN di Jamaica dapat menciptakan efisiensi usaha yang

signifikan terdapat kinerja BUMN.

f.  Malawi

Pada tahun 1981, Malawi memulai program privatisasinya pada

  Agricultural Development and Mareting Corporation (Admarc), akibat

kerugian besar finansial yang membahayaan sistem bank komersial.

Ketika Juli 1989, beberapa estate, 2 pengembangan pertanian besar,

sebuah perusahaan engineering, perusahaan kilang minyak dan National

Seed Company telah secara penuh dan parsial didivestasi. USAID

memberikan bantuan teknis melalui perusahaan AS yaitu Delloite Haskin

& Sells. Upaya privatisasi juga dilakukan pada beberapa aset Admarc,

yaitu: perusahaan terbesar transportasi bis, perusahaan ikan komersial,

perusahaan yang memproduksi rotan, peternakan sapi dan holding

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

74

Page 21: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 21/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

company pelelangan tembakau. Hipotesis bahwa tidak ada metode

kebijakan privatisasi BUMN yang dapat berlaku disemua negara

ternyata terbukti di Malawi akan tetapi target efisiensi usaha ternyata

masih dapat dilakukan di negara Afrika ini.

g.  Mali

Pada tahun 1985, USAID memulai sebuah Economic Policy Programme di

 Mali untuk menduung fiskal, anggaran dan reformasi terhadap

lingkungan bisnis sehingga dimungkinkan dilakukan privatisasi. Hasil

reformasi yang dilakukan terlihat dengan adanya : pengurangan 50%

tingkat payroll pajak; pengurangan 5% dari maksimum pajak bisnis dan

25% pengurangan pajak minimum keuntungan; rata-rata 17% pada

pembatasan administrasi valuasi cukai; pengkontrolan harga pada

beberapa jenis barang dan pemberlakuan aturan komersil baru. Sebuahbantuan penelitian oleh USAID yang menganalisis dan

mengembangkan pendekatan privatisasi dari jasa pengantaran

kedokteran hewan telah dilengkapi dan selanjutnya pemerintah

melegalkan praktek privat dari dokter hewan. Dalam skala ekonomi

yang relatif kecil ternyata kebijakan privatisasi BUMN di Mali dapat

meningkatkan efisiensi usaha.

h.  Senegal

USAID memakai program ESF, dengan program yang bertujuan agar

terbentuk kemandirian dan pemakaian mata uang lokal untuk

mengakselerasikan implementasi liberalisasi pasar di Senegal dan

penarikan produksi serta kegiatan pemasaran dari para parastatal.

Hasil yang tampa adalah tercapainya : (a) sekitar 75% distribusi

fertiliser kini berada ditangan sektor swasta; (b) subsidi untuk

perusahaan minyak kacang tanah yaitu biaya overhead dan stabilisasi

harga telah dapat dihilangkan pada musim tanam 1985-86; (c) subsidi

untuk kacang telah dicabut dalam masa 3 tahun akhir program pada

tahun fiskal 1988-89; (d) manajemen stok bibit Senegal telah dihilangkan

memasuki musim tanam 1987-86, dan kini perusahaan bibit kacang,

perdagangan dan pabrik kacang berada disektor swasta; (e) seluruh

hambatan yang mencabut dalam hal penyimpanan dan pergerakan

produk sereal, kecuali harga, memperbolehkan pedagang swasta dan

produsen untuk dapat bebas memasuki pasar; (f) petani diperbolehkan

untuk menjual produk sereal pada pembeli pada harga bebas, dan

pemerintah hanya menjaga harga pagu minimal.; dan (g) perusahaan

pembibitan swasta diberikan keuntungan untuk memperluas

aturannya dalam mendukung atau kegiatan konservasi hutan. Rogram

privatisasi BUMN di Senegal dapat meningkatkan kepemilikan swasta

masyarakat dan secara signifikan dapat meningkatkan eisiensi usaha.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

75

Page 22: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 22/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

3.2.2. Implementasi Kebijakan Privatisasi Di negara Eropa Timur dan eks

USSR

Gelombang privatisasi masal di negara–negara Eropa Timur dan

negara Persemakmuran Eks USSR dimulai pasca runtuhnya tembok Berlin

dan munculnya gerakan reformasi di Rusia. Karena sistem pasar modalnya

masih belum berkembang program privatisasinya dilakukan dengan

sistem kupon/voucher serta pemberian kredit bagi manajer dan karyawan.

Dampak kebijakan privatisasi diharapkan pada tahap awal minimal dapat

meningkatkan efisiensi usaha BUMN yang diprivatisasi mengingat sistim

sosialis yang selama ini berjalan tidak mengakomodasikan wacana efisiensi

usaha. Ilustrasi dibawah ini akan memberikan deskripsi tentang kebijakan

privatisasi BUMN secara masal di negara-negara eks komunis Eropa Timur

dan USSR6

:a.  Albania

Penawaran dimulai sejak Mei 1995 dengan Undang-undang Privatisasi

tahun 1991. Jumlah Target BUMN yang akan diprivatisasi mencapai

833, hingga akhir 1996 BUMN terprivatisasi mencapai jumlah 97, tidak

ada konsesi bagi manajemen untuk dapat memiliki saham dan tidak

ada pembatasan minimum bagi kepemilikan saham pemerintah kecuali

bagi perusahaan roti (51%) dan 3 perusahan elektronik. Dan uniknya

hanya 1 manajer investasi yang menangani. Efisiensi kebijakan

privatisasi sudah dimulai dari efisiensi institusi yang menjalankan

program privatisasi, hasil yang diharapkan dari kebijakan privatisasi diAlbania ternyata dapat terlihat dari efisiensi usaha BUMN yang telah

diprivatisasi.

b.  Armenia

Dengan diberlakukannya UU tentang Privatisasi, Denasionalisasi

Perusahaan Negara serta Penyelesaian Pelaksanaan pada tahun 1992

  jumlah BUMN yang ditawarkan mencapai 1100 dan penawaran

perdananya dimulai sejak Oktober 1994 hingga Maret 1995. Hingga

akhir 1996 BUMN terprivatisasi mencapai 626 perusahaan, dan

ditangani oleh 2 manajer investasi. Sedangkan konsesi kepemilikansaham bagi pekerja sebanyak 20% gratis ditambah 16% sesuai dengan

harga nominal. Pembatasan kepemilikan saham minimal pemerintah

tidak ada. Pengawasan dilakukan oleh Badan Privatisasi yang terdiri

dari komisi Privatisasi dan Menteri Privatisasi. Dampak program

privatisasi dapat menimbulkan efisiensi usaha ditingkat mikro

ekonomi pada tahap-tahap awal.

6 Wright, Vincent, and Luisa Perrotti, 2000 , Privatization And PublicPolicy, Vol .I, diolah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

76

Page 23: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 23/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

c.  Bulgaria

Dasar Undang-undangnya adalah UU Transformasi dan Privatisasi

BUMN dan BUMD tahun 1992 (di amandemen tahun 1994) dengan

penawaran dimulai pada Januari 1996. Jumlah BUMN yang ditargetkan

mencapai 3485 dan jumlah yang terjual pad periode privatisasi masal

mencapai 968 perusahaan. Bagi insider  konsesi saham yang diberikan

sebesar 20% dengan harga diskon 50%. Dari sisa sekitar 2500

perusahaan, di gelombang II program privatisasi pemerintah akan

menyisakan kepemilikannya sebanyak 30% dari jumlah saham .di

sejumlah 20% perusahaan. Kebijakan privatisasi dengan payung

hukum yang kuat sangat mendukung keberhasilan program privatisasi

BUMN di Bulgaria, sehingga efisiensi usaha dalam level mikro dapat

mengakibatkan efisiensi makro ekonomi nasional.

d.  Czhech Republik

Gelombang I program privatisasi dimulai sejak Mei 1992 hingga

Desember 1992 dan gelombang II sejak desember 1993 hingga

November 1994 dengan jumlah target BUMN mencapai 3900

perusahaan, dan yang terprivatisasi mencapai : gelombang I 988 dan

gelombang II 861 perusahaan. Dasar dasar yang dipakai adalah UU

Syarat dan Transfer Kepemilikan Pemerintah ke orang lain tahun 1991,

Program privatisasi di Republik Czhech diawasi oleh Kementrian

Kepemilikan Negara, Administrasi dan Privatisasi. Tidak ada konsesi

bagi manajemen atau pekerja. Pemerintah mempertahankankepemilikan 40 %, dan menyisakan hak veto di 45 perusahaan yang

strategis. Jumlah Manajer investasi yang terdaftar mencapai 434

perusahaan. Hipotesis yang mengatakan bahwa ketidakstabilan politik

dan keamanan ternyata berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan

program privatisasi ternyata terbukti di Republik Czheck, akibatkan

tidak terlalu berhasil program privatsasi di negara ini.

e.  Georgia

Program privatisasi di Georgia dimulai pada Juni 1995 hingga 1996

berdasarkan UU Privatisasi Bagi BUMN tahun 1991 dan diawasi oleh

Menteri Manajemen Aset Negara. Jumlah BUMN yang akan

dimasukkan program ini mencapai 1180, dan BUMN yang

terprivatisasi hingga akhir 1996 mencapai 407 perusahaan. Para pekerja

diberikan saham kepemilikan sebesar 5% secara gratis; 3% ditawarkan

dengan potongan 20% dan sekitar 28% dipasarkan kepada manajer dan

pekerja melalui lelang. Kepemilikan saham pemerintah dipertahankan

65% di sekitar 900 perusahaan. Privatisasi BUMN degan memberikan

ksempatan kepemilikan kepada karyawan BUMN (EMBO =

Employment Management Buy Out) ternyata cukup berhasil di Georgia

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

77 

Page 24: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 24/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

dan efisiensi usaha dapat ditingkatkan karena semangat rasa

kepemilikan usaha yang positif.

f. 

KazakhtanBerdasarkan UU Privatisasi 1991 periode penawaran dilakukan mulai

April 1994 hingga Januari 1996 dan pengawasan dilakukan ole Komite

Negara bagi Kepemilikan Teritorial dan Komite Privatisasi, hingga

Akhir 1996 program privatisasi masal dilakukan terhadap 497 BUMN.

 Jatah kepemilikan saham bagi pekerja dan manajer sebesar 10% secara

gratis dan kepemilikan saham minimal pemerintah dipertahankan

hingga sekitar 39%. Jumlah Manajer investasi mencapai 169 perusahaan

hingga akhir 1996. Secara signifikan program privatisasi dapat

menciptakan efisiensi di Republik Asia Tengah ini, banyak investor

dari manca negara tertarik menanamkan modalnya di negara inimengingat BUMN yang mengelola sumber daya alam (terutama

minyak, gas dan tambang) juga diprivatisasi dengan metode yang

menarik investor asing.

g.  Kyrgyz Republik

Bagi Republik Kyrgyz masa penawaran dan periode alokasi dilakukan

mulai Januari 1992 hingga Desember 1992 dengan jumlah target BUMN

yang diprivatisasi pada program massal ini mencapai 1500 dan yang

terjual hingga akhir 1996 mencapai 450. Dasar perundangan yang

digunakan adalah UU Nasionalisasi dan Privatisasi Kepemilikan

Negara tahun 1994 serta untuk pengawasannya dilakukan oleh

Pendanaan Kepemilikan Pemerintah. 5% saham dicadangkan bagi

pekerja dana manajer dan kepemilikan saham pemerintah masih ada di

580 perusahaan. Jumlah manajer investasi yang menangani sebanyak

17. Efisisensi usaha di level mikro akibat kebijakan privatisasi BUMN

ternyata dalam jangka tertentu (3 – 5 tahun) dapat menciptakan

efisiensi ekonomi makro di tingkat nasional.

h.  Lithuania

Sebagai negara persemakmuran eks USSR, Lithuania cukup besar

menyertakan BUMN pada program privatisasi massal yaitu sebanyak8.457 perusahaan dengan BUMN yang berhasil diprivatisasi mencapi

5.666 dan ditangani oleh 300-400 manajer investasi yang kemudian

dikurangi hingga tinggal 180 perusahaan. Perundangan yang

digunakan adalah UU Privatisasi Awal Perusahaan Negara tahun 1991

dan UU BUMN dan BUMD tahun 1995. Periode pembagian kupon

dilakukan sejak 1991 – Juli 1995 dan Pembayarannya dilakukan Juli

1995. Untuk pengawasannya dilakukan oleh Komite Privatisasi Pusat

dan Daerah serta Menteri Ekonomi. Awalnya 10% dari saham dari

modal dijual kepada pekerja dengan harga khusus, tapi kemudian

manajer dan pekerja diperbolehkan mendapatkan 50% saham dengan

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

78

Page 25: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 25/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

tender terbatas. Saham pemerintah dipertahankan 15% dari BUMN

terprivatisasi. Keberhasilan kebijakan privatisasi di negara yang

berbatasan langsung dengan Jerman adalah adanya dukungan efisiensi

eksternal yang berasal dari lembaga keuangan (perbankan, non bank

dan pasar modal). Unifikasi sistim ekonomi Lithuania dengan Eropa

Barat memungkinkan kebijakan privatisasi BUMN mendapat

tanggapan positif dari investor internasional. Efisiensi eksternal

ternyata berdampak positif terhadap kebijakan privatisasi BUMN di

Lithuania sehingga efisiensi usaha pada level mikro secara otomatis

dapat tercapai.

i.  Moldova

Berdasarkan UU Privatisasi 1991, distribusi kupon, penawaran

dilakukan Maret 1993 hingga nopember 1995 dibawah supervisiMenteri Privatisasi dan Administrasi Kepemilikan Negara serta Cabang

Kementerian dan Daerah. Dari 166 BUMN yang diikutsertakan, hingga

akhir 1996 telah berhasil dilakukan privatisasi bagi 874 perusahaan.

Konsesi bagi insider  perusahaan (pekerja dan manajer) adalah 20%

dengan harga nominal dan bagi suplier bidang pertanian menerima

50% saham sebagai komisi.Pemerintah menahan 16% saham

kepemilikannya. Skala ekonomi dari program privatisasi BUMN dapat

menjadi referensi keberhasilan suatu kebijakan privatisasi. Karena nilai

aset yang diprivatisasi terbatas mengakibatkan dampak program

privatisasi berupa efisiensi tidak dapat tercapai secara optimal diMoldova.

 j.  Polandia

Polandia merupakan negara Eropa Timur yang menyertakan BUMN

dalam target program privatisasi paling banyak setelah Rusia yaitu

sebanyak 8.653 perusahaan, tetapi jumlah BUMN yang terprivatisasi

hanya mencapai 512 perusahaan. Dasar hukum yang digunakan adalah

UU Privatisasi BUMN tahun 1990 dan UU Dana Investasi Nasional

tahun 1993. Jatah saham bagi pekerja dan manajer diberikan sebesar

15% secara gratis. Pemerintah menahan 25% kepemilikannya dimana

5% akan dipergunakan dalam program reprivatisasi dan 20% untuk

keperluan lain. Ketidakberhasilan program privatisasi BUMN di

Polandia dikarenakan masih enggannya pemerintah melepas

kepemilikan saham di BUMN, hal ini menyebabkan investor yang akan

membeli saham di negara ini mempertimbangkan secara selektif juga.

Akibatkan tidak banyak dana internasional yang mengalir untuk

membeli saham BUMN sehingga efisiensi usaha tidak bisa diharapkan

secara optimal di BUMN Polandia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

79

Page 26: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 26/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

k.  Russia

Setelah pecah menjadi federasi, Russia merupakan negara terbesar

yang menyertakan BUMN dalam target program privatisasinya yaitu

sebanyak 20.000 hingga 26.000 dengan perusahaan komersial yang

berpatisipasi mencapai 16.000 dan hingga akhir 1996 jumlah

perusahaan yang terprivatisasi mencapai 15.052 dan jumlah manajer

investasi yang menangani mencapai jumlah lebih dari 650 perusahaan.

Masa penawaran dimulai sejak Agustus 1992 hingga Juli 1994 dan

supervisinya dibawah otoritas Komite Federal Bagi Manajemen

Kepemilikan Negara. Jatah (konsesi) bagi insider diberikan secara

tertutup bagi manajer dan pekerja sebesar 25% saham secara gratis

serta hak sebagai tambahan untuk membeli 10% dengan diskon hingga

30%. Saham kepemilikan pemerintahan ditahan sekitar 20% oleh Badan

Kepemilikan Federal dan 5% oleh pemerintah daerah setempat sebagai

agen yang membantu menjual. Perundangan-undangan yang

digunakan adalah UU Privatisasi Negara dan Perusahaan Daerah

Federasi Rusia tahun 1991. Rusia merupakan kasus unik karena

merupakan pasar BUMN terbesar di dunia, kompleksitas masalah

politik, keamanan dan ekonomi menjadi referensi investor yang akan

membeli saham BUMN di Rusia. Banyak investor yang mendapatkan

BUMN yang baik dengan harga murah dan melalui financial

engineering dalam waktu dibawah 5 tahun telah menjadi perusahaan

yang sangat valuable dan menguntungkan. Tetapi disisi lain karenakarakteristik usaha dan manajemen warisan masa komunis

mengakibatkan banyak BUMN yang dijual tidak menemukan

pembelinya dan bahkan nilainya menjadi merosot dari waktu ke

waktu.

l.  Republik Slovak

Setelah pecah dari Czechoslovakia gelombang program privatisasi

masal di Republik Slovakia dimulai sejak Mei 1992 hingga

Desember1992 dibawah UU Syarat dan Transfer Kepemilikan

Pemerintah kepada Orang lain tahun 1991, dengan supervisi oleh

Badan Kepemilikan Nasional Kementerian Privatisasi dan PusatPrivatiasasi Masal di Kementerian Keuangan. Hingga akhir 1996

 jumlah perusahaan yang dijual mencapai 530. Tidak ada prioritas bagi

pemberian konsesi insider , tetapi amandemen memberikan kebebasan

pajak bagi investasi dalam program EMBO. Kepemilikan negara

disisakan bagi 25% perusahaan diluar program privatisasi. Ketikan

pecah dari Czechoslovakia tidak diketahui jumlah saham yam yang

tersisa pada perusahaan yang terprivatisasi. Akan tetapi secara umum

program privasasi BUMN di Slovakia dapat mencipkan efisiensi usaha

pada tingkat mikro.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

80

Page 27: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 27/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

m.  Romania

Program privatisasi masal di Romania dilakukan berdasarkan UU

privatisasi bagi Perusahaan Komersial tahun 1991 dan UU Percepatan

Privatisasi tahun 1995 dibawah kendali Perwakilan Nasional untuk

Privatisasi dari Badan Kepemilikan Negara. Jumlah target BUMN yang

dikomersialisasikan mencapai 6.280 Bagi insider perusahaan diberikan

10% saham yang ditawarkan dengan diskon 10%, dan bagi suplier serta

pelanggan di 1840 perusahaan pertanian diberikan kemudahan untuk

memiliki 20% - 33% saham. Bagi daerah tertentu 70% saham masih

dimiliki pemerintah. Dapat dikatakan bahwa walaupun dipayungi oleh

UU Privatisasi akan tetapi program privatisasi BUMN di Rumania

tidak mencapai target yang diharapkan, hal ini dikarenakan masih

enggan melepaskan sahamnya pada BUMN tertentu yang ternyatadiminati oleh investor swasta. Dilema ini sering terjadi karena

pemerintah tidak sepenuh hati melaksanakan kebijakan privatisasi

BUMN.

n.  Ukraina

  Jumlah BUMN di negara Ukraina yang menjadi target program

privatisasi mencapai jumlah 14.000 dengan jumlah perusahaan yang

terjual mencapai 3500, serta manajer investasi yang menangani mencapi

lebih dari 350. Masa pembagian kupon dan penawaran dilakukan sejak

Maret 1992 hingga Juli 1994, dan pengawasan dilakukan oleh Badan

Kepemilikan Negara. Bagi manajemen dan pekerja ditawarkan sahamsebanyak 5% dengan diskon 10%. Saham minimal kepemilikan

pemerintah sekitar 30%. Perundangan-undangan yang digunakan

adalah UU Privatisasi Aset Perusahaan Negara tahun 1992. Secara

umum kebijakan privatisasi BUMN Ukrania dapat meningkatkan

efisiensi usaha BUMN privatisasi akan tetapi secara makronasional

belum terlihat secara signifikan hal ini dikarenakan enfironment of 

business yang kurang mendukung.

o.  Uzbekistan

Negara eks USSR ini menargetkan BUMN yang dikomersialisasikandalam program privatisasi masalnya mencapai 11.800 perusahaan dan

 jumlah perusahaan yang terjual mencapai 2.300. Manajer investasi yang

menangani program ini sebanyak 30-50 perusahaan.Jumlah saham

yang dicadangkan bagi manajer dan pekerja sebanyak 23% dengan

harga nominal, sedangkan kepemilikan minimal saham pemerintah

sekitar 26%.Dasar hukum bagi program privatisasi masal di Uzbekistan

adalah Program Pemerintah untuk Denasionalisasi dan Privatisasi

tahun 1994 (Program Kabinet) dan untuk pengawsannya dilakukan

oleh Badan Kepemilikan Negara Pusat Koordinasi Pasar Modal.

Keberhasilan program privatisasi BUMN di Uzbekistan karena

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

81

Page 28: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 28/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

didukung secara konsisten oleh pimpinan negara tersebut

(pemerintahan dan parlemen) selain itu BUMN yang diprivatisasi

banyak yang merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang minyak,

gas dan pertambangan sehingga menarik investor manca negara.

Walaupun mengalami transisi sistim politik dan ekonomi dari komunis

ke pasar bebas, dampak kebijakan privatisasi berupa efisiensi usaha

secara umum bisa tercapai di Uzbekistan.

3.2.3 Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN Di negara Amerika

Latin

Krisis utang di dekade 1980an, tinggi tingkat inflasi dan stagnasi

ekonomi meyakinkan pembuat keputusan dihampir seluruh kawasan

Amerika Latin akan kebutuhan reformasi struktural agar dapatmemulihkan tingkat pertumbuhan dan kompetitif didunia internasional.

Salah satu reformasi struktural adalah dengan mundurnya peran negara

dalam keterlibatannya secara langsung pada aktivitas ekonomi. Privatisasi

diharapkan sebagai suatu metode untuk memecahkan sejumlah masalah

yang terjadi, sehingga dapat: meningkatkan efisiensi, memberikan

kontribusi bagi kebutuhan fiskal, mengurangi utang luar negeri , serta

membuat ekonomi lebih menarik bagi modal dalam dan luar negeri.

Selanjutnya dibawah ini ilustrasi pelaksanan program privatisasi di

beberapa negara utama di Amerika Latin (Shirley, 1994):

a.  Chile

Chile merupakan negara pioner dalam melaksanakan kebijakan proses

privatisasi di amerika Latin dibawah pemerintah diktator militer yang

berkuasa sejak tahun 1973 hingga 1990. Setelah terjadi kudeta pada

tahun 1974, dibawah pemerintahan Allende, 257 perusahaan dan

sekitar 3.700 lahan pertanian dikembalikan kepada pemilik semula,

tanpa melibatkan transasksi moneter. Dalam periode 1974-1978, lebih

dari 500 perusahaan dan bank di reprivatisasi, dengan melibatakan

transakasi moneter. Sejak Chile mengalami gejolak resesi hebat pada

dekade 1970an, hanya sekelompok kecil yang dapat berpartisipasidalam program reprivatisasi, yang menunjukan adanya pemusatan

kepemilikan.

Menjelang akhir 1970an, 10 grup terbesar mengkontrol lebih dari 250

korporasi dan sekitar 70% saham saham perusahaan yang

diperdagangkan di pasar modal, Maloney (1992). Ketika resesi melanda

diawal 1980an, mengancam terjadinya disintegrasi di sektor finansial,

pemerintah berusaha mengambil alih beberapa bank dan perusahaan.

Selama 1980an, pemerintah Chile mempromosikan gelombang kedua

privatisasi, yang diikuiti perusahaan, bank dan institusi keuangan yang

telah diambil alih pemerintah selama operasi penyelamatan diawal

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

82

Page 29: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 29/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

1980an. Seluruhnya bernilai sama dengan sekitar 6% dari GDP,

Hachette dan Luders (1988).

Ada 4 metode privatisasi yang dipakai yaitu : (1) popular capitalism yaitu

mengijinkan perusahaan atau perseorangan menerima pinjaman

subsidi dari bank pembangunan (CORFO) untuk membeli saham 2

bank terbesar dan dana pensiun. Menjelang 1987 telah 55.000

pemegang saham yang berpartisipasi; (2) worker capitalism yaitu

mengijinkan pekerja di sektor publik untuk membeli saham

perusahaan publik; (3) indirect popular capitalism, yaitu mengijinkan

dana pensiununtuk menginvestasikan di pasar modal dan dalam

bentuk aset yang beresiko rendah; (4) traditional capitalism, yaitu terdiri

dari penjualan blok saham kepada pembeli secara lelang langsung.

Dasar pemikirannya adalah untuk menyebarkan kepemilikan kepadamasyarakat seperti pekerja, perusahaan, grup investasi tanpa

diskriminasi antara investor domestik dan luar negeri.

Sepanjang 1990 telah 30 perusahaan publik yang diprivatisasi, seluruh

saham telah dijual oleh pemerintah. Perusahaan publik itu meliputi :

pabrik baja, perusahaan telepon, listrik, telekomunikasi, pabrik kimia,

pertambangan termasuk perusahaan penerbangan nasional. Secara

bertahap dampak kebijakan privatisai yaitu efisiensi usaha dapat

tercapai di negara Amerika Latin tepi Pasifik ini.

b.  Argentina

Program privatisasi di Argentina dimulai sejak 1989. Menjelang 1990

kebijakan privatisasi telah dilakukan pada stasiun televisi, perusahaan

petrokimia, beberapa jasa kargo kereta api, telekomunikasi, perusahan

penerbangan, perusahaan minyak dan penyelenggara jalan tol. Pada

tahun 1993 program privatisasi meluas ke perusahaan seperti:

distribusi gas, listrik, air minum, air limbah, kereta api, pelabuhan,

pelayanan pos dan berbagai macam perusahaan manufaktur. Untuk

meningkatkan nilai aset perusahaan yang akan diprivatisasi,

pemerintah membantu perusahaan publik dengan memberikan

insentip. Untuk mencapai tujuan ini dilakukan :regulasi aturan yang

memperbolehkan monopoli secara legal, pengenaan harga terhadap

pemakaian utilitas publik diijinkan untuk menutupi semua biaya (tidak

sekedar variabel cost), kontrak jangka panjang dilakukan untuk

memberikan perusahaan yang akan diprivatisasi inputan harga yang

rendah dari perusahaan publik dan atau memberikan garansi tertentu

terhadap permintaan outputnya pda haraga yang bervariasi, dan utang

perusahaan yang diprivatisasi dapat dikurangi atau dihilangkan,

tentunya dengan dianggap sebagai kewajiban tambahan. Sebagai

gantinya, pemerintah membebankan target baik secara kuantitatif

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

83

Page 30: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 30/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

maupun kualitatif bagi jasa yang telah ditransfernya, sejumlah

permintaan investasi yang diminta perusahaan.

Gelombang pertama privatisasi di Argentina dilakukan pada sektor

yang paling kompetitif, seperti telekomunikasi dan penerbangan. Ada 2

alasan: (1) sektor ini hanya memberikan dampak kecil bagi sekelompok

masyarakat yang pendapatan kecil; (2) ada alasan politis bahwa sektor

ini telah dicoba oleh pemerintahan sebelumnya, sehingga partai tidak

dapat menentangnya.

Agar penjualan BUMN dapat dilakukan secara pantas, pemerintah

memakai kekuatan regulasi dalam meningkatkan harga, yaitu dengan

membuat pinjaman palsu (quasi-rent). Negara akan mendapatkan

peningkatan dari nilai tukar, mengurangi utang luar negeri, dengan

mengurangi kebutuhan akan investasi proyek keuangan dan denganmenjanjikan adanya peningkatan pajak dari perusahaan terprivatisasi.

Menurut Petrecolla dkk (1992), belanja modal pemerintah telah

dikurangi antar tahun 1998 hingga 1991 sebesar 2 % dari GDP, yang

seharusnya didapat dari revenue privatisasi dan transfer penggunaan

modal pada sektor swasta. Kebijakan privatisasi BUMN dapat

dikatakan kurang berhasil di Argentina hal ini disebabkan oleh kondisi

yang buruk dari sistim keuangan karena salah urus kebijakan makro

ekonomi di negara ini. Hipotesis bahwa keberhasilan dan kegagalan

kebijakan privatisasi didukung oleh kelembangan keuangan di negara

tersebut ternyata terbukti di Argentina.

c.  Mexico

UUD 1917 memberikan kekuasaaan kepada pemerintah untuk

melindungi urusan ekonomi yang menyangkut hajat orang banyak,

dan hal ini dilakukan dengan adanya program nasionalisasi

perusahaan minyak asing tahun 1938 dan sistem perbankan tahun 1982.

Dalam tahun 1970 di Mexico telah ada 391 perusahaan publik, dan ini

telah meningkat menjadi 1.000 pada tahun 1982. Program privatisasi

Mexico dimulai pada masa pemerintahan De La Madrid tapi dengan

istilah disincorporation yaitu dengan UU Federal dan Parastatal Entities 

pada tahun 1986, dimana dinyatakan bahwa pemerintah menguasai

penuh sektor-sektor strategis seperti: minyak, petrokimia, tenaga listrik,

energi nuklir, komunikasi satelit, kereta api dan pelayanan pos;

sedangkan bidang yang menjadi prioritas utama dan dapat dikuasai

sektor swasta meliputi: media, transportasi dan perbankan; sementara

di sektor lain pemerintah menarik diri dan perusahaan dapat 100%

dimiliki pihak asing. Selanjutnya restrukturisasi terhadap perusahaan

pemerintah yang dilakukan, mencakup 3 bidang, yaitu: (1) pemerintah

dapat memutuskan kontrak terhadap bidang yang telah lama ada

seperti jalan, gedung dan perawatan; (2) untuk bidang tertentu seperti

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

84

Page 31: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 31/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

pendanaan pensiun, dapat dilakukan oleh sektor swasta; (3) BUMN

bidang industri dan keuangan dapat dijual ke sektor swasta.

Selama periode 1982-1985, disincorporation meluas di bidang yang tidak

menjadi prioritas yaitu penjualan perusahaan tektil, consumer good 

penting seperti kimia, komponen otomotif dsb. Akibatnya 196

perusahaan terkena, 143 dilikuidasi, 41 merger dan 11 dijual ke sektor

swasta. Pengaruh krisis ekonomi pad tahun 1985-1987, ketika harga

minyak jatuh, investasi menurun dan modal investasi lari keluar,

pemerintah menjual beberapa perusahaan dengan modal pemerintah di

perusahaan itu berkisar antara 25% hingga 50%. Pada periode ini

terjadi 406 disincorporation meliputi: 205 likuidasi, 54 merjer dan 147

dijual ke sektor swasta.

Privatisasi menjadi pilihan utama diakhir masa pemerintahan De La Madrid ketika 123 privatisasi baru disahkan yang meliputi ; 49 likuidasi,

14 merjer dan 60 penjualan. Pemerintahan Salinas de Gotari 

mengintensifkan program privatisasi termasuk diantaranya yang

termasuk dalam sektor strategis seperti :minyak, telepon,

pertambangan dan perbankan. Menjelang Maret 1991 jumlah BUMN

yang tersisa tinggal 269, dibandingkan sejumlah 1.155 pada tahun 1982.

Dalam suatu penelitian antara tahun 1982 hingga 1987, program

privatisasi Mexico telah mengurangi GDP sebesar 29,6 %. Selain itu

program ini telah memberi dampak besar bagi tenaga kerja, dimana

antara tahu 1983-1989 sekitar 200.000 pekerjaan hilang (40.000 di sektorbaja, 100.000 di minyak; 15.000 pertambangan; 5.000 truk dan mobil;

3.000 di fertilizer dan 2.000 di pabrik gula).

Keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN di Mexico juga didukung

oleh aliran dana internasional ke Mexico mengingat keanggotaan

negara tersebut pada NAFTA (North America Free Trade Area) sehingga

Amerika Serikat dan Canada sangat mendukung kebijakan privatisasi

di negara ini. Efisiensi usaha BUMN secara signifikan dapat tercapai di

Mexico.

d.  BrazilUsaha awal untuk mengendalikan meluasnya BUMN di Brasil

dilakukan pada tahun 1979 dengan dilakukannya Program Nasional

Debirokratisasi. Program ini tidak berdampak banyak bagi proses

privatisasi, tetapi digunakan pemerintah untuk lebih menekan ekspansi

yang berlebihan pada BUMN. Ketika Komisi khusus untuk nasionalisai

didirikan tahun 1981, diidentifikasikan 140 BUMN yang dapat segera

diprivatisasi dan merekomendasikan penjualan 50 perusahaan dimasa

depan.

Sepanjang tahun 1980an, gelombang privatisasi mengalami

kemunduran, hal ini dikarenakan alasan: (1) tidak adanya komitmen

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

85

Page 32: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 32/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

politik terhadap pelaksanaan program ini, seperti yang dilakukan

diawal 1980an yang hanya mempunyai kepentingan dalam

mengendalikan ekspansi daripada merubah aturannya; (2) negara

dalam keadaan resesi berat di pertengahan 1980an sehingga hanya ada

sedikit pembeli; (3) penjualan BUMN hanya dihalangi oleh perusahaan

Brasil lainnya; dan (4) agar efektive sebuah proses privatisasi skala

besar dibuat agar terjadi liberalisasi terhadap kendali pemerintah

(khususnya terhadap kontrol harga), hal ini ditolak oleh pemerintah.

Program privatisasi skala besar dilakukan pada masa pemerintahan

The Collor sejak April 1990. Komite Privatisasi yang dipimpin oleh

Presiden Bank Pembangunan Brasil (BNDES) dibentuk sebagai institusi

yang mengatur pelaksanan program privatisasi ini. Hingga Oktober

1992, 17 perusahaan telah diprivatisasi dan 24 lainnya dijadwalkanuntuk tahun 1992-1993. BUMN yang diprivatisasi kebanyakan bergerak

dibidang petrokimia, industri baja dan fertiliser, dan proses privatisasi

ini pemerintah menerima pendapatan total sebesar USD 4 milyar dan

24 BUMN lainnya akan bernilai sekitar USD 14 miliar. Kebijakan

liberalisasi yang diperkenalkan pemerintahan The Collor  ini dilakukan

dengan memperkecil tarif dan hambatan lain untuk impor. Hal ini

dilakukan karena jika privatisasi dapat meningkatkan pemberdayaan

kekuatan ekonomi di beberapa industri, maka kompetisi internasional

yang lebih besar menghasilkan sistem ekonomi yang lebih terbuka dan

akan menghindari penyalahgunaan kekuatan ekonomi. Dengandemikian pengaruh kekuatan ekonomi sekelompok tidak akan berhasil

 jika dilakukan dengan sistem pasar yang tertutup bagi kompetisi asing.

Disparitas kepemilikan aset nasional di Brasil menjadi masalah utama

mengapa kebijakan privatisasi BUMN ternyata hanya mengeser

kepemilikan pemerintah kepada kepemilikan aset nasional yang

notabene orang atau kelompok itu-itu saja. Efisiensi mikro yang

diharapkan menjadi dampak utama kebijakan privatisasi BUMN

ternyata tidak dapat terlalu diharapkan di Brasil dapat menciptakan

efisiensi.

3.3.  Implementasi Kebijakan Privatisasi BUMN Di Indonesia

Berdasarkan Masterplan BUMN Tahun 2002-2006, menunjukkan

bahwa kinerja keuangan 145 BUMN tidak diarahkan kepada mekanisme

pasar. Hal ini dapat diindikasikan oleh beberapa karasteristik dan ciri

BUMN dalam 5 tahun terakhir, yaitu tahun 1997 – 2001 sebagai berikut: (1).

produktivitas dan keuntungan BUMN sangat kecil, dari Total Laba

Rp.28.793 Milyar untuk 145 BUMN yang memberikan kontribusi laba

hanya sebanyak 120 BUMN, sedangkan 25 BUMN masih merugi sebesar

Rp.1.010 Milyar; (2). rendahnya tingkat pengembalian atas modal (ROE),

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

86

Page 33: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 33/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

dimana pada awal krisis (1997) rata-rata ROE adalah 7,11% atau lebih

rendah dari suku bunga pasar. Dan tahun 2001 telah meningkat menjadi

8,20%. Masih belum pulihnya keadaan perekonomian dunia, yang

berdampak terhadap perekonomian Indonesia tentunya akan memperberat

program privatisasi, dimana target kinerja keuangan BUMN yang ingin

dicapai adalah: pendapatan 13%/tahun, EBT 12%/tahun, Total Aset dan

Equity 8%/tahun, ROA dan ROE 4%/tahun.

Hingga tahun 2001, baru ada 8 BUMN yang diprivatisasi, dengan

melepas sekitar 25% sahamnya. Adapun keenam BUMN tersebut adalah

PT. Semen Gresik, PT. Indosat, PT. Telkom, PT.Timah, PT.BNI, PT. Aneka

Tambang, PT. Pelindo II – Jakarta dan PT. Pelindo III-Surabaya. Dari

 jumlah tersebut 4 BUMN telah melakukan initial public offering (IPO) di luar

negeri (  go international). Sejak dikeluarkannya SK Menteri KeuanganNo.826/KMK.013/1992, seharusnya terdapat 23 BUMN yang bisa

melakukan   go public, akan tetapi sampai akhir 1999 hanya 6 BUMN atau

sekitar 26 %; dan sampai awal 2002 program privatisasi untuk tahun 2001

(carry over ) yang terdiri dari 9 BUMN belum satupun yang dilaksanakan.

Dengan melihat perkembangan Pasar Modal yang tumbuh pesat

dibandingkan dengan lembaga-lembaga pembiayaan lainnya, Tap MPR

No: II/MPR/1993 Tentang GBHN secara khusus memberikan arahan agar

Pasar Modal terus dikembangkan melalui kerangka hukum yang kokoh

dan penegakan etika bisnis yang dapat melindungi pemodal, sehingga

pada gilirannya Pasar Modal dapat menjadi wahana mobilisasi danamasyarakat dalam dan luar negeri guna membiayai kebutuhan jangka

panjang dan wahana bagi pemodal untuk melakukan investasi serta sarana

pemerataan melalui penyebaran kepemilikan saham kepada masyarakat.

Dengan demikian, baik secara makro maupun mikro pasar modal

Indonesia memiliki peranan strategis dalam pertumbuban ekonomi

nasional 7 .

Tabel 4 Program Privatisasi BUMN di Indonesia Tahun 2002 - 2003A. Carry Over 2001

No Nama BUMN BidangUsaha

KepemilikanPemerintah

(%)

RencanaDijual

(%)Metode

PrivatisasiTargetDate

Keterangan

1 PT. WismaNusantaraInternational

Hotel 42 Sd 42 SS Maret Kompetitif &Minoritas

2 PT. AP II Bandara 100 Sd 49 SS Mei Kompetitif3 PT. Indofarma

TbkFarmasi 80,73 Sd 29 SS Juni Kompetitif

T7 Mas Achmad Daniri,   Manfaat Sistem Perdagangan Efek Tanpa Penyerahan Fisik ,

Jakarta, 1995, hlm: 12. Lihat pula Sumantoro,  Aspek-aspek Hukum dan Polensi Pasar 

 Modal di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm : 79. Lihat pula Sumantoro,

Pengantar tentang Pasar Modal di Indonesia, Ghalia Indonesia, 1990, hlm : 45.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

87 

Page 34: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 34/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Lanjutan A. Carry Over 2001

No Nama BUMNBidangUsaha

KepemilikanPemerintah

(%)

RencanaDijual

(%)

MetodePrivatisasi

TargetDate

Keterangan

4 PT.Kimia Farma Tbk Farmasi 90,3 Sd 51 SS Juni Kompetiif

5 PT. Indosat Tbk Telkom 65 Sd 45 Placement/ SS

  Juni/Okt Sunset

6 PT. Batubara Bukit Asam Tambang 100 Sd 35 SS Agustus Kompetitif

7  PT. Indocement TP Tbk Semen 16,87 Sd 16,87 Tender

Offer

Desember Kompetitif &Minoritas

8 PT. Semen Gresik Tbk*) Semen - - SS - Kompetitif

9 PT. Bank Mandiri **) Perbankan 100 Sd 30 IPO Juni Kompetitif

B. Usulan Tahun 2002 – 2003

No Nama BUMNBidangUsaha

KepemilikanPemerintah

(%)

RencanaDijual

(%)

MetodePrivatisasi

TargetDate

Keterangan

1 PT. Intirub Ban 9,9 Sd 9,9 SS Juli Kompetitif& Minoritas

2 PT. Atmindo Konsultan 36,6 Sd 36,6 SS Juli Kompetitif& Minoritas

3 PT. Cambrics Primissima Tekstil 52,79 Sd 52,79 SS Juli Kompetitif

4 PT. Iglas Gelas 64 Sd 64 SS Agustus Kompetitif

5 PT. Jakarta In’l Hotel Hotel 3,3 Sd 3,3 SS Agustus Kompetitif& Minoritas

6 PT. Kertas Blabak Kertas 1,64 Sd 1,64 SS Sept Kompetitif& Minoritas

7  PT. Kertas Padalarang Kertas 48,5 Sd 48,5 SS Sept Kompetitif& Minoritas

8 PT. Kertas BasukiRahmat

Kertas 10 Sd 10 SS Sept Kompetitif& Minoritas

9 PT. Indah Karya Konsultan 100 - Likuidasi Oktober Kompetitif

10 PT. Indra Karya Konsultan 100 Sd 100 AS / SS Oktober Kompetitif

11 PT. Virama Karya Konsultan 100 Sd 100 AS / SS Oktober Kompetiif

12 PT. Yodya Karya Konsultan 100 Sd 100 AS / SS Oktober Kompetitif

13 PT. Rukindo Pengerukan 100 Sd 100 SS November Kompetitif

14 PT. Rekayasa Industri Konsultan 4,97 Sd 4,97 SS November Kompetitif& Minoritas

15 PT. Angkasa Pura I Bandara 100 Sd 49 IPO/SS Desember Kompetitif

16 PT. Danareksa ***) Jasa

Keuangan

100 Sd 49 IPO/SS/

EMBO

- Kompetitif

Keterangan :*) : Masih menunggu Keputusan Pemerintah SS : Strategic Sale**) : Pelepasan saham Portapel dari Enlarged Capital IPO : Initial Public Offering ***) : Menunggu Restrukturisasi Internal EMBO : Management or Buyout 

AS : Asset Sale

  Jumlah BUMN yang direncanakan akan diprivatisasi tahun 2002

sebanyak 25 BUMN, dalam pelaksanaannya hanya mampu terjual 4

BUMN, yaitu PT. Indosat Tbk, PT. Telkom Tbk, PT TB Bukit Asam dan PT.

Wisma Nusantara Indonesia. Nilai penjualan saham keempat BUMN

tersebut mencapai Rp7.954 miliar. Rendahnya pelaksanaan privatisasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

88

Page 35: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 35/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

BUMN pada tahun 2002 tersebut antara lain disebabkan: 1) belum adanya

persepsi yang sama terhadap kebijakan privatisasi BUMN di antara 

stakeholder ; 2) belum pulihnya kondisi perekonomian nasional sehingga

berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham yang diprivatisasi;

dan 3) terbatasnya kapasitas dan kemampuan SDM yang ada untuk

menangani pelaksanaan restrukturisasi dan privatisasi BUMN dalam

 jumlah yang besar.

Untuk mengatasi permasalahan pelaksanaan privatisasi BUMN di

tahun 2002 tersebut, maka pada tahun 2003 Kementerian BUMN telah dan

akan menempuh kebijakan secara aktif dengan melaksanakan sosialisasi

dalam rangka penyamaan persepsi di antara stakeholder  terhadap

pelaksanaan privatisasi BUMN. Sementara itu dalam menghadapi

perkembangan perekonomian nasional dan dunia tahun 2004, KementerianBUMN akan menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai berikut: 1)

meningkatkan upaya revitalisasi bisnis dalam rangka meningkatkan

shareholder value BUMN yang ada; 2) meningkatkan efektivitas manajemen

BUMN, baik di tingkat komisaris, direksi, maupun karyawan; 3)

meningkatkan kualitas operasi, pelayanan dan pendapatan BUMN; 4)

menyempurnakan sistem pengadaan barang dan jasa di lingkungan

BUMN sehingga tercipta tingkat efisiensi yang semakin tinggi; 5)

melanjutkan pelaksanaan restrukturisasi dan privatisasi BUMN; 6)

meningkatkan sosialisasi tentang privatisasi BUMN di semua level 

stakeholder ; serta 7) meningkatkan kapasitas dan kemampuan SDM dilingkungan Kementerian BUMN melalui pelatihan, baik di dalam maupun

di luar negeri. Kegiatan ini diperlukan dalam rangka untuk menangani

privatisasi BUMN.

Untuk menutup defisit APBN sebesar Rp.24,417 triliun pada tahun

2004 diharapkan program privatisasi BUMN dapat memberikan kontribusi

kepada APBN minimal Rp.5 triliun. Dengan kegagalan target nilai

privatisasi APBN 2002/2003 sekitar Rp.2 triliun maka diharapkan pada

APBN tahun 2004 dapat dikontribusikan Rp.7 triliun.

IV. Metodologi Penelitian

4.1. Data, Obyek dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan ilmu ekonomi

terutama dari ilmu bidang keuangan dalam melihat kepustakaan (data

sekunder) berupa kebijakan privatisasi BUMN di negara-negara lain baik

itu negara–negara miskin, negara sedang berkembang (NSB), negara-

negara eks komunis di Eropa Timur dan bekas Uni Soviet (USSR).

 Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari

kepustakaan, web-site, jurnal dan dilihat dari tujuannya penelitian ini

dilakukan untuk memperoleh deskripsi dan gambaran mengenai kebijakan

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

89

Page 36: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 36/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

program privatisasi BUMN di negara-negara sedang berkembang dab

industri maju dilihat dari latar belakang, proses, implementasi serta

dampaknya terhadap perekonomian dan efisiensi. Studi banding secara

komprehensip dilakukan untuk dapat mengidentifikasi karasteristik

pelaksanaan kebijakan privatisasi di masing-masing negara.

4.2. Metode Analisis

Metode analisis yang dilakukan studi banding (comparative study)

dengan melakukan kajian kepustakaan mengenai kebijakan privatisasi

BUMN di negara-negara miskin, negara sedang berkembang (NSB) dan

negara negara eks Eropa Timur dan Uni Soviet (USSR), dari data-data

sekunder tersebut diharapkan dapat diidentifikasikan dan dianalisis

dampak implementasi kebijakan privatisasi BUMN dimasing-masingnegara tersebut terhadap tingkat efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.

Dari masing-masing tahapan identifikasi dan analisis tersebut akan

dapat diklasifikasikan faktor-faktor yang menjadi advantages dan

disadvantages kebijakan privatisasi di masing-masing negara, sehingga

dapat menjadi rekomendasi kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia.

Bagan - 4

Kerangka Analisis Penelitian 

Metode Analisis

Dasar Teori Kerangka Pemikiran

Studi Banding Implementasi kebijakan Privatisasi

Identifikasi Dan Analisis

Rekomendasi Kebijakan Privatisasi BUMN Di Indonesia

4.3.  Kerangka Analisis

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

90

Page 37: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 37/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

V. Analisis Kebijakan Privatisasi BUMN di Negara- negara Lain

5.1. Analisis berkaitan seberapa jauh kebijakan privatisasi BUMN dapat

meningkatkan efisiensi

Pengembangan sektor swasta (  private sector ) merupakan pembuka

 jalan bagi inisiatip sektor swasta untuk tujuan sosial yang berguna dalam

mereduksi kemiskinan yang parah. Sejalan dengan usaha-usaha yang

dilakukan oleh sektor publik, inisiatip swasta khususnya pasar kompetitif

merupakan potensi yang besar dalam pertumbuhan. Pasar privat berfungsi

sebagai mesin yang memproduksi pertumbuhan, menciptakan pekerjaan

yang produktif dan pendapatan yang lebih baik. Dengan didukung

pemerintah yang memegang peranan penting dalam regulasi, pendanaan

serta sistem pelayanan, inisiatip swasta dapat membantu menyediakan

dasar pelayanan dan syarat-syarat bagi pemberdayaan kemiskinan yaitudengan memperbaiki bidang-bidang seperti: kesehatan, pendidikan dan

infrastruktur. Dengan adanya keikutsertaan sektor swasta diberbagai

sektor telah memberikan kontribusi penting dalam menghapus  fiscal

constraint dan memperbaiki efisiensi pelayanan sektor-sektor tersebut .

Kecenderungan program privatisasi telah dimulai sejak tahun 1970 dan

1980 hingga 1990an. Negara-negara berkembang banyak yang melakukan

hal ini, yaitu dengan menyediakan pelayanan yang lebih baik akan

mendapatkan keuntungan dari kompetisi yang lebih besar serta lebih fokus

pada pelanggan.

Kondisi pada lingkungan bisnis BUMN yang berubah ternyataterjadi juga di Indonesia, disatu sisi lembaga bisnis swasta secara jelas

mempunyai orientasi melulu pada keuntungan ( profit oriented) dan efisiensi

adalah alat untuk mempertinggi tingkat keuntungan. Sedangkan disisi lain

negara adalah lembaga politik yang cenderung berorientasi pada program

sosial-politik. Sadar biaya (cost conscious) sering tidak menjadi hal yang

utama dan orientasi program sosial politik mendorong intervensi

pemerintah pada operasional BUMN menjadi dominan.

Interpretasi dari analisis terhadap dampak kebijakan privatisasi

BUMN dapat meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan

ekonomi dapat dilihat dari beberapa perbedaan teori atau pandangan (view

side) yang berpendapat bahwa perusahaan pemerintah (BUMN) kurang

efisien dibanding perusahaan publik/swasta, kondisi ini menyebabkan

dukungan yang besar terhadap kebijakan privatisasi BUMN di NSB,

adapun penjelasannya sebagai berikut:

1.  Dari sudut pandang sosial (social view), Shapiro dan Willig (1990)

menemukan bahwa BUMN di NSB dapat dijadikan adalah alat

untuk menyembuhkan kegagalan pasar dengan menerapkan

kebijaksanaan harga (  pricing policies) dengan memperhatikan biaya

sosial yang terjadi. Di negara-negara sosialis umumnya bidang

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

91

Page 38: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 38/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

usaha perusahaan BUMN memainkan peranan penting dalam

menyediakan jasa dan fungsi sosial seperti : perumahan, kesehatan,

fasilitas rekreasi, dan lainnya. Fungsi-fungsi dan pembiayaannya

akan berpengaruh negatip terhadap efektivitas kinerja BUMN

tersebut. Ada pendapat lain yang dikemukakan di negara sosialis

upah amat dibatasi dan tidak jauh berbeda antara satu pekerja dan

yang lain, dengan kondisi ini tambahan fungsi sosial dan

penyediaan jasa dapat dipertimbangkan dalam mengajukan

kegiatan yang lebih efektif.

2.  Perusahaan publik/swasta diawasi sendiri oleh kepentingan

pemilik sendiri, dimana pemilik mempunyai insentip yang kuat

untuk memaksimalkan profit dibandingkan yang dilakukan oleh

pemerintah, karena adanya modal mereka dan tanggungjawabkeuangan terhadap keputusan yang mereka ambil. Perusahaan

swasta lebih berani menawarkan insentip dan gaji yang layak bagi

para manajer, Barberis dkk (1996). Perusahaan publik mungkin

akan lebih sulit mendapatkan pengakuan dari masyarakat/publik,

sehingga hukuman terhadap kegagalan memaksimalkan profit

akan lebih kasar dan keras, tetapi akan lebih baik jika mencapainya,

Phelps (1992).

3.  Interpretasi dari Teori Ekonomi Neo-Classic menjelaskan bahwa

hubungan antara kepemilikan dan kinerja adalah lemah (tidak

berhubungan). Efisiensi lebih ditentukan oleh struktur pasar dantingkat kompetisi daripada siapa pemilik aset/modal, Nellis (1991).

Kompetisi atau persaingan usaha akan membuat sebuah alokasi

sumberdaya menjadi efisien, mengurangi kemerosotan manajemen

dan mendorong usaha manajemen dan pekerja, serta

memperlihatkan pengurangan biaya investasi atau perbaikan mutu

dari pengeluaran, Koning (1997).

4.  Dengan adanya kompetisi, keuntungan yang lebih besar pada

perbandingan kinerja, dan pada gilirannya usaha manajemen dan

kemungkinan tingkat kebangkrutan menyebabkan insentip yang

lebih baik bagi direksi. Sebuah struktur kepemilikan ditujukan

sebagai menekan pasar, oleh karenanya, dalam jangka panjang,

setiap perusahaan yang mampu bertahan dalam persaingan usaha

akan mempunyai struktur kepemilikan yang optimal, (Demsetz dan

Lehn (1985).

5.  Bagaimanapun privatisasi akan memperkuat pasar, dengan

melaksanakan efisiensi perusahan (the competition view). Menurut

Kikeri dkk (1994) banyaknya dan lemahnya BUMN akan

memperlambat pertumbuhan sektor swasta (dan akan menaikkan

persaingan). Pemerintah sering menghambat masuknya perusahaan

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

92

Page 39: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 39/50

Stud  

Kajian Ekonomi d

i Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

an Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

93

swasta yang akan bersaing dengan BUMN/SOE’s, pemberian

pinjaman oleh pemerintah kepada BUMN sering mengacaukan

pemberian kredit bagi perusahaan swasta, perbankan cenderung

beranggapan bahwa pemerintah merupakan jaminan yang harus

dipatuhi bagi pemberian kredit BUMN, ini merupakan persepsi

yang tidak menguntungkan bagi sektor swasta, dan ketidakmauan

menerima  kritikan terhadap penyimpangan peraturan yang ada,

akan menaikkan biaya usaha dan membatasi kemauan

mengembangkan usaha bagi sektor swasta.

6.  Bagaimanapun privatisasi akan memperkuat pasar, dengan

melaksanakan efisiensi perusahan (the competition view). Menurut

Kikeri dkk (1994) banyaknya dan lemahnya BUMN akan

memperlambat pertumbuhan sektor swasta (dan akan menaikkanpersaingan). Pemerintah sering menghambat masuknya perusahaan

swasta yang akan bersaing dengan BUMN, pemberian pinjaman

oleh pemerintah kepada BUMN sering mengacaukan pemberian

kredit bagi perusahaan swasta, perbankan cenderung beranggapan

bahwa pemerintah merupakan jaminan yang harus dipatuhi bagi

pemberian kredit BUMN, ini merupakan persepsi yang tidak

menguntungkan bagi sektor swasta, dan ketidakmauan menerima 

kritikan terhadap penyimpangan peraturan yang ada, akan

menaikkan biaya usaha dan membatasi kemauan mengembangkan

usaha bagi sektor swasta. Sektor swasta lebih menginginkan adanyadisiplin bagi pasar uang komersial dibanding BUMN, hal ini terjadi

karena BUMN dijalankan dengan apa yang disebut sebagai “soft

budget constraint”, Barberis (1996). Mereka sering mendapatkan

suntikan modal dengan tingkat bunga lebih rendah dari pasar dan

banyak menerima subsidi dari pemerintah. Bagaimanapun

pendapat bahwa pandangan persaingan hanya berlaku tentu saja

  jika sektor swasta lebih efektif daripada BUMN. Maka dari itu,

mengapa berdasarkan teoritis belum jelas bahwa kepemilikan akan

menentukan profitabilitas dan efisiensi yang relatip berhubungan

secara signifikan.

Page 40: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 40/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Tabel - 5Dampak Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap Peningkatan Efisiensi & Pertumbuha

 Jumlah

Kelompok Negara Target BUMNYg 

diprivatisasi

PerusahaanKomersial Yg IkutPrivatisasi Massal

PerusahaanYg 

terprivatisasi

PeriodePrivatisasi

Eropa Timur &Eks USSR

Albania 833 400 97 Mei 1995 - Lelang kupon,

Armenia 1100 1100 626 Oktober 94 - Maret 95Restitusi bagi membuat siste

Bulgaria 3485 968 968 Januari 96 - EMBO, 10 peruyang lain

Czhech Republik 3900 1849 1849Gel I : Mei -Desember

92Gel II: Des 93 – Nop 94

Penjualan langspontan

Georgia 1189 880 407 Juni 95 – Juli 96Lelang secara untuk sisa sah

Kazakhstan na 1712 497 April 94 – Januari 96Spontan privakas untuk perubesar, ESOP 

Kyrgz Republik 1500 900 450Gel I : Jan – Des 92Gel II : Maret 94 -

Beberapa sahadengan tender

Lithuania 8457 6661 5666Kupon : 1991 – Juli 95Kas Privatisasi : Juli 95

-

Setelah privatikas (tender int JV privatisasi

Moldova 1600 1139 874 Maret 93 – Nop 95Lelang saham internasional.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

94

Page 41: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 41/50

i Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

an Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

95

Lanjutan Tabel - 5Dampak Kebijakan Privatisasi BUMN Terhadap Peningkatan Efisiensi & Pertumbuha

Stud  

Kajian Ekonomi d

 Jumlah

Kelompok Negara Target BUMNYg 

diprivatisasi

PerusahaanKomersial Yg IkutPrivatisasi Massal

PerusahaanYg 

terprivatisasi

PeriodePrivatisasi

Eropa Timur &Eks USSR

Polandia 8853 1049 512 Nopember 95 -Sejalan denganEMBO dan pri

Romania 6280 3900 naOkt 92 – Juni 95

Agustus 96 -

Lelang terbuk

likuidasi dan d

Russia 20000-26000 16000 15052Agustus – Desember

92Tender investapembelian sah

Republik Slovak na 1264 530 Mei – Desember 92Penjualan langkepada pemda

Ukrania 14000 8200 3500Gel I : Maret 92 – Juli 94

Gel II : Desember 94 -EMBO, disewatender bagi inv

Uzbekistan 11800 3631 2300Tidak ada pembagian

kuponLelang, penjualewat pasar m

Sumber : Wright, Vincent, and Luisa Perrotti, 2000 , Privatization And PublicPolicy, Vol .I, diolah. 

Page 42: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 42/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

5.2 Analisis berkaitan dengan posisi dan peran pemerintah dalam proses

kebijakan privatisasi BUMN di Negara Lain

Posisi dan peran pemerintah dalam program kebijakan privatisasi

BUMN menjadi sentral mengingat di negara-negara terutama NSB, sektor

negara atau sektor yang ditangani pemerintah masih dominan dalam

memberikan kontribusi ekonomi negara atau sumbangan terhadap GDP.

Selama krisis ekonomi dunia yang dimulai pada akhir tahun 1980-an,

peran sektor pemerintah di NSB menjadi dominan hal ini terlihat dari

kontribusi sektor pemerintah yang masih diatas 50% dari PDB, dibanyak

NSB krisis dapat menjadi peluang peran pemerintah untuk memimpin

recovery ekonomi dimasing-masing negara. Walaupun kondisi politik dan

ekonomi tampaknya tidak begitu cerah tetapi beberapa negara berhasil

menunjukan kinerja pemerintahan yang berhasil melewati masa-masakrisis tersebut.

Berkaitan dengan kebijakan privatiasi BUMN di banyak NSB

ternyata peran pemerintah menunjukkan posisi yang penting hal ini

dikarenakan karakteristik NSB dimana sektor swasta belum begitu kuat

dan confidence dalam memimpin perekonomian negara. Dengan  political

will yang kuat dari pemimpin eksekutif dan legislatif akan mendorong

tingkat keberhasilan kebijakan privatisasai BUMN di NSB. Jadi posisi dan

peran pemerintah dalam kebijakan privatisasi BUMN menjadi penting dan

sentral di NSB.

Interpretasi berkaitan dengan identifikasi dan analisis terhadapposisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi BUMN

dapat dilihat dari beberapa perbedaan interpretasi mengenai teori dimana

peran dan posisi pemerintah menjadi sentral dan penting mengingat

kondisi dimana sektor pemerintah dan BUMN adalah memimpin (leader )

dalam perekonomian suatu negara, kondisi ini menyebabkan dukungan

yang besar dari pemerintah terhadap kebijakan privatisasi BUMN, adapun

penjelasannya sebagai berikut:

1. Menurut pandangan politis (  politics view), perusahaan swasta tidak

mengalami campurtangan secara politik. Shleifer dan Vishny (1994)

berpendapat bahwa campur tangan politis pada perusahaan akan

menghasilkan tenaga kerja yang berlebihan, jeleknya pemilihan

lokasi dan produk, ketiadaan investasi dan buruknya insentip bagi

para direksi. BUMN mungkin lebih rentan dimanfaatkan untuk

menekan bagi kepentingan suatu grup, sementara perusahaan swasta

dapat fokus semata-mata hanya memaksimalkan profit dan

umumnya penanam modal swasta berpandangan jangka panjang

ketika memperoleh aset yang dapat dijual. Sebaliknya pemilihan aset

yang dinikmati oleh para politisi cenderung untuk jangka pendek

dan singkat, Phelps (1992).

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

95

Page 43: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 43/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

2. Pendapat lain, dengan tidak adanya kepentingan terhadap institusi

menjadikan pemilik perusahaan publik/swasta tidak tertarik untuk

menahan aset perusahaan (walaupun berkondisi baik) dalam jangka

panjang, namun tidak demikian bagi para politisi, dimana adanya

kepentingan lebih bersifat spekulatif dan jangka pendek, Nellis

(1999). Selanjutnya, campur tangan politisi berubah menjadi jangka

panjang dan lebih menyukai perbaikan kinerja perusahaan.

3. Pengawasan oleh pemerintah cenderung bersifat birokratis, kaku dan

lebih memenuhi kepentingan tertentu yang terlihat pada peraturan

yang ada, dimana tujuan tertentu lebih diutamakan, Nellis (1991).

Dengan kepemilikan publik, pemerintah akan menahan diri terhadap

penggunaan aset perusahaan yang akan mendorong terjadinya

pemecahbelahan perilaku dalam perusahaan. Pemerintah akanmudah dikritisi bagi tekanan politik untuk memelihara keberadaan

celah tersebut seperti upah tinggi/usaha yang rendah, tingginya dan

rasa aman dalam bekerja dsb, ini menunjukkan adanya kehilangan

insentip, Perroti dan Guney (1993).

4. Pendapat yang berlawanan mengatakan, menurut agency theory,

pemerintah adalah pemilik tunggal dan mutlak di BUMN sehingga

dapat memonitor para manajer lebih seksama, dibanding pemilik

saham perusahaan publik yang akibat banyaknya pemilik sehingga

akan bertele-tele dalam memonitor para manajernya, Dewenter dan

Malatesta (1998). Perlu ditambahkan, dalam masa perubahankepemilikan, jajaran direksi dapat lepas kontrol, hal ini disebabkan

hilangnya sebuah pegangan dasar hukum, kondisi yang vakum dan

terjadinya korupsi yang merajalela, hal ini disebabkan pemilik baru

dan manajer lebih tertarik untuk memperkaya diri sendiri dalam

waktu yang singkat. Pemilik baru akan menerima ekuiti eks-

pemerintah dengan harga sangat murah dan mempunyai alasan

untuk tidak dapat memaksimalkan profit tapi merubah ekuiti itu

menjadi keadaaan yang lebih likuid dan memilikinya dengan

memindahkannya ke bank luar negeri atau cara-cara lain pencucian

uang (money laundring).

5. Pemilik perusahaan swasta akan memilih manajer terbaik untuk

menjalankan perusahaannya agar beroperasi secara optimal (the

human capital view). Jajaran direksi di BUMN dipilih kemampuannya

sepanjang para politisi berkuasa, amanat politisi dan lobi-lobi sangat

berperan. Kebalikan dengan perusahaan publik yang

kemampuannya dipilih untuk menjalankan perusahaan secara

efisien, Barberis dkk (1998). BUMN agaknya lebih ditekankan untuk

memakai secara politis orang yang diinginkan daripada yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

96

Page 44: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 44/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

mempunyai kemampuan terbaik dalam memenuhi tugas yang

diinginkan, Krueger (1990).

6. Berkaitan dengan sektor dan institusi keuangan menjadi penting

dalam keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN, dalam kondisi ini

kebijakan pemerintah yang dapat bersinergi dengan kesediaan dan

dukungan sektor dan institusi keuangan menjadi sangat penting dan

mendesak.

7. Secara makro ekonomi kebijakan dan strategi reformasi BUMN harus

didukung oleh sektor keuangan yang kuat baik dalam negeri

(domestik) maupun dukungan sektor keuangan luar negeri

(internasional). Dari studi kepustakan dapat interpretasikan bahwa

keberhasilan dan kegagalan kebijakan privatisasi BUMN di beberapa

Negara sangat tergantung kepada kesiapan dan dukungan sectorkeuangan domestik (lihat Tabel - 6).

Tabel - 6Sektor Finansial : Regulator, Operator dan Controller  

Sector Financial

Markets Money CapitalProducts Debt Equty

Underlying DerivativeInstitutions Banking Non Banking Capital MarketRegulators BoI .MoF GD o FI. Mof ICMS.Mof

   R  e  a   l

(S) : Lender Investor(Is) : Commerce Bank,Rular Bank

(D): Borrowser

(S) : Investor(Is) : FinancingInvestmentInsurance

(D) : Borrowser

(S) : Investor(Is) : SecuritiesCompany

(D) : Emitens, Agents

   O  p  e  r  a   t  o  r  s

   S  u  p  o  r   t   i  n  g Professional and Institutions

Law Firm, Notary, Public Accountant, Financial Consultant, Stock Exchange,Administration Consultant, Clearing, Custody, Depository, Sub Broker, Valuer,Appraisal, Actuary, Rating, Agency, Data Consultant, Profider, Human,Resources Development

Controller Public, Market, Parlement, Non Government Officer (NGO), Academic and SentenceSociety, Proffesion Organization and Association, Legal and Justier,Institutions, Police, Student Union, Press

Source :Be Elaborated from Megginson William, 1998

VI. Kesimpulan, Temuan dan Rekomendasi Kebijakan

6.1 Kesimpulan

Dari illustrasi dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

dengan mendorong pemerintah untuk memprivatisasi BUMN termasuk

aset dan jasanya, telah dapat memberikan pelajaran yang berharga dalam

mengembangkan program privatisasi yang berhasil. Kesimpulan yang

dapat diambil adalah sebagai berikutnya :

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

97 

Page 45: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 45/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

6.1.1.  Berkaitan dengan kebijakan privatisasi BUMN dapat

meningkatkan efisiensi

1.  Secara spesifik keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN akan

terasa dampaknya terhadap peningkatan efisiensi bila ditujukan

pada sektor-sektor yang populer di masyarakat, seperti : sektor

pertanian, sektor keuangan dan sektor perdagangan.

2.  Program privatisasi memberikan proses untuk menyebarkan

kepemilikan bisnis lebih luas kepada publik, penggunaan saham

BUMN privatisasi mengakibatkan masyarakat dapat berpartisipasi

untuk mendapatkan keuntungan dari kinerja BUMN, kondisi ini

akan kondusif untuk menaikan produktifitas dan kinerja keuangan.

Artinya dengan privatisasi akan menyediakan dasar ekonomi yang

lebih luas dan memungkinkan sejumlah besar penduduk untukmempunyai keuntungan untuk berpartisipasi dan menikmati

keuntungan dari pertumbuhan perusahaan.

3.  Kontribusi kebijakan privatisasi BUMN dapat dilihat dari

dampaknya terhadap perubahan tingkat efisiensi BUMN, terlihat

pada variabel kinerja BUMN pasca privatisasi , antara lain :

produksi/penjualan, permodalan, beban usaha, deviden, subsidi,

pendapatan ekspor, pendapatan impor, pengeluaran pajak.

4.  Kontribusi nyata dari kebijakan privatisasi BUMN adalah dengan

bergeraknya sektor keuangan semua ini secara langsung maupun

tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian nasional, seperti

terlihat pada kinerja ekonomi, seperti : konsumsi (expenditure),

investasi, pengeluaran pemerintah, tabungan, subsidi, devisa,

penerimaan pajak dan GDP.

6.1.2. Berkaitan dengan posisi dan peran pemerintah dalam proses

kebijakan privatisasi BUMN di beberapa negara

1. Privatisasi merupakan sebuah proses politik penting. Faktor

politik dan budaya sering membatasi jalannya dan langkah

privatisasi, sebagai hal yang menolak kebijakan ekonomi ini.Komitmen yang kuat dari pemerintah menjadi kata kunci

(keyword) dari keberhasilan kebijakan privatisasi di beberapa

Negara.

2. Ada beberapa kelompok dalam sektor publik atau private yang

mempunyai kepentingan buat kelompoknya dalam mengambil

keuntungan adanya program privatisasi. Kelompok ini

memberikan kontribusi bagi resiko yang harus dihadapi oleh

pemerintahan. Kebijakan pemerintah harus  governance tetapi

adil ( fair ) bagi semua pihak yang ingin berperan dalam program

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

98

Page 46: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 46/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

privatisasi BUMN, dari studi kepustakaan terlihat bahwa

keberhasilan program privatisasi banyak terjadi dinegara

dengan tingkat kolusi, nepotisme dan korupsi (KKN) nya

rendah.

3. Sistim politik yang stabil dan pemerintahan yang kuat menjadi

  jaminan terhadap tingkat keberhasilan program privatisasi

BUMN. Investor dalam maupun luar negeri sangat

berkepentingan terhadap keamanan modal yang diinvestasikan

pada BUMN privatisasi. Sebaliknya pada negara dimana sistim

politik dan pemerintahan yang tidak stabil maka tingkat

keberhasilan program privatisasi sangatlah rendah.

4.  Pemerintah yang dapat mendorong secara kondusif sektor dan

institusi keuangan mempunyai peluang untuk melihatkeberhasilan program privatisasi yang dicanangkan, sebaliknya

bila sektor dan institusi keuangan di negara tersebut tidak

dikembangkan oleh kebijakan pemerintahnya maka dapat

dipastikan bahwa program privatisasi BUMN menjadi tidak

berhasil.

6.2.  Temuan

6.2.1. Kebijakan privatisasi BUMN dapat meningkatkan efisiensi

Keberhasilan kebijakan privatisasi BUMN dalam meningkatkanefisiensi BUMN dapat lebih direalisasikan bila sosialisasi program

privatisasi dilakukan secara  governance, profesional, konsisten sehingga

masyarakat dan investor menjadi jelas tentang manfaat program privatisasi

bagi seluruh pelaku ekonomi. Negara-negara yang mempunyai institusi

yang secara khusus menagani program privatisasi ternyata mencatat

keberhasilan dalam merealisasikan target-target privatisasi seperti nilai

dan jumlah BUMN yang diprivatisasi. Ada beberapa karakteristik institusi

yang mengelola program privatisasi tersebut, yaitu: didirikan berdasarkan

UU; mempunyai kewenangan yang luas; jangka waktu pekerjaannya

terbatas dan ditentukan (misal 3-5 tahun). Lembaga atau institusi sepertiini dapat diharapkan untuk melaksanakan kebijakan privatisasi BUMN

sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mendorong pertumbuhan

ekonomi.

6.2.2.  Posisi dan peran pemerintah dalam proses kebijakan privatisasi

BUMN

1.  Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

keberhasilan kebijakan program privatisasi BUMN memerlukan

dukungan organ BUMN sebagai perusahaan (RUPS, komisaris dan

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

99

Page 47: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 47/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

direksi) dan manajemen BUMN. Hasil penelitian terhadap

kebijakan privatisasi menunjukan bahwa kebijakan privatisasi

BUMN akan berhasil dengan mengajak insan dan manajemen

BUMN untuk terlibat proses privatisasi dari awal. Resistensi akan

terjadi bila ternyata pemerintah selaku eksekutif dalam kebijakan

privatisasi tidak melakukan sosialisasi yang benar tentang manfaat

privatisasi BUMN bagi semua pihak.

2.  Political will dari Negara dicirikan dengan ditetapkan UU BUMN,

UU Privatisasi dan lembaga yang  powerfull dalam melaksanakan

kebijakan privatisasi BUMN menjadi faktor utama dalam

keberhasilan kebijakan privatisasi. Dalam operasionalnya  political

will diwujudkan dengan kemampuan pemimpin pemerintahan dan

parlemen untuk menyusun, mengesahkan dan meratifikasi UU danperaturan yang berkaitan dalam kebijakan privatisasi BUMN,

seperti UU BUMN, UU Privatisasi dan UU Lembaga Pelaksana

Privatisasi.

3.  Peran pemerintah akan sangat penting dilihat dari reformasi

BUMN, dimana dilakukan melalui tahapan proses seperti: (1)

restrukturisasi (peningkatan posisi kompetitif perusahan melalui

penajaman fokus bisnis, perbaikan skala usaha dan penciptaan core

competencies); (2) profitisasi (peningkatan secara agresif efisiensi

perusahaan sehingga mencapai profitabilitas dan nilai perusahaan

yang optimum); (3) privatisasi (peningkatan penyebarankepemilikan kepada masyarakat umum dan swasta asing maupun

domestik untuk akses pendanaan, pasar, teknologi serta kapabilitas

tingkat dunia). Esensi dari reformasi BUMN tahap awal adalah

mengantarkan BUMN untuk melakukan privatisasi baik melalui

pasar modal ( going public ) maupun non pasar modal.

6.3.  Rekomendasi

Dengan mengingat kendala waktu yang sempit ketika harus

mengeluarkan keputusan terbaik dan segera (the best decision) baik yangbersifat makro kebijakan maupun mikro strategi berkaitan dengan

permasalahan kebijakan privatisasi BUMN. Keberhasilan keputusan

tersebut tentunya tergantung dari dimensi analisisnya karena keputusan

mengenai BUMN tidak hanya keputusan ekonomi dan bisnis tetapi

berdimensi sosial, politik dan hukum secara sistematik dan simple.

Rekomendasi yang dilakukan kepada otoritas kebijakan privatisasi

BUMN di Indonesia adalah mencoba melakukan optimalisasi terhadap

temuan penting yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu keberhasilan

kebijakan program privatisasi BUMN di negara lain dalam meningkatkan

efisiensi BUMN ditentukan oleh empat faktor utama, untuk itu pemerintah

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

100

Page 48: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 48/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Indonesia dan perlemen (DPR) harus melakukan kebijakan untuk

mengoptimalkan 4 (empat) faktor tersebut, yaitu :

1.  Mendukung secara   full commitment mengenai   political will dari

negara (dengan menengakkan UU BUMN, UU Privatisasi, dsb.)

serta menciptakan lembaga yang  powerfull dalam melaksanakan

kebijakan privatisasi BUMN.

2.  Memberikan contoh nyata dan leadership dari para pemimpin negara

dan politik terhadap pelaksanaan kebijakan privatisasi BUMN

sehingga menjadi panutan dan kepastian usaha bagi masyarakat dan

investor.

3.  Memberikan kebijakan yang kondusif bagi pengembangan BUMN

sehingga mendapat dukungan dari organ BUMN sebagai

perusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) dan manajemen BUMN.Kebijakan dan sosialisasi dapat menunjang tingkat keberhasilan

program kebijakan privatisasi BUMN.

4.  Menciptakan kebijakan yang kondusif sehingga tercipta sinergi dan

dukungan sektor serta institusi keuangan dalam kebijakan

privatisasi BUMN.

VII. Daftar Pustaka

Bastian, Indra, 2002, Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi, SalembaEmpat, Jakarta

Besanko, David, D., Dranoe and Mark Shanley, 2001, Economics of Strategy, John Willey and Sons, Inc., New York, USA.

Bishop, Matthew (ed.), 1995, Privatization and Economic Performance, OxfordUniversity Press Inc., New York, USA.

Damodaran, Aswath, 2001, Corporate Finance : Theory and Practice, JohnWilley and Sons, Inc., Singapore.

Daniri, Mas Achmadi, 1995,   Menuju Bursa Efek Berskala Internasional,

 Jakarta, Publikasi BEJ, Jakarta.

Daniri, Mas Achmad, 1995,   Manfaat Sistem Perdagangan Efek TanpaPenyerahan Fisik, Jakarta

Danso, Alex, 1992, Privatization of State Owned Enterprises in Africa : TheCase of Ghana, Southeastern Political Review.

Hall Hill, 1997, Privatization in Developing Countries, Brisbane, ANUPublishing, Brisbane, Australia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

101

Page 49: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 49/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Lavoie, Chiara Gratton, 2000, Essay On Privatization, PhD in Economics,Virgia State University, Blacksburg, USA.

Mardjana, Ketut, 1993,   Autonomy and Political Control in Indonesian PublicEnterprises, PhD in Management, Monash University Publication,Melbourne, AUS.

Mario, Andrade and De Castro Mario A, 1999, The Privatization and ProjectFinance Adventure : Acquiring a Colombian Public Utility Company,Spring, USA.

Megginson, William L.,1998, Corporate Finance Theory, Addison WesleyEducation Publ. Inc., New York, USA

Neal S.Zank, 1993, Privatization in LDCs : Encouraging Economic Growth AndEfficiency, Edgar Publishing, USA.

Schumacher, Ute and Gladstone., H, 1993, Privatization in DevelopingEconomies : The Case of Jamaica, Edgar Publishing, USA

Peter Mc. Person, 1986, Privatization: Economic Performance Analysis, NewYork, Mc Graw Hill. USA.

Pull, David, 2000, Privatization: Conceptual and Implementations, PhD inBusiness Management, MIT Publication, Massachusett, USA

Shair, Osama J.A.R., 1998, Privatization and Development, St. Martin Press,Inc., New York, USA.

Shirley, Mary M, 1994, Privatization in Latin America : Lesson for TransitionalEurope, World Development, 22 (9), Elsevier Science Ltd, USA.

Sumantoro, 1988,   Aspek-aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal di Indonesia,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Waing Hong Po, 1999, Economic Analysis of Privatization, PhD in Economics,Virginia Polytechnic and State University, USA.

Werner Baer, 1994, Privatization in Latin America, World Economy 17 (4) ,Blackwell Publisher Ltd, USA.

-------------, 1997, Laporan Kegiatan Pasar Modal Indonesia Tahun 1997 ,BAPEPAM Jakarta

-------------, 2001, Master Plan BUMN Tahun 2002 – 2006, KantorKementrian Negara BUMN, Jakarta

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

102

Page 50: Fiskal.depkeu.go.Id

5/10/2018 Fiskal.depkeu.go.Id - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/fiskaldepkeugoid 50/50

Studi Banding Kebijakan Privatisasi BUMN di Beberapa Negara(Pandu Patriadi)

Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4 Desember 2003

103