FISIOTERAPI · 2018. 6. 25. · FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI Daftar Isi Perbedaan...
Transcript of FISIOTERAPI · 2018. 6. 25. · FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI Daftar Isi Perbedaan...
ISSN 2302-3929
FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI
Jurnal Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 April 2015
Program Studi Fisioterapi STIKes Binawan
Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Antara Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Program Paud Di Desa Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2014
Inswiasri, Astri Pratiwi, Muh Arsyad Subu, Sri Harsodjo
Pengaruh Senam Ramping Pasca Melahirkan (Serapi) Terhadap Indeks Massa Tubuh Pada Wanita Pasca Persalinan 17 – 26 Minggu Di Kota Sukabumi Tahun 2014
Sri Yani,Slamet Sumarno, Inswiasri, Maria Ulfa, Tilawaty Apriana , Sri Harsodjo
Perbedaan Keluhan Low Back Pain Dengan Kejadian Inkontinensia Urin Pada Wanita Paska Persalinan Di Kota Sukabumi
Siswa purwa , Muh. Arsyad Subu , Imam waluyo, Siti Alimah
Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Wanita Paska Persalinan Normal 8-16 Minggu Di Kota Sukabumi Tahun 2014
Sarkosih, Nadeta Siftiananda, Imam Waluyo, Septian Arif Gandaputra
Pengaruh Interverensi Senam Ramping Paska Melahirkan (Serapi) Terhadap Low Back Pain Dan Indek Massa Tubuh Pada Wanita Paska Bersalinan 17-28 Minggu Di Kota Sukabumi
Tahun 2014
Isnwiasri, Imam Waluyo, Handayani, Siti Alimah
FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI
SUSUNAN PENGURUS JURNAL FISIOTERAPI
PEMIMPIN UMUM : Imam Waluyo, SMPh., MBA
PEMIMPIN REDAKSI : Imam Waluyo, SMPh., MBA WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Sarkosih,SST,Drs,MKKK
REDAKSI : Inswiasri,Mkes,Dr : Siswo Poerwanto, Msc,MPH,PhD
: Dwi Susilowati, dr, Sp.GK,Dr : Slamet Sumarno, Drs, M,Fis
REDAKSI AHLI TAMU : Dave Holmes, Prof. (Ottawa University, Canada) : Gulshan Khanna, Prof. (MRIU, India)
REDAKSI KONTRIBUTOR : Stefanie Siswara Wong (The University of Melbourne) : Galih Nindy (Germany)
PENYUNTING PENGELOLA : Septian Arif Gandaputra, SST.Ft, MSc :Muhammad ArsyadSubu, MScN, PhD
BAGIAN PROMOSI : Lika Efriandini, ST.Ft BAGIAN TATA USAHA : Sriyani, SST.Ft, MSi
: Noraeni Arsyad, SST.Ft
Sekretariat : Pusat Pengelola Jurnal Ilmiah Fisioterapi STIKes Binawan
Jl. Kalibata Raya No. 25 – 30 Jakarta 13630 Indonesia
Website: www.binawan-ihs.ac.id email: [email protected]
FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI
Daftar Isi
Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Antara Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Program Paud Di Desa Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2014 Inswiasri, Astri Pratiwi, Muh Arsyad Subu, Sri Harsodjo
.............................................................................................................................................. 1
Pengaruh Senam Ramping Pasca Melahirkan (Serapi) Terhadap Indeks Massa Tubuh Pada Wanita Pasca Persalinan 17 – 26 Minggu Di Kota Sukabumi Tahun 2014 Sri Yani,Slamet Sumarno, Inswiasri, Maria Ulfa, Tilawaty Apriana , Sri Harsodjo
.............................................................................................................................................. 10
Perbedaan Keluhan Low Back Pain Dengan Kejadian Inkontinensia Urin Pada Wanita Paska Persalinan Di Kota Sukabumi
Siswa purwa , Muh. Arsyad Subu , Imam waluyo, Siti Alimah
.............................................................................................................................................. 18
Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Wanita Paska Persalinan
Normal 8-16 Minggu Di Kota Sukabumi Tahun 2014 Sarkosih, Nadeta Siftiananda, Imam Waluyo, Septian Arif Gandaputra
.............................................................................................................................................. 25
Pengaruh Interverensi Senam Ramping Paska Melahirkan (Serapi) Terhadap Low Back Pain Dan Indek Massa Tubuh Pada Wanita Paska Bersalinan 17-28 Minggu Di Kota Sukabumi
Tahun 2014 Isnwiasri, Imam Waluyo, Handayani, Siti Alimah
.............................................................................................................................................. 32
Sebagai Mitra Bestari untuk penerbitan: dr, Adre Mayza, Sp.S
FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI
Kata Pengantar
Sejak tahun 2012 jurnal Fisioterapi mendapat dukungan dari Canada Prof Dave Holmes sebagai
redaksi ahli disamping adanya konstributor dari Taiwan, Canada danJerman yang merupakan
alumni fisioterapi yang melanjutkan kuliah dan bekerja di negara-negara tersebut.
Pada volume 5 no 1 tahun 2015 ini selain tentang kesehatan wanita paska melahirkan juga
berisi artikel yang menyangkut kinerja professional fisioterapi terkait dengan kepuasan
pasiennya di lingkungan Rumah Sakit atau Klinik Fisioterapi yang ada di Jakarta dan
perkembangan anak
Pada penerbitan kali ini sebagai mitra bestari adalah Dr. dr. Yetty Ramli, Sp.S
Semoga artikel pada penerbitan kali dapat bermanfaat dan kami juga mengharapkan saran dan
kritik membangun untuk meningkatkan mutu Jurnal Fisioterapi Stikes Binawan
Salam
Redaksi
FISIOTERAPI JURNAL ILMIAH FISIOTERAPI
Copyright by Program StudiFisioterapiSTIKesBinawan, 2012
Copyright by Fisioterapi STIKes Binawan, 2015
ISSN 2302-3929
1 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PERBEDAAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN ANTARA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI PROGRAM PAUD DI
DESA RUMPIN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014
Inswiasri2, Astri Pratiwi1, Muh Arsyad Subu3, Sri Harsodjo1, 1 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif STIKes Binawan
2 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif & Staf Pengajar Prodi Fisioterapi STIKes Binawan Jl. Kalibata Raya No. 25–30 Jakarta 13630 Indonesia
3 Ottawa University , Canada
Abstract
Study purpose is to assess the differences between development of children’s aged 3 – 5 years with
and without the PAUD program in Desa Rumpin Bogor 2014. Design of study using cross-sectional with a total subjects 60 children with and without PAUD 60 children. To measure the development
using DDST II. With the significant value of α = 0.05 at 3 years of age showed no statistically significant (p=0.66) and at the age of 5 years showed no significant (p=0.23), then Ho is rejected so
that there is no differences children’s development between PAUD and without PAUD. There is no
difference in the general development in children aged 3-5 years between the following and not following the early childhood program in Desa Rumpin Bogor. This can be caused by the influence of
the children age, parental education, family income, nutritional status and other aspects.
Keyword: PAUD, Development
Pendahuluan Awal pertumbuhan dan
perkembangan anak di tahun pertama sangat menakjubkan, yakni dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir, akan memiliki sejumlah kepandaian dan perubahan-perubahan yang sangat cepat. Masa usia prasekolah merupakan masa emas, dimana perkembangan seorang anak akan banyak mengalami perubahan yang sangat berarti. Pada masa usia prasekolah anak akan banyak mengalami masa peka, yang diartikan sebagai suatu masa dimana suatu fungsi berkembang demikian baiknya dan karena harus dilayani serta diberikan kesempatan sebaik-baiknya. Agar perkembangan dapat berkembang secara optimal, perlu dilakukan pemeriksaan sedini mungkin (Lindawati, 2014).
Perkembangan kognitif merupakan proses belajar, berpikir akan suatu hal/pengetahuan. Hal ini akan berhubungan dengan perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa merupakan ekspresi diri dengan suara belajar, menggabungkan suara-suara dalam kata-kata bermakna, dan
menempatkan kata-kata bersama-sama menjadi kalimat untuk berkomunikasi pikiran kita. Perkembangan Sosial adalah belajar untuk menyukai diri sendiri dan bergaul dengan orang lain. Berada di lingkungan yang aktif mengajarkan kita untuk berbagi, bergiliran, menerima perbedaan orang lain, termasuk orang lain dalam bermain / percakapan (Hirokazu, 2013).
Perkembangan motorik terbagi atas; motorik halus adalah kegiatan yang terjadi dengan jari berkoordinasi dengan mata, seperti mencapai, menggenggam, melepaskan, dan memutar pergelangan tangan. Sedangkan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, melempar, mengangkat, menendang, dll. Keterampilan ini berhubungan dengan kesadaran tubuh, kecepatan reaksi, keseimbangan, dan kekuatan (Rahman, 2009).
Perkembangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Riwayat kehamilan ibu berpengaruh terhadap perkembangan anak. Studi menunjukkan ibu yang merokok atau yang terinfeksi virus/bakteri akan menghasilkan anak dengan gangguan perilaku dan emosional, serta
2 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
memiliki IQ yang lebih rendah sekitar 60% dibanding anak yang tidak terpajan (Toni, 2012).
Persalinan terbagi atas persalinan vaginal dan bedah sesar.Bedah sesar hanya dilakukan atas dasar indikasi medis tertentu dan kehamilan dengan komplikasi, komplikasi menyebabkan kelahiran premature. Sebuah penelitian mengenai hiperaktifitas menyebutkan 50% anak premature beresiko ADHD dan 14% dicurigai beresiko ADHD. Premature mengakibatkan panjang janin kurang dari sekitar 45,7 cm, beratnya kurang dari sekitar 2500 – 3000 gram. Terdapat hubungan antara berat badan dan postur tubuh dan fungsi motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan reaksi social (Riskesdas, 2010; Cristiane, 2011).
Skor Apgar berpengaruh terhadap perkembangan, seperti gejala defisit atensi, masalah bicara serta bahasa, dan kejang neonatal. Pada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa, pada anak-anak dengan epilepsi, hasil IQ yang lebih rendah dibandingkan anak sehat (Moster,2002; Krebs,2001; Thorngren,2001; Besag 2002). Anak yang mengalami diare berat dengan dehidrasi dalam dua tahun awal kehidupan akan terjadi kehilangan nutrisi pada otak,sehingga akan mempengaruhi fungsi kognitif (Traleton, 2006).
ASI dikaitkan dengan peningkatan kinerja kognitif pada usia sekolah dan dapat meningkatkan status gizi dan kecerdasan. Kesadaran ibu akan gizi, pengetahuan gizi yang sehat dan seimbang diperlukan untuk mendukung kesehatan balita dan perkembangan otaknya. Asupan gizi terutama energi dan protein berhubungan signifikan dengan tingkat perkembangan motorik kasar dan motorik halus balita (Virgian, 2012; Solihin, 2013).
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun. Sebuah studi mengatakan, semakin baik sanitasi lingkungan yang dimiliki maka semakin baik pula gizi balitanya jika aplikasi atau praktek sanitasi lingkungan diterapkan
dengan benar. Aktivitas outdoor education lebih berperan dalam mengintegrasikan sensori dan berbagai potensi yang dimiliki anak (Santi, 2012; Nurhasanah, 2013).
Klasifikasi status gizi dibagi menjadi obesitas, normal, dan kurus (underweight). Anak obesitas memiliki nilai motorik kasar yang rendah. Sedangkan pada anak-anak dengan klasifikasi kurus (underweight) terjadi gangguan perkembangan motorik, fungsi motorik halus serta kemampuan kognitif akademik dibanding anak yang normal (Nervik, 2011; Chang, 2010).
Pendidikan dan pekerjaan orang tua berpengaruh dalam mendidik anak agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mengantarkan anak pada tahapan perkembangan sesuai pertambahan usia dan tugas perkembangannya secara utuh dan optimal. Sebuah penelitian mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan perkembangan anak (Ikada, 2010).
Penelitian menunjukkan anak dengan orang tua berpengetahuan yang baik mengalami perkembangan normal 80%, meragukan 15%, menyimpang 5%. Sedang anak dengan orang tua berpengetahuan kurang baik 16,7% normal, 75% meragukan dan 8,3% menyimpang (Koesegeran, 2013).
Pada anak yang diikutsertakan Pendidikan Anak Usia Dini baik formal maupun non formal memiliki hasil yang berbeda pada perkembangannya. Penelitian mengenai PAUD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan bahasa antara responden yang pernah mengikuti PAUD dan yang tidak mengikuti PAUD (Sucitra, 2013). Akses anak usia dini terhadap layanan pendidikan dan perawatan melalui pendidikan anak usia dini (PAUD) masih terbatas dan tidak merata. Dari sekitar 28,2 juta anak usia 0-6 tahun, yang memperoleh layanan PAUD adalah baru 7,2 juta (25,3%). Untuk anak usia 5-6 tahun yang jumlahnya sekitar 8,14 juta anak, baru sekitar 2,63 juta anak (atau sekitar 32,36%) yang memperoleh layanan pendidikan di TK.
3 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Sebuah penelitian di Kelurahan Nglorok Sragen mengungkapkan anak-anak yang mengikuti program PAUD pada perkembangan motorik kasar dan bahasa 100% normal, perkembangan motorik halus 96,6% normal, sedangkan perkembangan social 93,8% normal. Lain hal dengan anak-anak yang tidak mengkuti program PAUD, pada perkembangan motorik kasar hanya 84% normal, perkembangan motorik halus dan bahasa 81,1% normal, sedangkan perkembangan social hanya 60,6% yang perkembangannya normal (Wulan, 2011; Ferdiansyah, 2011).
Hasil dari penelitian di Banyumanik Semarang, tes IQ menunujukkan sebanyak 6 responden (11,1%) mempunyai IQ low normal, sebanyak 32 responden (59,3%) mempunyai IQ everage, sebanyak 13 responden (24,1%) mempunyai IQ high everage, dan 3 responden (5,6%) mempunyai IQ superior. Dimana 13 responden (40,6%) dari 32 responden yang memiliki IQ rata-rata (everage) mengikuti program PAUD dan 19 responden lainnya (59,4%) tidak mengikuti program PAUD. Akan tetapi, semua responden yang memiliki IQ dibawah rata-rata (low normal) tidak mengikuti PAUD (Rista, 2009).
Denver Developmental Screening Test-II (DDST-II) merupakan metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0 – 6. Sebuah penelitian menunjukkan DDST-II memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, dan dapat digunakan sebagai alat skrining untuk skrining perkembangan anak (Shahsahani,2010). Penelitian lain menggunakan DDST-II menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan perkembangan anak (Dwi, 2009). Penelitian menyebutkan bahwa perkembangan anak perdesaan cukup baik akan tetapi sebagian lain perkembangannya abnormal (Yuni, 2013). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan status gizi, dimana status gizi dipengaruhi oleh pendapatan maupun pendidikan orang tua/pengasuh. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
tertarik mengkaji perbedaan perkembangan anak usia 3 – 5 tahun yang mengikuti dan tidak mengikuti program pauddi Desa Rumpin, Kabupaten Bogor. Dimana Desa Rumpin termasuk dalam jumlah penduduk miskin tertinggi di Kabupaten Bogor (Bappenas, 2011). Perkembangan terkait Pendidikan Anak Usia Dini
Anak sejak lahir telah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu perlu diberi dorongan, bimbingan dan pengaruh positif agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam pemberian pengaruh ini pendidik perlu mengetahui masa perkembangan anak. Pengaruh yang diberikan kepada anak sebaiknya dihubungkan dengan berbagai kecerdasan yang dimiliki anak, supaya nanti dapat menghasilkan manusia yang berkepribadian utuh. Anak adalah subyek yang harus diperhatikan, diberi kebebasan untuk tumbuh dan kembang sendiri berdasarkan apa adanya, tugas pendidik adalah mempengaruhi karena itu perlu pembiasaan, keteladanan, dan pembelajaran. Pemberian kegiatan pada anak perlu disesuaikan dengan kematangan dan perkembangan anak, sehingga nanti dapat menjadi anak yang sehat, cerdas dan ceria. Beberapa pandangan di atas dapat dijadikan acuan untuk mendidik anak usia dini agar menjadi anak yang sehat dan cerdas melalui bermain (Santoso, 2006; Rahman,2009).
Fasilitas yang dimiliki PAUD dapat menunjang perkembangan responden. Aktifitas PAUD yang diajarkan oleh guru dapat merangsang perkembangan responden untuk aktif bergerak seperti yang diarahkan oleh guru seperti permaian ular-ularan dan berbagai alat permainan edukatif seperti bola dunia merupakan salah satu sarana bermain yang disukai oleh anak dan permainan yang memegang benda kecil seperti menyusun balok.
Orang tua yang tidak mengikutkan anak ke PAUD, sebagian besar orang tua
4 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
hanya merawat secara fisik dan memberikan sejumlah asupan yang dibutuhkan oleh anak. Orang tua cenderung membiarkan anaknya berkembang apa adanya, bahkan jarang berinteraksi dan memberikan stimulasi kepada anaknya. Anak dibiarkan bermain sendiri tanpa ada teman sebaya atau orang yang dapat mengawasai perkembangan yang bisa mengarahkan gerakan perkembangan yang sesuai dengan tahapan umur anak.
Sedangkan anak yang mengikuti PAUD mendapatkan stimulasi pada berbagai hal, pengenalan berbagai sikap dan perilaku, kebiasaan dan sifat orang-orang yang ada dilingkungannya akan membantu anak memahami aspek-aspek psikologi dari lingkungan sosialnya.
Anak yang mengikuti PAUD mendapatkan stimulasi seperti bernyanyi bersama seperti menyebutkan anggota tubuh manusia, lagu dinyanyikan dengan berbagai gerakan dan menunjukkan gambar sehingga akan mempermudah anak untuk mengingat dan mengucapkan kembali kata demi kata. Adanya buku bacaan anak dan gambar edukatif juga penting karena akan menambah kemampuan berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan anak yang mengikuti program PAUD mendapat stimulasi yang lebih terarah sehingga perkembangan anak lebih baik daripada anak yang tidak mengikuti program PAUD (Wulan et.al, 2011; Ferdiansyah et.al, 2011). Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan metode potong lintang (cross sectional) dimana pengambilan data dilakukan sesaat, hanya satu kali dan tidak ada perlakuan terhadap responden. Penelitian ini melihat perbedaan perkembangan anak usia 3 – 5 tahun yang mengikuti dan tidak mengikuti program PAUD di Desa Rumpin tahun 2014. Penelitian ini dilakukan di Desa Rumpin, Kabupaten Bogor dimulai dari periode Juli sampai September tahun 2014.
Populasi target adalah anak usia 3 – 5 tahun (usia prasekolah) di Desa Rumpin, Kabupaten Bogor. Dari perhitungan rumus sampel didapatkan minimal sampel terbanyak adalah 60 anak mengikuti PAUD dan 60 anak tidak mengikuti PAUD. Maka, total minimal sampel sebanyak 120 anak yang diambil secara random.
Kriteria Inklusinya sebagai berikut 1) Anak usia antara 3 -5 tahun, 2) Bertempat tinggal di Desa Rumpin, Kabupaten Bogor. 3) Anak merupakan anak yang sehat, 4) Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi adalah memiliki gangguan berat baik organ dalam ataupun bukan, cacat fisik maupun mental seperti cerebral palsy, down syndrome berdasarkan diagnosa dokter dan fisioterapi.
Sampel data induk keseluruhan di Kelurahan Duren Sawit dan Desa Rumpin sebanyak 514 anak, diambil Desa Rumpin sebagai lokasi. Kemudian mendata jumlah RW, RT dan Rumah Tangga serta balita usia 3-5 tahun disetiap RW pada Desa Rumpin. Secara sistematik disusun dari RW dengan jumlah balita terbanyak sampai tersedikit. Dari 4 RW di Desa Rumpin diketahui terdapat 280 anak. Dengan jumlah terbanyak RW 1 sebanyak 90 anak, RW 3 sebanyak 90 anak, RW 2 sbanyak 76 anak dan jumlah tersedikit RW 4 sebanyak 24 anak. Selanjutnya dari data penjajakan jumlah balita pada RW dilakukan pemilihan RW dengan sistematik random sampling. Maka didapat: RW 1 (90), RW 3 (90), dan RW 2 (76). Sehingga sampel dalam penelitian kelompok sejumlah 256 anak.
Pengambilan sampel dilakukan pada RW yang terpilih dan menelusuri data penjajakan dengan mengundang di RW untuk perkenalan dan mendatangi rumah – rumah untuk observasi lingkungan, rumah dan keselamatan alat permainan. Pengambilan sampel analisis lanjut. Dari 256 anak, 189 anak tidak mengikuti program PAUD dan 67 anak mengikuti program PAUD. Lalu dirandom menggunakan pengolahan data dikomputer sesuai dengan jumlah minimal sampel yang diperlukan, anak usia 3 – 5
5 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
tahun yang menjadi sampel dalam penelitian ini 60 anak yang mengikuti program PAUD dan 60 anak tidak mengikuti program PAUD.
Sebelum di lakukan pengambilan data dengan instrumen penelitian dilakukan Penjelasan Sebelum Penelitian (PSP) dan mengisi serta menanda tangani formulir kesedian (inform concent). Selanjutnya yang bersedia mengikuti penelitian menjadi sampel penelitian (Subyek Penelitian).
Dari data induk yang berjumlah 514 subjek, terdiri dari 256 subjek di Rumpin dan 258 subjek di Duren Sawit. Data induk diambil dengan select case kategori riwayat pendidikan anak dan perkembangan dari DDST II, yang berjumlah 256 subjek. Kemudian dilakukan random sampling dan didapatkan 120 subjek (60 subjek mengikuti program paud dan 60 subjek tidak mengikuti program paud). Sehingga set data yang siap dianalisis lanjut variable riwayat pendidikan dan perkembangan dari DDST II sejumlah 120 subjek.
Pada penelitian individual tidak dilakukan wawancara karena penelitian ini merupakan analisa lanjut dari Faktor – Faktor yang Berhubungan Terhadap Perkembangan Otak dan Tumbuh Kembang Anak di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur dan Desa Rumpin, Kabupaten Bogor Tahun 2014. Dimana penelitian ini sudah melalui proses persetujuan etik (ethical approval) dari komite etik STIKes Binawan dengan SK 001/EP/KE/STIKES-BIN/VII/2014. Sehingga penelitian yang berjudul Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3 – 5 Tahun Yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Program PAUD di Desa Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2014 (analisa lanjut) yang tidak memerlukan persetujuan etik (ethical approval). Hasil
Deskripsi data sampel dilakukan dengan analisa univariat untuk mengetahui distribusi karateristik individu.
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Usia Subjek Berdasarkan Keikutsertaan PAUD Dalam Program PAUD (n = 120)
Usia
Tidak Mengikuti
PAUD
Mengikuti PAUD
Total
n % n % n
3 Tahun
34 73.9 12 26.1 46
4
Tahun
17 39.5 26 60.5 43
5
Tahun
9 29 22 71 31
Berdasarkan tabel 1 dari hasil
distribusi frekuensi perbedaan perkembangan umum pada anak usia 3 – 5 tahun antara yang mengikuti dan tidak mengikuti program PAUD menunjukkan bahwa pada anak usia 3 tahun lebih banyak yang tidak mengikuti paud (n=34 atau 73,9%) jika dibandingkan dengan usia 4 tahun dan 5 tahun (n=17 atau 39,5% dan n=9 atau 29%). Sedangkan pada usia 4 tahun anak yang mengikuti program PAUD lebih banyak (n=26 atau 60,5%) dibanding usia 5 tahun dan 3 tahun (n=22 atau 71% dan n=12 atau 26,1%).
Tabel 2 : Frekuensi Perkembangan Anak Pada Usia 3 – 5 Tahun (n=120)
Perkembangan
Anak
N %
3 Tahun
Normal 12 26.1 Meragukan 19 41.3
Penyimpangan 15 32.6 4 Tahun
Normal 15 34.9 Meragukan 16 37.2
Penyimpangan 12 27.9
5 Tahun Normal 4 12,9
Meragukan 13 41,9 Penyimpangan 14 45,2
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
jumlah anak dengan perkembangan umum normal pada usia 3 – 5 tahun lebih sedikit dibanding perkembangan umum meragukan dan penyimpangan. Pada usia 3 tahun, anak dengan perkembangan
6 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
normal hanya 12 anak (26,1%) lebih sedikit daripada perkembangan umum meragukan (n=19 atau 41,3%). Sedangkan pada usia 4 tahun perkembangan meragukan lebih banyak (n=16 atau 37,2%) dibanding penyimpangan perkembangan (n=12 atau 27,9%). Pada usia 5 tahun anak dengan perkembangan normal sangat sedikit (n=4 atau 12,9%), sedangkan perkembangan umum meragukan dan penyimpangan jauh lebih banyak (n=13 atau 41,9% dan n=14 atau 45,2%). Tabel 3: Frekuensi Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3 – 5 Tahun Antara Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Program Paud (n = 120)
Perkembangan Anak
Tidak Mengikuti PAUD
Mengikuti PAUD
P
n % n %
3 Tahun Normal 9 75 3 25
0,71+
Meragukan 15 78,9 4 21,1 Penyimpangan
10 66,7 5 33,3
4 Tahun
Normal 7 46,7 8 53,3
0,66+
Meragukan 5 31,3 11 68,8
Penyimpangan
5 41,7 7 58,3
5 Tahun Normal 2 50 2 50
0,23+
Meragukan 5 38,5 8 61,5 Penyimpangan
2 14,3 12 85,7
(+) tidak signifikan bermakna (p>0,05)
Dengan menggunakan uji Chi
Square, berdasarkan table diatas dengan nilai signifikan α = 0,05 pada usia 3 tahun secara statistic menunjukkan tidak bermakna (p = 0,71). Sedangkan pada usia 4 tahun menunjukkan tidak bermakna (p = 0,66) dan pada usia 5 tahun menunjukkan (p = 0,23). Sehingga pada table 5.3 di atas tidak ditemukan signifikan variable, maka Ho ditolak sehingga tidak ada perbedaan perkembangan anak pada usia 3 – 5 tahun antara yang mengikuti dan tidak mengikuti program PAUD.
Pembahasan Dari sekitar 28,2 juta anak usia 0 –
6 tahun yang di ikutsertakan pendidikan anak usia dini (PAUD) baik formal maupun non-formal masih terbatas dan tidak merata dimana baru 7,2 juta anak yang mengikuti PAUD. Untuk anak usia 5 – 6 tahun yang jumlahnya sekitar 8,14 juta anak baru sekitar 2,63 juta anak yang memperoleh pendidikan di TK. Hal tersebut jika dikaitkan dengan penelitian ini dimana anak usia 3 tahun hanya 12 anak , usia 4 tahun 26 anak dan 5 tahun hanya sekitar 22 anak yang mengikuti program PAUD. Peneliti berasumsi orangtua di perdesaan umumnya menganggap jenjang pendidikan adalah PAUD, TK, SD, SMP dan seterusnya. Secara umum status ekonomi di perdesaan termasuk dalam ekonomi rendah, hal terbeut menyebabkan orangtua akan berpikir jika mengikutisertakan anak pada program PAUD atau TK akan menghabiskan biaya. Maka, pada umumnya orang tua akan memilih untuk menunda atau menolak program PAUD dan anak akan langsung di ikutsertakan program sekolah (masuk Sekolah Dasar).
Anak dengan perkembangan normal pada usia 3 – 5 tahun lebih sedikit dibanding perkembangan umum meragukan dan penyimpangan. Pada usia 3 tahun, anak dengan perkembangan normal hanya 26,1% lebih sedikit daripada perkembangan umum meragukan 41,3%. Sedangkan pada usia 4 tahun perkembangan meragukan lebih banyak 37,2% dibanding penyimpangan perkembangan 27,9%. Pada usia 5 tahun anak dengan perkembangan normal sangat sedikit 12,9%, sedangkan perkembangan umum meragukan (41,9%) dan penyimpangan (45,2%) jauh lebih banyak. Peneliti berasumsi hal tersebut di pengaruhi oleh faktor – faktor perkembangan yang menstimulasi anak. Seperti disebutkan sebelumnya perkembangan di pengaruhi banyak faktor antara lain riwayat kehamilan dan persalinan ibu, riwayat penyakit anak, konsumsi ASI, kesehatan lingkungan
7 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
status gizi, dan faktor lingkungan sosial mencangkup faktor pendidikan dan pekerjaan ibu, dan faktor lingkungan rumah.
Dengan nilai signifikan α = 0,05 pada usia 3 tahun secara statistic menunjukkan tidak bermakna (p = 0,71). Sedangkan pada usia 4 tahun menunjukkan tidak bermakna (p = 0,66) dan pada usia 5 tahun menunjukkan (p = 0,23), maka Ho ditolak.
Seperti pada penelitian sebelumnya yang menerangkan bahwa tidak ada perbedaaan perkembangan anak dengan riwayat PAUD dan tidak PAUD di Desa Sumber (Trinataliswati, 2010). Lain hal dengan penelitian yang dilakukan di perkotaan menunjukkan hasil signifikan antara anak yang mengikuti dan tidak mengikuti program PAUD (Wulan, 2011; Ferdiansyah, 2011).
Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh variabel – variabel pengganggu seperti riwayat kehamilan dan persalinan ibu, riwayat penyakit, konsumsi ASI, kesehatan lingkungan, status gizi, dan faktor lingkungan sosial mencangkup faktor pendidikan dan pekerjaan ibu, dan faktor lingkungan rumah. Adanya perbedaan tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pola asuh anak dimana hal tersebut akan menstimulasi perkembangan anak (Listriana Fatimah, 2012).
Dari penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa di pedesaan, faktor – faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah penghasilan keluarga, dan jenis kelamin; sedangkan di perkotaan adalah umur anak, penghasilan keluarga dan pendidikan ibu. Untuk daerah penelitian semakin ke pedesaan makin tinggi peluang untuk mengalami keterlambatan perkembangan. Demikian pula status gizi semakin rendah status gizinya makin tinggi keterlambatannya. Selain itu, apabila pendidikan ibu semakin rendah dan penghasilan keluarga semakin kecil, maka kemungkinan terjadinya keterlambatan perkembangan semakin besar (Fadlyana, 2003).
Ditinjau dari lokasi sekolah yaitu ada yang di desa, dimana fasilitas/sarana prasarana yang masih kurang, yang dapat menghambat/kurang maksimal dalam stimulasi tumbuh kembang anak. Seperti dikatakan dalam sebuah artikel menurut Dirjen PAUDNI dan Prof. Sandralyn Byrnes dari Royals Tots Academy, bahwa tidak adanya standar universal untuk sekolah anak usia dini (PAUD). Selain itu guru – guru PAUD yang tidak memenuhi kualifikasi serta kurangnya pengetahuan tentang cara menghadapi anak - anak membuat anak tidak nyam dalam kelas. Namun pada umumnya pendidikan anak usia dini itu penting karena di usia inilah anak membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan (Kemendikbud, 2013; Harian Terbit, 2014). Kesimpulan
Dari data yang diambil untuk penelitian anak berusia 3 -5 tahun, maka jumlah anak yang berusia 3 tahun 46 anak (38,3%), usia 4 tahun 43 anak (35,8%) dan usia 5 tahun 31 anak (25,8%). Dari jumlah keikutsertaan program PAUD dimana mayoritas anak mengikuti program PAUD adalah 4 tahun sedangkan yang tidak mengikuti PAUD mayoritas pada usia 3 tahun. Berdasarkan perkembangan anak usia 3 – 5 tahun, paling mengalami perkembangan meragukan menyimpang pada usia 5 tahun (45,2%).
Berdasarkan perkembangan anak usia 3 – 5 tahun pada anak yang mengikuti dan tidak ikut program PAUD mayoritas anak memiliki nilai perkembangan meragukan dan penyimpangan. Perkembangan anak usia 3 – 5 tahun yang mengalami perkembangan menyimpang terbanyak adalah anak usia 5 tahun yang mengikuti PAUD 54,5% sedangkan yang mengalami perkembangan meragukan adalah anak usia 5 tahun yang tidak mengikuti PAUD yaitu 55,6%. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh usia anak, pendidikan orangtua, penghasilan keluarga, status gizi dan aspek lainnya
8 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
serta kualitas dari PAUD itu sendiri yang mempengaruhi stimulasi anak.
Daftar Pustaka Asmani, Jamal Makmur. Manajemen strategis
Pendidikan Anak Usia Dini. DIVA Press. Jakarta 2009
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas, 2010
Bappenas Kabupaten Bogor. 2011 Besag, Frank.Childhood Epilepsy in Relation to
Mental Handicap and Behavioural Disorders. J Child Psychol Psychiatry 2002, 43, 103-31
Chang M. Susan, Walker P. Susan, et al Early Childhood Stunting and Later Fine Motor Abilities. 2010
Cristiane Alves da Silva, Sheila Brusamarello, Fernanda Guimarães C. Cardoso, Natasha Freixiela Adamczyk, Francisco Rosa Neto.Development of low birth weight preterm infants during the first two years of life: Rev Paul Pediatr 2011;29(3):328-35
Dwi Anita Apriastuti. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 48 – 60 Bulan di Surakarta. 2009
Eddy Fadlyana, Anna Alisjahbana , Ilsa Nelwan, Muchlisah Noor, Selly, dan Yulia Sofiatin. Pola Keterlambatan Perkembangan Balita di daerah Pedesaan dan Perkotaan Bandung, serta Pedesaan dan Perkotaan Bandung, serta Pedesaan dan Perkotaan Bandung, serta FFaktor-faktor aktor-faktor yang yang yang Mempengaruhinya empengaruhinya. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 168 – 175
Ferdiansyah,Agus, Agus Cahyono, Mira Irmawati, Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti Bagus Narendra. Relationship Between The Early Childhood Education(Paud) With The Development Of Children Based On Denver II.Paediatric Indonesiana Journal 2011, Vol. 51.No. 4 (Supplemen). 2011
Harian Terbit. “Kemdikbud Akui Pertumbuhan PAUD Tidak Diikuti Kualitas”. Artikel 25 Mei 2014. Harianterbit.com
Hirokazu Yoshikawa, Christina Weiland, Jeanne
Brooks-Gunn, Margaret R. Burchinal, Linda M. Espinosa,William T. Gormley, Jens Ludwig, Katherine A. Magnuson, Deborah Phillips, Martha J. Zaslow. Investing in Our Future: The Evidence Base on Preschool Education. 2013
Ikada Septi Arimurti. Perbedaan Perkembangan Bayi pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Bidan Praktek Swasta Satimah Sawangan Depok. 2010
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Ada Apa dengan Pendidikan Anak USia Dini di Indonesia?”. Artikel 20-11-2013 HTTP://PAUD.KEMDIKBUD.GO.IG/. 2013
Koesegeran,Helmy Betsy, Amatus Y.I, dan Abram Babakal. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun di Desa Ranoketang Atas. 2013
Krebs L, Langhoff-Roos J, Thorngren-Jerneck K.Long-Term Outcome in Term Breech Infants with Low Apgar Score – A Population- Based Follow-Up. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2001, 100(1):5-8
Lindawati. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia Pra Sekolah. 2014
Listriana Fatimah. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang. www.journal.unipdu.ac.id.Vol 1, No 2 (2012). 2012
Moster D, Lie RT, Markestad T. Joint Association of Apgar Scores and Early Neonatal Symptoms with Minor Disabilities at School Age. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2002, 86(1):F16-21
Nervik D, Martin K, Rundquist P, Cleland J. The relationship between body mass index and gross motor development in children aged 3 to 5 years. PediatrPhysTher. 2011;23(2):144-148
Nurhasanah,Mutiarani., Rudiyanto dan Dian Budiana. Pengaruh Permainan Outdoor Education Terhadap Keterampilan Motorik Kasar Anak Taman Kanak - kanak. Volume 1, Nomor 3, Oktober 2013
Peraturan Menteri Pendidikan NAsional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta
Rahman, Ulfiani. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Lentera Pendidikan, Vol. 12 No. 1 Juni 2009:46-57
Rahman,Ulfiani. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Lentera pendidikan, vol. 12 no. 1 juni 2009:46-57
Rista Apriana. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. 2009
Santi,Debby Yurike, Satria Putra Utama, Dan Agus M.H. Putranto. Hubungan Antara Kondisi
Social Ekonomi Dan Hygiene Sanitasi Lingkungan Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5tahun Di Kecamatan Seginim Kabupaten Negkulu Selatan. 2012
Santoso,Soegeng. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur - No.07/Th.V/Desember 2006
Shahshahani, Soheila. MD, Roshanak Vameghi MD, Nadia Azari1, MD, Firoozeh Sajedi, MD, dan Anooshirvan Kazemnejad, PhD. Validity and Reliability Determination of Denver Developmental Screening Test-II in
9 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
0-6 Year-Olds in Tehran. Iran J Pediatr Sep 2010; Vol 20 (No 3), Pp: 313-322
Solihin, Rindu, Faisal Anwar, dan Dadang Sukandar. Kaitan antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. Penelitian Gizi dan Makanan, Juni 2013 Vol. 36 (1): 62-72
Sucitra Dewi, Achdiat Agoes, Dian Susmarini. Perbedaan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah antara yang Pernah Mengikuti Paud dan yang Tidak Mengikuti Paud Di Tk Pig Malang. 2013
Tarleton JL, Haque R, Mondal D, Shu J, Farr BM, dan Petri WA Jr. Cognitive Effect of Diarrhea, Malnutrition and Entamuba Histolytica Infection on School Age Children in Dhaka Bangladesh. Am J Trop med Hyg 74 (3) 2006,pp 475-481
Thorngren-Jerneck K, Herbst A.Low 5-Minute Apgar Score: A Population-Based Register Study of 1 Million Term Births. Obstet Gynecol 2001, 98(1):65-70
Toni Frederick, James Homans, LaShonda Spencer, Francoise Kramer, Alice Stek, Eva Operskalski, and Andrea Kovacs. The Effect of Prenatal Highly Active
Antiretroviral Therapy on The Transmission of Congenital and Perinatal/Early Postnatal Cytomegalovirus Among HIV-Infected and HIV-Exposed Infants. Clinical Infectious Diseases 2012;55(6):877–84
Trinataliswati, Kasiati, Lucia Retnowati. Perbedaan Kemampuan Bersosialisasi Pada Anak Prasekolah Dengan Riwayat Paud Dan Tanpa Riwayat Paud Di Desa Sumber Porong Lawang. ejournal.umm.ac.id. Vol 1, No 2. 2010
Virgian, Kharisma. Hubungan Lama Pemberian Asi dengan Status Gizi dan Tingkat Kecerdasan Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Kalidoni Palembang. 2012
Wiyani, Novan Ardy, Barnawi. Format PAUD. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta. 2012
Wulan,Noor Rachmi Mustika dan Siti Arifah. Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak Toddler Antara Yang Mengikuti Paud dan Tidak Mengikuti Paud Di Kelurahan Nglorog Sragen. 2011
Yuni Aisah, Rini Susanti, Joyo Minardo. Perbedaan Perkembangan Balita pada Paud Perdesaan dan Paud Perkotaan. 2013
10 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PENGARUH SENAM RAMPING PASCA MELAHIRKAN (SERAPI) TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA WANITA PASCA
PERSALINAN 17 – 26 MINGGU DI KOTA SUKABUMI TAHUN 2014
Sri Yani2, Slamet Sumarno2, Inswiasri2, Maria Ulfa1, Tilawaty Apriana 3, Sri Harsodjo2
1 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif STIKes Binawan 2 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif & Staf Pengajar Prodi Fisioterapi STIKes Binawan
Jl. Kalibata Raya No. 25–30 Jakarta 13630 Indonesia 3. Akbid Asisyiah Pontianak
Abstrak
Studied the effect of Serapi Intervention to Body Mass Index 17 – 26 weeks postpartum in Sukabumi 2014. In order to analyze the effect of serapi intervention toward body mass index of women after delivery in Sukabumi 2014. Study design this research is quasi experimental with the pre and post intervention. Subjects 40 postpartum mothers, eximination of BMI by measuring body weight (kg) with scales, with a midline height (cm) is converted into a (m2). The result study showed the effect IMT differences pre and post significantly with p = 0.00 (p<0.05). there is significant changes of BMI in Women after delivery 17-26 weeks after SERAPI Intervention. Keyword: Body Mass Index, Postpartum
Pendahuluan Perubahan berat badan pada
wanita pasca melahirkan merupakan
salah satu masalah bagi wanita postpartum, hal ini dapatmenyebabkan menetapnya kelebihan berat badan pada
wanita setelah melahirkan, karena pada saat kehamilan terjadi penambahan berat badan yang kemudian akan berkurang setelah bayi dilahirkan,
namun pada beberapa wanita kelebihan berat badan saat kehamilan tersebut menetap sehingga dapat menyebabkan
terjadinya obesitas.Kenaikan berat badan yang melebihi dari biasanya merupakan faktor utama obesitas, Obesitas telah
menjadi perhatian utama dalam semua populasi di seluruh dunia, termasuk pada wanita usia reproduksi (Kopelman PG,
2000). Di Amerika Serikat, lebih dari
sepertiga wanita yang kelebihan berat
badan atau obesitas pada awal kehamilan dan prevalensi pra-kehamilan kelebihan berat badan atau obesitas
meningkat (Kim, 2007). Jumlah populasi overweight dan
obesitas meningkat sangat tajam di
Kawasan Asia Pasifik sebagai contoh
20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand 16%
penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas(Foxcroft, 2010).
Kelebihan berat badan / wanita
obesitas sekitar dua kali lebih mungkin untuk menambah berat badan kehamilan melebihi rekomendasi daripada wanita dengan berat badan normal (Cedergren,
2006). Wanita yang mendapatkan berat badan yang berlebihan selama kehamilan lebih mungkin untuk
mendapatkan kelebihan berat badan selama postpartum (Gunderson, 1999; Kac, 2003; Rossner, 1995). Kasus
obesitas seperti terjadi pada wanita hamil meningkat dari 18,27% sebelum kehamilan menjadi 27,57% pada 24
minggu setelah melahirkan. Wanita sangat memiliki resiko kegemukan pasca melahirkan dan harus mendapatkan
perhatian yang khusus untuk menurunkan berat badan pada post partum (Harris, 1998).
Pengukuran yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) . IMT
dihitung dari berat badan (kg) dibagi
11 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
dengan tinggi badan dikuadratkan meter (meter) (Bernier JR, 2012).
Pengukuran IMT adalah salah satu metode pengukuran antropometri untuk mengetahui komposisi tubuh seseorang.
IMT adalah salah satu parameter yang paling banyak digunakan untuk menentukan kriteria proporsi tubuh
seseorang , karena IMT berkolerasi kuat dengan jumlah total lemak tubuh pada manusia yangmenggambarkan status
berat badan seseorang (Thang SH, 2006).
Latihan fisik bermanfaat bagi
perempuan selama kehamilan dan juga pada periode postpartum (Nascimento, 2011) . Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa aktivitas
fisik secara teratur yaitu berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu, dilakukan minimal 30 menit setiap kali
latihan, dan selama 12 minggu dapat menurunkan berat badan (Shangold, 1994).
Aerobik adalah suatu aktifitas fisik yang memerlukan oksigen untuk tubuh dengan jangka waktu tertentu , dan
istilah senam aerobik adalah serangkaian gerak tubuh atau jasmani yang melibatkan sejumlah unsur oksigen
dalam melaksanakan aktivitas tubuh, yang gerakannya dipilih dan diciptakan sesuai dengan kebutuhan, disusun
secara sistematis (Anhar D, 2014). Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa rerata skor total
berat badan awal responden sebelum mengikuti latihan senam aerobik dengan rerata 59,8 ±9,49 kg dan rerata berat
badan reponden setelah mengikuti latihan senam aerobik selama 12 minggu adalah dengan rerata 56,89 ± 8,72 kg
dan nilai probabilitas (p=0,000), oleh karena (p<0,05) maka kesimpulannya yaitu terdapat perbedaan bermakna
antara rerata berat badan peserta sebelum dan setelah mengikuti latihan senam aerobik selama 12 minggu (Sientia F, 2012).
Berat Badan Wanita Post Partum Kegemukan saat kehamilan sangat
terkait dengan kondisi fisik wanita pasca melahirkan (Gestational Weight Gain).Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi bahwa banyaknya bayi lahir sebanyak 7.270 anak pada tahun 2011. Dari data
tersebut menunjukkan jumlah wanita yang melahirkan cukup banyak di Kota Sukabumi. Pada wanita setelah
melahirkan cenderung mempunyai overweight (berat badan lebih) dan obesitas, hal ini ditunjukkan dengan
prevalensi wanita dengan berat badan lebih di Jawa Barat sebanyak 11,8% , sedangkan wanita dengan obesitas sebanyak 17,9%.
Umumnya berat badan yang meningkat setelah melahirkan dapat disebabkan oleh berlebihnya pola asupan
makan, tetapi hal tersebut wajar intuk wanita hamil karna dikarenakan harus menjaga kehamilan yang sehat untuk
memelihara bayi juga sehat. (Carrol G, 2010).
Pola asupan makanan setelah
melahirkan termasuk dalam salah faktor penyebab berubahnya berat badan wanita setelah melahirkan. Pola makan
wanita setelah melahirkan memang cenderung bertambah, dimana meningkatnya pola makan wanita ini jika
tidak di imbangi dengan aktifitas fisik maka akan memicu bertambahnya berat badan wanita postpartum (Saki,2010).
Metode Pengukuran Beran Badan
Mengukur berat badan. Standar
pengukuran berat badan ideal menurut WHO adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dihitung dari
berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (meter) , standar indeks massa tubuh untuk orang Asia
yaitu: Underwight< 18,5 Normal 18,5 -< 23, OverWeight 23 -< 25Dan Obesitas > 25.
Cara perhitungan untuk
mengetahui batasan berat badan normal orang dewasa di Indonesia dengan menghitung BMI ( Body mass index )
12 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
dengan membagi total berat badan wanita dalam kilogram dengan tinggi
badan dalam meter kudrat. WHO merekomendasikan Body-Mass Index ( BMI) untuk menentukan kelebihan berat,
ras Asia mempunyai perbedaan antara BMI ras di Eropa.
Indeks Massa Tubuh Postpartum Kondisi kelebihan berat badan
pada wanita postpartum yang menetap
dikarenakan gaya hidup wanita setelah melahirkan, yaitu seperti kurangnya aktifitas fisik antara lain jam tidur yang
bertambah, asupan makanan yang berlebih, hingga energy masuk dan keluar tidak seimbang hal ini menyebabkan pertambahan berat badan
wanita menjadi sulit untuk kembali ke berat badan semula sebelum kehamilan. Saat kehamilan hingga satu tahun
postpartum berat badan wanita dapat bertambah rata-rata 0,5 kg- 5 kg, di Amerika Serikat rata - rata kenaikan
berat badan pada wanita sebanyak 2,2 kg setiap kelahiran dan sekitar 12 – 25% berat badannya dapat menetap dan
tidak turun setelah melahirkan, hal inilah yang menyebakan terjadinya obesitas pada wanita postpartum(Althuizen,
2011) . Perempuan lebih beresiko
mengalami obesitas, pada tahun 2010 di
Indonesia overweight dan obesitas prevelensinya sebesar 21,7% sedangkan di Jawa Barat sebesar 22,8%. Dan
prevelensi pada wanita obesitas dan overwight di Jawa Barat adalah 29,7 % (Riskesdas, 2010). Retensi berat
Postpartum dapat berkontribusi untuk obesitas wanita jangka panjang dan hal tersebut merupakan faktor resiko
gangguan kesehatan seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan penyakit sendi degeneratif (Rooney BL,
2002; Linne Y,2006). Intervensi Senam Aerobik
Untuk mengurangi risiko
peningkatan berat badan banyak intervensi yang bisa di lakukan.Senam aerobik sangat diandalkan untuk
menurunkan berat badan, dan juga sangat trend di kalangan masyarakat.
Gerakan senam aerobik dibedakan menjadi 3, yaitu low impact, moderate impact dan high impact. High Impact sendiri adalah gerakan yang mengarah pada gerakan- gerakan dengan benturan dimana kaki meninggalkan lantai. Impact yang memberi tekanan pada kaki dengan 3 sampai 4 kali berat badan tubuh ketika kaki kembali menginjak
tanah. Senam Aerobik itu sendiri menghabiskan waktu kurang lebih satu jam yang terdiri dari 3 tahap , yakni
pertama pemanasan, inti, dan pendinginan.Dengan frekuensi, intensitas serta durasi yang cukup dan rutin senam aerobic dapat memberikan hasil yang
diinginkan. Senam aerobik mempunyai
beberapa manfaat antara lain yaitu
memperbaiki kerja jantung pada tubuh agar lebih efisien, memperkuat otot, daya tahan otot, kelenturan serta
komposisi tubuh yang baik. Cara menurunkan berat badan yang sehat setelah melahirkan dapat mulai
dilakukan 2 atau 3 bulan setelah selesai masa nifas dan kekuatan wanita sudah kembali pulih dengan cara tetap
menyusui bayi juga mengurangi konsumsi lemak dan kalori, makan makanan yang sehat dengan gizi yang
seimbang dengan perbanyak buah dan sayuran. Menurut Kinnunen, dkk (2007) lakukan olahraga atau aktifitas fisik
antara 30 sampai 60 menit setiap hari. Frekuensi yang telah diterapkan oleh penelitian terdahulu untuk melihat
efektifitas latihan terhadap wanita post partum berkisar diatas 12 minggu. Untuk masa post partum lebih dari 5 minggu
dianjurkan melakukan intervensi dalam 10 minggu yang dapat mengurangi sampai minimal 1.8% dari total lemak
tubuh. Untuk frekuensi latihan, paling sedikit dilakukan 3 kali dalam seminggu (Little, 1998; Lovelady CA, 2000; McCorry, 1999).
Kalori yang terbakar saat senam aerobic high impact per aktifitas dengan durasi waktu 60 menit yaitu sebanyak
13 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
500 kalori sampai 796 kalori (Ainsworth BE, 2011).
Metode
Penelitian ini bersifat quasi experimental dengan rancangan pre dan post. Menggunakan satu kelompok yaitu wanita pasca persalinan 17-26 minggu
didesain untuk mengetahui program latihan senam ramping paska melahirkan (serapi) dengan frekuensi 3 kali
seminggu selama 12 minggu terhadap sekelompok wanita pasca persalinan yang sesuai dengan kriterian inklusi dan
eksklusi dengan melihat pengaruh latihan senam ramping paska melahirkan (serapi) terhadap indeks massa tubuh. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota
Sukabumi Jawa Barat dalam 3 bulan, pada tahun 2014.
Populasi penelitian adalah wanita
pasca persalinan 17 – 26 minggu di Kota Sukabumi Jawa Barat tahun 2014. Berdasarkan hitungan sampel nimimal
dibutuhkan hanya 25 subjek, agar analisis penelitian ini menjadi lebih realiable maka seluruh kasus Indeks
Massa Tubuh pada kelompok intervensi serapi yang dipilih berdasarkan pasca persalinan17 – 26 minggu yang
berjumlah 40 subjek. Kriteria inklusi adalah wanita 17 –
26 minggu pasca persalinan yang
melahirkan tanpa komplikasi di pelayanan masyarakat di Sukabumi Jawa Barat tahun 2014. Kriteria Ekslusi adalah
wanita yang dalam kondisi sakit parah pasca melahirkan (sakit pinggang yang menyebabkan tidak bisa beraktivitas,
demam pasca persalinan, idiophatic intracranial hipertensi, preeclamsia, kardiomiopati postpartum). Sedangkan
subjek di drop out jika tidak mengikuti latihan sebanyak 3 kali berturut turut.
Penelitian ini menggunakan akan
diberikan instrumen penelitian dan intervensi, dilakukan penjelasan sebelum persetujuan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keuntungan bagi subjek
penelitian, kerahasiaan dokumen penelitian, dan kompensasi untuk subjek
penelitian terdapat dalam inform consent.
Pada penelitian ini tidak dilakukan wawancara dan intervensi karena penelitian ini merupakan analisis lanjut
dari Pengaruh Intervensi Senam & Slimmer Terhadap Kondisi Kesehatan Ibu, Kesehatan Fisik, Kesehatan Mental
dan Hormonal Pada Wanita Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Sukabumi Tahun 2013. Dimana penelitian ini sudah
melalui proses persetujuan etik (ethical approval) dari komite etik STIkes Binawan dengan SK 001/EP/KE/STIKES-
BIN/V/2013. Sehingga penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Ramping Pasca Melahirkan Serapi Terhadap Indeks Massa Tubuh PadaWanita Paska
Persalinan 17 - 26 Minggu Di Kota Sukabumi Tahun 2014 (Analisis Lanjut) tidak memerlukan lagi persetujuan etik
(ethical approval). Hasil
Analisa pengaruh metode intervensi senam SERAPI. Namun sebelum dilakukannya analisa bivariat
akan dilakukannya uji normalitas untuk melihat distribusi data apakah normal atau tidak.
Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki nilai yang terdistribusi normal sehingga uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variable tetapi pada
nilai residualnya dengan nilai probabilitas (nilai sig) > 0,05. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap skor pemeriksaan IMT sebelum dilakukan intervensi senam SERAPIdan setelah
dilakukan intervensi SERAPI.
14 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Tabel 1 : Uji Normalitas distribusi IMT IMT
rata-rata
Min Max SD P Ket
IMT sebelum
23.88
18.31
33.91
3.99
0.49
Distribusi normal
IMT sesudah
22.96 16.65 31.25 3.64
0.49
Distribusi normal
Pada tabel di atas nilai sig
0,49>0,05 yang berarti data diatas
berdistribusi normal dengan selisih 0,49 (p<0,05). Karena dalam uji normalitas data normal dan normal sebelum dan
sesudah maka digunakan uji T dependen.
Tabel 2: Analisis IMT sebelum dan sesudah intervensi SERAPI pasca persalinan17 – 26 minggu
IMT rata-rata
Min Max SD P Uji T test
IMT sebelum IMT sesudah
23.88 22.96
18.31 16.65
33.91 31.25
3.99 3.64
0.49 0.49
0.00
T test P = 0.00 S Dari data tabel di atas dapat
diketahui bahwa nilai p=0.00 (p<0,05) dengan uji T test dependen maka hal ini menunjukkan adanya pengaruh
intervensi SERAPI terhadap IMT pada wanita pasca pesalinan 17 – 26 minggu di Kota Sukabumi.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terhadap 40 orang wanita pasca melahirkan di kota Sukabumi tahun 2014. Dalam penelitian ini di ambil
intervensi senam ramping pasca melahirkan (SERAPI) . Pada hasil analisa faktor resiko kenaikan berat badan
dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh terjadi pada wanita pasca melahirkan dengan umumnya usia 28 tahun (Table
5.1) hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Sagedal et al, 2013) terjadi 24% wanita diatas usia 20 tahun
obesitas dan 30% mengalami overweight. Sedangkan menurut
(Althuizen et al. 2011) menemukan rata-rata pada usia 31.6 tahun (SD±4.3)
wanita lebih rentan mengalami kelebihan berat badan . Pada hasil penelitian ini juga dapat di lihat parietas merupakan
faktor resiko kenaikan berat badan pada wanita pasca melahirkan dengan umumnya 3 kali kelahiran . Yang paling
mempengaruhi karakteristik ini adalah paritas. Primipara naik lebih berat badan selama kehamilan dibandingkan
multipara. , wanita primipara akan mendaapatkan berat badan yang berlebih selama kehamilan dibandingkan
dengan wanita multipara (Nohr, 2009) . Wanita yang melahirkan lebih dari
2 kali berpotensi untuk memiliki kenaikan berat badan berlebih, Kelebihan berat
badan itu juga bertahan hingga setelah melahirkan dan wanita tersebut akan mengalami kenaikan berat badan yang
lebih besar saat hamil anak kedua dan seterusnya. Secara keseluruhan hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan yang menyebutkan bahwa faktor resiko usia dan parietas mempengaruhi kenaikan berat badan
pada wanita pasca melahirkan (Motolla, 2010).
Menurut penelitian (Mbochi, 2012)
bahwa usia yang lebih tua dan parietas adalah prediktor yang paling signifikan dari peningkatan Indeks Massa Tubuh
dan lingkar pinggang . Pada penelitian ini senam ramping
paska melahirkan (Serapi) berpengaruh
dalam mengurangi Indeks Massa Tubuh wanita pasca persalinan, dari seluruh data terdapat perubahan Indeks Massa
Tubuh pada wanita pasca persalinan yang mengikuti intervensi senam ramping pasca melahirkan dengan hasil
rata – rata sebelum intervensi 23,88 dan 22,96 dengan nilai selisih rata-rata 0,92 (Table 5.1) dan pada analisis IMT
sebelum dan sesudah diberikan intervensi (tabel 5.3) didapatkan nilai p=0.00 sehingga p<0.05 yang menyatakan adanya pengaruh senam
ramping pasca melahirkan (serapi) terhadap IMT pada wanita pasca persalinan17 – 26 minggu . Hal ini
15 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
diperkuat oleh (Choi, 2013) yang menyatakan bahwa wanita pasca
melahirkan over weight dan obesitas dalam kelompok intervensi secara signifikan kehilangan berat badan
berlebih. Hasil dari menunjukkan penurunan yang signifikan berat badan rata-rata pada kelompok intervensi (p
<0,001), dengan kehilangan rata – rata berat badan yaitu 1,22 kg (95% CI: 1,89 -0,56).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Oken, 2007) yang menyatakan intervensidapat membantu
mengurangi kelebihan berat badan setelah melahirkan dan mencegah obesitas di kalangan perempuan. Dari hasil penelitian (Widyawati N, 2014)
menemukan perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi senam yaitu mengalami penurunan berat
badan sebesar14,9 % dan penurunan indeks massa tubuh sebesar 6,06 %.
Hal ini di dukung dengan penelitian
(Bauer, 2013) wanita yang mempertahankan aktifitas fisik yang tinggi dapat menghilangkan kelebihan
berat badan postpartum . Akan tetapi (Weaver K, 2008)
menyatakan wanita post partum yang
diberikan intervensi latihan senam aerobic dan diet mendapatkan penurunan berat badan yang signifikan ,
akan tetapi untuk wanita post partum yang hanya diberikan intervensi tidak mengalami penurunan berat badan yang
signifikan tetapi meningkatkan kebugaran respirasi .
Hal ini juga dikuatkan oleh
(Stockunas, 2000) bahwa terdapat perubahan signifikan 2,4% dan 2,8% penurunan berat badan dengan Indeks
Massa Tubuh dengan nilai rata – rata dan standar deviasi (33.6 ± 1.45 kg/m2 ke 32.7 ± 1.54 kg/m2) pada kelompok
intervensi dan diet . Dan (Lovelady, 2000) juga menyatakan wanita yang melakukan diet dan olahraga akan kehilangan berat badan (4,8 ± 1,7 kg
dan 0,8 ±2,3 kg dengan P <0,001) .
Kesimpulan Rata – rata usia wanita pasca
persalianan adalah 28±6 tahun dan dengan rata – rata jumlah melahirkan (paritas) 3±1 kelahiran sedangkan IMT
pada ibu pasca persalinan sebelum intervensi 23,88±3,99 dan IMT sesudah intervensi 22,96±3.64 yang secara
stastistik berbeda makna dengan p= 0.49 Dengan demikian terdapat perubahan signifikan IMT pada wanita
pasca persalinan 17 – 26 minggu sesudah dilakukan intervensi senam ramping pasca melahirkan (SERAPI).
Serapi membantu menurunkan berat badan setelah melahirkan oleh karena itu sesuai untuk wanita – wanita pasca melahirkan dan untuk
mendapatkan hasil yang maximal dibutuhkan fokus dalam latihan .
Daftar Pustaka Ainsworth BE, Haskell WL, Herrmann SD, Meckes
N, Bassett DR, Jr., et al.(2011) . Compendium of Physical Activities: a second update of codes andMET values. Med Sci Sports Exerc 43: 1575–1581.
Azadeh Saki, Mohammad R Eshraghian, Kazem Mohammad, Abbas RahimiForoushani,Mohammad R Bordbar (2010). A prospective study of the effect of delivery type on neonatal weight gain pattern in exclusively breastfed neonates born in shiraz, Iran . International Breastfeeding Journal 2010, 5:1
Bernier, J.R., & Hanson, Y. (2012). Overweight and obesity in pregnancy: A review of evidence. Halifax, NS: Atlantic Centre of Excellence for Women’s Health.
Cedergren M (2006). Effects of gestational weight gain and body mass index on obstetric outcome in Sweden . Int J Gynaecol Obstet.2006 93, 269274[PubMed: 16626716]
Donny Anhar Fahmi (2014). Effect of exercise to Body Mass Index, to body fat percentage and to the vital capacity of lung for the Members of Astuti and Studio Dance Semarang [artikel].
Ellen M Evans, Michael J Saunders, Marie A Spano, Sigurbjorn A Arngrimsson, Richard D Lewis, and Kirk J Cureton (1999). Body-composition changes with diet and exercise in obese women: a comparison of estimates from clinical methods and a4-component model1–3. Am J Clin Nutr 1999;70:5–12.
Ellen A Nohr, Michael Vaeth, Jennifer L Baker, Thorkild IA Sørensen, Jorn Olsen, and
16 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Kathleen M Rasmussen (2009) . Pregnancy outcomes related to gestational weight gain in women defined by their body mass index, parity, height, and smoking status. Am J Clin Nutr 2009;90:1288–94
Ellen Althuizen, Mireille NM van Poppel, dan Jeanne H de Vries (2011) . Postpartum behaviour as predictor of weight change from before pregnancy to one year postpartum. BMC Public Health 2011, 11:165
Emily Oken, MD, MPH, Elsie M. Taveras, MD, MPH, Folasade A. Popoola, MPhil, Janet W. Rich-Edwards, ScD, and Matthew W. Gillman, MD, SM. (2007). Television, Walking, and Diet: Associations with Postpartum Weight Retention. Am J Prev Med. 2007 April ; 32(4): 305–311.
Fathirina Sientia. (2012). Pengaruh latihan senam aerobic terhadap perubahan berat badan pada peserta klub kebugaran (Studi Kasus di Klub Kebugaran Susan, Semarang) . Semarang: Universitas Diponegoro; 2012. [skiripsi]
Grace, Carol. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi penurunan berat badan ibu postpartum. Universitas Indonesia. Jakarta [skiripsi]
Gunderson EP, Abrams B. (1999) . Epidemiology of gestational weight gain and body weight changes after pregnancy. Epidemiol Rev. 1999; 21:261–275. [PubMed: 10682262]
Harris H E, Ellison G T H, Richter L M, and Levin J. (1998). Are Overweight Women At Increased Risk of Obesity Following Pregnancy?. British Journal of Nutrition; 79-489-494.
JiWon Choi, PhD, RN, Yoshimi Fukuoka, PhD, RN, and Ji Hyeon Lee, BS, (2013). The Effects of Physical Activity and Physical Activity plus Diet Interventions on Body Weight in Overweight or Obese Women who are Pregnant or in Postpartum: A Systematic Review and Meta Analysis of Randomized Controlled Trials . Prev Med. 2013 June ; 56(6): 351–364
Kac G, D'Aquino Benicio MH, Valente JG, Velasquez-Melendez G. (2013) Postpartum weight retentionamong women in Rio de Janeiro: a follow-up study. Rep Public Health. 2003; 19:149S–161S.
Kathryn Weaver. (2008) . Review: dietary restriction, with or without aerobic exercise, promotes weight loss in postpartum women . Evid. Based Nurs. 2008;11;14
Katie F Foxcroft, Ingrid J Rowlands, Nuala M Byrne, H David McIntyre, Leonie K Callaway, the BAMBINO group (2010). Exercise in obese pregnant women: The role of social factor.lifestyle and pregnancy symptoms. Australia. BMC Pregnancy and Childbirth 2011, 11:4
Kinnunen, T. I., Pasanen, M., Aittasalo, M., Fogelholm, M., Weiderpass, E. & Luoto, R. (2007) . Reducing postpartum weight retention – a pilot trial in primary health care. NutritionJournal, 6(21): 1-9.
Kim SY, Dietz PM, England L, Morrow B, Callaghan WM. (2007). Trends in pre-pregnancy obesity in nine states, 1993-2003. Obes. 2007; 15:986–993.
Kopelman PG. Obesity as a medical problem. Nature 2000;404:635– 43.
Linda Reme Sagedal, Nina C Øverby, Hilde Lohne-Seiler, Elling Bere, Monica K Torstveit,Tore Henriksen and Ingvild Vistad.(2013) Study protocol: fit for delivery - can a lifestyle intervention in pregnancy result in measurable health benefits for mothers and newborns? A randomized controlled trial BMC Public Health 2013, 13:132
Linne Y, Neovius M. (2006). Identification of women at risk of adverse weight development following pregnancy. Int J Obesity 2006;30:1234–1239.
Little, K.D. and Clapp, J.F.I (1998). Self-Selected recretional exercise has no impact on early postpartum lactation-induced bone loss.Med.Sci.Sports Exerc.30: 831-836
Lovelady CA, Garner, K.E, Morena,K.L., and William,J.P. (2000). The effect of weight loss in overweight lactating women on the growth of their infants. N Engl J Med. 2000 342:449-453
McCrory,M.A., Nommsen-Rivers,L.A., Molé,P.A., Lönnerdal,B., Dewey, K.G.(1999). Randomized trial of the short-term effects of dieting compared with dieting plus aerobic exercise on lactation performance. Am J Clin Nutr 1999;69:959–67.
Michelle M. Stockunas, Roxann L. Polo, Janet Walberg-Rankin, (2000) . The effects of interval training and modest calorie restriction in the treatment of obesity . Department of Human Nutrition, Foods, and Exercise. Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, VA 24061
Michelle F. Motolla, Isabelle Giroux, Robert gratton, Jo-Anne Hammond, Anthony Hanley, Stewart Harris, Ruth Mcmanus, Margie H. Davenport, and Manggie M. (2010). SopperNutrition and Exercise Prevent Excess Weight Gain in Overweight Pregnant Women Med Sci Sports Exerc. 2010 February ; 42(2): 265–272.
Nafika Widyawati. (2014). Pengaruh Senam Fun Aerobic Terhadap Index Massa Tubuh Wanita Usia 30-40 Tahun . [skiripsi]
Nascimento SL, Surita FG, Parpinelli MA, Siani S, Pinto e Silva JL. (2011). The effect of an antenatalphysical exercise program on maternal/perinatal outcomes and quality of life in overweight andobese pregnant women: a randomized clinical trial. BJOG:
17 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Int J Obstet Gynaecol. 2011;118:1455–1463.
Patricia W. Bauer, James M. Pivarnik, Deborah L. Feltz, Nigel Paneth and Christopher J. Womack, (2013). Relationship of Past-Pregnancy Physical Activity and Self-efficacy With Current Physical Activity and Postpartum Weight Retention. American Journal Of Lifestyle Medicine 2014 8: 68
Rasmussen KM, Yaktine AL, eds. Institute of Medicine (2009). Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the Guidelines. Committee to Reexamine IOM Pregnancy Weight Guidelines. Washington, DC: National Academy Press.
Regina W Mbochi, Elizabeth Kuria, Judith Kimiywe, Sophie Ochola1 and Nelia P Steyn , (2012) . Predictors of overweight and obesity in
adult women in Nairobi Province, Kenya. BMC Public Health 2012, 12:823
Rooney BL, Schauberger CW (2002). Excess pregnancy weight gain and long-term obesity: one decade later. Obstet Gynecol 2002;100:245–252. [PubMed: 12151145]
Riset Kesehatan Dasar. (2010) www.Riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010
Rossner S, Ohlin A. (1995) . Pregnancy as a risk factor for obesity: lessons from the Stockholm Pregnancy and Weight Development Study. Obes Res. 1995; 3:267S–275S. [PubMed: 8581786]
M, Mirkin G, Women and execise physiology and sport medicine. (1994) Ed 2 Philadelphia: F. A. Davis Company; 1994
Thang SH, Sattar N, Lean M (2006). Assessment of obesity and its clinical implications . BMJ. 333: 695-698
18 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PERBEDAAN KELUHAN LOW BACK PAIN DENGAN KEJADIAN INKONTINENSIA URIN PADA WANITA PASKA PERSALINAN
DI KOTA SUKABUMI
Siswa purwa 1, Muh. Arsyad Subu 2, Imam waluyo3, Siti Alimah4
1 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif STIKes Binawan 2. Ottawa University , Canada
3 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif & Staf Pengajar Prodi Fisioterapi STIKes Binawan Jl. Kalibata Raya No. 25–30 Jakarta 13630 Indonesia
4. Siti Alimah , Akfis YAB Jogyakarta [email protected]
Abstract In pregnant and post-partum women have changed in the body, physiology, mechanics and hormones that can cause some disorders such as low back pain and urinary incontinence. One to measure the problem of back pain and urinary incontinence is the Qswestry Disability Index of Low Back Pain Dysfunction (ODI) and Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID). The survey study conducted in Sukabumi City with a sample of 243 postpartum subjects consisting of 74 samples of caesarean delivery and 169 samples of labor with creteria inclusion are low back and incontinent urine and from those subjects had been found 70 subjects. Before have been done the research , ethical approval were needed. Interviews using Questionnaire For Female Urinary Incontinence Diagnosis (QUID), and Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI). The result average ODI yield is 6.47 ± 4.94 and QUID 2.67 ± 3.57. From the results of this study can be concluded the average score of Oswestry Disability Index for Low Back Pain is 6.47 which means all samples indicated experiencing low back pain complaints with mild disability category (score <25) 97%. Although the results of this study differ from some studies that suggest a higher prevalence of urinary incontinence in women with low back pain than women without low back pain, this study found information on urinary incontinence problems in which respondents indicated that stress incontinence is not necessarily indicative of urge incontinence or otherwise Keyword: Postpartum, Questionnaire For Female Urinary Incontinence Diagnosis (QUID), Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI)
19 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PENDAHULUAN Pada wanita hamil dan paska melahirkan akan mengalami perubahan pada tubuh secara fisiologi, mekanik dan hormon sehingga dapat menimbulkan beberapa gangguan (Price, 2000; Nahid L. S Kazemirad, 2009). Penanganan yang kurang tepat dan cepat dapat menjadi faktor risiko yang berkontribusi untuk terjadinya keluhan inkontinensia urin (Schnelle JF, 2010; Östgaard, 1997). Demikian juga nyeri pinggang dianggap kondisi normal pada masa kehamilan dan cenderung tidak meminta bantuan atau tindakan dari petugas kesehatan (Moon et al, 2000; Ostgaard et. al, 1997). Beberapa sakit pinggang pada kehamilan dapat bertahan sampai periode pasca melahirkan ( Nelson Wikmar et. al, 2005; Ostgaard et. al, 1997; Padua et. al, 2005). Nyeri pinggang dilaporkan terjadi pada 30-45% dari perempuan selama periode pasca-partum ( Wong, 2003). Sekitar setengah dari wanita yang mengalami sakit pinggang selama kehamilan dan masih mengeluh nyeri pinggang pada 1 tahun setelah melahirkan dan sangat menganggu aktifitas sehari-hari seperti duduk, berdiri, berjalan serta aktifitas merawat bayi karena melibatkan gerakan pinggang dan panggul (Padua, et.al, 2005) . Keluhan tersebut karena beberapa faktor salah satu faktor yang dapat memperberat sakit pinggang akibat beban aktivitas fisik , cara melakukan aktivitas (Hyun-Ei Oh, 2007 , Borg Stein et. al, 2005; Schnelle J.F, 2010 Kristiansson et. al, 1996, Nelson Wikmar et. al, 1999) . Inkontinensia urin sendiri sangat berkaitan dengan perubahan fungsi panggul maupun kelemahan komponen otot-otot dasar panggul dan tingginya tingkat progesteron (yang dianggap menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan konsentrasi reseptor estrogen) yang terjadi pada saat kehamilan maupun proses persalinan (Folspang A, . 2004. Banyak metode yang telah di kembangkan untuk menilai keluhan sakit pinggang pada pasien, salah satunya yaitu Qswestry Disability Index fo Low Back Pain
Dysfunction terkait ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari sehingga dapat menentukan ketidakmampuan pasien berdasarkan nyeri pinggang yang di alami secara sederhana, cepat dan mudah diolah (Fairbank, 2000;). Kejadian inkontinensia urin pada pasien banyak metode yang telah di kembangkan salah satunya yaitu metoda Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID). (Leduc Holroyd, et al. 2008; Bradley CS, et al. 2005). Artikel ini akan membahas bagaimana keluhan/ gangguan nyeri pinggang dan inkontinen urin pada wanita paska melahirkan di kota sukabumi BAHAN DAN CARA Penelitian survey yang dilakukan di Kota Sukabumi dengan sampel 243 subyek paska melahirkan yang terdiri dari 74 sampel persalinan caesar dan 169 sampel persalinan normal kriteria inklusi keluhan Low Back dan Incontinen urine dan kriteria eksklusi paska melahirkan dengan kondisi sakit parah sehingga tidak dapat beraktivitas. Dari 243 subyek yang terdapat pada data survey tentang Gambaran kondisi kesehatan ibu, kesehatan fisik, kesehatan mental dan hormonal pada wanita pasca melahirkan di pelayanan kesehatan sukabumi didapat 70 yang memenuhi kriteria inklusi Sebelum di lakukan penelitian subyek penelitian yang memenuhi persyaratan inklusi mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian sesuai dengan persyratan kaji etik ( ethical approval ) yang didapat dari komite etik STIKes Binawan . Wawancara dengan menggunakan Questionnaire For Female Urinary Incontinence Diagnosis (QUID), yang terdiri dari 6 buah pernyataan yang diisi oleh subyek dimana skor untuk setiap item pertanyaan / pernyataan adalah skor 0 (Tidak ada waktu), 1 (Jarang), 2 (Sekali dalam beberapa saat), 3 (Sering), 4 (Sebagian besar waktu) atau 5 (Setiap saat ). Sehingga skor dapat dikatagorikan sebagai stress inkontinence urin (pertanyaan no 1-3) bila skor nya < 4
20 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
disebut normal , dan bila skornya ≥ 4 tidak normal , sedang pertanyaan no 4-6 dapat di katagorikan Urge Inkontinence Urin bila skornya < 6 dikatakan Normal Dan bila skornya ≥ 6 disebut Tidak Normal. Wawancara Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI) teridiri dari 10 item yang menanyakan tentang: Intensitas Nyeri, Perawatan Pribadi, Mengangkat Beban, Berjalan, Duduk, Berdiri, Tidur, Kehidupan Sosial, Travelling/Perjalanan, Perubahan Tingkat Nyeri . Nilai min =0 nilai maks =50 dan dapat dikatagorikan menjadi normal bila skor 0 , disibilitas ringan skor 1-10 , disibiltas sedang bila skor 10-30 dan bila skor 30-50 termasuk katagori disibilitas berat (Fairbank , 2000) Analisis dilakukan dengan deskriptif untuk melihat frekuensi variabel keluhan gangguan Low Back Pain (ODI) dan kejadian inkontinensia urin pada wanita paska melahirkan. Hasil : Dari subjek penelitian, didapatkan rata rata hasil Oswestry Disability Index for Low Back Pain dan Quesioner for female urinary incontinence diagnosis dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1: Rata Rata Skor Oswestry Disability Index for Low Back Pain dan Quesioner for female urinary
incontinence diagnosis Pemeriksaan Rata rata dan
SD
Oswestry Disability Index for Low Back Pain
6,47 ± 4,94
Quesioner for female urinary incontinence diagnosis
2,67±3,57
Rata-rata skor Oswestry Disability Index for Low Back Pain 6,47 sehingga semua subyek cenderung mengalami disibilitas ringan 97% dan dan disablitas sedang dan berat 3% . Rata rata Skor Quesioner for female urinary incontinence diagnosis 2,67 bila dikatagorikan dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Distribusi Frekuensi katagori Quesioner For Female Urinary Incontinence Diagnosis yang
termasuk Stress Incontinence
Stress Incontinence
%
Normal (< 4) 94,3
Terindikasi (≥ 4) 5,7
Tabel 3.Distribusi Frekuensi katagori Quesioner For Female Urinary Incontinence Diagnosis yang termasuk Urge Incontinence
Urge Incontinence %
Normal (< 6) 94,3
Terindikasi (≥ 6) 5,7
Tabel 2 dan 3 menunjukan bahwa yang terindikasi mengalami stress Incontinence dan urge incontinence sama banyaknya yaitu 5,7% . Secara umum tanpa membagi antara stress incongtinence dengan urge incontinence ternyata yang teridikasi mengalami inkontinen urine sebesar 10% . Dengan demikian berarti subyek yang terindikasi stress incontinence belum pasti mengalami urge incontinence ataupun sebaliknya
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Robinson yang menyatakan hampir semua atau kebanyakan perempuan selama kehamilan mengalami LBP (Robinson HS, 2006), dan sebagian besar nyeri pinggang berlanjut selama beberapa tahun setelah melahirkan (Gutke A, 2008; Padua, 2005). Nyeri pinggang dilaporkan terjadi pada 30% sampai 45% dari perempuan selama periode paska melahirkan (MacArthur C 2011) . Namun jika didefinisikan Low back pain pada periode postpartum sebagai nyeri yang berulang atau terus menerus selama lebih dari satu minggu di daerah sekitar tulang belakang selama masa kehamilan dan berlanjut setelah kehamilan atau semasa periode postpartum (Borg-Stein, 2005). Low back pain pada ibu postpartum berkaitan dengan disabilitas gerak yang dalam hal ini adalah aktivitas sehari-hari juga perubahan postur saat ibu hamil. Dalam suatu penelitian terdapat 44%
21 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
kejadian low back pain 1-2 bulan pada ibu postpartum dan faktor predisposisi adalah riwayat nyeri punggung, usia yang lebih muda, dan berat badan yang meningkat . Nyeri pinggang dilaporkan terjadi pada 30-45% dari perempuan selama periode pasca-partum . Dimana sekitar setengah dari wanita yang mengalami sakit pinggang selama kehamilan dan masih mengeluh nyeri pinggang pada 1 tahun setelah melahirkan dan sangat menganggu aktifitas sehari-hari seperti duduk, berdiri, berjalan serta aktifitas merawat bayi karena melibatkan gerakan pinggang dan panggul (Padua, et.al, 2005). Hal tersebut diketahui karena seiring dengan bertambahnya usia dan obesitas (BMI > 25 kg/m2) setelah melahirkan serta kurangnya aktivitas (Mette, et. al, 1995; Williams, 2005). Jika melihat beberapa studi yang mengatakan sebanyak 4 dari 10 wanita melaporkan mengalami LBP sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan, namun etiologi jelas LBP paska melahirkan masih kurang dipahami dikarenakan banyak faktor yang bisa menjadi pencetus timbulnya LBP paska melahirkan sehingga perlunya dilakukan pengembangan terkait penyebab terjadinya LBP paska melahirkan dan kurangnya pemeriksaan fisik dalam menegakkan diagnosa keluhan nyeri pinggang, namun riwayat nyeri pinggang selama kehamilan disebut-sebut prediktor kuat menimbulkan LBP paska melahirkan (Rost CC, 2006). Inkontinensia urin (UI) adalah masalah umum pada 25% wanita yang mana faktor risiko terkait dengan problematika inkontinensia urin yaitu kehamilan, jenis persalinan, paska tindakan operasi, infeksi saluran kandung kemih, dan juga faktor-faktor yang meningkatkan tekanan intra-abdomen atau kelebihan berat badan (Hunskaar S, 2000). Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot dasar panggul adalah bagian dari sistem stabilisasi lumbopelvic yang dipengaruhi oleh tekanan intra-abdomen dan kompresi sendi sacroiliac (Hodges PW et. al, 2007 ;
Pool-Goudzwaard A et. al, 2004, Pool-Goudzwaard A et. al, 2005).Pada orang sehat, kontrol otot dasar panggul berlangsung secara otomatis, dengan mengaktifasi otot transversus abdominis dan otot diafragma (Hodges PW et. al, 2007). Otot dasar panggul merupakan otot utama yang terlibat dalam menstabilkan tulang belakang, dengan demikian otot dasar panggul dipastikan tidak hanya berfungsi dalam hal kontraksi otot sphincter tetapi juga sebagai kontrol postural Beberapa studi telah mengamati perubahan dalam stabilisasi lumbar-panggul yang mana meningkatkan ketidakseimbangan postural pada wanita dengan inkontinensia urin (Smith , 2007), penelitian tersebut berpendapat bahwa perubahan fungsional otot dasar panggul bisa menjadi sumber nyeri pada pinggang bawah atau LBP. Dengan demikian, dalam satu dekade terakhir, beberapa penelitian telah dipublikasikan menunjukkan hubungan yang kuat antara nyeri pinggang dan inkontinensia urin ( Smith , 2007). Namun, tingginya insiden infeksi saluran kemih pada wanita dengan LBP juga menunjukkan bahwa kurangnya kontrol postural bisa menjadi asal dari inkontinensia urin Dalam penelitian ini dimana seluruh subjek terindikasi keluhan nyeri pinggang bawah atau LBP didapatkan rata – rata Quesioner for female urinary incontinence diagnosis 2,67 , 10% yang memiliki masalah incontinence urin . Hasil dari penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian dengan prevalensi inkontinensia urin lebih banyak 43% pada wanita dengan keluhan nyeri pinggang dibandingkan dengan wanita tanpa keluhan nyeri pinggang (Mannion CA , 2015 ) memperoleh prevalensi 78% kejadian inkontinensia urin pada wanita yang mengalami LBP pada 200 subjek. Hal tersebut dikarenakan subjek pada penelitian ini fokus pada wanita paska melahirkan yang mana seluruh sampel terindikasi mengalami keluhan low back pain dengan kategori disabiliti ringan (skor
28
22 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
< 25) sehingga kerusakan jaringan otot yang ditimbulkan tidak menurunkan fungsi otot dasar panggul pada wanita yang mengalami LBP paska melahirkan. Paritas merupakan faktor risiko timbulnya inkontinensia urin yang sering ditemukan dalam literatur (Cerruto MA, 2013). Robeknya struktur fasia dan otot dasar panggul dan bekas luka yang dihasilkan saat persalinan menyebabkan timbulnya gangguan yang meluas pada otot dasar (Madill , 2007; Madill , 2008) . Hubungan antara inkontinenesia urin dapat menjadi peran penting bagi stabilisasi tulang belakang dimana otot dasar panggul salah satu fungsinya secara biomekanik mensupport fungsi tulang belakang dan panggul, fungsional tulang belakang sebagai postural berubah pada wanita dengan inkontinensia urin (Smith MD, 2006). Menurut Smith et al. (2007) dan Hodges PW et al. (2007) gangguan otot dasar panggul pada wanita dengan inkontinensia urin antara lain, disebabkan oleh melahirkan, tidak ada stabilisasi tulang belakang yang tepat sehingga otot dasar panggul tidak akan mengerahkan fungsinya sebagai stabilisasi postural tang bekerja sama dengan otot transversus abdominis, multifidus dan diafragma. Keterbatasan penelitian dan kesimpulan Kuesioner Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI) dan Quesioner for female urinary incontinence diagnosis (QUID) bersifat menggali ingatan ( recall) kemungkinan dapat memberikan bias recall . Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi ODI dan QUID tidak dilakukan analisis dalam penelitian ini sebagai ketertbatasan penelitian . Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan rata-rata hasil skor Oswestry Disability Index for Low Back Pain yaitu 6,47 yang berarti seluruh sampel terindikasi mengalami keluhan low back pain dengan kategori disabiliti ringan (skor < 25) 97%. Secara umum tanpa membagi antara stress incongtinence dengan urge
incontinence ternyata yang teridikasi mengalami inkontinen urine sebesar 10% Walaupun hasil dari penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian yang mengatakan prevalensi inkontinensia urin lebih banyak pada wanita dengan keluhan nyeri pinggang dibandingkan dengan wanita tanpa keluhan nyeri pinggang, namun pada penelitian ini didapatkan informasi mengenai problematika inkontinensia urin dimana subyek yang terindikasi stress incontinence belum pasti terindikasi urge incontinence ataupun sebaliknya Perlu pencegahan dengan cara penyuluhan atau edukasi kepada wanita hamil tentang kesehatan wanita hamil secara menyeluruh agar nyeri pinggang paska melahirkan dan inkontinen urin dapat diantisipasi dengan tindakan yang tepat sehingga tidak mengganggu aktivitas pasak melahirkan .
DAFTAR PUSTAKA
Borg-Stein, J., Dugan, S., & Gruber, J. (2005). Musculoskeletal Aspects Of Pregnancy. Am J Phys Med Rehabil, 84(3), 180-192.
Bradley CS1, Rovner ES, Morgan MA, Berlin M, Novi JM, Shea JA, Arya LA. (2005) A new questionnaire for urinary incontinence diagnosis in women: development and Testing Am J
Obstet Gynecol. 2005 Jan;192(1):66-73.
Cerruto MA1, D'Elia C, Aloisi A, Fabrello M, Artibani W. (2013 ) Prevalence, incidence and obstetric factors' impact on female urinary incontinence in Europe: a systematic review. Urol Int. 2013;90(1):1-9. doi: 10.1159/000339929. Epub 2012 Aug 3.
Elders, Devon. Activity Due To LBP. Jurnal Occup Environ Med., 2007, 389: 225-234
Fairbank JCT, Pynsent PB. (2000). The Oswestry Disability Index. Spine.;25:2940-2953.
Foldspang A, Hvidman L, Mommsen S, Nielsen JB (2004) Risk of postpartum urinary incontinence associated with pregnancy and mode of delivery. Acta Obstet Gynecol Scand. 2004 Oct;83(10):923-7.
Gutke A, Ostgaard HC, Oberg B. (2008) Predicting
persistent pregnancy-related low back pain.
23 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Spine (Phila Pa 1976). 2008 May 20;33(12):E386-93. doi: 10.1097/BRS.0b013e31817331a4.
Gutke A, Ostgaard HC, Oberg B (2008) . Association
between muscle function and low back pain in relation to pregnancy. J Rehabil Med. 2008 Apr;40(4):304-11. doi: 10.2340/16501977-0170.
Hodges PW1, Sapsford R, Pengel LH (2007) Postural and respiratory functions of the pelvic floor muscles. Neurourol Urodyn. 2007;26(3):362-71.
Hyun-Ei Oh, Ph.D, RN1, Young-Sook Lee, Ph.D,
RN2, Mi-Jung Shim, Ph.D, RN3, Jin-Sun Kim, Ph.D, RN4.. (2007). Effects Of A Postpartum Back Pain Relief Program For Korean Women. Journal Of Korean Academy Of Nursing Vol. 37, No. 2, 163 170.
Jacob et al. Low back pain incident episodes: a community-based study The Spine Journal, 1998, Volume 6 (3): 306-310.
Kristiansson P, Svardsudd K, Von Schoultz B (1996) Back Pain During Pregnancy: A Prospective Study. Spine 21:702–709.
Holroyd-Leduc JM1, Tannenbaum C, Thorpe KE, Straus SE (2008) What type of urinary incontinence does this woman have? JAMA. 2008 Mar 26;299(12):1446-56. doi:
10.1001/jama.299.12.1446
MacArthur C, Glazener C, Lancashire R, Herbison P, Wilson D; ProLong study group (2011) Exclusive caesarean section delivery and subsequent urinary and faecal incontinence: a 12-year longitudinal study. BJOG. 2011 Jul;118(8):1001-7. doi: 10.1111/j.1471-0528.2011.02964.x. Epub
2011 Apr 8.
Madill SJ, McLean L. (2008) Quantification of abdominal and pelvic floor muscle synergies in response to voluntary pelvic floor muscle contractions. J Electromyogr Kinesiol. 2008 Dec;18(6):955-64. Epub 2007 Jul 23.
Madill SJ, McLean L (2007) A contextual model of
pelvic floor muscle defects in female stress urinary incontinence: a rationale for physiotherapy treatment. Ann N Y Acad Sci. 2007 Apr;1101:335-60. Epub 2007 Mar 1. Review.
Mannion CA1, Vinturache AE2, McDonald SW2, Tough SC3. (2015) The Influence of Back Pain
and Urinary Incontinence on Daily Tasks of Mothers at 12 Months Postpartum. PLoS One. 2015 Jun 17;10(6):e0129615. doi: 10.1371/journal.pone.0129615. eCollection 2015
Moon, W. N., Kim, M. Y., Oh, H. J., Suh, S. W., Kim, I. C., Choi, Y. H., & Ahn, J. Y. (2000). Incidence And Risk Factors Of Pelvic Pain In Pregnancy. J Korean Spine Surg, 7(2), 259-263.
Mette et al Risk factors for low back pain in a cohort
of 1389 Danish school children: an epidemiologic study. European Spine Journal., 1995, 8 (6): 444-450.
Nahid lorzadeh-Sirous Kazemirad ,( 2009). The Effect of Caesarian Section in Preventing Postpartum Stress Urinary Incontinence in Primiparous Women after One Year of Delivery.
Research Journal of Obstetrics and Gynecology, 2: 1-5.
Nilson-Wikmar L, Harms-Ringdahl K, Pilo C, Pahlback M. (1999). Back Pain Women Post Partum Is Not A Unitary Concept. Physiother Res Int. 4(3):201-13.
Nilsson-Wikmar L, Pilo C, Pahlback M, Harms-Ringdahl K (2005). Perceived Pain And Self-
Estimated Activity Limitations In Women With Back Pain Postpartum. Physiother Res Int 8:23–35.
Ostgaard, Zetherstrom, Rooshansson E. (1997). Back Pain In Relation To Pregnancy: A 6-Year Follow-Up. Spine; 22(24):2945–50.
Padua, L., Caliandro, P., Aprile, I., Pazzaglia, C., Padua, RT., Calistri, A., & Tonali, P. (2005). Back
Pain In Pregnancy: 1- Year Follow-Up Of Untreated Cases. Eur Spine J, 14(2), 151-154.
Price, Natalia, Dawood, Rehana, Jackson, Simon R. (2010). Pelvic Floor Exercise for Urinary Incontinence: A Systematic Literature Review. Dept Of Obstetrics and Gynaecology; 1-7
Pool-Goudzwaard A1, van Dijke GH, van Gurp M, Mulder P, Snijders C, Stoeckart R. (2004)
Contribution of pelvic floor muscles to stiffness of the pelvic ring. Clin Biomech (Bristol, Avon). 2004 Jul;19(6):564-71.
Pool-Goudzwaard AL1, Slieker ten Hove MC, Vierhout ME, Mulder PH, Pool JJ, Snijders CJ, Stoeckart R. (2005) Relations between pregnancy-related low back pain, pelvic floor
activity and pelvic floor dysfunction. Int Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct. 2005 Nov-Dec;16(6):468-74. Epub 2005 Apr 1.
Robinson HS, Eskild A, Heiberg E, Eberhard-Gran M.( 2006) Pelvic girdle pain in pregnancy: the impact on function. Acta Obstet Gynecol Scand.
2006;85(2):160-
Röst CC1, Jacqueline J, Kaiser A, Verhagen AP, Koes
BW (2006) Prognosis of women with pelvic pain
24 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
during pregnancy: a long-term follow-up study. Acta Obstet Gynecol Scand. 2006;85(7):771-7
Schnelle JF1, Leung FW, Rao SS, Beuscher L, Keeler E, Clift JW, Simmons S (2010 ) A controlledtrial of an intervention to improve urinary and fecal
incontinence and constipation. J Am Geriatr Soc. 2010 Aug;58(8):1504-11. doi: 10.1111/j.1532-5415.2010.02978.x. Epub 2010 Jul 23.
Smith MD1, Coppieters MW, Hodges PW. ( 2007) Postural activity of the pelvic floor muscles is delayed during rapid arm movements in women with stress urinary incontinence. Int Urogynecol
J Pelvic Floor Dysfunct. 2007 Aug;18(8):901-11. Epub 2006 Dec 1
Waine C. (2002). Obesity And Weight Management In Primary Care. Oxford: Blackwell Science.
Williams, Argart. Age and BMI status of Low Back Pain. Jurnal Curr Opin Rheumatol., 2005, 29: 274-282
Wong MW. ( 2003) Factors associated with back pain symptoms in pregnancy and the persistence
of pain 2 years after pregnancy. Acta Obstet Gynecol Scand. 2003 Dec;82(12):1086-91.
25 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA WANITA PASKA PERSALINAN NORMAL 8-16
MINGGU DI KOTA SUKABUMI TAHUN 2014
Sarkosih2, Nadeta Siftiananda1, Imam Waluyo2, Septian Arif Gandaputra2 1 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif STIKes Binawan
2 Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif & Staf Pengajar Prodi Fisioterapi STIKes Binawan Jl. Kalibata Raya No. 25–30 Jakarta 13630 Indonesia
Abstract Study purpose was to analyze the effect of postpartum exercise toward decrease depression levels for 8-16 weeks postpartum women normal delivery at Sukabumi, West Java 2014. Study used quasi experimental with pre and post plan design of 17 postpartum women 8-16 weeks normal delivery and measured by Beck Depression Inventory (BDI-II). Data were analyzed using computer application. The Study showed the effect of postpartum exercise toward decrease depression levels for postpartum women. It is caused by result of difference BDI-II score from pre and post intervention and the result value of dependent T test is p=0,00 (p<0.05). there is the effects of postpartum exercise to decrease depression levels for 8-16 weeks postpartum women. Keyword: Postpartum Exercise, Postpartum Depression, Beck Depression Inventory
Pendahuluan Dilihat dari segi psikologis wanita paska
melahirkan, fase kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu adalah masa transisi kehidupan wanita. Banyak yang
menganggap bahwa hal tersebut merupakan proses yang menyenangkan dari kehidupannya. Namun, pada sebagian
wanita, transisi tersebut menimbulkan stress sehingga menimbulkan hal negatif, merasa takut dan cemas dengan kehidupan
barunya. Pada masa ini wanita akan mempunyai resiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan psikis pada ibu
paska melahirkan dikenal dengan depresi postpartum (Santrock, 1985).
Depresi postpartum adalah terjadi
gangguan depresi sedang sampai berat pada wanita setelah melahirkan, biasanya terjadi antara dua minggu sampai setahun
pertama setelah melahirkan . Dan paling sering terjadi saat 3 bulan setelah melahirkan (Stewart et al. 2003). Kondisi
yang lebih ringan dari depresi postpartum disebut dengan postpartum blues. Pada kondisi ini, perempuan tersebut mengalami
tanda-tanda sebagaimana pada depresi postpartum hanya saja dalam intensitas
yang lebih ringan dan dalam rentang waktu yang lebih pendek. kondisi ini tergolong normal dan hanya sementara.
Kondisi yang lebih berat dari depresi postpartum adalah postpartum psikosis. Gangguan ini sangat jarang ditemukan,
diperkirakan 4 dari 1000 kelahiran (Vittanayont et al. 2006).
Depresi paska melahirkan
merupakan sebuah permasalahan kesehatan serius di dunia. Sebuah review yang luas pada 59 studi didapat bahwa 13
% dari primipara mengalami depresi paska melahirkan selama 12 minggu paska melahirkan (James McKena, 2010).
Prevalensi keinginan bunuh diri pada periode paska melahirkan antara 0.2%-15.4% diantara populasi berbeda (Doucet,
2009). Beberapa populasi seperti pada etnis dengan status sosial minoritas didapatkan 40% sampai 50% kasus ini
(Michael, 2003). Beck Depression Inventory-II (BDI-
II) merupakan salah satu instrument yang
26 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
digunakan untuk melihat tingkat depresi pada manusia. Instrumen BDI-II
memberikan hasil yang bagus untuk melihat tingkat depresi pada wanita hamil dan postpartum dengan sensivitas 75-90%
dan spesifitas 80-90%. Reabilitas, konsistensi dan validitas BDI-II telah dibuktikan pada studi sebelumnya
termasuk di Amerika, Spanyol, Jamaica dan Cina (Whisman et al. 2011; Baghianimoghadam et al 2009; Lipps et al.
2007; Grothe et al.2005; Beck&Gable). Menganalisa pengaruh senam nifas
terhadap penurunan tingkat depresi pada
wanita paska persalinan normal di Kota Sukabumi tahun 2014. Metode
Penelitian ini bersifat quasi eksperimental dengan rancangan pre dan post. Menggunakan satu kelompok yaitu wanita
paska persalinan normal 8-16 minggu, tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh keefektifan sebelum dan sesudah
dilakukannya senam nifas dengan frekuensi 3 kali seminggu selama 10 minggu terhadap sekelompok wanita paska
persalinan normal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi dengan melihat pengaruh latihan senam nifas terhadap
tingkat depresi. Populasi dan Sampel
Populasi Populasi target penelitian adalah wanita yang melakukan persalinan
normal di Pelayanan Kesehatan Kota Sukabumi Jawa Barat tahun 2014. Sampel Berdasarkan hitungan sampel minimal dibutuhkan hanya 14 subjek, agar analisis penelitian ini
menjadi lebih realiable maka seluruh kasus Depresi pada kelompok intervensi senam nifas yang dipilih
berdasarkan postpartum 8-16 minggu yang berjumlah 20 subjek didapatkan subjek yang mengalami
Depresi ada 17 orang. Sehingga sampel penelitian ini berjumlah 17
orang dengan Depresi.
σ2 [z1-α+z1-β]2
n = (μ1 – μ2)2
59.60 (1.96 + 0.84)2 n = (28.31 – 22.45)2
= 13.607 *dibulatkan 14
Teknik Sampling Kelompok intervensi senam nifas pada kelompok persalinan normal 8-16 minggu yang berjumalah 20
orang. Dari 20 orang kelompok ini diambil dengan cara select cases pada program pengolahan
data berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah menggunakan kriteria yang ada pada
instrument BDI-II pada blok VI.C dengan memperhatikan pertanyaan yang terdiri dari 21 item dengan nilai
terendah “0” dan nilai tertinggi “63” Normal =0-9, depresi ringan=10-15, depresi sedang=16-23, depresi
berat =24-63. Dengan teknik pengambilan sampel dengan kriteria diatas. Maka didapatkan 17 subjek
penelitian. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi Wanita Postpartum, dengan persalinan normal tanpa komplikasi
pada masa 8-16 minggu setelah melahirkan yang mengalami Depresi. Kriteria Ekslusi Wanita Postpartum, dengan persalinan normal 8-16 minggu dalam kondisi sakit parah paska
melahirkan (sakit pinggang yang menyebabkan tidak bisa beraktivitas).
27 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Kriteria Drop Out Subjek di drop out jika tidak
mengikuti latihan sebanyak 3 kali berturut turut.
Teknik Pengumpulan Data Informed consent, berisi mengenai pertanyaan kesediaan peserta menjadi
subjek atau responden penelitian untuk dapat mengikuti penelitian ini dari awal hingga akhir. Formulir kuesioner terdiri dari:
identitas individu. Kuesioner BDI-II merupakan behavioral assessment dalam bentuk self report rating inventory yang
mengukur kriteria sikap dan simtom-simtom depresi. Pertanyaan BDI-II terdiri dari 21 item, yang didesain untuk melihat tingkat kognitif, kebiasaan, kecendrungan
(Affective), dan symptom somatic dari depresi. jawaban pertanyaan dari BDI-II dicatat untuk melihat respon yang diberikan
pada setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi nilai antara 0-3 untuk menjelaskan tingkat symptom (gejala). Jumlah
pertanyaan adalah 21 dengan nilai terendah “0” dan nilai tertinggi “63”. Interpretasi yang digunakan dalam total skor BDI-II bisa
dibagi menjadi 4 kategori. Normal =0-9, depresi ringan=10-15, depresi sedang=16-23, depresi berat =24-63 Sehingga dari
keempat katagori tersebut dapat ditetapkan subjek dengan masalah Depresi.
Prinsip dasar dari senam nifas adalah selalu diawali dengan pemanasan, latihan menggunakan beban yang disesuaikan
dengan sasaran yang ingin dicapai, tekanan beban yang besarnya semakin meningkat dengan diberikan secara bertahap melalui
tempo waktu tertentu dan repetisi antara 8 – 15 dalam setiap set. Lamanya latihan senam nifas antara 30-50 menit dalam satu
sesi latihan, frekuensinya 3 kali dalam satu minggu selama 10 minggu Waktu latihan dilakukan pagi hari sebelum jam 10.00 dan
sore hari setelah pukul 15.00, hindarkan jarak waktu latihan yang terlampau dekat
dengan waktu beristirahat/tidur (3 jam sebelum tidur latihan harus selesai).
Jenis gerakan pada posisi berdiri dan tidur terlentang. Selanjutnya untuk posisi berdiri gerakannya antara lain menggerakkan
bahu, membungkuk dengan punggung datar, dan mencium lutut. Pada posisi tidur terlentang kaki ditekuk dan digerakkan
kekiri dan kekanan. Mengangkat pantat dengan memberi tahanan. Secara lebih lengkap dapat dilihat dari Investigation Brochure terlampir. Perlengkapan latihan menggunakan pakaian yang menyerap keringat, tidak ketat dan
menyerap panas tubuh dengan baik menggunakan pakaian senam. Wanita dianjurkan memakai bra untuk berolahraga, sepatu olahraga dengan tipe sepatu untuk
lari dan menggunakan kaos kaki yang tebal dan tidak licin serta membawa handuk dan air minum secukupnya.
Etika Penelitian Pada penelitian ini tidak dilakukan
wawancara dan intervensi karena penelitian ini merupakan analisis lanjut dari Pengaruh Intervensi Senam & Slimmer Terhadap
Kondisi Kesehatan Ibu, Kesehatan Fisik, Kesehatan Mental dan Hormonal Pada Wanita Paska Melahirkan Di Rumah Sakit
Sukabumi Tahun 2013. Dimana penelitian ini sudah melalui proses persetujuan etik (ethical approval) dari komite etik STIkes
Binawan dengan SK 001/EP/KE/STIKES-BIN/V/2013. Sehingga penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Nifas Terhadap
Tingkat Depresi Pada Wanita Paska Persalinan Normal 8-16 Minggu Di Kota Sukabumi Tahun 2014 (Analisis Lanjut)
tidak memerlukan lagi persetujuan etik (ethical approval).
Hasil Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Tabel 1 didapatkan rata-rata
Usia ibu 28.94±6.52 , dengan usia minimum 19 tahun dan maksimum 43 tahun dan didapatkan skor BDI-II sebelum intervensi
28 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
senam nifas rata-rata 19.82 namun setelah dilakukan intervensi terjadi penurunan
menjadi 8.71. Tabel 1. Rata-rata Usia Ibu dan Rata-rata
Skor Depresi Berdasarkan Beck Depression Inventory-II (BDI-II) (n=17)
Rata-rata skor Depresi berdasarkan Beck Depression Inventory (BDI-II) sebelum dan
sesudah intervensi senam nifas persalinan normal 8-16 minggu.
Dari data Tabel 2 diketahui skor Depresi sebelum intervensi 19,82 yang menurut kategori Depresi adalah Depresi Sedang dan
setelah dilakukan Intervensi mengalami penurunan menjadi 8.71 yang dapat dikategorikan normal/tidak depresi.
Perbedaan tersebut dengan uji statistik dikatakan bermakna dengan nilai p = 0.00.
Tabel 2. Rata-rata skor Depresi berdasarkan Beck Depression Inventory (BDI-II) sebelum dan sesudah intervensi senam nifas persalinan normal 8-16
minggu.
Pembahasan A. Deskripsi Data Subjek Penelitian Dari tabel 5.1 didapat rata-rata usia ibu yang mengalami depresi postpartum adalah 28,94±6.52 atau jika dibulatkan menjadi 29
tahun, sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Masmoudi et al, 2010 dan
Baines et al, 2013 yang mendapatkan rata-rata wanita yang mengalami depresi
postpartum pada usia 29,36 tahun. Jordanova et al, 2013 juga menemukan rata-rata pada usia 29,23 tahun (SD±5.11)
wanita lebih rentan mengalami depresi postpartum. Sedangkan pada penelitian Matsumoto et al,
2011 dari 675 ibu melahirkan yang berpartisipasi, 100 perempuan ditemukan memiliki depresi postpartum dengan
perkiraan usia spesifik yaitu 20,8% untuk <25 tahun, 14,2% pada 25-29 tahun, 11,5% pada 30-34 tahun, dan 17,9% untuk
≥35 tahun. Sehingga usia yang mengalami depresi terbanyak adalah <25 tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup penting
terhadap kejadian depresi postpartum. Usia yang terlalu muda (<20 tahun) seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental seorang
ibu dalam menjalani pernikahannya dan melahirkan bayi, sedangkan usia terlalu tua (>35 tahun) dianggap beresiko tinggi
mengalami kelainan kehamilan yang membahayakan kesehatan pada ibu paska persalinan (Hurlock,2002).
B. Analisis Perbedaan Hasil Intervensi Senam Nifas Terhadap Depresi Postartum
Pada analisis rata-rata skor depresi berdasarkan Beck Depression Inventory (BDI-II) (tabel 5.3) didapatkan skor depresi
sebelum intervensi 19,82±3.23 yang dikategorikan dan sesudah intervensi 8.71±3.06 nilai p=0.00 sehingga p<0.05
yang menyatakan adanya pengaruh senam nifas terhadap depresi pada wanita paska persalinan normal. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Conney et al, 2013; Gorczynski & Faulkner, 2010 yang menyatakan ada pengaruh exercises terhadap depresi, dan penelitian berbeda didapat dari Larun et al, 2006 yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan
pada exercises dalam menurunkan tingkat depresi. Pada penelitian Koltyn & Schultes, 1997 didapatkan penurunan secara
29 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
signifikan (p<0,05) tingkat depresi postpartum setelah melakukan senam
paska melahirkan secara rutin, karena wanita postpartum yang aktif secara fisik akan lebih semangat dibandingkan wanita
postpartum yang tidak mengikuti senam paska melahirkan. Sexton et al, 2012 ; Deligiannidis & Freeman, 2010 ; dan Daley,
2008 dalam penelitiannya mengatakan Latihan fisik atau olahraga merupakan rekomendasi klinis yang penting dalam
mengobati depresi, karena dengan olahraga seperti senam dapat meningkatkan mood pada penderita depresi postpartum.
Kesimpulan dan Saran Umumnya usia yang biasanya mengalami Depresi postpartum adalah 28.94±6.52
tahun. Dari hasil pengukuran tingkat Depresi dengan menggunakan Questionnaire BDI-II didapatkan skor rata-
rata sebelum intervensi senam nifas adalah 19,82±3.23 yang dikategorikan menjadi Depresi Sedang dan skor rata-rata setelah
intervensi adalah 8.71±3.06 yang dikategorikan normal/tidak depresi. Perbedaan tersebut dengan uji statistik
dikatakan bermakna dengan nilai p=0.00. Daftar Pustaka Ali N, Azam I, Ali B, Tabbusum G, Moin S.(2012).
Frequency and Associated Factors for Anxiety and Depression in Pregnant Women. The ScientificWorld Journal.
Baghianimoghadam MH, Shodhaee zadeh D, Aminian AH. (2009). Caesarean Section, Vaginal Delivery and Postnatal Depression. Iranian J Publ Health. Vol 38, No.3; 118-122.
Baines T, Wittkowski A, Wieck A. (2013). Illness perceptions in mothers with postpartum depression. Midwifery. Jul;29(7):779-86. doi: 10.1016/j.midw.2012.06.020. Epub 2012 Aug 14.
Barclay. L. (2008). Medcape Medical News: prevalence self-reported Postpartum depresisive symptoms ranges from 11.7 to 20.4 % 57 (14);361-366.
Beck C. (2001). Revision of the Postpartum Depression Predictors Inventory. JOGNN; 31, 394-402.
Beck C, Gable R (2001). Further Validation of the Postpartum Depression Screening Scale. Nursing Research; May/Juni, Vol 50, No 3.
Bobak, M & Irene. (2004). Keperawatan Maternitas. edisi 4, Jakarta: EGC.
Bowen A, Stewart N, Baetz M, Muhajarine N. (2009) . Antenatal depression in socially high-risk women in Canada. J Epidemiol Community Health. May;63(5):414-6.
Brick, L. (2002). Bugar dengan Senam Aerobik. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
Clark R, Tluczek A, Wenzel A. (2003). Psychotherapy of Postpartum Depression: A Premilinary Report. American Journal of Orthopsychiatry; Vol 73, No 4, 441-454.
Chilale HK & Tugumisirize. (2001). Depression Among Mothers in Mzuzu : Prevalence and Its Assiciated Factors. Malawi College if Medicine.
Commite opinion. (2010). Screening Depression During and After Pregnancy. American College of Obstetricians and Gynecologists;115:394-395.
Cooney GM, Dwan K, Greig CA, Lawlor DA, Rimer J, Waugh FR et al . (2013). Exercise for depression. Cochrane Database Syst Rev. Sep 12;9:CD004366.
Daley A. (2008). Exercise and depression: a review of reviews. J Clin Psychol Med Settings. Jun;15(2):140-7.
Daley AJ, Jolly K, Sharp DJ, Turner KM, Blamey RV, Coleman S, et al 2012). The effectiveness of exercise as a treatment for postnatal depression: study protocol. BMC Pregnancy Childbirth. Jun 9;12:45.
Deligiannidis KM, Freeman MP. (2010). Complementary and alternative medicine for the treatment of depressive disorders in women. Psychiatr Clin North Am. Jun;33(2):441-63.
Dietz PM, Williams S, Callaghan W, Bachman D, Whitlock E, Hornbrook M. (2007). Clinically Identified Maternal Depression Before, During and After Pregnancies Ending in Live Births. Am J Psychiatry; 164:1515-1520).
Doucet and Letorneau (2009). Coping and Suicidal Ideations In Women With Symptomps of Postpartum Depression. University of New Brunswick, p:9-19.
Dwivedi J, Sarkar PD. (2010). Lipoprotein A, homocysteine, lipid profile with oxidative stress in nephritic syndrome and cardiovascular nephropathy. Int J pharma and bio ;4 (1):B340-50.
Edhborgh M, Nasreen H, Kabir Z. (2011). Impact of postpartum depressive and anxiety symptoms on mothers’ emotional tie to their infants 2-3 months postpartum: a
30 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
population-based study from rural Bangladesh. Arch Womens Ment Health. DOI 10.1007/s00737-011-0221-7.
Elvira, S.D. 2006. Depresi pasca persalinan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Gavin NI, Gaynes BN, Lohr KN, Meltzer-Brody S, Gartlehner G, Swinson T (2005). Perinatal depression: a systematic review of prevalence and incidence. Obstet Gynecol;106:1071-83.
Gibert & Harmon. (2003). Manual of high Risk Pregnancy & Delivery. Mosby:USA
Groth, G. & Marnat. (2002). Handbook of Psychological Assessment. Ney York: Wiley
Grothe K, Dutton G, Jones G, Bodenlos J, Ancona M, Brantley P. (2005). Validitation of the Beck Depression Inventory-II in a Low Income African American Sample of Medical Outpatients. Psychological Assessment; vol 17. No 1. 110-114.
Gorczynski P, Faulkner G. (2010). Exercise therapy for schizophrenia. Cochrane Database Syst Rev. May 12;(5):CD004412.
Heh SS, Huang LH, Ho SM, Fu YY, Wang LL. (2008). Effectiveness of an exercise support program in reducing the severity of postnatal depression in Taiwanese women. Birth. Mar;35(1):60-5.
Humayun A, Haider II, Imran N, Iqbal H, Humayun N. (2013). Antenatal depression and its predictors in Lahore, Pakistan. East Mediterr Health J. Apr;19(4):327-32.
Hurlock. (2002). Psikologi perkembangan. Edisi 5. Jakarta: EGC.
James McKena (2010);. A Breastfeeding-Friendly Approach to Depression In New Mothers. Mei-Juni 1(1):(11 screen).
Kaplan H.I, Sadok B.J (1997). Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta: 777-832.
Kessler, R.C., Chiu, W.T., Demler, O. & Walters, E.E. 2005. Prevalence, Severity, and Comorbidity of Twelve-Month DSM-IV Disorders in the National Comorbidity Survey Replication (NCS-R). Arch. of Gen. Psychiatry 62 (6): 617-627.
Ko YL, Yang CL, Chiang LC. (2008). Effects of postpartum exercise program on fatigue and depression during "doing-the-month" period. J Nurs Res. Sep;16(3):177-86.
Ko YL, Yang CL, Fang CL, Lee MY, Lin PC (2013). Community- Based Postpartum Exercise Program. J Clin Nurs : Aug: 2122-31.
Koltyn KF, Schultes SS (1997), Psychological effects of an aerobic exercise session and a rest session following pregnancy. J Sports Med Phys Fitness. Dec;37(4):287-91.
Kuntaraf KL, Kuntaraf J. (1996). Olahraga sumber kesehatan. Saereng, E.E (Ed), Indonesia Publishing House, Jakarta.
Larun L, Nordheim LV, Ekeland E, Hagen KB, Heian F. (2006). Exercise in prevention and treatment of anxiety and depression among children and young people. Cochrane Database Syst Rev. Jul 19;(3):CD004691.
Lipps GE, Lowe GA, Young R. (2007). Validitation of the Beck Depression Inventory-II in a Jamaican University Student Cohort. West Indian Med J; 56 (5); 404.
Maramis, W.F (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, pp: 522-523.
Masmoudi J, Trabelsi S, Charfeddine F, Ben Ayed B, Guermazi M, Jaoua A et al. (2010). Evaluation of affective temperaments in the postpartum depressive symptomatology. Encephale Jun;36 Suppl 2:D14-21. doi: 10.1016/j.encep.2009.01.004. Epub 2009 Apr 22.
Maulana. R. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Usia Kehamilan, Jenis Persalinan dan Tingkat Penghasilan Terhadap Tingkat Depresi Postpartum Di Kota Sukabumi Jawa Barat Tahun 2013. Skripsi. Program studi Fisioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Jakarta, 2013.
Matsumoto K, Tsuchiya KJ, Itoh H, Kanayama N, Suda S, Matsuzaki H et al. (2011). Age-specific 3-month cumulative incidence of postpartum depression: the Hamamatsu Birth Cohort (HBC) Study. J Affect Disord. Oct;133(3):607-10.
Mc Mahon C, Boivin J, Gibson F, Fisher J, Hammarberg K, Wynter K et al. (2011). Older first-time mothers and early postpartum depression: a prospective cohort study of women conceiving spontaneously or with assisted reproductive technologies. Fertility and Sterility Vol 96, No 5, November.
Michael R. Hulsizer and Rebecca P Cameroon (2003). Depression Prevalence and Incidence Among Inner-City Pregnant and Postpartum Women. American Psychological Association, p: 445-453.
Muraca GM, Joseph KS. (2014). The association between maternal age and depression. J Obstet Gynaecol Can. Sep;36(9):803-10.
Nascimento SL, Surita FG, Cecatti JG (2012). Physical Exercise During Pregnancy: a systematic review. Curr Opin Obstet Gynecol: Dec: 387-94.
Nasreen H, Kabir Z, Forsell Y, Edhborgh M. (2001). Prevalence and associated factors of depressive and anxiety symptoms during pregnancy: A population based study in
31 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
rural Bangladesh. BMC Womens; 1472-6874; 11; 22.
Norman E, Sherburn M, Osborne RH, Galea MP. (2010). An exercise and education program improves well-being of new mothers: a randomized controlled trial. Phys Ther. Mar;90(3):348-55.
Pop-Jordanova N, Markovska-Simoska S, Filev G, Pop-Jordanov J. (2013). The need for regular screening of postpartum depression. Prilozi. ;34(1):121-9.
Regina, Pudjibudojo, J. K dan Malinton, P. K. (2001). Hubungan Antara Depresi Postpartum Dengan Kepuasan Seksual Pada Ibu Primipara. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol. 16. No. 3. 300 – 314.
Riset Kesehatan Dasar. (2011). www. Riskesdas.litbang.depkes.go.id.
Rosenberg, R., Greening, D., & Windell, J. (2003). Conquering postpartum depression: A proven plan for recovery. Cambridge, MA: Perseus Books Group.
Rudolph, Abraham M. et al. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph, Volume 3 Edisi 20.Jakarta: EGC
Rustam Mochtar, Prof, Dr, (1998), Sinopsis obstetric, Jakarta : EGC
Santrock, J.W. 1985. Life-Span Development. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Saryono dan Permana, R.H. 2010 . Depresi Pasca Persalinan. Bogor; Rekatama, pp: 13; 23-26; 36-39; 49-51: 81-82; 93-94.
Sexton, M.B, Byrd, M.R. O’Donohue, W.T & Jacobs, N.N (2010). Web-based treathment for infertility-related psychological distress. Archives of women’s mental health. Springer science & business media B.V. 13, 347-358. Doi: 10.1007/s00737-009-0142-x.
Sexton MB, Flynn HA, Lancaster C, Marcus SM, McDonough SC, Volling BL et al.
(2012). Predictors of recovery from prenatal depressive symptoms from pregnancy through postpartum. J Womens Health (Larchmt).
Sloane, P. D, dan Benedict, S. (2009). Petunjuk Lengkap Kehamilan. Jakarta : Mitra Utama.
Stewart DE, Robertson E, Dennis CL, Grace S, Wallington T. (2003). Postpartum Depression: Literature Review of Risk Factors and Intervention. University Health Network Women’s Health Program. Toronto Public Health; October.
Sureya Yonca Bicer, Akbar Asghari, Parvane Kharazi, Nader Shaygan Asl. (2012). The Effect of Exercise on Depression and Anxiety of Students. Scholars Research Library. Annals of Biological Research.
The American College of Obstetricians and Gynecologists (2010), Committee Opinion No. 453, Screening for Depression During and After Pregnancy. feb (on file with author).
Vittayanont A, Liabsuetrakul T, Pitanupong J (2006). Development of Postpartum Depression Screening Scale (pdss) a thai version for screening postpartum depression. J Med Assoc Thai.
Werrij MQ, Mulkens S, Hospers HJ, Janses A. (2006). Overweight and Obesity : The Significance of a Depressed Mood. Patient Education and Counseling; 62, 126-131.
Whisman M, Davila J, Goodman S. (2011). Relationship Adjustment, Depression, and Anxiety During Pregnancy and the Postpartum Period. Jour of Family Psychology
World Health Organization. (2012). Early marriages, adolescent and young pregnancies. A65/13;16 March
32 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PENGARUH INTERVERENSI SENAM RAMPING PASKA MELAHIRKAN (SERAPI) TERHADAP LOW BACK PAIN DAN INDEK MASSA TUBUH PADA WANITA PASKA BERSALINAN 17-28 MINGGU DI
KOTA SUKABUMI TAHUN 2014
Isnwiasri1 , Imam Waluyo1, Handayani 2, Siti Alimah3
1.Peneliti Pusat Studi Gerak & Stimulasi Kognitif & Staf Pengajar Prodi Fisioterapi STIKes Binawan
2. Staf Pengajar Prodi Keperawatan STIKes Binawan
Jl. Kalibata Raya No. 25–30 Jakarta 13630 Indonesia 3. Akfis YAB Jogyakarta
Abstract
INTRODUCTION
Low back pain (LBP) in the postpartum is closely related to the disruption of functional activity. Maternal
age at delivery also affects LBP, a pregnancy less than 20 years of age and over 35 years may cause
impairment in labor such as an under-prepared psychological condition at less than 20 years of age, and
a declining physical condition at the age of more than 35 years . The case of obesity in pregnant women
increased from 18.27% before pregnancy to 27.57% at 24 weeks after delivery. Gymnastics training is
expected to reduce disability disruption due to LBP and IMT in postpartum women
MATERIALS AND METHODE
The type of research used in this study is quasi experimental with pre and post design. Data collection
using Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI) which contains 10 questions designed to
determine the ability of patients in activity day living where each answer option is given with a score of 0-
5 so that the results of a minimum score are 10 and a maximum are 50. Calesthenic Postpartum
Slimming Intervention ( Serapi) is done 3 times a week for 12 weeks. Calesthenic starts with; Warming
Up, Core Activity, Cooling Down.
RESULTS
Description of research subjects conducted with univariate analysis to see the distribution of individual
characteristics. The average maternal age was 25.96 ± 5.08, while the average ODI score before
intervention was 13.96 but after the SERAPI program to be 4.6 while the IMT score before intervention
was 23.8 but after the intervention to be 22.9.
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS
There was a change of Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI ) and IMT before and after
did SERAPI program. It is recommended to do postpartum exercise or postnatal exercises to reduce the
disability due to LBP (Oswestry Disability Index for Low Back Pain) in order to improve the quality of
health of postpartum women.
Keyword : Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI ), IMT dan Senam
Post partum
33 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
PENDAHULUN Low back pain (LBP) adalah salah satu
penyakit muskuloskeletal dengan prevalensi yang tinggi dalam populasi umum. Gejala muskuloskeletal umumnya terjadi pada
daerah belakang dan kadang disertai dengan penurunan aktifitas fungsional (Urwin M. 1998). Beban aktifitas fisik dapat
menjadi salah satu penyebab atau pemberat terjadinya Low Back Pain namun berbeda dengan yang ada pada aktifitas
fisik dalam pekerjaan atau olahraga. (Jacob T, Baras M, 2004; Heneweer H, 2011; Sitthipornvorakul E, 2011). LBP pada
postpartum sangat berhubungan dengan terganggunya aktifitas fungsional (Nilsson-Wikmar, 2003).Sekitar 4 dari 10 wanita melaporkan mengalami LBP persisten
dalam 6 bulan setelah melahirkan (Larsen EC, 1999). Usia ibu saat melahirkan pun mempengaruhi LBP, kehamilan diusia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan gangguan pada proses persalinan seperti kondisi psikologis
yang kurang siap pada usia kurang dari 20 tahun, dan kondisi fisik yang cenderung menurun pada usia lebih dari 35 tahun.
Kenaikan berat badan yang melebihi dari biasanya merupakan faktor utama obesitas, Obesitas telah menjadi perhatian utama
dalam semua populasi di seluruh dunia, termasuk pada wanita usia reproduksi (Kopelman PG, 2000) .Di Amerika Serikat,
lebih dari sepertiga wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas pada awal kehamilan dan prevalensi pra-kehamilan
kelebihan berat badan atau obesitas meningkat (Kim, 2007). Wanita yang mendapatkan berat badan
yang berlebihan selama kehamilan lebih mungkin untuk mendapatkan kelebihan berat badan selama postpartum
(Gunderson, 1999; Kac, 2003; Rossner, 1995). Kasus obesitas seperti terjadi pada wanita hamil meningkat dari 18,27%
sebelum kehamilan menjadi 27,57% pada 24 minggu setelah melahirkan. Wanita sangat memiliki resiko kegemukan pasca
melahirkan dan harus mendapatkan perhatian yang khusus untuk menurunkan
berat badan pada post partum (Harris, 1998). IMT dihitung dari berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan
meter (meter) (Bernier JR, 2012). Latihan fisik bermanfaat bagi perempuan selama kehamilan dan juga pada periode
postpartum (Nascimento, 2011). Aerobik adalah suatu aktifitas fisik yang memerlukan oksigen untuk tubuh dengan
jangka waktu tertentu , dan istilah senam aerobik adalah serangkaian gerak tubuh atau jasmani yang melibatkan sejumlah
unsur oksigen dalam melaksanakan aktivitas tubuh, yang gerakannya dipilih dan diciptakan sesuai dengan kebutuhan, disusun secara sistematis (Anhar D, 2014).
Latihan senam diharapkan dapat menurunkan gangguan disabilitas karena LBP pada wanita postpartum, sehingga
dapat diasumsikan bahwa senam dapat menurunkan disabilitas karena LBP pada wanita postpartum
Kejadian kenaikan berat badan pada wanita pasca melahirkan paling banyak dijumpai, hal ini merupakan problematika pertama
pada post partum maka ada asumsi yang meyatakan bahawa adanya pengaruh senam ramping pasca melahirkan (SERAPI)
terhadap IMT (Indeks Massa Tubuh) pada wanita pasca melahirkan
BAHAN DAN CARA Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental
dengan rancangan pre dan post. Pengambilan data menggunakan Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI)
Sebelum penelitian subyek diberikan penjelasan tentang tujuan , manfaat
penelitian sesuai dengan persetujuan etik ( ethical approval) dengan mengisi lembar persetujuan ( inform concent ) . Selajutnya
subyek mengisi Kuesioner Oswestry Disability Index For Low Back Pain/Dysfunction yang berisi 10 buah
34 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui kemampuan pasien dalam
kehidupan sehari – hari dimana dengan skor 0-5 sehingga hasil skor minimal 10 dan maksimal 50 yang dapat dikatagorikan
bila skor 0 dikatakan normal dan bila skor 1-10 dikatakan disabilitas minimal , skor 11-20 disabilitas ringan, 21-30 disabilitas
sedang, 31-40 disabilitas berat dan 41-50 disabilitas maksimal.
Intervensi Senam Ramping Paska
Melahirkan (Serapi) dilakukan 3 kali
dalam satu minggu selama 12 minggu
dengan intensitas 60 – 90 % dari denyut
nadi maksimal (DNM) dan lama latihan
antara 30 – 60 menit dalam satu sesi
latihan. Tahapan senam dimulai dengan ;
Pemanasan (Warming Up) , Kegiatan inti ,
Pendinginan (Cooling Down).
Analisis Perubahan LBP dan IMT
dilakukan dengan dimulai dengan Uji
normalitas skor ODI dan IMT untuk
memilih jenis uji statistik yang digunakan
(parametrik atau non-parametrik)
HASIL
Deskripsi subjek penelitian dilakukan
dengan analisa univariat untuk melihat
distribusi karakteristik individu . Rata rata
usia ibu adalah 25.96 ± 5.08 , sedang rata
rata ODI skor dari
Tabel 1. : Rata-rata dan Standar Deviasi pengukuran kuesioner Oswestry Disability Index for Low Back Pain dan IMT pada wanita postpartum 17-26 minggu di Kota Sukabumi tahun 2014
Mean SD Minimum Maksimum
ODI Sebelum 13. 96 3.8 11 26
ODI Sesudah 4.6 4.36 0 10
IMT Sebelum IMT Sesudah
23.8 22.9
3.9 3.6
18.3 16.6
33.9 31.2
Dari data keseluruhan subjek didapatkan skor ODI sebelum intervensi Serapi rata-rata 13.96 namun setelah mengikuti program SERAPI menjadi 4.6 sedang nilai
IMT sebelum rata-rata 23.8 namun setelah dilakukan intervensi menjadi 22.9.
Analisis Perubahan setelah mengikuti
program SERAPI menggunakan Analisa Bivariat.
Sebelum dilakukannya analisa bivariat akan dilakukannya uji normalitas untuk melihat distribusi data apakah normal atau
tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap skor pemeriksaan ODI dan IMT
sebelum sesudah mengikuti program SERAPI
35 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
Tabel 2: Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas Keterangan
ODI Sebelum 0.11 Distribusi normal
ODI Sesudah 0.05 Distribusi normal
IMT sebelum 0.49 Distribusi normal
IMT sesudah 0.49 Distribusi normal
Tabel 3 : Perbedaan Rata-rata ODI Low Back Pain sebelum dan sesudah intervensi Serapi pada wanita postpartum 17-26 minggu.
Variabel Sebelum Sesudah Uji T test
ODI 13.96 ± 3.8
4.6 ± 4.3 0.00
IMT 23.88±3.99 22.96± 3.64 0.00
Dari data table diatas dapat diketahui
bahwa nilai p=0.00 (p<0,05) dengan uji t
test dependen maka hal ini menunjukkan
adanya perubahan dengan penurunan
disabilitas low back pain dan adanya
penurunan IMT pada wanita post partum
17 – 26 minggu di Kota Sukabumi.
PEMBAHASAN
DESKRIPSI DATA SUBJEK PENELITIAN
Pada penelitian ini, usia wanita postpartum yang mengalami LBP adalah 25,96 tahun.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gutke (2010) rata-rata umur yang ditemukan sekitar 32 tahun, penelitian oleh
Mens (2010) menemukan 31 tahun dan Hyun-Ei Oh (2007) mendapatkan rata-rata usia 28 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Breen (1994) yang menyatakan 42%
wanita postpartum yang mengalami LBP adalah wanita pada usia sekitar 31-40 tahun. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sjodahl (2013) yaitu60 % wanita postpartum yang mengalami LBP dalam penelitiannya dipengaruhi oleh faktor
usia yang berpengaruh pada fungsi otot
yang menurun dan akhirnya menyebabkan disabilitas yang disebabkan oleh LBP. Sedangkan menurut (Althuizen et al. 2011)
menemukan rata-rata pada usia 31.6 tahun (SD±4.3) wanita lebih rentan mengalami kelebihan berat badan . Pada hasil
penelitian ini juga dapat di lihat parietas merupakan faktor resiko kenaikan berat badan pada wanita pasca melahirkan
dengan umumnya 3 kali kelahiran . Yang paling mempengaruhi karakteristik ini adalah paritas. Primipara naik lebih berat
badan selama kehamilan dibandingkan multipara, wanita primipara akan mendaapatkan berat badan yang berlebih selama kehamilan dibandingkan dengan
wanita multipara (Nohr, 2009) .Wanita yang melahirkan lebih dari 2 kali berpotensi untuk memiliki kenaikan berat badan
berlebih, Kelebihan berat badan itu juga bertahan hingga setelah melahirkan dan wanita tersebut akan mengalami kenaikan
berat badan yang lebih besar saat hamil anak kedua dan seterusnya. Secara keseluruhan hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan yang menyebutkan bahwa faktor resiko usia dan
36 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
parietas mempengaruhi kenaikan berat badan pada wanita pasca melahirkan
(Motolla, 2010). Menurut penelitian (Mbochi, 2012) bahwa usia yang lebih tua dan parietas adalah prediktor yang paling
signifikan dari peningkatan Indeks Massa Tubuh dan lingkar pinggang. Pada penelitian ini senam ramping
mengurangi disabilitas yang disebabkan oleh LBP yang setelah mengikuti program senam paska melahirkan (SERAPI). Rata-
rata hasil disabilitas LBP pada saat sebelum mengikuti program yaitu 13,96 dengan 4,6 setelah mengikuti program SERAPI dengan
selisih 9,36 (Tabel 5.2). Beberapa peneliti juga mendapatkan penurunan disabilitas LBP setelah intervensi latihan atau senam yaitu pada penelitian Hyun-Ei Oh (2007)
rata- rata disabilitas LBP sebelum intervensi 30,78 dan setelah intervensi 23,41 dengan selisih 7,37. Penelitian oleh Mens (2000)
menyatakan rata-rata disabilitas LBP sebelum intervensi 40,9 dan setelah intervensi 6,2 dengan selisih yang cukup
signifikan 34,7. Kedua penelitian ini menunjukkan latihan atau senam paska melahirkan memberi pengaruh yang
cukup baik dalammengurangi disabilitas LBP pada wanita postpartum. Penelitian oleh Stuge (2004) menunjukkan latihan
akan efektif dalam hal mengurangi rasa LBP , meningkatkan fungsional tubuh dan secara umum meningkatkan kualitas
kesehatan dalam kehidupan wanita postpartum yang mengalami LBP. Hal ini pun didukung melalui penelitian lanjut
Stuge (2006) tentang perlu atau tidak diberikan latihan pada wanita postpartum dengan LBP dan kesimpulan yang
didapatkan adalah perlu dilakukan latihan atau senam setelah melahirkan untuk mengurangi LBP pada masa postpartum
dengan awalnya memfokuskan latihan pada otot lokal dan meningkat otot global. Latihan dilakukan harus dalam pengawasan
pembimbing atau fisioterapis dan diharapkan latihan difokuskan pada daerah lumbopelvic.
LBP pada postpartum dapat terjadi karena lanjutan dari LBP pada
saat masa kehamilan yang dikarenakan perubahan struktur tulang belakang. Penting melakukan senam atau latihan
selama masa kehamilan guna mengurangi disabilitas LBP pada masa postpartum. Latihan pada masa
kehamilan sebaiknya dilakukan saat akhir trimester pertama dan awal trimester ketiga (Garshasbi, 2004).
Pada penelitian ini senam ramping paska melahirkan (SERAPI) berpengaruh dalam mengurangi Indeks
Massa Tubuh wanita pasca persalinan, dari seluruh data terdapat perubahan Indeks Massa Tubuh pada wanita pasca persalinan yang mengikuti
program senam ramping pasca melahirkan dengan hasil rata – rata sebelum intervensi 23,88 dan 22,96
dengan nilai selisih rata-rata 0,92 (Table 5.1) dan pada analisis IMT sebelum dan sesudah diberikan
intervensi (tabel 5.3) didapatkan nilai p=0.00 sehingga p<0.05 yang menyatakan adanya pengaruh senam
ramping pasca melahirkan (SERAPI) terhadap IMT pada wanita pasca persalinan17 – 26 minggu. Hal ini
diperkuat oleh (Choi, 2013) yang menyatakan bahwa wanita pasca melahirkan over weight dan obesitas
dalam kelompok intervensi secara signifikan kehilangan berat badan berlebih. Hasil dari menunjukkan
penurunan yang signifikan berat badan rata-rata pada kelompok intervensi (p <0,001), dengan kehilangan rata –
rata berat badan yaitu 1,22 kg (95% CI: 1,89 -0,56). Penelitian ini sesuai dengan penelitian
(Oken, 2007) yang menyatakan intervensidapat membantu mengurangi kelebihan berat badan setelah
melahirkan dan mencegah obesitas di kalangan perempuan. Dari hasil penelitian (Widyawati N, 2014)
37 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
menemukan perbedaan secara signifikan antara sebelum dan sesudah
intervensi senam yaitu mengalami penurunan berat badan sebesar14,9% dan penurunan indeks massa tubuh
sebesar 6,06%. Hal ini di dukung dengan penelitian (Bauer, 2013) wanita yang
mempertahankan aktifitas fisik yang tinggi dapat menghilangkan kelebihan berat badan postpartum .Akan tetapi
(Weaver K, 2008) menyatakan wanita post partum yang diberikan intervensi latihan senam aerobic dan diet
mendapatkan penurunan berat badan yang signifikan, akan tetapi untuk wanita post partum yang hanya diberikan intervensi tidak mengalami
penurunan berat badan yang signifikan tetapi meningkatkan kebugaran respirasi. Hal ini juga dikuatkan oleh
(Stockunas, 2000) bahwa terdapat perubahan signifikan 2,4% dan 2,8% penurunan berat badan dengan Indeks
Massa Tubuh dengan nilai rata – rata dan standar deviasi (33.6 ± 1.45 kg/m2 ke 32.7 ± 1.54 kg/m2) pada
kelompok intervensi dan diet. Dan (Lovelady, 2000) juga menyatakan wanita yang melakukan diet dan
olahraga akan kehilangan berat badan (4,8 ± 1,7 kg dan 0,8 ±2,3 kg dengan P <0,001) .
KESIMPULAN DAN SARAN Rata-rata nilai Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI LBP) pada saat sebelum mengikuti program adalah 13.96 ± 3.8 dan
setelah mengikuti program Serapi adalah 4.6 ± 4.3. dimana perubahan tersebut secara statistik memang
bermakna. p=0.00 (p<0,05). Rata rata IMT pada ibu post partum sebelum mengikuti 3,8 ± 3,9dan
berubah menjadi 22,9±3.64 setelah mengikuti program SERAPI yang
secara stastistik memang berbeda makna dengan p= 0.00. Dengan
demikian terjadi perubahan Oswestry Disability Index for Low Back Pain (ODI LBP) dan IMT
setelah mengikuti program SERAPI . Disarankan untuk melakukan latihan atau senam paska melahirkan pada
wanita postpartum untuk mengurangi disabilitas karena LBP (Oswestry Disability Index for Low Back Pain) agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan wanita postpartum di waktu ke
depan. Selain itu untuk mencegah terjadinya obesitas selama kehamilan dan sampai periode postpartum maka disarakan
dilakukan latihan senam hamil selama masa kehamilan akhir trimester kedua dan awal trimester
tiga serta latihan atau senam aerobik selama periode postpartum.
38 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
DAFTAR PUSTAKA
Bernier, J.R., & Hanson, Y. (2012). Overweight and
obesity in pregnancy: A review of evidence. Halifax, NS: Atlantic Centre of Excellence for Women’s Health.
Breen, Terrace W., M. D., Bernar J. Ransil, Ph.D., M.D., Philippa A. Roves, M.D., Nancy E. Oriol, M.D. (1994). Factors Associated with Back Pain after Childbirth. American Society of Anasthesiologist, Inc. 81 (1) :29-34
Brynhildsen J, Hansson A, Persson A, Hammar M.(1998). Follow-up of patients with low back pain during pregnancy.Obstet Gynecol, 91(2):182-186
Cedergren M (2006). Effects of gestational weight gain and body mass index on obstetric outcome in Sweden . Int J Gynaecol Obstet.2006 93, 269274[PubMed: 16626716]
Donny Anhar Fahmi (2014).Effect of exercise to Body Mass Index, to body fat percentage and to the vital capacity of lung for the Members of Astuti and Studio Dance Semarang [artikel].
Fairbank J, Pynsent P. (2000). The Oswestry Disability Index. SPINE, Lippincott Williams & Wilkins, Inc. Vol 25 (2) : 2940-2953
Gunderson EP, Abrams B. (1999) . Epidemiology of gestational weight gain and body weight changes after pregnancy. Epidemiol Rev. 1999; 21:261–275. [PubMed: 10682262]
Gutke A, Sjodahl J, Oberg B. (2010). Specific Muscle Stabilizing As Home Exercise for Persistent Pelvic Girdle Pain After Pregnancy : A Randomized Controlled Clinical Trial. J Rehabil Med; 42 :929-935
Harris H E, Ellison G T H, Richter L M, and Levin J. (1998). Are Overweight Women At Increased Risk of Obesity Following Pregnancy?.British Journal of Nutrition; 79-489-494.
Heneweer H, Picavet H Susan, Staes F, Kiers H, Vanchees L. (2011) Physical Fitness, rather than self-reported physical activities, is more strongly associated with low back pain : evidence from a working populations. Eur Spine. 21:1256-1272
Hyun-Ei Oh, Ph.D, RN, Young-Sook Lee, Ph.D, RN, Mi-Jung Shim, Ph.D, RN, Jin-Sun Kim, Ph.D, RN,.( 2007). Effects of a Postpartum Back Pain Relief Program for Korean Women.Journal of Korean Academy of Nursing. Vol. 37, no 2, 163-170
Jacob T, Baras M, Zeev A et al (2004) Physical activities and lowback pain: a community-based study. Med Sci Sports Exerc 36(1):9–15
Ji Won Choi, PhD, RN, Yoshimi Fukuoka, PhD, RN, and Ji Hyeon Lee, BS, (2013). The Effects of Physical Activity and Physical Activity plus Diet Interventions on Body Weight in Overweight or Obese Women who are Pregnant or in Postpartum: A Systematic Review and Meta Analysis of Randomized Controlled Trials . Prev Med. 2013 June ; 56(6): 351–364
Kac G, D'Aquino Benicio MH, Valente JG, Velasquez-Melendez G. (2013) Postpartum weight retentionamong women in Rio de Janeiro: a follow-up study. Rep Public Health. 2003; 19:149S–161S.
Kim SY, Dietz PM, England L, Morrow B, Callaghan WM. (2007).Trends in pre-pregnancy obesity in nine states, 1993-2003.Obes.2007; 15:986–993.
Kristiansson P, Svardsudd K, Schoultz B.(1996). Back pain during pregnancy: a prospective study. Spine.;21:702–709
Kopelman PG. Obesity as a medical problem. Nature 2000;404:635– 43.
Larsen EC, Wilken-Jensen C, Hansen A, Jensen DV, Johansen S, Minck H, et al..(1999). Symptom-giving pelvic girdle relaxation in pregnancy. I: Prevalence and risk factors. Acta Obstet Gynecol Scand, 78(2):105-10.
Longo G, Lopini M, Denaro L, Maffulli N, Denaro V. (2000). Rating Scales For Low Back Pain. British Medical Bulletin. Vol. 98; 81-144
M, Mirkin G, Women and execise physiology and sport medicine. (1994) Ed 2 Philadelphia: F. A. Davis Company; 1994
Macarthur A, Colin Macarthur C, Weeks S. (1995). Epidural Anaesthesia and Low Back Pain After Delivery: A Prospective Cohort Study. BMJ (International Edition); 11/18, Vol. 311 Issue 7016, p1336
Mail, Erfiani.(2011). Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II di BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik. Hospital Majapahit, Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit, vol 3, no. 2, Mojokerto : 2 – 3.
Nascimento SL, Surita FG, Parpinelli MA, Siani S, Pinto e Silva JL. (2011). The effect of an antenatalphysical exercise program on maternal/perinatal outcomes and quality of life in overweight andobese pregnant women: a randomized clinical trial. BJOG: Int J Obstet Gynaecol. 2011;118:1455–1463.
Nilsson-Wikmar L, Pilo C, Pahlback M, Harms-Ringdahl K. (2003). Perceived pain and self-estimated activity limitations in women with back pain post- partum. Physiother Res Int, 8(1):23-35.
Noren L, Ostgaard S, Johansson G, Ostgaard HC .(2002). Lumbar back and posterior pelvic
39 Jurnal Ilmiah Fisioterapi Volume 5 Nomor 1 2015 (Edisi April)
pain during pregnancy: a 3-year follow-up. Eur Spine J, 11(3):267-71.
Nurjanah S N, Maemunah A S, Badriah L D. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum.PT. Refika Aditama. Bandung.
Ostgaard HC, Zetherstrom G, Roos-Hansson E. (1997). Back pain in relation to pregnancy: a 6-year follow-up. Spine, 22(24):2945-50.
Price, Natalia, Dawood, Rehana, Jackson, Simon R. (2010). Pelvic Floor Exercise for Urinary Incontinence: A Systematic Literature Review. Dept Of Obstetrics and Gynaecology; 1-7.
Rossner S, Ohlin A. (1995) . Pregnancy as a risk factor for obesity: lessons from the Stockholm Pregnancy and Weight Development Study. Obes Res. 1995; 3:267S–275S. [PubMed: 8581786]
Sitthipornvorakul E, Janwantanakul P, Purepong N et al (2011) The association between physical activity and neck and low back pain: a systematic review. Eur Spine J20(5):677–689
Sjodahl J, Gutke A, Oberg B. (2013). Predictors for long-term disability in women with persistent postpartum pelvic girdle pain.Eur Spine J.22 : 1665-1673
Thang SH, Sattar N, Lean M (2006). Assessment of obesity and its clinical implications .BMJ. 333: 695-698
Urwin M, Symmons D, Allison T, Brammah T, Busby H, Roxby M et al. (1998). Estimating the burden of musculoskeletal disorders in the community : the comparative prevalence of syntoms at different anatomical sites, and the relation to social deprivations. Ann. Rheum. Dis. 57 : 649-55
Valasek T, Varga P, Szoverfi Z, Kumin, M, Fairbank J, Lazary A. (2013). Reliability And Validity Study On The Hungarian Versions Of The Oswestry Disability Index And The Quebec Back Pain Disability Scale. European Spine Journal, 22:1010-1018